• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA: Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Suntenjaya Kecamatan Lemban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA: Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Suntenjaya Kecamatan Lemban"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI

OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Suntenjaya

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan

Pedagogik Fakultas Ilmu Pendidikan

Oleh

Euis Shintawati

0902810

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI

OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

Euis Shintawati

0902810

Disetujui Dan Disahkan Oleh

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Johar Permana, MA

NIP.195908141985031004

Pembimbing II

Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed

NIP. 196008301986031003

Diketahui,

Ketua Jurusan Pedagogik

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

NIP. 19610814198631001

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI

OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Suntenjaya

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

Euis Shintawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Euis Shintawati 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

i

ABSTRAK

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI

OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Suntenjaya

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

Euis Shintawati

0902810

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang memiliki aplikasi sangat luas dalam kehidupan, dimana banyak masalah dalam kehidupan ini yang dapat diselesaikan dengan menggunakan matematika. Untuk itu, inovasi dalam pembelajaran matematika sangat dibutuhkan terutama untuk pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Masalah yang terjadi pada siswa kelas 4 SDN 2 Suntenjaya adalah kesulitan dalam mengerjakan soal operasi penjumlahan pecahan. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini digunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pelaksanaan pembelajaran. Pendekatan CTL membuat siswa belajar lebih baik karena siswa belajar dari hal yang kongkrit, berdasarkan pengalamannya dan siswa dapat menemukan hal baru dengan kemampuannya sendiri. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model PTK dari Kemis dan McTaggart karena dengan metode ini dapat membangun kemampuan atau pengetahuan yang baru. Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian tindakan kelas dimana pada tes awal nilai rata-rata kelasnya adalah 62 dan setelah melakukan penelitian tindakan kelas menjadi 88.

(5)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR DIAGRAM... iix

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Hasil Penelitian... 5

E. Hipotesis Tindakan... 6

F. Definisi Operasional... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan CTL... 8

B. Pembelajaran Matematika... 15

C. Operasi Penjumlahan Pecahan... 17

D. Hasil Belajar... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian...22

B. Prosedur Penelitian... 22

C. Metode Penelitian... 25

D. Instrumen Penelitian... 31

E. Proses Pengembangan Instrumen... 33

(6)

v

EUIS SHINTAWATI, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian... 35 B. Pembahasan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA... 60

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan semua manusia membutuhkan pendidikan, dimana pendidikan dibutuhkan sebagai hal yang dapat membuat manusia berkembang dan hidup sejahtera.

Menurut Ihsan (2010: 5) pendidikan dapat diartikan sebagai:

1. Suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan

2. Suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya

3. Suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakatnya

4. Suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan.

Jadi pendidikan sangatlah dibutuhkan, karena pendidikan tidak hanya dipandang sebagai alat bantu untuk mendapatkan informasi, akan tetapi memperluas wawasan untuk mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu yang membuat pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. Karena pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang tetapi untuk kehidupan yang sedang dijalani untuk kehidupan.

Pada saat ini pendidikan dipersempit kedalam dunia belajar yang dilakukan baik di sekolah maupun diluar sekolah. Di sekolah pendidikan dilakukan oleh

pendidik kepada peserta didik yang berlangsung dikelas dengan guru sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar.

(8)

pembelajaran. Hal tersebut dilakukan karena terdapat perbedaan karakteristik siswa dari tiap sekolah.

Pendidikan Indonesia memang telah mengalami perubahan dalam kurikulumnya, namun saat ini mata pelajaran Sekolah Dasar masih tetap lima pelajaran, salah satunya matematika.

Menurut Prabawanto dan Mujono (2006:11) “matematika adalah ilmu

terstruktur yang terorganisasikan dengan baik karena matematika dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma/postulat dan akhirnya ke dalil/ teorema”. Berdasarkan hal tersebut matematika merupakan ilmu yang dapat dijelaskan, dimana persoalan dalam matematika dapat diselesaikan dan memiliki tahapan dalam penyelesaiannya melalui proses berpikir.

