• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Pendidikan Kewarganegaraan di Smp Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Strategi Revitalisasi Nilainilai Pancasila Untuk Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Model Pendidikan Kewarganegaraan di Smp Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Strategi Revitalisasi Nilainilai Pancasila Untuk Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

PENGEMBANGAN MODEL

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP BERBASIS

KEARIFAN LOKAL SEBAGAI STRATEGI REVITALISASI

NILAI-NILAI PANCASILA UNTUK PENGUATAN KARAKTER

DAN JATI DIRI BANGSA

Tahun Ke-dua dari Rencana Penelitian selama Dua Tahun

Ketua dan Anggota Tim Peneliti

Prof. Dr. Bambang Sumardjoko, M.Pd. NIDN: 0014056201 Drs. Muhammad Musiyam, MTP. NIDN: 0626026201

Dibiayai oleh Koordinasi Perguruan Tinggi Wilayah VI,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian Nomor: 007/K6/KL/SP/PENELITIAN/2014,

tanggal 8 Mei 2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NOPEMBER 2014

(2)
(3)

ABSTRAK

Globalisasi membawa negara-negara bangsa terintegrasi dalam jaringan global seakan

menyatu dalam “Global Village”.Sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam rangka memenangkan persaingan di pasar global, bangsa Indonesia harus memiliki jati diri. Para pendiri negara telahmenetapkan Pancasila sebagai dasar Negara sekaligus sebagai pandangan hidupbangsa. Kedudukan dan fungsi tersebut bersifat hakiki, karena itu nilai-nilai Pancasila harus diaktualisasikan secara berkelanjutan untuk membangun karakter bangsa. Menggali dan menanamkan nilai-nilai Pancasila yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal secara inheren lewat pendidikan memiliki fungsi strategis bagi penguatan karakter dan jati diri bangsa.PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk “citizenship education” karena itu perlu dilakukan penelitian pengembangan model pembelajaran Kewarganegaraan berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk penguatan karakter dan jati diri bangsa.

Penelitian pengembangan ini dilakukan selama dua tahapan dalam waktu dua tahun.Tujuan umum penelitian adalah menemukan dan mengembangkan model PKn di SMP berbasis kearifan lokal sebagai penguatan karakter dan jati diri bangsa. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kebutuhan PKn di SMP dalam penguatan karakter dan jati diri bangsa yang saat ini dilaksanakan. (2) merumuskan desain model PKn berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk penguatan karakter dan jati diri bangsa (tentatif); (3) menemukan model; (4) menyusun perangkat pembelajaran PKn berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk penguatan karakter dan Jati diri bangsa.

Pada tahap ke-1, analisis fokus yang dikaji dan perencanaan desain model menggunakan pendekatan kualitatif menempuh alur pelaksanaan sebagai berikut: (1) studi literatur; (2) pengumpulan data lapangan dan triangulasi data dilakukan untuk mengungkap tujuan khusus pertama, yaitu mendeskripsikan model PKn di SMP yang saat ini dilaksanakan; (3) deskripsi dan analisis temuan (model); (4) perumusan desain model (tentatif) melalui lokakarya partisipatif-kolaboratif; dan (5) penyusunan panduan model PKn di SMP berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk penguatan karakter dan jati diri bangsa.

Kemudian pada tahap ke-2, ujicoba dan validasi model menggunakan pendekatan kuantitatif. Alur kegiatan pada penelitian tahap ke-2 sebagai berikut: (1) memberikan sosialisasi dan orientasi tentang panduan model pada kelompok uji terbatas; (2) mengimplementasikan panduan model dalam lingkup terbatas, yaitu salah satu SMP di kota Surakarta; (3) mengimplementasikan panduan model dalam lingkup lebih luas, yaitu di dua SMPN level A dan SMPN Level B di kota Surakarta; (4) menguji efektivitas model melalui pembandingan efek keberhasilan penerapan model terhadap kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol; (5) merumuskan hasil (kesimpulan) uji model; (6) mensosialisasikan model pada seluruh pemangku kepentingan pendidikan di Surakarta

Hasil keseluruhan penelitian ini adalah Model Pembelajaran PKn Berbasis Kearifan Lokal sebagai Strategi Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila untuk Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa, Buku Panduan Implementasi Model, dan Jurnal Nasional.

