• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC, AUDITORY, VISUALISATION AND INTELLECTUALLY (SAVI) DENGAN PEMBIASAAN BEKERJA ILMIAH TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC, AUDITORY, VISUALISATION AND INTELLECTUALLY (SAVI) DENGAN PEMBIASAAN BEKERJA ILMIAH TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

SOMATIC,

AUDITORY, VISUALISATION AND INTELLECTUALLY

(SAVI)

DENGAN PEMBIASAAN BEKERJA ILMIAH

TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Ai Nur’aisyah

4201411089

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

(2)
(3)
(4)
(5)

 Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu

sendiri yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka. (QS. 13 : 11)

 Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari suatu

kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangaan semangat. (Wiston

Chuchil)

 Raihlan ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.

(Khalifah Umar bin Khatab)

PERSEMBAHAN

 Untuk mamah dan bapa yang memberikan saya semangat, kasih

dan doa tiada henti

 Untuk semua kakakku Teh Iyeng, A Asep, A Ade, Teh Evi dan

adikku, De Ima. Keponakan tersayang, Hanif, Nabil dan Arfan

yang senantiasa memberi semangat dan kekuatan untukku.

 Untuk sepupuku Dea Annisa Utami, teman-teman seperjuangan

di Fisika dan teman-teman D’nn Kost yang selalu memberikan

support.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang

senantiasa teercurah tiada henti sehingga tersusunlah skripsi yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visualisation, and Intellectually

(SAVI) dengan Pembiasaan Bekerja Ilmiah terhadap Motivasi dan Hasil Belajar

Siswa”

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran,

bimbingan, maupun batuan dalam bentuk lain, maka penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Khumaedi, M.Si., Ketua Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Achmad Sopyan, M.Pd., selaku pembimbing utama yang senantiasa

memberikan masukan dan arahanselama penyusunan skripsi.

4. Drs. Mosik, M.S. selaku dosen pembimbing kedua yang selalu memberikan

masukan, arahan serta saran selama penyusunan skripsi.

5. Prof. Dr. Susilo, M.S., selaku Dosen Wali yang banyak membantu selama

perkuliahan kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu yang

berharga kepada penulis dalam penulisan skripsi.

7. Achmad Suroso, S.Pd Kepala SMP Negeri 5 Batang yang telah berkenan

memberikan ijin penelitian

(7)

telah membantu keteerlaksanaan penelitian skripsi.

9. Guru-guru, karyawan, dan siswa siswi kelas VIII SMP Negeri 5 Batang yang

telah membantu dalam penelitian ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

disebut satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga

penulis berharap adanya masukan baik kritik maupun saran untuk skripsi ini. Penulis

berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaan bagi peneliti, lembaga dan

masyarakat serta pembaca.

Semarang, 14 September 2015

Penulis

Ai Nur’aisyah

(8)

ABSTRAK

Nur’aisyah, Ai. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Somatic, Auditory,

Visualisation and Intellectually (SAVI) dengan Pembiasaan Bekerja Ilmiah terhadap

Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing Utama Dr. Achmad Sopyan, M.Pd. dan Pembimbing Pendamping Drs. Mosik, M.S.

Kata Kunci : SAVI, Pembiasaan Bekerja Ilmiah, Motivasi, Hasil Belajar.

Pembelajaran fisika bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Metode ceramah yang berpusat pada guru membuat siswa kurang termotivasi untuk aktif di kelas. Hasil belajar fisika siswa SMP tergolong rendah sehingga perlu adanya perbaikan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model Somatic, Auditory, Visualisation and Intellectually (SAVI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa model pembelajaran SAVI dengan pembiasaan bekerja ilmiah dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan control group pretest posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Batang tahun ajaran 2015. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sehingga diperoleh kelas VIII B sebagai kelas kontrol dan VIII E sebagai kelas eksperimen. Hasil belajar siswa berdasarkan pretest dan posttest untuk kedua kelas mengalami peningkatan sebesar 0.648 dan 0.535 dengan kategori N-Gain sedang. Motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dengan nilai sebesar 0.321 dan 0.395 dengan kategori N-Gain sedang. Analisis uji t menunjukkan thitung motivasi sesudah perlakuan sebesar 2.303 dan ttabel sebesar 1.671 serta hasil belajar berdasarkan nilai posttest menunjukkan thitung sebesar 3.209 dan ttabel sebesar 1.671. Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak yang berarti rata-rata motivasi dan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Hasil belajar psikomotorik dan afektif diperoleh melalui teknik observasi. Setelah diakumulasikan dan dihitung rata-ratanya, nilai psikomotor dan afektif menunjukkan nilai dengan kriteria tinggi untuk kedua kelas. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visualisation and Intellectually (SAVI) dengan pembiasaan bekerja ilmiah dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

