• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKUKAN PENILAIAN BERBASIS PORTOFOLIO :Studi Pada Guru Madrasah Tsanawiyah Di Kabupaten Subang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKUKAN PENILAIAN BERBASIS PORTOFOLIO :Studi Pada Guru Madrasah Tsanawiyah Di Kabupaten Subang."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Pertanyaan Penelitian ... 10

D. Definisi Operasional ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kurikulum Pelatihan ... 15

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kurikulum ... 15

2. Paradigma Penyusunan Kurikulum Pelatihan ... 18

3. Pengembangan Kurikulum Pelatihan ... 20

4. Landasan Pengembangan Kurikulum Pelatihan ... 21

5. Prinsip Pengembangan Kurikulum ... 23

6. Komponen Kurikulum Pelatihan ... 24

a. Tujuan Pelatihan ... 25

b. Isi/Materi Pelatihan ... 28

c. Metode Pelatihan ... 30

d. Evaluasi Pelatihan ... 31

B. Penilaian Berbasis Portofolio ... 33

1. Pengertian Penilaian ... 33

2. Pengertian Portofolio ... 34

3. Pengertian Penilaian Berbasis Portofolio ... 36

4. Perencanaan Portofolio ... 44

5. Jenis-Jenis Portofolio ... 44

C. Kemampuan Guru Dalam Melakukan Penilaian Berbasis Portofolio ... 43

(2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 48

1. Studi Pendahuluan ... 52

a. Studi Kepustakaan ... 52

b. Survai Lapangan ... 52

c. Penyusunan Produk Awal ... 53

1) Perencanaan Pelatihan ... 54

2) Pelaksanaan Pelatihan ... 62

3) Evaluasi Pelatihan ... 63

2. Pengembangan Model ... 63

a. Uji Coba Terbatas ... 65

b. Uji Coba Luas ... 65

B. Teknik Pengumpulan Data ... 66

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 69

D. Pengolahan dan Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 73

1. Studi Pendahuluan ... 73

a. Kondisi Penilaian Pendidikan di Madrasah ... 73

b. Kondisi Kurikulum Pelatihan di Kementerian Agama ... 75

c. Pembahasan Hasil Studi Pendahuluan ... 78

2. Pengembangan Draf Model... 80

a. Model Kurikulum Pelatihan Penilaian Berbasis Portofolio Yang Dikembangkan ... 80

1) Perencanaan Dalam Model Kurikulum Pelatihan ... 81

2) Pelaksanaan Dalam Model Kurikulum Pelatihan ... 87

3) Evaluasi Dalam Mode Kurikulum Pelatihan ... 88

b. Analisis Terhadap Rencana Pelaksanaan Kurikulum Pelatihan Yang Dikembangkan ... 90

1) Analisis Kondisi Peserta Pelatihan ... 90

2) Analisis Waktu Pelatihan ... 92

3. Hasil Uji Coba Lapangan ... 92

a. Uji Coba Terbatas ... 92

1. Pembahasan Hasil Uji Coba Terbatas ... 102

2. Bentuk Akhir Model Kurikulum Pelatihan Penilaian Berbasis Portofolio ... 106

b. Uji Coba Luas ... 108

(3)

1. Gambaran Kondisi Uji Coba Luas ... 110

2. Pembahasan Hasil Uji Coba Luas ... 110

4. Efektifitas Pengembangan Model Kurikulum Pelatihan penilaian Berbasis Portofolio ... 113

a. Efektifitas Pada Uji Coba Terbatas ... 113

b. Efektifitas Pada Uji Coba Luas ... 122

B. Pembahasan Penelitian ... 128

1. Kondisi Penilaian Yang Dilakukan Guru Di Madrasah ... 129

2. Kondisi Kurikulum Pelatihan Penilaian Berbasis Portofolio ... 132

3. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Penilaian Berbasis Portofolio ... 133

a. Model Kurikulum Pelatihan Yang Dikembangkan ... 133

b. Perbandingan Antar Siklus Pelatihan ... 143

1) Perbandingan Antar Siklus Pelatihan Pada Uji Coba Terbatas ... 143

2) Perbandingan Antar Siklus Pelatihan Pada Uji Coba Luas ... 146

3) Kelebihan dan Kekurangan Model Kurikulum Yang Dikembangkan ... 148

4. Efektifitas Pengembangan Kurikulum Pelatihan ... 139

a. Hasil Belajar Pada Uji Coba Terbatas ... 150

b. Hasil Belajar Pada Uji Coba Luas ... 151

c. Tanggapan Peserta Pelatihan ... 152

5. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 154

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 156

1. Kondisi Penilaian Pendidikan Di Madrasah ... 156

2. Kondisi Kurikulum Pelatihan Penilaian Berbasis Portofolio ... 156

3. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Penilaian Berbasis Portofolio ... 157

a. Perencanaan Pelatihan ... 157

b. Pelaksanaan Pelatihan ... 161

c. Evaluasi Pelatihan ... 162

4. Efektifitas Pengembangan Kurikulum Pelatihan Penilaian Berbasis Portofolio ... 163

5. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 164

B. Rekomendasi ... 165

1. Rekomendasi Untuk Guru ... 165

2. Rekomendasi Untuk Kepala Madrasah ... 165

3. Rekomendasi Untuk Kepala Kantor Kementerian Agama ... 165

4. Rekomendasi Untuk Peneliti Selanjutnya ... 166

DAFTAR PUSTAKA ... 167

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses pengembangan pendidikan pada saat ini. Kegiatan evaluasi pendidikan menempati posisi penting dalam sistem pendidikan nasional. Pasal 57 Ayat (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan “evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan”. Selanjutnya undang-undang tersebut menyebutkan bahwa “evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan dan jenis pendidikan” (Pasal 57 Ayat 2). Dalam evaluasi hasil belajar, pendidik memiliki kewenangan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang dimiliki peserta didik “evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan” (Pasal 58 Ayat 1).

Melalui PP. Nomor 19 Tahun 2005 pemerintah telah menetapkan Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar pendidik dan kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan sebagai acuan bagi evaluasi kinerja satuan pendidikan dalam pencapain mutu pendidikan nasional.

(5)

Sebagai salah satu bagian dari Standar Nasional Pendidikan, standar kompetensi lulusan ditentukan pemerintah melalui BSNP untuk melihat ketercapaian kompetensi siswa secara nasional. Sebagai realisasi terwujudnya standar kompetensi lulusan, pemerintah menyelenggarakan ujian nasional bagi siswa di akhir tahun pendidikan dasar dan menengah pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi (Pasal 63 ayat 1 butir c PP. No. 19 tahun 2005).

Pendidik dan satuan pendidikan juga melakukan evaluasi internal atas kegiatan pendidikan yang telah mereka lakukan, evaluasi ini bisa berlaku sebagai bagian dari umpan balik bagi perbaikan pengajaran maupun sebagai penilaian prestasi siswa atas kegiatan pembelajaran yang telah mereka lakukan selama kurun waktu tertentu. Sebagai perwujudan dari pemenuhan standar proses dan standar kompetensi lulusan maka pendidik dan satuan pendidikan menyelenggarakan ujian sekolah bagi mata pelajaran yang tidak diujikan dalam ujian nasional.

Pemerintah melalui PP. Nomor 19 tahun 2005 mengamanatkan bahwa standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Kompetensi lulusan dimaksud mencakup seluruh potensi dasar siswa yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

(6)

Pertama; tahap preassessment yakni evaluasi yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai, kedua; tahap formative evaluation yakni evaluasi selama proses pembelajaran, dan ketiga; tahap summative evaluation yaitu evaluasi yang dilakukan setelah usai masa pembelajaran. Dengan demikian evaluasi tidak bisa hanya dilakukan dalam tahap sumatif saja dengan memberikan ulangan atau ujian di akhir semester dan akhir tahun ajaran. Oliva (1992:452) lebih lanjut mengingatkan bahwa pendidik memiliki tugas untuk menilai berbagai kompetensi siswa dalam tiga domain – kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga domain ini memiliki tingkat kerumitan tersendiri sehingga para pendidik harus mampu menggunakan berbagai teknik penilaian.