(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadlirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan laporan penelitian tentang "Pengembangan Model Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Berbasis Kearifan Lokal sebagai Strategi Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila untuk Penguatan Karakter dan Jati Diri Bangsa" tahun 2014.

Penelitian Hibah Bersaing ini dikerjakan berdasarkan surat perjanjian pelaksanaan penelitian nomor 194.2/A.3-III/LPPM/V/2014, tanggal 17 Mei 2014.

Penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya karena usaha keras tim peneliti, peran serta, dan sumbangsih yang telah diberikan oleh berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada berbagai pihak sebagai berikut.

1. Direktur DP-2M Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah berkenan memberikan kesempatan tim peneliti dan menyediakan dana untuk melakukan penelitian.

2. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah mendorong peneliti untuk kegiatan penelitian bagi para dosen.

3. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan persetujuan untuk terlaksananya kegiatan penelitian ini. 4. Guru-guru PKn SMP di Surakarta, khususnya guru PKn di SMP Negeri 10 dan SMP Negeri 21 Surakarta, Kepala SMP Negeri, dan Pejabat Kantor Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta yang telah membantu tim peneliti mendapatkan data secara mudah dan komprehensif.

5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah membantu, memberikan motivasi, dan mengilhami peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini dengan tepat waktu.

(5)

Akhirnya, kami menyadari adanya berbagai kekurangan dalam penelitian ini, kami selalu membuka diri bagi tanggapan, kritik, dan saran sebagai masukan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga penelitian ini bermanfaat adanya. Amin.

Surakarta, 10 Nopember 2014 Ketua Peneliti,

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……… i

HALAMAN PENGESAHAN………. ii

RINGKASAN … ……… iii

PRAKATA …… ……… iv

DAFTAR ISI … ……… vi

DAFTAR TABEL……….. viii

BAB 1. PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah………... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA………. 7

A. Kajian Pustaka………. 7

1. Konsep Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan... 7

2. Revitalisasi Nilai-nilai dan Pendidikan Pancasila... 21

3. Kearifan Lokal Budaya Jawa dan Sistim Nilai Budaya… 26 B. Penelitian yang Relevan... 38

C. Bagan Kerangka Berfikir……… 41

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN………. 42

A. Tujuan Penelitian………. 42

B. Manfaat Penelitian……… 42

BAB 4. DESAIN DAN METODE PENELITIAN……….. 44

A. Desain Penelitian………. 44

B. Metode Penelitian……… 44

(7)

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 53

A. Setting Kota Surakarta………. 53

B. Deskripsi Studi Pendahuluan... 60

1. Pembelajaran PKn yang Dikehendaki Stakeholder... 60

2. Pengembangan Model Pembelajaran PKn Berbasis Kearifan Lokal 68 C. Uji Coba Implementasi Model (Uji Terbatas)……….. 80

1. Deskripsi Hasil Uji Implementasi Siklus ke-1……… 80

2. Deskripsi Hasil Uji Implementasi Siklus ke-2……… 89

3. Deskripsi Uji Implementasi di SMP Negeri 21 (Uji Luas)…. 98 4. Hasil Observasi dan Refleksi di SMP Negeri 21... 107

5. Hambatan dan Keterbatasan Uji Coba Model di SMP Negeri 10 dan 21……….. 109

D. Pengujian Efektivitas Model Pembelajaran PKn Berbasis Kearifan Lokal 121 1. Hasil Uji Efektivitas Model di SMP Negeri 10……… 121

