• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN SIFAT MEKANIK BAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DIKAITKAN DENGAN GAYA BERPIKIR SISWA SMK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PADA PEMBELAJARAN SIFAT MEKANIK BAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DIKAITKAN DENGAN GAYA BERPIKIR SISWA SMK."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Hipotesis Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Konstruktivisme ... 10

B. Media Simulasi Virtual dalam Pembelajaran ... 13

C. Model Pembelajaran Konstruktivisme menggunakan Media Simulasi Virtual ... 17

D. Kemampuan Kognitif ... 19

E. Gaya Berpikir Kreatif-Kritis ... 20

F. Materi Sifat Mekanik Bahan ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 38

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

C. Alur Penelitian ... 40

D. Instrumen Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Analisis Tes... 43

G. Teknik Analisis Data ... 46

H. Hasil Uji Coba Instrumen... 52

(2)

B. Hasil Penelitian ... 60

1. Peningkatan Kemampuan Kognitif ... 60

2. Profil Kemampuan Kognitif dikaitkan dengan Gaya Berpikir Siswa ... 67

a. Hasil Tes Gaya Berpikir Kreatif-Kritis ... 67

b. Peningkatan Kemampuan Kognitif dikaitkan dengan Gaya Berpikir ... 68

3. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Konstruktivisme menggunakan Media Simulasi Virtual ... 69

C. Pembahasan ... 71

1. Peningkatan Kemampuan Kognitif ... 71

2. Profil Gaya Berpikir ... 76

a. Gaya Berpikir yang dimiliki Siswa ... 76

b. Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa dikaitkan dengan Gaya Berpikirnya ... 79

3. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Konstruktivisme menggunakan Media Simulasi Virtual ... 81

4. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Konstruktivisme Menggunakan Simulasi Virtual... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Deskripsi Penskoran Ykreatif-Kritis ... 25

2.2 Keterkaitan Tahapan Pembelajaran Konstruktivisme menggunakan Media Simulasi Virtual dengan kemampuan kognitif... 27

2.3 Materi Pelajaran dan Alokasi Waktu Setiap Pertemuan ... 29

2.4 Modulus Elastis Berbagai Zat ... 34

3.1 Desain Penelitian ... 38

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.3 Klasifikasi Reliabilitas Tes ... 44

3.4 Kriteria Indeks Kesukaran ... 45

3.5 Kriteria daya Pembeda ... 46

3.6 Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi ... 47

3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model ... 51

3.9 Kriteria Skala Sikap Tanggapan Siswa ... 52

3.9 Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Kognitif ... 53

4.1 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konstruktivisme menggunakan Media Simulasi Virtual oleh Guru ... 56

4.2 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konstruktivisme menggunakan Media Simulasi Virtual oleh Siswa ... 57

4.3 Deskripsi Kemampuan Kognitif Sifat Mekanik Bahan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 60

4.4 Hasil Uji Normalitas Data Keseluruhan ... 64

4.5 Hasil Normalitas Data Setiap Aspek Kemampuan Kognitif ... 65

4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Keseluruhan ... 65

(4)

4.8 Efektifitas Model Pembelajaran Konstruktivisme Menggunakan Media Simulasi Virtual untuk setiap aspek kognitif berdasarkan uji statistik ... 66 4.9 Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa dikaitkan dengan Gaya Berpikir

Siswa Kelas Eksperimen ... 68

4.10 Uji Kruskal-Wallis Peningkatan Kemampuan Kognitif dikaitkan dengan Gaya Berpikir Siswa ... 69

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Indikator Penskoran Ykreatif-Kritis ... 25

2.2 Tiga Jenis Perubahan Bentuk ... 31

2.3 Karet Mengalami Regangan ... 31

2.4 Grafik Tegangan Terhadap Regangan ... 33

2.5 Skema Pertambahan Panjang Pegas ... 34

2.6 Grafik Pertambahan Panjang Terhadap Gaya ... 35

2.7 Grafik Hubungan F terhadap Δx ... 35

2.8 Susunan Pegas secara Seri ... 36

2.9 Susunan Pegas Secara Paralel ... 36

3.1 Alur Penelitian ... 38

4.1 Presentase perbandingan persentase skor rata-rata Pretest, Posttest dan N-gain Kemampuan Kognitif pada Kedua Kelas ... 62

4.2 Grafik Perbandingan Skor Rata-rata N-Gain untuk tiap Jenis Aspek Kemampuan Kognitif ... 63

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 90

Lampiran B : Analisis Ujicoba Instrumen ... 164

Lampiran C : Instrumen Penelitian ... 167

Lampiran D : Analisis Hasil Penelitian ... 234

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Fisika sebagai bagian dari pembelajaran IPA di jenjang pendidikan dasar

dan pendidikan menengah yang tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 23

tahun 2006, menyebutkan standar kompetensi lulusan yang bertujuan agar siswa

dapat menggunakan IPA sebagai cara bernalar (berpikir logis, kritis, sistematis

dan objektif) yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah, baik masalah

dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari berbagai ilmu

pengetahuan.

Pendidikan merupakan sarana bagi siswa untuk belajar berpikir agar dalam

kehidupan nyata dapat menerapkan kemampuan berpikir sehingga dapat menjadi

sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas. Dengan demikian,

pembelajaran sains dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengembangkan

keterampilan berpikir siswa. Salah satu keterampilan berpikir yang perlu untuk

dikembangkan adalah keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Kedua jenis

berpikir ini disebut juga sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi (Liliasari,

2002).

Keterampilan berpikir siswa ini sangat berkaitan dengan dengan gaya

berpikirnya. Menurut Ormrod (2008), Gaya berpikir adalah cara khas yang

digunakan siswa untuk memikirkan suatu tugas dan memproses informasi baru.

Sementara itu menurut Kogan (dalam Soenarto, 2011) menjelaskan bahwa gaya

berpikir merefleksikan perbedaan individu dalam cara memperhatikan, menerima,

mengingat dan berpikir.

