• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL SURVIVAL AND SAFETY SKILLS REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIMBINGAN DAN Konseling : Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013-2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL SURVIVAL AND SAFETY SKILLS REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIMBINGAN DAN Konseling : Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013-2014."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Anggi Rumayanti, 2014

PROFIL SURVIVAL AND SAFETY SKILLS REMAJA

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi DeskriptifpadaSiswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung TahunAjaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh

Anggi Rumayanti 0906885

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Profil Survival and Safety Skills Remaja

dan Implikasinya Terhadap

Bimbingan dan Konseling

(Studi

D

eskriptif

pada

Siswa Kelas XI

SMA PGRI 1 Bandung Tahun

Ajaran 2013-2014)

Oleh Anggi Rumayanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Anggi Rumayanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

ANGGI RUMAYANTI 0906885

PROFIL SURVIVAL AND SAFETY SKILLS REMAJA

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi DeskriptifpadaSiswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung TahunAjaran 2013-2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. H. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 19600501 198603 1 004

Pembimbing II

Eka Sakti Yudha, M.Pd. NIP. 19830829 201012 1 004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Anggi Rumayanti. (2013). Profil Survival and Safety Skills Remaja dan Implikasinya Terhadap Bimbingan dan Konseling. (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013-2014).

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan profil survival and safety skills pada siswa kelas XI SMA PGRI 1 Bandung dan implikasinya terhadap layanan bimbingan dan konseling. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Sementara itu, alat pengungkap data yang digunakan adalah instrumen survival and safety skills remaja yang dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan survival and safety skills kelas XI SMA berdasarkan Connecticut Comprehensive School Counseling Program Guide 2008. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Seluruh siswa kelas XI SMA PGRI 1 Bandung diambil untuk menjadi sampel penelitian. Jumlah subjek penelitian adalah 137 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan 65,69% remaja berada pada kategori survival and safety skills sedang. Artinya, sebagian siswa cukup memiliki keterampilan untuk melangsungkan dan menyelamatkan hidup dalam menghadapi kondisi yang berpotensi membahayakan dirinya namun masih perlu dioptimalkan. Hal ini dikarenakan masih terdapat sebagian siswa yang masih berada pada kategori rendah dan sedang. Sehingga diperlukan layanan bimbingan dan konseling untuk membantu siswa dalam mengoptimalkan keterampilan survival and safety skills.

(5)

Anggi Rumayanti, 2014

ABSTRACT

Anggi Rumayanti. (2013). Survival and Safety Skills Profile of Teenagers and

the Implications towards Guidance and Counseling. ((Descriptive Study of Grade XI Students in SMA PGRI 1 Bandung Year 2013-2014).

This research aims to describe survival and safety skills profile of grade XI students in SMA PGRI 1 Bandung and the implications towards the guidance and counseling. Quantitave research design descriptive in nature was used in this research. While to reveal the data, the instrument of survival and safety skills of teenagers was developed based on the indicator of survival and safety skills for grade XI. The instrument was originally developed following Connecticut Comprehensive School Counseling Program Guide 2008. The population of this research was all students in grade XI in SMA PGRI 1 Bandung Year 2013/2014 involving 137 students. The data analysis used percentage technique. The findings showed that 65,69% teenagers were categorized into middle survival and safety skills meaning that they enough acquired survival and safety skills to face particular conditions which can lead them into dangerous situation, however, their skills need to be improved. Thus, guidance and counseling are needed to help the students to develop their survival and safety skills.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Struktur Penulisan ... 6

BAB II PROFIL SURVIVAL AND SAFETY SKILLS SISWA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING7 A. Remaja dan karakteristiknya ... 7

1. Definisi dan urgensi fase remaja ... 7

2. Tugas perkembangan remaja ... 10

3. Tantangan dan hambatan perkembangan remaja ... 12

B. Survival and Safety Skills ... 15

1. Definisi dan Konsep Survival and Safety Skills pada Remaja ... 15

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Survival and Safety Skills Remaja . 19 3. Kompetensi Survival and Safety Skills pada Remaja ... 21

4. Program Bimbingan dan Konseling untuk Mengembangkan Survival and Safety Skills Pada Remaja ... 25

C. Penelitian Terdahulu ... 31

(7)

Anggi Rumayanti, 2014

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 34

B. Desain penelitian ... 35

C. Metode penelitian ... 36

D. Definisi operasional ... 36

E. Instrumen penelitian ... 37

F. Proses pengembangan instrumen ... 39

G. Teknik pengumpulan data ... 45

H. Analisis data ... 45

I. Prosedur Penelitian ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

1. Gambaran Umum Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ... 50

2. Gambaran Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 Per Jenis Keterampilan ... 55

3. Profil Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berdasarkan Jurusan ... 60

4. Profil Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berdasarkan Jenis Kelamin ... 62

5. Profil Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berdasarkan Prestasi ... 64

6. Profil Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berdasarkan Ekonomi Keluarga ... 66

B. Pembahasan ... 69

1. Gambaran Umum Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ... 69

(8)

3. Profil Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung

Tahun Ajaran 2013/2014 berdasarkan Jurusan ... 78

4. Profil Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berdasarkan Jenis Kelamin ... 79

5. Profil Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berdasarkan Prestasi ... 81

6. Profil Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berdasarkan Ekonomi Keluarga ... 82

7. Implikasi Profil Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling ... 83

C. Program Hipotetik Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Survival and Safety Skills Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013-2014 ... 84

D. Keterbatasan Penelitian ... 99

BAB V KESIMPULAN ...100

A. Kesimpulan ... 100

B. Rekomendasi ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

DAFTAR LAMPIRAN ... 105

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

perkembangan siswa, dan merupakan masa transisi (dari masa anak ke masa

dewasa) yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat

(Konopka dalam Yusuf, 2009a:9). Remaja merupakan harapan bangsa yang

diharapkan mampu berkembang dan menyesuaikan dengan perubahan lingkungan

yang ada.

Habert & Runyon (Andria: 2009), mengemukakan:

Pada usia remaja muncul berbagai karakteristik yang khas pada remaja. Adanya perubahan karakteristik pada remaja membuat remaja rentan terhadap konflik. Konflik yang tidak ditangani dengan baik dapat memberikan dampak yang buruk bagi remaja, dapat menjadi salah satu sumber stres.