2. Hasil Uji Efektivitas Model pada SMP Negeri 21……….. . 124

3. Kevalidan, Kepraktisan, dan Kefektifan Model Pembelajaran PKn Berbasis Kearifan Lokal……….. . 128

E. Pembahasan Hasil Penelitian………. 130

BAB 6. PENUTUP………. … 151

A. Simpulan………. 151

B. Implikasi Hasil Penelitian……….. 155

C. Rekomendasi……….. 156

DAFTAR PUSTAKA……… 158 LAMPIRAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun

2003 pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab”. Salah satu instrumen pelaksana pendidikan nasional

untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi sebagai instrumen pelaksana pendidikan

nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui

penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan mulai dari tingkat pendidikan Sekolah

Dasar hingga Perguruan Tinggi diharapkan mampu membentuk watak warga negara yang

mengetahui, menyadari, dan bersedia melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga

negara sesuai dengan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya merupakan pendidikan yang

mengarah pada terbentuknya warga negara yang baik dan bertanggung jawab berdasarkan

nilai-nilai dan dasar negara Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan pada hakikatnya

merupakan pendidikan Pancasila dalam praktek. Secara epistemologis, Pendidikan

Kewarganegaraan dan pendidikan Pancasila dapat dilihat sebagai suatu integrated knowledge system yang memiliki misi menumbuhkan potensi peserta didik agar memiliki "civic intelligence", "civic participation", dan "civic responsibility" sebagai warga negara Indonesia dalam konteks watak dan peradaban bangsa Indonesia yang ber-Pancasila

(Winatapura, 2001).

Di Indonesia kerangka sistemik Pendidikan Kewarganegaraan dibangun atas dasar

paradigma bahwa PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang

bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia

yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab. Secara teoretik, PKn

(9)

2

dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang

demokratis, dan bela negara. Secara programatik, PKn dirancang sebagai subjek

pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari (Budimansyah, 2008: 24).

Dalam praktik pendidikan menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan di

tahun-tahun terakhir ini telah mengalami degradasi yang mengkawatirkan, bahkan

nilai-nilai kearifan lokal telah tergerus oleh arus pendidikan global. Kondisi ini berakibat

menipisnya tatakrama, etika, dan kreativitas anak bangsa. Dunia pendidikan dianggap

tidak mampu melahirkan lulusan yang berkualitas, yakni manusia Indonesia seutuhnya

seperti cita-cita luhur bangsa yang diamanatkan dalam undang-undang pendidikan

Nasional. Merosotnya nilai-nilai moralitas dalam tata kehidupan kolektif sebagai bangsa

juga disebabkan karena mengendornya pemahaman dan implementasi nilai-nilai luhur

Pancasila. Padahal kesadaran kolektif tersebut merupakan modal dasar dan modal sosial

serta character and nation building guna memperkokoh integrasi bangsa.

Karakter warganegara Indonesia yang hendak dibentuk dipengaruhi oleh

kepentingan hidup berbangsa dan bernegara sesuai dengan jamannya. Cerminan dari

karakter warganegara Indonesia tampak dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

dirumuskan sejumlah tujuan pendidikan nasional yang pada hakekatnya menunjuk pada

sejumlah karakter warganegara yang diinginkan.

Menurut Budimansyah (2008: 24-25), dari sejumlah kompetensi yang diperlukan,

yang terpenting adalah (1) penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu;

(2) pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris; (3) pengembangan karakter

dan sikap mental tertentu; serta (4) komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar

demokrasi konstitusional. Berdasarkan kompetensi yang perlu dikembangkan maka

terdapat tiga komponen utama yang perlu dipelajari dalam PKn, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic dispositions.

Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) merupakan substansi materi yang harus diketahui oleh siswa sebagai warganegara. Pada prinsipnya, pengetahuan yang

harus dimiliki oleh setiap warganegara adalah mengenai hak dan kewajibannya sebagai

(10)

3

dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan agar pengetahuan yang dimiliki

tersebut menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan untuk mengatasi

masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Keterampilan kewarganegaraan

mencakup keterampilan intelektual (intelektual skills) dan keterampilan partisipasi

(participation skills).