Kedudukan gaya berpikir dalam proses pembelajaran tidak dapat

diabaikan. Hal ini sesuai dengan pandangan Reigeluth (1987) bahwa dalam

variabel pengajaran, gaya berpikir merupakan salah satu karakteristik siswa yang

masuk dalam variabel kondisi pembelajaran, disamping karakteristik siswa

(8)

Sebagai salah satu karakteristik siswa, kedudukan gaya berpikir dalam proses

pembelajaran penting diperhatikan guru atau perancang pembelajaran, sebab

rancangan pembelajaran yang diusung dengan mempertimbangkan gaya berpikir

berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan

potensi yang dimiliki siswa. Dengan rancangan seperti ini, suasana belajar akan

tercipta dengan baik karena pembelajaran tidak terkesan mengintervensi hak

siswa. Selain itu, pembelajaran yang disesuaikan dengan proses berpikir atau

perkembangan berpikir siswa. Oleh karena itu pengetahuan tentang gaya berpikir

sangat dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi pembelajaran,

tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya

interaksi dari faktor gaya berpikir, tujuan, materi, serta metode pembelajaran,

hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan

pendapat beberapa pakar yang menyatakan bahwa jenis strategi pembelajaran

tertentu memerlukan gaya belajar tertentu.

Gaya berpikir kreatif dan kritis termasuk pada gaya berpikir yang terarah,

yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada

sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahan masalah. Perbedaan dalam cara

berpikir dan memecahkan masalah merupakan hal yang nyata dan penting.

Perbedaan itu dapat disebabkan oleh pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi

berhubungan dengan kemampuan intelektual seseorang. Namun, jelas bahwa

proses keseluruhan dari pendidikan formal dan informal sangat mempengaruhi

gaya berpikir seseorang dikemudian hari, disamping mempengaruhi pula mutu

pemikirannya (Leavit dalam Ismienar dkk, 2009). Dengan demikian penerapan

strategi dan metode dalam kegiatan pembelajaran secara kontinu, akan memberi

kontribusi terhadap cara berpikir siswa dalam memproses informasi dan

menyelesaikan tugas.

Selanjutnya, Yanpiaw (2004) membagi gaya berpikir menjadi lima kategori

yaitu gaya berpikir kreatif superior, gaya berpikir kreatif, gaya berpikir seimbang,

gaya berpikir kritis, gaya berpikir kritis superior. Gaya berpikir tersebut memiliki

(9)

masalah. Gaya berpikir kreatif perlu meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya

agar dapat mengatasi masalah, sedangkan seseorang yang memiliki gaya berpikir

kritis perlu mempertajam kemampuan berpikir kreatifnya untuk menghasilkan

ide-ide unik di dalam situasi penyelesaian masalah (Filsaime, 2008)

Namun, ironisnya pembelajaran yang terjadi saat ini di sekolah-sekolah,

masih banyak yang semata berorientasi pada upaya mengembangkan dan menguji

daya ingat siswa sehingga kemampuan berpikir siswa direduksi dan sekedar

dipahami sebagai kemampuan untuk mengingat. Hal ini mendukung penemuan Rofi’udin (dalam Arnyana, 2006) menyatakan bahwa terjadi keluhan tentang rendahnya kemampuan berpikir kritis-kreatif yang dimiliki oleh lulusan

pendidikan dasar sampai perguruan tinggi karena pendidikan berpikir belum

ditangani dengan baik. Model pendidikan seperti itu jika dipertahankan hanya berfungsi “membunuh” keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa karena hanya mengedepankan aspek kognitif yang rendah.

Berdasarkan observasi di dalam kelas tampak hal-hal berikut: (1) pertanyaan

yang diajukan kepada siswa masih pada tingkat kognitif yang rendah (aspek

ingatan) (2) hanya satu atau dua orang dari 32 siswa yang memberikan respon

ketika diberi kesempatan untuk bertanya dan hanya tiga sampai empat siswa yang

dapat menjawab pertanyaan dari guru, (3) jawaban yang disampaikan oleh siswa

masih textbook dan tidak variatif (seragam), sebagian siswa tidak dapat

memberikan alasan terhadap jawaban yang disampaikan.

Hasil studi kepustakaan dokumen yang dimiliki guru fisika menunjukkan

bahwa sangat sedikit indikator keterampilan berpikir kritis yang muncul dalam

indikator hasil belajar. Selanjutnya analisis terhadap tes sumatif semester

sebelumnya menunjukkan bahwa sebagian besar tes ternyata hanya mengukur

keterampilan tingkat rendah yang berbentuk pilihan ganda yang sebagian besar di

ambil dari buku-buku fisika yang ada di pasaran. Selain itu, siswa juga tidak

dibekali LKS berbasis inkuiri ilmiah yang diyakini dapat membantu siswa untuk

mengembangkan keterampilan berpikirnya. Hal ini juga disebabkan adanya

keterbatasan guru untuk mengajak siswa melaksanakan kerja ilmiah dikarenakan

(10)

tersebut menunjukkan bahwa temuan-temuan di atas dapat menghambat

berkembangnya keterampilan berpikir khususnya berpikir kritis dan kreatifnya,

karena salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan

keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa adalah memulai pembelajaran

dengan mengajukan suatu masalah yang merangsang siswa untuk berpikir dan

mendorong siswa untuk mengajukan gagasan atau pendapat melalui

brainstroming.

Proses pembelajaran seperti ini belum mampu menumbuhkan kebiasaan

berpikir kreatif dan kritis. Selain itu, proses pembelajaran fisika sangat

membosankan bagi siswa sehingga berdampak terhadap kemampuan kognitif

siswa yang rata-rata masih menguasai 60% dari materi fisika yang harus dicapai

siswa. Berdasarkan tes yang diberikan pada siswa, aspek aplikasi (C3) dan aspek

analisis (C4) masih rendah, hal ini dimungkinkan karena aspek pengetahuan (C1)

dan aspek memahami (C2) juga lemah sehingga kemampuan kognitif perlu

dikembangkan.