(9)

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Penegasan Istilah ... 6

1.7 Sistematika Skripsi ... 8

(10)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran... 9

2.2 SAVI ... 10

2.2.1 Pengertian SAVI ... 10

2.2.2 Karakteristik SAVI... 11

2.3 Kerja Ilmiah ... 15

2.3.1 Pengertian Bekerja Ilmiah ... 15

2.3.2 Langkah-langkah Kerja Ilmiah ... 16

2.4 Motivasi ... 17

2.4.1 Pengertian Motivasi ... 17

2.4.2 Jenis-jenis Motivasi... 19

2.4.3 Motivasi Belajar Fisika ... 20

2.5 Hasil Belajar... 22

2.6 Cahaya dan Pemantulan Cahaya ... 22

2.6.1 Pengertian Cahaya... 22

2.6.2 Pemantulan Cahaya ... 23

2.7 Kerangka Berpikir ... 32

2.8 Hipotesis... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 35

3.2 Subjek dan Lokasi Penelitian ... 36

3.2.1 Populasi ... 36

(11)

3.2.3 Lokasi Penelitian ... 37

3.3 Variabel Penelitian ... 37

3.3.1 Variabel bebas ... 37

3.3.2 Variabel Terikat ... 38

3.4 Prosedur Penelitian... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.6 Analisis Instrumen Angket ... 40

3.7 Analisis Instrumen Tes ... 42

3.8 Analisis Data ... 47

3.8.1 Analisis Tahap Awal ... 47

3.8.2 Analisis Tahap Akhir ... 49

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 53

4.1.1 Data Motivasi Belajar ... 53

4.1.2 Data Hasil Belajar ... 55

4.1.2.1 Hasil Belajar Kognitif (Pretest dan Posttest ) ... 55

4.1.2.2 Penilaian Psikomotorik ... 57

4.1.2.3 Penilaian Afektif ... 58

4.2 Pembahasan ... 59

4.2.1 Proses Pembelajaran... 60

4.2.1.1 Kelas Kontrol ... 60

(12)

4.2.1.2. Kelas Eksperimen ... 62

4.2.2 Motivasi Belajar Siswa ... 64

4.2.3 Hasil Belajar Siswa ... 67

4.2.3.1 Hasil Belajar Kognitif (Pretest – Posttest) ... 67

4.3.2.2 Hasil Belajar Psikomotorik ... 69

4.3.2.3 Hasil Belajar Afektif ... 71

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ... 74

5.2 Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ... 79

(13)

Halaman

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Angket Uji Coba ... 41

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Soal Uji Coba ... ... 43

Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Uji Coba... 44

Tabel 3.4 Hasil Pengelompokan Soal Uji Coba ... 44

Tabel 3.5 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 45

Tabel 3.6 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ... 46

Tabel 4.1 Hasil Angket Sebelum Perlakuan ... 53

Tabel 4.2 Hasil Angket Sesudah Perlakuan ... 53

Tabel 4.3 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Angket Motivasi Belajar ... 54

Tabel 4.4 Uji Peningkatan Motivasi Belajar ... 54

Tabel 4.5 Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 55

Tabel 4.6 Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 56

Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Hasil Belajar... 56

Tabel 4.8 Uji Peningkatan Hasil Belajar ... 57

Tabel 4.9 Perolehan Nilai Psikomotorik Siswa ... 58

Tabel 4.10 Perolehan Nilai Afektif Siswa ... 59

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pemantulan teratur dan pemantulan baur ... 24

Gambar 2.2 Hukum pemantulan ... 25

Gambar 2.3 Pembentukan bayangan pada cermin datar ... 25

Gambar 2.4 Bagian-bagian cermin cekung ... 26

Gambar 2.5 Pemantulan sinar datang sejajar dengan sumbu utama ... 27

Gambar 2.6 Pemantulan sinar datang melalui titik fokus ... 27

Gambar 2.7 Pemantulan sinar datang melalui pusat kelengkungan ... 27

Gambar 2.8 Pembentukan bayangan oleh cermin cekung menggunakan berkas sinar- sinar istimewa... 28