Kemudian, watak kewarganegaraan adalah sikap dan kebiasaan berpikir

warganegara yang menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan

kepentingan umum dari sistem demokrasi. Sebagaimana dikemukakan Quigley dkk

(1991), civic disposition adalah "...those attitudes and habit of mind of the citizen that are conducive to the healthy functioning and common good of the democratic system". Secara konseptual civic disposition meliputi sejumlah karakteristik kepribadian, yakni "Civility (respect and civil discourse), individual responsibility, self-discipline, civic-mindedness, open-mindedness (openness, skepticism, recognition of ambiguity), compromise (confIict

of principles, compassion, generosity, and loyalty to the nation and its principles” (Quigley, Buchanan, dan Bahmueller, 1991: 13-14).

Merujuk pada penjabaran PKn di atas maka dapat dinyatakan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan memiliki misi sebagai pendidikan karakter bertujuan mempersiapkan

para peserta didik sebagai warga negara yang cerdas dan baik (to be smart dan good citizen), yakni menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai

(attitudes and values) yang dapat dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan untuk membentuk warga Negara

yang baik selalu menimbulkan kerumitan, karena: pertama, pendidikan kewarganegaraan selalu bersentuhan dengan kepentingan politik kenegaraan sehingga rentan untuk

dimanfaatkan sebagai alat mempertahankan kepentingan kekuasaan suatu rezim politik.

Kedua, konsep kewarganegaraan berkaitan dengan, atribut "baik" dari seorang warga negara juga berarti mengandaikan perlunya wilayah kajian etika (filsafat moral)

kenegaraan. Ketiga,pendidikan kewarganegaraan tidak hanya mengajarkan hak-hak dan kewajiban warga negara terhadap negara (urusan publik) tetapi juga membangun seorang

warga negara yang berpartisipasi aktif, yakni tidak hanya menjadi “warga negara yang

baik” (good citizen) tetapi juga menjadi "warga negara yang aktif” (active citizen)

Realitas di lapangan tampak ada gejala keinginan untuk menolak pembelajaran

(11)

4

Pendidikan Kewarganegaraan dianggap kehilangan karakteristik akademisnya karena

tidak terdapatnya teori-teori keilmuan yang cukup memadai. Model pembelajaran PKn

dinilai lebih menekankan kepentingan rezim politik dengan materi yang tidak menarik

dan formalistik. Proses pembelajaran tidak mendorong kemampuan siswa untuk berpikir

kritis. Hal ini disebabkan karena (1) materi yang diajarkan cenderung verbalistik atas

nilai-nilai moral Pancasila sebagai civic virtues, (2) model pembelajarannya cenderung berbentuk hafalan kognitif. Akibatnya, proses pembelajaran menimbulkan kejenuhan,

karena materi yang diajarkan cenderung monoton, teoretik, kognitif bahkan verbalistik

(Samsuri, 2010: 130).

Berdasarkan hasil penelitian tahun pertama dilakukan analisis SWOT terhadap

pembelajaran PKn yang berlangsung saat ini. Hasilnya menunjukkan hal-hal sebagai

berikut. Kekuatan pembelajaran PKn adalah 1) Adanya dukungan pemerintah, Dikpora,

dan sekolah dalam implementasi PKn, 2) Ditetapkannya PKn sebagai mata pelajaran

wajib di Pendidikan Dasar dan Menengah, 3) Komitmen dari sekolah dan Guru untuk

melaksanakan pembelajaran PKn, 4) Adanya MGMP pembelajaran PKn, 5) PKn sebagai

Pendidikan Pancasila dalam Praktek, 6) Adanya kemauan guru melakukan berbagai

variasi metode pelajaran; 7) Adanya ketegasan guru dalam menegakkan disiplin; 8)

Adanya kemauan guru meningkatkan profesionalisme dengan studi banding; 9) Kemauan

guru mengikuti perkembangan pembelajaran PKn; 10) Kemauan guru menjadi role model

dan menunjukkan tokoh-tokoh yang dapat menjadi panutan.