Menurut Rohaeti (2008), siswa cenderung hanya menghafalkan sejumlah

rumus, perhitungan dan langkah-langkah penyelesaian soal yang telah dikerjakan

guru atau yang ada dalam buku teks. Hal senada juga disampaikan oleh Hendriana

(2009) mengatakan bahwa siswa hanya mencontoh dan mencatat bagaimana cara

menyelesaikan soal yang telah dikerjakan gurunya. Jika mereka diberikan soal

yang berbeda dengan soal latihan, maka mereka bingung harus memulai darimana

mereka bekerja. Hal ini menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa

tidak berkembang secara optimal.

Berdasarkan analisis kondisi tersebut, maka dibutuhkan suatu model

pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses

pembelajaran dan menjadi pemikir yang baik, yang mampu memberikan banyak

alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan. Tindakan yang dapat dilakukan

adalah dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Hal tersebut

dikarenakan pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang

mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, bersifat

(11)

Keaktifan siswa ini dapat terwujud dengan mengikuti setiap tahap

pembelajaran dengan interaksi dalam proses pembelajaran, mengajukan cara-cara

penyelesaian dari suatu masalah yang diberikan dan melakukan observasi melalui

demonstrasi dan praktikum. Melalui keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran

fisika diharapkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dapat terlatih

dengan baik dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan kemampuan

kognitifnya.

Beberapa hasil penelitian terdahulu telah membuktikan keefektifan

penerapan model pembelajaran kontruktivisme dalam pembelajaran fisika

diantaranya adalah Nurhartati (2011), menunjukkan bahwa pembelajaran

konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa. Hasil

penelitian lain, Nurjannah (2011) bahwa terdapat peningkatan keterampilan

berpikir rasional dan prestasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran

konstruktivisme dan terdapat hubungan signifikan antara peningkatan

keterampilan berpikir rasional dengan peningkatan prestasi belajar siswa setelah

penerapan model pembelajaran konstruktivisme.

Dalam penelitian ini, tidak hanya model pembelajaran konstruktivisme

saja yang digunakan, namun penulis juga memadukannya dengan media simulasi

virtual, karena media pembelajaran juga dapat menentukan kemampuan kognitif

siswa tentang konsep-konsep fisika yang sedang dipelajari. Beberapa keunggulan

pembelajaran berbasis media simulasi virtual diantaranya adalah adanya

keterlibatan organ tubuh seperti telinga (audio), mata (visual), dan tangan

(kinetik). Keterlibatan berbagai organ ini membuat informasi lebih mudah

dimengerti (Arsyad, 2004). Oleh karena itu hasil belajar dan keterampilan

berpikir siswa akan lebih optimal

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas model pembelajaran

konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual pada pembelajaran sifat

mekanik bahan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dikaitkan dengan gaya

(12)

diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran, mengungkapkan

gagasan-gagasannya, perolehan informasi, merespon permasalahan yang

diberikan dan dapat menberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga

dapat mengembangkan keterampilan berpikirnya dan kemampuan kognitif siswa.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan model

pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual pada

pembelajaran sifat mekanik bahan lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan

kognitif siswa SMK dibandingkan dengan penerapan pembelajaran

konstruktivisme tanpa menggunakan media simulasi virtual”. Rumusan masalah

tersebut dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan

pembelajaran sifat mekanik bahan melalui model pembelajaran

konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual dibandingkan dengan

siswa yang mendapatkan pembelajaran sifat mekanik bahan dengan

pembelajaran konstruktivisme tanpa menggunakan media simulasi virtual?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan kognitif siswa dikaitkan dengan

profil gaya berpikirnya?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran

konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual tentang konsep Sifat

Mekanik Bahan?

C. Pembatasan Masalah

Dengan memperhatikan aspek-aspek metodologi dan keterbatasan yang

ada pada peneliti, maka penelitian ini perlu dibatasi atau difokuskan. Maka hal-hal

yang dibatasi adalah sebagai berikut:

1. Kriteria efektivitas yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.6. Suatu

pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan < �> lebih tinggi

(13)

2. Peningkatan kemampuan kognitif siswa diukur dari peningkatan rata-rata <g>

tes awal dan akhir yang dibatasi pada aspek pengetahuan (C1), memahami

(C2), menerapkan (C3) dan menganalisis (C4) dengan materi sifat mekanik

bahan yang mencakup konsep-konsep: modulus elastisitas bahan, hukum

Hooke dan hukum Hooke untuk susunan pegas.

3. Gaya berpikir diukur dengan menggunakan tes gaya-gaya kreatif-kritis yang

dikembangkan oleh Yanpiaw untuk melihat profil gaya berpikir kreatif-kritis.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan

penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran tentang efektifitas penerapan model pembelajaran

konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual dalam meningkatkan

kemampuan kognitif dibandingkan dengan penerapan pembelajaran

konstruktivisme tanpa menggunakan media simulasi virtual.

2. Mendapatkan gmbaran profil kemampuan kognitif siswa yang dikaitkan

dengan gaya berpikirnya?

3. Mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa terhadap penerapan model

pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual pada

pembelajarn fisika materi sifat mekanik bahan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris tentang efektifitas

pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual dalam

meningkatan kemampuan kognitif, dan melihat sebaran gaya berpikir siswa SMK

pada pembelajaran fisika, yang nantinya dapat memperkaya hasil-hasil penelitian

sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai

pihak yang berkepentingan untuk berbagai kepentingan, seperti: guru-guru

(14)

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini untuk peningkatan

kemampuan kognitif dan perbedaan gaya berpikir siswa adalah:

Ho1 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif yang signifikan

antara siswa yang mendapatkan pembelajaran sifat mekanik bahan dengan

model konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual dengan siswa

yang mendapatkan pembelajaran konstruktivisme tanpa menggunakan

media simulasi virtual (µA1 = µA2).

