• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN UMKM BERBASIS ZAKAT PRODUKTIF (STUDI KASUS PROGRAM SOCIAL MICRO FINANCE OLEH LEMBAGA AMIL ZAKAT MUHAMMADIYAH DI KAB. SLEMAN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN UMKM BERBASIS ZAKAT PRODUKTIF (STUDI KASUS PROGRAM SOCIAL MICRO FINANCE OLEH LEMBAGA AMIL ZAKAT MUHAMMADIYAH DI KAB. SLEMAN)"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu

pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: Aulia Rachman NPM: 20130730392

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

(2)

i SKRIPSI

Oleh: Aulia Rachman NPM: 20130730392

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

(3)

ii

Kepada Yth,

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Assalamu’alaikum wr. wb.

Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Aulia Rachman NPM : 20130730392

Judul : PEMBERDAYAAN UMKM BERBASIS ZAKAT PRODUKTIF (STUDI KASUS PROGRAM SOCIAL MICRO

FINANCE OLEH LEMBAGA AMIL ZAKAT

MUHAMMADIYAH DI KAB. SLEMAN

Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat Sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dengan segera dimunaqasyahkan.

Atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamualaikum wr. wb.

Dosen Pembimbing

(4)

iii

PEMBERDAYAAN UMKM BERBASIS ZAKAT PRODUKTIF (STUDI KASUS PROGRAM SOCIAL MICRO FINANCE OLEH LEMBAGA AMIL ZAKAT MUHAMMADIYAH DI KAB. SLEMAN)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Nama : Aulia Rachman NPM : 20130730392

Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 22 Desember 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima:

Sidang Dewan Munaqasyah

Ketua Sidang : Rozikan, S.E.I., M.E.I (...) Pembimbing : Hilman Latief, M.A., Ph. D (...) Penguji : Asep Purnama Bahtiar, S. Ag., M.Si (...)

Yogyakarta, 22 Desember 2016 Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,

(5)

iv Nama Mahasiswa : Aulia Rachman

Nomor Mahasiswa : 20130730392

Program Studi : Ekonomi dan Perbankan Islam

Judul : PEMBERDAYAAN UMKM BERBASIS ZAKAT PRODUKTIF (STUDI KASUS PROGRAM SOCIAL MICRO FINANCE OLEH LEMBAGA AMIL ZAKAT MUHAMMADIYAH DI KAB. SLEMAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 11 Desember 2016 Yang Membuat Pernyataan

(6)

v

-H.R. Thabrani-

Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban, Maka Nikmat Tuhanmu Yang

Manakah Yang Kamu Dustakan?”

-Q.S Ar-Rahman- “The Show Must Go On”

“Bila Layar sudah Ku kembangkan,Bila Kemudi erat Ku pegang, Ku pilih Tenggelam daripada Kembali”

-Falsafah Orang Bugis-

“Jangan Takut Gagal, Karena Yang Tidak Pernah Gagal Hanyalah Orang -Orang Yang Tidak Pernah Berani Melangkah”

-Buya Hamka-

“Sebab Bahagia Itu Tidak Pernah Jauh, Selalu Ada Diantara Rasa Cukup dan Syukur”

“Jadilah Seperti Laut, Biarlah Semua Singgah Dalam Hidupmu. Berdenting, Terjadi, dan Kemudian Ditelan Oleh Kedalaman Samudera dan Ombaknya.

Jangan Pernah Membenci, Belajarlah Mencintai dan Mensyukuri”

“Dari Air Kita Belajar Tenang, Dari Batu Kita Belajar Tegar, Dari Tanah Kita Belajar Kehidupan dan Dari Langit Kita Belajar Keindahan dan Kemegahan. Dari Dari Tuhan Kita Belajar Tentang Kasih Sayang Yang

Sempurna”

(7)

vi

SAW serta untuk mereka yang akan selalu menjadi kisah terindah dalam hidup ini :

Mama tercinta yang tidak pernah lelah memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya, Makasih mama atas doa dan perjuanganmu selama ini. Bapak tersayang yang telah sabar mendidik anak-anaknya, selalu berjuang

dan mendoakan kami agar bisa menjadi lebih baik darinya. Makasih papa atas semuanya.

Kak Nisa dan adikku Syifa yang cantik, makasih sudah menjadi malaikatku melalui doa kalian selama ini. Tetap semangat dan berusaha untuk

membahagiakan orang tua.

Semua Keluargaku, Kak Arief beserta keluarga, sepupu dan keluarga di Palu, Tante Iyam, Tante Syam. Kak Anti, Kak Kiki, Kak Andre, Adik Fathiya dan Rhara. Makasih atas perhatian dan doa kalian. Semoga yang

terbaik buat kita semua.

Sahabat WAAW terima kasih telah menjadi pelita dan doa. Saling support, mendoakan satu sama lainya sampai di akhirat nanti.

Keluarga EPI UMY Khususnya EPI G dan EPI H terimakasih telah menjadi keluarga Pertama di Jogja dan teman seperjuangan selama menyelesaikan

kuliah di UMY.

Teruntuk Keluarga KKN Generasi Indonesia Mengabdi, Keluarga Sembalun NTB terimakasih atas semua pengalaman dan kekeluargaannya yang telah

(8)

vii

Teruntuk teman-teman seperjuangan dan organisasi HIMEPI UMY, Kewirausahaan HIMEPI, HMI-MPO FAI UMY, KSEI FIES UMY, BEM

FAI UMY, BOOKNESIA, Liasion Officer TEMILNAS, Rumah Belajar Indonesia Bangkit Yogyakarta (RBIB), terimakasih atas pengalaman hidup

yang di berikan. Jangan berhenti berbuat baik, Allah memilih kalian. Dan untuk mereka semua yang sudah hadir, mengenal dan mengisi salah satu kisah indah ini di Kota Yogyakarta, menjadi teman, sahabat bahkan

(9)

viii

Alhamdulillah, Segala puji dan syukur kepada Allah S.W.T atas nikmat dan rahmat yang telah Allah limpahkan dan juga Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad sebagai suri tauladan, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skrpsi ini sebagai tugas akhir dan syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana S1 pada prodi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul Pemberdayaan UMKM Berbasis Zakat Produktif (Studi Kasus Program Social Micro Finance Oleh Lembaga Amil Zakat

Muhammadiyah di Kab. Sleman.”

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, bimbingan, dukungan, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Mahli Zainudin, M.Si Selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(10)

ix

proses penyusunan skripsi ini berlangsung.

5. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Ekonomi dan Perbankan Islam yang telah memberikan Bantuan, ilmu, saran, motivasi dan keteladanan kepada peneliti.

6. Lembaga LAZISMU PWM DIY, PDM. Sleman, PCM Gamping, PRM. Gamping Kidul, Nogotirto dan Nitian. Pak Dai, Pak Agus, Pah Hadi, Pak Muhasir, Pak Arip, Pak Zaeni Ahsan, Pak Parijo, Pak Ghifari dan para penerima modal usaha Jaringan Mitra Perikanan Sleman, Pak Agus D, Pak Arif, Ibu Prihatin, Pak Ngadiman, Pak Yusuf yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini.

7. Kepada Kedua Orang tua, Saudari, Keluarga Besar dan segenap FAI UMY serta Teman-teman EPI 2013 seperjuangan yang selalu mendukung dan mendoakan.