Matematika adalah ilmu pengetahuan yang memiliki aplikasi sangat luas dalam kehidupan, dimana banyak masalah dalam kehidupan ini yang dapat diselesaikan dengan menggunakan matematika. Untuk itu, inovasi dalam pembelajaran matematika sangat dibutuhkan terutama untuk pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Hal tersebut menjadi sangat dibutuhkan untuk membuat siswa Sekolah Dasar menyenangi matematika dan senang belajar matematika. Dimana pembelajaran merupakan proses dari tidak tahu menjadi tahu. Sehubungan dengan hal tersebut pecahan menjadi salah satu materi yang diajarkan pada tingkat Sekolah Dasar, dimana operasi penjumlahan menjadi salah satu materi yang diajarkan pada siswa kelas empat.

Menurut Heruman (2007: 43) “pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh”. Jadi, pecahan merupakan sesuatu yang memiliki bagian dari sesuatu bagian yang utuh. Operasi penjumlahan pecahan yang menjadi salah satu

materi yang diajarkan di Sekolah Dasar, sayangnya operasi penjumlahan pecahan masih dirasa sukar untuk diselesaikan oleh anak. Dimana kesulitan tersebut dirasa

(9)

3

yang dapat mempermudah anak dalam mengerjakan operasi penjumlahan dengan menggunakan pendekatan CTL.

Menurut Rusman dan Dewi (2011: 205) menyatakan bahwa:

Pendekatan CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan dan mengalami sendiri.

Berdasarkan hal tersebut pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat membuat siswa dalam memahami sebuah materi pelajaran matematika dengan kongkrit (nyata). Pendekatan CTL dapat membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna karena selalu dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka yang membuat mereka menjadi selalu ingat apa yang mereka terima saat pembelajaran.

Matematika dirasa sulit oleh siswa kelas 4 terutama pada materi operasi penjumlahan pecahan.Sebelumnya, peneliti telah mengadakan observasi untuk mengamati masalah yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar. Dan berdasarkan observasi yang telah dilakukan, pada pembelajaran matematika khusunya materi operasi penjumlahan pecahan kemampuan siswa masih sangat rendah,

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembelajaran matematika perlu diajarkan kepada siswa dengan baik agar dapat dipahami secara optimal.Dan berdasarkan pengalaman sehari-hari, kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika khususnya operasi penjumlahan pecahan masih rendah.Siswa sulit memahami operasi penjumalahan pecahan yang terbukti dengan hasil yang dicapai siswa yaknidengan skor rata-rata kelas 62 yang kurang dari KKM yang semestinya 68.Hal tersebut merupakan masalah yang perlu dicari jalan keluarnya. Karena nilai siswa tersebut belum memenuhi nilai KKM yang bernilai 68 dan peneliti berharap

peningkatan nilai siswa menjadi bernilai 70.

Karena siswa menganggap operasi penjumlahan pecahan sangat sulit dan

(10)

sangat kompleks. Hal ini mengakibatkan kurangnya kreatifitas dan minat siswa dalam menyelesaikan soal matematika, maka diperlukan teknik atau pendekatan yang dapat meningkatkan kekreatifan dan minat soal dalam mengerjakan soal matematika. Maka dalam penelitian ini peneliti mengambil pendekatan CTL karena dengan pendekatan CTL diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan pembelajaran langsung (kongkrit). Hal ini sejalan dengan sejalan dengan penelitian yang terdahulu

yang dilakukan oleh Sugiartika (2012: 6) yang menyatakan bahwa:

CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Setelah menguraikan latar belakang masalah maka peneliti melakukan penelitian dengan judulPenerapan Pendekatan Contextual Teaching and

Learning(CTL) Pada Pembelajaran MatematikaMateri Operasi Penjumlahan

Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa(Penelitian Tindakan Kelas

Pada Siswa Kelas IV Semester II SDN2 SuntenjayaKecamatan Lembang Kabupaten

Bandung Barat Tahun Ajaran 2012/2013).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang pada latar belakang, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana penerapan pendekatan CTL pada mata pelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa?”

Sedangkan untuk membatasi permasalahan peneliti membuat pertanyaan penelitian sebagai berikut:

(11)

5

2. Bagaimanapelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL pada materioperasi penjumlahan pecahan mata pelajaran matematika?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar dengan penerapan pendekatan CTL pada materi operasipenjumlahan pecahan mata pelajaran matematika?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran Matematika di SDN 2 Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat dengan menerapkan pendekatan CTL. Adapun secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1.

Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL pada materi operasi penjumlahan pecahan.

2.

Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL pada materi operasi penjumlahan pecahan.

3.

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan pendekatan CTL pada materi operasi penjumlahan pecahan.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Dengan tercapainya tujuan dari penelitian ini maka diharapkan dapat

bermanfaat untuk berbagai pihak yang terkait. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan untuk kegiatan pembelajaran berikutnya, baik yang dilakukan oleh

guru yang bersangkutan atau pihak lainnya.

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk :

1. Bagi Siswa

a. Siswa memahami materi pembelajaran dengan baik. b. Meningkatkan daya ingat siswa.

c. Siswa mendapat pengalaman baru.

d. Meningkatkan minat siswa terhadap materi pembelajaran Matematika.

(12)

a. Memperoleh informasi tentang kelebihan penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran Matematika.

b. Menambah pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas c. Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika

3. Bagi Sekolah

a. Menambah variasi pembelajaran yang dilakukan di sekolah.

b. Menjadi sumbangan pemikiran serta pemerkaya yang dapat dijadikan bahan kajian dan pengembangan dalam penelitian berikutnya baik di sekolah itu maupun di sekolah lainnya.

c. Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah khususnya pada pembelajaran matematika.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di muka, maka hipotesis tindakan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Apabila pendekatan CTL diterapkan pada pembelajaran matematika materi penjumlahan pecahan, maka hasil belajar siswa dapat meningkat”.

F. Definisi Operasional

1. Pendekatan CTL

Pendekatan CTL adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan kehidupan nyata siswa baik yang telah dialami atau belum. Dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL siswa membangun pengetahuannya sendiri, dimana siswa menemukan pengetahuan dengan caranya sendiri yang dimana sumber pembelajarannya berasal dari berbagai macam sumber yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan pengetahuannya dapat mengetahui

pengetahuan yang memang sudah ada dan pengetahuan yang belum diketahui dan diketahui setelah pembelajaran.

(13)

7

Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendekatan CTL adalah pembelajaran yang menggunakan media nyata, membuat siswa untuk berpikir kreatif, dapat berdiskusi dengan teman sejawatnya dalam belajar secara kelompok, membuat rasa ingin tahu siswa yang menjadikan siswa aktif untuk bertanya dan dapat menilai siswa sesuai dengan kemampuannya sendiri.

2. Operasi Penjumlahan Pecahan

Menurut Heruman (2007: 43) “pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh”. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperlihatkan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Maka dapat disimpulkan bahwa operasi penjumlahan pecahan adalah menjumlahkan dua pecahan atau lebih, baik yang berpenyebut sama ataupun tidak sama.

3. Hasil Belajar

(14)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi

Tempat penelitian dilakukan di SDN 2 Suntenjaya yang terletak di Kampung Gandok RT 03 RW 03 Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat yang akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2013.

2. Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan pada siswa kelas 4 SDN 2 Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 37 siswa, yang terdiri dari 23 siswa yang berjenis kelamin perempuan dan 14 siswa yang berjenis kelamin laki-laki.

B.Prosedur penelitian

Rancangan penelitian Tindakan Kelas ini digunakan berbentuk siklus, yang direncanakan terdiri dari 2 siklus. Namun apabila telah dilaksanakan dua silkus tapi tujuan penelitian belum tercapai maka penielitian dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Setiap siklus terdiri perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut langkah – langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Adapun perencanaan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Permohonan ijin kepada kepala SDN 2 Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat, untuk melakukan penelitian pada SD tersebut.

b. Permohonan ijin kepada kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat c. Permohonan ijin kepada kepala Kesbang dan Linmas Kabupaten Bandung

Barat

(15)

23

mengetahui situasi dan kondisi siswa dalam pembelajaran, khususnya pada pembelajaran matematika.

e. Setelah mengetahui pemasalahan mempelajari dan mengkaji isi KTSP 2006 pada pelajaran matematika kelas 4 SD, yang dimana menalaah Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan buku sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

f. Membuat RPP penjumalahan pecahan g. Membuat lembar observasi

h. Menyiapkan media elektronik untuk perekaman i. Membuat alat evaluasi

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan tindakan ini dilaksanakan sesuai dengan tahap skenario pembelajaran. Akan tetapi pelaksanaannya fleksibel bisa berubah disesuaikan dengan situasi asal perubahan itu mendukung tercapainya perbaikan.

Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Siklus 1

1) Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti menyiapkan RPP dan LKS serta media sebagai penunjang pembelajaran.

2) Pelaksanaan

Hal yang dilaksanakan saat pelaksanaan adalah sebagai berikut:

a) Melakukan pre tes dengan tes kognitif untuk mengukur konsepsi awal siswa tentang pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah serta tes kinerja untuk mengukur kemampuan psikomotor siswa.

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa c) Menyajikan informasi secara kontekstual

d) Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar e) Membimbing kelompok untuk bekerja sama dan belajar

f) Melakukan evaluasi berupa post tes sebagaimana yang dilakukan pre tes 3) Pengamatan

(16)

a) Melakukan perbandingan skor yang diperoleh pada pretes dan postes pada setiap siklus.

b) Memberikan penghargaan kepada siswa yang telah menunjukkan peningkatan sesuai dengan batas ketuntasan belajar yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja

c) Memberikan motivasi kepada siswa yang belum mencapai batas ketuntasan

belajar yang ditetapkan agar lebih serius lagi pada siklus berikutnya. b. Siklus 2

1) Perenanaan

Pada tahap perencanaan ini, peneliti menyiapkan RPP dan LKS serta media sebagai penunjang pembelajaran juga memperbaharui perencanaan sebelumnya.

2) Pelaksanaan

Hal yang dilaksanakan saat pelaksanaan adalah sebagai berikut:

a) Melakukan pre tes kembali dengan tes kognitif untuk mengukur konsepsi awal siswa tentang pemahaman dan kemampuan pemecahan masalah serta tes kinerja untuk mengukur kemampuan psikomotor siswa.

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa c) Menyajikan informasi secara kontekstual

d) Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar e) Membimbing kelompok untuk bekerja sama dan belajar

f) Melakukan evaluasi berupa post tes sebagaimana yang dilakukan pre tes 3) Pengamatan

Hal yang dilakukan saat pengamatan adalah sebagai berikut:

a) Melakukan perbandingan skor yang diperoleh pada pretes dan postes pada setiap siklus.

b) Memberikan penghargaan kepada siswa yang telah menunjukkan peningkatan sesuai dengan batas ketuntasan belajar yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja

(17)

25

3. Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi terhadap guru dan siswa

4. Refleksi

Dalam kegiatan ini adalah kegiatan mencermati, mengkaji, dan

menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang telah dilaksanakan yang didasarkan data yang telah terkumpul pada langkah observasi. Hasil yang didapat dalam tahap observasi dan penilaian hasil belajar setiap siklus dikumpulkan serta dianalisis bersama, dan membuat rencana skenario yang diinginkan.

C.Metode Penelitian

Penelitian merupakan sebuah cara untuk mendapatkan jawaban atas sesuatu hal yang ingin kita ketahui. Untuk itu, dalam melakukan penelitian kita membutuhkan suatu metode. Dimana metode menjadi sebuah landasan untuk kita ikuti supaya mendapatkan jawaban yang kita inginkan dari suatu hal yang kita pertanyakan. Maka dalam penelitian ini pun, peneliti menggunakan metode penelitian. Dimana metode yang digunakan adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut Aqib dkk (2009: 3) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat”.

Sejalan dengan hal tersebut Taniredja dkk (2010: 16) berpendapat bahwa

“PTK adalah penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh guru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas

secara lebih profesional”.

(18)

menghasilkan nilai siswa yang kurang dari nilai yang diharapkan oleh guru. Dan dalam penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas yang dimaksud adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dimana hasil belajar disini adalah skor siswa pada test setelah mengikuti pembelajaran.

Menurut Aqib dkk (2009: 4) karakteristik PTK diantaranya:

1. An inquiry of practice from within (penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya)

2. Self-relective inquiry (metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar, tetapi tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian).

3. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran. 4. Tujuannya : memperbaiki pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut maka karakteristik PTK diantaranya:

1. Penelitian yang akan dilakukan merupakan masalah yang ditemukan oleh seorang guru yang membuat guru risau akan kinerjanya, dimana guru menganggap kinerjanya buruk sehingga harus melakukan perbaikan dengan melakukan penelitian.

