• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSTRUKSI ALAT UKUR KONTEN IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSTRUKSI ALAT UKUR KONTEN IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Dini Rusfita Sari, 2014

KONSTRUKSI ALAT UKUR KONTEN IKATAN KIMIA

MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI

LITERASI SAINS SISWA SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kimia

Dosen Pembimbing:

Dr. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M.Si

Dr. Hernani, M.Si.

Oleh:

Dini Rusfita Sari (0900612)

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Dini Rusfita Sari, 2014

Konstruksi Alat Ukur Penilaian Literasi Sains Konten Ikatan

Kimia Menggunakan Konteks Keramik untuk Mencapai Literasi

Sains Siswa SMA

Oleh Dini Rusfita Sari

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kimia

© Dini Rusfita Sari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

Dini Rusfita Sari, 2014

KONSTRUKSI ALAT UKUR KONTEN IKATAN KIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERAMIK UNTUK MENCAPAI LITERASI SAINS SISWA SMA

Oleh:

DINI RUSFITA SARI

0900612

Disetujui dan Disahkan oleh :

Pembimbing I

Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP. 1966112111991031002

Pembimbing II

Dr . Hernani, M. Si. NIP. 196711091991012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

(4)

Dini Rusfita Sari, 2014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA. Proses konstruksi alat ukur disesuaikan dengan karakteristik soal-soal Programme for International Student Assesment (PISA) serta kompetensi inti dan kompetensi dasar kurikulum 2013. Model penelitian yang digunakan adalah model rekonstruksi pendidikan (educational rescontruction). Model ini menggambarkan kerangka acuan yang menunjukkan bahwa isu-isu yang sangat kompleks dalam proses pembentukan pengetahuan ilmiah harus direkonstruksi untuk membuat titik pandang ilmu yang dimengerti dan bermakna bagi peserta didik. Desain penelitian yang digunakan adalah mix methode jenis sequential exploratory, yang dimulai dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif dengan tujuan eksplorasi, dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar kesesuaian aspek konteks dan konten, alat ukur penilaian literasi sains, lembar validasi ahli, serta lembar penilaian ahli terhadap kesesuaian alat ukur penilaian yang dikonstruksi dengan karakteristik soal-soal literasi sains PISA. Data kualitatif yang diperoleh dari penelitian ini adalah karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia. Karakteristik tersebut yakni memuat struktur konten sains yang secara khusus dikonstruksi sesuai dengan kompetensi dasar kurikulum 2013 dan kompetensi PISA 2009 serta diperkaya dengan menempatkannya ke dalam konteks untuk membuat titik pandang ilmu yang dimengerti dan bermakna bagi peserta didik. Data kuantitatif yang diperoleh diantaranya nilai CVI hasil validasi ahli, nilai hasil uji reliabilitas, serta hasil penilaian ahli terhadap kesesuaian alat ukur yang dikonstruksi dengan karakteristik soal literasi sains PISA. Nilai CVI untuk kesesuaian indikator dengan kompetensi dasar adalah 1; kesesuaian indikator dengan kompetensi PISA 2009 adalah 0,907; dan untuk kesesuaian indikator dengan butir soal diperoleh nilai CVI sebesar 0,929. Data kuantitatif lainnya berupa hasil uji reliabilitas sebesar 0,61 dengan tafsiran bahwa alat ukur penilaian yang dikembangkan memiliki reliabilitas yang tinggi. Hasil penilaian kesesuaian karakteristik alat ukur yang dikonstruksi dengan soal literasi sains PISA memperoleh persentase sebesar 97,1%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang dikonstruksi valid secara isi maupun konstruk, memiliki reliabilitas yang tinggi, serta memiliki karakteristik yang sesuai dengan soal literasi sains PISA.

(5)

Dini Rusfita Sari, 2014

ABSTRACT

This study aims to obtain an assessment of chemical bonds using ceramic as context to achieve scientific

literacy/chemistry senior high school students. The construction process, based on characteristics of the

PISA questions , as well as major and basic competency of curriculum 2013. Models used in this study is

educational reconstruction, this model describes the terms of reference which shows that the issues are

very complex in the process of the formation of scientific knowledge must be reconstructed to make the

point of view of science understandable and meaningful for students. Design of this study was a mixed

methods sequential exploratory type, where the research begins with the collection and analysis of

qualitative data with the purpose for exploration, followed by the collection and analysis of quantitative

data. Instruments that used in this study are conformity context and content aspect, scientific literacy

assessment, expert validation, and expert judgment about conformity assessment that constructed with

characteristic of PISA’s scientific literacy questions. The qualitative data obtained from this study is characteristic of text ceramic- chemical bonding. That is contain a content structure is constructed and

enriched by placing it into a useful context for students. Quantitative data such as the value of CVI expert

validation result , the value of the reliability test results , and the results of an expert judgment about

conformity assessment that constructed with characteristic of PISA’s scientific literacy questions. CVI

value for compatibility between basic competence with indicator is 1 ; compatibility between indicator

with competence PISA 2009 was 0,907 , and for compatibility between indicator with the items was

0,929. Reliability of test results obtained values of 0,61 and can be interpreted that the assessment has

high reliability. The results of expert judgment about conformity assessment that constructed with

characteristic of PISA’s scientific literacy questions has percentage about 97.14 % . Thus , it can be concluded that the assessment constructed by content and construct valid , has high reliability , as well as

having characteristics corresponding to about PISA science literacy

(6)

Dini Rusfita Sari, 2014

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

D.Tujuan Penelitian... 4

E.Manfaat Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Literasi Sains/Kimia ... 9