Selain itu, terdapat kepercayaan popular bahwa masa remaja merupakan

masa stress dalam perjalanan hidup seseorang. Sumber stress utama pada masa ini

adalah konflik atau pertentangan antara dominasi, peraturan atau tuntutan

orangtua dengan kebutuhan remaja untuk bebas, atau independence dari peraturan

tersebut. Banyak reaksi remaja yang negatif untuk mencapai kebebasan tersebut

(Yusuf, 2009b:108). Penting untuk membuat rencana mengatasi stress dan

mencari dukungan untuk mempertahankan diri di saat krisis (Roizen, et al.:2012).

Berkaitan dengan hal tersebut, remaja seyogyanya memiliki kompetensi

yang menunjang pengembangan dirinya. Terdapat sembilan area perkembangan

siswa menurut Asosiasi Konselor Sekolah Amerika (Connecticut School

Counselor Association:2000), yang dijadikan sebagai basis pengembangan

seluruh tujuan program bimbingan dan konseling komprehensif. Kesembilan area

perkembangan siswa tersebut terdapat pada ranah yang berbeda, yaitu:

1. Academic (akademik), meliputi skills for learning (keterampilan untuk

belajar), school success (kesuksesan di sekolah), academics to life success

(10)

2. Career/vocational(karir), meliputi investigate careers (investigasi aneka

karir), career success (sukses karir), relationship between school and work

(relasi antara bersekolah dengan bekerja)

3. Personal/social (pribadi/sosial), meliputi respect for self/others

(menghargai diri sendiri/orang lain), goal setting/attainment skills

(keterampilan merancang/menaklukkan tujuan), dan survival and safety

skills (keterampilan melangsungkan dan menyelamatkan hidup).

Menurut Asosiasi Konselor Sekolah Amerika (American School Counselor

Association) dalam Dahir: 2000), survival and safety skills merupakan kompetensi

yang harus dimiliki siswa agar dapat memperoleh pemahaman tentang

keterampilan menyelamatkan dan melangsungkan hidup. Kondisi emosi remaja,

terutama pada remaja awal masih belum stabil. Kondisi tersebut akan berpengaruh

terhadap hidupnya. Jika remaja tidak mampu mengendalikannya, maka remaja

akan terjerumus kepada hal yang membahayakan dirinya. Dalam ASCA National

Standards for Students (American School Counselor Association:2004),

dijabarkan kemampuan survival and safety skills yang harus dimiliki siswa, yaitu:

Demonstrate knowledge of personal information (i.e., telephone number, home address, emergency contact); Learn about the relationship between rules, laws, safety and the protection of rights of the individual; Learn about the differences between appropriate and inappropriate physical contact; Demonstrate the ability to set boundaries, rights and personal privacy; Differentiate between situations requiring peer support and situations requiring adult professional help; Identify resource people in the school and community, and know how to seek their help; Apply effective problem-solving and decision-making skills to make safe and healthy choices; Learn about the emotional and physical dangers of substance use and abuse; Learn how to cope with peer pressure; Learn techniques for managing stress and conflict; Learn coping skills for managing life events.

Keterampilan diatas ditujukan agar siswa mampu menunjukkan

pengetahuan tentang informasi pribadi (misalnya, nomor telepon, alamat rumah,

kontak darurat); mempelajari tentang hubungan antara aturan, hukum, keamanan

(11)

3

fisik yang tepat dan tidak tepat; menunjukkan kemampuan untuk mengatur

batas-batas, hak dan privasi pribadi; Membedakan antara situasi yang membutuhkan

dukungan sebaya dan situasi yang memerlukan bantuan profesional dewasa,

Mengidentifikasi narasumber di sekolah dan masyarakat, dan tahu bagaimana

untuk mencari bantuan mereka; Menerapkan keterampilan pemecahan masalah

yang efektif dan pengambilan pilihan yang aman dan sehat; Mempelajari tentang

bahaya emosional dan fisik dari penggunaan dan penyalahgunaan narkoba;

Mempelajari cara untuk mengatasi tekanan teman sebaya; Mempelajari teknik

untuk mengelola stres dan konflik; mempelajari keterampilan untuk mengelola

peristiwa kehidupan.

Pada kenyataannya, fenomena mengenai keterampilan remaja berkaitan

dengan survival and safety skills di Indonesia belum menunjukkan kemampuan

yang memadai yaitu adanya remaja berusia 17 tahun yang sudah melakukan

hubungan seksual dengan pasangannya. Hal ini menunjukkan remaja pubertas

cenderung tidak sempurna menjalankan proses pengambilan keputusan yang

stabil (Hodijah:2011).

Novianti (2009), mengutarakan bahwa fenomena yang khas pada remaja

(usia 13-18 tahun, dengan pendidikan SMP, SMA, atau perguruan tinggi) adalah

kecenderungan remaja untuk menggunakan celana pendek (hot pants, 15 hingga

20 cm di atas lutut dan berukuran pas di paha) dipadankan dengan kaos oblong

(berlengan pendek, tanpa kerah) ketika pergi kepusat-pusat keramaian, seperti

mall, swalayan, atau pun bioskop. Tidak heran apabila hal ini dapat menimbulkan

perilaku berisiko bagi remaja putri seperti ditatap secara tajam oleh orang yang

melihat, dan digodai.

Selain itu, (Fadly:2012) menyebutkan maraknya penculikan yang bermula

dari perkenalan di jejaring sosial, kemudian berujung pada pemerkosaan dan

pembunuhan. Sebuah penelitian tentang kematian memperlihatkan hasil yang

mengejutkan dalam Esq-News.com (2011). Ternyata, kematian pada usia remaja

cenderung meningkat pada masa-masa belakangan ini dibandingkan anak-anak.

Hal ini diperkuat dengan data dari UNICEF (United Nations International

(12)

meninggal, dengan kemungkinan remaja tidak mampu bertahan (survive)

dikarenakan beberapa penyebab seperti kecelakaan, kehamilan dini, AIDS, aborsi

yang tidak aman, perilaku berisiko, penyalahgunaan obat, isu-isu kesehatan

mental dan kekerasan. (UNICEF:2011).

Senada dengan hal tersebut, berdasarkan penelitian yang dilakukan WHO

(World Health Organization), Royal Children's Hospital, Melbourne, dan

University College, London dalam situs Okezone.com (2009), diungkapkan

bahwa sebanyak 2,6 juta remaja tewas per tahun dengan penyebab pertama

kematian remaja adalah kecelakaan. Disebutkan pula bahwa sebenarnya hal

tersebut dapat dihindari atau dicegah.

