DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMAKASIH ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Hipotesis Penelitian ... 8
G. Definisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Konstruktivisme ... 10
B. Media Simulasi Virtual dalam Pembelajaran ... 13
C. Model Pembelajaran Konstruktivisme menggunakan Media Simulasi Virtual ... 17
D. Kemampuan Kognitif ... 19
E. Gaya Berpikir Kreatif-Kritis ... 20
F. Materi Sifat Mekanik Bahan ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 38
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 39
C. Alur Penelitian ... 40
D. Instrumen Penelitian ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 42
F. Teknik Analisis Tes... 43
G. Teknik Analisis Data ... 46
H. Hasil Uji Coba Instrumen... 52
B. Hasil Penelitian ... 60
1. Peningkatan Kemampuan Kognitif ... 60
2. Profil Kemampuan Kognitif dikaitkan dengan Gaya Berpikir Siswa ... 67
a. Hasil Tes Gaya Berpikir Kreatif-Kritis ... 67
b. Peningkatan Kemampuan Kognitif dikaitkan dengan Gaya Berpikir ... 68
3. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Konstruktivisme menggunakan Media Simulasi Virtual ... 69
C. Pembahasan ... 71
1. Peningkatan Kemampuan Kognitif ... 71
2. Profil Gaya Berpikir ... 76
a. Gaya Berpikir yang dimiliki Siswa ... 76
b. Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa dikaitkan dengan Gaya Berpikirnya ... 79
3. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Konstruktivisme menggunakan Media Simulasi Virtual ... 81
4. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Konstruktivisme Menggunakan Simulasi Virtual... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Deskripsi Penskoran Ykreatif-Kritis ... 25
2.2 Keterkaitan Tahapan Pembelajaran Konstruktivisme menggunakan Media Simulasi Virtual dengan kemampuan kognitif... 27
2.3 Materi Pelajaran dan Alokasi Waktu Setiap Pertemuan ... 29
2.4 Modulus Elastis Berbagai Zat ... 34
3.1 Desain Penelitian ... 38
3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.3 Klasifikasi Reliabilitas Tes ... 44
3.4 Kriteria Indeks Kesukaran ... 45
3.5 Kriteria daya Pembeda ... 46
3.6 Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi ... 47
3.7 Kriteria Keterlaksanaan Model ... 51
3.9 Kriteria Skala Sikap Tanggapan Siswa ... 52
3.9 Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Kognitif ... 53
4.1 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konstruktivisme menggunakan Media Simulasi Virtual oleh Guru ... 56
4.2 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konstruktivisme menggunakan Media Simulasi Virtual oleh Siswa ... 57
4.3 Deskripsi Kemampuan Kognitif Sifat Mekanik Bahan Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 60
4.4 Hasil Uji Normalitas Data Keseluruhan ... 64
4.5 Hasil Normalitas Data Setiap Aspek Kemampuan Kognitif ... 65
4.6 Hasil Uji Homogenitas Data Keseluruhan ... 65
4.8 Efektifitas Model Pembelajaran Konstruktivisme Menggunakan Media Simulasi Virtual untuk setiap aspek kognitif berdasarkan uji statistik ... 66 4.9 Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa dikaitkan dengan Gaya Berpikir
Siswa Kelas Eksperimen ... 68
4.10 Uji Kruskal-Wallis Peningkatan Kemampuan Kognitif dikaitkan dengan Gaya Berpikir Siswa ... 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Indikator Penskoran Ykreatif-Kritis ... 25
2.2 Tiga Jenis Perubahan Bentuk ... 31
2.3 Karet Mengalami Regangan ... 31
2.4 Grafik Tegangan Terhadap Regangan ... 33
2.5 Skema Pertambahan Panjang Pegas ... 34
2.6 Grafik Pertambahan Panjang Terhadap Gaya ... 35
2.7 Grafik Hubungan F terhadap Δx ... 35
2.8 Susunan Pegas secara Seri ... 36
2.9 Susunan Pegas Secara Paralel ... 36
3.1 Alur Penelitian ... 38
4.1 Presentase perbandingan persentase skor rata-rata Pretest, Posttest dan N-gain Kemampuan Kognitif pada Kedua Kelas ... 62
4.2 Grafik Perbandingan Skor Rata-rata N-Gain untuk tiap Jenis Aspek Kemampuan Kognitif ... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 90
Lampiran B : Analisis Ujicoba Instrumen ... 164
Lampiran C : Instrumen Penelitian ... 167
Lampiran D : Analisis Hasil Penelitian ... 234
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Fisika sebagai bagian dari pembelajaran IPA di jenjang pendidikan dasar
dan pendidikan menengah yang tercantum dalam Peraturan Menteri Nomor 23
tahun 2006, menyebutkan standar kompetensi lulusan yang bertujuan agar siswa
dapat menggunakan IPA sebagai cara bernalar (berpikir logis, kritis, sistematis
dan objektif) yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah, baik masalah
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan.
Pendidikan merupakan sarana bagi siswa untuk belajar berpikir agar dalam
kehidupan nyata dapat menerapkan kemampuan berpikir sehingga dapat menjadi
sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas. Dengan demikian,
pembelajaran sains dapat dijadikan sebagai wahana untuk mengembangkan
keterampilan berpikir siswa. Salah satu keterampilan berpikir yang perlu untuk
dikembangkan adalah keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Kedua jenis
berpikir ini disebut juga sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi (Liliasari,
2002).
Keterampilan berpikir siswa ini sangat berkaitan dengan dengan gaya
berpikirnya. Menurut Ormrod (2008), Gaya berpikir adalah cara khas yang
digunakan siswa untuk memikirkan suatu tugas dan memproses informasi baru.
Sementara itu menurut Kogan (dalam Soenarto, 2011) menjelaskan bahwa gaya
berpikir merefleksikan perbedaan individu dalam cara memperhatikan, menerima,
mengingat dan berpikir.