B. Rekonstruksi Pendidikan ... 11

1. Klarifikasi dan Analisis Wacana ... 13

2. Penelitian Mengajar dan Belajar ... 15

3. Implementasi dan Evaluasi ... 15

C.Karakteristik Teks Bacaan Konteks-Konten ... 15

D.Karakteristik Alat Ukur Penilaian Literasi Sains ... 16

E. Kualitas Alat Ukur ... 18

1. Validitas ... 18

(7)

Dini Rusfita Sari, 2014

F. Tinjauan Materi ... 21

G.Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan subjek/Objek Penelitian ... 40

B. Model Penelitian ... 40

C. Desain Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 43

1. Lembar Kesesuaian Aspek Konteks dan Konten ... 43

2. Alat Ukur Penilaian Literasi Sains ... 43

3. Lembar Validasi Ahli ... 43

4. Lembar Penilaian Ahli terhadap Kesesuaian Alat Ukur Penilaian yang Dikonstruksi dengan Karakteristik Soal-soal Literasi Sains dalam PISA ... 44

F. Alur Penelitian ... 45

1. Tahap Persiapan ... 46

2. Tahap Pelaksanaan ... 46

3. Tahap Akhir ... 47

G. Teknik Pengumpulan Data ... 47

H. Analisis Data ... 48

1. Data Kesesuaian Teks Bacaan Keramik-Ikatan Kimia ... 48

2. Data Hasil Validasi Alat Ukur ... 48

3. Data Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Penilaian Literasi Sains ... 50

4. Data Hasil Penilaian Kesesuaian Karakteristik Alat Ukur Penilaian dengan Soal Literasi Sains dalam PISA ... 50

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Karakteristik Teks Bacaan Keramik-Ikatan Kimia sebagai Sumber Pembuatan Alat Ukur Penilaian Literasi Sains ... 51

(8)

Dini Rusfita Sari, 2014

1. Validitas ... 65

2. Reliabilitas ... 67

C.Karakteristik Alat Ukur Penilaian Literasi Sains yang Dikembangkan ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 79

(9)

Dini Rusfita Sari, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tiga Kompetensi Ilmiah PISA ... 17

Tabel 2.2 Harga CVR kritis Lawshe (CVR kritis) untuk sejumlah ahli yang berbeda; tes One Tailed dengan signifikansi 0.05... 20

Tabel 2.3 Tafsiran Koefisien Reliabilitas ... 21

Tabel 2.4 Komponen Tanah liat Penyusun Keramik Tradisional dan Rumus Kimianya ... 23

Tabel 2.5 Penggunaan Beberapa Senyawa sebagai Penyusun Material Keramik Modern ... 26

Tabel 2.6 Perbandingan persentase karakter kovalen dan ion dengan titik leleh beberapa senyawa penyusun keramik ... 28

Tabel 2.7 Perbandingan Sifat Termal pada Berbagai Materi ... 36

Tabel 3.1 Lembar Validasi Ahli ... 44

Tabel 3.2 Format Analisis Wacana Teks ... 47

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Validasi Alat Ukur ... 49

Tabel 4.1 Kesesuaian Aspek Konteks dan Konten ... 52

Tabel 4.2 Rincian Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 57

Tabel 4.3 Perumusan Indikator Aspek Kognitif Berdasarkan Kompetensi Dasar dan Kompetensi ilmiah PISA 2009 ... 59

Tabel 4.4 Perumusan Indikator Aspek Sikap Berdasarkan Kompetensi Dasar dan Kompetensi sikap PISA 2009 ... 60

Tabel 4.5 Daftar Buku/Monograf yang digunakan sebagai Eksplanasi Ilmiah .. 62

Tabel 4.6 Data Hasil Tanggapan Ahli Terhadap Kualitas Alat Ukur ... 66

(10)

Dini Rusfita Sari, 2014

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tiga Komponen Rekonstruksi Pendidikan ... 13

Gambar 2.2 Langkah-Langkah Menuju Struktur Konten Pembelajaran ... 14

Gambar 2.3 Kerangka Penilaian Sains PISA ... 18

Gambar 2.4 Struktur Mikro dari Tanah Liat dan Keramik ... 24

Gambar 2.5 Simbol Lewis Atom Hidrogen ... 25

Gambar 2.6 Simbol Lewis Atom Oksigen ... 25

Gambar 2.7 Struktur Lewis Molekul Air ... 26

Gambar2.8 Perbandingan Ikatan Kovalen Biasa dengan Ikatan Kovalen Koordinasi ... 31

Gambar2.9a Elektron Bersama Ditarik Lebih Kuat oleh Inti Atom yang Lebih Kecil sehingga Jaraknya Lebih Dekat ... 32

Gambar2.9b Elektron Bersama Ditarik Lebih Kuat oleh Inti Atom dengan muatan inti yang lebih besar ... 32

Gambar 2.10 Skala Keelektronegatifan ... 33

Gambar 2.11 Perbandingan Struktur Fisik dari SiO2 Kristal dan Amorf ... 34

Gambar 3.1 Pola Pengembangan Sequential Exploratory Design ... 42

(11)

Dini Rusfita Sari, 2014

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1 Perumusan Indikator Aspek Kognitif dan Sikap ... 79

Lampiran A.2 Analisis Wacana Konteks ... 89

Lampiran A.3 Analisis Wacana Konten... 112

Lampiran A.4 Lembar Kesesuaian Konteks dan Konten ... 135

Lampiran A.5 Penghalusan Teks Gabungan menjadi Teks Dasar ... 145

Lampiran B.1 Kisi-kisi Alat Ukur Penilaian Literasi Sains ... 160

Lampiran B.2 Transformasi Teks Dasar menjadi Alat Ukur Penilaian Literasi Sains ... 192

Lampiran B.3 Hasil Validasi Kesesuaian Indikator dengan Kompetensi Dasar187 Lampiran B.4 Hasil Validasi Kesesuaian Indikator dengan Kompetensi PISA 2009 ... 188

Lampiran B.5 Hasil Validasi Kesesuaian Indikator dengan Butir Soal ... 189

Lampiran B.6 Analisis Butir Soal dan Hasil Analisis Uji Reliabilitas ... 190

Lampiran B.7 Alat Ukur Penilaian Literasi Sains ... 192

Lampiran B.8 Format Penilaian Ahli terhadap Kesesuaian Alat Ukur yang Dikonstruksi dengan Karakteristik Soal Literasi Sains PISA .... 204

(12)

Dini Rusfita Sari, 2014

Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bagian ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi.