(11)

x

Adlina, Shinta, Nana, Elsa dan keluarga Gontor, Konsulat Konawe, Pioneer 686, Kendari serta teman-teman lainnya yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang selalu memberikan doa, semangat, pinjaman, dan bantuan lainnya selama ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik yang membangun dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang dan penilus berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 11 Desember 2016

Penulis

(12)

xi

HALAMAN NOTA DINAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR GAMBAR...xvi

ABSTRAK...xvii

ABSTRACT...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

(13)

xii

B. Kerangka Teoriritik ... 15

1. Pemberdayaan Ekonomi... 15

2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM... 20

3. Keungan Mikro (Microfinance) ... 23

4. Tinjauan tentang Zakat ... 25

5. Tinjauan Zakat Produktif ... 33

6. Pemberdayaan Ekonomi UMKM Berbasis Zakat Produktif ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 39

C. Jenis Data ... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ... 41

E. Teknik Validitas Data ... 42

(14)

xiii

1. Sejarah LAZISMU ... 46

2. Profil LAZSIMU ... 46

3. Visi dan Misi LAZISMU ... 47

4. Azas Pengelolaan LAZISMU ... 48

5. Operasional LAZISMU ... 48

6. LAZISMU dan Profesionalisme ... 49

7. Potensi-potensi dalam pengelolaan ZIS ... 50

8. Kedudukan dan Sifat Lembaga LAZISMU DIY ... 51

9. Struktur Organisasi LAZISMU PWM DIY ... 52

10.Penjelasan Tugas LAZISMU PWM DIY ... 53

11.Koordinasi Lembaga LAZISMU di Yogyakarta... 54

12.Amil LAZISMU PWM DIY ... 57

B. Landasan Pemberdayaan Zakat Di LAZISMU ... 59

C. Model Pendayagunaan Zakat di LAZISMU ... 65

1. Sasaran Penerima Zakat ... 65

2. Pemberdayaan Ekonomi... 70

a. Pertanian atau Tani Bangkit ... 70

b. Social Micro Finance ... 70

c. YES Program ... 71

(15)

xiv

2. Mekanisme Pada Program Social Micro Finance ... 73

3. Realisasi Pemyaluran Zakat Produktif melalui SMF ... 76

4. Bentuk Kegiatan Pemberdayaan Pendampingan Program SMF ... 80

5. Dampak Pemberdayaan Ekonomi Pada Program SMF ... 98

a. Peningkatan Penghasilan Usaha ... 103

b. Peningkatan Penghasilan Keluarga ... 104

c. Peningkatan Pengetahuan, Keterampilan dan Skill ... 106

E. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ... 112

F. Gerakan Jama’ah Dakwah Jama’ah Muhammadiyah ... 117

G. Gambar dan tabel Pendukung Penelitian ... 120

H. Struktur Kepengurusan LAZISMU PDM. Sleman ... 122

BAB V PENUTUP ... 123

A. KESIMPULAN ... 123

B. SARAN ... 130

C. PENUTUP ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 133

(16)

xv

Program Social Micro Finance... 86 Tabel 4.2 Anggota Program Social Micro Finance dan

Dampak dari Kegiatan Pemberdayaan ... 109 Tabel 4.3 Jumlah Muzakki, Penghimpunan, Penyaluran Zakat

Produktif Oleh LAZISMU Gamping Tahun 1437 H/ 2016 M ... 121 Tabel 4.4 Penyaluran Dana Zakat Melalui Kegiatan Produktif

(17)

xvi

Gambar 4.2 Struktur atau Pola Koordinasi dan Kerjasama LAZISMU ... 56

Gambar 4.3 Penggunaan Dana Zakat Produktif ... 120

Gambar 4.4 Struktur Organisasi LAZISMU PDM Sleman ... 123

Gambar 4.5 Mekanisme Penyaluran Zakat Produktif Melalui Program SMF .... 125

Gambar 4.6 Bentuk Pendampingan PRM. Nogotirto Dalam Program SMF ... 125

(18)
(19)

xvii

atau Dana Bergulir yang dilakukan oleh LAZISMU, kemudian bagaimana dampak kegiatan pemberdayaan terhadap anggota dari program ini serta untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penyelenggaraan program ini di lapangan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode penulisan analisis deskriptif. Observasi, wawancara dan studi dokumentasi merupakan teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data kemudian diinterpretasikan sesuai dengan fenomena dan masalah-masalah yang ditemukan di lapangan selama melaksanakan penelitian. Subjek dari penelitian ini adalah Lembaga LAZISMU beserta jaringan kerjanya meliputi pengurus dan pendamping baik di tingkat wilayah, cabang dan ranting. Kemudian para penerima modal atau Usaha Mikro Kecil dan Menegah dari zakat produktif yang juga merupakan anggota dari program Social Micro Finance atau Dana Bergulir.

Hasil penelitian ini yaitu Pertama, bahwa pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menegah berbasis zakat produktif melalui program Social Micro Finance dimana LAZISMU sebagai Fasilitator sangat berperan dalam membantu pelaku usaha yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Selain itu proses pendampingan merupakan hal penting dalam keberhasilan suatu program pemberdayaan. Melalui bentuk kegiatan pendampingan pemberdayaan seperti pelatihan dan penyuluhan, pengorganisasian, pemberian motivasi, serta unsur-unsur agama. Maka hal tersebut dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Kedua, bahwa dampak dari program ini yaitu adanya peningkatan hasil usaha, adanya jaringan kerja, peningkatan pendapatan keluarga dan peningkatan pengetahuan, skill, keterampilan, juga kemandirian. Ketiga, bahwa faktor pendukung program ini diantaranya Sumber Daya Alam yang dapat dikembangkan, adanya struktur organisasi yang baik di Muhammadiyah. Sedangkan faktor penghambat dan kendala yang dihadapi diantaranya mentalitas beberapa anggota, belum adanya Amil Profesional di LAZISMU sehingga pendampingan belum maksimal dan belum adanya pengorganisasian khusus dalam program ini.

(20)

xviii

Finance or the Revolving Fund conducted by LAZISMU, then what about the impact of the empowerment of the members of this program and to know what are the supporting factors and obstacles in the implementation of this program in field.

This research is a field research using qualitative approach and using the method of writing descriptive analysis. Observation, interviews and documentation study is a technique used researchers to collect data and then interpreted in accordance with the phenomenon and the problems found in the field during the carrying out of research. The subject of this research is the Institute LAZISMU along with its network covering caretaker and companion both at the level of regions, branches and twigs. Then the recipients of capital or Micro, Small and Medium from productive zakat which is also a member of the Social Micro Finance program or Revolving Fund.

The results of this research are First, that the empowerment of Micro, Small and Medium-based charity productive through Micro Finance Social program where LAZISMU as Facilitator was instrumental in assisting businesses experiencing difficulty in developing a business. In addition the process of mentoring is critical to the success of a program of empowerment. Through this form of empowerment assistance activities such as training and counseling, organizing, motivating, and religious elements. Then it can develop the potential of the community. Second, that the impact of this program is an increase in operating results, their networks, increasing the family income and the improvement of knowledge, skills, also self-reliance. Third, that the factors supporting this program include the Natural Resources that can be developed, the organizational structure is well in Muhammadiyah. While the inhibiting factors and obstacles encountered mentality among some members, the lack of professionals in LAZISMU Amil so that assistance is not maximized and there is no organization specialized in this program.