(7)

Praktek penilaian siswa yang terjadi di sekolah dilakukan dengan memberikan nilai tanpa ditindaklanjuti dengan pemberian komentar atau tanggapan atas hasil belajar siswa. Dengan sistem ini siswa tidak tahu pasti letak kelebihan dan kekurangannya sehingga ia tidak dapat meningkatkan kemampuan dan memperbaiki kelemahan yang selama ini dimilikinya. Padahal salah satu fungsi penilaian menurut Sax dan Newton (1997) adalah untuk mengetahui how each pupil’s progress can be understood and explained most clearly and

effectively. Penilaian pada hakekatnya bukanlah untuk menghakimi kesalahan

siswa tapi untuk memberi penghargaan atas prestasi yang mereka capai. Penilaian pun merupakan tolak ukur atas sejauh mana program pendidikan yang dirancang dalam kurikulum berjalan sesuai rencana.

Hasil pengamatan awal penulis di beberapa madrasah memperlihatkan bahwa penilaian hasil belajar lebih dominan daripada penilaian proses belajar. Masih sedikit guru yang memberikan tugas kepada siswa yang kemudian dikoreksi, dikomentari dan didokumentasikan. Alat penilaian yang digunakan adalah dengan soal tes terutama tes tulis pada akhir semester atau akhir tahun ajaran.

(8)

mengamanatkan bahwa penentuan jenis penilaian harus mencakup penilaian dengan menggunakan tes dan non tes. Jenis penilaian dapat berupa tes tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

Permendiknas tersebut memberi gambaran bahwa sistem penilaian harus menyeluruh, berkesinambungan, menggunakan multi strategi dan diarahkan pada ragam pengalaman belajar siswa dalam proses pembelajaran. Jika setiap siswa diberi tugas untuk observasi lapangan dengan menggunakan teknik wawancara misalnya, maka evaluasi harus diberikan baik pada proses maupun hasil kerja siswa. Evaluasi proses ditujukan untuk menilai kinerja siswa selama mengerjakan tugas dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan, sedangkan evaluasi hasil berfungsi untuk menilai produk hasil kerja siswa.

(9)

Diantara strategi penilaian yang berpusat pada siswa adalah penilaian berbasis portofolio (portfolio based assessment). Penilaian ini berlandaskan pada teori konstruktivisme (Fajar, 2009) yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa pelajar membentuk dan membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Dalam konteks penilaian, pengalaman peserta didik perlu didemonstrasikan dalam bentuk karya yang tersusun secara sistematis dan terorganisir, hasil kerja siswa ini kemudian dimonitor oleh guru dengan memberikan tanggapan, komentar dan catatan perbaikan secara terus menerus hingga mencapai atau mendekati tujuan pembelajaran. Menurut Surapranata & Hatta (2006:21) “penilaian portofolio merupakan penilaian terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisir yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu”.

Lebih lanjut Surapranata & Hatta (2006:71) mengemukakan bahwa penilaian berbasis portofolio merupakan bagian dari penilaian otentik (authentic assessment) yaitu penilaian yang menggambarkan keadaan peserta didik yang

(10)

masukan tentang pencapaian hasil belajar, mengatasi kesulitan belajar dan memberikan umpan balik bagi perbaikan proses belajar yang di fasilitasi guru.

Sebagai bagian dari evaluasi pembelajaran, penilaian berbasis portofolio adalah pendamping dari penilaian berbasis tes, keduanya berjalan beriringan mengusung karakter yang dimiliki masing-masing. Penilaian melalui tes merupakan penilaian benar-salah yang dilakukan dalam durasi waktu dan lokasi tertentu, sedangkan penilaian portofolio adalah penilaian yang tidak memberikan judgement benar atau salah dan dilakukan dalam waktu yang relatif lebih lama

dan tempat yang lebih luas daripada penilaian tes. Penilaian portofoilo memberikan second opinion atas keputusan akhir berupa angka yang terdapat dalam laporan pendidikan. Dokumen yang terdapat dalam portofolio dapat terdiri dari hasil proyek, penyelidikan, praktek siswa, gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, analisis situasi, laporan kerja kelompok yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran yang bersangkutan, fotocopy tanda penghargaan, dan lain-lain.

(11)

ini. Mereka baru memahami penilaian pendidikan sebatas pada penilaian melalui pengukuran dengan menggunakan tes sebagai instrumen pengumpul data.

Padahal kemampuan untuk menguasai berbagai teknik penilaian pendidikan merupakan bagian dari kompetensi yang harus dimiliki guru. Menurut Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, guru harus memiliki empat kompetensi utama yang terintegrasi dalam kinerja guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Diantara kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru adalah kemampuan untuk menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, serta memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi itu untuk kepentingan pembelajaran. Penilaian berbasis Portofolio sebagai salah satu bentuk evaluasi proses adalah suatu hal yang harus dikuasai guru selain evaluasi berbasis tes.

(12)

dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun menyangkut pengembangan kompetensi diri.

Pelatihan yang diselenggarakan selama ini oleh Kementerian Agama Kabupaten Subang untuk guru madrasah tsanawiyah belum menyentuh substansi materi mengenai penilaian berbasis portofolio, sehingga guru belum memiliki keterampilan khusus berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam penilaian berbasis portofolio. Pelatihan yang telah dilaksanakan adalah mengenai pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara umum yang tidak menyentuh aspek penilaian berbasis portofolio.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan kurikulum pelatihan agar dapat meningkatkan kemampuan guru madrasah tsanawiyah dalam melakukan penilaian berbasis portofolio.

B. Rumusan Masalah

(13)

Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah: “pengembangan kurikulum pelatihan seperti apa yang dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan penilaian berbasis portofolio?”

C. Pertanyaan Penelitian

Secara garis besar, terdapat empat pertanyaan utama dalam penelitian ini, yakni:

1. Bagaimana kondisi penilaian yang dilakukan guru di madrasah selama ini dan bagaimana kondisi kurikulum pelatihan penilaian berbasis portofolio yang ada selama ini di Kementerian Agama?

2. Kurikulum pelatihan seperti apa yang dapat meningkatkan kemampuan guru madrasah tsanawiyah dalam melakukan penilaian berbasis portofolio?

a. Bagaimana Tujuan Pelatihan? b. Bagaimana Materi Pelatihan? c. Bagaimana Metode Pelatihan? d. Bagaimana Evaluasi Pelatihan?

3. Bagaimana efektifitas pengembangan kurikulum pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru madrasah tsanawiyah dalam melakukan penilaian berbasis portofolio?

(14)

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian sangat bermanfaat terutama untuk menggambarkan keadaan atau perilaku yang dapat diukur, mendeskripsikan sasaran yang akan diteliti, memperjelas arah penelitian dan menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah. Maka definisi operasional penelitian ini sebagai berikut :

1. Kurikulum Pelatihan

Pengertian kurikulum menurut Sanjaya (2009:9) adalah “dokumen perencanaan yang berisi tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata”.

Dari definisi tersebut maka kurikulum pelatihan dapat diartikan sebagai “Serangkaian rencana yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan, strategi dan cara yang dapat dikembangkan dan evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk pelaksanaan pelatihan.”

2. Penilaian Berbasis Portofolio

(15)

pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu”.

Dari definisi tersebut, maka definisi operasional penilaian berbasis portofolio adalah penilaian terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisir, diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.