Kedudukan gaya berpikir dalam proses pembelajaran tidak dapat
diabaikan. Hal ini sesuai dengan pandangan Reigeluth (1987) bahwa dalam
variabel pengajaran, gaya berpikir merupakan salah satu karakteristik siswa yang
masuk dalam variabel kondisi pembelajaran, disamping karakteristik siswa
Sebagai salah satu karakteristik siswa, kedudukan gaya berpikir dalam proses
pembelajaran penting diperhatikan guru atau perancang pembelajaran, sebab
rancangan pembelajaran yang diusung dengan mempertimbangkan gaya berpikir
berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan
potensi yang dimiliki siswa. Dengan rancangan seperti ini, suasana belajar akan
tercipta dengan baik karena pembelajaran tidak terkesan mengintervensi hak
siswa. Selain itu, pembelajaran yang disesuaikan dengan proses berpikir atau
perkembangan berpikir siswa. Oleh karena itu pengetahuan tentang gaya berpikir
sangat dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi pembelajaran,
tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya
interaksi dari faktor gaya berpikir, tujuan, materi, serta metode pembelajaran,
hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin. Hal ini sesuai dengan
pendapat beberapa pakar yang menyatakan bahwa jenis strategi pembelajaran
tertentu memerlukan gaya belajar tertentu.
Gaya berpikir kreatif dan kritis termasuk pada gaya berpikir yang terarah,
yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada
sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahan masalah. Perbedaan dalam cara
berpikir dan memecahkan masalah merupakan hal yang nyata dan penting.
Perbedaan itu dapat disebabkan oleh pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi
berhubungan dengan kemampuan intelektual seseorang. Namun, jelas bahwa
proses keseluruhan dari pendidikan formal dan informal sangat mempengaruhi
gaya berpikir seseorang dikemudian hari, disamping mempengaruhi pula mutu
pemikirannya (Leavit dalam Ismienar dkk, 2009). Dengan demikian penerapan
strategi dan metode dalam kegiatan pembelajaran secara kontinu, akan memberi
kontribusi terhadap cara berpikir siswa dalam memproses informasi dan
menyelesaikan tugas.
Selanjutnya, Yanpiaw (2004) membagi gaya berpikir menjadi lima kategori
yaitu gaya berpikir kreatif superior, gaya berpikir kreatif, gaya berpikir seimbang,
gaya berpikir kritis, gaya berpikir kritis superior. Gaya berpikir tersebut memiliki
masalah. Gaya berpikir kreatif perlu meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya
agar dapat mengatasi masalah, sedangkan seseorang yang memiliki gaya berpikir
kritis perlu mempertajam kemampuan berpikir kreatifnya untuk menghasilkan
ide-ide unik di dalam situasi penyelesaian masalah (Filsaime, 2008)
Namun, ironisnya pembelajaran yang terjadi saat ini di sekolah-sekolah,
masih banyak yang semata berorientasi pada upaya mengembangkan dan menguji
daya ingat siswa sehingga kemampuan berpikir siswa direduksi dan sekedar
dipahami sebagai kemampuan untuk mengingat. Hal ini mendukung penemuan Rofi’udin (dalam Arnyana, 2006) menyatakan bahwa terjadi keluhan tentang rendahnya kemampuan berpikir kritis-kreatif yang dimiliki oleh lulusan
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi karena pendidikan berpikir belum
ditangani dengan baik. Model pendidikan seperti itu jika dipertahankan hanya berfungsi “membunuh” keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa karena hanya mengedepankan aspek kognitif yang rendah.
Berdasarkan observasi di dalam kelas tampak hal-hal berikut: (1) pertanyaan
yang diajukan kepada siswa masih pada tingkat kognitif yang rendah (aspek
ingatan) (2) hanya satu atau dua orang dari 32 siswa yang memberikan respon
ketika diberi kesempatan untuk bertanya dan hanya tiga sampai empat siswa yang
dapat menjawab pertanyaan dari guru, (3) jawaban yang disampaikan oleh siswa
masih textbook dan tidak variatif (seragam), sebagian siswa tidak dapat
memberikan alasan terhadap jawaban yang disampaikan.
Hasil studi kepustakaan dokumen yang dimiliki guru fisika menunjukkan
bahwa sangat sedikit indikator keterampilan berpikir kritis yang muncul dalam
indikator hasil belajar. Selanjutnya analisis terhadap tes sumatif semester
sebelumnya menunjukkan bahwa sebagian besar tes ternyata hanya mengukur
keterampilan tingkat rendah yang berbentuk pilihan ganda yang sebagian besar di
ambil dari buku-buku fisika yang ada di pasaran. Selain itu, siswa juga tidak
dibekali LKS berbasis inkuiri ilmiah yang diyakini dapat membantu siswa untuk
mengembangkan keterampilan berpikirnya. Hal ini juga disebabkan adanya
keterbatasan guru untuk mengajak siswa melaksanakan kerja ilmiah dikarenakan
tersebut menunjukkan bahwa temuan-temuan di atas dapat menghambat
berkembangnya keterampilan berpikir khususnya berpikir kritis dan kreatifnya,
karena salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa adalah memulai pembelajaran
dengan mengajukan suatu masalah yang merangsang siswa untuk berpikir dan
mendorong siswa untuk mengajukan gagasan atau pendapat melalui
brainstroming.
Proses pembelajaran seperti ini belum mampu menumbuhkan kebiasaan
berpikir kreatif dan kritis. Selain itu, proses pembelajaran fisika sangat
membosankan bagi siswa sehingga berdampak terhadap kemampuan kognitif
siswa yang rata-rata masih menguasai 60% dari materi fisika yang harus dicapai
siswa. Berdasarkan tes yang diberikan pada siswa, aspek aplikasi (C3) dan aspek
analisis (C4) masih rendah, hal ini dimungkinkan karena aspek pengetahuan (C1)
dan aspek memahami (C2) juga lemah sehingga kemampuan kognitif perlu
dikembangkan.