Ha1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif yang signifikan antara

siswa yang mendapatkan pembelajaran sifat mekanik bahan dengan model

konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual dengan siswa yang

mendapatkan pembelajaran konstruktivisme tanpa menggunakan media

simulasi virtual (µA1≠ µA2).

G. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual

adalah suatu model pembelajaran yang menekankan siswa membina sendiri

pengetahuan atau konsep secara aktif yang memiliki langkah-langkah sebagai

berikut: diawali dengan tahap orientasi dan elisitasi yag bertujuan untuk

memotivasi siswa dan menggali konsepsi awal siswa, dilanjutkan dengan

kegiatan restrukturisasi ide untuk membangun suatu pengetahuan melalui

kegiatan eksperimen dengan menggunakan media simulasi virtual, kemudian

diakhiri dengan kegiatan aplikasi ide dan review. Posisi media simulasi

virtual di dalam model pembelajaran ini sebagai alat bantu bagi guru dan

siswa dalam kegiatan eksperimen, akibat alat praktikum fisika di sekolah

yang tidak memadai. Untuk melihat keterlaksanaan proses pembelajaran

konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual maka penelitian ini

dilengkapi dengan lembar observasi.

2. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir/bernalar yang berkaitan

dengan pemerolehan pengetahuan dan penalaran. Aspek kemampuan kognitif

(15)

(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Pada penelitian ini,

aspek kemampuan kognitif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran di ukur

dengan tes kemampuan kognitif yang berbentuk tes tertulis jenis pilihan

ganda.

3. Profil gaya berpikir diukur dengan menggunakan tes tertulis yang disebut

sebagai tes gaya-gaya Kreatif-Kritis Yanpiaw untuk melihat gaya berpikir

siswa (Filsaime, 2008). Dengan menjawab soal-soalnya sesuai dengan

instruksi yang diberikan, setiap item yang dipilih akan memberikan penilaian

berbeda-beda. Nilai yang didapat dari hasil tes akan menunjukkan gaya

berpikir kreatif atau kritis siswa yang menggambarkan gaya berpikir siswa

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan model

pembelajaran kontruktivisme berbantuan multimedia dalam pembelajaran fisika

terhadap kemampuan kognitif dan gaya berpikir kreatif-kritis siswa, sehingga

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experiment.

Untuk mendapatkan gambaran peningkatan kemampuan kognitif digunakan desain “the randomized pretest-postest control group design” (Fraenkel, 2007). Desain ini menggunakan dua kelompok yaitu satu kelompok eksperimen dan satu

kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran

konstruktivisme berbantuan multimedia dan kelompok kontrol dengan

pembelajaran konstruktivisme. Terhadap dua kelompok dilakukan tes awal dan

tes akhir untuk melihat peningkatan kemampuan kognitif sebelum dan setelah

pembelajaran. Sedangkan untuk mengetahui gambaran gaya berpikir kreatif-kritis

siswa setelah pembelajaran hanya diberikan tes akhir. Desain ditunjukkan pada

Tabel 3.1

Tabel 3.1 Design Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen O1 X1 O1O2

Kontrol O1 X2 O1

Keterangan:

X1 = Pembelajaran konstruktivisme berbantuan mutimedia X2 = Pembelajaran konstruktivisme

(17)

B. Populasi dan Sampel Penelitan

1. Populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X di SMK Negeri Pertanian

Terpadu Provinsi Riau semester dua tahun pelajaran 2011/2012, yang terdiri atas

tujuh kelas.

2. Sampel penelitian

Sampel penelitian terdiri atas dua kelas penelitian, masing-masing sebagai

kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih secara cluster-random sampling.

Kelas eksperimen berjumlah 34 orang siswa dan kelas kontrol berjumlah 34 orang

siswa.

Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut hanya 28 orang dan

23 orang siswa yang mengikuti prosedur penelitian yang meliputi tes awal

(pretest), perlakuan (treatment) dan tes akhir (postest). Sehingga hanya 28 orang

(18)

C. Alur Penelitian

Secara garis besar, langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini dapat

digambarkan dalam bagan alur berikut:

Gambar 3.1. Alur Penelitian Studi Pendahuluan

Validasi,Uji Coba, Revisi

Tes Awal

(pretest)

Pembelajaran Konstruktivisme yang berbantuan multimedia Pembelajaran Konstruktivisme Tes Akhir dan tes

gaya berpikir

Angket Tanggapan Siswa

Observasi Keterlaksanaan Model Pengolahan dan

Analisis Data Penyusunan Instrumen

1. Tes Kemampuan kognitif 2. Tes gaya –gaya berfikir

Kreatif-kritis

3. Angket Siswa dan Guru 4. Pedoman Observasi

Studi Literatur: Model Pembelajaran Konstruktivisme, multimedia, kemampuan kognitif dan Keterampilan Berfikir Kreatif

Penyusunan Rencana Pembelajaran Konstruktivisme yang dibantu multimedia pada materi subyek Sifat Mekanik Bahan Perumusan Masalah

Kesimpulan

(19)

D. Instrumen Penelitian

1. Tes Kemampuan kognitif sifat mekanik bahan

Instrumen tes kemampuan kognitif digunakan untuk menentukan

kemampuan kognitif siswa sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) diberikan

pembelajaran baik pada siswa kelompok eksperimen dengan penerapan model

pembelajaran kontruktivisme berbantuan multimedia maupun pada siswa

kelompok kontrol dengan pembelajaran konstruktivisme. Instrumen tes

kemampuan kognitif yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan

ganda yang penyusunannya berdasarkan indikator pembelajaran yang hendak

dicapai pada KTSP. Indikator kemampuan kognitif pada penelitian ini didasarkan

pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi pada tingkatan domain

pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4). Butir soal tes kemampuan

kognitif dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dinilai oleh pakar, dan

diujicobakan. Untuk kisi-kisi tes dan soal tes kemampuan kognitif secara

keseluruhan tertera pada lampiran C.