2. Peneliti yang dimana menjadi seorang guru melakukan refleksi diri atau mengkaji ulang apa saja yang telah dilakukannya dalam pebelajaran untuk dapat dirubah menjadi lebih baik saat pembelajaran pada penelitian dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian.

3. Memfokuskan penelitian pada kegiatan pebelajaran, hal ini dimaksudkan memperbaiki cara guru mengajar, merubah yang kurang baik dan meningkatkan yang sudah baik.

4. Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah memperbaiki pembelajaran. Dimana hal tersebut berkenaan terhadap pribadi seorang guru sendiri selaku

pendidik yang menjadi penyampai materi ataupun memperbaiki siswanya selaku peserta didik sebagai penerima materi juga dalam kegiatan

(19)

27

Menurut Hopkins (1993) dalam Taniredja dkk (2010: 17) prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain:

1. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.

2. Meneliti merupakan bagian intergal dari pembelajaran yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.

3. Kegiatan peneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.

4. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.

5. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.

6. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas.

Berdasarkan hal tersebut maka prinsip PTK diantaranya:

1. Tugas seorang pendidik (guru) adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas, hal tersebut dilakukan supaya siswa dan guru dapat melakukan kegiatan belajar-mengajar dengan baik sehingga dapat meningkatkan hasil dari pembelajaran.

2. Dalam penelitian dengan penggunaan metode PTK tidak menuntut untuk kekhususan waktu dan metode pengumpulan data. Dimana kegiatan pembelajarannya dapat dilakukan saat waktu lain bukan pada waktu pelajaran yang bersangkutan.

3. Kegiatan yang dilakukan saat penelitian harus bersandar pada kaidah ilmiah dan alurnya. Hal ini dimaksudkan supaya pada melakukan kegiatan pembelajaran dalam penelitian tidak melenceng dari hal-hal yang telah ditetapkan dalam kaidah pendidikan yang berlaku di negara ini.

(20)

5. Konsisten terhadap sikap dan kepedulian, hal ini dimaksudkan bahwa peneliti harus konsisten bahwa penelitian yang dilakukannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

6. Perbaikan kualitas pembelajaran tidak hanya berhenti di dalam kelas saja, tetapi diluar kelas pun menjadi lebih baik.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk itu, digunakan sebagai alat untuk

menangani masalah pembelajaran dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dan dalam melakukan metode PTK guru harus berkomitmen sebagai pengajar, kemudian masalah yang merisaukan guru menjadi awal untuk guru melakukan penelitian sehingga dapat menjadi masalah penelitian dan tidak bertolak dari tanggung jawabnya sebagai seorang guru yang telah memiliki komitmen pada atasannya untuk menjadi guru professional. Kemudian dalam melakukan metode PTK ini guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap etika pekerjaannya, sehingga dapat memperbaiki kualitas pembelajaran.

Manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diantaranya: 1. Membuat inovasi dalam pembelajaran

2. Meningkatkan kinerja guru

3. Memperbaiki kualitas guru dalam mengajar.

4. Menjadikan guru lebih kreatif dalam melakukan pengajaran.

Terdapat beberapa model PTK yang dikembangkan oleh para peneliti. Dalam penelitian ini model PTK yang digunakan adalah model Kemmis dan McTaggart.

Menurut Taniredja dkk (2010: 23-28) menyatakan terdapat beberapa

model PTK yang sering digunakan dalam dunia pendidikan, diantaranya:

1. Model Kurt Lewin merupakan model PTK yang diperkenalkan pada tahun 1964, dan merupakan acuan pokok atau dasar dari berbagai model PTK yang lain.

(21)

29

3. Model John Elliott juga dikembangkan berdasarkan model Kurt Lewin, tetapi nampak lebih detail dan rinci. Pada model John Elliott dalam satu tindakan (acting) terdiri dari beberapa step atau langkah tindakan, yaitu langkah tindakan 1, langkah tindakan 2 dan langkah tindakan 3.

4. Model Hopkin mengembangkan model PTK yang berdasarkan model-model yang sebelumnya sudah ada.

5. Model Dave Ebbutt yang setuju dengan gagasan-gagasan Kemmis dan Elliot.

6. Model Gabungan Sanford dan Kemmis yang dikembangkan oleh Direktorat Ketenegaan Ditjen Dikti Depdiknas.

Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model Kemmis dan McTaggart, dimana model ini dikembangkan oleh Stepen Kemmis dan Robbin McTaggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Kemmis dan McTaggart menjadikan satu kesatuan komponen acting (tindakan) dan observing (pengamatan).

