• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVITALISASI KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENGEMBANGAN BUDAYA LOKAL :Studi Kasus Budaya Macapat di Kota Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REVITALISASI KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN PENGEMBANGAN BUDAYA LOKAL :Studi Kasus Budaya Macapat di Kota Surakarta."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

i DAFTAR ISI

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ………. vii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. ix

DAFTAR ISI ……….. xii

DAFTAR TABEL ……….. xvii

DAFTAR GAMBAR ………. xviii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ………. 10

C. Tujuan Penelitian ………... 11

D. Manfaat Penelitian ………... 12

E. Penjelasan Istilah ………... 13

F. Paradigma Penelitian……….. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………... 16

A. Karakter, Pendidikan Karakter, dan Karakter Bangsa ……….. 16

1. Karakter ………... 16

2. Pendidikan Karakter ……… 18

3. Karakter Bangsa ……….. 21

4. Pendekatan Pendidikan Karakter ……… 25

B. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pendidikan Karakter ……… 36

1. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan………. 36

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ……… 41

(2)

ii

4. Pendidikan Karakter Hubungannya dengan Pendidikan Nilai,

Pendidikan Moral dan Pendidikan Kewarganegaraan ………. 47

5. Hubungan Pendidikan Karakter dengan Pendidikan Kewarganegaraan ………. 50

C. Budaya Lokal dalam Pengaruh Globalisasi ……… 53

1. Konsep Budaya Lokal ……….. 53

2. Konsep Globalisasi ………... 58

3. Keberadaan Budaya Lokal dalam Globalisasi ……….. 59

D. Profil Budaya Lokal ……… 67

1. Pengertian Tembang Macapat ……….. 67

2. Sejarah Tembang Macapat ……… 68

3. Watak Tembang Macapat ………. 72

E. Pengaruh Musik terhadap Perilaku Warga Negara ………. 76

1. Pengaruh Musik terhadap Fisik dan Emosi ………... 76

2. Pengaruh Musik terhadap Perilaku ……….... 80

3. Hasil Penelitian Terdahulu ………. 83

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 85

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ……….. 85

1. Pendekatan Penelitian ……… 85

2. Metode Penelitian ……….. 87

B. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ………. 88

1. Instrumen Penelitian ……….. 88

2. Teknik Pengumpulan Data ……… 89

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….. 93

1. Lokasi Penelitian ………... 93

2. Subjek Penelitian ………... 93

3. Sumber Data ……….. 96

D. Tahap-Tahap Penelitian ………... 97

1. Tahap Penelitian ……… 97

(3)

iii

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ………. 99

E. Penentuan Responden dan Kisi-Kisi Penelitian ………... 103

1. Responden ……….. 103

2. Kisi-Kisi Penelitian ……… 104

F. Uji Validitas Data Penelitian ………... 104

1.Trianggulasi data………... 104

2. Member Check ………. 105

3. Expert Opinion……….. 105

G. Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian di Lapangan ………... 106

1. Tahap Pra-Lapangan ………... 106

2. Tahap Pekerjaan Lapangan……….. 106

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ………. 107

4. Tahap Penyajian Laporan Hasil Penelitian……….. 107

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 108

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………. 108

1. Sejarah Macapat……….. 108

2. Letak Kota Surakarta……….. 112

B. Deskripsi Hasil Penelitian………. 116

1. Persepsi Masyarakat Kota Surakarta Jawa Tengah Terhadap Karakter anggoyta Masyarakat Terkait Dengan Pembangunan Karakter……….. 117

a. Pembangunan Karakter Bangsa……… 118

b. Keterkaitan Antara Karakter Anggota Masyarakat Dengan Pembangunan Karakter Bangsa……… 119

2. Persepsi Keterkaitan Budaya Macapat dengan Pembangunan Karakter Bangsa………. 125

a. Budaya Macapat……….. 125

(4)

iv

Karakter Bangsa………. 134 a. Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Macapat……… 134 b. Bentuk Kegiatan Macapat untuk Perkembangan Karakter

Bangsa………. 142 4. Tembang Macapat yang Dominan Berpengaruh dalam

Pembanguanan Karakter Bangsa………... 156 a. Jenis-Jenis Tembang Macapat………. 156 b. Tembang Macapat yang Paling Berpengaruh Dalam

Pembangunan Karakter Bangsa………... 158 5. Strategi Integrasi Nilai-Nilai Macapat dalam Pendidikan

Kewarganegaraan di Masyarakat dalam Upaya Mengembangkan Karakter Bangsa……… 161 a. Kandungan Nilai Macapat dalam Pendidikan

Kewarganegaraan……… 161 b. Bentuk Pembinaan ……….. 162 C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN………. 164

1. Persepsi Masyarakat Kota Surakarta Jawa Tengah Terhadap Karakter anggoyta Masyarakat Terkait Dengan Pembangunan

Karakter……….. 164 2. Persepsi Keterkaitan Budaya Macapat dengan Pembangunan

Karakter Bangsa………. 179 3. Mekanisme Internalisasi Nilai-Nilai Macapat Untuk Pengembangan

Karakter Bangsa……… 194 4. Tembang Macapat yang Dominan Berpengaruh dalam

Pembanguanan Karakter Bangsa……… 219 5. Strategi Integrasi Nilai-Nilai Macapat dalam Pendidikan

(5)

v

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 239

A. Kesimpulan………. 239

1. Kesimpulan Umum………... 239

2. Kesimpulan Khusus……….. 242

B. Rekomendasi………... 242

DAFTAR PUSTAKA ……….. 245

LAMPIRAN……….. 251

(6)

vi

DAFTAR TABEL

[image:6.595.115.509.198.627.2]
(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

[image:7.595.119.507.235.625.2]
(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nilai-nilai luhur budaya bangsa dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam membangun karakter privat dan publik warga negara.Namun, keberadaan dan keberagaman nilai-nilai luhur budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sampai saat ini belum optimal dalam menghidupkan/menggiatkan kembali kesenian tradisional sebagai usaha membangun karakter warga negara.Salah satu sarana untuk melakukan revitalisasi karakter bangsa dengan mengembangkan dan menggali nilai-nilai budaya lokal melalui tembang Macapat.

Budaya Macapat mengandung nilai-nilai luhur seperti pendidikan dan pedoman berperilaku. Namun, keagungan budaya Macapat dapat terkikis oleh arus globalisasiseperti masuk budaya pop yang kurang filterisasi apabila pemerintah dan masyarakat tidak peduli dalam arti menisbikan dapat menimbulkan orang khususnya orang Jawa tidak lagi mengenal dan tidak dapat

menembangkantembang Macapatsehingga sedikit demi sedikit akan hilang serta

warga negara dapat terpengaruh budaya barat yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia seperti individualistic, consumerism, terlalu bebas.Sehubungan dengan itu Try Sutrisno (1993) (dalam Mack Dieter, 1996: 146) menyatakan bahwa :

(9)

2 tekanan pengaruh dari luar maupun oleh pengeroposan dari dalam tubuhnya sendiri”.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh pernyataan Saini (2009, 285-286) mengungkapkan bahwa:

Perilaku keras, beringas, korupsi, keterpurukan ekonomi yang berkelanjutan adalah pertanda kekalahan budaya ini.Karakter bangsa dibentuk oleh kreativitas bangsa itu sendiri. Kreativitas akan berkaitan erat dengan kesejahteraan dan kekenyalan bangsa ketika menghadapi persoalan bangsa dan kekenyalan bangsa ketika menghadapi persoalan bangsa, yang kreatiflah yang akan tahan dan kukuh berdiri di tengah bangsa-bangsa lain…kita perlu rujukan budaya tradisi yang bernilai dinamis dan positif yang memang terdapat pada semua subkultur bangsa ini.