Hasil studi yang diterbitkan di jurnal Lancet pada 11 September 2009

dalam situs Okezone.com (2009), dijelaskan pula bahwa jumlah remaja di dunia

saat ini lebih banyak daripada sebelumnya, sebanyak 1,8 miliar jiwa atau 30%

dari total populasi dunia. Dituturkan pula bahwa dengan banyaknya jumlah remaja

itu seharusnya dapat membuat banyak pihak lebih serius dalam memperhatikan

perkembangan mereka.

Remaja sebagai generasi penerus bangsa, jika tidak dibimbing dan dibekali

dengan keterampilan untuk survive dan safety, maka akan kehilangan masa

depannya yang indah. Hari-hari emas yang dimilikinya akan menjadi lembaran

yang tak berwarna-warni. Lebih parah lagi, jika remaja tidak dapat menyesuaikan

diri akan berujung kepada kematian.

Sejauh ini, belum ditemukan data tentang upaya guru BK dalam

mengembangkan survival and safety skills siswa remaja. Psikolog Tika Bisono

menegaskan peran guru BP untuk mendidik seorang pelajar sangat vital. Seorang

guru BP harus mampu melakukan pendekatan dengan para siswa untuk

meminimalisir tindak kriminal yang menjadikan siswa-siswi sebagai korban

(Fadly:2012). Diperlukan pengembangan keterampilan survival and safety skills

agar remaja mampu menuntaskan perjalanan hidupnya secara lebih mandiri dan

(13)

5

Sejalan dengan hal tersebut, peran bimbingan dan konseling perlu

ditingkatkan untuk mengembangkan keterampilan tersebut sebagai upaya

mencegah timbulnya masalah atau dalam pengembangan pribadi.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diangkat yaitu:

1. Bagaimana profil survival and safety skills pada siswa kelas XI SMA

PGRI 1 Bandung?

2. Bagaimana program hipotetik bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan survival and safety skills siswa kelas XI SMA PGRI 1

Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Menggambarkan profil survival and safety skills pada siswa kelas XI SMA

PGRI 1 Bandung.

2. Menghasilkan program hipotetik bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan survival and safety skills siswa kelas XI SMA PGRI 1

Bandung.

3. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teoretis, dengan adanya penelitian ini dapat memperkaya khazanah

keilmuan khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling terkait

survival and safety skills remaja.

2. Praktis

a) Siswa, diharapkan termotivasi untuk meningkatkan kompetensi

hidupnya dalam survival and safety skills.

b) Pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada pihak sekolah khususnya guru BK ataupun konselor untuk

(14)

E. Struktur Penulisan

Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab. BAB I Pendahuluan yang

berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan struktur penulisan.

BAB II merupakan kajian pustaka, dan kerangka pemikiran. BAB III berisi

metode penelitian. BAB IV membahas hasil penelitian dan pembahasan. BAB V

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian yaitu SMA PGRI 1 Bandung. Alasan pemilihan lokasi

ini yaitu belum terdapat layanan bimbingan konseling yang difokuskan untuk

mengembangkan survival and safety skills siswa.

Populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai

generalisasi hasil penelitian (Azwar: 1998). Populasi penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas XI SMA PGRI 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Jumlah siswa

kelas XI adalah 137 orang. Seluruh siswa kelas XI SMA PGRI 1 Bandung

diambil untuk menjadi sampel penelitian. Sampel dalam penelitian merupakan

sampel jenuh, yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian

(Sugiyono, 2011: 85).

Subjek populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA PGRI 1

Bandung tahun ajaran 2013-2014. Jumlah subjek penelitian adalah 137 orang,

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1

Data Siswa Kelas XI di SMA PGRI 1 Bandung

No. Kelas Jumlah Siswa

1 XI IPA 33

2 XI IPS 1 32

3 XI IPS 2 37

4 XI IPS 3 35

Jumlah 137

Alasan pemilihan subjek terhadap kelas XI antara lain sebagai berikut:

1. Siswa kelas XI SMA tergolong remaja (usia 12-22 tahun)

2. Pada masa ini siswa lebih terlibat dalam aktivitas sosial seperti

ekstrakurikuler, bermain dan berkenalan dengan orang baru dan lawan

jenis, bermain di tempat rekreasi, hiburan, dan jalan raya tanpa

mengindahkan keselamatan mereka.

3. Siswa kelas XI adalah siswa pada tingkatan sekolah menengah dengan

(16)

karena siswa di kelas XI tidak mengalami tekanan penyesuaian diri

dengan lingkungan baru seperti yang dialami kelas X dan bebas dari

tekanan persiapan menjelang Ujian Kompetensi (Ujikom) serta Ujian

Nasional (UN) yang dihadapi kelas XII. Kondisi ini memungkinkan

remaja mudah terlibat lebih banyak masalah. (Lestari: 2012).

B. Desain Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, yaitu metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism yang menekankan

fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi

objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka,

dan pengolahan statistik (Sukmadinata:2009). Adapun alur penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Bagan 3.1

Alur Penelitian Survival and Safety Skills di SMA PGRI 1 Bandung Tahap IV

Revisi dan penyusunan program bimbingan dan konseling pribadi sosial hipotetik untuk mengembangkan survival and safety skills siswa kelas XI

Tahap III

Penelaahan dan penimbangan program bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk mengembangkan survival and safety skills siswa kelas XI oleh pakar dan praktisi BK

Tahap II

Desain Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial Hipotetik untuk mengembangkan survival and safety skills siswa kelas XI

Tahap I

(17)

36

Tahap I merupakan studi pendahuluan dengan melakukan studi literatur

dan studi empiris. Studi literatur dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep

perkembangan remaja, kompetensi survival and safety skills remaja, dan konsep

bimbingan dan konseling pribadi sosial. Sementara itu, studi empiris diperoleh

melalui penyebaran instrumen survival and safety skills remaja.

Tahap II adalah pembuatan desain program bimbingan pribadi sosial

hipotetik berdasarkan profil survival and safety skills siswa remaja yang diperoleh

melalui penyebaran instrumen survival and safety skills siswa remaja.

Setelah itu, pada tahap III program bimbingan dan konseling pribadi sosial

hipotetik ditelaah dan ditimbang kelayakannya oleh pakar dan praktisi BK.