Gambar 2.9 Pemantulan sinar datang sejajar sumbu utama... 30

Gambar 2.10 Pemantulan sinar datang menuju titik fokus ... 30

Gambar 2.11 Pemantulan sinar datang menuju pusat kelengkungan cermin ... 30

Gambar 2.12 Pembentukan bayangan pada cermin cembung menggunakan berkas sinar-sinar istimewa ... 31

Gambar 2.13 Kerangka Berpikir ... 33

Gambar 3.1 Rancangan Desain Penelitian ... 37

Gambar 4.1 Kriteria nilai psikomotorik kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 70

Gambar 4.2 Kriteria nilai afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 72

(15)

Halaman

Lampiran 1 Daftar Nilai Ulangan Tengah Semester Siswa ... 80

Lampiran 2 Uji Normalitas Data Awal ... 81

Lampiran 3 Uji Homogenitas Populasi ... 83

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 84

Lampiran 5 Soal Uji Coba ... 85

Lampiran 6 Analisis Soal Uji Coba ... 91

Lampiran 7 Validitas Soal Uji Coba ... 94

Lampiran 8 Reliabilitas Soal Uji Coba ... 96

Lampiran 9 Daya Pembeda Soal Uji Coba ... 97

Lampiran 10 Tingkat Kesukaran Soal... 98

Lampiran 11 Soal Tes ... 99

Lampiran 12 Kisi-kisi Angket Uji Coba ... 104

Lampiran 13 Angket Uji Coba ... 107

Lampiran 14 Analisis Angket Uji Coba ... 113

Lampiran 15 Validitas Angket Uji Coba ... 116

Lampiran 16 Reliabititas Angket Uji Coba... 117

Lampiran 17 Angket Motivasi Belajar Siswa ... 118

Lampiran 18 Silabus ... 122

Lampiran 19 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 123

(16)

Lampiran 20 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 133

Lampiran 21 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 151

Lampiran 22 Lembar Kerja Siswa Kelas Kontrol ... 160

Lampiran 23 Lembar Observasi Psikomotorik dan Afektif ... 174

Lampiran 24 Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 193

Lampiran 25 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen ... 194

Lampiran 26 Uji Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol ... 195

Lampiran 27 Uji Kesamaan Dua Varians Hasil Pretest ... 196

Lampiran 28 Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 197

Lampiran 29 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen ... 198

Lampiran 30 Uji Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol... 199

Lampiran 31 Uji Kesamaan Dua Varians Hasil Posttest ... 200

Lampiran 32 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Nilai Posttest ... 201

Lampiran 33 Uji Gain Hasil Belajar ... 202

Lampiran 34 Skor Angket Sebelum Perlakuan ... 203

Lampiran 35 Uji Normalitas Angket Sebelum Perlakuan Kelas Eksperimen ... 204

Lampiran 36 Uji Normalitas Angket Sebelum Perlakuan Kelas Kontrol ... 205

Lampiran 37 Uji Kesamaan Dua Varians Angket Sebelum Perlakuan... 206

Lampiran 38 Skor Angket Sesudah Perlakuan... 207

Lampiran 39 Uji Normalitas Angket Ssudah Perlakuan Kelas Eksperimen ... 208

Lampiran 40 Uji Normalitas Angket Sesudah Perlakuan Kelas Kontrol... 209

Lampiran 41 Uji Kesamaan Dua Varians Angket Sesudah Perlakuan ... 210

(17)

Lampiran 43 Uji Gain Motivasi Belajar Siswa ... 212

Lampiran 44 Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 213

Lampiran 45 Penilaian Psikomotorik Kelas Kontrol ... 214

Lampiran 46 Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ... 215

Lampiran 47 Penilaian Afektif Kelas Kontrol ... 216

Lampiran 48 Dokumentasi ... 217

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sains merupakan kegiatan atau proses aktif dan kreatif menggunakan pikiran

dalam mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat diterangkan. Pada dasarnya

sains terdiri dari empat komponen yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, produk ilmiah

dan aplikasi (Yulianti & Wiyanto, 2009: 4). Peraturan Pemerintah No 32 tentang

Standar Pendidikan Nasional Tahun 2013 menerangkan bahwa bahan kajian ilmu

pengetahuan alam, antara lain fisika, biologi, dan kimia dimaksudkan untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap

lingkungan alam dan sekitarnya.