Menurut Rohaeti (2008), siswa cenderung hanya menghafalkan sejumlah
rumus, perhitungan dan langkah-langkah penyelesaian soal yang telah dikerjakan
guru atau yang ada dalam buku teks. Hal senada juga disampaikan oleh Hendriana
(2009) mengatakan bahwa siswa hanya mencontoh dan mencatat bagaimana cara
menyelesaikan soal yang telah dikerjakan gurunya. Jika mereka diberikan soal
yang berbeda dengan soal latihan, maka mereka bingung harus memulai darimana
mereka bekerja. Hal ini menunjukkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa
tidak berkembang secara optimal.
Berdasarkan analisis kondisi tersebut, maka dibutuhkan suatu model
pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan menjadi pemikir yang baik, yang mampu memberikan banyak
alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan. Tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Hal tersebut
dikarenakan pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, bersifat
Keaktifan siswa ini dapat terwujud dengan mengikuti setiap tahap
pembelajaran dengan interaksi dalam proses pembelajaran, mengajukan cara-cara
penyelesaian dari suatu masalah yang diberikan dan melakukan observasi melalui
demonstrasi dan praktikum. Melalui keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran
fisika diharapkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dapat terlatih
dengan baik dan pada akhirnya akan berpengaruh pada peningkatan kemampuan
kognitifnya.
Beberapa hasil penelitian terdahulu telah membuktikan keefektifan
penerapan model pembelajaran kontruktivisme dalam pembelajaran fisika
diantaranya adalah Nurhartati (2011), menunjukkan bahwa pembelajaran
konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa. Hasil
penelitian lain, Nurjannah (2011) bahwa terdapat peningkatan keterampilan
berpikir rasional dan prestasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran
konstruktivisme dan terdapat hubungan signifikan antara peningkatan
keterampilan berpikir rasional dengan peningkatan prestasi belajar siswa setelah
penerapan model pembelajaran konstruktivisme.
Dalam penelitian ini, tidak hanya model pembelajaran konstruktivisme
saja yang digunakan, namun penulis juga memadukannya dengan media simulasi
virtual, karena media pembelajaran juga dapat menentukan kemampuan kognitif
siswa tentang konsep-konsep fisika yang sedang dipelajari. Beberapa keunggulan
pembelajaran berbasis media simulasi virtual diantaranya adalah adanya
keterlibatan organ tubuh seperti telinga (audio), mata (visual), dan tangan
(kinetik). Keterlibatan berbagai organ ini membuat informasi lebih mudah
dimengerti (Arsyad, 2004). Oleh karena itu hasil belajar dan keterampilan
berpikir siswa akan lebih optimal
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas model pembelajaran
konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual pada pembelajaran sifat
mekanik bahan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dikaitkan dengan gaya
diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran, mengungkapkan
gagasan-gagasannya, perolehan informasi, merespon permasalahan yang
diberikan dan dapat menberikan pengalaman langsung kepada siswa sehingga
dapat mengembangkan keterampilan berpikirnya dan kemampuan kognitif siswa.
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan model
pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual pada
pembelajaran sifat mekanik bahan lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan
kognitif siswa SMK dibandingkan dengan penerapan pembelajaran
konstruktivisme tanpa menggunakan media simulasi virtual”. Rumusan masalah
tersebut dijabarkan dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan
pembelajaran sifat mekanik bahan melalui model pembelajaran
konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual dibandingkan dengan
siswa yang mendapatkan pembelajaran sifat mekanik bahan dengan
pembelajaran konstruktivisme tanpa menggunakan media simulasi virtual?
2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan kognitif siswa dikaitkan dengan
profil gaya berpikirnya?
3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran
konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual tentang konsep Sifat
Mekanik Bahan?
C. Pembatasan Masalah
Dengan memperhatikan aspek-aspek metodologi dan keterbatasan yang
ada pada peneliti, maka penelitian ini perlu dibatasi atau difokuskan. Maka hal-hal
yang dibatasi adalah sebagai berikut:
1. Kriteria efektivitas yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.6. Suatu
pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan < �> lebih tinggi
2. Peningkatan kemampuan kognitif siswa diukur dari peningkatan rata-rata <g>
tes awal dan akhir yang dibatasi pada aspek pengetahuan (C1), memahami
(C2), menerapkan (C3) dan menganalisis (C4) dengan materi sifat mekanik
bahan yang mencakup konsep-konsep: modulus elastisitas bahan, hukum
Hooke dan hukum Hooke untuk susunan pegas.
3. Gaya berpikir diukur dengan menggunakan tes gaya-gaya kreatif-kritis yang
dikembangkan oleh Yanpiaw untuk melihat profil gaya berpikir kreatif-kritis.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan gambaran tentang efektifitas penerapan model pembelajaran
konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual dalam meningkatkan
kemampuan kognitif dibandingkan dengan penerapan pembelajaran
konstruktivisme tanpa menggunakan media simulasi virtual.
2. Mendapatkan gmbaran profil kemampuan kognitif siswa yang dikaitkan
dengan gaya berpikirnya?
3. Mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa terhadap penerapan model
pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual pada
pembelajarn fisika materi sifat mekanik bahan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris tentang efektifitas
pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual dalam
meningkatan kemampuan kognitif, dan melihat sebaran gaya berpikir siswa SMK
pada pembelajaran fisika, yang nantinya dapat memperkaya hasil-hasil penelitian
sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai
pihak yang berkepentingan untuk berbagai kepentingan, seperti: guru-guru
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini untuk peningkatan
kemampuan kognitif dan perbedaan gaya berpikir siswa adalah:
Ho1 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif yang signifikan
antara siswa yang mendapatkan pembelajaran sifat mekanik bahan dengan
model konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual dengan siswa
yang mendapatkan pembelajaran konstruktivisme tanpa menggunakan
media simulasi virtual (µA1 = µA2).