3. Kemampuan Guru

Kemampuan guru dalam melakukan penilaian berbasis portofolio yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Kemampuan menerjemahkan, yakni kesanggupan untuk menjelaskan makna penilaian berbasis portofolio.

2. Kemampuan menafsirkan, yakni kesanggupan guru untuk membedakan, memperbandingkan atau mempertentangkan penilaian berbasis portofolio dengan jenis penilaian lainnya terutama dengan penilaian berbasis tes.

(16)

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mengembangkan kurikulum pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan guru madrasah tsanawiyah dalam melakukan penilaian berbasis portofolio.

Secara khusus penelitian ini memiliki empat tujuan pokok, yaitu:

1. Mengidentifikasi kondisi penilaian yang dilakukan guru di madrasah dan kondisi kurikulum pelatihan penilaian berbasis portofolio selama ini di Kementerian Agama.

2. Mengembangkan kurikulum pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan guru madrasah tsanawiyah dalam melakukan penilaian berbasis portofolio yang meliputi:

a. Pengembangan Tujuan Pelatihan b. Pengembangan Materi Pelatihan c. Pengembangan Metode Pelatihan d. Pengembangan Evaluasi Pelatihan

3. Mengidentifikasi efektifitas kurikulum pelatihan yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan guru madrasah tsanawiyah melakukan penilaian berbasis portofolio.

4. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan dalam pengembangan program pelatihan penilaian berbasis portofolio.

F. Manfaat Penelitian

(17)

ini penilaian hanya dilakukan pada tahap akhir pembelajaran melalui tes, maka dengan hasil penelitian ini diharapkan penggunaan portofolio sebagai model penilaian dijadikan alternatif penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.

Secara khusus penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam penilaian pembelajaran, antara lain :

1. Bagi guru : Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran. Dengan penilaian berbasis portofolio, guru diharapkan memiliki alternatif penilaian yang dapat menilai kemampuan siswa secara lebih lengkap menyangkut aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan yang tidak dapat diukur dengan tes.

2. Bagi madrasah: walaupun pelatihan ini hanya melibatkan sejumlah kecil guru madrasah tsanawiyah, namun diharapkan hasil pelatihan dapat tersebar luas kepada guru lainnya sehingga berdampak bagi peningkatan kualitas praktek penilaian yang dilakukan di madrasah.

3. Bagi Kementerian Agama: hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penyusunan program pelatihan di kementerian tersebut, sehingga memiliki kurikulum yang menjadi panduan pelaksanaan pelatihan di kemudian hari. 4. Peneliti selanjutnya: hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi para peneliti

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan kurikulum pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan guru madrasah tsanawiyah dalam melakukan penilaian berbasis portofolio. Pendekatan yang digunakan adalah Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Sebagaimana pendapat Borg dan Gall (1989: 624) bahwa Penelitian dan pengembangan dalam pendidikan adalah “a process used to develop and validate education product”, maka penelitian dan pengembangan ini ditujukan sebagai suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Produk yang dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan menurut Sukmadinata (2009:164) dapat berupa produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat berupa perangkat keras (hardware) seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, maupun perangkat lunak (software) seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen dan lain-lain.

Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menujukan suatu siklus yang diawali dengan adanya kebutuhan akan pemecahan masalah dengan menggunakan produk tertentu, dilanjutkan dengan menentukan spesifikasi produk, melakukan uji lapangan secara berulang-ulang dan

(19)

terakhir menyempurnakan produk tersebut berdasarkan temuan lapangan. Siklus ini berdasarkan langkah-langkah proses Penelitian dan Pengembangan yang dikemukakan Borg dan Gall (1989, dalam Sukmadinata, 2009:160-170) yang mencakup:

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting). Meliputi pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

2. Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.

3. Pengembangan bentuk produk pendahuluan (develop preliminary form of product), termasuk didalamnya persiapan materi/ bahan pembelajaran, proses

pembelajaran dan instrumen evaluasi.

4. Uji coba pendahuluan (preliminary field testing), yang melibatkan antara 1 sampai 3 sekolah dengan menyertakan 6 sampai dengan 12 subjek. Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan angket, hasil wawancara dan observasi.

5. Merevisi terhadap produk utama (main product revision), yang didasarkan atas hasil uji coba pendahuluan.

(20)

dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan, dan jika memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.

7. Penyempurnaan / revisi produk operasional (operasional product revision), dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama.

8. Dilakukan uji coba operasional (operasional field testing), yang melibatkan 10 sampai 30 sekolah dengan melibatkan 40 sampai 200 subjek. Pada langkah ini dikumpulkan data angket, observasi, dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.

9. Penyempurnaan/revisi produk akhir (final product revision), berdasarkan hasil uji coba operasional.

10. Diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation). Pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk.

(21)

Berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan metode Research and Development yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1989) dan langkah-langkah

penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi oleh Sukmadinata (2009) tersebut, penulis memfokuskan langkah-langkah penelitian ini pada dua langkah utama sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata yakni:

1. Studi pendahuluan: merupakan kegiatan awal penelitian sebagai persiapan untuk pengembangan. Tahap ini terdiri atas tiga langkah, pertama studi kepustakaan, kedua survai lapangan dan ketiga penyusunan produk awal. 2. Pengembangan model: Berdasarkan hasil dari tahap pendahuluan maka

dilakukan tahap pengembangan model. dalam tahap ini ada dua langkah yang dilakukan yaitu uji coba terbatas dan uji coba lebih luas.

Tahapan penelitian dan pengembangan yang akan penulis lakukan dapat digambarkan dan diuraikan sebagai berikut:

1.

STUDI

PENDAHULUAN

STUDI LITERATUR:

1.Teori

2.Hasil Penelitian Terdahulu STUDI LAPANGAN: Kondisi Penilaian Pendidikan Hasil Studi Literatur dan Studi Lapangan Penyusunan Produk Awal DRAF AWAL 2. PENGEMBANGAN MODEL

UJI COBA TERBATAS:

1.Desain Model Awal

2.Implementasi

3.Evaluasi

4.Penyempurnaan

UJI COBA LUAS:

1.Desain model yang

sudah diperbaiki

2.Implementasi

3.Evaluasi

4.Penyempurnaan

DRAF FINAL

(22)

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan diatas, diuraikan dalam penjelasan berikut ini:

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan langkah pertama dari penelitian dan pengembangan, langkah ini adalah dasar bagi penyusunan draf kurikulum pelatihan penilaian berbasis portofolio bagi guru bahasa Inggris Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Subang. Tujuan dari studi pendahuluan adalah untuk mengetahui pelaksanaan penilaian pendidikan di madrasah dan pelaksanaan pelatihan di Kementerian Agama. Langkah-langkah dalam studi pendahuluan adalah studi kepustakaan, survai lapangan dan penyusunan produk awal:

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk melihat dasar-dasar konsep atau teori produk yang akan dikembangkan yaitu model pelatihan untuk guru, penilaian berbasis portofolio dan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai pelatihan dan penilaian berbasis portofolio.

b. Survai Lapangan

(23)

c. Penyusunan Produk Awal

Penyusunan produk awal atau draf model dimulai setelah studi kepustakaan dan survai lapangan dilakukan. Draf model digunakan untuk menguji elemen (variabel) kurikulum dan bagaimana setiap elemen tersebut berkaitan (Print, 1993:61). Model digunakan untuk mempermudah pemahaman mengenai pengembangan kurikulum pelatihan dalam penelitian ini. Pengembangan model kurikulum pelatihan ini merujuk pada terminologi pengembangan kurikulum yang diungkapkan Oliva (1992:26) yang mencakup perencanaan (planning), pelaksanaan (implementation) dan evaluasi (evaluation).