Peneliti memilih untuk mengembangkan model PTK dari Kemmis dan

(22)

OBSERVASI

REFLEKSI

JIKA BELUM SELESAI LANJUT SIKLUS

BERIKUTNYA

SIKLUS 2 PERBAIKAN

RENCANA

PELAKSANAAN OBSERVASI

REFLEKSI

SIKLUS 1

PELAKSANAAN

Model Spiral Kemmis dan McTaggart

Gambar 3.1

(23)

31

D.Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk setiap siklus. Masing-masing RPP berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil

belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. Dan peneliti membuat RPP sebelum pembelajaran, dimana peneliti membuat RPP mata pelajaran matematika mengenai materi penjumlahan pecahan.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kegiatan dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil proses belajar mengajar.

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Instrumen Tes

Penelitian menggunakan tes formatif yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Tes formatif ini dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa dan dapat dijadikan sebagai bahan refleksi pembelajaran untuk memperbaiki siklus berikutnya.

b. Lembar Observasi

Lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaraan yang menggunakan pendekatan interaktif. Observasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data perilaku siswa sehingga didapatkan hasil perubahan perilaku siswa dalam memperbaiki pembelajaran setelah mendapat pelajaran dengan

menggunakan pendekatan interaktif.

(24)

Tabel 3.1 Tabel Observasi

No. Aspek Yang Diamati Hasil Observasi

1 2 3 4 5

1. Guru dalam membuka pelajaran 2. Guru dalam menjelaskan materi

3. Guru dalam menggunakan media pembelajaran

4. Keterampilan guru untuk membuat siswa bertanya

5. Keterampilan guru sehingga siswa dapat menemukan pengetahuaannya sendiri dan siswa berani mengemukakan pengetahuannya

6. Keterampilan guru dalam menghadirkan model langsung dari alam atau pengalaman siswa

7. Guru dapat mengkontruksi pemikiran siswa

8. Guru melibatkan siswa dalam belajar kelompok

9. Guru dalam membimbing belajar siswa dala kelompok

10. Keterampilan guru dalam memberikan penguatan

(25)

33

E. Proses Pengembangan Instrumen

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah observasi terhadap kegiatan guru dan siswa, juga hasil belajar melalui tes terltulis. Sebelum digunakan instrumen observasi tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu kepada kedua pembimbing, serta dibaca oleh pengawas sekolah. Hal ini dilakukan supaya

instrumen dapat digunakan sesuai dengan harapan.

F. Analisis data

Analisis data adalah proses menyeleksi data secara sistematis dan rasional untuk menghasilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK..

Hasil belajar antara skor tes awal yang telah guru lakukan sebelum PTK dengan tes pada setiap akhir siklus dianalisis dan dibandingkan dengan tujuan untuk melihat ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Dimana bentuk dari tesnya yakni instrumen akhir siklus I dan instrumen akhir siklus II dan instrumen tes tersebut dianalisis dan dibandingkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam melakukan pembelajaran dari dua siklus. Dalam penelitian ini skor jawaban untuk tiap soal antara 0 sampai 10. Dan rentang skor adalah 1-100. Adapun rincian dari penskoran untuk instrumen tes adalah sebagai berikut yang diadabtasi dari Prabawanto (2013:70).

Tabel 3.2

Tabel Kriteria Penskoran

No Kriteria Skor

1. Jawaban benar-alasan benar 10

2. Jawaban benar-alasan salah 8

3. Jawaban salah-alasan benar 6

4. Jawaban salah- alasan salah 4

5. Jawaban dan alasan kosong (soal tidak dijawab)

(26)

Untuk rumus Penskoran prestasi belajar siswa yang diadabtasi dari Depdikdub (1995) dan Depdiknas (2002) dalam Sugiartika (2012: 34) sebagai berikut:

= ∑�

∑ ���100

Keterangan:

N = Nilai dengan rentang 1-100

∑S = Jumlah skor yang diperoleh oleh siswa

∑Max = Jumlah skor maksimum yang akan diperoleh

Dan untuk mengetahui perubahan dari siklus I dan siklus II adalah dengan melihat dari skor rata-rata nilai siswa. Apabila terjadi perubahan dari siklus I dan siklus II yang cukup besar maka siklus dicukupkan, namun apabila dalam siklus II masih belum ada perubahan maka harus dilaksanakan kembali tindakan untuk siklus III. Maka jika diadakan tindakan untuk siklus III haruslah lebih baik dari