Ha1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif yang signifikan antara
siswa yang mendapatkan pembelajaran sifat mekanik bahan dengan model
konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual dengan siswa yang
mendapatkan pembelajaran konstruktivisme tanpa menggunakan media
simulasi virtual (µA1≠ µA2).
G. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual
adalah suatu model pembelajaran yang menekankan siswa membina sendiri
pengetahuan atau konsep secara aktif yang memiliki langkah-langkah sebagai
berikut: diawali dengan tahap orientasi dan elisitasi yag bertujuan untuk
memotivasi siswa dan menggali konsepsi awal siswa, dilanjutkan dengan
kegiatan restrukturisasi ide untuk membangun suatu pengetahuan melalui
kegiatan eksperimen dengan menggunakan media simulasi virtual, kemudian
diakhiri dengan kegiatan aplikasi ide dan review. Posisi media simulasi
virtual di dalam model pembelajaran ini sebagai alat bantu bagi guru dan
siswa dalam kegiatan eksperimen, akibat alat praktikum fisika di sekolah
yang tidak memadai. Untuk melihat keterlaksanaan proses pembelajaran
konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual maka penelitian ini
dilengkapi dengan lembar observasi.
2. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir/bernalar yang berkaitan
dengan pemerolehan pengetahuan dan penalaran. Aspek kemampuan kognitif
(C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Pada penelitian ini,
aspek kemampuan kognitif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran di ukur
dengan tes kemampuan kognitif yang berbentuk tes tertulis jenis pilihan
ganda.
3. Profil gaya berpikir diukur dengan menggunakan tes tertulis yang disebut
sebagai tes gaya-gaya Kreatif-Kritis Yanpiaw untuk melihat gaya berpikir
siswa (Filsaime, 2008). Dengan menjawab soal-soalnya sesuai dengan
instruksi yang diberikan, setiap item yang dipilih akan memberikan penilaian
berbeda-beda. Nilai yang didapat dari hasil tes akan menunjukkan gaya
berpikir kreatif atau kritis siswa yang menggambarkan gaya berpikir siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan model
pembelajaran kontruktivisme berbantuan multimedia dalam pembelajaran fisika
terhadap kemampuan kognitif dan gaya berpikir kreatif-kritis siswa, sehingga
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experiment.
Untuk mendapatkan gambaran peningkatan kemampuan kognitif digunakan desain “the randomized pretest-postest control group design” (Fraenkel, 2007). Desain ini menggunakan dua kelompok yaitu satu kelompok eksperimen dan satu
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran
konstruktivisme berbantuan multimedia dan kelompok kontrol dengan
pembelajaran konstruktivisme. Terhadap dua kelompok dilakukan tes awal dan
tes akhir untuk melihat peningkatan kemampuan kognitif sebelum dan setelah
pembelajaran. Sedangkan untuk mengetahui gambaran gaya berpikir kreatif-kritis
siswa setelah pembelajaran hanya diberikan tes akhir. Desain ditunjukkan pada
Tabel 3.1
Tabel 3.1 Design Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen O1 X1 O1O2
Kontrol O1 X2 O1
Keterangan:
X1 = Pembelajaran konstruktivisme berbantuan mutimedia X2 = Pembelajaran konstruktivisme
B. Populasi dan Sampel Penelitan
1. Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X di SMK Negeri Pertanian
Terpadu Provinsi Riau semester dua tahun pelajaran 2011/2012, yang terdiri atas
tujuh kelas.
2. Sampel penelitian
Sampel penelitian terdiri atas dua kelas penelitian, masing-masing sebagai
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih secara cluster-random sampling.
Kelas eksperimen berjumlah 34 orang siswa dan kelas kontrol berjumlah 34 orang
siswa.
Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-turut hanya 28 orang dan
23 orang siswa yang mengikuti prosedur penelitian yang meliputi tes awal
(pretest), perlakuan (treatment) dan tes akhir (postest). Sehingga hanya 28 orang
C. Alur Penelitian
Secara garis besar, langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini dapat
digambarkan dalam bagan alur berikut:
Gambar 3.1. Alur Penelitian Studi Pendahuluan
Validasi,Uji Coba, Revisi
Tes Awal
(pretest)
Pembelajaran Konstruktivisme yang berbantuan multimedia Pembelajaran Konstruktivisme Tes Akhir dan tes
gaya berpikir
Angket Tanggapan Siswa
Observasi Keterlaksanaan Model Pengolahan dan
Analisis Data Penyusunan Instrumen
1. Tes Kemampuan kognitif 2. Tes gaya –gaya berfikir
Kreatif-kritis
3. Angket Siswa dan Guru 4. Pedoman Observasi
Studi Literatur: Model Pembelajaran Konstruktivisme, multimedia, kemampuan kognitif dan Keterampilan Berfikir Kreatif
Penyusunan Rencana Pembelajaran Konstruktivisme yang dibantu multimedia pada materi subyek Sifat Mekanik Bahan Perumusan Masalah
Kesimpulan
D. Instrumen Penelitian
1. Tes Kemampuan kognitif sifat mekanik bahan
Instrumen tes kemampuan kognitif digunakan untuk menentukan
kemampuan kognitif siswa sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) diberikan
pembelajaran baik pada siswa kelompok eksperimen dengan penerapan model
pembelajaran kontruktivisme berbantuan multimedia maupun pada siswa
kelompok kontrol dengan pembelajaran konstruktivisme. Instrumen tes
kemampuan kognitif yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan
ganda yang penyusunannya berdasarkan indikator pembelajaran yang hendak
dicapai pada KTSP. Indikator kemampuan kognitif pada penelitian ini didasarkan
pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi pada tingkatan domain
pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4). Butir soal tes kemampuan
kognitif dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dinilai oleh pakar, dan
diujicobakan. Untuk kisi-kisi tes dan soal tes kemampuan kognitif secara
keseluruhan tertera pada lampiran C.