Berdasarkan pendapat diatas, di era globalisasi yang serba terbuka tanpa terkendali dan kurang filterisasi serta situasi rakyat yang belum siap mengakibatkan rakyat Indonesia terbawa arus kebebasan dan individualisme. Pembangunan karakter bangsa harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, lingkungan sekolah, serta masyarakat luas sehingga perlu menyambung kembali hubungan dan educational networks yang mulai terputus tersebut. Pembangunan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Oleh karena itu, pembangunan karakter perlu dilakukan di diluar sekolah sesuai hasil penelitian Yuyus Kardiman, (2008 : 165) bahwa :

(10)

3 Berdasarkan pendapat diatas Pendidikan Kewarganegaraan berperan dalam pembangunan karakter bangsa yang dapat dilakukan di luar sekolah atau di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu,Pendidikan Kewarganegaraan berperan dalam menyadarkan dan membentuk warga negara yang baik dan cerdas salah satunya melalui pengembangan budaya local, dalam hal ini budaya Macapat untuk membangun karakter bangsa sesuai jati diri bangsa Indonesia seperti bangsa Indonesia tetap mempertahankan kebiasaan santun dalam berperilaku atau menjadi kebudayaan bangsa Indonesia, melaksanakan musyawarah mufakat serta gotong royong.

Kebudayaan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat sehingga manusia sebagai bagian dari masyarakat (makhluk sosial) tidak dapat terlepas dari konteks sosial budaya, yaitu nilai-nilai budaya dimana dia berada.Karakteristik manusia sedikit banyak dibentuk dari budaya masyarakatnya.Segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya (Malinowski dalam Koentjaraningrat, 2009: 171). Kebudayaan selain sebagai

human needs kebudayaan juga dijadikan sarana internalisasi perilaku anggota

masyarakat.. Oleh karena itu, alasan yang melatari pentingnya budaya lokal sebagai salah satu sarana untuk membangun karakter bangsahal ini budaya

Macapatadalah sebagai berikut :

1. Secara filosofis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah kebutuhan asasi dalam proses berbangsa karena hanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yang kuat yang akan eksis.

(11)

4 3. Secara normatif, pembangunan karakter bangsa merupakan wujud

nyata langkah mencapai tujuan negara.

4. Secara historis, pembangunan karakter bangsa merupakan sebuah dinamika inti proses kebangsaan yang terjadi tanpa henti dalam kurun sejarah, baik pada zaman penjajah maupun pada zaman kemerdekaan. 5. Secara sosiokultural, pembangunan karakter bangsa merupakan suatu

keharusan dari suatu bangsa yang multikultural. ((Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, 2010: 1)

Apabila pembangunan karakter itu tidak mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia maka berakibat pada hilangnya ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa yang menurut Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Pemerintah Republik Indonesia tahun 2010-2025 (2010:2) akan terjadi :

(1) disorientasi dan belum dihayati nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa, (2) keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila, (3) bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (4) memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya berbangsa dan bernegara, (5) ancaman disintegrasi bangsa, dan (6) melemahnya kemandirian bangsa.

Selain itu, akan terjadi kejahatan dan demoralisasi umat manusia yang mana beberapa indikator yang digunakan kemudian dijadikan ukuran bagi perkembangan kualitas kehidupan suatu bangsa. Terdapat sepuluh tanda dari perilaku manusia yang menunjukkan arah kehancuran suatu bangsa menurut Lickona (1991) yaitu sebagai berikut:

(12)

5

character education is essential if we are to attract and keep good teachers; 10) Effective character education is a do-able job which improves student behavior, makes schools more civil communities and leads to improved academic performance

Budaya Macapat sebagai salah satu kearifan lokal masyarakat Jawa dapat menjadi sarana membangun karakter bangsa.Hal tersebut tidak sejalan dengan pendapat Edy Wedyawati (2008: 225) bahwa Macapat merupakan sarana untuk mengintensifkan penghayatan nilai-nilai budaya sekaligus menanamkannya dalam sensivitas keindahan.Hal itu didasarkan pada pemikiran bahwa tembang Macapat yang merupakan bagian budaya Nusantara yang penting khususnya Jawa mengandung nilai luhur, baik dilihat dari amanat yang tersurat maupun tersirat, penulisannya yang berbentuk sastra maupun pengungkapannya melalui tembang (lagu) serta telah mendarah daging sejak ratusan tahun silam dalam budaya masyarakat dengan berbagai ragamnya. Mengingat ketinggian nilai yang terkandung dalam tembang Macapat tersebut maka dalam era globalisasi ini penting untuk digiatkan dan dihidupkan kembali sebagai sarana membangun karakter bangsa agar terbentuk warga negara yang berfikir global dan bertindak lokal untuk kemajuan bangsa dengan tetap mempertahankan jati diri bangsa. Hal tersebut sesuaipendapatNaisbitt (1990: 68 ) bahwa warga negara dalam era globalisasi saat ini harus “think globally act lokally. Lebih lanjut, Wahab memperjelas dalam konteks Indonesia bahwa dalam era globalisasi saat ini diperlukan warga negara Indonesia yang senantiasa berpikir global, refleksi nasional dan bertindak lokal (Wahab, 1996: 27).

(13)

6 laku yaitu kultur/budaya atau nilai yang dianut oleh warga masyarakat untuk menjadi pedoman dalam bertingkah laku”. Berdasarkan pendapat diatas karakter bangsa dapat terbangun melalui budaya yang ada di masyarakat. Senada dengan pendapat Soekarno (Moeliono,1988) bahwa untuk membangun karakter manusia yang unggul generasi penerus bangsa harus mendapat perhatian dan perlu disiapkan sedini mungkin dengan nation building dan character building yaitu menekankan prinsip berdaulat dalam politik, berdiri di kaki sendiri (Berdikari) dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Lebih lanjut, Soekarno mengatakan bahwa “kaum imperialis ingin membangun moral bangsa melalui penetrasi kebudayaan” (Moeliono, 1998).

Pembinaan karakter bangsa bertujuan agar bangsa yang bersangkutan mampu bersikap dan bertingkah laku dengan sepatutnya sehingga mampu mengantar bangsa menuju kesuksesan hidup.Kesuksesan hidup suatu bangsa tergantung bagaimana bangsa tersebut dapat membawa diri sesuai dengan cita-cita yang didambakannya, serta mampu untuk mengantisipasi secara tepat tantangan zaman. Dengan demikian sumber karakter adalah belief system yang telah terpatri dalam sanubari bangsa, serta tantangan dari luar sehingga akan membentuk sikap dan perilaku yang akan mengantar bangsa mencapai kehidupan yang sukses. Bagi bangsa Indonesia belief system ini tiada lain adalah Pancasila yang di dalamnya terdapat konsep, prinsip dan nilai yang merupakan faktor endogen bangsa Indonesia dalam membentuk karakternya.

Macapat merupakan suatu budaya lokal yang berkembang di Jawa Tengah

(14)

7 luhur bangsa yang sejalan dengan nilai yang terkandung dalam Pancasila. Sesuai dengan Asmoro Achmadi (1999 : 110) bahwaKarya-karya sastra yang berupa seni (sekar) seperti Macapatmengandung nilai-nilai substansial tersendiri sesuai dengan watak/karakter tema masing-masing sekarMacapatmengandung manfaat pendidikan antara lain pendidikan Ketuhanan, Kebangsaan, Kemanusiaan, Kerakyatan dan pendidikan Sosial. Para perintis bangsa di zaman dulu telah menggambarkan bagaimana keadaan manusia dalam berproses mengarungi kehidupan di dunia selangkah demi selangkah yang dirangkum dalam tembang

Macapat (membaca sipat). Masing-masing tembang menggambarkan proses

perkembangan manusia dari sejak lahir hingga mati. Lirik nada yang digubah ke dalam berbagai bentuk tembang menceritakan sifat lahir, sifat hidup, dan sifat mati manusia sebagai sebuah perjalanan yang pasti dilalui setiap insan.Penekanan ada pada sifat-sifat buruk manusia, agar supaya tembang tidak sekedar menjadi

iming-iming, namun dapat menjadi pepeling (pengingat) dan saka guru (pegangan

hidup) untuk perjalanan hidup manusia.