Fisika merupakan bagian dari ilmu sains yang memiliki sumbangan besar

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya pembelajaran fisika

dimaksudkan untuk membekali siswa dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 5 Batang,

pembelajaran dengan metode ceramah masih digunakan di sekolah. Guru

mengungkapkan bahwa pembelajaran lebih sering dilakukan di kelas, tidak banyak

siswa yang aktif dan bertanya saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan penting

dalam proses pembelajaran untuk membangun dan menumbuhkan semangat siswa

dalam belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

(19)

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:

2). Selain perubahan tingkah laku juga perlu adanya perubahan dalam proses

pembelajaran untuk membangun motivasi siswa dalam belajar sehingga siswa

memiliki antusiasme yang tinggi dalam belajar fisika. Motivasi dalam kegiatan

pembelajaran dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan gaya belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek

belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2004: 75).

Berdasarkan penelitian Pratiwi et al (2014: 7) pelaksanaan pembelajaran yang

berlangsung 30% siswa masih cenderung menghapal. Siswa mengungkapkan bahwa

mereka kesulitan mempelajari fisika dikarenakan banyak rumus yang harus mereka

pahami. Perlu adanya upaya untuk merubah suasana pembelajaran dengan diberi

rangsangan agar siswa memiliki motivasi dalam belajar. Motivasi dapat tumbuh dari dalam diri siswa dan dapat dirangsang oleh faktor dari luar dengan merubah proses

pembelajaran di kelas (Sardiman, 2004: 75).

DePorter (2002: 85) mengungkapkan bahwa bahwa terdapat gaya belajar

modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual

modality). Ketiga gaya belajar tersebut adalah gaya belajar visual yang mengakses

citra virtual yang diciptakan maupun diingat melalui belajar dengan cara melihat dan

mengingat, auditorial mengakses segala jenis suara dan kata yang diciptakan maupun

(20)

3

segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan dan diingat melalui belajar dengan cara

bergerak, menyentuh dan bekerja.

Adanya perbedaan gaya belajar yang dimiliki oleh siswa ini membutuhkan

pembelajaran yang dapat memperhatikan gaya belajar siswa dengan merubah proses

pembelajaran yang selama ini dilakukan. Salah satunya dengan model pembelajaran

SAVI (Somatic, Auditory, Visualisation and Intelectually). Menurut Meier (2002:

92), pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang

menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua

indera yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran.

Salah satu pembelajaran yang menggabungkan berbagai indera yang dimiliki

siswa adalah kegiatan kerja ilmiah. Guru dan laboran di SMP Negeri 5 Batang Tahun

ajaran 2015 mengungkapkan bahwa kegiatan praktikum sangat jarang dilakukan. Hal

serupa diungkapkan oleh siswa bahwa pembelajaran sering berlangsung di kelas dan

jarang diadakan kegiatan praktikum atau kerja ilmiah.

Melalui kegiatan kerja ilmiah diharapkan siwa mendapatkan pembelajaran

yang bermakna, dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa serta

membentuk sikap ilmiah pada siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Rustaman &

Rustaman (2003: 8) selain untuk menunjang penguasaan konsep, kegiatan praktikum

dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar bereskperimen sehingga

siswa lebih termotivasi untuk belajar sains. Model pembelajaran SAVI yang telah

(21)

hasil belajar siswa. Penelitian Pratiwi et al (2014 : 8) menunujukkan adanya

peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui pengembangan bahan ajar

biologi berbasis pendekatan SAVI. Penelitian Mariya et al (2013 : 46) menunjukkan

bahwa pembelajaran dengan model SAVI berbantuan alat peraga dapat mencapai

ketuntasan belajar dan lebih baik dibanding pembelajaran dengan model ekspositori.

Penelitian Sopiah et al (2009 : 14) menunjukkan bahwa kebiasaan bekerja ilmiah

belum tumbuh pada siswa namun 46% siswa dapat merespon pelaksanaan percobaan

sangat menyenangkan dan 51% menyenangkan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

pengaruh model pembelajaran SAVI terhadap motivasi dan hasil belajar dengan

pembiasaan kerja ilmiah. Penelitian ini berjudul “PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN SOMATIC, AUDITORY, VISUALISATION AND

INTELLECTUALLY (SAVI) DENGAN PEMBIASAAN BEKERJA ILMIAH TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA"

1.2 Identifikasi Masalah

1. Kegiatan siswa dalam mata pelajaran fisika hanya berpusat pada guru.

2. Siswa tidak memiliki keberanian untuk bertanya atau mengemukakan

pendapat saat pembelajaran berlangsung.