A. Latar Belakang Penelitian

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pada tahun ajaran 2013/2014 negara Indonesia mulai memberlakukan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum 2013 adalah keikutsertaan Indonesia pada salah satu studi internasional Programme for International Student Assesment (PISA). Sejak tahun 2006 hasil capaian literasi sains siswa Indonesia

dalam PISA selalu berada di posisi yang rendah. Hal ini disebabkan bentuk

asesmen PISA tidak diadaptasi oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan hanya menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains,

aspek konteks aplikasi sains maupunaspek sikap sains. (BSNP, 2013)

(13)

2

Dini Rusfita Sari, 2014

Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

dari acuan kurikulum yang sedang dikembangkan di Indonesia saat ini. Literasi sains didefinisikan PISA sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan persiapan yang penting bagi generasi

muda untuk dapat hidup dalam masyarakat modern. Pemahaman ini memungkinkan bagi individu untuk dapat berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat dimana ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran yang signifikan. Pemahaman sains dan teknologi ini juga memberdayakan individu untuk dapat berpartisipasi secara tepat dalam penentuan kebijakan publik dimana masalah ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada kehidupan mereka. (OECD, 2009)

Salah satu cabang mata pelajaran sains adalah kimia, menurut Sastrawijaya (1998) pembelajaran kimia bertujuan untuk memperoleh pengalaman tentang berbagai fakta dan kemampuan untuk mengenal dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan kimia, dan memiliki keterampilan dalam penguasaan laboratorium. Pemahaman tentang konsep-konsep kimia akan membantu para siswa untuk berpartisi pada permasalahan yang sedang dihadapi publik, karena itu dirasa perlu adanya tes untuk mengukur kemampuan literasi kimia siswa. Salah satu penelitian yang mengukur kemampuan literasi kimia untuk siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dikembangkan oleh Shwartz (2006) di Irak. Salah satu kerangka teoritis yang menjadi dasar dalam penelitian yang dilakukannya adalah kemampuan siswa dalam menggunakan pemahaman mengenai konsep kimia

untuk menjelaskan fenomena.

Hasil kajian terhadap kebijakan kurikulum mata pelajaran IPA tahun 2007

(14)

3

Dini Rusfita Sari, 2014

Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

alat untuk mengukur konteks, tetapi mengukur (kompetensi) proses sains, pengetahuan, dan sikap sains yang disajikan terkait dengan konteks (OECD, 2009). Sementara itu, alat ukur yang dikembangkan guru biasanya hanya menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek konteks sains maupunaspek sikap sains. Begitu pula hasil temuan pada kumpulan tes yang beredar di toko buku atau yang tersebar di perpustakaan sekolah

menunjukkan lebih banyak tes yang mengujikan pengetahuan sains dari aspek kognitif dan perhitungan saja.

Tes yang ada tidak banyak menguji pemahaman konsep sains, apalagi menguji keterampilan menggunakan pengetahuan sains untuk memahami proses sains dan mengatasi masalah-masalah sains (Sudiatmika, 2010). Hal ini menyebabkan siswa tidak mampu mengaitkan dan menggunakan konsep-konsep sains yang dipelajari untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, alat ukur yang dikembangkan guru dalam pembelajaran sains, termasuk mata pelajaran kimia di sekolah seharusnya diarahkan pada penggunaan konteks sebagai wahana untuk mencapai literasi sains siswa. Pemilihan konteks yang digunakan didasarkan pada beberapa kriteria yang dirumuskan oleh Jong (2006) yaitu: 1) Konteks yang digunakan dikenal dan relevan untuk siswa (perempuan dan laki-laki), 2) Konteks yang digunakan tidak mengganggu perhatian siswa terhadap konsep yang dihubungkan, 3) Konteks yang digunakan tidak terlalu menyulitkan bagi siswa, dan 4) Konteks yang digunakan tidak membingungkan siswa.

Baehr (1995) menyatakan bahwa konteks keramik dapat digunakan untuk mengajarkan konsep ikatan kimia (kovalen dan ionik), elektronegativitas, material

berhidrat dan kerapatan. Materi mengenai ikatan kimia merupakan salah satu materi yang bersifat abstrak. Sifat abstrak dari materi kimia membuat siswa

(15)

4

Dini Rusfita Sari, 2014

Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

dapat dilakukan dengan penggunaan konteks pembelajaran yang mengkaitkan ikatan kimia, struktur zat dan sifat-sifat yang dimilikinya. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan konteks keramik sebagai konteks pembelajaran. Terdapat dua jenis keramik yang kita ketahui, yakni keramik tradisional dan keramik modern. Pada jaman dahulu keramik hanya dikenal sebagai barang lokal yang bernilai seni. Namun, keramik di masa kini banyak digunakan dalam industri,

penggunaannya sudah lebih luas lagi.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Hasil capaian literasi sains siswa di Indonesia yang selalu berada di posisi rendah disebabkan banyaknya materi uji yang ditanyakan PISA tidak diadaptasi oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan hanya menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek konteks sains maupun aspek sikap sains. Sistem penilaian siswa di Indonesia membutuhkan sistem penilaian yang mengadopsi bentuk tipe soal serupa dengan PISA untuk mendorong PBM berkontribusi pada peningkatan literasi sains siswa dan sekaligus menggali kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, dan inovatif. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA?” Permasalahan tersebut diuraikan menjadi sub-sub masalah berikut :

 Bagaimana karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains/kimia pada materi ikatan kimia?  Bagaimana kualitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia yang

dikembangkan ditinjau dari parameter validitas dan reliabilitas?