Gambar 3.2 Model Kurikulum Pelatihan Penilaian Berbasis Portofolio

Model kurikulum pelatihan yang dikembangkan dapat diurai dalam penjelasan berikut ini:

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

EVALUASI

1. Analisis Kebutuhan Pelatihan 2. Penyusunan Tujuan Pelatihan 3. Penyusunan Materi Pelatihan 4. Penyusunan Metode Pelatihan 5. Penyusunan Evaluasi Pelatihan

1. Persiapan Pembelajaran 2. Pelaksanaan Pembelajaran 3. Penutupan Pembelajaran

(24)

1. Perencanaan Pelatihan

Perencanaan pelatihan meliputi kegiatan analisis kebutuhan pelatihan, penyusunan tujuan pelatihan, penyusunan materi pelatihan, penyusunan metode pelatihan dan penyusunan evaluasi pelatihan.

a) Analisis Kebutuhan Pelatihan

Analisis kebutuhan merupakan langkah awal pengembangan model kurikulum pelatihan, kegiatan ini menentukan empat langkah lain dalam model kurikulum pelatihan ini yaitu tujuan, materi. Metode dan evaluasi pelatihan. Analisis kebutuhan merupakan kegiatan penting untuk menentukan titik awal (starting point) kegiatan pelatihan. Menurut print (1993:112) analisis kebutuhan adalah “a means of reaching consensus over future directions for a curriculum by determining the discrepancy between current and preferred situations”. Analisis

kebutuhan merupakan alat untuk mencapai konsensus arah kurikulum dengan menentukan ketitaksesuaian antara situasi saat ini dan situasi yang diharapkan. Menemukan kesenjangan antara kondisi seharusnya dengan kondisi nyata merupakan masalah yang dianalisis dalam kegiatan analisis kebutuhan.

Sumber analisis kebutuhan pelatihan dapat berasal dari calon peserta pelatihan, organisasi tempat peserta pelatihan bertugas atau bekerja, masyarakat yang menjadi layanan kegiatan calon peserta pelatihan, dan pihak-pihak lain yang terkait (Sudjana, 2007:82). Data tersebut dapat dikumpulkan dengan wawancara, kuesioner, studi dokumentasi dan lain sebagainya.

(25)

mengenai penilaian berbasis portofolio. Kemampuan ini penting untuk dikuasai agar guru mampu melaksanakan penilaian secara menyeluruh dan berkesinambungan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Kemampuan guru dalam penilaian pendidikan juga dibutuhkan madrasah sebagai satuan pendidikan yang mengorganisasikan pembelajaran dan penilaian. Semakin baik penilaian yang dilakukan akan semakin meningkatkan kredibilitas madrasah dalam melakukan penilaian secara sahih, objektif dan terpadu. Selanjutnya, siswa sebagai subjek layanan guru dalam pendidikan juga membutuhkan suatu kegiatan penilaian yang melibatkan mereka dalam perencanaan dan praktek penilaian, sehingga mereka dapat merefleksikan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki selama ini.

Kebutuhan Kementerian Agama dalam penyelenggaraan pelatihan sebagaimana yang diungkapkan dalam hasil wawancara pada studi pendahuluan adalah melakukan pembinaan terhadap guru yang telah lulus sertifikasi. Dengan asumsi bahwa guru bersertifikat pendidik harus dapat bekerja secara lebih profesional dibandingkan dengan guru yang belum memiliki sertifikat pendidik. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

(26)

calon peserta pelatihan, maka didapat data mengenai latar belakang pendidikan, usia dan masa kerja mereka:

Tabel 3.1

Latar belakang Pendidikan, Usia dan Masa Kerja Calon Peserta Pelatihan

No Kualifikasi Kriteria f %

1 Usia a. <35 tahun

b. 36-45 tahun c. 46-55 tahun d. 56-60 tahun

5 16 4 2 18,51 59,25 14,81 7,40 2 Pendidikan Terakhir a. S2

b. S1 c. SLTA d. SLTP 2 25 - - 7,40 92,60 - -

3 Masa Kerja a. 5-10 tahun

b. 6-15 tahun c. 16-20 tahun d. > 20 tahun

6 13 5 3 22,22 48,14 18,51 11,11

Tabel diatas memperlihatkan bahwa kisaran usia calon peserta pelatihan didominasi oleh guru yang berusia 36-45 tahun (59,25%), dengan pendidikan terakhir minimal sarjana (92,60%), dan masa kerja antara 6-15 tahun (48,14%). Hal ini membuktikan bahwa calon peserta pelatihan sudah memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam bidang pendidikan sehingga materi pelatihan dapat disusun dan ditentukan berdasarkan kondisi calon peserta pelatihan.

(27)

Tabel 3.2 Latar Belakang Pelatihan Calon Peserta

No Pelatihan yang pernah diikuti f %

1 2 3 4 5

Pengembangan KTSP Penelitian Tindakan Kelas Penilaian Berbasis Portofolio Lain-lain

Belum Pernah mengikuti pelatihan

21 10 0 26

0

77,78 37,03

0 96,30

0

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada satupun calon peserta pelatihan yang pernah mengikuti pelatihan mengenai penilaian berbasis portofolio. Kondisi ini mengindikasikan bahwa calon peserta belum mengetahui penilaian berbasis portofolio secara komprehensif sehingga perlu disajikan sistematika pembelajaran penilaian berbasis portofolio dimulai dari konsep hingga implemantasi.

b) Penyusunan Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan, menurut Leonard Nadler (Sudjana, 2007:104), adalah suatu pernyataan tentang apa yang ingin dicapai dalam pelaksanaan suatu pelatihan. Tujuan ini dapat dikategorikan kedalam tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pelatihan merupakan pengarah utama kegiatan pembelajaran dalam pelatihan sedangkan tujuan khusus merupakan penjabaran tujuan umum yang berhubungan dengan perolehan peserta pelatihan terhadap pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai tertentu.

(28)

Tabel 3.3 Tujuan Pelatihan

Tujuan Umum : Untuk meningkatkan kemampuan peserta pelatihan dalam melakukan penilaian berbasis portofolio.

Tujuan Khusus : Guru mampu menjelaskan makna penilaian berbasis portofolio dan melakukan simulasi terhadap tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam penilaian berbasis portofolio serta membedakannya dengan penilaian berbasis tes.

c) Penyusunan Materi Pelatihan

Materi pelatihan yang akan dikembangkan dalam pelatihan ini terbagi adalah penilaian berbasis portofolio menjadi tiga bagian, yaitu 1). Konsep penilaian pendidikan, 2). Penilaian pendidikan dalam KTSP, dan 3) Penilaian berbasis portofolio.

Dalam materi tentang konsep penilaian pendidikan disajikan hakikat penilaian, prinsip penilaian, fungsi penilaian, penilaian menggunakan tes dan bukan tes. Dalam materi penilaian pendidikan dalam KTSP disajikan peraturan mengenai prosedur dan koridor penilaian pendidikan. Pada pokok ketiga disajikan materi tentang penilaian berbasis portofolio, yang membahas konsep, teori, dan prosedur pelaksanaan penilaian.