(15)

8 perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berasal dari berbagai penjuru dunia serta dikemas dalam wujud trend global, sebagaimana yang tersurat dalam Pasal 1 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Salah satu upaya tersebut adalah mengkaji nilai-nilai dalam teks tembang macapat untuk pengembangan karakter bangsa merupakan bagian penting dari studi Pendidikan Kewarganegaraan berbasis budaya.

Kota Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang masih lekat dengan kebudayaan Jawa karena cenderung masih menanamkan nilai budaya Jawa serta terdapat pengembangan budaya Jawa khususnya Macapat. Dalam hal keberadaan tembang Macapatyang memuat nilai-nilai pengajaran dan pendidikan serta dapat meningkatkan budi pekerti (Asmoro, 1999: 112) dapat dijadikan alat/sarana pengembangan pedomanetik terutama bagi masyarakat Jawa dan bagi bangsa Indonesia umumnya serta mengandung nilai-nilai Pancasila yang merupakan faktor endogen bangsa Indonesia dalam membentuk karakternya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pengajaran Pendidikan Kewarganegaranialah membentuk individu, masyarakat agar cerdas (smart) dan baik (good) sesuai dengan Budimansyah dan Winataputra (2007: 169) dan pengembangan budaya

Macapat sejalan dengan prinsip citizenship education yang menekankan

(16)

9 kemasyarakatan dan dalam mediasesuai pendapat Cogan ( Budimansyah dan Suryadi, 2008: 5). Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Kusumah (2007: 187) yang menyatakan bahwa “program pendidikan karakter apapun tidak dapat melepaskan diri dari tatanan dan sistem nilai di dalam masyarakat lokal yang menjadi sumber pengayaan bagi program pendidikan karakter di sekolah”.Oleh karena itu, pembangunan karakter tidak saja dibebankan kepada dunia pendidikan formal di persekolahan tetapi harus menjadi upaya yang terintegrasi baik persekolahan maupun masyarakat sebagai educational network dalam hal ini Pendidikan Kewarganegaraan berperan juga dalam pembangunan karakter bangsa di lingkungan masyarakat selain di lingkungan persekolahan.

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryanto (2006: 39) tentang tembang Macapat (ragam tembang jawa) sebagai stimulator untuk peningkatan sensitivitas emosi diperoleh gambaran bahwa bervariasinya orangtua melantunkan tembang macapat dapat melatihkan berbagai macam emosi anak. Dengan tembang yang beragam maka kepekaan emosi juga akan meningkat. Sejalan dengan hal tersebut, maka penelitian yang akan dilakukan adalah menekankan pada menghidupkan/menggiatkan kembali kegiatan-kegiatan kesenian tradisional pengembangan Budaya Lokal khususnya Macapatdalam rangka membangun karakter bangsa.

Selain penelitian diatas terdapat juga penelitian Asmoro Achmadi (1999: 115) tentang Nilai-Nilai Substansial Tembang Macapatbahwa tembang

macapatmengandung nilai edukatif sebagai pedoman berperilaku bagi remaja,

(17)

10 kedua Pancasila Kemanusiaan Yang adil dan Beradab. Sejalan dengan penelitian tersebut, maka penelitian yang akan dilakukan adalah pengembangan budaya tembang Macapatguna membangun karakter bangsa berlandaskan sila-sila Pancasila.Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul penelitian“Revitalisasi Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Pengembangan Budaya Lokal” (Studi Kasus

Budaya MacapatDi Kota Surakarta Jawa Tengah). B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas fokus masalah penelitian yaitu : “Bagaimana Revitalisasi Karakter Bangsa melalui Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pengembangan Budaya Macapat di Kota Surakarta Jawa Tengah? ” Berdasarkan masalah pokok penelitian di atas, maka masalah pokok tersebut peneliti jabarkan dalam beberapa sub masalah yaitu :

1. Bagaimana persepsi masyarakat Kota Surakarta Jawa Tengah terhadap karakter anggota masyarakat dikaitkan dengan pembangunan karakter bangsa?

2. Bagaimana persepsi masyarakatKota Surakarta Jawa Tengah terhadap budaya Macapat berkaitan dengan pembangunan karakter bangsa?

3. Bagaimana mekanisme internalisasi nilai-nilai yang terdapat dalam

Macapatuntuk pengembangan karakter bangsa di masyarakatKota

Surakarta Jawa Tengah?

(18)

11 5. Bagaimana strategi integrasi nilai-nilai Macapat dalam Pendidikan

Kewarganegaraan di masyarakat kota Surakarta dalam upaya mengembangkan karakter bangsa ?

Sub - sub masalah diatas akan dijadikan pertanyaan dalam penelitian. C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk Revitalisasi Karakter Bangsa melalui Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pengembangan Budaya Lokal Khususnya Macapat di Surakarta Jawa Tengah.

2. Tujuan Khusus

Tujuan umum tersebut dijabarkan kedalam tujuan secara khusus,yaituuntuk menggali, mengkaji atau mengungkapkan, menganalisa, dan mengorganisasikan informasi-argumentatif dan teoritik-konseptual tentang :

a. Persepsi masyarakat kota Surakarta Jawa Tengah terhadap karakter anggota masyarakat dikaitkan dengan pembangunan karakter bangsa. b. Persepsi masyarakatdi kota Surakarta Jawa Tengah terhadap budaya

Macapat berkaitan dengan pembangunan karakter bangsa.

c. Mekanisme internalisasi nilai-nilai yang terdapat dalam

Macapatuntuk pengembangan karakter bangsa di masyarakatkota

Surakarta Jawa Tengah.

d. Macapat yang paling dominan berpengaruh dalam pembangunan

(19)

12 e. Strategi integrasi nilai-nilai Macapat dalam Pendidikan

Kewarganegaraan di masyarakat kota Surakarta dalam upaya mengembangkan karakter bangsa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoretik) maupun secara empirik (praktis). Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritik :

Secara akademis (keilmuan) diharapkan penelitian tentang Revitalisasi Karakter Bangsa melalui Budaya Lokal Khususnya Macapat dapat menjadi tambahan referensi untuk mengkaji dan merumuskan ilmu pengetahuan tentang pembangunan karakter yang berbasis budaya agar menjadi pembudayaan karakter di masyarakat.

2. Manfaat Praktis :

a. Bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah Jawa Tengah khususnya kota Surakarta dalam membuat kebijakan tentang pembangunan karakter berbasis budaya lokal khususnya budaya macapat.

b. Bahan pertimbangan dinas pendidikan dan sekolah dalam membuat kebijakan dalam proses pembelajaran dalam rangka pembangunan karakter bangsa berbasis budaya lokal khususnya budaya macapat.

(20)

13 d. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk membudayakan makna

budayamacapat. E. Penjelasan Istilah

Definisi oprasional merupakan pembatasan tentang hal-hal yang diamati sebagai konsep pokok dalam penelitian ini adalah: revitalisasi, karakter,karakter bangsa, pendidikan kewarganegaraan, budaya lokal dan macapat.

1. Revitalisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah “Revitalisasi”berarti proses, perubahan menghidupkan kembali berbagai kegiatan kesenian tradisional diadakan dalam rangka menghidupkan kebudayaan lama.Peneliti ini mengkaji proses, perubahan menghidupkan kembali berbagai kegiatan kesenian tradisional tembang Macapat diadakan dalam rangka menghidupkan kebudayaan lama dan mengkaji proses, perubahan membangun kembali dan membangkitkan kembali karakter bangsa.