2. Tes Gaya-gaya Berpikir Kreatif-Kritis

Instrumen tes gaya-gaya kreatif-kritis dikembangkan berdasarkan pada

teori-teori dan fakta-fakta dari studi-studi penelitian berpikir kreatif dan kritis

(Filsaime, 2008). Tes ini memiliki 34 item soal, masing-masing item memiliki

jumlah pilihan yang berbeda. Pilihan jawaban yang dipilih boleh lebih dari satu

atau tidak dipilih sama sekali pada tiap item soalnya jika pilihan yang sesuai

dengan gaya berpikir lebih dari satu atau tidak ada sama sekali. Setiap pilihan

mempunyai nilai yang berbeda. Semakin tinggi nilainya menunjukkan bahwa

pilihan itu adalah pilihan orang yang berpikir kritis, sebaliknya semakin rendah

nilainya menunjukkan bahwa pilihan tersebut adalah pilihan orang yang berpikir

kreatif. Karena jika dilihat dari penskoran Ykreatif-kritis, semakin tinggi nilainya

maka arah berpikirnya menuju ke kritis, tetapi semakin rendah nilainya maka arah

berpikirnya menuju ke kreatif. Setelah mendapatkan nilai dari jumlah nilai pilihan

dibagi dengan banyaknya pilihan atau jawaban yang dipilih dalam setiap item

(20)

Ykritis untuk mengetahui jenis gaya berpikir. Untuk soal tes gaya berpikir

kreatif-kritis secara keseluruhan tertera pada lampiran C.

3. Skala Sikap Tanggapan Siswa

Skala Sikap ini bertujuan untuk mengungkap tanggapan siswa terhadap

penggunaan multimedia di dalam pembelajaran. Skala sikap ini menggunakan

skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan

pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat

Tidak Setuju (STS). Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4,

S= 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya (Sugiyono, 2012).

4. Lembar Observasi

Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran digunakan untuk

mengamati sejauh mana tahapan pembelajaran konstruktivisme berbantuan

multimedia yang telah direncanakan terlaksana dalam proses belajar mengajar.

Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan

lembaran daftar cek.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu

melalui tes, skala sikap, dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih

dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan, dan

instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber Data

Jenis Data Teknik

Pengumpulan

Butir soal pilihan ganda yang memuat kemampuan kognitif siswa.

2. Siswa Gaya berpikir

kreatif-kritis setelah

Posttest Butir soal pilihan ganda yang memuat

(21)

No Sumber Data

Jenis Data Teknik

Pengumpulan

Instrumen

mendapatkan perlakuan

berpikir krestif dan kritis siswa, yang dikenal aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran sesuai dengan RPP dan LKS yang dikembangkan.

Skala Sikap Skala sikap memuat

pernyataan-pernyataan

F. Teknik Analisis Tes

Analisis instrumen meliputi perhitungan Validitas Instrumen, Reliabilitas

Instrumen, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Butir Soal. Analisis ini

bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan.

1. Validitas Instrumen

Validitas merupakan ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga mampu

mengukur apa yang harus atau hendak diukur. Uji validitas instrumen yang

digunakan adalah uji validitas isi (content validity). Uji validitas isi dilakukan

melalui pertimbangan (judgement) oleh dosen ahli dengan melihat kesesuaian

antara materi pelajaran yang diajarkan dan indikator kemampuan kognitif. Para

ahli memberikan pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Jumlah

tenaga ahli yang dimintai pertimbangannya berjumlah dua orang.

Hasil dari kedua ahli yang diminta pertimbangan (judgement) diperoleh

(22)

sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian,

namun ada beberapa terkait redaksi yang perlu diperbaiki. Hasil pertimbanga

(judgement) oleh ahli untuk tes kemampuan kognitif selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran C.4

2. Reliabilitas Tes

Uji reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan soal yang

digunakan. Pengujian realibilitas dilakukan dengan teknik test-retest. Nilai

reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefesien reliabilitas. Koefisien

korelasi selalu terdapat antara –1,00 sampai +1,00. Namun karena dalam

menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh

koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan adanya hubungan

kebalikan antara dua variabel sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya

hubungan sejajar antara dua variabel (Arikunto, 2008). Teknik yang digunakan

untuk menentukan reliabelitas tes adalah dengan teknik korelasi product moment

angka kasar (Sugiyono, 2009).

0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi (baik)

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup (sedang)

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah (kurang)

(23)

3. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran (P) berkisar antara 0,00 sampai

dengan 1,00. Indeks kesukaran (P:Proporsi) yang dihitung dengan rumus:

(Arikunto, 2003 : 208)

�= (3.2)

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2008).

Tabel 3.4.

Kriteria Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 Soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang 0,70 ≤ P ≤ 1,00 Soal mudah

(Arikunto, 2008)

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi (D). Perhitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan

rumus berikut:

��= − = � − � (3.3)

Keterangan:

DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA : Banyaknya peserta kelompok atas

JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA : Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

BB : Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

(24)

PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kriteri daya pembeda suatu tes adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2008)

Tabel 3.5

Kriteria Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

Negatif Tidak baik, harus dibuang

(Arikunto, 2008)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dimaksudkan untuk membuat penafsiran data yang

diperoleh dari hasil penelitian. Analisis data tersebut digunakan untuk mengetahui

peningkatan kemampuan kognitif, gambaran gaya berpikir kreatif-kritis,

efektivitas pembelajaran fisika kontruktivisme berbantuan multimedia dan

tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika konstruktivisme berbantuan

multimedia. Data yang diperoleh dari skala sikap dan observasi dianalisis secara

deskriptif untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dan

melihat keterlaksanaan model serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Data

peningkatan kemampuan kognitif dianalisis dengan uji statistik. Dalam penelitian

ini analisis data statistik menggunakan program SPSS for Windows versi 16.0,

untuk melihat normalitas, homogenitas varians, peningkatan kemampuan kognitif.