Selanjutnya dilakukan revisi dan penyusunan program bimbingan dan konseling

pribadi sosial hipotetik berdasarkan hasil penimbangan dari pakar dan praktisi

BK.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini

bertujuan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada. Dalam penelitian

ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran kompetensi survival and safety

skills pada siswa kelas XI SMA PGRI 1 Bandung. Adapun program bimbingan

pribadi sosial hipotetik yang disusun, akan ditelaah dan ditimbang oleh pakar dan

praktisi BK, namun program bimbingan dan konseling pribadi sosial hipotetik

tersebut tidak diujicobakan baik secara terbatas maupun dalam skala yang luas

sesuai dengan tujuan penelitian ini.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah survival and safety skills. Secara

operasional, definisi survival and safety skills dalam penelitian ini yaitu

keterampilan siswa dalam melangsungkan dan menyelamatkan hidup dalam

menghadapi kondisi yang berpotensi membahayakan dirinya, seperti terlibat

perkelahian atau tawuran, tekanan teman sebaya, rokok, free sex, narkoba,

(18)

keterampilan dalam membuat keputusan, menganalisis hal yang mempengaruhi

pembuatan keputusan, mampu menghindari tekanan teman sebaya untuk

menggunakan narkoba dan alkohol, menganalisa kekuatan dan keterbatasan diri

dalam berkelompok, mampu mengekspresikan pendapat, sikap dan keyakinan

secara efektif dalam situasi kelompok, memahami komponen keterampilan

berkomunikas: attending, mendengarkan dan menanggapi, serta memiliki

keterampilan berkomunikasi dalam menghadapi situasi konflik.

E. Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen

Pada awalnya, instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

skala likert yang dikembangkan oleh peneliti melalui indikator keterampilan

survival and safety skills kelas XI SMA berdasarkan Comprehensive School

Counseling (Connecticut State Department of Education:2008), untuk

mendapatkan data mengenai gambaran survival and safety skills siswa kelas XI

SMA Negeri di Bandung

Adapun jenis keterampilan survival and safety skills remaja kelas XI SMA

berdasarkan Comprehensive School Counseling (Connecticut State Department of

Education:2008), yaitu:

a. Analyze the influence of others on their decisions.

(Menganalisis pengaruh pihak lain dalam pembuatan keputusan)

b. Analyze their skills for making decisions.

(Menganalisis keterampilan yang dimiliki untuk membuat keputusan)

c. Describe ways to resist peer pressure to use drugs and alcohol.

(Menggambarkan cara dalam menghadapi tekanan teman sebaya untuk

menggunakan narkoba dan alkohol)

d. Analyze their strengths and limitations in functioning in a group.

(Menganalisa kekuatan dan keterbatasan diri dalam berkelompok)

e. Demonstrate skills to effectively express opinions, attitudes and beliefs in

(19)

38

(Mampu mengekspresikan pendapat, sikap dan keyakinan secara efektif

dalam situasi kelompok)

f. Demonstrate an understanding of the components of communication skills,

attending, listening, responding.

(Mampu menunjukkan pemahaman komponen keterampilan

berkomunikasi, attending, mendengarkan, dan menanggapi)

g. Apply communication skills to conflict situations.

(Menerapkan keterampilan berkomunikasi dalam menghadapi situasi

konflik).

Sementara itu, kisi-kisi instrumen penelitian ini pada awalnya ditunjukkan

pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Survival and Safety Skills Remaja Sebelum Uji Kelayakan

Variabel Indikator Pernyataan

+ -

Survival and Safety Skills

1. Menganalisis pengaruh lain dalam pembuatan keputusan

6, 7, 8 1, 2, 3, 4, 5

8

2. Menganalisis keterampilan untuk membuat keputusan

3. Menjelaskan cara dalam menghadapi tekanan teman sebaya untuk menggunakan narkoba dan alkohol

4. Menganalisa kekuatan dan keterbatasan diri dalam berkelompok

mengekspresikan pendapat, sikap dan keyakinan secara efektif dalam situasi kelompok

31, 32, 33

34, 35 5

6. Menunjukkan pemahaman akan

(20)

52, 53

Jumlah 27 26 53

2. Pedoman Penyekoran (Scoring)

Dalam memudahkan keperluan analisis penelitian ini, maka jawaban

responden diberi skor. Adapun pola penyekoran tersebut yaitu:

Tabel 3.3

Pola Skor Opsi Alternatif Respons

Pernyataan Skor Empat Alternatif Respons

SS S R TS STS

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

Keterangan:

SS : Sangat sesuai

S : Sesuai

R : Ragu-ragu

TS : Tidak sesuai

STS : Sangat tidak sesuai

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Kelayakan Instrumen

Instrumen survival and safety skills remaja yang telah disusun terlebih

dahulu dilakukan uji kelayakan instrumen oleh ahli (judgement experts).

Penimbangan dilakukan oleh dosen ahli yaitu dari Jurusan Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan. Penimbangan instrumen ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

kelayakan instrumen dilihat dari tata bahasa, konstruk, dan konten dengan

landasan teoritis. Instrumen ditimbang oleh dua dosen jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan

(21)

40

Dari pelaksanaan penimbangan instrumen, maka terdapat perubahan

instrumen yang signifikan, yaitu perubahan jenis instrumen yang semula

merupakan skala likert menjadi kuisioner atau angket dengan pertimbangan agar

lebih menggambarkan keterampilan siswa ketika menghadapi suatu persoalan

mengenai survival and safety skills remaja. Selain itu, peneliti diminta untuk

merumuskan indikator-indikator yang akan dijadikan pertanyaan melalui kisi-kisi

instrumen serta merumuskan rubrik instrumen untuk penyekoran data yang

diperoleh dari sampel dan penjabaran setiap makna yang terkandung dalam setiap

pilihan jawaban.