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut BPS pada tahun 2010, Indonesia memiliki total penduduk mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai angka 207, 2 juta jiwa atau sekitar 87 persen dari populasi nasional, hal ini tentunya memiliki peran yang signifikan dalam mendorong perkembangan aktifitas ekonomi islam. Pemerintah juga sudah mengeluarkan Undang-Undang Zakat terbaru Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Bahwa Undang-Undang ini secara khusus memberikan gambaran tentang tujuan dari pengelolaan zakat untuk kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan (pasal 3 ayat 2). Ada beberapa peraturan pendukung lainnya dalam menunjang pengelolaan zakat, seperti Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 373 Tahun 2003 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat dan Urusan Haji Nomor D/ tahun 2000 tentang pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

(22)

setahun. Dari potensi tersebut, jika zakat dapat diarahkan pada hal yang besifat produktif maka secara tidak langsung akan ikut membantu memberdayakan ekonomi masyarakat.

Namun seringkali potensi zakat di Indonesia belum dapat terserap dengan maksimal dan begitupun dengan penyaluran atau pendistribusian zakat yang mana belum secara baik dapat memberdayakan masyarakat. Hal ini tentunya menjadi fokus dari pada pemerintah dan lembaga terkait agar zakat tidak hanya diarahkan ke hal yang bersifat konsumtif melainkan lebih banyak mengarah ke hal yang dapat meningkatkan produktifitas para Mustahiq.

Yusuf Qardhawi (2005: 867) berpendapat bahwa peranan zakat tidak hanya terbatas pada pengentasan kemiskinan. Melainkan juga untuk mengatasi permasalahan-permasalahan kemasyarakatan lainnya. Target utama dari aplikasi zakat adalah mengentaskan kemiskinan secara keseluruhan. Mengentaskan kemiskinan dengan mengentaskan penyebabnya. Peranan zakat sangat signifikan dalam kehidupan manusia. Zakat merupakan suatu penggerak yang memberikan tunjangan kepada para pedagang atau profesi lain yang membutuhkan modal, yang tidak bisa didapatkan dari jalan lain.

(23)

memerintahkan setiap muslim yang mempunyai kelebihan tertentu untuk membayar zakat kepada fakir miskin. Zakat tentu menjadi pelengkap pendapatan yang cukup dari usahanya sendiri. Tuntutan ini diimplementasikan dalam suatu sistem sosial ekonomi, sehingga dapat menyumbang pada ekspansi peluang kesempatan kerja sendiri dan mereduksi kesenjangan.

Pemberdayaan zakat yang dapat diterapkan di Indonesia dikategorikan menjadi 2 arah baik berupa konsumtif maupun produktif. Zakat produktif merupakan zakat yang disalurkan kepada mustahiq sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi dalam bentuk usaha. Selain sebagai modal, zakat produktif juga dapat digunakan sebagai solusi dalam mengembangkan usaha masyarakat. Hal tersebut merupakan upaya dalam rangka meningkatkan tingkat kesejahteraan dan kemandirian masyarakat sekaligus meningkatkan potensi produktififtas dari penerima zakat tersebut.

Penyaluran zakat secara produktif ini juga telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 27 ayat 1 yang menyebutkan bahwa Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan

“usaha produktif” adalah usaha yang mampu meningkatkan pendapatan,

(24)

Dalam hal ini pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat apabila kebutuhan dasar mustahiq telah terpenuhi. UU No. 38/1999 tentang pengelolaan zakat yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia membahas tentang bagaimana zakat dikelola, mulai dari perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan. Hal ini dapat menimbulkan berdirinya lembaga-lembaga amil zakat independen non pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan zakat dalam berbagai macam kelembagaan. (Arsanti, 2008:17).

Lembaga LAZISMU merupakan salah satu Lembaga Amil Zakat, Infaq dan ShadaqohMuhammadiyah yang mempunyai beberapa program dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat. Dimana LAZISMU menyalurkan Zakat Produktif untuk meningkatkan kesejahteraan mustahiq. Penyaluran dan pendistribusian zakat produktif yang dilakukan oleh LAZISMU salah satunya yaitu melalui Social Micro Finance (SMF) yang merupakan salah satu program unggulan dalam bidang ekonomi. Program ini Adalah program pendirian dan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang memiliki tugas utama memberikan permodalan dan pendampingan kepada pelaku usaha mikro melalui sistem permodalan dana bergulir dan qordul hasan. Program SMFD bekerjasama dengan Majelis Ekonomi dan Kewirausaan (MEK) PP Muhammadiyah.

(25)

tepat dikarenakan UMKM dapat menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik tradisional maupun modern (Tambunan, 2012: 43). Selain itu UMKM mampu menjadi katup pengaman sosial ekonomi masyarakat untuk membantu mewujudkan perekonomian yang seimbang dan berkeadilan. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kategori bisnis berskala kecil yang dipercaya mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia (Adler H. Manurung, 2008: 2). Salah satu kontribusi UMKM adalah mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Namun demikian, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh pengusaha UMKM yaitu keterbatasan modal kerja dan modal investasi (Tambunan, 2002: 73). Ina Primiana (2009: 53) menyatakan bahwa salah satu pokok permasalahan UMKM adalah permodalan, yaitu kesulitan akses ke bank dikarenakan ketidakmampuannya dalam hal menyediakan persyaratan bankable. Dari uraian di atas bahwa hakikatnya penyaluran zakat produktif melalui UMKM dapat menjawab problematika serta solusi dalam rangka untuk memberdayakan ekonomi mustahiq maupun masyarakat. Selain itu tentunya zakat dapat dijadikan oleh pemerintah dalam upaya membantu mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

(26)

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi disetiap negara. Sektor ekonomi di Indonesia merupakan sektor yang paling banyak kontribusinya terhadap penciptaan lapangan kerja.

Dengan berkembangnya UMKM melalui zakat produktif dengan bantuan modal dan pengawasan yang dilakukan, maka akan menyerap tenaga kerja dan meningkatkan ekonomi mustahiq. Hal ini tentunya secara tidak langsung akan mengurangi angka pengangguran dan berdampak positif dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Namun, bukan berarti mekanisme pemanfaatan dana zakat tersebut tidak memerlukan pengelolaan dan sistem kontrol yang baik. Kerja keras dan kerja cerdas LAZISMU sebagai institusi amil zakat atau penyelenggara program dan dari para mustahiq pelaku usaha sangat diperlukan.

(27)

Selain itu, pemanfaatan dana zakat secara produktif untuk modal usaha dalam skala mikro, diyakini dapat memberikan banyak keringanan bagi pelaku usaha. Sumber dana untuk usaha mikro yang berasal dari zakat berbeda dengan sumber keuangan lainnya baik yang berasal dari pemerintah atau lembaga keuangan konvensional lainnya seperti bank. Pada sumber keuangan konvensional, selain debitur harus memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman ditambah dengan bunganya, maka berbeda dengan zakat yang mana tidak memiliki kewajiban untuk mengembalikannya serta tidak memiliki motivasi imbalan apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari Allah semata.

Dengan adanya penyaluran zakat serta pelaksanaan pendampingan, diharapkan para mustahiq bisa memiliki usaha yang dapat memberikannya pendapatan yang kontinyu melalui pemilihan program pemberdayaan yang tepat, disertai dengan proses pendampingan pengembangan usaha bagi mustahiq yang kontinyu pula, tepat sasaran dan terkelola dengan baik,

menjadi kata kunci kesuksesan pendayagunaan zakat.