1. Analisis Peningkatan Kemampuan kognitif

a. Penskoran

Skor yang diberikan untuk jawaban benar adalah 1, sedangkan untuk jawaban

salah adalah 0. Skor total dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok

dengan kunci jawaban.

b. Menghitung rata-rata (mean) skor pretest dan posttest

Nilai rata-rata (mean) dari skor tes kemampuan kognitif sifat mekanik bahan

(25)

� = ΣX (3.4)

Dengan :

: nilai rata-rata skor pretest maupun posttest

X : skor tes yang diperoleh setiap siswa

N : banyaknya data

c. Menghitung Gain skor pretest dan posttest

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan

gain yang dinormalisasi dengan rumus Hake (1998):

pre

Smaks : Skor maksimum ideal

Tabel 3.6

Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

(Hake, 1998)

Sedangkan efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari perbandingan nilai

< �> kelas eksperimen yang menggunakan konstruktivisme berbantuan

multimedia dan kelas kontrol yang menggunakan konstruktivisme. Suatu

pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan <� > lebih tinggi

dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006).

d. Uji Statistik

Tahapan-tahapan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji

statistik dilakukan sebagai berikut:

1) Uji normalitas data tes awal, tes akhir, dan skor N-gain kemampuan kognitif

(26)

Kolmogorov-Smirnov (Uyanto, 2009). Normalnya distribusi data dapat

diketahui dari nilai signifikan (2-tailed) output SPSS, jika lebih besar dari

�= 0,05 maka data terdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene pada taraf

signifikan � = 0,05. Uji ini didasarkan pada rumus statistik yaitu uji statistik

F (Ruseffendi, 1998) yaitu:

� =

2

2 dengan S

2

= varians (3.6)

Homogenitas data dapat diketahui dari nilai signifikan (2-tailed) output SPSS,

jika lebih besar dari � = 0,05 maka data homogen atau varian sama (Uyanto,

2009).

3) Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yang berkaitan dengan kemampuan kognitif

adalah:

Ho: � =� : Tidak ada perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan

kognitif antara kedua kelompok.

Ha : � ≠ � : Terdapat perbedaaan peningkatan yang signifikan kemampuan

kognitif antara kedua kelompok. � = Rata-rata kelompok eksperimen � = Rata-rata kelompok kontrol

Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata peningkatan

kemampuan kognitif dilakukan dengan analisis secara statistik. Pengujian

hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t dua ekor (2-tailed) dengan taraf signifikan α = 0,05 (Sugiyono, 2008). Jika data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji statistik dengan rumus:

(27)

Keterangan:

= rata-rata gain kelompok eksperimen = rata-rata gain kelompok kontrol nx = jumlah sampel kelompok eksperimen tidak terdistribusi normal maka digunakan uji non parametrik.

2. Analisis gaya berpikir Kreatif-Kritis

Data diperoleh dengan memberikan skor pada setiap pilihan jawaban

siswa sesuai dengan kunci penilaian Ykreatif-Kritis sebagai berikut:

(28)

B 9 B 1 B 9 B 9 Kriteria penilaian untuk item 34

 Jawaban dinilai jika relevan, bermakna dan bermanfaat Jawaban tidak dinilai jika:

 Jawaban independen dari objek

 Jawaban adalah sebuah abstraksi yang bermakna

 Jawaban adalah salinan

 Jawaban tidak mungkin diuraikan

Tambahkan jumlah poin di dalam lingkaran (poin total), dan kemudian bagilah

poin total dengan jumlah lingkaran. (Bukan jumlah item yang dijawab)

= �

ℎ � (3.7)

Kemudian dilihat pada indikator penskoran Ykreatif-Kritis sesuai dengan nilai

(29)

3. Analisis Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konstruktivisme

berbantuan Multimedia

Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran konstruktivisme

berbantuan multimedia merupakan data yang diambil dari observasi yang terdiri

atas dua jenis data yaitu data keterlaksanaan model pembelajaran konstruktivisme

berbantuan multimedia oleh guru dan data keterlaksanaan model pembelajaran

konstruktivisme berbantuan multimedia oleh siswa. Analisis data dilakukan

dengan cara mencari persentase keterlaksanaan model pembelajaran

konstruktivisme berbantuan multimedia oleh guru dan siswa. Adapun

langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan:

1. Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format

keterlaksanaan model pembelajaran.

2. Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan persamaan berikut:

% = ℎ �

ℎ ℎ � 100% (3.8)

Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model pembelajaran

konstruktivisme berbantuan multimedia yang dilakukan oleh guru dan siswa,

dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7.

Kriteria Keterlaksanaan Model

KM (%) Kriteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana

0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

4. Analisis Skala Sikap Tanggapan Siswa

Analisis tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran yang

(30)

pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan, yang dianalisis dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah jawaban “SS” dan “S” atau “TS” dan “STS” yang

observer isi pada format skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran.

2. Melakukan perhitungan persentase skala sikap tanggapan siswa terhadap

pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:

% �� = � ( / ) ( / )

ℎ 100%

(3.9)

tahui kategori Skala Sikap model pembelajaran konstruktivisme

berbantuan multimedia, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8.

Kriteria Skala Sikap Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran

Tanggapan Siswa

(%) Kriteria

TS = 0 Tak satu responden

0 < TS < 25 Sebagian kecil responden

25 < TS < 50 Hampir setengah responden

TS = 50 Setengah responden

50 < T S< 75 Sebagian besar responden

75 < T S< 100 Hampir seluruh responden

TS = 100 Seluruh responden

H. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen

Uji coba tes dilakukan pada siswa SMK kelas XI di salah satu sekolah di

Pekanbaru. Soal tes kemampuan kognitif yang di ujicobakan berjumlah 36 butir

soal dalam bentuk pilihan ganda. Data hasil ujicoba instrumen tes kemudian di

analisis untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes di pakai dalam

penelitian. Adapun analisis tes yang dilakukan antara lain: analisis tingkat

kesukaran butir soal, analisis daya pembeda butir soal dan analisis reliabilitas tes

kemampuan kognitif.