 Bagaimana penilaian ahli terhadap kesesuaian karakteristik soal literasi sains dalam PISA dengan alat ukur penilaian literasi sains/kimia pada materi

(16)

5

Dini Rusfita Sari, 2014

Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu C. Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA yang sesuai dengan karakteristik soal-soal PISA, sesuai dengan tuntutan dari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar kurikulum 2013, dan informasi tentang karakteristik teks

bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber untuk membuat alat ukur penilaian literasi sains/kimia serta informasi mengenai kualitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia siswa SMA berdasarkan parameter validitas dan reliabilitas.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :  Guru

Berupa contoh alat ukur penilaian literasi sains yang sesuai dengan karakteristik soal-soal literasi sains PISA.

 Lembaga Pendidikan

Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di institusi terkait di masa yang akan datang.

 Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi dalam pengembangan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan alat ukur literasi sains dan dijadikan sebagai bahan acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam konteks dan konten pembelajaran yang berbeda.

E. Stuktur Organisasi Skripsi

Berikut ini penjabaran urutan penulisan skripsi secara terperinci dari setiap bab dan sub bab. Skripsi ini tersusun atas lima bab, yaitu Bab I Pendahuluan; Bab

(17)

6

Dini Rusfita Sari, 2014

Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Bab I terdiri atas lima sub bab, meliputi Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Skripsi. Latar belakang dari penelitian ini adalah hasil capaian literasi sains Indonesia yang selalu berada di posisi bawah diantara negara-negara anggota PISA yang lain. Hal ini disebabkan banyaknya materi uji yang ditanyakan PISA tidak diadaptasi oleh guru, kebanyakan dari tes yang diberikan hanya

menyajikan aspek konten sains saja, tanpa melibatkan aspek proses sains, aspek konteks sains maupun aspek sikap sains. Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA, sehingga tujuan dari penelitian yakni untuk mendapatkan alat ukur konten ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang dikonstruksi untuk mencapai literasi sains/kimia siswa SMA yang sesuai dengan karakteristik soal-soal PISA, sesuai dengan tuntutan dari Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar kurikulum 2013, dan informasi tentang karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber pembuatan untuk membuat alat ukur penilaian literasi sains/kimia serta informasi mengenai kualitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia siswa SMA berdasarkan parameter validitas dan reliabilitas.

Bab II terdiri atas sub bab Kajian Pustaka. Kajian pustaka dijabarkan kembali ke dalam beberapa bagian, yakni kajian teoritis mengenai Literasi Sains/Kimia, Rekonstruksi Pendidikan, Karakteristik Teks Bacaan Konteks-Konten, Kualitas Alat Ukur Literasi Sains, Karakteristik Alat Ukur Penilaian Literasi Sains, dan Tinjauan Materi Pembelajaran Konteks Keramik dalam Konten Ikatan Kimia, serta penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian bidang yang sedang

diteliti. PISA mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan

(18)

7

Dini Rusfita Sari, 2014

Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

terhadap kebijakan kurikulum mata pelajaran IPA tahun 2007, disebutkan bahwa soal-soal yang dikembangkan hendaknya mengadopsi bentuk tipe soal serupa dengan PISA. Hasil analisis terhadap Baehr disebutkan bahwa konteks keramik salah satunya dapat digunakan untuk menjelaskan konsep ikatan kimia, dalam kurikulum 2013 tercantum bahwa ikatan kimia merupakan salah satu konsep yang harus diberikan kepada siswa SMA kelas X, oleh karena itu dirasa perlu untuk

mengkonstruksi alat ukur penilaian literasi sains menggunakan konteks keramik pada konten ikatan kimia. Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan pada tahun 2006 Yael Shwartz, Ruth Ben-Zvi and Avi Hofstein mengenai pencapaian literasi kimia siswa Sekolah Menengah Atas di Israel. Penelitian ini didukung oleh beberapa jurnal terkait literasi sains yang ditulis oleh Dolf Witte dan Kees Beers berjudul Testing of Chemical Literacy pada tahun 2003, serta artikel yang ditulis oleh Holbrook mengenai pentingnya pendidikan sains di sekolah untuk meningkatkan literasi sains siswa.

Bab III terdiri atas delapan bagian sub bab, meliputi Lokasi dan Objek/Subjek Penelitian, Model Penelitian, Desain Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Alur Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data. Fokus dari penelitian ini adalah alat ukur yang dikonstruksi, alat ukur yang dikembangkan kemudian diujicobakan pada siswa SMA kelas X semester ganjil sebanyak satu kelas yang berjumlah 40 siswa, yang diambil dari salah satu SMA di kabupaten Bogor. Model penelitian yang digunakan adalah model rekonstrusi pendidikan (educational rescontruction) (Duit, et al., 2012), dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix methode jenis sequential exploratory design, dimana penelitian dimulai dengan pengumpulan dan analisis

data kualitaif dengan tujuan eksplorasi dan dilanjutkan dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif. Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan rumusan

(19)

keramik-8

Dini Rusfita Sari, 2014

Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

ikatan kimia yang dijadikan sebagai sumber dalam penyusunan alat ukur ukur dijelaskan melalui analisis deskriptif. Sedangkan, data dari hasil validasi dikelompokkan lalu diolah, hasil pengolahan data kemudian dianalisis. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan alat untuk menilai kualitas alat ukur dan untuk memperbaiki alat ukur yang dikembangkan, sehingga pada tahap akhir selain mendapatkan nilai dari kualitas alat ukur yang dikembangkan, juga

mendapatkan alat ukur yang telah diperbaiki. Data kesesuaian karakteristik alat ukur yang dikembangkan dengan alat ukut literasi sains dalam PISA ditunjukkan dalam bentuk persentase.