2.Karakter Bangsa

Istilah “karakter bangsa identik dengan national character yang erat kaitannya dengan masalah kepribadian dalam psikologi sosial (Sapriya, 2008: 205).Penelitian ini bertolak pada pengertian karakter bangsadimaknai ciri-ciri kepribadian yang sesuai nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesiadijiwai nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

(21)

14 menggunakan istilah Citizenship Education. Menurut Cogan (dalam dalam Budimansyah dan Winataputra, 2007: 10) Pendidikan kewarganegaraan didapat tidak hanya mencakup pengalaman belajar di sekolah akan tetapi mencakup pengalaman belajar di luar sekolah atau pendidikan nonformal/informal. Dalam konteks ini,pengalaman di masyarakat sebagai wahana dalam pembentukkan karakter yaitu memberi kontribusi pendidikan ditujukan untuk mencapai terbentuknya karakter warga negara yang diinginkan atau diharapkan oleh bangsa Indonesia yaitu sesuai nilai-nilai luhur budaya Indonesia berlandaskan Pancasila dan wahana aktualisasi diri warga negara sesuai dengan hak, kewajiban, dan konteks sosial budayanya.

4. Budaya Lokal

Penelitian ini lebih menekankan definisi budaya lokal dalam artian luas. Artinya, budaya yang dianut suku bangsa, misalnya Budaya Jawa (budaya lokal) adalah budaya yang dianut oleh Suku Bangsa Jawa, hal ini bisa ditentukan oleh minimal bahasa yang digunakan (Judistira, 2008: 141)

5. Macapat

Macapat adalah karya sastra berbahasa Jawa baru berbentuk puisi yang

(22)
[image:22.595.71.543.185.621.2]

15 F. Paradigma Penelitian

Gambar 1.1 Skema Paradigma Penelitian

PERMASALAHAN BUDAYAMACAPAT TERKAIT

KARAKTER BANGSA

1. Budaya Macapat Makin Terpinggirkan Dan Kering 2. Makin Maraknya Budaya

Global Yang Masuk Tanpa Difilter Akan Mengancam Karakter Bangsa 3. Pengembangan Budaya

Macapat Berbasis Budaya Lokal Berkontribusi Pada Pendidikan Karakter Sekaligus Menangkal Budaya Global Yang Negatif

1. Tembang Macapat Alit /Kecil

2. Tembang MacapatTengahan/t engah

3. Tembang Macapat Gedhe/Besar

1. Sosialisasi

2. Internalisasi

MASYARAKAT BERKARAKTER YANG MENCINTAI

BUDAYA LOKAL MACAPAT

1. Keluarga

2. Masyarakat

3. Kelompok Kesenian

PROCESS

OUTCOME INPUT

(23)

85 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang revitalisasi karakter bangsa melalui budaya lokal khususnya Macapat ini membutuhkankan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya. Oleh karena itu penelitian tesis yang dilakukan penulis yaitu dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Cresswell (1998: 15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher build a complex, holistic picture, analysis words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

(24)

86 kehidupan dari orang yang berbeda-beda. Pemikiran ini didasari pula oleh kenyataan bahwa makna yang ada dalam setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen dan peneliti mendatangi sendiri sumbernya secara langsung. Menurut Bogdan dan Biklen (1982:27), pengumpulan data dalam penelitian kualitatif hendaknya dilakukan sendiri oleh peneliti dan mendatangi sumbernya secara langsung.

Data yang hendak diperoleh dari penelitian tesis berupa deskriptif analitik tentang suatu peristiwa yang diambil dari situasi yang wajar, maka dibutuhkan ketelitian dalam mengemati aspek-aspek yang diteliti.Dalam hal ini peranan peneliti sangat menentukan sebagai alat penelitian utama (key

instrument).Penelitian tesis ini, diamana peneliti merupakan instrumen utama

yang berusaha mengungkapkan data secara mendalam dengan dibantu oleh beberapa taknik pengumpulan data.

(25)

87 permasalahan yang ingin diteliti.Oleh karena itu, penelitian ini diarahkan untuk memahami latar alamiah yang utuh, yang tidak terlepas dari konteksnya sebab hanya dengan keutuhan dapat dipahami permasalahan yang ingin diteliti

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus berdasarkan Robert K.Yin (1995 :18) bahwa “studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang: menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata bilamana, batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multisumber bukti dimanfaatkan”.

Sedangkan menurut Louis Smith (dalam Denzin dan Lincoln, 2009:300) bahwa kasus adalah suatu sistem yang terbatas / abounded system.Selain itu menurut Stake dalam Cresswell (2010: 20) bahwa studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu yang dibatasi waktu dan peristiwa.Metode ini dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu kelompok, organisasi, lembaga atau gejala tertentu.

(26)

88 1. Budaya Macapatmerupakan budaya Jawa yang mengandung nilai-nilai

luhur Pancasila dan mengambarkan kehidupan manusia mulai dari kandungan sampai mati.

2. Budaya Macapathanya ada di Jawa khususnya masyarakat Baluwarti merupakan daerah keraton Surakarta yang masih ada budaya Macapat. 3. Daerah sekitar keraton Surakarta terkenal dengan perilaku yang santun

(lemah lembut).

Sesuai dengan hal tersebut diharapkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis bisa secara komprehensif mengungkapkan fakta-fakta, sehingga untuk bisa mengungkap fakta-fakta tentang revitalisasi karakter bangsa melalui budaya lokal khususnya budaya Macapat.

B. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti sebagai intrumen utama sesuai yang dikemukakan oleh Creswell (1998: 261) bahwa “peneliti berperan sebagai instrument kunci (researcher as key instrument) atau yang utama” para peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data mellaui dokumentasi, observasi perilaku atau wawancara. Human Instrument ini dibangun atas dasar pengetahuan dan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982: 33-36) yaitu:

(27)

89 kualitatif itu bersifat deskriptif. Periset kualitatif lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata.Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif.Makna merupakan soal essensial untuk ancangan kualitatif.

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Creswell (2010; 264) bahwa peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan para partisipan.Instrumen utama dalam penelitian adalah penulis sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang di sekitar lokasi penelitian yaitu di Kota Surakarta. Dengan demikian penulis lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara dan teknik yang berasal dari berbagai sumber baik manusia maupun bukan manusia. Selanjutnya sesuai pendapat Denzin dan Lincoln, (2009:495) bahwa teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif adalah teknik observasi secara partisipatif, wawancara, dokumentasi dan literature.Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara partisipatif, wawancara mendalam, teknik observasi, dokumentasi dan literature.

a) Wawancara Mendalam

(28)

90 memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya, untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti, tidak sekedar menjawab pertanyaan.

Teknik pengumpulan data ini berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi.Langkah-langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu: 1) menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan, 2) menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, 3) membuka alur wawancara dan melangsungkan alur wawancara, 4) mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya, 5) Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan, 6)Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

(29)

91 b) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif yang sudah lama digunakan, karena sangat bermanfaat. Cresswell (2010; 269-270) pengumpulan data dalam kualitatif melalui dokumen dapat dilakukan melalui dokumen public (seperti Koran, majalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (buku harian, diary, surat, email) dan materi audio visual berupa foto, objek-objek, seni, video tape atau segala jenis suara atau bunyi.