Instrumen untuk mengungkap gambaran survival and safety skills ini

disusun dengan menggunakan pertanyaan tertutup. Dalam angket tertutup,

pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang telah memiliki alternatif jawaban

(option) yang tinggal dipilih oleh responden (Sukmadinata:2009). Adapun

kisi-kisi instrumen penelitian setelah uji kelayakan ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Survival and Safety Skills Remaja Setelah Uji Kelayakan

Variabel

Jenis-jenis Keterampilan Indikator Soal Σ

Survival

1. Mampu memutuskan pilihan secara mandiri

1, 2 2

2. Bersikap hati-hati terhadap lingkungan sekitar yang mempengaruhi pembuatan keputusan

3, 4 2

3. Tidak sungkan untuk meminta pendapat orang lain

1. Memahami hakikat masalah sehingga dapat dengan mudah menyelesaikannya

7, 8 2

2. Mampu membuat prediksi ke depan 9,10 2 3. Berkomitmen dengan keputusan yang

diambil

11, 12 2

3. Menggambarkan cara dalam menghadapi tekanan teman sebaya untuk menggunakan narkoba dan alkohol

1. Mampu menolak ajakan teman untuk menggunakan narkoba dan alkohol

13, 14 2

2. Mampu mengendalikan emosi ketika terlibat perselisihan dengan teman sebaya

15, 16 2

(22)

dan keterbatasan diri dalam berkelompok

kemampuan diri

2. Peduli terhadap orang lain 19, 20 2

3. Merasa setara dengan orang lain 21, 22 2 4. Peduli dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan sosial budaya yang terjadi di masyarakat efektif dalam situasi kelompok

1. Mampu mengemukakan pendapat 25, 26 2

2. Menghargai pendapat orang lain 27, 28 2

6. Mampu menunjukkan

2. Mendengarkan orang lain secara aktif 31, 32 2 3. Mampu menanggapi orang lain dengan

1. Mampu menyelesaikan konflik yang terjadi dengan diri sendiri

35, 36 2

2. Mampu menyelesaikan konflik yang terjadi dengan orang lain

37, 38 2

3. Mampu menyelesaikan konflik antar kelompok

39, 40 2

Jumlah 40

Indikator-indikator yang dirumuskan ke dalam kisi-kisi, selanjutnya

diturunkan ke dalam butir-butir pertanyaan. Peneliti menggunakan format ratting

scale (skala penilaian) dengan empat alternatif jawaban yang sudah disediakan.

Keempat alternatif jawaban yang sudah disediakan tersebut diurutkan dari

kemungkinan nilai tertinggi sampai dengan kemungkinan nilai terendah, yaitu 1)

Rendah (R), 2) Sedang (S), 3) Cukup (C), 4) Tinggi (T). Setiap alternatif jawaban

mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Pola Skor Opsi Alternatif Respons

Pertanyaan Skor Empat Alternatif Respons

R S C T

(23)

42

2. Uji Keterbacaan

Setelah melakukan penimbangan instrumen, langkah selanjutnya adalah

melakukan uji keterbacaan instrumen terhadap siswa kelas XI di SMA PGRI 1

Bandung. Terdapat dua kata yang tidak dipahami siswa, yaitu kata “diampunya”

pada pertanyaan nomor 2 menjadi dihilangkan, dan kata “marak” pada pertanyaan

nomor 24 diganti dengan kata “banyak”. Setelah uji keterbacaan, pernyataan

-pernyataan yang tidak dipahami siswa direvisi agar lebih mudah dipahami oleh

subjek penelitian.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas alat pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui apakah

instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa

yang diukur (Sugiyono, 2009: 267). Validitas instrumen menunjukkan bahwa

hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur

(Sukmadinata: 2009).

Pengujian validitas data menggunakan rumus Spearman Brown sehingga

tidak memerlukan asumsi normalitas dan linieritas regresi. Semakin tinggi nilai

validasi soal, maka hal ini menunjukkan semakin valid instrumen yang akan

digunakan. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan SPSS Versi 16.0

for Windows.

Berdasarkan pengolahan data, hasil uji validitas menunjukkan dari 40 butir

item pertanyaan dari instrumen survival and safety skills remaja, terdapat 37 butir

item pertanyaan dinyatakan valid. Berikut ini merupakan item-item pertanyaan

setelah validasi:

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Instrumen

Kesimpulan No. Item Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,

(24)

Kesimpulan No. Item Jumlah

35, 36, 37, 38, 39, 40

Tidak Valid 15, 22, 25 3

Total 40

Setelah pengujian validitas, maka peneliti melakukan pengujian

reliabilitas. Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil

pengukuran (Sukmadinata: 2009).

Pengujian reliabilitas alat pengumpul data menggunakan rumus Koefisien

Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut.

(Arikunto: 2010)

Keterangan :

r 11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal

∑σ2

b = jumlah varians butir

σ = varians total

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Uji

reliabitas dengan taraf signifikansi 5% diolah dengan metode statistika

menggunakan SPSS Versi 16.0.

Sebagai tolok ukur, digunakan pedoman klasifikasi untuk mengetahui

kriteria penilaian reliabilitas sebagai berikut (Riduwan, 2012) :

0,80 – 1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi

0,60 – 0,799 Derajat keterandalan tinggi

0,40 – 0, 599 Derajat keterandalan cukup

0,20 – 0, 399 Derajat keterandalan rendah

0,00 – 0,199 Derajat keterandalan sangat rendah

Adapun hasil dari pengujian reliabilitas instrumen diperoleh koefisien

reliabilitas sebesar 0,803. Harga reliabilitas instrumen penelitian berada pada

(25)

44

menghasilkan data yang reliable (konsisten) dan layak untuk digunakan dalam

penelitian.

Adapun kisi-kisi instrumen penelitian setelah uji coba ditunjukkan pada

tabel berikut:

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen Survival and Safety Skills Remaja Setelah Uji Coba

Variabel

Jenis-jenis Keterampilan Indikator Soal Σ

Survival

1. Mampu memutuskan pilihan secara mandiri

1, 2 2

2. Bersikap hati-hati terhadap lingkungan sekitar yang mempengaruhi pembuatan keputusan

3, 4 2

3. Tidak sungkan untuk meminta pendapat orang lain

1. Memahami hakikat masalah sehingga dapat dengan mudah menyelesaikannya

7, 8 2

2. Mampu membuat prediksi ke depan 9,10 2 3. Berkomitmen dengan keputusan yang

diambil

11, 12 2

3. Menggambarkan cara dalam menghadapi tekanan teman sebaya untuk menggunakan narkoba dan alkohol

1.Mampu menolak ajakan teman untuk menggunakan narkoba dan alkohol

13, 14 2

2. Mampu mengendalikan emosi ketika terlibat perselisihan dengan teman sebaya

16 1

4. Menganalisa kekuatan dan keterbatasan diri dalam berkelompok 4. Peduli dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan sosial budaya yang terjadi di masyarakat efektif dalam situasi kelompok