3. Metode yang digunakan oleh guru lebih banyak ceramah sehingga siswa

(22)

5

1.3 Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, ada dua rumusan masalah dalam penelitian

sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran SAVI dengan pembiasaan bekerja ilmiah

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

2. Apakah penerapan model pembelajaran SAVI dengan pembiasaan bekerja ilmiah

dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui penerapan model pembelajaran SAVI dengan pembiasaan bekerja

ilmiah dapat meningkatan motivasi belajar siswa.

2. Mengetahui penerapan model pembelajaran SAVI dengan pembiasaan bekerja

ilmiah dapat meningkatan hasil belajar siswa.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian bagi guru, siswa, sekolah dan juga bagi peneliti, yaitu :

1.5.1 Bagi Guru

1. Sebagai alternatif pembelajaran untuk mengatasi kesulitan belajar siswa dan

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa serta meningkatkan proses

pembelajaran di kelas.

(23)

1.5.2 Bagi Siswa

1. Memberikan motivasi belajar siswa karena suasana pembelajaran berbeda

sehingga tidak membosankan.

2. Mendorong siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar agar mampu

memcahkan permasalahan fisika.

1.5.3 Bagi Sekolah

Sebagai salah satu kontribusi untuk memperbaiki proses pembelajaran di

sekolah sehinga dapat meningkatkan potensi siswa dalam belajar

1.5.4 Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman untuk menjadi seorang pendidik dalam memilih

metode atau model pembelajaran.

1.6 Penegasan Istilah

1.6.1 Model Pembelajaran

Menurut Yulianti & Wiyanto (2009: 25), model pembelajaran adalah sebuah

rencana atau pola yang mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas dan

menunjukkan cara penggunaan materi pembelajaran (buku, video, komputer, bahan-

bahan praktikum).

1.6.2 SAVI

SAVI singkatan dari Somatic, Auditory, Visualisation and Intelectually yang

merupakan model pembelajaran yang menggabungkan aktivitas fisik dengan

(24)

7

1.6.3 Pembiasaan Bekerja Ilmiah

Pembiasaan merupakan suatu usaha untuk menjadikan individu terbiasa

melakukan sesuatu. Sedangkan kerja ilmiah memiliki arti serangkaian kegiatan

proses ilmiah yang meliputi merumuskan masalah, menyusun hipotesis, melakukan

penelitian, menganalisis dan membuat simpulan. Menurut Rustaman & Rustaman

(2003: 6) “bekerja ilmiah” sebagai lingkup proses berkaitan erat dengan konsep.

Dengan demikian bekerja ilmiah mengitegrasikan isi sains ke dalam kegiatan-

kegiatan pembelajaran yang membekali siswa pengalaman belajar secara langsung.

1.6.4 Motivasi

Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan

sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia motivasi diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu

atau dapat juga diartikan sebagai usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau

kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan

yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.

1.6.5 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan siswa dari berbagai aspek setelah

diberikan pengalaman belajar. Hasil belajar juga bisa dijadikan sebagai tolak ukur

yang bisa dijadikan acuan sejauh mana keberhasilan siswa yang di dapatkan dari

(25)

1.7 Sistematika Skripsi

Susunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian

isi dan bagian akhir skripsi.

1.7.1 Bagian Pendahuluan

Meliputi halaman judul, pernyataan, pengesahan, motto dan persembahan,

kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

1.7.2 Bagian Isi

Bagian isi dari skripsi ini mencakup 5 bab, sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab III : Metode Penelitian

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab V : Simpulan dan saran

1.7.3 Bagian Akhir Skripsi

(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, model diartikan sebagai pola

(contoh, acuan, ragam, dan lain sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau

dihasilkan. Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai proses, cara, perbuatan

menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran adalah upaya

menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan

kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan

siswa serta antara siswa dengan siswa.

Pembelajaran merupakan perpaduan dari aktivitas belajar dan mengajar. Teori

dari R. Gagne dalam Slameto (2010: 13) memberikan dua definisi mengenai belajar,

yaitu:

1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

keterampilan kebiasaan dan tingkah laku;

2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari

instruksi.