2. Tes Gaya-gaya Berpikir Kreatif-Kritis
Instrumen tes gaya-gaya kreatif-kritis dikembangkan berdasarkan pada
teori-teori dan fakta-fakta dari studi-studi penelitian berpikir kreatif dan kritis
(Filsaime, 2008). Tes ini memiliki 34 item soal, masing-masing item memiliki
jumlah pilihan yang berbeda. Pilihan jawaban yang dipilih boleh lebih dari satu
atau tidak dipilih sama sekali pada tiap item soalnya jika pilihan yang sesuai
dengan gaya berpikir lebih dari satu atau tidak ada sama sekali. Setiap pilihan
mempunyai nilai yang berbeda. Semakin tinggi nilainya menunjukkan bahwa
pilihan itu adalah pilihan orang yang berpikir kritis, sebaliknya semakin rendah
nilainya menunjukkan bahwa pilihan tersebut adalah pilihan orang yang berpikir
kreatif. Karena jika dilihat dari penskoran Ykreatif-kritis, semakin tinggi nilainya
maka arah berpikirnya menuju ke kritis, tetapi semakin rendah nilainya maka arah
berpikirnya menuju ke kreatif. Setelah mendapatkan nilai dari jumlah nilai pilihan
dibagi dengan banyaknya pilihan atau jawaban yang dipilih dalam setiap item
Ykritis untuk mengetahui jenis gaya berpikir. Untuk soal tes gaya berpikir
kreatif-kritis secara keseluruhan tertera pada lampiran C.
3. Skala Sikap Tanggapan Siswa
Skala Sikap ini bertujuan untuk mengungkap tanggapan siswa terhadap
penggunaan multimedia di dalam pembelajaran. Skala sikap ini menggunakan
skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan
pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS). Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4,
S= 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya (Sugiyono, 2012).
4. Lembar Observasi
Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran digunakan untuk
mengamati sejauh mana tahapan pembelajaran konstruktivisme berbantuan
multimedia yang telah direncanakan terlaksana dalam proses belajar mengajar.
Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan
lembaran daftar cek.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu
melalui tes, skala sikap, dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih
dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan, dan
instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat
pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Teknik Pengumpulan Data
No Sumber Data
Jenis Data Teknik
Pengumpulan
Butir soal pilihan ganda yang memuat kemampuan kognitif siswa.
2. Siswa Gaya berpikir
kreatif-kritis setelah
Posttest Butir soal pilihan ganda yang memuat
No Sumber Data
Jenis Data Teknik
Pengumpulan
Instrumen
mendapatkan perlakuan
berpikir krestif dan kritis siswa, yang dikenal aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran sesuai dengan RPP dan LKS yang dikembangkan.
Skala Sikap Skala sikap memuat
pernyataan-pernyataan
F. Teknik Analisis Tes
Analisis instrumen meliputi perhitungan Validitas Instrumen, Reliabilitas
Instrumen, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Butir Soal. Analisis ini
bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan.
1. Validitas Instrumen
Validitas merupakan ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga mampu
mengukur apa yang harus atau hendak diukur. Uji validitas instrumen yang
digunakan adalah uji validitas isi (content validity). Uji validitas isi dilakukan
melalui pertimbangan (judgement) oleh dosen ahli dengan melihat kesesuaian
antara materi pelajaran yang diajarkan dan indikator kemampuan kognitif. Para
ahli memberikan pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Jumlah
tenaga ahli yang dimintai pertimbangannya berjumlah dua orang.
Hasil dari kedua ahli yang diminta pertimbangan (judgement) diperoleh
sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan untuk keperluan penelitian,
namun ada beberapa terkait redaksi yang perlu diperbaiki. Hasil pertimbanga
(judgement) oleh ahli untuk tes kemampuan kognitif selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran C.4
2. Reliabilitas Tes
Uji reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan soal yang
digunakan. Pengujian realibilitas dilakukan dengan teknik test-retest. Nilai
reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefesien reliabilitas. Koefisien
korelasi selalu terdapat antara –1,00 sampai +1,00. Namun karena dalam
menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh
koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan adanya hubungan
kebalikan antara dua variabel sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya
hubungan sejajar antara dua variabel (Arikunto, 2008). Teknik yang digunakan
untuk menentukan reliabelitas tes adalah dengan teknik korelasi product moment
angka kasar (Sugiyono, 2009).
0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)
0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi (baik)
0,40 < r11≤ 0,60 Cukup (sedang)
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah (kurang)
3. Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran (P) berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00. Indeks kesukaran (P:Proporsi) yang dihitung dengan rumus:
(Arikunto, 2003 : 208)
�= (3.2)
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2008).
Tabel 3.4.
Kriteria Indeks Kesukaran
Batasan Kategori
0,00 ≤ P < 0,30 Soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang 0,70 ≤ P ≤ 1,00 Soal mudah
(Arikunto, 2008)
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi (D). Perhitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan
rumus berikut:
��= − = � − � (3.3)
Keterangan:
DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB : Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PB : Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteri daya pembeda suatu tes adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2008)
Tabel 3.5
Kriteria Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek
0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali
Negatif Tidak baik, harus dibuang
(Arikunto, 2008)
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dimaksudkan untuk membuat penafsiran data yang
diperoleh dari hasil penelitian. Analisis data tersebut digunakan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan kognitif, gambaran gaya berpikir kreatif-kritis,
efektivitas pembelajaran fisika kontruktivisme berbantuan multimedia dan
tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika konstruktivisme berbantuan
multimedia. Data yang diperoleh dari skala sikap dan observasi dianalisis secara
deskriptif untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dan
melihat keterlaksanaan model serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Data
peningkatan kemampuan kognitif dianalisis dengan uji statistik. Dalam penelitian
ini analisis data statistik menggunakan program SPSS for Windows versi 16.0,
untuk melihat normalitas, homogenitas varians, peningkatan kemampuan kognitif.