Kelemahan pembelajaran PKn yang sedang berlangsung, antara lain 1) Pendidikan

kewarganegaraan rentan untuk dimanfaatkan sebagai alat mempertahankan kepentingan

kekuasaan suatu rezim politik; 2) Materi PKn tidak menarik dan formalistik; 3) Konsep

kewarganegaraan berkaitan dengan atribut "baik" dari seorang warga negara yang juga

berarti mengandaikan perlunya wilayah kajian etika kenegaraan; 4) Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan semata-mata menampilkan nilai moral; 5) Pendidikan

Kewarganegaraan kehilangan karakteristik akademisnya karena tidak terdapatnya

teori-teori keilmuan yang cukup memadai; 7) Proses pembelajaran cenderung verbalistik atas

nilai-nilai moral Pancasila sebagai civic virtues; 8) Pembelajarannya cenderung bersifat hafalan kognitif; 9) Proses pembelajaran menimbulkan kejenuhan, karena materi yang

diajarkan cenderung monoton, teoretik, kognitif bahkan verbalistik.

Peluang untuk mengembangkan model pembelajaran PKn yang inovatif antara

(12)

5

(learning by doing), belajar memecahkan masalah sosial (social problem solving learning), belajar melalui perlibatan sosial (socio-participatory learning), belajar melalui pembiasaan serta interaksi sosial-kultural (enculturation and socialization), belajar melalui interaksi sosial-kultural sesuai dengan konteks kehidupan masyarakat; 2) Materi

content informal dalam PKn yang bersifat kontekstual dapat dikembangkan sesuai dengan realitas sosial budaya peserta didik; 3) Misi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai

pendidikan karakter untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang

cerdas dan baik (to be smart dan good citizen); 4) Tujuan pendidikan kewarganegaraan menjadi warga negara yang baik (good citizen) dan warga negara yang aktif (active citizen); 5)Nilai-nilai Pancasila berasal dari nilai-nilai budaya bangsa.

Ancaman terhadap pembelajaran PKn adalah 1) Globalisasi berdampak pada

homogenitas budaya yang melanda dunia; 2) Menurunnya etika sopan santun dan kuatnya

budaya kekerasan; 3) Kurangnya penghargaan terhadap nilai-nilai budaya lokal; 4)

Menurunnya implementasi nilai-nilai Pancasila; 5) Pudarnya jati diri bangsa Indonesia

sebagai dampak pengaruh budaya global.

Dengan melihat berbagai kekuatan dan peluang pembelajaran PKn serta dengan

mempertimbangkan kelemahan dan ancaman terhadap pembelajaran PKn relevansinya

dengan implementasi nilai-nilai Pancasila maka perlu dilakukan revitalisasi terhadap

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan

pembangunan karakter bangsa. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan

pengembangan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Berbasis Kearifan

Lokal sebagai Strategi Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila untuk Penguatan Karakter dan

Jati Diri Bangsa.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah bentuk awal model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk

penguatan karakter dan jati diri Bangsa?

2. Bagaimanakah desain hasil pengembangan model pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai

Pancasila untuk penguatan karakter dan jati diri Bangsa? Selanjutnya, pertanyaan

penelitiannya adalah sebagai berikut:

(13)

6

berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk

penguatan karakter dan jati diri Bangsa oleh tim ahli?

b. Bagaimanakah deskripsi model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

berbasis kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk

penguatan karakter dan jati diri Bangsa?

3. Bagaimanakah efektifitas model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berbasis

kearifan lokal sebagai strategi revitalisasi nilai-nilai Pancasila untuk penguatan

(14)

157

DAFTAR PUSTAKA

Ayatrohaedi. (1986). Kepribadian Budaya Bangsa(Local Genius). Bandung: Pustaka Jaya.