Menurut Joyce sebagaimana dikutip oleh Triyanto (2011: 5) model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam

(27)

tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk buku-

buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain.

Yulianti & Wiyanto (2009: 25) mengungkapkan bahwa model pembelajaran

adalah sebuah rencana atau pola yang mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas

dan menunjukkan cara penggunaan materi pembelajaran (buku, video, komputer,

bahan-bahan praktikum). Yulianti & Wiyanto (2009: 26) juga menyatakan bahwa

istilah model pembelajaran mempunyai ciri-ciri khusus yaitu: a) rasional teoritik yang

logis; b) ada landasan pemikiran tentang bagaimana siswa belajar; c) tingkah laku

mengajar agar model dapat dilaksanakan; d) lingkungan belajar yang diperlukan agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2.2 SAVI

2.2.1 Pengertian SAVI

Belajar berdasarkan aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar,

dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/pikiran

terlibat dalam proses pembelajaran (Meier, 2002: 90). Belajar dengan aktivitas secara

fisik jauh lebih efektif karena pembelajaran ini dapat melibatkan sepenuhnya anggota

tubuh dan indera yang dimiliki oleh siswa dibandingkan dengan belajar dengan

metode ceramah dan berpusat pada guru. Gagne dalam Slameto (2010: 14)

mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dibagi menjadi

(28)

11

motoris (motor skill); 2) informasi verbal; 3) kemampuan intelektual; 4) strategi

kognitif; dan 5) sikap.

Pembelajaran model SAVI memiliki kepanjangan Somatic, Auditory,

Visualisation and Intelectually. Unsur-unsur SAVI terdiri dari Somatic/somatis yang

berarti belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditory/auditori yaitu belajar dengan

berbicara dan mendengar, Visualisation/visualisasi yaitu belajar dengan mengamati

dan menggambarkan dan Intellectually/intelektual yang artinya belajar dengan

memecahkan masalah dan merenung (Meier, 2002: 92).

2.2.2 Karakteristik SAVI 2.2.2.1 Somatic

Somatic atau “Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh-soma

(seperti dalam psikomatis). Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indera peraba,

kinestetis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh

sewaktu belajar (Meier, 2002: 92). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, somatis artinya sesuatu yang berkaitan dengan tubuh. Jadi, somatis

merupakan kegiatan belajar dengan cara melibatkan anggota tubuh seperti bergerak,

berjalan dan menyentuh.

Silberman (2014: 24) menjelaskan bahwa siswa kinestetik belajar terutama

dengan terlibat langsung dengan kegiatan. Mereka cenderung impulsive, semaunya,

dan kurang sabaran serta akan merasa terkekang apabila harus diam dan tidak

(29)

adalah satu. Jadi dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh

mereka sepenuhnya dalam belajar berarti menghalangi juga fungsi pikiran mereka

sepenuhnya (Meier, 2002: 93).

2.2.2.2 Auditory

Auditory atau auditori berasal dari kata audio yang artinya adalah sesuatu

yang dapat didengar. Kegiatan belajar yang lebih banyak dilakukan di sekolah adalah

cara belajar dengan auditori namun masih terbatas pada siswa yang hanya

mendengarkan penjelasan dari guru sedangkan kegiatan siswa dalam berbicara dan

mengungkapkan masih rendah.

Kebutuhan mendengar dan berbicara sangat diperlukan dalam kegiatan

pembelajaran. Mendengar dapat memberi kita informasi mengenai apa yang

disampaikan oleh orang lain dan berbicara merupakan upaya kita untuk

mengungkapkan apa yang ingin disampaikan. Belajar auditori merupakan belajar

dengan berbicara dan mendengar. Pikiran manusia lebih kuat daripada yang disadari,

telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa disadari.

Menurut Meier (2002, 95), belajar auditori merupakan cara belajar standar

bagi semua masyarakat sejak awal sejarah. Belajar dengan auditori dapat

menggunakan pengulangan dengan meminta siswa menyebutkan kembali konsep,

Guru menggunakan variasi vokal berupa perubahan nada, kecepatan dan volume

(DePorter et al., 2005: 85). Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi siswa

(30)

13

mengungkapkan sesuatu. Hal ini dapat dilakukan dengan meminta siswa untuk

membicarakan apa yang sedang dipelajari dalam kelas dan mengungkapkan

kesimpulan dari kegiatan pembelajaran.