1. Analisis Peningkatan Kemampuan kognitif
a. Penskoran
Skor yang diberikan untuk jawaban benar adalah 1, sedangkan untuk jawaban
salah adalah 0. Skor total dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok
dengan kunci jawaban.
b. Menghitung rata-rata (mean) skor pretest dan posttest
Nilai rata-rata (mean) dari skor tes kemampuan kognitif sifat mekanik bahan
� = ΣX (3.4)
Dengan :
� : nilai rata-rata skor pretest maupun posttest
X : skor tes yang diperoleh setiap siswa
N : banyaknya data
c. Menghitung Gain skor pretest dan posttest
Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan
gain yang dinormalisasi dengan rumus Hake (1998):
pre
Smaks : Skor maksimum ideal
Tabel 3.6
Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
(Hake, 1998)
Sedangkan efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari perbandingan nilai
< �> kelas eksperimen yang menggunakan konstruktivisme berbantuan
multimedia dan kelas kontrol yang menggunakan konstruktivisme. Suatu
pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan <� > lebih tinggi
dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006).
d. Uji Statistik
Tahapan-tahapan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji
statistik dilakukan sebagai berikut:
1) Uji normalitas data tes awal, tes akhir, dan skor N-gain kemampuan kognitif
Kolmogorov-Smirnov (Uyanto, 2009). Normalnya distribusi data dapat
diketahui dari nilai signifikan (2-tailed) output SPSS, jika lebih besar dari
�= 0,05 maka data terdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene pada taraf
signifikan � = 0,05. Uji ini didasarkan pada rumus statistik yaitu uji statistik
F (Ruseffendi, 1998) yaitu:
� =
2
2 dengan S
2
= varians (3.6)
Homogenitas data dapat diketahui dari nilai signifikan (2-tailed) output SPSS,
jika lebih besar dari � = 0,05 maka data homogen atau varian sama (Uyanto,
2009).
3) Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yang berkaitan dengan kemampuan kognitif
adalah:
Ho: � =� : Tidak ada perbedaan peningkatan yang signifikan kemampuan
kognitif antara kedua kelompok.
Ha : � ≠ � : Terdapat perbedaaan peningkatan yang signifikan kemampuan
kognitif antara kedua kelompok. � = Rata-rata kelompok eksperimen � = Rata-rata kelompok kontrol
Untuk menguji tingkat signifikansi perbedaan rerata peningkatan
kemampuan kognitif dilakukan dengan analisis secara statistik. Pengujian
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t dua ekor (2-tailed) dengan taraf signifikan α = 0,05 (Sugiyono, 2008). Jika data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji statistik dengan rumus:
Keterangan:
= rata-rata gain kelompok eksperimen = rata-rata gain kelompok kontrol nx = jumlah sampel kelompok eksperimen tidak terdistribusi normal maka digunakan uji non parametrik.
2. Analisis gaya berpikir Kreatif-Kritis
Data diperoleh dengan memberikan skor pada setiap pilihan jawaban
siswa sesuai dengan kunci penilaian Ykreatif-Kritis sebagai berikut:
B 9 B 1 B 9 B 9 Kriteria penilaian untuk item 34
Jawaban dinilai jika relevan, bermakna dan bermanfaat Jawaban tidak dinilai jika:
Jawaban independen dari objek
Jawaban adalah sebuah abstraksi yang bermakna
Jawaban adalah salinan
Jawaban tidak mungkin diuraikan
Tambahkan jumlah poin di dalam lingkaran (poin total), dan kemudian bagilah
poin total dengan jumlah lingkaran. (Bukan jumlah item yang dijawab)
= �
ℎ � (3.7)
Kemudian dilihat pada indikator penskoran Ykreatif-Kritis sesuai dengan nilai
3. Analisis Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konstruktivisme
berbantuan Multimedia
Data mengenai keterlaksanaan model pembelajaran konstruktivisme
berbantuan multimedia merupakan data yang diambil dari observasi yang terdiri
atas dua jenis data yaitu data keterlaksanaan model pembelajaran konstruktivisme
berbantuan multimedia oleh guru dan data keterlaksanaan model pembelajaran
konstruktivisme berbantuan multimedia oleh siswa. Analisis data dilakukan
dengan cara mencari persentase keterlaksanaan model pembelajaran
konstruktivisme berbantuan multimedia oleh guru dan siswa. Adapun
langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut adalah dengan:
1. Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format
keterlaksanaan model pembelajaran.
2. Melakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan persamaan berikut:
% = ℎ �
ℎ ℎ � 100% (3.8)
Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan model pembelajaran
konstruktivisme berbantuan multimedia yang dilakukan oleh guru dan siswa,
dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7.
Kriteria Keterlaksanaan Model
KM (%) Kriteria
KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana
0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana 25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana
KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana
50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana
KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
4. Analisis Skala Sikap Tanggapan Siswa
Analisis tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran yang
pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan, yang dianalisis dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menghitung jumlah jawaban “SS” dan “S” atau “TS” dan “STS” yang
observer isi pada format skala sikap tanggapan siswa terhadap pembelajaran.