Budimansyah, Dasim & Suryadi, Karim. (2008). PKn dan Masyarakat Multi-kultural, Prodi

PKn-Sekolah Pascasarjana–UPI Bandung: Bandung.

Doni Koesoema A. (2010). Pendidikan Karakter, Jakarta: Kompas Gramedia.

Creswell, John W. (1994). Qualitiative & Quantitative Approach. London New Delhi: SAGE

Publications.

Gall, Meredith D, Gall, Joyce P, & Borg, Walter R. (2003). Educational Research, An Introduction

(Seventh Ed). Boston: Allyn and Bacon.

Ibrahim, M., dkk.(2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press.

Kauchak, Donald P., dan Eggen, Paul D., (1993). Learning and Teaching, Research-Based Methods.

Boston: Allyn and Bacon.

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Bahan Pelatihan Metodologi Belajar Mengajar Aktif.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Kemendiknas. (2010). Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:

Kemendiknas

__________. (2010). Bahan Pelatihan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Ki Supriyoko. (2003).”Menuju Masyarakat Tertib Damai Salam Bahagia Sebagai Karakter Bangsa

Masa Depan”, Makalah. Disampaikan dalam Forum Sarasehan Kebudayaan. Yogayakarta :

19-20 Mei 2003.

Lickona, Thomas. (1992). Educating for Character. How our Schools cans teach Respect and

Responsibility, New York: Bantam Books.

Megawangi, Ratna, (2004) Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa.

Jakarta: BPMIGAS.

Winataputra, U.S. (1978). A pilot Study of Implementation of the Area of Learning Moral Education

of Pancasila in the 1975 SMA Curiculum in the Bandung Area (Postgraduate Project) Sydney: Macquarie University.

__________(2001). “Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pendidikan Demokrasi”,

(Disertasi) Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

_________(2005). Konsep dan Strategi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi:

Tinjauan Psiko-Pedagogis dan Sosio Andragogis, Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi (Bahan SUSCADOS Dikwar)

_________(2006) Konsep dan Strategi Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah: Tinjauan

(15)

158

Zuriah, Nurul. (2010). “Model Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Multikultural Berbasis

Kearifan Lokal dalam Fenomena Sosial Pasca Reformasi di Perguruan Tinggi”. Laporan

penelitian Hibah Doktor – DP2M Dikti Diknas TA. 2010.

Suyanto. (2003). Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Measuki Milenium Ketiga.

Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa.

Tilaar, HAR. (2007). Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa Indonesia Tinjauan dari

Perspektif Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Tilaar, HAR.(2000), Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat madani Indonesia, Bandung: Rosda

karya.

Referensi

Dokumen terkait

Risiko kredit Kelompok Usaha terutama terhadap piutang dagang. Perusahaan dan Entitas Anak memiliki kebijakan, hanya akan bertransaksi dengan pihak ketiga yang memiliki

Mengingat siswa yang diajar adalah anak usia dini yang masih duduk di kelompok A dengan usia antara 4 – 5 tahun, maka dari ke - 26 huruf abjad, anak diarahkan untuk paham bahwa ke

Selama magang peserta akan menerima dan melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan baik oleh Mitra Magang dengan bimbingan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Tugas dan

Adapun sampel dalam penelitian ini peneliti mengambil dua kelas, yaitu kelas X IIS 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X Bahasa sebagai kelas kontrol.. Adapun

lambat jika dibandingkan dengan kecepatan pada aktuator motor dc saat bergerak sehingga pada saat motor bergerak citra wajah tidak dapat dideteksi, hal tersebut

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem pengendalian intern penggajian pada Yayasan Musi Palembang sudah dilaksanakan sesuai dengan kajian

Sementara berdasarkan spasial, Jawa masih menjadi wilayah pengguna internet terbesar di Indonesia dibandingkan dengan Sumatera yaitu (21%) (Hootsuite, 2019).

The objective of this study is to investigate the use of high resolution photogrammetric point clouds together with two novel hyperspectral cameras in VNIR and