Pemilihan metode ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam sumber-sumber tertulis tersebut dapat diperoleh ungkapan gagasan, persepsi, pemikiran, serta sikap masyarakat dari tingkat kraton, masyarakat menengah dan bawah, para pakar seni, dalam pembinaan dan pengembangan karakter bangsa di Kota Surakarta.Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan, Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

c) Studi Literatur (Literature of Study)

[image:29.595.120.513.247.619.2]
(30)

92 diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Faisal (1992:30) mengemukakan bahwa hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti, termasuk juga latar belakang mengapa masalah tadi penting diteliti. Teknik studi literatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah mempelajari sejumlah literatur yang berupa buku, jurnal, surat kabar dan sumber-sumber kepustakaan lainnya guna mendapatkan informasi-informasi yang menunjang dan berhubungan dengan budaya Macapat yang terkait pembangunan karakter bangsa, Pendidikan Kewarganegaraan dan pengembangan warga negara yang baik. Dokumen tersebut seperti : Buku Kegiatan Macapat, Buku Macapat, Buku Musyawarah Rencana Pembangunan Kelurahan, dan lain-lain.

d) Observasi Partisipatif

(31)

93 data, peneliti memanfaatkan sumber-sumber lain berupa dokumen negara, catatan dan dokumen (non human resources).Teknik observasi secara partisipatif atau pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dan terjun di dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan yang dianut oleh para subjek pada keadaan waktu itu.

Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.Dengan keberadaan di lapangan, maka dapat diperoleh data yang kaya untuk dijadikan bahan analisis dasar yang akurat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. Observasi dilakukan secara spontan, dengan cara mengamati apa adanya pada kehidupan masyarakat di Kota Surakarta dan acara kegiatan Macapat.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah karena daerah ini terdapat keraton Kasunan yang masihlestari budaya

Macapat dan lokasi dekat dengan tempat tinggal penulis.

2. Subjek Penelitian

(32)

94 266)partisipan dan lokasi penelitian itu dipilih secara sengaja dan penuh perencanaan, penelitian yang dapat membantu peneliti memahami masalah penelitian.

Dalam penelitian ini, teknik penentuan subjek penelitian dimaksudkan agar peneliti dapat sebanyak mungkin memperoleh informasi dengan segala kompleksitas yang berkaitan dengan revitalisasi karakter bangsa melalui pendidikan kewaraganegaraan dengan budaya lokal di Kota Surakarta.Meskipun demikian, pemilihan subjek penelitian tidak dimaksudkan untuk mencari persamaan yang mengarah pada pengembangan generalisasi, melainkan untuk mencari informasi secara rinci yang sifatnya spesifik yang memberikan citra khas dan unik.

(33)

95

Macapatyang paling dominan. Kriteria ketiga adalah peristiwa, yang dimaksud

adalah pandangan, pendapat dan penilaian tentang karakter anggota masyarakat, budaya Macapat dikaitkan dengan pembangunan karakter serta mekanisme internalisasi nilai-nilai yang terdapat dalam Macapatuntuk pengembangan karakter bangsa di masyarakatKota Surakarta Jawa Tengahdan strategi integrasi nilai-nilai Macapatdalam Pendidikan Kewarganegaraan di masyarakat dalam upaya mengembangkan karakter bangsa. Kriteria keempat adalah proses, yang dimaksud wawancara peneliti dengan subjek penelitian berkenaan dengan pendapat dan pandangannya terhadap fokus masalah dalam penelitian ini.

Selanjutnya untuk masyarakat atau orang baik pelaku seni dan budayawan yang dapat memberikan informasi dalam penelitian tekniknya dengan Snowball. Adapun subjeknya yaitu :

1. Masyarakat Keraton; 2. Masyarakat Menengah; 3. Masyarakat Biasa;

4. Budayawan khususnya Macapat; 5. Remaja serta

6. Pemerintah.

Penentuan masyarakat golongan atas, menengah dan bawah berdasarkan pendapat Warner dalam Sunarto, (2005: 88).

(34)

96 pertimbangan perolehan informasi dan dalam pengumpulan data dari responden didasarkan pada ketentuan atau kejenuhan data dan informasi yang diberikan.

3. Sumber Data

Informasi dalam bentuk lisan dan tulisan dalam penelitian kualitatif berturut-turut menjadi data primer dan sekunder penelitian. Data primer yang dikumpulkan mencakup persepsi dan pemahaman person serta deskripsi lainnya yang berkaitan dengan fokus penelitian; sedangkan data sekunder adalah data mengenai jumlah person dan kualifikasinya serta berkas kertas kerja yang dapat mengungkapkan informasi, tentang revitalisasi karakter bangsa melalui Pendidikan Kewarganegaraan dengan budaya local di kota Surakarta.

Sesuai dengan bentuk-bentuk data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, maka sumber-sumber data penelitian ini meliputi manusia, benda, dan peristiwa.Manusia dalam penelitian kualitatif merupakan sumber data, berstatus sebagai informan mengenai fenomena atau masalah sesuai dengan fokus penelitian. Benda merupakan bukti fisik yang berhubungan dengan fokus penelitian, sedangkan peristiwa merupakan informasi yang menunjukkan kondisi yang berhubungan langsung dengan revitalisasi karakter bangsa melalui Pendidikan Kewarganegaraan dengan budaya lokal (Macapat) di kota Surakarta.

Untuk memudahkan pembahasan penelitian maka fokus penelitian ini adalah:(1) Bagaimana persepsi masyarakat Kota Surakarta Jawa Tengah terhadap karakter anggota masyarakat dikaitkan dengan pembangunan karakter? (2) Bagaimanakah persepsi masyarakat Kota Surakarta Jawa Tengah terhadap budaya

(35)

97 mekanisme internalisasi nilai-nilai yang terdapat dalam Macapatuntuk pengembangan karakter bangsa di masyarakat Kota Surakarta Jawa Tengah? (4) Diantara 3 budaya Macapat, Macapatmana yang dominan mempengaruhi dalam pembangunan karakter bangsa ? (5) Bagaimana strategi integrasi nilai-nilai

Macapatdalam Pendidikan Kewarganegaraan di masyarakat dalam upaya

mengembangkan karakter bangsa ?

Sumber data utama untuk unit-unit analisis tersebut adalah Tokoh Masyarakat, Budayawan yang terkait dengan budaya Macapat, masyarakat keraton, masyarakat menengah dan masyarakat biasa, serta remaja dan anaktermasuk dokumen tentang yang relevan dengan fokus penelitian.

D. Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap pra penelitian ini yang pertama kali dilakukan adalah memilih masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan menyesuaikan keperluan dan kepentingan fokus penelitian yang akan diteliti. Setelah masalah dan judul penelitian dinilai tepat dan disetujui oleh pembimbing, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal tentang subjek yang akan diteliti.

(36)

98 a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada

Ketua Program StudiPendidikan Kewarganegaraan Pascasarjana, selanjutnya diteruskan kepada Asisten Direktur I untuk mendapatkan surat rekomendasi dari Kepala BAAK UPI yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis.

b. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan MasyarakatProvinsi Jawa Barat untuk mengeluarkan surat rekomendasi izin penelitian ke Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan MasyarakatProvinsi Jawa Tengah. c. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

Jawa Tengah mengeluarkan surat rekomendasi izin penelitian ke Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Surakarta mengeluarkan surat izin penelitian untuk disampaikan kepada Pihak yang terkait dengan penelitian.

d. Kepala Kelurahan Baluwarti, Tegalharja dan Dinas Pariwisata memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di wilayah kerjanya selama batas waktu yang telah ditentukan dan instansi-instansi yang ada di wilayah kerjanya dan masyarakat kelurahan tersebut.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

(37)

99 lapangan penulis juga memperoleh data melalui wawancara dengan responden. Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

a. Menghubungi Kepala Kelurahan Baluwarti, Tegalharja dan Kepala Dinas Pariwisata untuk meminta informasi dan meminta izin melaksanakan penelitian.

b. Menentukan responden yang akan diwawancara. c. Menghubungi responden yang akan diwawancara.

d. Mengadakan wawancara dengan budayawan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.

e. Menghubungi para tokoh masyarakat untuk mengadakan wawancara. f. Mengadakan wawancara.

g. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan yang diperlukan dan dianggap berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

h. Mengikuti kegiatan yang terkait masalah yang akan diteliti.