2. Melakukan perhitungan persentase skala sikap tanggapan siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan persamaan berikut:
% �� = � ( / ) ( / )
ℎ 100%
(3.9)
tahui kategori Skala Sikap model pembelajaran konstruktivisme
berbantuan multimedia, dapat diinterpretasikan pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8.
Kriteria Skala Sikap Tanggapan Guru dan Siswa Terhadap Pembelajaran
Tanggapan Siswa
(%) Kriteria
TS = 0 Tak satu responden
0 < TS < 25 Sebagian kecil responden
25 < TS < 50 Hampir setengah responden
TS = 50 Setengah responden
50 < T S< 75 Sebagian besar responden
75 < T S< 100 Hampir seluruh responden
TS = 100 Seluruh responden
H. Hasil Analisis Uji Coba Instrumen
Uji coba tes dilakukan pada siswa SMK kelas XI di salah satu sekolah di
Pekanbaru. Soal tes kemampuan kognitif yang di ujicobakan berjumlah 36 butir
soal dalam bentuk pilihan ganda. Data hasil ujicoba instrumen tes kemudian di
analisis untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes di pakai dalam
penelitian. Adapun analisis tes yang dilakukan antara lain: analisis tingkat
kesukaran butir soal, analisis daya pembeda butir soal dan analisis reliabilitas tes
kemampuan kognitif.
Data hasil ujicoba instrumen tes kemampuan kognitif yang telah dianalisis
dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut. Rekapitulasi hasil ujicoba tes kemampuan
Tabel 3.9.
Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Kognitif
No
2. Cukup Sedang Digunakan
3. Jelek Mudah Tidak Digunakan
4. Cukup Sedang Digunakan
5. Baik Sedang Digunakan
6. Cukup Sedang Digunakan
7. Jelek Sedang Tidak Digunakan
8. Cukup Sedang Digunakan
9. Jelek Sedang Tidak Digunakan
10. Cukup Sedang Digunakan
11. Jelek Mudah Tidak Digunakan
12. Cukup Sedang Digunakan
13. Baik Sedang Digunakan
14. Cukup Sedang Digunakan
15. Cukup Sedang Digunakan
16. Baik Sedang Digunakan
17. Jelek Mudah Tidak Digunakan
18. Cukup Mudah Digunakan
19. Tidak baik Sukar Tidak Digunakan
20. Cukup Mudah Digunakan
21. Cukup Sedang Digunakan
22. Jelek Sedang Tidak Digunakan
23. Cukup Sedang Digunakan
24. Jelek Sedang Tidak Digunakan
25. Cukup Sedang Digunakan
26. Tidak baik Sukar Tidak Digunakan
27. Cukup Sedang Digunakan
28. Jelek Sedang Tidak Digunakan
29. Cukup Sukar Digunakan
30. Cukup Sedang Digunakan
31. Jelek Sedang Tidak Digunakan
32. Cukup Sukar Digunakan
33. Jelek Sukar Tidak Digunakan
34. Cukup Sedang Digunakan
35. Jelek Sukar Tidak Digunakan
Ujicoba pertama dan ujicoba kedua tes kemampuan kognitif tentang
konsep sifat mekanik bahan yang terdiri dari 36 butir soal yang berbentuk pilihan
ganda. Berdasarkan analisis item soal maka diperoleh 11 soal yang memiliki daya
pembeda dengan kriteria jelek, dua soal dengan daya pembeda dengan kriteria
tidak baik sehingga tidak digunakan. Berdasarkan tingkat kesukaran terdapat 6
soal kategori mudah, 23 soal kategori sedang, dan 7 soal kategori sukar, sehingga
setelah ujicoba pertama dan ujicoba kedua tes kemampuan kognitif terdapat 13
soal yang dibuang yaitu, soal No 3, 7, 9, 11, 17, 19, 22, 24, 26, 28, 31, 33 dan 35.
Jumlah soa tes kemampuan kognitif yang digunakan untuk pretest dan postest
berjumlah 23 soal dan meliputi aspek pengatahuan (C1) sebanyak tiga soal, aspek
pemahaman (C2) sebanyak 10 soal, aspek (C3) sebanyak tujuh soal, dan aspek
analisis (C4) sebanyak tiga soal.
Reliabelitas instrumen tes kemampuan kognitif konsep sifat mekanik
bahan diperoleh dengan menghitung koefesien korelasi antara ujicoba pertama
dan ujicoba kedua yang menghasilkan rXY sebesar 0,93 pada kriteria sangat tinggi.
Berdasarkan koefesien korelasi positif maka tes kemampuan kognitif dinyatakan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Penerapan model pembelajaran konstruktivisme menggunakan media
simulasi virtual lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif
dibandingkan dengan pembelajaran konstruktivisme tanpa menggunakan
media simulasi virtual.
2. Peningkatan kemampuan kognitif siswa dikaitkan dengan profil gaya
berpikirnya menunjukkan bahwa, siswa yang memiliki gaya berpikir kreatif
meningkat sebesar 0.54, siswa yang memiliki gaya berpikir seimbang
meningkat sebesar 0.55, dan siswa yang memiliki gaya berpikir kritis
meningkat sebesar 0.52. Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
kognitif siswa yang signifikan dikaitkan dengan gaya berpikirnya.
3. Skala sikap tanggapan siswa terhadap model pembelajaran konstruktivisme
menggunakan media simulasi virtual menunjukkan bahwa model
pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual
membantu siswa dalam memahami materi pelajaran, menyenangkan, dan
meningkatkan rasa ingin tahu, serta tes kemampuan kognitif yang digunakan
sesuai dengan materi dalam kegiatan pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang efektifitas model
pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual dalam
pembelajaran sifat mekanik bahan untuk meningkatkan kemampuan kognitif
dikaitkan dengan gaya berpikir siswa SMK, peneliti menyarankan hal-hal sebagai
1. Waktu yang digunakan untuk melakukan tahap III yaitu restrukturisasi ide
selalu melampaui batas waktu yang ditentukan di dalam rencana
pembelajaran. Hal ini karena banyaknya waktu yang terpakai untuk
melakukan penyelidikan sekaligus menganalisis data yang dibantu dengan
LKS. Oleh karena itu, dalam menggunakan pembelajaran konstruktivisme
menggunakan media simulasi virtual, guru mesti menguasai strategi-strategi
yang dapat menggunakan waktu sesuai dengan yang telah direncanakan,
misalnya dengan memberi tahu batas waktu yang dimiliki siswa di awal
setiap kegiatan siswa.