Bab IV terdiri atas empat sub bab, meliputi karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains/kimia pada materi ikatan kimia, validitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia yang dikembangkan ditinjau dari hasil CVR, kualitas alat ukur penilaian literasi sains/kimia yang dikembangkan ditinjau dari nilai reliabilitas, serta penilaian ahli mengenai kesesuaian alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan dengan karakteristik soal literasi sains dalam PISA. Teks bacaan yang dijadikan sebagai sumber pembuatan alat ukur literasi sains/kimia memiliki karakteristik yakni memuat aspek konten ikatan kimia yang secara khusus dikonstruksi sesuai dengan kompetensi dasar kurikulum 2013 dan kompetensi PISA 2009 dan diperkaya dengan menempatkannya ke dalam konteks keramik dengan tujuan agar membuatnya mudah diterima siswa Teks wacana konteks-konten yang diperoleh digunakan sebagai acuan dalam penurunan kisi-kisi butir soal. Kisi-kisi yang disusun disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) dalam kurikulum 2013 dan kompetensi PISA 2009, untuk kemudian dijadikan sebagai

acuan dalam penyusunan butir soal literasi sains. Alat ukur penilaian literasi sains yang telah dikontruksi kemudian diuji validitasnya dan reliabilitasnya, dengan

(20)

9

Dini Rusfita Sari, 2014

Konstruksi Alat Ukur Konten Ikatan Kimia Menggunakan Konteks Keramik Untuk Mencapai Literasi Sains Siswa Sma

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu

Bab V terdiri atas dua sub bab, yaitu Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan terdiri atas informasi dari permasalahan yang diangkat yakni mengenai karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia yang dijadikan sebagai sumber pembuatan alat ukur penilaian literasi sains, kualitas alat ukur yang dikembangkan dilihat dari validitas dan reliabilitasnya serta penilaian kesesuaian karakteristik alat ukur penilaian literasi sains yang dikonstruksi dengan soal literasi sains PISA.

(21)

Dini Rusfita Sari, 2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai lokasi dan subjek/objek penelitian, model penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, alur penelitian, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data.

A. Lokasi dan Subjek/Objek Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada alat ukur penilaian literasi sains/kimia yang dikonstruksi. Proses validasi alat ukur dilakukan di jurusan pendidikan kimia UPI dan beberapa sekolah di kota Bandung. Untuk menguji reliabilitas dari alat ukur yang dikonstruksi, alat ukur yang telah divalidasi diujicobakan kepada siswa SMA kelas X semester ganjil yang berjumlah 40 siswa di salah satu SMA di kabupaten Bogor.

B. Model Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan model rekonstruksi pendidikan (educational recontruction) (Duit, et al., 2012). Gagasan kunci dari model rekonstruksi pendidikan mencakup struktur konten ilmu pengetahuan tertentu yang harus diubah ke dalam struktur konten untuk pengajaran. Model ini memiliki tiga komponen yakni klarifikasi dan analisis wacana, penelitian mengajar dan belajar, serta implementasi dan evaluasi dimana ketiga komponen ini memiliki hubungan yang saling berkaitan, seperti ditunjukkan pada gambar 2.1 dalam bab II di halaman 13. Pada penelitian ini, peneliti hanya melakukan komponen 1 saja yakni

klarifikasi dan analisis wacana.

Komponen klarifikasi dan analisis wacana ini, menyangkut proses analisis

(22)

41

Dini Rusfita Sari, 2014

ke dalam konteks yang membuat siswa mengerti dan menambah rasa ingin tahunya. Berdasarkan gambar 2.2 dalam bab II di halaman 14, terdapat dua proses yang dilibatkan dalam klarifikasi dan analisis wacana, yaitu elementarisasi yang mengarah pada ide-ide dasar dari konten di bawah pemeriksaan dan konstruksi struktur konten untuk pengajaran. Dalam kedua proses masalah konten ilmu pengetahuan dan isu-isu perspektif siswa (konsepsi siswa dan pandangan tentang

konten maupun variabel afektif seperti minat dan konsep ilmu pengetahuan yang dimiliki siswa) harus diperhitungkan. Gambar 2.2 menunjukkan bahwa struktur konten sains harus disesuaikan dengan struktur konten pembelajaran (Duit, et al.,2012).

C. Desain Penelitian

(23)

42

Dini Rusfita Sari, 2014

Gambar 3.1 Pola Pengembangan Sequential Exploratory Design

(Creswell, 2011)

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, berikut adalah penjelasan singkat beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian, antara lain:

 Konstruksi adalah proses mengubah struktur konten ilmu pengetahuan tertentu menjadi struktur konten untuk pembelajaran yang melibatkan literasi sains pada siswa. (Duit, 2012)

 Alat ukur penilaian yang dimaksud adalah instrumen untuk melakukan pengukuran hasil belajar siswa. Alat ukur yang digunakan tersebut berupa tes tertulis untuk mengevaluasi kemampuan literasi sains. (Sudiatmika, 2010).  Konten sains adalah salah satu dimensi literasi sains yang merujuk pada konsep

dan teori fundamental untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (OECD, 2009). Konten dalam penelitian ini adalah ikatan kimia sesuai dengan standar isi kurikulum 2013.