2.2.2.3 Visualisation

Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian orang, sangat kuat

dalam diri setiap orang. Alasannya bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak

perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain.

Belajar dengan cara visualisasi dapat membantu pembelajar melihat inti masalah dari

materi yang sedang dipelajari. Setiap orang (terutama pembelajar visual) lebih mudah

belajar jika dapat “melihat” apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau

sebuah buku atau program komputer. Pembelajaran visual belajar paling baik jika

mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar,

dan gambaran dari segala macam hal ketika mereka sedang belajar (Meier, 2002: 98).

Menurut Silberman (2014: 28) siswa visual berbeda dengan siswa auditori,

yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan apa yang dikerjakan

oleh guru, dan membuat catatan. Kegiatan kerja ilmiah sangat memungkinkan bagi

siswa untuk belajar secara visual dengan mengamati dan menggambarkan kasus atau

fenomena yang sedang dipelajari.

2.2.2.4 Intelectually

Menurut Meier (2002: 99), kata “intelektual” menunjukkan apa yang harus

(31)

menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan

hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. “Intelektual” adalah

bagian diri dari merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna.

Meier juga mengungkapkan bahwa intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran;

sarana yang digunakan manusia untuk “berpikir”, menyatukan pengalaman, mencipta

jaringan saraf baru, dan belajar.

Karakteristik SAVI yang telah diuraikan kemudian dapat digabungkan

sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung optimal dan memenuhi kebutuhan

belajar siswa yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Keempat unsur SAVI

dapat digabungkan melalui beberapa kegiatan siswa, misalnya orang dapat belajar

sedikit dengan menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih

baik dan dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S),

membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara

menerapkan informasi dalam presentasi tersebut pada pekerjaan mereka (I) (Meier,

2002: 100). Unsur-unsur yang terdapat dalam SAVI dapat membantu siswa yang

memiliki gaya belajar yang berbeda-beda sehingga dapat diterapkan di kelas.

2.3 Kerja Ilmiah

2.3.1 Pengertian Bekerja Ilmiah

Kerja ilmiah merupakan cara kerja yang dipakai ilmuwan untuk memecahkan

masalah, yaitu dengan menerapkan metode ilmiah. Sedangkan menurut Rustaman &

(32)

15

konsep. Dengan demikian bekerja ilmiah mengitegrasikan isi sains ke dalam

kegiatan-kegiatan pembelajaran yang membekali siswa pengalaman belajar secara

langsung.

Rustaman & Rustaman (2003: 8) mengungkapkan bahwa bekerja ilmiah

sesungguhnya adalah perluasan dari metode ilmiah yang berkaitan dengan

keterampilan proses yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

… metode ilmiah dijabarkan ke dalam jenis-jenis keterampilan proses

sebagai keterampilan dasar yang harus dikembangkan atau dilatihkan sebelum seseorang mampu menggunakan metode ilmiah. Dalam metode ilmiah dikenal adanya langkah-langkah tertentu secara berurutan yang harus dilakukan, mulai dari merumuskan masalah hingga menyimpulkan bahkan membuat generalisasi. Dengan demikian jelaslah bahwa terdapat keterkaitan erat antara bekerja ilmiah dengan pendekatan keterampilan proses.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, kegiatan praktikum dapat

menunjang penguasaan konsep. Selain itu, dengan melakukan kegiatan praktikum

siswa menjadi termotivasi belajar sains. Dalam kegiatan praktikum dikembangkan

keterampilan-keterampilan dasar bereksperimen sehingga kegiatan praktikum

merupakan wahana pengembangan penyelidikan ilmiah.

Menurut Yulianti & Wiyanto (2009: 2), fisika merupakan bagian dari sains

yang mempelajari tentang zat dan energi dalam segala bentuk manifestasinya. Dalam

pembelajaran fisika dibutuhkan kerja ilmiah yang merupakan serangkaian kegiatan

ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui hasil penelitian berdasarkaan pertanyaan

(33)

2.3.2 Langkah-Langkah Kerja Ilmiah

Langkah-langkah kerja ilmiah merupakan proses dari kegiatan ilmiah yang

sering disebut sebagai metode ilmiah. Sebagaimana dikutip oleh Yulianti & Wiyanto

(2009: 7), metode ilmiah yang telah dikenalkan oleh Galileo Galilei dan Fracis Bacon

meliputi:

1. Mengidentifikasi masalah;

2. Menyusun hipotesis;

3. Memprediksi konsekuensi dari hipotesis;

4. Melakukan eksperimen untuk mengujikan prediksi;

5. Merumuskan hukum umum sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis,

prediksi dan eksperimen.