Tabel 3.2 Materi Pelatihan

No Materi Pelatihan

(29)

d) Penyusunan Metode Pelatihan

Metode pelatihan berkaitan dengan upaya penyampaian materi pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan. Metode pelatihan yang akan digunakan dalam pelatihan ini mencakup ceramah, diskusi dan simulasi.

a. Ceramah

Metode ceramah dilakukan dengan memberikan pemaparan konsep dalam bentuk power point dan bentuk lain yang mendukung. Metode ceramah penting dilakukan untuk memberikan informasi awal kepada peserta pelatihan mengenai materi yang akan didiskusikan atau dipraktekan. Supaya metode ini tidak tersekesan menggurui maka perlu menggunakan ungkapan bahasa yang sederhana namun tepat sasaran. Pengulangan dan penguatan atas materi tertentu yang dianggap masih sulit dipahamai peserta dapat dilakukan dengan memperhatikan efektifitas waktu pembelajaran.

b. Tanya Jawab

(30)

c. Diskusi

Metode ini dilakukan untuk memperdalam dan memperluas pemahaman peserta terhadap materi pelatihan. Instruktur dapat memberikan tugas yang harus dilakukan peserta secara berkelompok dalam durasi waktu tertentu, setelah waktu pengerjaan selesai maka peserta dapat mempresentasikan hasil kerja kelompok. Tanggapan berupa dukungan, sanggahan, perbaikan dan kritik dapat dilakukan peserta dari kelompok lain terhadap presentasi kelompok. Dengan metode ini dapat terjadi penyebaran pengetahuan, sikap dan keterampilan antara peserta pelatihan. Instruktur dapat mengorganisasikan metode ini dengan memperhatikan konsistensi diskusi dan ketersediaan waktu.

d. Simulasi

Simulasi adalah kegiatan yang mencoba menghadirkan peserta pelatihan pada kondisi yang seperti nyata. Print (1993:xx1) mengungkapkan bahwa simulasi adalah “a simplified representation under specific controlled conditions or phenomena or events in the real world. Used for the study of reality within an

educational context”. Instruktur dapat menyediakan berbagai bahan dan sumber

belajar yang dapat digunakan peserta untuk mempraktekan penilaian berbasis portofolio dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Sebelum kegiatan simulasi dilakukan, instruktur dapat menjelaskan tujuan dan manfaat kegiatan, memberikan penekanan pada materi yang sulit untuk dipraktekan serta melakukan tanya jawab dengan peserta mengenai kesiapan melakukan praktek.

(31)

merumuskan kriteria penilaian dan merumuskan format penilaian, 2) Tahap pelaksanaan: mengumpulkan, memilih, dan mengorganisasikan bahan portofolio sesuai dengan kegiatan pada tahap perencanaan, 3) Tahap evaluasi: melakukan refleksi, melakukan penilaian melalui rubrik dan menyusun laporan.

e) Penyusunan Evaluasi Pelatihan

(32)
[image:32.595.113.519.137.621.2]

Tabel 3.3 Evaluasi Pelatihan

No Jenis Penilaian Instrumen Tujuan

1. Tes Tertulis Tes objektif berupa pilihan berganda (multiple choice)

Untuk mengetahui perkem-bangan kemampuan kognitif peserta pelatihan dalam memahami materi latihan 2. Pengamatan Lembar observasi Untuk mengetahui kegiatan

peserta selama mengikuti pelatihan

Untuk mengetahui perkem-bangan kemampuan peserta dalam simulasi tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam penilaian berbasis portofolio.

3. Kuesioner Lembar kuesioner Untuk mengetahui persepsi peserta terhadap pelatihan yang diikuti

2. Pelaksanaan Pelatihan

Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua sisi yang sama penting. Kurikulum menyediakan panduan bagi pelaksanaan pembelajaran sedangkan pembelajaran merupakan perwujudan dari rencana dalam kurikulum. Tahap pembelajaran dalam pelatihan meliputi tiga hal penting yaitu persiapan, pelaksanaan dan penutupan.

a. Persiapan

(33)

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini instruktur memberikan materi sesuai dengan jadwal pelatihan yang telah ditentukan dengan menggunakan metode yang telah dirancang. Metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan simulasi digunakan secara bervariasi dengan memperhatikan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

c. Penutupan

Pada tahap ini instruktur mengemukakan kesimpulan dan ulasan singkat materi pelatihan, juga melakukan refleksi atas penyajian materi untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta pelatihan.

3. Evaluasi Pelatihan

Kegiatan evaluasi dalam setiap siklus uji coba adalah dengan mengidentifikasi hambatan yang ditemui selama kegiatan pelatihan di setiap siklus. Hambatan tersebut dapat bersumber dari instruktur, peserta, sarana, sumber belajar dan lainnya, hasil temuan kemudian diidentifikasi untuk dikomunikasikan dengan instruktur pelatihan. Perbaikan terhadap model kurikulum dan pelaksanaan pelatihan dilakukan setelah melalui kegiatan diskusi. Perbaikan tersebut kemudian diimplementasikan pada proses pelatihan di siklus berikutnya.

2. Pengembangan Model

(34)
[image:34.595.114.521.229.757.2]

Draf model yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan dengan tiga orang kepala madrasah, tiga orang guru dan tiga orang pengawas untuk mendapat masukan dan perbaikan. Tanggapan mereka tentang draf model terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.4

Tanggapan Guru, Kepala Madrasah dan Pengawas Terhadap Draf Model Kurikulum Pelatihan

No. Unsur Draf Model Indikator Penilaian

f Ya

Ragu-Ragu Tidak 1. Analisis Kebutuhan

Pelatihan

a. Mengakomodasi kebutuhan

calon peserta pelatihan 7 2 0 b. Mengakomodasi kebutuhan

lembaga 7 2 0

c. Mengakomodasi kebutuhan

layanan 7 2 0

2. Penyusunan Tujuan Pelatihan

a. Susunan kalimat dapat dimengerti

9 0 0

b. Menjelaskan kompetensi 9 0 0 c. Jelas dan terukur 7 2 0 3. Penyusunan Metode

Pelatihan

a. Sesuai dengan karakteristik calon peserta pelatihan

8 1 0

b. Mendukung ketercapaian tujuan

8 1 0

c. Sesuai dengan waktu yang tersedia

8 1 0

d. Mendorong minat dan aktivitas belajar

9 0 0

4. Penyusunan Materi Pelatihan

a. Mendukung ketercapaian tujuan

8 1 0

b. Disusun secara sistematis 8 1 0 c. Materi umum mendukung

materi pokok

8 1 0

d. Materi penunjang mendukung materi pokok

9 0 0

5. Pelaksanaan Pelatihan

Sesuai dengan tahapan pelatihan pada umumnya.

9 0 0

6. Evaluasi Pelatihan a. Mendukung ketercapaian tujuan

8 1 0

b. Mudah dibaca dan dipahami 8 1 0 c. Mencapai fungsi formatif

dan sumatif

7 2 0

d. Mencakup semua aspek perubahan perilaku

(35)

Berdasarkan hasil penilaian responden, draf model ini dianggap layak untuk digunakan dalam uji coba model pada uji coba terbatas.

a. Uji Coba Terbatas.

Uji coba terbatas berupa pelatihan dilakukan dengan melibatkan 9 orang guru bahasa Inggris madrasah tsanawiyah yang telah bersertifikat pendidik. Kegiatan pada uji terbatas adalah dengan melakukan rangkaian pelatihan sesuai jadwal yang ditetapkan. Pada awal kegiatan pelatihan diberikan pretes kepada peserta pelatihan untuk mengetahui pengetahuan awal yang mereka miliki, pada akhir siklus pelatihan peserta diberikan postes untuk mengetahui perkembangan kemampuan mereka terhadap materi pelatihan. Selanjutnya, untuk mengetahui efektifitas kegiatan simulasi, penilaian dilakukan melalui pengamatan dengan menggunakan pedoman dan lembar observasi. Temuan dalam setiap siklus pelatihan dijadikan bahan refleksi pembelajaran dan perbaikan draf kurikulum pelatihan. Draf akhir kurikulum pelatihan diharapkan didapat setelah melalui rangkaian siklus dalam tahap uji coba.

b. Uji Coba Luas

(36)

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ada yang bersifat mengukur (tes) dan menghimpun (nontes). Hasil pengukuran berupa data angka ordinal, interval dan rasio sedangkan hasil penghimpunan adalah data naratif atau data angka nominal. Tes dan skala termasuk kategori mengukur sedangkan wawancara, observasi, angket dan studi dokumenter termasuk kategori manghimpun (Sukmadinata, 2009: 216-222). Berikut adalah teknik pengumpulan data berdasarkan tahap-tahap penelitian dan pengembangan.

1. Pengumpulan Data Pada Tahap Studi Pendahuluan

Sebagaimana telah dijelaskan dimuka, kegiatan studi pendahuluan dalam penelitian dan pengembangan terdiri dari studi kepustakaan, survai lapangan dan penyusunan produk awal:

a. Studi Kepustakaan

(37)

(undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri pendidikan, dan lainnya), konsep dan teori kurikulum, pelatihan, penilaian portofolio dan pemahaman guru.

b. Survai Lapangan

Dalam tahap ini, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, angket dan studi dokumenter. Wawancara atau interviu (interview) merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif (Sukmadinata, 2009:216). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara lisan dengan Kepala Seksi Mapendais Kantor Kementerian Agama Kabupaten Subang disertai dengan pedoman wawancara (interview guide) untuk mengetahui kondisi pelatihan yang diselenggarakan lembaga ini. Angket atau kuesioner (questionnaire) merupakan teknik pengumpulan data secara tidak langsung yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus diisi atau dijawab oleh responden (Sukmadinata, 2009:219). Angket ini diberikan kepada 27 orang guru dan 9 kepala madrasah dari tingkat tinggi, sedang dan rendah serta mempertimbangkan lokasi madrasah di pegunungan, dataran sedang dan pesisir pantai.

Angket digunakan untuk mengetahui kegiatan penilaian yang dilakukan guru di madrasah, pemahaman guru terhadap penilaian berbasis portofolio, jenis pelatihan yang pernah mereka ikuti, manfaat dan hambatan dalam pelatihan serta implementasi hasil pelatihan di tempat mereka bekerja, serta menganalisa kebutuhan pelatihan yang akan diselenggarakan.

(38)

portofolio, yang pada intinya ingin mengetahui apakan guru sudah menggunakan penilaian ini atau belum.

c. Penyusunan Produk Awal

Hasil studi kepustakaan dan survai lapangan dengan menggunakan teknik studi dokumenter, wawancara dan angket kemudian dijadikan masukan bagi penyusunan produk awal atau draf model kurikulum pelatihan. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi produk awal yang disusun berdasarkan masukan dari para guru, kepala sekolah dan pengawas.

2. Pengumpulan Data Pada Tahap Pengembangan Model

Pada tahap ini penulis mengujicobakan model kurikulum yang telah disusun dalam ujicoba terbatas. Untuk mengetahui efektivitas draf kurikulum pelatihan terhadap peningkatan kemampuan guru Madrasah Tsanawiyah dalam melakukan penilaian berbasis portofolio, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, tes dan observasi. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data tentang sikap guru terhadap pelatihan, tes tulis berbentuk pilihan ganda (multiple choice) digunakan untuk menilai hasil belajar peserta menyangkut pemahaman terhadap materi pelatihan, sedangkan observasi digunakan untuk mengetahui pemahaman peserta dalam kegiatan simulasi. Sumber data dari ketiga teknik pengumpulan data diatas adalah guru peserta pelatihan.

(39)

Tabel 3.5.

Tahap Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data

NO TAHAP TEKNIK

PENGUMPULAN DATA

1 Studi Pendahuluan

Studi Kepustakaan Studi Dokumentasi

Survai Lapangan Wawancara, Angket, Studi

Dokumentasi Penyusunan Produk Awal -

2 Pengembangan Model

Uji Coba Terbatas Angket, tes dan observasi Uji Coba Luas Angket, tes dan observasi

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

[image:39.595.111.514.163.625.2]
(40)

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan guru Madrasah Tsanawiyah dalam melakukan penilaian berbasis portofolio. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala seksi Mapenda Islam pada tahap studi pendahuluan, konsentrasi pembinaan tenaga pendidik di lingkungan Kementerian Agama adalah terhadap guru yang telah bersertifikat pendidik. Rasional fokus pembinaan ini adalah karena guru dengan sertifikat pendidik memiliki tanggungjawab yang besar dalam memenuhi tugasnya sebagai pendidik. Tunjangan sertifikasi yang mereka dapatkan harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk kinerja profesional dengan memahami dan mempraktekan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pendidikan. Selain itu Kementerian Agama memiliki kewajiban untuk memberi pembinaan dan melakukan pengawasan terhadap guru dengan sertifikat pendidik.

Berdasarkan masukan tersebut maka peserta pelatihan yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru bahasa Inggris madrasah tsanawiyah yang telah memiliki sertifikat pendidik sejulah 27 orang. Jumlah ini kemudian dibagi dalam uji coba terbatas dan uji coba luas yakni 9 orang pada uji coba terbatas dan 18 orang pada uji coba luas.

Tabel 3.6.

Subjek Penelitian Dalam Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Luas

No. Uji Coba Jumlah

1. Uji Coba Terbatas 9

2. Uji Coba Luas 18

[image:40.595.109.515.233.635.2]
(41)

D. Pengolahan dan Analisis Data

Berdasarkan pendekatan penelitian, maka pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif, yaitu dari hasil angket, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi, dianalisa untuk memberikan interpretasi terhadap pengembangan kurikulum pelatihan penilaian berbasis portofolio. Sedangkan data yang bersifat kuantitatif diproses dengan menggunakan statistika.

Dalam usaha untuk mengetahui efektifitas hasil pelatihan berupa peningkatan pemahaman guru bahasa Inggris yang telah bersertifikat pendidik pada madrasah tsanawiyah terhadap penilaian berbasis portofolio, maka digunakan rata-rata postes dan rata-rata hasil observasi antar siklus dengan mempergunakan uji-t (uji perbedaan). Prosedur pengolahan datanya adalah: 1) Pemeriksaan data, 2) Tabulasi data, dan 3) Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan pengujian dua buah rata-rata (uji t), dengan menggunaan program SPSS 17 (Statistical Package for Social Science 17). Jika nilai t hitung > t tabel pada taraf signifikansi 95% berarti ada perbedaan yang signifikan antara dua nilai rata-rata yang diuji.

Hipotesis yang akan diuji diuraikan sebagai berikut:

• H0 : Tidak ada perbedaan kemampuan peserta pelatihan dalam melakukan

(42)

• Ha : Terdapat perbedaan kemampuan peserta pelatihan dalam melakukan

(43)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama melaksanakan penelitian dan pengembangan terhadap kurikulum pelatihan penilaian berbasis portofolio ini didapat beberapa kesimpulan:

1. Kondisi Penilaian Pendidikan di Madrasah

Hasil observasi lapangan dalam tahap studi pendahuluan memperlihatkan bahwa penilaian pendidikan yang dilakukan guru masih belum dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan diungkapkan bahwa penilaian harus dilakukan terhadap seluruh kompetensi siswa dengan menggunakan beragam teknik penilaian. Pada prakteknya, penilaian pendidikan di madrasah didominasi penggunaan tes untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Dengan tidak melibatkan ragam jenis dan teknik penilaian, maka informasi mengenai perkembangan kemampuan siswa menjadi sangat terbatas, keterbatasan ini dapat mengurangi kualitas pertimbangan dalam evaluasi pembelajaran yang dilakukan.

2. Kondisi Kurikulum Pelatihan Penilaian Berbasis Portofolio

Berdasarkan hasil wawancara pada studi pendahuluan, tidak terdapat kurikulum pelatihan penilaian berbasis portofolio yang mencakup aspek tujuan pelatihan, isi (materi) pelatihan, metode pelatihan dan evaluasi pelatihan di

(44)

kurikulum pelatihan tidak dilakukan berlandaskan pada kurikulum yang telah ada namun berpedoman pada teori pengembangan kurikulum yang didapat melalui studi kepustakaan.

3. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Penilaian Berbasis Portofolio

Pengembangan kurikulum pelatihan ini adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan guru madrasah tsanawiyah dalam melakukan penilaian berbasis portofolio (portfolio based assessment). Penilaian berbasis portofolio dipercaya dapat menjadi alternatif penilaian pendidikan yang tidak hanya mampu menilai hasil tetapi juga proses belajar dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui beragam aktifitas peserta didik. Pengembangan kurikulum penilaian berbasis portofolio ini tergambar dalam model kurikulum pelatihan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelatihan. Setelah melalui rangkaian uji coba, model akhir kurikulum penilaian berbasis portofolio adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan Pelatihan

Perencanaan pelatihan terdiri dari analisis kebutuhan pelatihan, perumusan tujuan pelatihan, perumusan materi pelatihan, perumusan metode pelatihan dan perumusan evaluasi pelatihan.

(45)

Kondisi ideal dalam penilaian pendidikan adalah pemenuhan aturan, prinsip dan prosedur penilaian sebagaimana yang diamatkan undang-undang dan peraturan lain mengenai pendidikan nasional. Kondisi faktual dalam penilaian adalah praktek penilaian yang dilakukan guru di madrasah. Apabila ada ketidak sesuaian antara apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi, maka disanalah analisis kebutuhan diperlukan.

Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan pelatihan ini adalah terdapat kesenjangan antara prinsip menyeluruh dan berkesinambungan dalam penilaian yang diamanatkan Permendiknas No. 20 tahun 2007 dengan fakta penilaian yang dilakukan guru. Peneliti mengajukan penilaian berbasis portofolio sebagai jenis penilaian yang harus dikuasai karena memenuhi prinsip menyeluruh dan berkesinambungan tersebut. Pelatihan merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai konsep maupun praktek penilaian berbasis portofolio.

(46)

portofolio dengan penilaian berbasis tes. Tujuan ini kemudian dirinci dalam langkah-langkah kegiatan pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pelatihan.

Dalam upaya mewujudkan tujuan pelatihan, kemudian disusun materi pelatihan, metode pelatihan dan evaluasi pelatihan. Materi pokok dalam pelatihan ini adalah penilaian berbasis portofolio. Materi pokok ini diujicobakan pada empat siklus uji coba terbatas untuk mendapat penyempurnaan redaksional maupun muatan mata pelajaran. Setelah dilakukan proses uji coba, maka ruang lingkup materi dan urutan penyajian dalam pelatihan meliputi tiga sub materi yaitu: 1) konsep penilaian pendidikan, berupa teori penilaian dari para pakar kurikulum dan pembelajaran yaitu mengenai hakikat, prinsip dan fungsi penilaian, juga terdapat kupasan tentang perbedaan antara evaluasi, penilaian, pengukuran dan tes. 2) Penilaian Pendidikan Dalam KTSP, berupa prosedur dan koridor penilaian pendidikan yang terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, dan 3) Penilaian Berbasis Portofolio berupa konsep, teori dan prosedur pelaksanaan penilaian.

(47)

pendidikan dengan penilaian berbasis portofolio.

Terdapat tiga alat evaluasi utama dalam penelitian ini, yaitu tes, observasi dan kuesioner. Tes digunakan untuk mengukur pemahaman peserta terhadap materi dalam setiap siklus pelatihan. Pada uji coba terbatas dan uji coba luas masing-masing dilaksanakan satu kali pretes dan empat kali postes. Pengembangan kurikulum pelatihan berupa revisi dan umpan balik akan terus dilakukan ketika masih ditemukan perbedaan yang signifikan pada perbandingan hasil tes antar siklus, pengembangan ini baru dihentikan apabila perbedaan yang terjadi dianggap tidak signifikan. Uji t dengan menggunakan program SPSS 17 digunakan untuk menguji perbedaan ini.

Instrumen kedua yang digunakan adalah observasi untuk mengungkap keberlangsungan kegiatan pelatihan. Instrumen berupa lembar observasi menjadi alat peneliti untuk mengamati kegiatan pelatihan, pengamatan ini akan menjadi masukan bagi instruktur pelatihan untuk memperbaiki kekurangan dalam penyampaian materi pelatihan. Observasi juga berguna untuk mengetahui perkembangan proses dan hasil belajar pada kegiatan simulasi tahapan penilaian berbasis portofolio yang tidak dapat diukur melalui tes.

(48)

antara satu siklus dengan siklus berikutnya.

b. Pelaksanaan Pelatihan

Pelaksanaan pelatihan dilakukan dalam tiga tahap utama. Tahap pertama berupa pembukaan, tahap kedua adalah penyampaian materi dan tahap ketiga adalah penutupan.

(49)

kesimpulan atas penyajian materi.

c. Evaluasi Pelatihan

Kegiatan evaluasi dalam tahap ini dilakukan untuk mengimpun data mengenai hambatan dan kekurangan dalam setiap siklus pelatihan. Temuan berdasarkan hasil tes, lembar observasi dan kuesioner menjadi umpan balik bagi perbaikan kegiatan pelatihan. Temuan ini kemudian dikomunikasikan dengan instruktur pelatihan untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya. Temuan ini juga merupakan bahan bagi perbaikan perencanaan pelatihan yang meliputi tujuan, materi, metode dan evaluasi pelatihan.

Pengembangan model kurikulum ini berusaha mengikuti prinsip pengembangan kurikulum yaitu prinsip relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip praktis dan prinsip efektifitas (Sukmadinata, 2009:150).

Kelebihan kurikulum yang dikembangkan ini adalah pada: 1) tujuan pelatihan disajikan dalam kalimat yang mudah dimengerti, 2) Materi pelatihan mendukung pencapaian tujuan pelatihan, 3) Metode pelatihan dirancang dan dilaksanakan secara bervariasi sehingga terjadi peningkatan kemampuan peserta dalam melakukan penilaian berbasis portofolio. 4) Alat evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi perbaikan pelatihan antar siklus dan mampu menilai proses dan hasil belajar peserta pelatihan.

(50)

penilaian berbasis portofolio masih terkesan asing bagi guru peserta pelatihan yang sudah berpuluh tahun melakukan penilaian hanya dengan menggunakan tes, sehingga penjelasan dan praktek simulasi memerlukan waktu yang relatif lebih lama, 3) Pelatihan yang dilaksanakan dalam empat hari terbukti dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan penilaian berbasis portofolio, namun belum tentu dapat mengubah paradigma guru dalam melakukan penilaian pendidikan. Supervisi dari kepala madrasah dan pengawas pendidikan diperlukan untuk memantau apakah penilaian pendidikan sudah dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian atau belum.

4. Efektititas Pengembangan Kurikulum Pelatihan

Efektifitas hasil pengembangan kurikulum pelatihan untuk meningkatkan kemampuan peserta pelatihan dalam melakukan penilaian berbasis portofolio ini dapat diketahui dari hasil belajar serta tanggapan peserta melalui kuesioner.

(51)

meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan penilaian berbasis portofolio.

5. Faktor Pendukung dan Penghambat

Faktor pendukung dan penghambat selama dilakukannya kegiatan pelatihan adalah sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

1) Kementerian Agama mendukung penuh pelaksanaan pelatihan, dengan memberikan fasilitas tempat dan sarana pelatihan.

2) Selama pelaksanaan uji coba peserta pelatihan mengikuti setiap sesi pembelajaran.

3) Instruktur dapat menerima masukan mengenai perbaikan pembelajaran sehingga pembelajaran dalam siklus berikutnya menjadi lebih baik.

4) Tempat pelatihan dapat dijangkau dengan mudah oleh peserta dan instruktur pelatihan sehingga mereka dapat datang tepat waktu dan mengikuti setiap sesi pelatihan.

b. Faktor Penghambat

(52)

sehingga instruktur perlu bekerja keras untuk mendorong peserta agar aktif dalam kegiatan simulasi.

B. Rekomendasi

1. Rekomendasi Untuk Guru

Penilaian pendidikan merupakan satu elemen pendidikan yang sangat penting untuk mengetahui prestasi dan perkembangan kemampuan peserta didik. Semakin banyak pembendaharaan informasi maka akan semakin baik pertimbangan penilaian yang dilakukan. Oleh karena itu penilaian dengan menggunakan ragam metode yang sesuai dengan materi pelajaran sangat baik untuk dilakukan guru.

2. Rekomendasi Untuk Kepala Madrasah

Koordinasi menjadi kata penting yang harus dijalankan oleh kepala madrasah. Pencapaian tujuan pendidikan memerlukan konsistensi seluruh komponen madrasah yang dipimpin oleh kepala madrasah dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pendidikan. Berdasarkan berbagai sisi positif yang dimiliki oleh penilaian berbasis portofolio maka akan lebih baik apabila digunakan dalam penilaian pendidikan.

(53)

penting dikuasai guru dan seluruh komponen madrasah. 4. Rekomendasi Bagi Peneliti Selanjutnya

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Aminah (2008) Pengaruh Motivasi Dan Pembelajaran Advokasi Dengan Penyajian Masalah Open-Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Matematika, Tesis, Tidak Dipublikasikan, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Arter. JA, Spandel. V, Culham, R (1995) Portfolios for Assessment and Instruction, terdapat online: http://www.smallschoolsproject.org/ PDFS/Planning_Resources/autumn2003/ autumn2003-portfolios.pdf, (10 Desember 2010)

Aulia, A (2008) Efektivitas Model Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Pembelajaran Ips Geografi Kelas VIII MTs. Negeri 10 Jakarta, Tesis, Tidak Dipublikasikan, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Borg, W.R., & Gall, M.D. (1979). Educational Research: An Introduction. New York, Longman Inc.

Bradly, H. Conner, C. Sothworth, G (1994) Developing Teachers Developing Schools, David Fulton Publishers Published in Association with the University of Cambidge institute of Education, London

D’Angelo, Barbara J. (2009) Using Portfolio Assessment to Discover Student Learning, tersedia online, Arizona State University. (10 November 2010)

Davis, JR & Davis, AB (2001) Effective Training Strategies, A Comprehensive Guide to maximing Learning in Organization, Barret-Koehler Publishers, Inc. San Fransisco.

Depdiknas (2003), Pedoman Pengembangan Portofolio Untuk Penilaian, Jakarta, Direktorat Pendidikan Menengah dan Umum.

Fajar, A (2009) Portofolio dalam Pembelajaran IPS, Cetakan Ke-5, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Hasan, S.H. (2008) Evaluasi Kurikulum, Bandung, Universitas Pendidikan Indonsia dan Remaja Rosdakarya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia daring, terdapat online: http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

(55)

Klenowski, Val (2002) Developing Portfolios for Learning and Assessment, Routledge Falmer, London and New York

Kohonen, Vijo (2000) student reflection in portofolio assessment: making

learning language more visible. tersedia online:

http://www.uta.fi/laitokset/okl/tokl/projektit/eks/pdf /babylonia100.pdf, university of Tampere, Babilonia (10 Novemver 2010)

Laisouw, F (2008) Efektivitas Pembelajaran Menulis Dengan Menggunakan Model The Experiential Approach, Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas X MAN 2 Ambon Dalam Mata Pelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia, Tesis, Tidak Dipublikasikan, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Morley, G (1994) Recent development in In-Service Education and training for Teachers, where have we been and where are we going? Bunga rampai dalam Developing Teachers Developing Schools, David Fulton Publishers Published in Association with the University of Cambidge institute of Education, London

Mujiman, H (2009) Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri, Cetakan ke-3, Jogjakarta, Pustaka Pelajar.

Nitko, AJ & Brookhart, SM (2007) Educational Assessment of Students, Pearson Education Inc. New Jersey

Oliva, Peter F (1992), Developing The Curruculum, Newyork, Harper Collins Publishers.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 1991 Tentang Latihan Kerja

Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

Print, Murray (1993), Curriculum Development and Design, Edisi ke-2, Sidney, Allen and Unwin Publisher,.

(56)

Seldin, P (1993) The Teaching Portfolio Concept In Successful Use of Teaching Portfolios, Terdapat online: http://www.acenet.edu/resources/chairs/ docs/Seldin.pdf, Department Chair Online Resource Center The Teaching Portfolio Concept. Bolton, MA: Anker Publishing, Inc. Reprinted with permission from Anker Publishing, Inc. (13 Desember 2010)

Shalkee, BD, Barbour, NE, Ambrose, R, Hansford SJ (1997) Designing and Using Portfolios, Allyn and Bacon, United States of America

Sudjana, S (2007) Sistem Manajemen Pelatihan, Teori dan Aplikasi, Bandung, Falah Production.

Sukmadinata, NS (2009) Metode Penelitian Pendidikan, Cetakan ke-5, Bandung, Remaja Rosdakarya.

_____________ (2009) Pengembangan Kurikulum, Cetakan ke-11, Bandung, Remaja Rosdakarya

Surapranata & Hatta (2006) Penilaian Portofolio, Implementasi Kurikulum 2004, Cetakan Ke-3, Bandung, Remaja Rosdakarya.

Thomas, Conn, at al (2004) Portfolio Assessment: A Guide For Teachers And Administrators, Tersedia online: http://www.nationalforum.com/ Electronic%20Journal%20Volumes/Thomas,%20ConnPortfolio%20As sessment%20A%20Guide%20For%20Teachers%20And%20Administr ator.pdf, National Forum Of Educational Administration And Supervision Journalelectronic Volume 23, Number 4e 2004-2005 (12 November 2010)

Timperley, Helen (2008) Teacher Professional Learning and Development , tersedia online: http://www.ibe.unesco.org/fileadmin/user_upload/ Publications/Educational_Practices/EdPractices_18.pdf International Academy Of Education International Bureau of Education (22 November 2010)

Tyler, Ralph W. (1949) Basic Prinsiples of Curriculum and Instruction, The university of Chicago Press, Chicago.

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Gambar

Gambar 3.1. Alur Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
Gambar 3.2 Model Kurikulum Pelatihan Penilaian Berbasis Portofolio
Tabel diatas memperlihatkan bahwa kisaran usia calon peserta pelatihan
Tabel 3.2 Latar Belakang Pelatihan Calon Peserta
+6

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat perbedaan bermakna skor MMSE dan CDT minggu I dan minggu XII yang menandakan adanya perubahan fungsi kognitif pada pasien pasca stroke iskemik dan

Pembuatan preparat ovarium dilakukan dengan langkah sebagai berikut: Pertama Tahap Fiksasi yaitu Pada tahap ini, ovarium difiksasi pada larutan formalin 10% selama

Subekti menyatakan, bahwa perjanjian pengikatan jual beli adalah perjanjian antar pihak penjual dan pihak pembeli sebelum dilaksanakannya jual beli dikarenakan

Hasil analisis sikap dan perilaku konsumen menunjukkan adanya konsistensi antara sikap dan perilaku konsumen terhadap produk Bank Sampah, yaitu konsumen memiliki sikap

Parameter pengeditan design maxsurf sesuai dengan kapal rancangan dengan cara menekan tab tool “data – Calculate Hydrostatic” dan jika hasil yang demikian sesuai dengan

[r]

Dengan memakai cara perhitungan yang sama dengan sampel A, didapatkan hasil pengujian tarik las sampel (' yang dapat dilihat pada Tabel 5.22 berikut ini.Sedangkan cara

[r]