Dari uraian latar belakang permasalahan yang telah dibahas diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul,

“PEMBERDAYAAN UMKM BERBASIS ZAKAT PRODUKTIF

(STUDI KASUS PROGRAM SOCIAL MICRO FINANCE OLEH

LEMBAGA AMIL ZAKAT MUHAMMADIYAH DI KAB.

(28)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah mekanisme dan pola pemberdayaan UMKM berbasis zakat produktif pada program Social Micro Finance di Kab. Sleman?

2. Bagaimanakah dampak pemberdayaan oleh LAZISMU terhadap UMKM yang bergabung dalam Program Social Micro Finance? 3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan

yang dilakukan oleh LAZISMU?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan yang akan penulis paparkan mencakup sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan dapat mendiskripsikan bagaimana mekanisme atau pola pelaksanaan pemberdayaan UMKM berbasis zakat produktif pada program Social Micro Finance di Kab. Sleman.

2. Untuk mengetahui dampak dari pemberdayaan oleh LAZISMU terhadap UMKM yang bergabung dalam program Social Micro Finance.

(29)

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Memberikan bahan masukan dan pertimbangan sebagai upaya peningkatan kualitas program pemberdayaan zakat produktif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat yang dilakukan oleh LAZISMU agar terwujudnya lembaga amil zakat, infaq dan shadaqah yang dapat menjadi model penyaluran zakat produktif di Indonesia yang baik dan benar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan, khazanah islamiyah, dan meningkatkan intelektualitas serta memberikan sumbangsih pemikiran dalam bidang muamalah (Zakat Produktif) dan UMKM agar dapat menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya dengan berbagai permasalahan yang diperoleh.

b. Bagi Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah

(30)

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan penulisan ini, maka penulis mencantumkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN. Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, sistematika pembahasan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori yang relevan dan terkait dengan tema skripsi yaitu berupa artikel ilmiah, hasil penelitian maupun buku.

BAB III: METODE PENELITIAN. Memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti beserta justifikasi/alasannya; jenis penelitiannya, jenis data, desain, lokasi, subyek, teknik pengambilan atau pengumpulan data, teknik validasi data serta analisis data yang digunakan.

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN. Berisi Hasil penelitian. Yaitu Gambaran Umum LAZISMU, Landasan Pemberdayaan Zakat, Model Pendayagunaan Zakat, Pelaksanaan Program Pemberdayaan UMKM Berbasis Zakat Produktif oleh LAZISMU, Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat serta Gambar dan Tabel sebagai Pendukung Penelitian.

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAN DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Untuk melakukan penelusuran penelitian ini maka peneliti melakukan pengkajian pada penelitian terdahulu yang mempunyai kaitan dan perbedaan dengan penelitian yang akan ditulis dan dikaji. Berikut ini adalah hasil penelitian dan kajian terdahulu :

Buku berjudul Model Pengelolaan Zakat karya April Purwanto

(2007) menyatakan bahwa hikmah disyari’atkan zakat tercermin dari

urgensinya yang dapat memperbaiki kondisi masyarakat baik moril maupun materil, yang mana dapat menyatakan anggotanya bagaikan satu tubuh, juga dapat membersihkan tubuh dari rasa kikir dan sekaligus merupakan benteng pengaman dalam kondisi Islam yang dapat menjamin kelanjutan dan kestabilan.

(32)

dan delapan asnaf lainnya. Selanjutnya dijelaskan bahwa zakat merupakan ibadah yang mempunyai dua dimensi berbeda. Dimana dimensi vertikal adalah kaitannya dengan Allah dan dimensi horizontal yaitu berkaitan dengan sesama manusia. Jika dapat dikelola dengan baik tentunya zakat akan meningkatkan kesejahteraan umat.

Skripsi yang disusun oleh Rosadi (2015) dengan judul “Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq Berbasis Zakat Produktif Oleh DPU -DT (Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Di Yogyakarta ”bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh DPU-DT Yogyakarta melalui program MiSykat sangat berperan dalam upaya mengembangkan ekonomi mustahiq baik dalam hal pengetahuan anggotanya dalam pengelolaan keuangan dan mampu menanamkan nilai-nilai hidup yang baik di dalam kehidupan bermasyarakat seperti jujur, hidup hemat dan kerja keras.

(33)

pengelola zakat. Sebagai bukti dari hal tersebut LAZ Rumah Zakat telah melakukan kewajibannya memberdayakan masyarakat dalam hal memberikan perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada masyarakat kota semarang. Sistem pengelolaan zakat LAZ Rumah Zakat kota Semarang, sudah cukup baik, hal ini dapat dibuktikan dari usaha pengumpulan dana, pendistribusiannya maupun pendayagunaan zakat yang mana diharapkan dalam kurun waktu tiga tahun para mustahiq (penerima zakat) dapat berubah menjadi muzakki (pemberi zakat).

Fahrizal Teri Triasto (2015) dalam Jurnal penelitiannya

Optimalisasi Program Pemberdayaan Pembinaan Masyarakat Sebagai

Stimulus Peningkatan Taraf Hidup Warga Di ICD Cidadas Kota Bandung”. Dimana hasil penelitian ini merupakan data yang diambil dari

Lembaga Rumah Zakat yang menjelaskan bahwa program pembinaan tersebut memberikan pengaruh positif bagi warga yang menjadi anggota kegiatan. Selain itu melalui pembinaan ini warga dapat meningkatkan taraf hidupnya karena telah memahami teknik berdagang dengan baik dilihat dari peningkatan jumlah pendapatan warga.

(34)

berwirausaha, pelanggan, motivasi pendampingan, pendampingan, serta tabungan (untuk intervensi yang menerapkan sistem tabungan).

Agar penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan oleh penulis dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka oleh peneliti menguraikan beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan adalah:

Persamaan :

1. Penelitian merupakan tentang pengelolaan zakat oleh Lembaga Pengelola Zakat atau Badan Amil Zakat.

2. Peneliti mencoba menganalisa tentang proses dan mekanisme pemberdayaan dari zakat.

3. Penelitian mencoba menganalisa dampak yang dilakukan melalui pemberdayaan berbasis zakat.

Perbedaan :

1. Lembaga yang digunakan oleh peniliti yaitu Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah LAZISMU Yogyakarta di Kab. Sleman. 2. Objek penelitian merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

atau UMKM.

3. Penelitian terfokus pada program pemberdayaan ekonomi mustahiq yaitu Social Micro Finance.

(35)

B. Kerangka Teoritik

1. Pemberdayaan Ekonomi

Bahwa pemberdayaan dikatakan oleh Edi Suharto dalam bukunya yang berjudul Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat juga mencakup upaya-upaya untuk mengembangkan daya dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, melindungi masyarakat yang lemah, menguatkan kelembagaan keuangan dan pembangunan yang dikelola oleh masyarakat dan meningkatkan derajat kemandirian di masyarakat. Dan masyarakat dipandang sudah berdaya dan mencapai tingkat kemandirian bilamana masyarakat masyarakat tersebut sudah mampu akses pada sumberdaya kapital atau pada lembaga-lembaga keuangan formal lainnya.

Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok yang lemah dalam masyarakat, dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi sebuah tindakan yang nyata (Edi Suharto, 2005: 56).

Kemudian disisi lain menurut Darwan Triwibowo dan Nur Iman Subono dalam bukunya yang berjudul, Meretas Arah Kebijakan Sosial Baru Di Indonesia. Pemberdayaan merupakan alat untuk menujukkan

(36)

pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial.

Menurut Suharto (2009: 58) secara konseptual, pemberdayaan atau berkuasa, berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol.