Setelah selesai mengadakan wawancara dengan responden, penulis menuliskan kembali data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan dengan tujuan agar dapat mengungkapkan data secara terperinci. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung oleh dokumen lainnya.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

(38)

100 dan dikumpulkan dari responden melalui hasil wawancara, obeservasi dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.

Pada dasarnya tidak ada suatu teknis analisis penelitian kualitatif yang dapat dijadikan satu-satunya pedoman (Creswell, 2008: 245).Peneliti dapat memilih dan menggunakan model-model yang telah dikembangkan oleh para peneliti sebelumnya atau bersifat pemilihan (eclectic). Oleh sebab itu, penelitian ini akan menggunakan setidaknya dua model teknik analisis yaitu dari Miles & Huberman (2007: 23) dan Creswell (2008: 244).

Proses analisis data kualitatif mencakup penggalian makna yang ada di dalam data tertulis maupun gambar. Proses ini meliputi persiapan analisis data, analisis pemilahan data, penggalian makna yang mendalam terhadap data, menyajikan data, dan membuat interpretasi yang lebih luas tentang makna data (Creswell, 2008: 190).

(39)
[image:39.595.114.513.182.631.2]

101 Setelah data tersaji secara baik dan terorganisasi maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Miles & Huberman, 2007: 21-22) :

Gambar 2.1.Components of Data Analysis: Interactive Model (Miles & Huberman, 2007: 23)

Proses pengumpulan dan analisis data (termasuk penulisan laporan) merupakan proses yang simultan dalam penelitian kualitatif. Pada saat pengumpulan data peneliti dapat langsung melakukan analisis informasi yang terkandung dalam data untuk menemukan gagasan pokok. Proses ini juga dapat bersifat iterative, dimana pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan secara bolak-balik dan seterusnya. Peneliti dapat melakukan wawancara ulang terhadap individu apabila terjadi kekurangan data atau terjadi kesimpangsiuran data (Creswell, 2008: 244-245).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi data

Data Collection

Data Reduction

Data Display

(40)

102 Dalam penelitian ini aspek yang direduksi adalah revitalisasi karakter bangsa melalui Pendidikan Kewarganegaraan dengan pengembangan budaya Macapatdi Kota Surakarta Jawa Tengah yang meliputi: 1) persepsi masyarakat Kota Surakarta Jawa Tengah terhadap karakter anggota masyarakat dikaitkan dengan pembangunan karakter, 2) persepsi masyarakat Kota Surakarta Jawa Tengah terhadap budaya Macapat berkaitan dengan pembangunan karakter bangsa, 3) mekanisme internalisasi nilai-nilai yang terdapat dalam Macapatuntuk pengembangan karakter bangsa di masyarakat Kota Surakarta Jawa Tengah, 4) budaya Macapat yang dominan mempengaruhi dalam pembangunan karakter bangsa, 5) strategi integrasi nilai-nilai Macapatdalam Pendidikan Kewarganegaraan di masyarakat dalam upaya mengembangkan karakter bangsa.

b. Display data

Setelah data dan informasi yang diperoleh dari lapangan direduksi, selanjutnya penulis melakukan display data, yakni menyajikan data secara singkat dan jelas.Hal ini dimaksudkan agar dapat melihat gambaran keseluruhan dari hasil penelitian atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian tersebut.

c. Kesimpulan/verifikasi

(41)

103 Dengan demikian secara umum proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data dirangkum, direduksi dan disesuaikan dengan fokus masalah penelitian, selanjutnya data dianalisa dan diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik, yaitu:

a. Data yang diperoleh disesuaikan dengan data pendukung lainnya untuk mengungkapkan permasalahan secara tepat.

b. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

c. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif fokus penelitian.

Demikian tahap-tahap yang dilakukan penulis dalam mengolah dan menganalisis data serta informasi yang diperoleh dalam penelitian.Melalui tahap-tahap ini, penulis berharap dapat mengumpulkan data yang memenuhi syarat keabsahan penelitian.

E. Penentuan Responden dan Kisi-Kisi Penelitian

1. Responden

(42)

sumber-104 sumber lain yang berkompeten. Misalnya, jika pengumpulan data tidak cukup hanya dari masyarakat dari kalangan keraton, menengah, dan atas maka perlu penambahan responden dari dinaspariwisata dan seniman. Teknik-teknik penentuan jumlah subjek penelitian seperti ini adalah snowball sampling (Bogdan & Biklen. 1982; Miles & Huberman, 2007; dan Nasution, 1996: 11, 33).

2. Kisi-kisi penelitian

Nasution (1996:9) berpendapat bahwa “peneliti adalah key instrument yakni peneliti sendiri yang bertindak sebagai pengamat, untuk mengumpulkan data secara mendalam yang dibantu dengan pedoman observasi dan pedoman wawancara”.Agar penelitian ini terarah, maka sebelum melakukan penelitian kelapangan, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi penelitian yang selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat pedoman wawancara, studi dokumentasi, dan observasi (terlampir).

F. Uji Validitas Data Penelitian

1. Triangulasi

(43)

105 kualitatif karena dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

2. Member Check

Dalam tahap member-check dilakukan pemantapan informasi atau data penelitian yang telah terkumpul selama tahap eksplorasi atau studi lapangan, dengan demikian hasil penelitiannya dapat diharapkan memiliki tingkat validitas yang tinggi.Dalam kaitan itu, data yang diperoleh melalui penggunaan teknik wawancara dibuat dalam bentuk transkrip.

Demikian juga halnya dengan data yang diperoleh melalui penggunaan teknik studi dokumentasi, dan data yang diperoleh melalui teknik observasi dibuat dalam bentuk catatan-catatan lapangan.Kemudian, peneliti menunjukkannya kepada responden penelitian. Peneliti meminta mereka membaca dan memeriksa kesesuaian informasinya dengan apa yang telah dilakukan. Apabila ditemukan ada informasi yang tidak sesuai, maka peneliti harus segera berusaha memodifikasinya, apakah dengan cara menambah, mengurangi, atau bahkan menghilangkannya sampai kebenarannya dapat dipercaya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Creswell (1998: 287) bahwa

Member Check adalah membawa kembali hasil laporan akhir atau deskripsi

tema-tema spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka merasa bahwa laporan /deskripsi/tema tersebut sudah akurat.

3. Expert Opinion

(44)

106 dengan expert opinion atau menanyakan atau mengecek kembali kepada pendapat ahli, dalam penelitian ini pendapat ahli budaya Jawa khususnya

Macapat Darsono. S.Kar.M.Kar dan MT. Supriyono, S.Kar.M.Kar.

G. Tahap-tahap Pelaksanaan Penelitian di Lapangan

Dalam setiap proses penelitian kualitatif batas antara satu tahapan dengan tahapan berikutnya sulit dinyatakan secara tegas. Hal itu sejalan dengan sifat ”emergent” dari penelitian kualitatif yaitu sifat yang senantiasa mengalami perubahan sepanjang penelitian dilaksanakan. Mengenai tahap penelitian, yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap penelitian sebagai berikut.

1. Tahap Pra-Lapangan:

Tahap ini meliputi berbagai studi kepustakaan, membuat desain penelitian, melaksanakan bimbingan intensif, menentukkan lokasi penelitian, mengurus perizinan, dan menyiapkan kelengkapan kegiatan penelitian lapangan.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan:

(45)

107 3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Tahap ini terdiri dari kegiatan-kegiatan mencari dan merumuskan tema, membuat hipotesis kerja, bekerja dengan hipotesis kerja, menafsirkan hasil analisis data serta menguji validitas data.

4. Tahap Penyajian Laporan Hasil Penelitian

(46)

239 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam Bab IV.