 Konteks aplikasi sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains yang mengandung pengertian situasi dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan sains dan teknologi area aplikasi proses dan pemahaman konsep sains, misalnya kesehatan dan gizi dalam konteks pribadi serta iklim dalam konteks global (OECD, 2009). Konteks yang digunakan dalam penelitian ini adalah keramik.

Kualitatif (Pengumpulan Data) Kualitatif (Analisis Data)

Interpretasi Semua Hasil Analisis Data Kuantitatif (Pengumpulan Data)

(24)

43

Dini Rusfita Sari, 2014

 Literasi Sains adalah kemampuan menggunakan kompetensi PISA 2009 dalam menjawab soal-soal literasi sains menggunakan konteks keramik untuk konten ikatan kimia. (OECD, 2009)

E. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan rumusan masalah, maka digunakan instrumen penelitian yang terdiri atas lembar kesesuaian aspek konteks dan konten, alat ukur penilaian literasi sains, lembar validasi ahli, dan lembar penilaian kesesuaian alat ukur yang dikonstruksi dengan karakteristik soal PISA. Secara lebih rinci instrumen tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Lembar Kesesuaian Aspek Konteks dan Konten

Informasi mengenai karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia diperoleh dengan melakukan penggabungan aspek konteks keramik dengan aspek konten ikatan kimia menjadi satu wacana teks utuh yang akan digunakan sebagai sumber pembuatan soal-soal literasi sains/kimia.

2. Alat Ukur Penilaian Literasi Sains

Alat ukur penilaian literasi sains berupa soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Jumlah butir soal literasi sains siswa SMA dalam konteks keramik dibuat sebanyak 40 butir soal. Empat puluh butir soal ini mencakup pengukuran kemampuan proses sains (kompetensi ilmiah PISA), pengetahuan,

dan sikap sains (kompetensi aspek sikap PISA) yang disajikan terkait dengan konteks.

3. Lembar Validasi Ahli

(25)

44

Dini Rusfita Sari, 2014

bantuan kepada 7 orang tenaga ahli. Adapun lembar validasi ahli adalah sebagai berikut :

Pilihan jawaban untuk kolom kesesuaian :

Kolom A : Kesesuaian antara indikator dengan kompetensi dasar

Kolom B : Kesesuaian antara indikator dengan kompetensi ilmiah PISA 2009 Kolom C : Kesesuaian antara indikator dengan butir soal

4. Lembar Penilaian Ahli terhadap Kesesuaian Alat Ukur Penilaian yang Dikonstruksi dengan Karakteristik Soal-soal Literasi Sains dalam PISA

Untuk tujuan penilaian dalam definisi PISA mengenai literasi sains. Literasi

sains dapat dikarakterisasi dari empat aspek yang berkaitan yakni konteks aplikasi sains, konten sains, proses sains, dan sikap sains. Penilaian ahli akan

(26)

45

Dini Rusfita Sari, 2014 F. Alur Penelitian

Untuk membantu mengarahkan langkah-langkah penelitian agar sesuai dengan tujuan penelitian, proses pengembangan instrumen digambarkan melalui alur penelitian seperti terlihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Alat Ukur Penilaian Literasi Sains

Interpretasi Data Perumusan Indikator Aspek Kognitif melalui Telaah Konteks, Konten, dan Aspek Kompetensi PISA

2009

Perumusan Indikator Aspek Sikap melalui Telaah Konteks, Konten, dan Aspek Sikap PISA 2009

(27)

46

Dini Rusfita Sari, 2014

Berdasarkan alur penelitian pada gambar 3.2, langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Menelaah kompetensi inti dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan submateri pokok ikatan kimia dalam standar isi mata pelajaran kimia SMA.

b. Menelaah kepustakaan literasi sains/kimia melalui jurnal-jurnal penelitian.

c. Menelaah kepustakaan penilaian literasi sains melalui jurnal-jurnal penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah melaksanakan semua tahap di tahap persiapan kemudian masuk ke tahap pelaksanaan, yaitu :

a. Perumusan indikator aspek kognitif melalui analisis konteks dan konten

Indikator aspek kognitif dirumuskan setelah analisis konten dan konteks pada tahap persiapan. Indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif disesuaikan dengan KI dan KD Kurikulum 2013 dan Kompetensi Ilmiah PISA 2009

b. Perumusan indikator aspek sikap melalui telaah konten dan sikap Indikator aspek kognitif dirumuskan setelah analisis konten dan konteks pada tahap persiapan. Indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap disesuaikan dengan KI dan KD Kurikulum 2013 dan Aspek Sikap PISA 2009.

c. Melakukan klarifikasi dan analisis wacana materi pokok ikatan kimia menggunakan konteks keramik yang disesuaikan dengan rekonstruksi

(28)

47

Dini Rusfita Sari, 2014

Tabel 3.2 Format Analisis Wacana Teks

Teks Asli Proses Penghalusan Teks Dasar Hasil Penghalusan

Pada proses analisis wacana konten, dilakukan analisis terhadap buku-buku teks kimia dan penjelasan materi pokok ikatan kimia menggunakan konteks keramik. wacana yang dianalisis berupa wacana konten interaksi antarmolekul dilakukan melalui buku-buku teks kimia [Burton, (1994), Petruci, (1987), dan Mcmurry(2005)] dan wacana konteks keramik dilakukan melalui jurnal [Baehr, (1995), dan Heimann, (2010)].

d. Menyusun kisi-kisi alat ukur penilaian literasi sains e. Menyusun alat ukur penilaian literasi sains.

f. Melakukan validasi ke beberapa ahli.

g. Melakukan uji coba tes menggunakan alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan dalam penelitian.

h. Meminta penilaian ahli terhadap alat ukur yang dikonstruksi 3. Tahap Akhir

Setelah seluruh tahapan dilaksanakan, selanjutnya dilakukan pengumpulan data penelitian, pengolahan data, perbaikan alat ukur, analisis, lalu menarik kesimpulan dan saran.