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan mengatasi masalah sosial, terdapat beberapa model pemberdayaan masyarakat yang dijelaskan oleh Marie Weil dan Dorothy N. Gamle sebagai berikut: (Miftahul Huda, 2009).

a. Pengorganisasian Masyarakat dan Lingkungan

(37)

b. Program pengembangan dan Hubungan Masyarakat

Sistem program ini adalah lembaga-lembaga yang bersedia membantu masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Menjadi pelaku perubahan seperti perancang program, mediator, dan fasilitator. Dengan tujuan supaya mereka dengan mudah mendapatkan sebuah pengetahuan yang sulit untuk didapatkan kecuali di kota-kota besar.

Kemudian Pendekatan pemberdayaan melalui Pendampingan sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni “membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”, pemberdayaan masyarakat sangat memperhatikan pentingnya partisipasi publik yang kuat. Pendampingan sosial berpusat pada lima bidang tugas dan fungsi serta pelaksanaan proses dan pencapaian melalui pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat dalam akronim 5P, yaitu: (Edi Suharto, 2005: 95).

(38)

2) Penguatan: Memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirian mereka. 3) Perlindungan: Melindungi masyarakat terutama

masyarakat lemah agar tidak tertindas oleh masyarakat yang kuat dengan tujuan menjaga persaingan yang tidak seimbang apalagi tidak sehat antara yang kuat dan yang lemah dan mencegah eksploitasi kelompok kuat kepada kelompok lemah.

4) Penyokongan: Memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan posisi semakin lemah dan terpinggirkan.

(39)

Sehingga pemberdayaan adalah sebuah proses untuk mencapai tujuan hidup yang berkuasa dan berdaya. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.

Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial. Seperti memiliki keperayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.

(40)

2. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

a. Definisi Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) Menurut UU No. 20 tahun 2008 Pasal 1 disebutkan bahwa :

1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

(41)

b. Jenis dan Bentuk Usaha Kecil

Menurut Wibowo yang dikutip oleh Tulus, kegiatan perusahaan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis usaha, yaitu:

1) Jenis usaha perdagangan distribusi, di mana usaha ini bergerak dalam kegiatan memindahkan barang produksi kepada konsumen. Jenis usaha ini bergerak di bidang pertokoan, warung, rumah makan, dan sebagainya.

2) Jenis usaha produksi, adalah jenis usaha yang bergerak dalam kegiatan menjadikan bahan mentah menjadi barang jadi yang mampu menjadi nilai tambah untuk dipasarkan. Kegiatan ini dapat berupa industri pangan, pakaian, peralatan rumah tangga, dan sebagainya.

(42)

c. Permasalahan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Menurut Tambunan (2002: 73) perkembangan UMKM di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah. Ada beberapa masalah yang umum dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah seperti keterbatasan modal kerja dan atau modal investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga terjangkau, keterbatasan teknologi, sumber daya manusia dengan kualitas yang baik (manajemen dan teknik produksi), informasi pasar, dan kesulitan dalam pemasaran.

Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda antarlokasi/ antarwilayah, antarsentra, antarsektor/antarsubsektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan/sektor yang sama.

d. Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

(43)

3. Keuangan Mikro (Microfinance)

Keuangan mikro sendiri adalah kegiatan sektor keuangan berupa penghimpunan dana dan pemberian pinjaman atau pembiayaan dalam skala mikro dengan suatu prosedur yang sederhana kepada masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah.

Secara internasional istilah pembiayaan mikro atau microfinance sendiri mengacu pada jasa keuangan yang diberikan kepada pengusaha kecil atau bisnis kecil, yang biasanya tidak mempunyai akses perbankan terkait tingginya biaya transaksi yang dikenakan oleh institusi perbankan. Namun Di Indonesia, institusi yang terlibat dalam keuangan mikro dapat dibagi menjadi tiga, yakni institusi bank, koperasi, serta non bank/non koperasi. Institusi bank termasuk di dalamnya bank umum, yang menyalurkan kredit mikro atau mempunyai unit mikro serta bank syariah dan unit syariah (Marguerite Robinson: 2002).

(44)

Prinsip umum pengelolaan microfinance (I Gede Kajeng Baskara: 2013) :

a. Demand driven/demand following/market driven. Pelayanan dan pengembangan produk disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi nasabah mikro.

b. Accessibility. Pelayanan terbuka bagi seluruh lapisan (sektor) melalui pendekatan sistem dan prosedur yang mudah, persyaratan yang sesuai, lokasi yang strategis, sehingga mudah diakses, dan mengurangi biaya transaksi bagi nasabah.

c. Simplicity. Organisasi, sistem operasional, administrasi, pengawasan dan sistem informasi didesain secara sederhana, mudah, mdengan memperhatikan efisiensi dan efektivitas. d. Transparancy. Sistem kegiatan terbuka, baik hak dan

kewajiban bagi pekerja maupun nasabah, melalui sistem rewardand punishment yang fair, fitur produk yang memberi banyak pilihan, dan sistem informasi yang user friendly. e. Cost Recovery. Harus mampu menutup semua biaya dan

mampu menghasilkan laba yang memadai.

(45)

4. Tinjauan tentang Zakat a. Pengertian Zakat

Salah satu ibadah pokok dalam Islam adalah kewajiban zakat. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya (Terjemah Hadits Shahih Muslim Jilid I-VI. 1993:13) :

Dari ‘Abdullah r.a., katanya Rasulullah SAW bersabda : “Islam dibina atas lima perkara : Pengakuan (syahadat) bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad hamba-Nya dan Rasul-Nya; Mendirikan Shalat; Membayar zakat; Haji ke bait; Puasa Ramadhan.”(HR. Muslim).

Ibadah zakat tidak hanya sebagai ibadah pribadi sebagai tanda kesalehan dan kepatuhan kepada Allah, namun zakat juga memiliki dampak sosial yang signifikan sebagai distribusi kekayaan dan sebagai realisasi dari konsep keadilan sosio ekonomi yang ada di dalam ajaran Islam. Zakat merupakan ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi yang sangat penting dan strategis dari sisi ajaran Islam dan pembangunan kesejahteraan ekonomi umat Islam. (Yusuf Qardawi, 1993: 235).

b. Hukum Zakat

(46)

ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Zakat merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia (Pratama, 2013: 29). Dalam hukum Islam sendiri, zakat di atur dalam Al-Qur’an maupun Hadist berikut rinciannya adalah:

1) Al-Qur’an

Al-Qur’an memuat 32 (tiga puluh dua) kata zakat, dan di ulang dengan sinonim dari kata zakat yaitu kata sadaqah dan infaq. Pengulangan tersebut memiliki arti bahwa zakat

memiliki kedudukan, fungsi, dan peranan yang penting dalam Islam. Dari 32 (tiga puluh dua) ayat dalam Al-Qur’an yang memuat ketentuan zakat, 29 ayat di antaranya menghubungkan ketentuan zakat dengan shalat. Hal ini membuktikan adanya kaitan-kaitan yang erat antara zakat dengan shalat, dan hal ini sekaligus juga membuktikan bahwa Islam sangatlah memperhatikan hubungan antar manusia dengan Tuhan (hablum minallah) dan hubungan manusia dengan manusia (hablum minannas). (Yusuf Qardawi, 2011: 39).