1. Mampu mengemukakan pendapat 26 1

2. Menghargai pendapat orang lain 27, 28 2

(26)

berkomunikasi: attending,

mendengarkan, dan menanggapi

2. Mendengarkan orang lain secara aktif 31, 32 2 3. Mampu menanggapi orang lain dengan

1. Mampu menyelesaikan konflik yang terjadi dengan diri sendiri

35, 36 2

2. Mampu menyelesaikan konflik yang terjadi dengan orang lain

37, 38 2

3. Mampu menyelesaikan konflik antar kelompok

39, 40 2

Jumlah 37

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket dengan cara

memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada siswa kelas XI SMA Negeri di

Bandung untuk mengetahui profil survival and safety skills siswa. Pengumpulan

data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan

instrumen

2. Mengecek kesiapan siswa untuk mengisi instrumen

3. Membacakan petunjuk pengerjaan instrumen dan mempersilahkan

siswa untuk mengisi instrumen yang disediakan

4. Mengumpulkan instrumen dan mengecek kelengkapan pengisian

instrumen (identitas siswa dan jawaban siswa)

H. Analisis Data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk memeriksa data yang sudah diperoleh. Hal

ini dilakukan untuk menyeleksi data yang layak untuk diolah dan tidak diolah.

Tahapan verifikasi data yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Mengecek jumlah instrumen yang akan disebar, kemudian jumlah

instrumen yang sudah terkumpul harus sesuai dengan instrumen yang

(27)

46

b. Merekap data yang diperoleh dari sampel dengan memberikan

penyekoran data sesuai dengan pedoman penyekoran yang telah

ditentukan

2. Penyekoran Data Hasil Penelitian

Instrumen Survival and Safety Skills Remaja menggunakan angket

tertutup. Peneliti menggunakan format ratting scale (skala penilaian) dengan

empat alternatif jawaban yang sudah disediakan. Keempat alternatif jawaban yang

sudah disediakan tersebut diurutkan dari kemungkinan nilai tertinggi sampai

dengan kemungkinan nilai terendah, yaitu 1) Rendah (R), 2) Sedang (S), 3) Cukup

(C), 4) Tinggi (T). Peneliti merumuskan rubrik instrumen untuk penyekoran data

yang diperoleh dari sampel dan penjabaran setiap makna yang terkandung dalam

setiap pilihan jawaban (Rubrik Instrumen Terlampir). Setiap alternatif jawaban

mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel 3.8

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Pertanyaan Skor Empat Alternatif Respons

R S C T

Positif 1 2 3 4

Pada alat ukur, setiap item pertanyaan diasumsikan memiliki nilai 1 – 4

dengan bobot tertentu. Bobotnya sebagai berikut.

a. Untuk pilihan jawaban dengan kategori rendah (R) memiliki skor 1.

b. Untuk pilihan jawaban dengan kategori sedang (S) memiliki skor 2.

c. Untuk pilihan jawaban dengan kategori cukup (C) memiliki skor 3.

d. Untuk pilihan jawaban dengan kategori tinggi (T) memiliki skor 4.

3. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah untuk

mengukur bagaimana gambaran umum survival and safety skills siswa kelas XI di

(28)

dikembangkan menjadi program hipotetik bimbingan pribadi sosial untuk

mengembangkan survival and safety skills siswa.

Pengelompokkan survival and safety skills siswa dibagi menjadi tiga

kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokkan survival and safety

skills tersebut dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah skor setiap siswa

b. Menghitung rata-rata skor setiap siswa

c. Menghitung simpangan baku dari keseluruhan skor siswa

d. Mengubah skor mentah menjadi skor baku (z) dengan rumus sebagai

berikut (Furqon, 2008:67):

Xi : Skor Total

X : Skor Rata-rata

S : Simpangan Baku

e. Setelah diperoleh jumlah skor baku (z), data dikelompokkan menjadi

tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi, dengan pedoman

sebagai berikut:

Tabel 3.9

Pengkategorian Survival and Safety Skills Siswa

Kategori Rentang Skor

Rendah Z < -1

Sedang -1 > Z > 1

Tinggi Z > 1

Interpretasi dari setiap kategori survival and safety skills siswa adalah

sebagai berikut :

(29)

48

Tabel 3.10

Interpretasi Skor Kategori Survival and Safety Skills Remaja

Kategori Survival and

Safety Skills

Rentang Interpretasi

Tinggi Z > 1 Siswa pada kategori tinggi sudah mampu menganalisis pengaruh pihak lain dalam pembuatan keputusan; Sudah mampu menganalisis keterampilan yang dimiliki untuk membuat keputusan; Sudah mampu menghadapi tekanan teman sebaya untuk menggunakan narkoba dan alkohol; Sudah mampu menganalisa kekuatan dan keterbatasan diri dalam berkelompok; Sudah mampu mengekspresikan pendapat, sikap dan keyakinan secara efektif dalam situasi kelompok; Sudah mampu menunjukkan pemahaman komponen keterampilan berkomunikasi: attending, mendengarkan, dan menanggapi; Sudah menerapkan keterampilan berkomunikasi dalam menghadapi situasi konflik. Sedang -1 > z > 1 Siswa pada kategori sedang cukup mampu menganalisis

pengaruh pihak lain dalam pembuatan keputusan; Cukup mampu menganalisis keterampilan yang dimiliki untuk membuat keputusan; Cukup mampu menghadapi tekanan teman sebaya untuk menggunakan narkoba dan alcohol; Cukup mampu menganalisa kekuatan dan keterbatasan diri dalam berkelompok; Cukup mampu mengekspresikan pendapat, sikap dan keyakinan secara efektif dalam situasi kelompok; Cukup mampu menunjukkan pemahaman komponen keterampilan berkomunikasi: attending, mendengarkan, dan menanggapi; Cukup menerapkan keterampilan berkomunikasi dalam menghadapi situasi konflik. Rendah z < -1 Siswa pada kategori rendah belum mampu menganalisis

(30)