G. Teknik Pengumpulan Data

(29)

48

Dini Rusfita Sari, 2014

1. Untuk karakteristik teks bacaan keramik-ikatan kimia dilakukan dengan cara mengkaji wacana aspek konteks dan konten serta keterpaduannya dalam teks halus yang diperoleh.

2. Untuk validitas dari alat ukur yang dihasilkan, dilakukan dengan memvalidasi alat ukur kepada 7 orang ahli. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dikembangkan dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur berdasarkan judgment para ahli.

3. Untuk reliabilitas dari alat ukur, dilakukan dengan mengujicobakan alat ukur tersebut kepada sejumlah siswa SMA di salah satu sekolah negeri di kota Bogor.

4. Untuk penilaian ahli, dilakukan dengan menyebarkan angket kepada 5 orang ahli mengenai kesesuaian alat ukur yang dikonstruksi dengan karakteristik soal literasi sains dalam PISA.

H. Analisis Data

1. Data Kesesuaian Teks Bacaan Keramik-Ikatan Kimia

Data yang diperoleh dari hasil kajian terhadap wacana aspek konteks dan konten, kemudian dianalisis dalam bentuk tabel kesesuaian aspek konteks dan konten. Hal ini bertujuan untuk melihat keterpaduan dari kedua aspek tersebut, sehingga dapat diperoleh sebuah teks bacaan yang memuat struktur konten, yang ditempatkan ke dalam konteks yang berguna bagi siswa.

2. Data Hasil Validasi Alat Ukur

Data dari lembar validasi dikelompokkan dan diolah. Hasil pengolahan

data kemudian dianalisis. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan untuk menilai kualitas alat ukur dan untuk memperbaiki alat ukur yang

dikembangkan, sehingga pada tahap akhir selain mendapatkan nilai dari kualitas alat ukur yang dikembangkan, juga mendapatkan alat ukur yang telah diperbaiki. Lembar validasi ahli dianalisis dengan cara :

a. Kriteria penilaian hasil validasi

(30)

49

Dini Rusfita Sari, 2014

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Validasi Alat Ukur

Kriteria Bobot

Ya 1

Tidak 0

(Lawshe, 1975)

b. Pemberian skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR. Setelah semua item mendapat skor kemudian skor tersebut diolah

1. Menghitung nilai CVR (rasio validitas konten)

ne : jumlah ahli yang menyatakan Ya N : total respon

Ketentuan

a) Saat jumlah ahli yang menyatakan Ya kurang dari ½ total reponden maka nilai CVR = -

b) Saat jumlah ahli yang menyatakan Ya ½ dari total responden maka nilai CVR = 0

c) Saat seluruh ahli menyatakan Ya maka nilai CVR = 1 (hal ini diatur menjadi 0.99 disesuaikan dengan jumlah responden).

d) Saat jumlah ahli yang menyatakan Ya lebih dari ½ total reponden maka nilai CVR = 0-0,99.

2. Menghitung nilai CVI ( indek validitas konten)

Setelah mengidentifikasi validitas tiap butir soal menggunakan CVR, CVI dihitung untuk menghitung keseluruhan validitas dari soal yang dibuat. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab Ya.

(31)

50

Dini Rusfita Sari, 2014

3. Data Hasil Uji Reliabilitas Alat Ukur Penilaian Literasi Sains

Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan internal consistency yang dilakukan dengan cara mencobakan instumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus KR.20 (Kuder Richardson) sebagai berikut:

]

Dimana, r = reliabilitas tes secara keseluruhan

k = jumlah soal

p= proporsi subjek menjawab soal dengan benar q= proporsi subjek menjawab soal dengan salah s2 = variansi skor-skor tes

(Firman, 2000)

4. Data Hasil Penilaian Kesesuaian Karakteristik Alat Ukur Penilaian dengan Soal Literasi Sains dalam PISA

Hasil penilaian dari para ahli kemudian dikelompokkan dan diolah menggunakan skala Guttman. Berdasarkan instrumen yang diberikan kepada responden sejumlah p, jumlah item sebanyak q, dan skor tertinggi adalah 1, maka jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) = p q

1. Instrumen ini diberikan kepada 5 responden, dan sebelum dianalisis, data

(32)

Dini Rusfita Sari, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian yang sudah dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Teks bacaan keramik-ikatan kimia yang dikembangkan mempunyai karakteristik yakni memuat struktur konten sains yang secara khusus dikonstruksi sesuai dengan kompetensi dasar kurikulum 2013 dan kompetensi PISA 2009 serta diperkaya dengan menempatkannya ke dalam konteks untuk membuat titik pandang ilmu yang dimengerti dan bermakna bagi peserta didik.

2. Kualitas alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat ditinjau dari beberapa parameter, yakni validitas dan reliabilitas. Secara keseluruhan alat ukur yang dikonstruksi valid secara konstruk dan isi serta memiliki reliabilitas yang tinggi.