(47)

Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah 110)

Ayat Al-Quran surat lain yang mengatur zakat di antaranya, Al-Mukminun ayat 1-4 Maryam ayat 31, Maryam ayat 55, Hajj ayat 41, Anbiya ayat 73, Al-Baqarah ayat 103 dan lain lain.

2) Hadist

يض ا اعم ثعب ملس هيلع ه لص يبنلا أ( :ا ْنع َا يض سابع نْبا نع

ن يْلا ل هنع ه )

يف ةق ص ْم ْيلع ضرتْفا ق َا أ( :هيف ,ثي حْلا رك ف

ا بْلل ظْفللا ,هْيلع قفتم) ْم ئارقف ف رتف ,ْم ئاينْغأ ْنم خْ ت ,ْم لاوْمأ

Artinya: “Dari Ibnu Abbas r. bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus Mu'adz ke negeri Yaman --ia meneruskan hadits itu-- dan didalamnya (beliau bersabda): "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari”. (Tarjamah Bulughol Maraam, 1985: 65-66)

(48)

sukarela atau hanya pemberian orang-orang kaya kepada orang-orang miskin/fakir, tetapi juga merupakan hak bagi mereka dengan ukuran dan ketentuan tertentu. Hukum zakat wajib bagi yang mampu, tidak ada alasan bagi para muzakki untuk tidak menunaikan zakat.

c. Yang Berhak Menerima Zakat

Dalam nash Al-Quran tersebut, jelas diterangkan bahwa zakat memiliki fungsi yang penting di dalam kehidupan umat. Zakat haruslah disesuaikan dan dikelola dengan baik agar mampu memberdayakan perekonomian umat. Dalam Al-Quran kembali dijelaskan tentang pemerataan dari zakat sebagai berikut bahwa mereka yang berhak menerima Zakat ada delapan Golongan yaitu:

(49)

Mari kita lihat penjelasan tentang ayat diatas tentang pihak yang berhak menerima zakat (Chaniago, 2015: 50), yakni:

a) Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuh kebutuhan pokok.

b) Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok.

c) Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.

d) Mu'allaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya.

e) Riqab- Hamba sahaya yang ingin memerdekakan dirinya. f) Gharim - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang

halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya.

g) Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: para dai, orang yang berperan demi mempertahankan agama dan tanah air dsb).

h) Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.

d. Hikmah dan Manfaat Zakat

Hikmah dan manfaat zakat antara lain adalah:

(50)

rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimilikinya. Dengan bersyukur harta dan nikmat yang dimiliki akan semakin bertambah dan berkembang. Firman Allah dalam surat Ibrahim: 7,

Artinya: “Dan (ingatlah juga) tatkala tuhanmu memaklumkan: sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih(QS. Ibrahim 7).

Kedua, karena zakat merupakan hak mustahiq, maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir miskin, kearah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki, dan hasad yang timbul dari kalangan mereka ketika melihat orang kaya memiliki harta yang cukup banyak.

(51)

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyempurnakan karunia-Nya kepada mereka. Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan”(QS. An-Nisaa’ 37).

Ketiga, sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang -orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukan tersebut ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiyar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya Allah S.W.T berfirman dalam Al-Qur’an surat Al -Baqarah: 273,

Artinya: “(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah, mereka tidak dapat (berusaha) dimuka bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (dijalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”(QS. Al-Baqarah 273).

(52)

ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas sumberdaya manusia muslim, hampir semua ulama sepakat bahwa orang menuntut ilmu berhak menerima zakat atas nama golongan delapan asnaf yatu fisabilillah (Sayid Sabiq: 146) dalam bukunya (Didin Hafidhuddin, 2002: 12).

Kelima, untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar,

sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta dari harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam surat al-Baqarah: 267, dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW. Bersabda:

ل ْولغ ْنع ةق ص لبْقي ا ه

Artinya: “Allah SWT tidak akan menerima sedekah (zakat) dari harta yang didapat secara tidak sah.

Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat

merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan. Dengan zakat dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic with equity (Saifuddin, 1986: 99) dalam bukunya (Hafidhuddin,

2002: 14).

Ketujuh, dorongan Islam begitu kuat kepada orang-orang

(53)

menunjukkan bahwa ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang di samping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakki dan munfik (Muttaqin, 1997) dalam (Hafidhuddin, 2002: 15). Zakat dikelola dengan baik, akan mampu membuka lapangan pekerjaan dan usaha yang luas, sekaligus penguasaan aset-aset oleh orang Islam.

5. Tinjauan Zakat Produktif

Pembahasan zakat dalam Proyek Peningkatan Sarana Keagamaan Islam (1994: 171) didefinisikan sebagai sebagian harta benda/kekayaan yang bernilai ekonomi baik tetap atau bergerak seseorang atau badan usaha yang beragama islam yang wajib dikeluarkan apabila telah mencapai nisab dan haulnya untuk kemaslahatan masyarakat.

Menurut Rafi’ (2011: 132) pengertian harta zakat secara

(54)

mampu (terutama fakir miskin) tersebut jangka panjang. Dengan harapan secara bertahap, pada suatu saat ia tidak lagi masuk kepada kelompok mustahiq zakat, melainkan transformasi menjadi sebagai muzakki.

Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut. (Sartika, 2008: 3)

Lebih lanjut, Asnaini (2008: 63) Produktif lebih berkonotasi kepada kata sifat. Kata sifat akan jelas maknanya apabila digabung dengan kata sifat yang disifatinya. Dalam hal ini kata yang disifati adalah zakat, sehingga menjadi zakat dalam pendistribusian bersifat lawan dari konsumtif.

(55)

Pengelolaan distribusi zakat yang diterapkan di Indonesia terdapat dua macam kategori yaitu distribusi secara konsumtif dan produktif. Zakat produktif merupakan zakat yang diberikan kepada mustahiq sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi dalam bentuk usaha, yaitu untuk mengembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktifitas mustahiq (Qadir, 2001: 46).

6. Pemberdayaan Ekonomi UMKM Berbasis Zakat Produktif

Pemberdayaan ekonomi mustahiq atau UMKM berbasis zakat produktif merupakan upaya-upaya yang dilakukan dengan memperkuat kekuasaan atau meningkatkan keberdayaan suatu kelompok lemah dari bidang ekonomi yakni dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik sandang, pangan, mamupun papan. Sehingga para mustahiq dapat dan mampu meningkatkan pendapatannya melalui kegiatan ekonomi yang dijalankannya serta dapat membayar kewajibannya dalam hal ini adalah zakat yang merupakan hasil usahanya atas modal yang dipinjamkan atau diberikan oleh suatu lembaga. (Umrotul Khasanah, 2010: 210).

(56)

perusahaan-perusahaan dan kemudian keuntungannya diberikan kepada fakir miskin. (Hafidhuddin, 2002: 133-134).

Berikut beberapa bentuk pendayagunaan untuk pemberdayaan ekonomi berbasis zakat apabila dikelola dengan baik antara lain: (Ali Muhammad Daud, 1998: 63)

a. Pendayagunaan dalam bentuk pemberian bantuan uang sebagai modal kerja usaha mikro dalam meningkatkan kapasitas dan mutu produksi usahanya.

b. Pendayagunaan yang kreatif, maksudnya penyaluran dalam bentuk alat-alat sekolah dan bantuan beasiswa serta perlengkapan pendukung lainnya.

c. Dukungan kepada mitra binaan untuk berperan serta dalam berbagai upaya untuk pemberdayaan usaha mikro dan pembangunan sebuah proyek.

d. Penyediaan pendamping lapangan untuk menjamin keberlanjutan usaha misalnya pendampingan usaha yang mengembangkan usaha mikro dalam bentuk alih pengetahuan, keterampilan dan informasi.