Data hasil ujicoba instrumen tes kemampuan kognitif yang telah dianalisis

dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut. Rekapitulasi hasil ujicoba tes kemampuan

(31)

Tabel 3.9.

Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Kognitif

No

2. Cukup Sedang Digunakan

3. Jelek Mudah Tidak Digunakan

4. Cukup Sedang Digunakan

5. Baik Sedang Digunakan

6. Cukup Sedang Digunakan

7. Jelek Sedang Tidak Digunakan

8. Cukup Sedang Digunakan

9. Jelek Sedang Tidak Digunakan

10. Cukup Sedang Digunakan

11. Jelek Mudah Tidak Digunakan

12. Cukup Sedang Digunakan

13. Baik Sedang Digunakan

14. Cukup Sedang Digunakan

15. Cukup Sedang Digunakan

16. Baik Sedang Digunakan

17. Jelek Mudah Tidak Digunakan

18. Cukup Mudah Digunakan

19. Tidak baik Sukar Tidak Digunakan

20. Cukup Mudah Digunakan

21. Cukup Sedang Digunakan

22. Jelek Sedang Tidak Digunakan

23. Cukup Sedang Digunakan

24. Jelek Sedang Tidak Digunakan

25. Cukup Sedang Digunakan

26. Tidak baik Sukar Tidak Digunakan

27. Cukup Sedang Digunakan

28. Jelek Sedang Tidak Digunakan

29. Cukup Sukar Digunakan

30. Cukup Sedang Digunakan

31. Jelek Sedang Tidak Digunakan

32. Cukup Sukar Digunakan

33. Jelek Sukar Tidak Digunakan

34. Cukup Sedang Digunakan

35. Jelek Sukar Tidak Digunakan

(32)

Ujicoba pertama dan ujicoba kedua tes kemampuan kognitif tentang

konsep sifat mekanik bahan yang terdiri dari 36 butir soal yang berbentuk pilihan

ganda. Berdasarkan analisis item soal maka diperoleh 11 soal yang memiliki daya

pembeda dengan kriteria jelek, dua soal dengan daya pembeda dengan kriteria

tidak baik sehingga tidak digunakan. Berdasarkan tingkat kesukaran terdapat 6

soal kategori mudah, 23 soal kategori sedang, dan 7 soal kategori sukar, sehingga

setelah ujicoba pertama dan ujicoba kedua tes kemampuan kognitif terdapat 13

soal yang dibuang yaitu, soal No 3, 7, 9, 11, 17, 19, 22, 24, 26, 28, 31, 33 dan 35.

Jumlah soa tes kemampuan kognitif yang digunakan untuk pretest dan postest

berjumlah 23 soal dan meliputi aspek pengatahuan (C1) sebanyak tiga soal, aspek

pemahaman (C2) sebanyak 10 soal, aspek (C3) sebanyak tujuh soal, dan aspek

analisis (C4) sebanyak tiga soal.

Reliabelitas instrumen tes kemampuan kognitif konsep sifat mekanik

bahan diperoleh dengan menghitung koefesien korelasi antara ujicoba pertama

dan ujicoba kedua yang menghasilkan rXY sebesar 0,93 pada kriteria sangat tinggi.

Berdasarkan koefesien korelasi positif maka tes kemampuan kognitif dinyatakan

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah

dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Penerapan model pembelajaran konstruktivisme menggunakan media

simulasi virtual lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif

dibandingkan dengan pembelajaran konstruktivisme tanpa menggunakan

media simulasi virtual.

2. Peningkatan kemampuan kognitif siswa dikaitkan dengan profil gaya

berpikirnya menunjukkan bahwa, siswa yang memiliki gaya berpikir kreatif

meningkat sebesar 0.54, siswa yang memiliki gaya berpikir seimbang

meningkat sebesar 0.55, dan siswa yang memiliki gaya berpikir kritis

meningkat sebesar 0.52. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan

kognitif siswa yang signifikan dikaitkan dengan gaya berpikirnya.

3. Skala sikap tanggapan siswa terhadap model pembelajaran konstruktivisme

menggunakan media simulasi virtual menunjukkan bahwa model

pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual

membantu siswa dalam memahami materi pelajaran, menyenangkan, dan

meningkatkan rasa ingin tahu, serta tes kemampuan kognitif yang digunakan

sesuai dengan materi dalam kegiatan pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang efektifitas model

pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual dalam

pembelajaran sifat mekanik bahan untuk meningkatkan kemampuan kognitif

dikaitkan dengan gaya berpikir siswa SMK, peneliti menyarankan hal-hal sebagai

(34)

1. Waktu yang digunakan untuk melakukan tahap III yaitu restrukturisasi ide

selalu melampaui batas waktu yang ditentukan di dalam rencana

pembelajaran. Hal ini karena banyaknya waktu yang terpakai untuk

melakukan penyelidikan sekaligus menganalisis data yang dibantu dengan

LKS. Oleh karena itu, dalam menggunakan pembelajaran konstruktivisme

menggunakan media simulasi virtual, guru mesti menguasai strategi-strategi

yang dapat menggunakan waktu sesuai dengan yang telah direncanakan,

misalnya dengan memberi tahu batas waktu yang dimiliki siswa di awal

setiap kegiatan siswa.

2. LKS yang digunakan siswa dalam penelitian ini memuat banyak pertanyaan

dan menuntut siswa untuk mampu membuat grafik dan menafsirkannya. Oleh

karena itu, diharapkan dalam menggunakan LKS ini, guru harus yakin bahwa

siswanya telah menguasai keterampilan membuat grafik dan menafsirkannya.