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan,

pelaksanaan, dan pelaporan yang isinya sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun proposal penelitian dan mempresentasikannya dalam

mata kuliah Metode Riset

b. Menyerahkan proposal penelitian yang telah disahkan oleh dosen

metode riset bimbingan dan konseling kepada Ketua Dewan

Skripsi, calon dosen pembimbing serta Ketua Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan untuk mendapatkan persetujuan dan

pengesahan;

c. Membuat SK (Surat Ketetapan) Pengangkatan Dosen Pembimbing

dan Surat Izin Melaksanakan Penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi:

a. Mengajukan izin ke sekolah tempat penelitian

b. Menyusun kisi-kisi instrumen dan menimbangnya kepada dosen

ahli (judgement experts)

c. Melakukan uji keterbacaan

d. Menyebar instrumen kepada subjek penelitian

e. Mengolah dan menganalisis data

f. Merancang program bimbingan pribadi sosial dan menimbangnya

kepada dosen ahli dan praktisi di sekolah

3. Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan merupakan tahap akhir penelitian, meliputi:

a. Penyempurnaan penyusunan laporan akhir penelitian

b. Penelitian diujikan pada ujian sidang sarjana

c. Hasil ujian sarjana dijadikan masukan untuk penyempurnaan

(31)

Anggi Rumayanti, 2014

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Gambaran umum survival and safety skills siswa kelas XI SMA PGRI 1

Bandung pada umumnya berada pada kategori sedang. Artinya siswa cukup

memiliki keterampilan untuk melangsungkan dan menyelamatkan hidup dalam

menghadapi kondisi yang berpotensi membahayakan dirinya, tetapi masih

memerlukan bantuan untuk mengembangkannya. Berdasarkan data yang

diperoleh tersebut, maka dikembangkan program bimbingan dan konseling untuk

mengembangkan survival and safety skills. Hal ini bertujuan agar siswa

terfasilitasi dalam mengembangkan survival and safety skills-nya.

Survival and safety skills merupakan keterampilan pribadi sosial yang

harus dimiliki oleh setiap orang. Sehingga, perumusan layanan bimbingan dan

konseling pun difokuskan menjadi bimbingan dan konseling pribadi sosial untuk

mengembangkan survival and safety skills siswa. Program yang disusun meliputi

layanan dasar, layanan responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem

yang dikhususkan untuk pengembangan survival and safety skills siswa kelas XI

SMA PGRI 1 Bandung.

B. Rekomendasi

Rekomendasi dituliskan untuk pihak-pihak terkait dalam penelitian ini.

Melalui adanya rekomendasi, diharapkan dapat menjadi perbaikan dan

pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait.

1. Kepala Sekolah

a. Pimpinan sekolah hendaknya menyusun rancangan pengembangan

keterampilan keselamatan diri. Lingkungan sekolah yang kondusif

dapat membantu siswa dalam mengembangkan survival and safety

skills.

b. Kepala Sekolah hendaknya melakukan kerjasama dengan pihak luar

(32)

Orangtua dan pihak sekolah dapat bertukar informasi terkait

perkembangan siswa. Pihak kepolisian dapat menjadi fasilitator dalam

pengembangan keselamatan diri terkait kewaspadaan dalam

berkendara, dan tindakan kriminal pada remaja. Pihak BNN dapat

menjadi fasilitator dalam upaya preventif pencegahan penyalahgunaan

obat-obat terlarang dan minuman keras. Sementara praktisi kesehatan

dapat menjadi fasilitator dalam pengembangan kesadaran untuk

mempedulikan kesehatan diri, dan tanggap dalam menghadapi kondisi

darurat ketika memerlukan pertolongan. Diperlukan bantuan dari

banyak pihak untuk mengkondusifkan siswa dalam mengembangkan

survival and safety skills siswa.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

a. Berdasarkan gambaran umum survival and safety skills siswa kelas XI,

guru BK dapat memfasilitasi siswa terkait informasi dan layanan yang

bertujuan untuk mengembangkan survival and safety skills.

b. Guru BK hendaknya bekerja sama dengan pihak sekolah lain (kepala

sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran) dalam pengembangan

survival and safety skills melalui strategi yang tepat, terencana dan

terstruktur dalam pengembangan survival and safety skills.

3. Peneliti Selanjutnya

a. Hendaknya menggunakan lebih dari satu alat pengungkap data agar

memperoleh data yang lebih akurat

b. Peneliti selanjutnya hendaknya memberikan intervensi kepada siswa

agar lebih terlihat perkembangan survival and safety skills siswa

dengan berpedoman kepada program bimbingan pribadi sosial yang

(33)

Anggi Rumayanti, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Ahman. (2011). “Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling Perkembangan”, dalam Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta: Rajawali Pers.

American School Counselor Association. (2004.) ASCA National Standards for Students. Alexandria, VA: Author.

Andria, Charles. (2009). Perbedaan Jenis Coping Stress Pada Remaja Awal yang Mengalami Konflik Interpersonal dengan Orangtua Berdasarkan Urutan Kelahiran.Thesis Unika Atma Jaya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur Pendidikan Formal.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Azwar, Saifuddin. (1998). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bararah, Vera Farah. (2009). Perempuan Susah Mengambil Tindakan Dalam Kondisi Bahaya. [online] dirujuk dari: http://health.detik.com/read/2009/ 11/30/15 0045/1251184/766/index.php. Pada: 30 November 2013

Connecticut School Counselor Association.(2000). Connecticut Comprehensive School Counseling Program. The Connecticut State Department of Education.

Connecticut State Department of Education. (2008). Comprehensive School Counseling. State of Connecticut: Connecticut State Department of Education

Dahir, A. Carol. (2000). “The National Standards for School Counseling

Programs: A Partnership in Preparing Students for the New Millennium”. NASSP Bulletin.84,68-76

Dunia Ekspedisi. (2011). Pengertian survival versi pencinta alam.[online] dirujuk dari: http://duniaekspedisi.blogspot.com/2011/01/pengertian-survival-versi -pecinta-alam.html. Pada: 5 Oktober 2012.

(34)

Fadly, Arief Tegal.(2012). Marak Perkosaan Remaja, Peran Guru BP Perlu Digalakkan. [online] dirujuk dari: http://jakarta.okezone.com/read /2012/10/11/500/702196/marak-perkosaan-remaja-peran-guru-bp-perlu-digalakkan. Pada: 15 Oktober 2012

Fakih, Mansour. (2012). Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Furqon. (2008). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Hodijah, Siti. (2011). Pengambilan keputusan dalam Melakukan hubungan seksual pada Remaja pubertas. Skripsi Universitas Mercu Buana.