(57)

bertujuan yakni penciptaan lapangan kerja, peningkatan usaha, pelatihan, dan pembentukan organisasi.

Selanjutnya Gazi berpendapat bahwa zakat dalam pemberdayaan ekonomi umat berpengaruh pada beberapa hal, yaitu: (Gazi Inayah, 2003: 218-219, 222).

a. Zakat Dalam Pengembangan Penghasilan

Zakat dalam pengembangan penghasilan adalah suatu cara menghimpun penghasilan dengan tujuan untuk mengembangkan harta dengan cara meningkatkan hasil produksi dan juga penghasilan nanti dikeluarkan sebagian untuk zakat. Dengan demikian zakat bertujuan untuk memberdayakan harta melalui usaha, menggerakkan unsur-unsur produksi, menggali potensi sumber daya, meningkatkan tambahan penghasilan serta dapat merealisasikan kekuatan ekonomi dan sosial masyarakat.

b. Zakat dan Manajemen Unsur-unsur Produksi

(58)

dalam proses produksi dan unsur modal yang dipergunakan dalam membantu meningkatkan produksi usaha.

Memaknai zakat melalui sudut pandang ekonomi dapat dipahami bahwa zakat bukan hanya membangun hubungan secara vertikal ataupun sebagai suatu kewajiban umat islam untuk mendapatkan ridha Allah SWT, namun disisi lain juga membangun hubungan horizontal sebagai mahluk sosial atau ikut serta dalam membantu orang lain. Karena itu zakat merupakan salah satu pilar dalam ekonomi umat dan solusi yang ditawarkan untuk membantu meningkatkan ekonomi dalam rangka mengentaskan kemiskinan di masyarakat.

Memahami uraian tersebut, maka ditinjau dari perspektif ekonomi, zakat merupakan pendorong bagi perubahan kondisi masyarakat, khususnya perbaikan ekonomi karena dengan adanya distribusi zakat melalui kegiatan yang produktif maka akan tercipta keberdayaan, kemandirian yang akan menjadikan masyarakat sejahtera. Secara tidak langsung menghilangkan kesenjangan sosial yang ada di masyarakat. Bahwa zakat dalam hal keuangan

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (Field Research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang umumnya digunakan dalam dunia ilmu-ilmu sosial budaya. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi atau pengukuran (Soehadha, 1990: 92).

Selain itu penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dimana akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang atau prilaku yang diamati (Arsanti, 2008: 38). Penelitian kualitatif bertujuan mengembangkan konsep sensivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah (grounded theory) dan mengembangkan pemahaman akan satu atau lebih dan fenomena yang dihadapi.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

(60)

C. Jenis Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan ialah:

1. Data Primer

Salah satu data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari wawancara, dokumen-dokumen serta yang berhubungan dengan aspek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah:

a. Ketua LAZISMU PWM. Yogyakarta Periode 2010-2015. b. Sekretaris Eksekutif LAZISMU PWM. Yogyakarta. c. Jaringan dan Divisi Pemberdayaan Ekonomi LAZISMU

di PDM. Sleman. Meliputi LAZISMU yang bergerak di tingkat PCM. atau cabang dan PRM. atau ranting.

d. Penerima Zakat (Mustahiq) atau UMKM di PDM. Sleman.

2. Data Sekunder

(61)

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penilitian ini adalah:

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode atau cara pengumpulan data mengenai tingkah laku individu atau kelompok secara langsung (Tatang, 1990: 120). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan langung ke LAZISMU dan jaringannya untuk mendapatkan informasi ataupun permasalahan terkait penelitian ini dan juga terhadap aktivitas salah satu atau tempat usaha para anggota program pemberdayaan ekonomi yaitu Social Micro Finance di Kab. Sleman.

2. Wawancara

(62)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept-interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari jenis wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informasi. (Sugiyono, 2011: 223)

3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. (Sugiyono, 2011: 240)

E. Teknik Validitas Data: Triangulasi Metode

Penelitian ini dimaksudkan supaya tidak diragukan keabsahannya, maka perlu dilakukannya pemakaian teknik triangulasi sebagai alat untuk bisa mengetahui keabsahan penelitian ini.

(63)

karena itu peneliti bermaksud memilih teknik triangulasi ini untuk mengecek kembali kebenaran data. Sedangkan, triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi sumber merupakan teknik pengecekan kredibilitas data yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapat melalui beberapa sumber.

Jadi, data atau informasi yang didapat dari satu sumber supaya agar dapat diketahui kredibilitasnya yakni dengan mencocokkan data atau informasi tersebut ke sumber-sumber yang lainnya. Seperti informasi dari pihak terkait diantaranya ketua lanjut ke sekretaris, jaringan, bidang pemberdayaan ekonomi LAZISMU hingga informasi dari penerima zakat. Yang mana nantinya akan didapatkan dan disampaikan kesamaan atapun adanya sebuah perbedaan data.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyerderhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan. Tahap analisa data merupakan tahap yang penting dan menentukan. Pada tahap ini dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai hasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.

(64)

Adapun aktivitas analisis data yaitu (Sugiyono, 2011: 246):

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal-hal-hal yang penting, serta mencari teman dan polanya yang sesuai dengan penelitian. Hal ini bermaksud agar penelitian ini menjadi lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dalam hal ini diartikan sebagai kegiatan untuk menyusun informasi-informasi atau data-data yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dengan penarikan data akan dapat dengan mudah dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan pada penelitian ini sehingga menghasilkan hasil yang akurat.

3. Penarikan kesimpulan atau Verifikasi (conclusion drawing/verification).

(65)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum LAZISMU

Muktamar Muhammadiyah Ke-47 yang dilaksanakan di Makassar Sulawesi Selatan menghasilkan beberapa hal penting yang menjadi pedoman seluruh warga Muhammadiyah dalam menjalankan kelembagaan Muhammadiyah di Indonesia. diantaranya yaitu adanya TRISULA sebagai Senjata untuk melakukan upaya-upaya dalam menyongsong Abad Ke-2 Muhammadiyah agar lebih dapat memberikan manfaat kepada ummat. Adapun 3 TRISULA tersebut yaitu: (Hasil Wawancara dengan Pak Da’i).

1. Badan Penanggulangan Bencana. Ini sebagai langkah Muhammadiyah untuk meresponbanyaknya bencana yang akhir-akhir ini menimpa Indonesia. Sehingga Muhammadiyah perlu ikut andil secara teknis agar dapat memberikan dampak terhadap masyarakat.

2. LAZIS (Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah). Sebagai Lembaga Filantropi dan lembaga Nirlaba atau sebagai Aksi Sosial yang dapat membantu masyarakat secara nyata. Dalam hal ini adalah LAZISMU. 3. Pemberdayaan Masyarakat. Bagian pemberdayaan masyarakat lebih

(66)

1. Sejarah LAZISMU

Lembaga Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah yang selanjutnya disebut LAZISMU adalah merupakan salah lembaga zakat tingkat nasional yang dinaungi dibawah pimpinan organisasi Islam, Muhammadiyah. Terbentuknya lembaga ini tentunya telah mendapat izin dari pemerintah pusat melalui Kementerian Agama Republik Indonesia, yang bertujuan berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya.