3. Tes gaya berpikir yang digunakan dalam penelitian adalah gaya berpikir

kreatif-kritis yang dikembangkan oleh Yanpiaw, tes ini diberikan setelah

pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual untuk

menggambarkan profil gaya berpikir siswa secara psikologi. Untuk penelitian

selanjutnya, peneliti menyarankan untuk mengembangkan suatu tes gaya

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assesing, a revision of Bloom’s taxonomy of educational objective. New York: Longman.

Arend, R.I. (2004). Learning to Teach. New York: McGraw-Hill

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arnyana, B. P. I. (2006). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA.

Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. (3), 496-515

Arsyad, N. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta; PT. Grafindo

Awusu, J A. (2001). Constructitivism; An Alternate Approach to Teaching and

Learning. Rhodes University

Dahar, R.W. (1998). Teori-teori Belajar. Jakarta. Depdikbud-Dirjen Dikti.

Darmawan, D, (2012). Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknolgi

Multimedia dan Pembelajaran Online. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Davis, B. (1991). Teaching with Media, a papaer presented at thecnology and education confrence in Athens, Greece.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional

Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evaluate Research

in Education (seventh ed.). Singapura: McGraw-Hill Book Co

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.

(36)

Hendriana, H. (2009). Pembelajaran Dengan Pendekatan Methaporichal

Thinking Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Menengah

Pertama. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Holzer, M & Raul, H.A (2000). Experiential Learning in Mechanics with

Multimedia. Internatioanal Journal Engng Education Vol. 16 N0. 5.

Printed in Great Britain

Ibrahim, M dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.

Ismienar, S, Andriati H dan Vidia S. (2009). Thinking. [Online]. Tersedia:

http://psikologi.or.id [20 Juli 2012]

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX

Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2001-2002.Bandung : FMIPA UPI

Margendoller, J.R, Maxwell, N.L, dan Bellisimo, Y. (2006). The Effectivenes of Problem-Based Instruction: A Comperative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics. The Interdisciplinary Journal of

Problem-based Learning, Volume 1 No 2. Tersedia:

http://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1026&context=ijpbl [4 Juli 2012]

Marie, J. (2009). Gaya berpikir. [online]. Tersedia:

http://gifted-disinkroni.com/gaya-berpikir.pdf. [12 Juli 2012]

Munandar, S.C.U(1999), Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan

Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta: PT Gramedia

________. (2002) Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: Gramedia

Munir. (2001). Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar.

Jurnal Pendidikan No. 3 Tahun XX 2001.

Ormrod, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan

Berkembang (jilid 1). Jakarta: Erlangga

Poedjiadi, A.(2002). Konstruktivisme dan Pendekatan STM (Sebuah Alternatif

Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi). Makalah pada

(37)

Riyanto, Y. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai referensi bagi

Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Rohaeti, E.E. (2008). Pembelajaran dengan Pendekatan Eksplorasi Untuk

Mengembangkan kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana

UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Rosadi, I. (2006). Penggunaan Multimedia Pada Pembelajaran Konsep

Reaksi Oksidasi Reduksi dengan Model Inkuiri Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa. Tesis Magister Program Studi

Pendidikan IPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sagala. (2004). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Topik Koloid

Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis, Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sma. Tesis Magister Program

Studi Pendidikan IPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Salmiyati. (2005). Implementasi Teknologi Multimedia Interaktif Dalam

Pembelajaran Konsep Sistem Saraf Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Retensi Siswa. Tesis Magister Program Studi IPA UPI Bandung.

Tidak diterbitkan

Santoso, H. (2007). Pembelajaran Konstruktivisme untuk meningkatkan

kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. [Online}.Tersedia:

www.ummetro.ac.id/file_jurnal/6.Handoko Santoso UM Metro.pdf.

[11Agustus 2012]

Soenarto, S. (2011). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Cara Berpikir

Terhadap Hasil Belajar Fisika. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,

Pendidikan dan Penerapan MIPA. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/...FISIKA/.../01PFis_Sunaryo.pdf [12 Juli 2012]

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(38)

Sprinthall, Norman A. and W. Andrew Collins. (1984) Adolescent Psychology: A

Developmental View.New York: Newbery Award Records, Inc.

Thobroni, M dan Mustofa A. (2011). Belajar dan Pembelajaran Pengembangan

wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional.

Jogyakarta: Ar-ruzz Media

Uyanto S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yan Piaw, C. (2004). Creative and Critical Thinking Styles. Serdang: Universiti Putra Malaysia Press

Yeh Chuang, L, Huei Yang. C, Hong Yang, C. (2001). Development and Evaluation of A Life Sciences Multimedia Learning System .

International Journal of The Computer, The Internet and

Gambar

Gambar
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.3.  Klasifikasi Reliabilitas Tes
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Metode Model Construction Untuk Meningkatkan Kemampuan Cognitive Mapping Pada Anak Tunanetra.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

This year has marked the beginning of the third decade of SEAMOLEC’s existence as a SEAMEO centre focuses in online and distance learning� In 2017 SEAMOLEC is celebrating its 20

Tabel 4.8 Hasil uji exact fisher beban kerja dengan stres pada analis laboratorium di Rumah Sakit Umum Haji Medan tahun 2016 ...39.. Kuesioner Sebelum Uji Validitas

Tanaman anggrek di Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk.. dibudidayakan

Melakukan kegiatan pendahuluan lapangan pada SPM negeri yang dijadikan tempat penelitian di kabupaten kepulauan Yapen Serui Papua terdapat: (1) desain dan pelaksanaan

Dalam pengamanan proses komunikasi data tidak lepas dari peranan kriptografi.Kriptografi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari keamanan dalam proses komunikasi

Besar kecilnya penerimaan dalam usahatani diperoleh petani dari

Untuk itu kepala sekolah perlu memberikan motivasi untuk meningkatkan pelajarannya, guru dirangsang agar senantiasa dapat mengembangkan kemampuan dala proses