2. LKS yang digunakan siswa dalam penelitian ini memuat banyak pertanyaan
dan menuntut siswa untuk mampu membuat grafik dan menafsirkannya. Oleh
karena itu, diharapkan dalam menggunakan LKS ini, guru harus yakin bahwa
siswanya telah menguasai keterampilan membuat grafik dan menafsirkannya.
3. Tes gaya berpikir yang digunakan dalam penelitian adalah gaya berpikir
kreatif-kritis yang dikembangkan oleh Yanpiaw, tes ini diberikan setelah
pembelajaran konstruktivisme menggunakan media simulasi virtual untuk
menggambarkan profil gaya berpikir siswa secara psikologi. Untuk penelitian
selanjutnya, peneliti menyarankan untuk mengembangkan suatu tes gaya
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assesing, a revision of Bloom’s taxonomy of educational objective. New York: Longman.
Arend, R.I. (2004). Learning to Teach. New York: McGraw-Hill
Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Arnyana, B. P. I. (2006). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. (3), 496-515
Arsyad, N. (2004). Media Pembelajaran. Jakarta; PT. Grafindo
Awusu, J A. (2001). Constructitivism; An Alternate Approach to Teaching and
Learning. Rhodes University
Dahar, R.W. (1998). Teori-teori Belajar. Jakarta. Depdikbud-Dirjen Dikti.
Darmawan, D, (2012). Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknolgi
Multimedia dan Pembelajaran Online. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Davis, B. (1991). Teaching with Media, a papaer presented at thecnology and education confrence in Athens, Greece.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
Filsaime, D. K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evaluate Research
in Education (seventh ed.). Singapura: McGraw-Hill Book Co
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.
Hendriana, H. (2009). Pembelajaran Dengan Pendekatan Methaporichal
Thinking Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Holzer, M & Raul, H.A (2000). Experiential Learning in Mechanics with
Multimedia. Internatioanal Journal Engng Education Vol. 16 N0. 5.
Printed in Great Britain
Ibrahim, M dan Nur, M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: UNESA University Press.
Ismienar, S, Andriati H dan Vidia S. (2009). Thinking. [Online]. Tersedia:
http://psikologi.or.id [20 Juli 2012]
Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX
Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2001-2002.Bandung : FMIPA UPI
Margendoller, J.R, Maxwell, N.L, dan Bellisimo, Y. (2006). The Effectivenes of Problem-Based Instruction: A Comperative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics. The Interdisciplinary Journal of
Problem-based Learning, Volume 1 No 2. Tersedia:
http://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1026&context=ijpbl [4 Juli 2012]
Marie, J. (2009). Gaya berpikir. [online]. Tersedia:
http://gifted-disinkroni.com/gaya-berpikir.pdf. [12 Juli 2012]
Munandar, S.C.U(1999), Kreativitas dan Keberbakatan, Strategi Mewujudkan
Potensi Kreatif dan Bakat, Jakarta: PT Gramedia
________. (2002) Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: Gramedia
Munir. (2001). Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar.
Jurnal Pendidikan No. 3 Tahun XX 2001.
Ormrod, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang (jilid 1). Jakarta: Erlangga
Poedjiadi, A.(2002). Konstruktivisme dan Pendekatan STM (Sebuah Alternatif
Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi). Makalah pada
Riyanto, Y. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai referensi bagi
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Rohaeti, E.E. (2008). Pembelajaran dengan Pendekatan Eksplorasi Untuk
Mengembangkan kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana
UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
Rosadi, I. (2006). Penggunaan Multimedia Pada Pembelajaran Konsep
Reaksi Oksidasi Reduksi dengan Model Inkuiri Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa. Tesis Magister Program Studi
Pendidikan IPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Ruseffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.
Sagala. (2004). Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Topik Koloid
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis, Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Sma. Tesis Magister Program
Studi Pendidikan IPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Salmiyati. (2005). Implementasi Teknologi Multimedia Interaktif Dalam
Pembelajaran Konsep Sistem Saraf Untuk Meningkatkan Pemahaman Dan Retensi Siswa. Tesis Magister Program Studi IPA UPI Bandung.
Tidak diterbitkan
Santoso, H. (2007). Pembelajaran Konstruktivisme untuk meningkatkan
kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. [Online}.Tersedia:
www.ummetro.ac.id/file_jurnal/6.Handoko Santoso UM Metro.pdf.
[11Agustus 2012]
Soenarto, S. (2011). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Cara Berpikir
Terhadap Hasil Belajar Fisika. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA. [Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/...FISIKA/.../01PFis_Sunaryo.pdf [12 Juli 2012]
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sprinthall, Norman A. and W. Andrew Collins. (1984) Adolescent Psychology: A
Developmental View.New York: Newbery Award Records, Inc.
Thobroni, M dan Mustofa A. (2011). Belajar dan Pembelajaran Pengembangan
wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional.
Jogyakarta: Ar-ruzz Media
Uyanto S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yan Piaw, C. (2004). Creative and Critical Thinking Styles. Serdang: Universiti Putra Malaysia Press
Yeh Chuang, L, Huei Yang. C, Hong Yang, C. (2001). Development and Evaluation of A Life Sciences Multimedia Learning System .
International Journal of The Computer, The Internet and