A. Kesimpulan

Merujuk pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sesuai pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan sejumlah temuan di lapangan, tampak bahwa revitalisasi karakter bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan dengan pengembangan budaya lokal di masyarakat Kota Surakarta-Jawa Tengah melalui pengembangan budaya Macapat sebagai usaha untuk membangun karakter bangsa dari anggota masyarakat. Macapat mengandung nilai-nilai luhur budaya bangsa yang sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 pasal 3 dan objek citizenship education. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian yang menggemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value-based education”. Pengembangan karakter bangsa di masyarakat Kota Surakarta melalui bentuk kegiatan dan pembinaan budaya

Macapat dengan menginternalisasi nilai-nilai Macapat melalui pendekatan

(47)

240 Berdasarkan rumusan masalah, sebagaimana telah diuraikan dalam bab IV, maka tampak revitalisasi karakter bangsa melalui Pendidikan Kewarganegaraan dengan budaya lokal Macapat di Kota Surakarta dapat dirinci sebagai berikut: a. Keterkaitan Antara Karakter Anggota Masyarakat Dengan

Pembangunan Karakter Bangsa cukup erat, masyarakat mendukung dan

menganggap penting pembangunan karakter bangsa dengan melakukan pembinaan nilai dan sikap toleransi, kerja keras, gotong royong, sopan santun, dan cinta tanah air melalui kegiatan rutin kemasyarakatan seperti Macapatan. Anggota masyarakat Surakarta memiliki karakter yang taqwa, ramah, santun perkataanya, tepo seliro, kerja sama, kreatif inovatif, gotong royong, kepedulian, kerja keras, jiwa patriotik, dan toleransi tetapi masih ada beberapa anggota masyarakat memiliki sikap sombong, pelit, dan tidak memiliki kepedulian sosial yang diasumsikan karena tidak mengetahui dan paham serta mengikuti kegiatan Macapat. Kegiatan pembinaaan nilai sebagai upaya pembangunan karakter bangsa yang harus selalu dibina, diwariskan, dan diperbaiki sehingga mempribadi kedalam diri individu masyarakat Surakarta guna membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

b. Keterkaitan Budaya Macapat Dengan Pembangunan Karakter Bangsa

(48)

241 penampilan agar kemajuannya beriringan dengan kebudayaan yang bersifat materil.

c. Mekanisme Internalisasi Nilai-Nilai Macapat Untuk Pengembangan

Karakter Bangsa pada masyarakat Kota Surakarta, di keluarga melalui

pendekatan interventif, habituasi, dan enkulturasi yang meliputi pemberian pemahaman, memberikan keteladanan, membangun kebersamaan, dan komunikasi melalui rengeng-rengeng, ura-ura untuk mengisi waktu senggang, menangkal kesepian, penawar lelah, penahan rasa kantuk, dan sebagainya. Di lingkungan masyarakat melalui habituasi dan akulturasi seperti kegiatan Macapatan yang rutin lewat nyanyian, drama, gending, dan wayang mengunakan musik modern dan upacara adat seperti selamatan tujuh bulan kehamilan, kelahiran, khitanan, perkawinan, dan tolak balak.

d. Tembang Macapat yang Dominan Berpengaruh dalam Pembangunan

Karakter Bangsa tembang Macapat cilik/alit paling dominan untuk

pengembangan karakter bangsa pada masyarakat kota Surakarta karena hanya ada dua tembang Macapat tengahan yaitu Gambuh dan Megatruh yang diketahui dan dipahami masyarakat.

e. Strategi Integrasi Nilai-Nilai Macapat dalam Pendidikan

Kewarganegaraan di Masyarakat dalam Upaya Mengembangkan

Karakter Bangsa dengan mengintegrasikan nilai kerukunan, nilai ketuhanan,

(49)

242 kegiatan rutin Macapatan, pementasan Macapat dengan melalui drama dan wayang, serta perlombaan, dan kebiasaan menyayikan dan mendengar

Macapat saat beraktivitas di rumah.

2. Kesimpulan Khusus

a. Keberhasilan pembangunan karakter bangsa dengan strategi integrasi nilai-nilai Macapat dalam pendidikan kewarganegaraan di masyarakat dalam upaya mengembangkan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama dari berbagai komponen yang dilakukan secara berkesinambungan, terintegrasi, dan tersistematis dengan berbagai inovasi untuk mencapai suatu tujuan bangsa.

b. Dorongan kuat untuk memahami dan membiasakan diri untuk menyanyikan ataupun mendengarkan tembang Macapat dari setiap individu akan membantu dalam pembangunan karakter bangsa.

c. Keberhasilan penginternalisasian nilai-nilai Macapat hanya sebatas meningkatkan civic skiil dan civic disposition belum meningkatkan civic

knowledge dalam Pendidikan Kewarganegaraan karena hanya sebatas

pengembangan dan pembinaan nilai-nilai. B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal berkaitan dengan revitalisasi karakter bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan dengan pengembangan budaya lokal, yakni sebagai berikut: 1. Kepada Pemerintah Daerah Kota Surakarta terkait, keberadaan dan

(50)

243 kesenian tradisional sebagai usaha membangun karakter warga negara. Salah satu sarana untuk melakukan revitalisasi karakter bangsa dengan mengembangkan dan menggali nilai-nilai budaya lokal yang ada di Kota Surakarta mengingat Kota Surakarta memiliki visi kota budaya. Pemahaman dan pembinaan, khususnya Macapat di lingkungan masyarakat pemerintah daerah Kota Surakarta ikut bertanggung jawab tidak hanya mengadakan perlombaan saja tetapi ada pembinaan dengan adanya alokasi dana khusus pembinaan dan pengembangan budaya Macapat serta mengadakan monitoring, evaluasi, dan realisi dari hasil monitoring dan evaluasi. Selain itu, perlu adanya kebijakan kegiatan Macapat di setiap kelurahan agar semua masyarakat Surakarta menjadi terbiasa.

2. Kepada Masyarakat Kota Surakarta, menginggat budaya Macapat memuat nilai-nilai luhur budaya bangsa seperti nilai ketakwaan, kemandirian, kejujuran, tanggung jawab, kepedulian sosial, jiwa patriotik, persatuan, kerja keras, kejujuran, kepatuhan, sopan-santun, kewaspadaan/hati-hati/cermat, budi pekerti luhur, pantang menyerah, disiplin, vioner, hemat, hidup sehat, kebijaksanaan, gotong royong, kerukunan, dan patuh terhadap hukum serta sebagai karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila yang bersumber dari olah hati, olah pikir, olah raga dan olah rasa serta karsa. Maka, harus ditingkatkan kegiatan Macapatan yang sudah dan perlu adanya inovasi baru dalam penampilan supaya semua kalangan tertarik.

(51)

244 edukatif, seperti yang terkandung dalam Macapat menginggat sekarang ini sudah jarang sekali lagu untuk anak-anak.

4. Kepada sekolah terkait pengembangan budaya Macapat diharapkan setiap sekolah menjadi pusat pengembangan budaya (center culture) sebagai proses enkulturasi untuk menjadi kekuatan bangsa Indonesia.

5. Kepada budayawan terkait pengembangan karakter bangsa melalui pendidikan kewarganegaraan dengan budaya lokal perlu ada inovasi dan kolaborasi budaya-budaya yang ada di daerah tersebut, dimana disesuaikan dengan zaman sekarang dan menggunakan IPTEK yang canggih sehingga menarik banyak orang terutama media massa.

(52)

245

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif (Dasar-dasar Merancang

dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Arikunto, Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi .(1998). PROSEDUR PENELITIAN suatu pendekatan

praktek. Jakarta : Rineka cipta.

Ayatrohaedi.1985.Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius).Jakarta : Pustaka Jaya.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. BAHAN

PENELITIAN Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa (Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa). Jakarta:

Kementrian Pendidikan Nasional.