Hurlock, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan (terjemaahan).Jakarta: Erlangga

Komunitas Hati-hati dengan orang yang tidak dikenal. (2011). Hati-hati dengan orang yang tidak dikenal. [online] tersedia di:

https://www.facebook.com/pages/Hati-hati-dengan-orang-yang-tak-dikenal-/202343138283 [30 November 2013]

Leach, John. (1994). Survival Psychology.London: Macmillan Press LTD.

Lestari, Mryana Apriany. (2012). Efektivitas Layanan Dasar Bimbingan untuk Mengembangkan Keterampilan Pengambilan Keputusan Siswa Melalui Model Optimalisasi. Skripsi UPI: Tidak diterbitkan.

Novianti, Langgersari Elsari. (2009). Gaya Berpakaian Remaja. Makalah Universitas Padjadjaran: tidak diterbitkan.

Nurihsan, Juntika A. & Agustin, Mubiar.(2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: PT Refika Aditama.

Okezone.com. (2009). Remaja Paling BanyakMati. [online] dirujuk dari: http://international.okezone.com/read/2009/09/13/18/257017/remaja-paling-banyak-mati. Pada: 15 Oktober 2012

Pamilia, Rita. (2012). Menguasai Konflik dalam Hidup. [online] tersedia di: http://ecc.ft.ugm.ac.id/index.php?r=berita/detil&id=1556 [30 November 2013]

(35)

104

Anggi Rumayanti, 2014

Prabandari, Yayi Suryo. (2007). Pendidikan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku remaja tentang keselamatan berlalulintas. Tesis UGM : Tidak diterbitkan.

Puspitasari, Candrawati. (2008). Hubungan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dengan Resolusi Konflik Pada Remaja. Skripsi Universitas Islam Indonesia

Putri, et al. (2005). “Perbedaan Sosialisasi Antara Siswa Kelas Akselerasi dan Kelas Reguler Dalam Lingkungan Pergaulan di Sekolah”. Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 2 No.1: 28 – 40

Rahmantyo, Tri Yogi Fitri. (2012). Upaya Peningkatan Kemampuan Resolusi Konflik Melalui Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Kelas X-Logam Smk Negeri 1 Kalasan. Thesis Universitas Negeri Yogyakarta.

Riana. (2008). 99 ideas for happy teens. Bandung: Zip Books.

Ririh, Natalia. (2012). Mengapa Perempuan Lebih Panjang Umur?. [online] dirujuk dari: http://health.kompas.com/read/2012/09/06/07352215/ Mengapa.Perempuan.Lebih.Panjang.Umur. Pada: 30 November 2013

Rosiana, Tetty (2011). IPA atau IPS sama saja. [online] dirujuk dari: http://wwwipadanips-cayoo.blogspot.com/. Pada: 30 November 2013

Rosman & Mokhtar. (2007). Membentuk Jati Diri Remaja. Selangor: Malindo Printers Sdn. bhd.

Roizen, et al. (2012).Menjadi Remaja Sehat. Bandung: Qanita.

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Santrock, John W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja.Alih Bahasa oleh Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.

Strasser, et al. (1981).Fundamentals of Safety Education.New York: Macmillan Publishing.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

(36)

Sukardi, D. K. dan Kusmawati, D. (2008).Proses bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta:Rineka Cipta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda.

Surya, Mohamad. (2009). Psikologi Konseling. Bandung: Maestro.

Suwarjo & Eliasa. (2010). 55 Permainan (Games) dalam Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Paramitra.

UNICEF. (2011). The State of the world’s children 2011 (Adolescence an age of opportunity).New York: Division of Communication UNICEF.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI

VOA Indonesia. (2013). Remaja Sering Abaikan Keselamatan Saat Berjalan Kaki. [online] dirujuk dari:http://www.voaindonesia.com/content/remaja-sering-abaikan-keselamatan-saat-berjalan-kaki/1612942.html. Pada: 17 Juli 2013

Willis, Sofyan S. (2010). Remaja & Masalahnya.Bandung: Alfabeta.

Wulandari, Yunia. (2013). Layanan Dasar Bimbingan Untuk Mengembangkan Survival And Safety Skills Peserta Didik. Skripsi UPI:Tidak diterbitkan.

Yusuf, Syamsu. (2009a). Program Bimbingan & Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, Syamsu. (2009b). Mental Hygiene. Bandung: Maestro

Yusuf, Syamsu. (2009c). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Rosda.

Yusuf, Syamsu & Nurihsan, A. Juntika.(2009). Landasan Bimbingan dan Konseling.Bandung: Rosda.

Gambar

Tabel 3.1 Data Siswa Kelas XI di SMA PGRI 1 Bandung
Tabel 3.2 Survival and Safety Skills
Tabel 3.3 Pola Skor Opsi Alternatif Respons
Tabel 3.4  Kisi-kisi Instrumen Survival and Safety Skills
+6

Referensi

Dokumen terkait

Jika di dalam agama Islam aliran sesat adalah aliran yang mengingkari es- ensi dari Islam itu sendiri, yang tidak se- suai dengan Al-Qur’an maupun Hadist Rasulullah SAW..

Pada penelitian ini terdapat 119 pasien yang didiagnosis dengan kandidiasis oral yang dirawat inap serta rawat jalandi RSUP Haji Adam Malik Medan.Pasien

Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf b mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, akademik, kemahasiswaan, kepegawaian,

Untuk mempermudah kita dalam memahami cara kerja dari pemantau ruangan dan sistem keamanan ruangan penyimpanan barang-barang berharga dengan menggunakan mikrokontroler

(3) Anggota Senat yang berasal dari wakil dosen dari setiap fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas 3 (tiga) orang wakil dosen yang profesor

metode dempster shafer menghasilkan nilai persentase peluang terkena cerebral palsy dengan tingkat akurasi terhadap fakta sebesar 41%, sedangkan metode bayes menentukan level

Dengan membaca dan mengamati, siswa mampu mengumpulkan informasi penting dari teks laporan investigasi tentang campuran dan larutan dengan kepedulian yang tinggi4. Dengan membaca

International Conference on Instrumentation, Communication and Information Technology (ICICI) 2005 Proc., August 3 rd -5 th , 2005, Bandung, Indonesia. Table 5 Demodulator