(27)

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang pembelajaran matematika pada materi operasi penjumlahan pecahan dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas IV SDN 2

Suntenjaya Kecamatan Lembang diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, untuk dapat menghasilkan nilai yang meningkat diperlukan perencanaan yang maksimal dari seorang guru sebelum melakukan pembelajaran dan harus mengacu dan mengembangkan pada pendekatan atau model yang digunakan.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran yang mengacu dan mengembangkan prinsip Contextual Teaching and Learning (CTL) telah dapat membuat siswa belajar

dengan fokus dan menyenangi matematika. Selain itu, dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) telah membuat siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya sehingga siswa dapat menemukan pengetahuan baru , belajar dengan kelompok dan dapat mengemukakan pendapatnya yang terjadi pada saat tanya jawab dan diskusi juga meningkatkan keterampilan bertanya siswa.

(28)

B.Saran

Melalui penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan dapat membuat perubahan yang lebih baik untuk pembelajaran matematika lainnya. Diharapkan guru lebih kreatif untuk menggunakan benda

yang akan dijadikan model pembelajaran, karena penggunaan benda di alam sekitar siswa pun dapat digunakan apabila guru dapat mengolahnya dengan baik.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya disarankan dalam perencanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terlebih dahulu untuk melakukan kegiatan

(29)

60

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta

Aqib, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV. Yrama Widya

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Depdiknas. 2003. Tentang Contextual Teaching Learning.

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar, Bandung :

PT. Remaja Rosdarkarya.

Ihsan, Fuad. 2010. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Karso. 2008. Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka

Komalasari, Kokom.2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung : PT Refika

Aditama

Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Prabawanto, Sufyani dan Mujono. 2006. Model Pembelajaran Matematika.

Bandung : UPI PRESS.

Prabawanto, Sufyani. 2013. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

(30)

Pembelajaran dengan Pendekatan Metacognitive Scaffolding. Disertasi

Doktor pada FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta :Pustaka Belajar

Rusman dan Dewi, Laksmi. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Sagala, Syaiful. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Remaja Rosdakarya

Sugiartika. 2012. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menghitung Perkalian

Bilangan Asli Melalui Penerapan Model Contextual Teaching And

Learning. (CTL). Skripsi Sarjana pada FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Sukajati. 2008. Pembelajaran Operasi Penjumlahan Pecahan di SD

Menggunakan Berbagai Media. Yogyakarta : PPPPTKM

Taniredja dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta

Taniredja dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta

Tim Pengembangan MKDP. 2011. Krikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT.

Rajagrafindo Persada

Gambar

Model  PTK Kemmis dan McTaggartGambar 3.1
Tabel 3.1 Tabel Observasi
Tabel 3.2 Tabel Kriteria Penskoran

Referensi

Dokumen terkait

menganut nilai budaya setempat yang masih menganggap bahwa gangguan jiwa termasuk skizofrenia bukan sebuah penyakit tetapi karena hal mistik atau adanya kekuatan

Nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0.494 yang berarti 49,4% faktor-faktor keputusan pembelian secara online pada ibu muda kelas menengah di Perumahan Johor Indah Permai 1

Ketebalan mulsa jerami padi dapat meningkatkan hasil tanaman tomat walaupun pada pengamatan pertumbuhan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.. Hal ini

Hasil penelitian sebagai berikut: (1) nilai karakter pelaut yang sudah dikembangkan pada taruna Pertikepel adalah nilai karakter pelaut disiplin; (2) nilai- nilai karakter

OPTIMASI PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN KOMBINASI AKTIVATOR EM41. DAN AKTIVATOR MIKRO ORGANISME

Jumlah biaya tetap usaha ayam Broiler sangat bervariasi jika dilihat menurut periode pemeliharaan, semakin lama periode pemeliharaan maka semakin besar biaya

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistik. Penerapan pendekatan kuantitatif dengan

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 07/TAP/DPU/SDA-18/POKJA/2015 tanggal 19 Juni 2015 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Peningkatan Jaringan