Berkowitz, M.W., Battistich, V.A., Bier, M.C. 2008. “What Works in Character Education: What IsKnown and What Needs to Be Known”. Handbook of Moral and Character Education. Pages 414-431. New York: Tailor andFrancis.

Bertens, K.(1988). Sejarah Filsafat Yunani. Jakarta: Kanisius.

Bogdan, R.C. and Biklen, S.K. (1992). Qualitative Research for Education: An

Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon.

Branson. S. Margaret dkk. (1998). “Belajar “Civic Education” dari Amerika”, Yogyakarta : diterbitkan atas kerjasama : Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) dan The Asia Foundation (TAF).

Bratawijaya W.T.(1996).Mengungkap dan Mengenal Budaya Jawa.Jakarta: Pradiya Paramita.

Budimansyah, D.(2008) Membangun Karakter Bangsa Di Tengah Arus Globalisasi dan Gerakan Demokratisasi:Reposisi Peran Pendidikan Kewarganegaraan. Pidato Pengukuhan guru besar tetap PPKN, IPS,IKIP.Bandung.

Budimansyah, D dan Suryadi, Karim.(2008). “PKn dan Masyarakat

Multikultural”, Bandung: Sekolah Pasca Sarjana Program Pendidikan

(53)

246 Budimansyah, D. dan Winataputra,S,U.(2007).Civic education konteks ,landasan,

bahan ajar, dan kultur kelas. Bandung : Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Creswell, J.W. (1998). Research Design Qualitative & Quantitative Approach. London: Publication.

____________. (2010). Research Design Qualitative & Quantitative Approach.Penerjemah Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cogan, J. J dan Derricott, R.,(1998).Citizenship for the 21st century : An

International perspective on Education.London : Kogan Page

Danusuprapto.(1981).Tembang Macapat dalam Khasanah Sastra Jawa.Fakultas Sastra dan Budaya UGM Yogyakarta.

DeVos, George A. 1968. National Character. Dalam Sills, David L (editor).

International Encyclopedia of the Social Sciences, New York: The

Macmillan.

Dewantara, Hajar.(1962).Karja Ki Hadjar Dewanatara.Jogjakarta: Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Frinces Helvin. (2009).Tantangan Globalisasi.Mida Pustaka: Yogyakarta.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda : Melintasi Waktu Menantang Masa

Depan. Bandung : Lemlit Unpad.

Guba,Egon G.(1998).Toward Methodology of Naturalistic Inquiry Evaluation.Los Angeles: Center of the Study of Evaluation,UCLA Graduate School of Education.University of California.

Hakam, KA. (2007). Bunga Rampai Pendidikan Nilai. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Harsojo.1984.Pengantar Antropologi.Bandung:Binacipta.

Huberman.A.M dan Miles M.B.Analisis Data Kualitatif.Jakarta: UI Press. Johson.P.D.(1986).Teori Sosiologi Klasik dan Modern II.Jakarta:Gramedia. Kalidjernih, Freddy Kirana.(2010). Penulisan Akademik.Bandung:Widya Aksara. Kalidjernih, Freddy Kirana.(2010) .Kamus Studi

Kewarganegaraan.Bandung:Widya Aksara.

(54)

247 Kartini, K. (1982). Psikologi Anak. Bandung : Alumni.

Koesoema A, Doni .(2007).Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di

Zaman Global, Jakarta : Grasindo.

Koentjaraningrat. (2009) ( Sejarah Teori Antropologi I.Jakarta : UI Press. _______________.(2007). Sejarah Teori AntropologiI I. Jakarta: UI Press. _______________.(1985). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Kuntowijoyo(2006). Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Lickona, Thomas.(1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility”, New

York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.

Lincoln and Guba. (1985). Naturalistic Inquiry. London: Sage Publication.

Lincol.S.Ydan Denzin.K.Norman.(2009).Handbook Of Qualitative Research.Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

Mack,Dieter.(2001).Pendidikan Musik Antara Harapan Dan Realita.Bandung: UPI Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Megawangi, R. (2004) Pendidikan Karakter (Solusi yang Tepat untuk

Membangun Bangsa. Bandung: (Sponsor) BPMIGAS dan Energy.

_____________. (2007). Character Parenting Space (Menjadi Orang Tua Cerdas

untuk Membangun Karakter Anak. Bandung: Mizan Media Utama

(MMU).

_____________. (2007). Semua Berakar Pada Karakter (Isu-isu Permasalahan

Bangsa). Bandung: Mizan Media Utama (MMU).

Miles, M & Huberman, AM. (2007). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber

tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moch,Muwardi, dan Marwoto.(1992).Tuntunan Sekar Macapat.Surakarta: Tiga Serangkai.

Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Kota Bandung: PT . Remaja Rosdakarya.

Morgenthau, Hans. J. 1963, Politics Among Nations: The Strugge for Power and

Peace. (third Edition). New York: Alfred A Knopf.

Mulyana, Deddy. (2002). Metode Penelitian kualitatif. Kota Bandung: Remaja Rosdakarya.

Naisbitt.J dan Aburdene P. (1990).Megatrends 2000 Sepuluh Arah Baru untuk

(55)

248 Nasution. (1996). Metode Penelitian Kualitatif Naturalistik. Jakarta: Sinar Grafika _______. (2007). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nazir, Moh. (1983). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia.(2010). Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025.

Q-Anees, Bambang dan Adang Hambali. (2008). Pendidikan Karakter Berbasis

Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Pradipta,B.(1993/1994).Kehidupan Macapat di Propinsi Jawa Tengah, Jakarta: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Depdikbud. Rahmawati, Yeni.(2009).Peranan Musik dalam Pembentukkan Budi Pekerti

Bandung: UPI.

Ranjabar, Jacobus.(2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bogor :Ghalia Indonesia.

Rauf M dkk. (2008). Refleksi Karkater Bangsa. Jakarta : UI.

Ronggowarsito, Wirid Hidayat Jati, gubahan R. Tanojo, Surabaya: Trimurti, tt. Q-Anees, Bambang dan Adang Hambali.(2008). Pendidikan Karakter Berbasis

Al-Quran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Schmit. et al. (2005). The Hearth of the Matter: Character and Citizenship

Education in Alberta Schools. Canada: Alberta

Sedyawati, Edy.(2008).KeIndonesiaan dalam Budaya.Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

___________(2

Gambar

Tabel 2.1 Pilar Keluarga.........................................................................
Gambar 4.2 Keterkaitan Macapat, PKn dan Pendidikan Karakter………….   235
Gambar 1.1 Skema Paradigma Penelitian
gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk penanaman yang dilakukan SMK Negeri 8 Surakarta dalam menanamkan pendidikan karakter peduli sosial dan santun, yaitu dengan melakukan bimbingan rutin

(5) Berdasar analisis SWOT, dikembangkan draf model PKn di SMP berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk penguatan karakter dan jati

Kepada orang tua agar tetap melestarikan budaya macapat karena pembangunan dan pengembangan pembelajaran nilai-nilai kearifan lokal sebagai penguat karakter bangsa

Berdasar wawancara, angket, dan observasi siswa pada wayang, maka diharapkan akan diketahui jenis pertunjukkan wayang yang disukai siswa yang akan dikembangkan pada tahun II;

Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data langsung berupa informasi yang berkaitan dengan bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler,

Penguatan karakter bangsa bertujuan agar bangsa yang bersangkutan mampu bersikap dan bertingkah laku dengan sepatutnya sehingga mampu mengantar bangsa menuju kesuksesan

Dengan memiliki pemahaman konsep yang baik para kepala sekolah dan guru selaku pelaksana penyelenggara pendidikan yang didukung oleh warga sekolah, stakeholder sekolah atau

Dengan demikian, melalui pendidikan yang terarah, strategis, dan terlibat secara aktif dalam kegiatan revitalisasi, tradisi seperti Tari Radat Selimut Putih dapat tetap hidup,