3. Penilaian ahli mengenai alat ukur yang dikonstruksi pada materi pokok ikatan kimia menggunakan konteks keramik memberikan hasil yang positif yakni memiliki karakter yang sesuai dengan soal literasi sains PISA

B. Saran

Sebagai bagian dari akhir dari skripsi ini disampaikan saran-saran dengan harapan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk meningkatkan

penelitian lain di masa yang akan datang. Adapun saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :

(33)

75

Dini Rusfita Sari, 2014

2. Pengembangan alat ukur penilaian literasi sains dalam konteks dan konten lain untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sains di masa yang akan datang.

(34)

Dini Rusfita Sari, 2014

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Balitbang.(2007). Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda. Jakarta : Depdiknas.

Baehr, G. et.al. (1995). Ceramics Windows to The Future. Champaign : University of Illinois

Burton, G. et.al. (1994). Chemical Ideas. United Kingdom : The Bath Press.

BSNP.(2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013. Jakarta: BSNP.

Creswell, John W. (2011). Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Qualitative and Quantitative Research. New York: Pearson

De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. Sweden: Karlstad University.

Duit, R.,Gropengieer, H., Kattman, U., Komorek, M., Parchmann, I. (2012). “The Model of Educational Rescontruction- A Framework for Improving Teaching and Learning Science”. Dalam Jorde and Dillon (Ed.). Science Educational Reaserch and Practice in Europe.

Matthews, B. (2004). Promoting emotional literacy, equity and interest in science lessons for 11-14 year olds; the „Improving Science and Emotional Development‟ project. International Journal of Science Education, 26(3), 281-308.

McMurry,F. (2005). Chemistry (forth ed.). New Jersey : Prentic-hal.

(35)

77

Dini Rusfita Sari, 2014

Fraenkel. (2009). How to Design and Evaluate research in Education. New York: The McGraw-Hill Companies.

Heimann, R,B.(2010). Classic and Advanced Ceramics. Federal Republic of Germany : Wiley-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA.

Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical

Education International.6(1), 1-12.Holbrook, J. (2005).

”Making Chemistry Teaching Relevant”. Chemical Education International.6(1),1-12.

Keller, J.M. (1983). Motivational design of instruction. In C.M. Reigeluth (Ed.). Instructional design theories: An overview of their current status. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum.

Kuntoro, H.(2006). Konsep Desain Penelitian. Makalah pada IAIFI UNAIR, Surabaya.

Lawshe. (1975). “A Quantitative Approach to Content Validity”. Journal of

Phersonnel Psychologi, 28, 563-575.

OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science. Paris : OECD.

Petrucci, R.H. (1987). Kimia Dasar Jilid 1 Terjemahan Suminar Achmadi. Jakarta : Erlangga.

Pusat Kurikulum. (2007). Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta : Depdiknas.

Ramsden, J.M. (1998). Mission impossible? Can anything be done about attitudes to science? International Journal of Science Education, 20(2), 125-137.

Rustaman, N.Y. (2007). Literasi Sains Anak Indonesia 200 dan 2003. UPI : tidak diterbitkan

Sastrawijaya, T. (1998). Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta : Depdikbud.

(36)

78

Dini Rusfita Sari, 2014

Pendidikan Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudiatmika. (2010). Pengembangan Alat Ukur Literasi Sains Siswa SMP dalam Konteks Budaya Bali. Disertasi Pada Sekolah Pascasarjana FPMIPA UPI : tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sunarya, Y dan Agus, S. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas X SMA dan MA . Jakarta : Depdiknas.

Shwartz, Y., Benzvi, R., & Hofstein, A. (2006). "The Use of Scientific Literacy Taxonomy for assesing the development of Chemical Literacy among high-school Student". Chemical Education Research and Practice,7(4),203-225.

Witte, D., dan Beers. K. (2003). Testing of Chemical Literacy. Chemical education International. 4(1),1-15.

Wilson, F.R., Pan, W., & Schumsky, D.A. (2012). Recalculation of the Critical

Values for Lawshe’s Content Validity Ratio. Chemical

Education Research and Practice , XX(X) 1–14.

Za‟rour, G. I. (2001). Relevant Teaching: Incorproating Curriculuim, Teaching Approaches and Assessment Aspects. In N. Valanides (Ed.), Science and technology Education: Preparing Future Citizens. Proceedings of the IOSTE Symposium in Southern Europe (pp. 3-12). Paralimni, Cyprus: International Organisation of Science and Technology Educators (IOSTE).

Gambar

Gambar 3.1 Pola Pengembangan Sequential Exploratory Design   (Creswell, 2011)
Tabel 3.1 Lembar Validasi Ahli
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Tabel 3.2 Format Analisis Wacana Teks
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada kelompok usia 10-15 tahun (kelompok tumbuh kembang), terjadi peningkatan kadar TGF- β 2 pada 72 jam setelah aplikasi daya.. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat

Defenisi Operasional Rekam medik yang lengkap adalah rekam medik yang telah diisi lengkap oleh dokter dalam waktu ≤ 24 jam setelah selasai pelayanan rawat

KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA TENTANG PENGURANGAN SURAT TAGIHAN PAJAK DAERAH BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN YANG TIDAK BENAR NOMOR

For collecting data, the writer prepared several instruments as follows : (1) prepared the selected words English and Ambai language within form of phonetic transcriptions

R, 1996, Ekosistem Pesisir, Makalah/Materi Kuliah, IPB, Bogor Ghofar, A., 2004, Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Secara Terpadu dan.. Berkelanjutan

Di bawah ini ada beberapa kelompok pertanyaan yang semuanya berkaitan dengan keputusan nasabah memilih tabungan haji di Bank Muamalat Cabang Tanjung Balai.. Bapak/Ibu/Saudara/I

[r]

[r]