DidirikanolehPimpinanPusatMuhammadiyahpadatahun 2002 yang selanjutnyadikukuhkanolehMenteri Agama Republik Indonesia sebagaiLembagaAmil Zakat Nasional melalui Surat KeputusanKementerian Agama Nomor 457/21 November 2002 (www.lazismu.org).

2. Profil LAZISMU

(67)

Lembaga Amil Zakat Infak Shadaqoh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM. DIY) dalam menjalankan tugas dan fungsinya menempati kantor operasional di jalan Gedongkuning 130 B. Para aktifis Angkatan Muda Muhammadiyah Yogyakarta yang menjadi pengelola dan relawan. Selain itu LAZISMU PWM mempunyai jaringan untuk menjalankan program dan konsep yang tersebar di berbagai tingkat baik daerah, cabang dan ranting yang berada di Wilayah Yogyakarta. Salah satunya adalah LAZISMU PDM. Sleman. Jaringan ini bersifat saling koordinasi baik dari penghimpunan, penyaluran maupun dalam rangka program Pemberdayaan.

3. Visi dan Misi LAZISMU

Dengan menggunakan Brand “RUMAH ZAKAT

MUHAMMADIYAH” kemudian menjadi LAZISMU PWM.DIY yang mempunyai visi dan misi yaitu:

a. Visi

“Menjadi Amil Zakat Terpercaya”

b. Misi

1) Optimalisasi kualitas pengelolaan ZIS yang amanah, professional, dan transparan.

2) Optimalisasi pendayagunaan ZIS yang kreatif, Inovatif dan produktif.

(68)

4. Azas Pengelolaan LAZISMU

a. Amanah, pengumpulan dan pentasyarufan ZIS sesuai tuntunan syariah dan peraturan yang ada.

b. Profesional, pengelolaan ZIS mengacu pada sistem manajemen pengelolaan keuangan.

c. Transparan, pengumpulan dan pentasyarufan ZIS dilaporkan setiap bulan dan setiap tahun dalam bentuk tertulis maupun melalui website.

5. Operasional LAZISMU a. Penghimpunan Zakat

1) Melakukan sosialisasi kewajiban ZIS di wilayahnya. 2) Memberikan pelayanan kepada muzakki.

3) Mengumpulkan dana zakat dan non-zakat. 4) Mengelola databade pengumpulan dana ZIS

5) Memberikan laporan kegiatan pengumpulan ZIS di UPZ.

b. Penyaluran/pendayagunaan/pentasyarufan Zakat

1) Membuat program penyaluran yang tepat sesuai syari’ah. 2) Menyalurkan dana ZIS kepada mustahiq.

3) Mengadministrasikan penyaluran dana ZIS.

4) Melakukan pembinaan dan monitoring kepada mustahiq. 5) Mengelola database mustahiq.

(69)

6. LAZISMU dan Profesionalisme

Sebagai kata Profesionalisme LAZISMU mempunyai tiga kata kunci yang bisa dipakai untuk mengujinya yang akan dijelaskan dibawah ini sebagai berikut:

a. Amanah

Merupakan Syarat mutlak yang harus dimiliki oleh amil zakat, termasuk juga rasa tanggung jawab yang tinggi dikarenakan ia mengelola dana umat secara esensial adalah milik mustahiq. Kepercayaan muzakki terhadap LAZISMU untuk mengelola dana tersebut harus dijaga dengan baik dikarenakan kepercayaan muzakki menjadi unsur terpenting dalam penghimpunan dana zakat, bagaimana dapat mendapatkan kepercayaan dari muzakkikalau amanah itu tidak segera ditunaikan.

b. Profesional

(70)

c. Transparan

Kemampuan LAZISMU dalam mempertanggung jawabkan pengelolaannya kepada publik dengan melibatkan pihak terkait seperti muzakki dan mustahiq sehingga memperoleh kontrol yang baik terhadap pentasyarufan zakat, bertujuan menghapus kecurigaan yang memungkinkan muncul dari pihak yang melihatnya. Dengan cara inilah akan dapat diminimalisir.

7. Potensi-potensi dalam pengelolaan ZIS

Potensi yang sangat besar dalam pengelolaan ZIS Daerah Istimewa Yogyakarta terlihat dari jumlah 1.287 amal usaha yang terdiri dari:

a. 786 Taman Kanak-kanak ABA b. 263 SD/MI

c. 101 SMP/MTS d. 73 SMA/SMK/MA e. 23 Pondok Pesantren f. 15 RS/BP/RB/BKIA g. 13 BMT/BTM h. 1 BPR Syariah i. 4 Perguruan tinggi

(71)

8. Kedudukan dan Sifat Lembaga LAZISMU DIY

Kedudukan LAZISMU dapat dijelaskan sebagai berikut: LAZISMU merupakan organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk oleh atas prakarsa dari unsur masyarakat dan terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan serta dikukuhkan oleh pemerintah. Sistem pengelolaannya haruslah bersifat:

a. Independen

Lembaga ini tidak mempunyai ketergantungan kepada orang tertentu ataupun orang lain untuk menjaga keleluasaan untuk mempertanggung jawabkan kepada masyarakat donatur.

b. Netral

Didanai oleh masyarakat berarti lembaga ini milik masyarakat sehingga dalam menjalankan aktivitasnya lembaga ini tidak boleh menggantungkan kepada golongan tertentu, jikalau lembaga ini menggantungkan kepada golongan tertentu maka akan menyakiti donatur yang berasal dari golongan yang lain sebagai akibatnya akan ditinggalkan oleh donatur yang potensial.

c. Tidak berpolitik

(72)

d. Tidak diskriminasi

Dimanapun, kapanpun dan siapapun yang menjadi kaya ataupun miskin. Haruslah dalam proses penyalurannya tidak boleh mendasarkan perbedaan suku atau golongan tertentu tetapi selalu menggunakan parameter yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan secara syar’i maupun manajerial.

9. Struktur Organisasi LAZISMU PWM DIY

STRUKTUR ORGANISASI LAZISMU PWM DIY

Gambar

Gambar 4.1 Struktur Organisasi LAZISMU PWM DIY
gambar berikut:
Tabel 4.1 Bentuk Kegiatan Pendampingan Oleh LAZISMU dalam Program SMF
Tabel 4.2 Anggota Program SMF dan Dampak dari Kegiatan Pemberdayaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Strategi Pemberdayaan dalam Penataan Pedagang Pasar Wisata Tawangmangu oleh Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar, Skripsi, Jurusan

Dengan semua usaha yang telah dilakukan untuk memberikan bantuan sosial dan perhatian kepada saudara muslim kita yang tertindas dan terancam dalam situasi yang tidak baik di

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, bahkan kebaikan-Nya yang telah memberikan kekuatan dan

Metode pengujian ini relatif tidak mahal, dan merupakan metode yang sensitif untuk menguji ekspresi gen meskipun dalam penggunaannya jaringan yang telah diuji tidak

Model pendugaan debit suatu DAS dapat dilakukan menggunakan software fisik berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG), salah satu software tersebut adalah Soil and

Visi KPP Pratama Medan Polonia adalah “ sebagai Kantor Pelayanan Pajak yang.. profesional dengan kinerja yang baik dan yang dapat

Hasil pengujian terhadap 236 perawat di Surakarta yaitu perceived organizational support tidak mempengaruhi intention to leave, work engagement berpengaruh negatif

Perolehan suara yang berhasil naik pada putaran kedua bahkan mengalahkan pasangan Herman-Agus sebagai pemenang putaran pertama pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau