• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL SEKOLAH DASAR DI PEMERINTAHAN KOTA TANJUNG PINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL SEKOLAH DASAR DI PEMERINTAHAN KOTA TANJUNG PINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL SEKOLAH DASAR DI PEMERINTAHAN KOTA TANJUNG PINANG

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pengembangan Kurikulum

5A

OLEH:

R U M L I

NIM. 019425

PROGRAM PASCASARJANA

UWVERSfTAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing

PROF. DR. IBRAHIM, MA

Pembimbing II

(3)

ABSTRAK

Peningkatan relevansi pendidikan merupakan salah satu dari empat strategi pokok pengembangunan pendidikan nasional. Pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan relevansi pendidikan, antara lain melalui pengembangan kurikulum muatan lokal, namun belum

menunjukkan nasi! yang memuaskan. Oleh karena itu pengembangan

kurikulum muatan lokal masih perlu ditingkatkan dan disempumakan. Untuk kepentingan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan menyempumakan kurikulumnya, menambah fasilitas dan sumber belajar, maupun meningkatkan kemampuan guru.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model desain kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk diajarkan di sekolah dasar dari kelas IV sarnpai dengan kelas VI, sesuai dengan aspek proses pengembangan kurikulum. Pengambilan tema di atas berangkat dari suatu pemikiran bahwa kualitas kurikulum muatan lokal sekolah dasar sangat rendah bila dibandingkan dengan kurikulum pelajaran lainnya. Kenyataan tersebut apabila terus dibiarkan akan berdampak negatif bagi nilai-nilai budaya daerah serta bagi kualitas pendidikan di masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) dan prosedur/langkah-langkah yang diambil terbagi dalam 3 tahap yaitu (1) Studi Pendahuluan, (2) Perencanaan Model, dan (3) Uji

Coba dan Perbaikan.

Hasil penelitian melahirkan beberapa kesimpulan. Pertama,

Kurikulum muatan lokal yang ada masih belum maksimal, input penyusunannya belum memperhatikan konsep pengembangan kurikulum, proses penyusunannya belum terencana, dan produknya belum mewakili dari seluruh budaya dan kebutuhan daerah. Kedua, kurikulum muatan

lokal pada SD Negeri Tanjungpinang perlu dilakukan pengembngan model

desain kurikulumnya didasarkan pada ide atau pemikiran yang dilandasi

konsep pengembangan kurikulum muatan lokal yang berdasarkan perkembangan kurikulum, mengacu pada proses yang benar dan produk

kurikulum mudah untuk dilaksanakan. Ketiga, Efektivitas dan efisiensi pengembangan model kurikulum mampu menempatkan guru sebagai fasilitator, motivator, mediator dan evaluator bagi siswa dalam proses

pembelajaran dalam upaya mengembangkan keterampilan sosialnya.

Keempat, Implementasi kurikulum muatan lokal di sekolah membutuhkan sistem pembelajaran yang efektif dan efisien dan didukung oleh sumber daya berkualitas, sehingga tujuan yang inginkan dapat dicapai. Kelima,

Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal budaya daerah, cukup signifikan artinya dapat meningkatkan pemahaman dibandingkan sebelum adanya pengembangan model. Adanya peningkatan proses pembelajaran baik dari segi kualitas maupun

kuantitas.

Pengembangan model kurikulum muatan lokal mutlak dibutuhkan. Pengembangan tersebut perlu dilakukan secara sistematis dan terpadu,

dilaksanakan oleh tim yang proporsionai dan profesional dalam bidang kurikulum. Selanjutnya dalam pelaksanaan kurikulum hams efektif dan

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK >.

KATA PENGANTAR "

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH hi

DAFTAR ISI v.

DAFTAR TABEL v".

DAFTAR GAMBAR vm

DAFTAR LAMPIRAN IX

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 6

C. Definisi Operasional 8

D. Tujuan Penelitian 10

E. Manfaat Penelitian 11

F. Paradigma Penelitian 12

BAB II PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL 14

A. Proses Pengembangan Kurikulum 14

1. Pengertian Kurikulum 14

2. Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum 15

3. Anatomi Kurikulum 18

a. Tujuan Pendidikan 19

b. Isi Kurikulum 26

c. Sistem dan Prosedur Penyampaian Bahan

Pengajaran 28

4. Rekayasa Kurikulum 29

a. Beauchamp's System 31

b. The Systematic Action Research Model 32

5. Evaluasi Kurikulum dalam Tahap-tahap

Pengembangan Kurikulum 32

B. Relevansi Pengembangan Kurikulum 38

1. Aspek Relevansi 38

2. Permasalahan Relevansi 39

C. Kurikulum Muatan Lokal Sekolah Dasar 42

1. Landasan Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal... 42

2. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal 45

3. Isi/Materi Kurikulum Muatan Lokal 46

4. Susunan Program Pengajaran Muatan Lokal 48

D Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum Muatan

Lokal 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 50

A. Metodadan Prosedur Penelitian 50

1. Studi Pendahuluan 52

2. Perencanaan Pengembangan Model 53

(5)

a. Uji Coba Terbatas 54

b. Perbaikan Model Berdasarkan Hasil Uji Coba

Terbatas

5^

c. Uji Coba Lebih Luas 55

d. Perbaikan Model Berdasarkan Hasil Uji Coba

Lebih Luas 56

B. Lokasi dan Subyek Penelitian 58

C. Instrumen Penelitian 58

1. Instrumen Evaluasi Kurikulum 59

2. Instrumen Evaluasi Desain Kurikulum 62

3. Instrumen Uji Coba Terbatas 64

4. Instrumen Uji Coba Lebih Luas 65

D. Teknik Analisis dan Pengolahan Data 67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

69

A. Hasil Penelitian 69

1. Hasil Studi Pendahuluan 69

a. Survei Awal 69

b. Evaluasi Kurikulum 73

c. Penilaian Kebutuhan 76

2. Penyusunan dan Implementasi Model 83

a. Penyusunan Model (Draft Awal) 84

b. Implementasi Model 90

3. Hasil UjiCoba 1°3

B. Pembahasan Hasil Penelitian 109

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

118

A. Kesimpulan

JJ8

B. Saran 12U

DAFTAR PUSTAKA 121

(6)

Tabel

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Proses Pengembangan Kurikulum Model Skilbeck 21

2.2. Susunan Program Pengajaran Kurikulum Muatan Lokal

Sekolah Dasar Perminggu 48

4.1. Kurikulum Muatan Lokal Budaya Daerah Kelas IV Sekolah

Dasar Kota Tanjung Pinang 71

4.2. Hasil Wawancara Kebutuhan Budaya Daerah 80

4.3. T-Test 105

4.4. Gambaran Pemahaman Sampel Siswa Terhadap Materi

Gejala Alam Antara Sebelum dan Sesudah Uji Coba

106

4.5. Gambaran Pemahaman Sampel Siswa Terhadap Materi

Pantang Larang Antara Sebelum dan Sesudah Uji Coba

107

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Continuum of Curriculum Models 12

1.2. Paradigma Penelitian 13

2.1. Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum 16

2.2. Anatomi Kurikulum 19

2.3. Pengembangan Kurikulum Model Skilbeck 21

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya

adalah dokumen kurikulum yang fleksibel dan mudah untuk dilaksanakan.

Dokumen kurikulum yang dikemas dalam setiap bidang studi ada yang bermuatan nasional dan ada yang bermuatan lokal. Pemerintah daerah

diberi kebebasan dan kebijaksanaannya untuk mengembangkan

kurikulum muatan lokal.

Pada jenjang pendidikan dasar pengembangan kurikulum muatan lokal telah dilakukan sejak digunakan kurikulum 1984 disisipkan pada

berbagai bidang studi yang sesuai, hal ini lebih diintensifkan lagi

pelaksanaan kurikulum 1994. Dalam kurikulum 1994 tidak lagi disisipkan

pada berbagai bidang studi baik bidang studi wajib maupun bidang studi

pilihan. Pengembangan kurikulum muatan lokal dimaksudkan terutama

untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan pengembangan kurikulum

sentralistik, yang bertujuan agar peserta didik mencintai dan mengenal lingkungannya, serta mampu melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung

pembangunan nasional, maupun pembangunan lokal, sehingga peserta

(9)

Kurikulum muatan lokal pada khakekatnya merupakan suatu

perwujudan dari pasal 38 ayat 1 Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional, yang berbunyi : "Pelaksaan kegiatan pendidikan dalam satuan

pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan

kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan

dan ciri khas suatu pendidikan". Sebagai tindak lanjut hal tersebut, muatan

lokal telah dijadikan strategi pokok

link &match"

(Depdikbud, 1993 : 14).

Departemen pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud, 1994:

97-98), menetapkan empat strategi pokok pembangunan pendidikan

nasional, yaitu

: (1) peningkatan dan pemerataan kesempatan

pendidikan, (2) Relevansi pendidikan, (3) kualitas pendidikan , dan (4)

efesiensi pengelolaan pendidikan. Pemerintah telah mengambil kebijakan

link &match

yang dioperasionalkan melalui pengembangan kurikulum

muatan lokal.

Relevansi yang dimaksudkan di atas ialah memaksimalkan muatan

lokal untuk menghasilkan kemampuan, keterampilan yang relevan dengan

kebutuhan lokal dan sejauh mungkin meiibatkan peran serta masyarakat

dalam perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan.

Peningkatan relevansi pendidikan merupakan

salah satu dan

empat strategi pokok pembangunan pendidikan nasional. Pemerintah

telah berusaha untuk meningkatkan relevansi pendidikan, antara lain

(10)

kurikulum muatan lokal masih perlu ditingkatkan dan disempurnakan.

Untuk kepentingan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara baik

dengan menyempumakan kurikulumnya, menambah fasilitas dan sumber

belajar, maupun meningkatkan kemampuan guru.

Sekolah dasar (SD) dalam wilayah Pemerintahan Kota Tanjung

Pinang Propinsi Kepulauan Riau dari kelas IV sampai dengan kelas VI

telah diberikan muatan lokal yaitu pelajaran Bahasa Inggris, Arab Melayu

yang merupakan muatan lokal wajib dan budaya daerah sebagai muatan

lokal pilihan dengan materi kurikulum muatan lokal yang berasal dari

ketentuan dari Kantor Dinas Pendidikan Daerah . Besar keinginan penulis

untuk mengembangkan muatan lokal yang menjadi pilihan dari setiap

daerah dalam hal ini mata pelajaran budaya daerslh.

Kota Tanjung Pinang sangat banyak jenis kebudayaan daerah (baik

berbentuk fisik maupun non fisik), kebudayaan yang lain, yang saat ini

mulai punah dan perlu dilestarikan untuk menanamkan sikap dan nilai-nilai

yang sesuai dengan kepribadian daerah dan tercermin dalam kepribadian

nasional. Misalnya budaya berpakaian, dan jenis pakaian untuk

acara-acara tertentu (fisik), dan berbagai permainan tradisional, adat bertamu,

adat pergaulan, tarian dan nyanyian daerah (kesenian) serta tradisi adat

lainnya (non fisik).

Mengajar Kelas IV sampai dengan Kelas VI dengan materi

(11)

perkawinan sehingga dapat menimbulkan kejenuhan dan kurang

bervariasi jenis kebudayaan yang dapat dipelajari di sekolah.

Sumaatmadja (1998, 48-49) mengemukakan :

Kebudayaan itu merupakan konsep yang sangat luas meliputi

segala aspek perilaku dan kemampuan siswa, dan juga menjadi

milik otentik manusia dimanapun ia berada serta pada tingkat

apapun. Dengan demikian kebudayaan itu tidak hanya terbatas

pada aspek tradisi, adat istiadat, seni dan kepercayaan, melainkan

meliputi segala aspek yang dihasilkan dari pengalaman, perilaku,

perasaan, keterampilan, pemikiran, gagasan, dan segala tindakan

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan pendapat di atas dan masyarakat, orang tua, siswa,

dan guru serta beberapa hasil penelitian terdahulu kurikulum muatan lokal

yang ada saat ini dirasakan jauh dari kesempumaan dari keinginan

masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknolcgi, pertumbuhan

dan dengan tingkat perkembangan anak.

Sebagian besar masyarakat di Propinsi Kepulauan Riau terutama

Kota Tanjung Pinang terdiri dari masyarakat yang religius, masyarakat

pekerja, dan masyarakat sosial budaya, saat ini perlu diperhatikan untuk

meningkatkan kesejahteraan, menanamkan

sikap

dan

nilai-nilai

yang sesuai dengan kepribadiannya, dan dengan

perkembangan daerah sebagai pencerminan dari kepribadian nasional,

dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia.

Untuk mewujudkan keinginan di atas, guru merupakan faktor yang

periu mendapat perhatian yang utama, disamping kurikulumnya, karena

(12)

guru sebagai perencana dan pelaksana kurikulum. Dalam pengembangan

kurikulum muatan lokal, guru diberi keleluasaan untuk mengembangkan

kebutuhan lokal. Keberhasilan kurikulum muatan lokal sangat tergantung

pada kinerja guru. Sebagaimana diungkapkan Syaodih. N, (2000 :194),

menyatakan "Betapapun bagusnya suatu kurikulum (official), tetapi

hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh guru dan juga

murid dalam kelas (actual)". Dengan demikian guru memegang peranan

penting baik dalam penyusunan maupun pelaksanaan kurikulum.

Pendapat di atas menunjukkan bahwa kurikulum muatan lokal itu

sungguh banyak dan luas materinya sehingga kita dapat memilih dan

merencanakan yang lebih baik dan tepat sesuai dengan kebutuhan guru,

orang tua, tokoh masyarakat serta pemerintah daerah sesuai dengan

karakteristik anak seusia sekolah dasar.

Sejalan dengan semangat otonomi daerah, dimana daerah mempunyai wewenang tertentu untuk menentukan kebijakan-kebijakan

tertentu dalam bidang pendidikan termasuk penentuan desain kurikulum

muatan lokal di Sekolah Dasar khususnya Kelas IV di kota Tanjung

Pinang.

Memperhatikan uraian di atas betapa pentingnya perhatian kita terhadap pengembangan kurikulum muatan lokal. Karena kurikulum

sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sentral dalam

(13)

dalam pendidikan dan perkembangan peradaban manusia, maka

pengembangan dan pembinaan kurikulum tidak dapat dilakukan secara

sembarang tetapi memerlukan landasan yang kuat berdasarkan hasil-hasil

pemikiran dan penelitian. Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya,

tampaknya kajian yang pernah dilakukan mengenai masalah disekitar

program pengembangan kurikulum muatan lokal / proses belajar mengajar

muatan lokal. Sebagaimana diketahui belum terencananya secara

maksimal

pengembangan

Kurikulum

Muatan

Lokal.

Untuk

itu

mengkaji/meneliti lebih lanjut mengenai pengembangan kurikulum muatan

lokal yang lebih efektif, baik itu yang berkenaan dengan tujuan, isi/materi,

pengalaman belajar, serta evaluasi kurikulum Muatan Lokal yang

berkenaan dengan kebutuhan daerah bersangkutan.

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini berkenaan dengan model pengembangan kurikulum

muatan lokal yang cocok dalam kaitannya dengan perkembangan daerah

setempat dimana pendidikan itu dilaksanakan. Penelitian ini akan

mengungkapkan

pula

hal-hal yang

berkaitan dengan

keinginan

masyarakat untuk dimasukkan ke dalam kurikulum muatan lokal pilihan

untuk Sekolah Dasar dalam perumusan tujuan, isi/materi, pengalaman

belajar, dan evaluasi. Penelitian ini akan mengungkapkan pula hal-hal

yang berkaitan dengan peran guru dan kepala sekolah serta pemerintah

(14)

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Model

kurikulum muatan lokal yang bagaimanakah paling cocok

dikembangkan di sekolah dasar dalam kaitannya dengan

perkembangan daerah Kota Tanjung Pinang ? Adapun konsep pokok yang menjadi bahan kajian penelitian ini diuraikan dalam bentuk

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana kondisi kurikulum muatan lokal yang ada pada SD Negeri

Kota Tanjung Pinang ?

a. Bagaimana input penyusunan kurikulum muatan lokal pada SD

Negeri Kota Tanjung Pinang ?

b. Bagaimana proses penyusunan kurikulum muatan lokal pada SD

Negeri Kota Tanjung Pinang ?

c. Bagaimana produk dari penyusunan kurikulum muatan lokal pada

SD Negeri Kota Tanjung Pinang ?

2) Bagaimana model desain kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan

kondisi masyarakat, dan pemerintah daerah serta cocok

dikembangkan Sekolah Dasar Negeri Kota Tanjung Pinang ?

3) Bagaimana efisiensi dan efektivitas implementasi model kurikulum

muatan lokal yang harus dikembangkan di Sekolah Dasar Negeri Kota

Tanjung Pinang ?

4) Bagaimanakah Implementasi Kurikulum Muatan Lokal yang sudah

dikembangkan di SD Negeri Kota Tanjung Pinang ?

5) Bagaimanakah hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kurikulum

Muatan lokal Budaya Daerah yang telah dikembangkan di SD Negeri

(15)

Penelitian ini tidak hanya mengungkapkan dan menjawij

pertanyaan tentang "bagaimana" pengembangan kurikulum muats

lokal, tetapi hams pula dapat mengungkapkan dan menjawab^

pertanyaan "bagaimana" kaitan kurikulum muatan lokal dengan

perkembangan daerah yang menjadi kebutuhan masyarakat, dan

"bagaimana" peran serta masyarakat dalam merealisasikan kurikulum

tersebut, serta "mengapa" hal tersebut dilakukan.

C. Definisi Operasional

Defmisi operasional dimaksudkan untuk menghindari

perbedaan interpretasi yang mungkin terjadi. Hal ini sesuai dengan

pendapat Tuckman (1978:13) yang mengemukakan :

Operationalizing variables means stating them in an observable and

measurable form, making them available for manipulation, control, and

examination". Agar tidak terdapat kesalahpahaman terhadap

pokok-pokok masalah yang akan diteliti, maka di sini dijelaskan beberapa

istilah yang dipandang penting untuk dijelaskan pengertiaannya.

1. Pengembangan kurikulum muatan lokal.

Yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum muatan lokal dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan untuk mendesain

kurikulum muatan lokal pada SD di Pemerintahan Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

2. Langkah-langkah pengembangan Kurikulum Muatan Lokal

(16)

muatan lokal dalam studi ini adalah urutan kegiatan mendesain

kurikulum yang mencakup kegiatan :

a. Studi pendahuluan,

Dalam studi pendahuluan ini dilakukan kegiatan berupa :

1) Survey awal , yakni mengadakan studi awal tentang

kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan penyusunan

kurikulum muatan lokal.

2) Evaluasi kurikulum yakni kegiatan untuk mengumpulkan

atau menemukan kekuatan dan kelemahan kurikulum

muatan lokal selama ini.

b. Perencanaan pengembangan model,

Dalam kegiatan ini dimaksudkan untuk menyusun rencana

pengembangan model desain kurikulum muatan lokal. dengan

kegiatan:

1) Analisis ketersediaan sumber daya, waktu, dan kebutuhan

biaya,

2) Menentukan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam

pengembangan model kurikulum,

3) Menetapkan indikator/kriteria yang berkaitan dengan

pengembangan model dan strategi pengembangan desain

kurikulum muatan lokal,

4) Menyusun rencana pengembangan model desin kurikulum

muatan lokal,

5) Menetapkan model desain kurikulum muatan lokal.

(17)

Yang dimaksud dengan uji coba model dalam penelitian fi^JV^I

adalah kegiatan mengujicobakan model desain kurikuhir^r^ ;»••.&.

muatan lokal yang telah ditetapkan dalam dalam tahap ujicomsr-^r-^^

terbatas dan uji coba luas.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapat

gambaran yang jelas tentang model pengembangan kurikulum

muatan lokal yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan

daerah dan tepat pula untuk diajarkan di Sekolah Dasar Negeri Kota

Tanjung Pinang. Sebagai upaya untuk menggali potensi daerah dalam

rangka memberikan pengalaman yang lebih bermakna bagi peserta didik baik sebagai bekal untuk melanjutkan maupun untuk

mengembangkan diri di tengah masyarakat sesuai dengan asas

pendidikan seumur hidup.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan

menemukan:

1. Kondisi kurikulum muatan lokal pada Sekolah Dasar di kelas IV

Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau.

2. Model desain kurikulum yang sesuai dengan kondisi masyarakat

dan pemerintah daerah serta cocok untuk dikembangkan di

sekolah dasar.

3. Efisiensi dan efektivitas implementasi model kurikulum muatan

lokal yang harus dikembangkan di Sekolah Dasar Negeri Kota

(18)

4. Implementasi Kurikulum muatan Lokal Budaya daerah di Sekolah

Dasar di kelas IV.

5. Hasil yang dicapai dalam penerapan Kurikulum muatan lokal Budaya

daerah di Sekolah Dasar di Kelas IV.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, sehingga dapat

dijadikan referensi:

1. Bagi dinas Pendidikan/ lembaga pengembangan kurikulum daerah,

hasil penelitian ini digunakan sebagai salah satu sumber dalam

menyempumakan dan meningkatkan mengemembangkan kurikulum

muatan lokal untuk Sekolah dasar.

2. Bagi para guru, hasil penelitian ini merupakan umpan balik dan dapat digunakan sebagai bahan untuk menyempumakan dan ikut bepartisipasi untuk merencanakan desain kurikulum muatan lokal dan

melaksanakan proses belajar mengajar, sehingga diperoleh relevansi

pembelajaran dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan

daerah di dalam wilayah pemerintahan kota Tanjung Pinang.

3. Bagi para kepala sekolah dan pengelola pendidikan, hasil penelitian ini

dapat dijadikan bahan supervisi dalam menyempumakan dan

meningkatkan relevansi pengembangan kurikulum muatan lokal.

4. Bagi masyarakat, orang tua, dan pihak pengusaha/lapangan kerja,

hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur tentang

partisifasinya

dalam

bidang

pendidikan,

dan

sebagai

bahan

pertimbangan untuk meningkatkan partisipasinya di masa mendatang

(19)

5. Bagi Program Pengembangan Kurikulum, sebagai masukan untuk

membuka wawasan bagi penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya

dalam masalah pengembangan kurikulum muatan lokal.

F. Paradigma Penelitian

Untuk mengkaji permasalahan tersebut, terutama tentang hal-hal

yang

berkaitan dengan

pengembangan

kurikulum, dikemukakan

paradigma penelitian yang merupakan jalan yang ditempuh dalam

penelitian berdasarkan pemasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan.

Beberapa paradigma konseptual dikemukakan sebagai berikut:

Print. M, (1987 : 21), melukiskan

"Continuum of Curriculum Models"

sebagai berikut:

Rational/objective Cyclical Dynamic /interaction

Models

Models

models

Tyler Wheeler Walker

[image:19.595.132.495.295.462.2]

Taba Nicholls Skillbeck

Gambar 1.1. Continuum of Curriculum Models

Dalam penelitian ini, model dinamik (dynamic model) dijadikan

dasar dalam mengembangkan dan mengkaji permasalahan mengenai

pengembangan kurikulum muatan lokal dalam kaitannya perkembangan

daerah yang cocok dikembangkan di sekolah dasar (sesuai dengan

kebutuhan).

Kurikulum muatan lokal di sekolah dasar dikembangkan dengan

alasan sebagai berikut : pertama, sekolah dasar yang paling banyak

tersebar di daerah-daerah. Kedua, masa kanak-kanak yang paling cocok

untuk ditanamkan suatu sikap dan kebiasaan dikarenakan dapat lebih

(20)

Untuk lebih jelasnya dikemukakan paradigma penelitian, dalam

pengembangan kurikulum dilakukan kegiatan-kegiatan. Pengembangan

kunkulum muatan lokal sebagai sistem terdiri dari input yaitu siswa belum

mengenai budaya daerah, siswa masih usia dini. Selanjutnya dibuat

desain kurikulum yaitu tujuan, isi/materi, pengalaman belajar dan evaluasi

dengan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya

kebijakan pemkot, peningkatan kualitas guru, sarana/prasarana, biaya

serta faktor lingkungan diantaranya sosial budaya, masyarakat religi,

pekerjaan dan ilmu pengetahuan.

Dari input tersebut dilakukan proses pengembangan dengan

berdasarkan pada pengalaman belajar dan keterlibatan masyarakat.

Sehingga diperoleh output/hasil yang diharapkan dan sesuai dengan

perkembangan, sebagai individu mandiri sesuai kebutuhan, dapat

berbuat, berperilaku serta terampil sesuai dengan kebutuhan masyarakat,

sebagai anggota masyarakat dapat diterima di tengah masyarakat.

Berdasarkan penjelasan paradigma penelitian di atas, dapat ditampilkan

gambar paradigma penelitian sebagai berikut:

Siswa:

Kurang mengenai & memahami

budayanya

Sebagai peawris

budaya perlu dikenah

sejak dini

Kebijakan Pemkot

- Kualitas Guru - Fasilitas - Biava

I Z

Desain Kurikulum: - Tujuan - Isi/Materi - Pengalaman Bel. - Evaluasi Proses: - Pengalaman belajar - Memanfaatkan lingkungan Lingkungan : Sosial Budaya .

Masyarakat. Religi

Pekerjaan

Ilmu Pengt. & Teknologi

Gambar: 1.2. Paradigma penelitian

Hasil:

Sesuai dengan

perkembangan nya siswa dapat

(21)
(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III dalam tesis ini bertujuan menjelaskan metode dan prosedur

atau tahapan yang dilakukan dalam penelitian, yaitu mulai dari persiapan

hingga akhir penelitian serta instrumen yang digunakan dan unsur-unsur

yang

terlibat.

Untuk

memudahkan

dalam

memeahmi

bab

ini

pennyajiannya dikelompokan didalam sub bab metoda dan prosedur

penelitian, lokasi dan subyek penelitian, instrumen penelitian, serta teknik

analisis dan pengeloaan data. Uraian masing-masing sub bab tersebut

sebagai berikut:

A. Metoda dan Prosedur Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan model desain

kurikulum muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk

diajarkan disekolah dasar di kelas IV, sesuai dengan aspek proses

pengembangan kurikulum muatan lokal yaitu penentuan tujuan, pemilihan

isi/materi, proses belajar mengajar, dan mendeskripkannya.

Pengembangan model desain kurikulum muatan lokal dimaksud

akan dilakukan dengan metoda penelitian dan pengembangan

(Research

and Development)

dengan

pendekatan kualitatif yang berusaha

menggambarkan, memahami dan menafsirkan suatu makna peristiwa

interaksi perilaku manusia dalam suatu situasi tertentu. Selanjutnya prinsip

metoda

ini,

adalah

mengembangkan

suatu

produk

pendidikan,

mengujicoba di lapangan, dan menyempumakan produk berdasarkan data

(23)

dari lapangan . Sebagai dasar pertimbangan pemakaian motoda

Research and development diantaranya bahwa metode ini dapat untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan dan merupakan

strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan demikian metoda

ini sangat sesuai dan tepat digunakan untuk penelitian pengembangan

model desain kurikulum muatan lokal berdasarkan tingkat relevansi yang

tinggi sebagai salah satu produk pendidikan.

Menurut Borg dan Gall, (1983) dalam metoda Research and

Development

ada sepuluh langkah yang dilalui yaitu : 1) Pengkajian dan

pengumpulan informasi, 2) perencanaan, 3) pengembangan pendahuluan

bentuk produk,4) ujicoba pendahuluan dilapangan, 5) penyempumaan

produk berdasarkan data uji coba pendahuluan, 6) Uji coba utama, 8) Uji

coba lapangan secara riil 9) Penyempumaan produk akhir, 10) diseminasi

dan implementasi. Kesepuluh langkah tersebut dilakukan secara seri.

Dengan adanya faktor-faktor penghambat yang sulit dihindari, dalam

penelitian ini

tidak semua langkah dalam metoda

Research and

Development dapat dilaksanakan.

Adanya faktor penghambat yang sulit untuk dihindari dalam

penelitian ini, maka tidak semua langkah dalam metode

Research and

Development

dapat dilaksanakan. Namun demikian upaya untuk

memvalidasi dokumen hasil penelitian tetap dilakukan agar tidak

mengurangi esensi penggunaan model tersebut Langkah-langkah yang

diambil dalam penelitian ini terbagi dalam 3 tahap yaitu : (1). Studi

(24)

diambil dalam penelitian ini terbagi dalam 3 tahap yaitu : (1). Studi

Pendahuluan, (2). Perencanaan model, 3). Uji coba dan perbaikan.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dimaksud untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan

dalam penyusunan model desain kurikulum Muatan lokal

yang akan dikembangkan. Kegiatan yang dilakukan dalam studi

pendahuluan adalah : survey awal di Sekolah Dasar, evaluasi Kurikulum

Muatan Lokal di Sekolah Dasar, dan pengkajian hasil penilaian kebutuhan

pengajaran yang dilakukan di Sekolah Dasar.

Survey awal dilakukan untuk menentukan hal-hal yang berkaitan

dengan penerapan konsep pengembangan Kurikulum Muatan lokal yang

relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hasil survey akan digunakan

sebagai masukan dalam merancang instrumen penelitian. Pada saat

survey, peneliti melakukan studi dokumentasi kurikulum muatan lokal yang

diterapkan di Sekolah Dasar, dan wawancara dengan guru-guru, Pengembang Kurikulum dan stap Dinas Pendidikan Nasional di Kota

Tanjung Pinang.

Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk menemukan kekuatan dan

kelemahan yang terkandung dalam kurikulum yang selama ini diterapkan.

Hasil evaluasi akan dijadikan sebagai masukan ( input) pertama dalam

(25)

Penilaian kebutuhan merupakan masukan yang digunakan

sebagai dasar dalam penyusunan model desain pengembangan

kurikulum muatan lokal mata pelajaran kebudayaan daerah yang menjadi

fokus penelitian ini. Penilaian kebutuhan dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi yang akurat tentang program pengajaran yang

benar-benar dibutuhkan oleh siswa , masyarkat dan pemerintah daerah.

2. Perencanaan Pengembangan Model

Setelah produk pendidikan yang akan dikembangkan teridentifikasi

secara jelas, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana

pengembangan model desain kurikulum muatan lokal berdasarkan

kesesuaian (relevansi) dengan yang diinginkan. Hal yang paling penting

dalam merencanakan penelitian produk pendidikan adalah memmuskan

tujuan spesifik yang akan dicapai oleh produk hasil pengembangan

pendidikan dan mengestimasikan kebutuhan, dana, waktu, sumber daya

manusia yang akan terlibat dalam pengembangan produk pendidikan

tersebut.

Agar perencanaan pengembangan model kurikulum muatan lokal

dapat dilakukan secara cermat dan teliti, pada tahap ini ada beberapa

kegiatan perlu dilakukan yaitu meliputi : (1) analisis ketersediaan

sumberdaya, (2) analisis kebutuhan waktu, (3) analisis kebutuhan biaya,

(4) menentukan unsur-unsur yang akan dilibatkan dalam pengembangan

(26)

yang berkaitan dengan pengembangan model desain kurikulum muatan

lokal, (6) menetapkan strategi dalam pengembangan model desain

kurikulum muatan lokal, (7) menyusun rencana pengembangan model

desain kurikulum muatan lokal, dan Model Desain kurikulum muatan lokal

yang cocok di Sekolah Dasar Kota Tanjung Pinang.

Langkah selanjutnya menetapkan model yang akan digunakan

dalam penyusunan desain kurikulum muatan lokal yang cocok untuk

dikembangkan di Sekolah Dasar. Peneliti mencoba memmuskan model

desain kurikulum muatan lokal yang diarahkan untuk mengeliminir

kelemahan-kelemahan kurikulum terdahulu dan memmuskan unsur-unsur

yang bersifat inovasi atau pengembangan. Namun demikian, dalam

menyusun desain kurikulum ini tetap akan memperhatikan

kekuatan-kekuatan yang dimiliki kurikulum terdahulu.

3. Uji Coba Model

a. Uji Coba Terbatas

Langkah ini dimaksudkan untuk mengujicoba model desain kurikulum muatan lokal yang dihasilkan guna mengetahui apakan model

tersebut dapat dioprasikan sesuai dengan yang diharapkan. Uji coba ini

juga mengandung makna untuk mendapatkan masukan dalam rangka

penyempumaan model desain kurikulum lebih lanjut, sehingga diperoleh

model yang lebih mantap. Uji coba pendahuluan dilakuakan dua tahap.

(27)

validasi dilakukan para ahli dibidang pengembangan kurikulum dan

sabyek materi. Tahap II

dilakukan dalam bentuk simulasi penerapan

model desain kurikulum muatan lokal di Sekolah Dasar Negeri Nomor

014 Bukit Bestari. Dilaksanakan Uji terbatas pada sekolah ini dianggap

Sekolah Dasar tersebut memiliki pada tingkat sedang, dan mudah

untuk mengadakan pendekatan pada kepala sekolah dan guru di sekolah

bersangkutan.

b. Perbaikan Model Berdasarkan Hasil Uji coba Terbatas

Pada tahap ini akan dilakukan perbaikan atau penyempumaan

terhadap buram desain kurikulum muatan lokal yang telah dihasilkan.

Proses perbaikan atau penyempumaan didasarkan atas temuan pada

saat melakukan uji coba terbatas dan penyempumaan dari ahli atau

pakar. Penyempumaan atau perbaikan dilakukan terhadap substansi dan

redaksi model desain kurikulum.

c. Uji Coba Lebih Luas

Uji Coba lebih luas dilakukakan pada tiga level Sekolah Dasar,

masing-masing satu Sekolah Dasar level tinggi, yaitu Sekolah Dasar

Negeri Nomor 012 Bukit Bestari, satu Sekolah Dasar Level sedang, yaitu

Sekolah Dasar Negeri Nomor 016 Bukit Bestari, dan satu Sekolah Dasar

(28)

^ r

Hal ini dilaksanakan untuk membuat generalisasi lebih terhadap

implementasi kurikulum yang telah disempurnakan.

Penentuan level ini, diperoleh dari prestasi yang dicapai dari setiap

sekolah dari rangking hasil evaluasi tahap akhir yang dilaksanakan secara

nasional tahun 2001/2002, yang dibuat oleh Kantor Dinas Pendidikan

Pemerintahan kota Tanjung Pinang. Yang level tinggi nilai rata-rata 7,5,

level sedang nilai rata-rata 6,5, sedangkan level rendah nilai rata-rata 6.

d. Perbaikan Model Berdasarkan Hasil Uji Coba Lebih Luas

Hasil Pengamatan dari hasil uji coba lebih luas dan dari hasil tes

merupakan temuan atau masukan untuk merevisi model pengembangan

kurikulum yang dikembangkan. Untuk lebih sempumanya Desain Kuriulum

Yang dikembangkan juga diminta masukannya dari para pakar dan ahli

pengembangan kurikulum.

Hasil penyempumaan dari Uji coba lebih luas ini merupakan

produk pendidikan yaitu desain Kurikulum Mutan Lokal Sekolah Dasar

Kelas IV, yang sudah siap untuk dilaksanakan disetiap sekolah dasar

yang berada di Pemerintahan Kota Tanjung Pinang.

Secara sistematis, langkah-langkah yang telah dipaparkan dengan

(29)

Gambar 3.1.

Diagram Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal

Sekolah Dasar Di Kota Tanjung Pinang Propinsi Kepulauan Riau

Fase

Persiapan

Pelaksanaan

- Menyusun

Peneliti - Buram desain

Pengembangan

kurikulum

- Pemantapan

buram desain

Kurikulum

- Buram desain

Pengembangan Kurikulum Hasil Kegiatan Mengkaji dan mengumpulkan informasi Menyusun Rencana pengembangan Menyusun desain

Kurikulum Muatan Lokal berdasarkan kebutuhan

Uji Coba Terbatas

Penyempumaan Desain Kurikulum Muatan

Lokal

Uji Coba

Lebih Luas

(30)

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini mendeskripsikan antara pengembangan kurikulum

muatan lokal dengan kebutuhan daerah kota Tanjung Pinang Provinsi

Kepulauan Riau. Tepatnya

penelitian ini, pengembangan kurikulum

muatan lokal budaya daerah sebagai mata pelejaran pilihan dalam

kurikulum yang sudah ditentukan, dengan pertimbangan Pemerintahan

kota Tanjung Pinang memiliki berbagai jenis budaya daerah melayu baik

perkotaan dan pinggir kota, lagi pula Tanjung pinang merupakan kota

transit wisatawan manca negara.

Sebagai tempat uji terbatasnya yaitu di Sekolah Dasar Negeri

Nomor 014 Kecamatan Bukit Bestari Tanjung Pinang dan tempat uji lebih

luas di tiga sekolah dasar yaitu di Sekolah Dasar Negeri Nomor 012, 016

dan 006 Kecamatan Bukit Bestari di Pemerintahan Kota Tanjung Pinang.

Alasan pemilihan Sekolah Dasar-Sekolah Dasar tersebut masih berada

dalam satu wilayah sehingga mudah untuk dijangkau secara cepat.

C. Instrumen Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan empat jenis instrumen sebagai

berikut:

Pertama,

instrumen untuk mengevaluasi kurikulum, untuk

mengevaluasi kurikulum berdasarkan kriteria evaluasi kurikulum yang

(31)

Kedua,

instrumen

untuk menjaring

data dalam rangka

menemukan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan kurikulum

muatan lokal Sekolah Dasar yang diterapkan di Kota Tanjung Pinang. Instrumen ini terdiri dari pedoman wawancara yang dikembangkan

dengan mengacu kepada karakteristik pengembangan kurikulum.

Ketiga,

Instrumen yang digunakan dalam rangka uji coba terbatas

model desain kurikulum muatan lokal yang cocok dengan perkembangan

masyarakat sebagai produk penelitian ini. Instrumen tersebut berupa

pedoman wawancara untuk menjaring informasi , masukan atau

tanggapan dalam rangka validasi, model desain kurikulum pelatihan dan

pedoman observasi dalam rangka simulasi penerapan model desain

kurikulum muatan lokal disekolah dasar.

Keempat, Instrumen yang digunakan dalam rangka uji coba yang

lebih luas yang mencakup pula tes hasil belajar yang akan digunakan

untuk pre dan post tes.

1. Instrumen Evaluasi Kurikulum

Instrumen evaluasi kurikulum muatan lokal di sekolah dasar

dikembangkan dengan mengacu kepada kriteria evaluasi yang telah

ditetapkan sebelumnya . Kriteria evaluasi yang dimaksud disusun dengan

pendekatan fedelity, suatu kriteria yang dikembangkan dari karakteristik

kurikulum itu sendiri, sehingga instrumen itu tidak bersifat umum. Kriteria

(32)

demikian prosedur standarisasi untuk menegakkan reliabilitas instrumen

tidak dilakukan.

Penggunaan kriteria fedelity didasarkan atas pertimbangan bahwa

kurikulum yang akan dievaluasi memiliki karakteristik yang spesifik, yaitu

dikembangkan untuk tujuan tertentu dan hanya berlaku untuk

pengembangan kurikulum muatan lokal pilihan pada sekolah dasar.

Penggunaan instrumen evaluasi ini dimaksudkan untuk menjaring

informasi mengenai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan

dokumen kurikulum yang dievaluasi.

Komponen kurikulum yang dievaluasi ditentukan berdasarkan

komponen-komponen yang menjadi struktur kurikulum sebagai rencana

(dokumen

kurikulum).

Komponen-komponen

tersebut

sekaligus

merupakan karakteristik dari kurikulum yang dievaluasi, yaitu kurikulum

muatan lokal yang memiliki relevansi yang tinggi dengan kebutuhan

daerah.

Dari langkah-langkah penyusunan instrumen evaluasi, akhimya

diperoleh pedoman wawancara yang diharapkan dapat menjaririg data

dan informasi sebagai berikut:

a. Latar belakang pendekatan penyusunan kurikulum muatan lokal

yang dikembangkan pada kurikulum sekolah dasar.

b. Prinsip-prinsip penting pendekatan pengembangan kurikulum

(33)

c. Prosedur pengembngan kurikulum muatan lokal yang dilakukan di

sekolah dasar.

d. Unsur-unsur yang terlibat dalam pengembangan kurikulum muatan

lokal yang cocok dengan kebutuhan masyarakat dan daerah

disekolah dasar dan sejauhmana peran masing-masing unsur

tersebut.

Pedoman wawancara juga diarahkan untuk menjaring apakah

kurikulum muatan lokal yang diterapkan disekolah dasar telah

dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah pendekatan kebutuhan dan

telah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai dokumen kurikulum.

Sebagai garis besarnya sebagai beriut:

a. Apakah kurikulum muatan lokal yang dikembangkan atas dasar ide

atau pemikiran-pemikiran yang telah dikaji kesesuaiannya dengan

bentuk atau model kurikulum.

b. Apakah landasan pengembangan kurikulum yang digunakan sesuai

dengan karakteristik kurikulum tersebut.

c. Apakah desain Kurikulum muatan lokal yang dikembangkan atas

dasar penilaian kebutuhan (need assesment).

d. Bagaimana rumusan tujuan yang tertuang didaiam kurikulum.

e. Bagaimanakah pengorganisasian isi kurikulumnya dan sistem

penyajiannya.

(34)

g. Bagaimana sistem penilaian peroses pengembangan kurikulum

yang digunakan untuk dokumen kurikulum menjadi lebih optimal.

h. Apakah kurikulum muatan lokal didokumentasikan dengan format

yang mudah dipahami.

i. Apakah Kurikulum didokumentasikan dengan bahasa yang mudah

dimengerti.

2. Instrumen Evaluasi Desain kurikulum

Instrumen ini dimaksudkan untuk mengetahui model desain

kurikulum yang dikembangkan telah memenuhi kaidah-kaidah sebagai

kurikulum muatan lokal yang cocok dengan perkembangan daerah

sehingga valid untuk dioprasionalkan. Data dan Informasi yang terjaring,

pada prinsipnya sama dengan instrumen pertama, namun karena tujuan

validasi ini untuk menjaring masukan-masukan yang diperiukan untuk

penyempumaan buram desain kurikulum yang dihasilkan, maka

pertanyaan-pertanyaan disusun bersifat terbuka.

a. Input (masukan) dalam penyusunan model desain kurikulum.

• Apakah penyusunan desain kurikulum didasarkan pada ide atau

pemikiran-pemkiran yang melandasi penerapan konsep

pengembangan

kurikulum

muatan

lokal

berdasarkan

(35)

• Apakah penyusunan desain didasarkan pada kekuatan dan

kelemahan yang ditemui pada kurikulum terdahulu.

• Apakah penyusunan model desain kurikulum didasarkan pada

penilaian kebutuhan.

b. Proses Penyusunan model desain kurikulum

• Apakah

prosedur pengembangan

kurikulum

muatan

lokal

berdasarkan kebutuhan diikuti sesuai dengan alur yang telah

ditentukan.

• Apakah

pengembangan

desain

melibatkan

ahli

dibidang

pengembangan kurikulum dan ahli bidang mata pelajaran.

c. Produk (model Desain Kurikulum Muatan Lokal)

• Apakah

ide

atau

pemikiran-pemikiran

yang

melandasi

pengembangan model desain kurikulum yang diterjemahkan

kedalam dokumen.

• Bagaimanakan susunan program kurikulum.

• Bagaimana pengorganisasian isi kurkulum

• Bagaimana proses penyajian pembelajran (deliverly system)

• Apakah dalam pembelajarannya menggunakan sumber-sumber

belajar yang tersedia , baik didalam maupun di luar (di sekitar).

Bagaimanakan sistem evaluasi belajar yang diterapkan

• Bagaimana manajemen pembelajran

(36)

3. Instrumen Uji Coba Terbatas

Instrumen ini bempa format observasi dan wawancara yang

dimaksud untuk mengumpulkan data tentang penerapan model desain

kurikulum muatan lokal disekolah, Informasi yang dijaring ditekankan pada

hal-hal yang berkaitan dengan efektifitas penyelenggaraan pembelajaran

yaitu : seberapa jauh proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan

rencana.

a. Pemahaman responden tentang konsep pendekatan perkembangan

daerah.

Bagaimana pemahaman responden terhadap latar belakang

penerapan konsep pendekatan berdasarkan kebutuhan daerah.

• Bagaimana

pemahaman

responden

terhadap

karakteristik

pendekatan berdasarkan kebutuhan daerah.

b. Penerapan Kurikulum muatan lokal berdasarkan kebutuhan daerah.

• Bagaimana penerapan komponen-komponen desain kurikulum

muatan lokal dalam kegiatan belajar mengajar.

Bagaimana penerapan rambu-rambu pelaksanaan dalam kegiatan

belajar.

c Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tingkat relevansi terhadap

kebutuhan (need Assessment)

• Bagaimanakah pemahaman responden terhadap desain kurikulum

yang akan diterapkan .

• Bagaimana

persiapan

responden

sebelum

melaksanakan

(37)

• Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan , meliputi penyajian materi sehingga penilaian hasil

belajar.

• Bagaimanakah evaluasi program pembelajaran dilakukan.

4. Instrumen Uji Coba Lebih Luas

Instrumen ini merupakan hasil penyempumaan dari instrumen uji

coba pendahuluan tahap I dan tahap II berdasarkan temuan pada studi pendahuluan, dan saran dari ahli dan pakar. Instrumen ini juga untuk

menentukan pola tes hasil belajar yang digunakan baik dalam pre tes dan

post tes. instrumen ini bempa format observasi dan wawancara yang

dimaksud untuk mengumpulkan data tentang penerapan model desain

kurikulum muatan lokal disekolah yang akan diuji coba dalam lingkungan

yang lebih luas.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka hal-hal pokok yang akan

dipertanyakan dalam instrumen uji coba lebih luas ini adalah meliputi:

a. Proses perencanaan pengembangan kurikulum yang dilaksanakan.

• Bagaimana pemahaman responden tentang konsep-konsep pendekatan kurikulum yang akan dilaksanakan.

• Bagaimana pemahaman responden terhadap dasar-dasar

pelaksanaan kurikulum di kelas.

• Bagaimana pemahaman responden terhadaap proses penentuan

(38)

• Bagaimana pemahaman responden terhadap penentuan materi

(isi) kurikulum muatan lokal

b. Penerapan Kurikulum

• Bagaimana merencanakan proses belajar yang akan menerapkan

komponen-komponen kurikulum.

• Bagaimana merencanakan penerapan rambu-ranbu pelaksanaan

kurikulum dalam proses belajar mengajar.

• Bagaimana merencanakan pengalaman belajar sehingga tujuan

kurikulum yang sudah ditentukan dapat dicapai secara optimal.

• Bagaimana merencanakan alat tes yang optimal untuk mencapai

tujuan pengajaran

c. Pelaksanaan pembelajaran yang berdasarkan tingkat relevansi yang

tinggi.

• Bagaimana pemahaman responden terhadap desain kurikulum

yang diterapkan. Bagaimana kesiapan responden terhadap

perumusan tujuan pengajaran yang akan dilaksanakan.

• Bagaimana responden menentukan materi yang akan diajarkan.

• Bagaimana responden merencanakan pengalaman belajar yang

akan dilaksanakan.

• Bagaimana responden membuat alat tes yang digunakan, untuk

mencapai tujuan pengajaran secara optimal.

• Bagaimana responden melakukan sistem penilaian terhadap

(39)

d. Pelaksanaan tes yang digunakan untuk pre tes dan post tes. \\

• Bagaimana hasil tes pemahaman responden terhadap desain

kurikulum yang diterapkan.

• Bagaimana responden hasil materi yang akan diajarkan.

• Bagaimana responden membuat alat tes yang digunakan, untuk

mencapai tujuan pengajaran secara optimal.

• Bagaimana responden melakukan sistem penilaian terhadap pre

tes dan post tes.

D. Teknik Analisis dan Pengolahan Data

Sesuai dengan instrumen yang digunakan, maka ada tiga

kelompok data yang diolah. Pertama, analisis dan pengolahan data yang

berkaitan dengan studi evaluatif terhadap kurikulum muatan lokal

disekolah dasar. Kedua , analisis dan pengolahan data yang berkaitan

dengan kegiatan uji coba terbatas terhadap model desain kurikulum

muatan lokal yang dihasilkan , menggunakan analisis Kualitatif, Ketiga,

analisis dan pengolahan data yang berkaitan dengan kegiatan uji coba

lebih luas, menggunakan pula analisis kuantitatif untuk mengolah hasil

pre tes dan post tes.

Kesimpulan berupa validitas model desain kurikulum muatan lokal

didasarkan pada hasil penilaian para ahli mengenai kesesuaiian model

desain kurikulum muatan lokal yang dihasilkan dalam penelitian ini

dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas model

:%\

<K

•i">

r

(40)

desain kurikulum muatan lokal tersebut terhadap pencapaian tujuan

pengajaran dan kesiapan model desain kurikulum muatan lokal untuk

dioprasionalkan dilapangan ditentukan atas dasar hasil uji coba yang

(41)
(42)

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab V merupakan bagian terakhir dari penelitian ini yang

menyajikan beberapa kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian.

Pada dasarnya kesimpulan adalah jawaban pertanyaan-pertanyaan

penelitian. Maka berdasarkan hasil yang diperoleh selama pelaksanaan penelitian, yang dilanjutkan dengan analisis data dan pengembangan

model serta refleksi maka dapat disimpulkan beberapa temuan sebagai

berikut:

A. Kesimpulan

1. Kurikulum muatan lokal pada Sekolah Dasar Negeri Tanjung Pinang

belum optimal.

a. Setelah dilakukan evaluasi temyata input penyusunannya belum

memperhatikan konsep pengembangan kurikulum, perkembangan

dan motivasi siswa, kualitas guru, ketersediaan fasilitas, dan belum

menyentuh dari aspek kebutuhan.

b. Proses penyusunan kurikulum muatan lokal belum direncana

secara konprehensif sehingga mengabaikan azas-azas

pengembangan kurikulum dan tidak melibatkan ahli dibidang

kurikulum.

c. Produk kurikulum muatan lokal hanya penekanan pada sebagian

kecil dari keseluruh kebudayaan yang ada didaerah Tanjungpinang

(43)

2. Kurikulum muatan lokal perlu dilakukan pengembangan model desain

kurikulum didasarkan pada ide atau pemikiran yang melandasi

penerapan konsep pengembangan kurikulum muatan lokal

berdasarkan perkembangan daerah, mengacu pada proses yang

benar dan produk kurikulum yang mudah untuk dilaksanakan.

3. Efektivitas dan efisiensi pengembangan implimentasi model kurikulum

muatan lokal mampu menempatkan guru sebagai fasilitator, motivator,

mediator dan evaluator bagi siswa dalam proses pembelajaran dalam

upaya mengembangkan keterampilan sosialnya, agar siswa mampu

memahami dan memenuhi kebutuhan hidupnya, mampu bekerja sama

dengan orang lain dan pada intinya dapat mengaplikasikan nilai-nilai

budaya daerah dalam kehidupan sehari-hari.

4. Implementasi kurikulum muatan lokal di sekolah membutuhkan sistem

pembelajaran yang efektif dan efisien dan didukung oleh sumber daya

manusia dalam hal ini guru yang berkualitas, sehingga apa yang

inginkan tercapai sesuai dengan tujuan. Selain itu juga perlu didukung

dengan media yang proporsional/tepat sesuai dengan kebutuhan.

5. Hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal budaya

daerah, cukup signifikan artinya dapat meningkatkan pemahaman

dibandingkan sebelum adanya pengembangan model. Adanya

peningkatan proses pembelajaran baik dari segi kualitas maupun

kuantitas.

Kondisi kurikulum muatan lokal pada Sekolah Dasar Kota

(44)

kurikulum yang mengacu pada pengembangan model desain

kurikulum yang profesional sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah

yang melibatkan semua komponen masyarakat sehingga menimbulkan

kegairahan bagi guru dan siswa untuk melaksanakan proses belajar

mengajar dan juga warisan budaya dapat lestari serta dikembangkan

dengan mengacu pada kreativitas stakeholders. Hasil dari transformasi

dari kurkulum tersebut dapat memberi perubahan pada siswa sesuai

dengan tingkat usianya dan memenuhi tuntutan kebutuhan siswa dan

masyarakat setempat.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, diajukan beberapa saran antara

lain :

1. Pengembangan model pembelajaran perlu diudukung oleh seluruh

pihak sebagai stakeholder pendikan. Serta adanya peningkatan sistem

secara efektif dan efisien dengan dukungan kualitas guru yang

memadai yang profesional, sehingga dapat tercapainya kurikulum

muatan lokal sesuai dengan tujuan.

2. Diharapkan kepada Staf Dinas Pendidikan Nasional Kota Tanjung Pinang untuk membentuk suatu tim pengembangan kurikulum yang

profesional dan mengusulkan pada Pemda Kota Tanjung Pinang untuk

memasukan anggaran pada APBD, pembiayaan untuk pengembangan kurikulum muatan lokal serta untuk mengadakan penataran pada bagi

(45)

3. Diharapkan ada penelitian lanjutan, dengan alasan permasalahan

(46)
(47)

DAFTAR PUSTAKA

\

^V-^

* ,

Ahmad. M, 1993. Tesis; Penerapan Program Muatan Lokal oamm^—^=^ Praktek Pengajaran di Sekolah Dasar. Studi Kualitatif Pada Tiga

Sekolah Dasar Negeri Kotamadya Pekanbaru Riau. Bandung :

Publikasi PPS UPI Bandung.

Bell-Gredler, Margaret E. 1986. Learning and Instruction : Theory and

Practice. New York: Macmilan Publihing Company.

Bogdan, R C. &Taylor, S.J. 1992 Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif. Alih Bahasa oleh Arief Furchan. Surabaya : Usaha Nasional.

Bogdan , Robert C. &Biklen, Sari Knopp. 1985. Qualitatif Research For

Education. USA : Aiin and Bacon Inc.

Bondi & Willes, 1993. Curriculum Development. New York : Micmilan Publishing Co.

Borg, Walter R, dan Gall, Meredith Damien. 1983 Educational Reseach:

An Introduction. New York : Longman.

Boyd, John, 1994 Understanding the Primary Curriculum, Hutchinson &

Co Ltd, London.

Davis. E, 1981 Teachers as Curriculum Evaluators, George Allan &Unwin

Pty,, Ltd, Australia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993. Unk &Match. Jakarta:

Seri Kebijaksanaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Kurikulum 1994 Beserta

Implementasinya. Jakarta : Pusbang kuradik Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998. Pedoman & Acuan Pengembangan GBPP Muatan Lokal Kurikulum SD, Depdikbud

Kanwil Profinsi Riau.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000. Peranserta Ibu Rumah

Tangga Dalam Pengembangan Kebudayaaan Tradisional di

Daerah Riau. Deppenas, Derektorat Jendral Kebudayaan Balai Kajian sejaran dan Nili tradisional Tanjungpinang.

(48)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999. Pengetahuan,

Keyakinan, Sikap dan prilaku Generasi Muda Berkenaan dengan

Perkawinan Traisional.Depdikbud, Derektorat Jendral

Kebudaayaan balai kajian sejarah dan Nilai Tradisional.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997. Adat Istiadat Perkawinan Menurut adat melayu Kepulauan Riau Untuk Kelas

IV sampai dengan VI. Depdikbud Kabupaten Kepulauan Riau.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2001. Kurikulum Sekolah

Dasar Berbasis Kompetensi. Draf Tahun 2001. Pust Kurikulum

Badan Penelitian dan Pengembangan . Depdiknas Pusat

Hasan. H,S, 1988.Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Depdikbud P2LPTK. Ibrahim. R, 1980, Suatu sistem untuk menilai Kurikulum yang sedang

dikembangkan di Indonesia, Disertasi, FPS IKIP Bandung.

Kaber. A, 1988.Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud.

P2LPTK.

Mahmud. A, 1999 Adat Istiadat Perkawinan Melayu. Yayasan Payung Negeri. Tanjungpinang.

Malayu, 1987. Pengembangan Organisasi. Bandung : Sinar Baru.

Manila. P, 1992. Tesis : Konsep dan Pelaksanaan Muatan Lokal dalam

Kurikulum Sekolah Dasar ( Studi Pada Tiga Sekolah Dasar

Negeri di Kabupaten Dati II Bandung). Bandung : Publikasi PPS

UPI Bandung.

Margono, 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa. E, 1997. Tessis : Karakteristik dan Implementasi Kurikulum Muatan Lokal dalam Kaitannya Dengan Perkembangan

Kebutuhan Masyarakat Setempat, Bandung Publikasi PPS UPI

Bandung.

Murray. P, 1987.

Cuniculum Development and Design Theories and

Models.Sydney : Allen and Unwin.

(49)

Neil. J.D. Mc, 1990 Cuniculum A. Comprehensif Instruction. Glenview,

lllionis: Scott Foresman / Little Broun Higher Education.

Oriich, Donald C, et all, 1985, Teaching Strategies : A Guide to Better Instruction, DC Health and Company, Toronto.

Sudjana. N, 1988, Dasar-dasar proses belajar mengajar, Bandung , Sinar

Baru.

Sudjana. N, 1991.

Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah

Bandung: Sinar Baru.

Sudjana. N, 2001. Tuntunan Penyusunan Karya llmiah :

Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sudjana. N, dan Ibrahim, 1989. Penelitian dan penilaian Pendidikan . Bandung : Sinar Baru.

Sumantri. M, 1988. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Depdikbud

P2LPTK.

Syaodih. N, 1988.

Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum.

Jakarta: Depdikbud. P2LPTK.

Syaodih. N, 2000. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek . Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sumaatmadja. N, 2000. Manusia Dalam Konteks Sosial, dan Lingkungan Hidup. Bandung : CV Alfabeta.

Supriadi. D, dan Jalal. F, 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks

Otonomi Daerah.Yokyakarta : Depdiknas - Bappenas- Adicipta Karya Nusa.

Taba. H, 1962. Curriculum Development. Theory and Practices. New York ': Harcourt, Brace &World Inc.

Tanner. D, and Tanner, L.N. 1980. Cuniculum Development Theory into

Prctice. New York: Macmillan Pub.

Tilaar, 2000. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia

: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung : PT. Remaja

(50)

Tuckman, Bruce. 1978. Coducting Educational Research. New York:

Harcourt Brace Jovanovich Inc.

Tyler,

R.W. 1986.

Basic Principles of Curriculum of Curriculum and

Instruction. Chicago : The University of Chicago Press.

Zais, R.S. 1976. Cuniculum Principles and Foundation. New York ; Harper

Gambar

Gambar 1.1. Continuum of Curriculum Models

Referensi

Dokumen terkait

Reservoir pada instalasi pengolahan air minum ini berupa ground reservoir yang berfungsi sebagai tempat menampung air bersih setelah diproses di dalam instalasi, juga

TIIIIAUAII YURIDIS IERITI|AP IGiIERDEKAAII AFRII$ BARAT DTYA. ( ilAlrllBlA ) DATAM HUt(Utrl

Pad a kebiasaannya dalam proses mereka bentuk turapan, pelajar didedahkan dengan pelbagai kaedah untuk mendapatkan saiz turapan yang menggunakan jadual dan rajah yang banyak,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis berapa besar keuntungan dari usaha agroindustri Virgin Coconut Oil dan menganalisis kelayakan usaha agroindustri Virgin

Pengetahuan dan informasi, terutama yang relevan dengan pekerjaan sebagai pustakawan; Seorang pustakawan sudah seharusnya memiliki dan menguasai ilmu perpustakaan

Demikian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Magetan yang menggambarkan capaian kinerja tiap-tiap tujuan dan sasaran

Metode penelitian untuk analisis menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan instrumen yang digunakan berupa pemberian angket yang berisi pernyataan positif dan

2 Salah satu solusi sudah ditawarkan di prodi Perbankan Syariah pada tahun ini (2014), bagi mahasiswa yang akan mengikuti ujian komprehensif harus dibuktikan dengan surat