Yulianti & Wiyanto (2009: 15) menambahkan bahwa metode eksperimen

dikenal dengan nama metode percobaan yang merupakan salah satu metode yang

digunakan untuk menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan para ahli. Melalui

metode eksperimen, siswa dapat dilatih untuk menggunakan metode ilmiah dan sikap

ilmiah secara benar. Siswa diberikan kesempatan untuk menemukan, menganalisa

dan membuktikan serta menarik kesimpulan.

Melalui metode ini, terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

metode ilmiah, diantaranya:

1. Hasil belajar tahan lama diingat;

(34)

17

3. Mengembangkan sikap berpikir ilmiah;

4. Siswa terhindar dari verbalisme;

5. Mengembangkan sikap suka bereksplorasi tentang sains.

Kekurangan metode ilmiah:

1. Memerlukan sarana dan prasarana yang memadai;

2. Tidak semua materi dapat dieksperimenkan;

3. Setiap eksperimen tak membuahkan hasil yang diharapkan.

2.4 Motivasi

2.4.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang memiliki arti sebab atau alasan. Dalam

Slameto (2010: 58), James Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai

berikut : “Motive is an effective-conative faktor which operates in determining the

direction of an individual’s behavior towards an end or goal, consioustly

apprehended or unconsioustly”. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa

motif erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia

tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak

suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu

(35)

Menurut Slameto (2003: 58), dalam proses pembelajaran haruslah

diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau

padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan

dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar.

Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau dari dirinya sendiri ada

keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan

pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang

disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (1) mengetahui apa

yang akan dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari.

Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik

untuk belajar (Sardiman, 2004: 40).

Motivasi sebagai salah satu faktor psikologis, seperti yang dikemukakan oleh

Arden N. Frandsen dalam Sardiman (2004: 46) bahwa ada beberapa hal yang

mendorong seseorang untuk belajar, yakni:

1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas;

2. Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya keinginan untuk

selalu maju;

3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-

temannya.

4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang

(36)

19

5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran;

6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.

2.4.2 Jenis-jenis Motivasi

Ada dua jenis motivasi, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik.

Menurut Schun sebagai mana dikutip oleh Eggen et al (2012: 67) bahwa motivasi ekstrinsik merujuk pada motivasi untuk terlibat di dalam suatu kegiatan sebagai sarana mencapai tujuan, sementara motivasi intrinsik adalah motivasi untuk terlibat di dalam kegiatan untuk kegiatah itu sendiri.

Menurut Sardiman (2004: 89) yang dimaksud dengan motivasi intrinsik

adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari

luar, karena dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya

kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah ingin

mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sedangkan

pengertian motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang

dilakukannya, tidak secara langsung bergantung dengan esensi apa yang

dilakukannya itu.

Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Uno (2009: 23) dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

(37)

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan;

4. Adanya penghargaan dalam belajar;

5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang

siswa dapat belajar dengan baik.

Selain dari indikator di atas juga ada bentuk-bentuk motivasi yang bisa

diterapkan sekolah sebagaimana disebutkan oleh Sardiman (2004: 92), yaitu memberi

angka, hadiah, saingan/kompetisi, Ego-Involvement, memberi ulangan, mengetahui

hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui.

2.4.3 Motivasi Belajar Fisika

Fisika bukan lagi menjadi pelajaran yang menyulitkan bagi siswa apabila

pembelajaran memiliki kegiatan yang menarik siswa untuk mempelajarinya. Motivasi

belajar pada materi fisika yang rendah menyebabkan siswa tidak dapat belajar secara

optimal di kelas. Dari ilmu sains, kebanyakan siswa mengungkapkan lebih menyukai

materi biologi yang menurut mereka cukup mudah untuk dipahami dibandingkan

dengan materi fisika yang banyak menggunakan persamaan matematis.

Guru memiliki peran sebagai motivator yang memiliki kewajiban untuk

menumbuhkan motivasi siswa melalui pembelajaran yang menarik perhatian siswa.

Bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan

(38)

21

2004: 77). Motivasi belajar siswa pada pelajaran fisika dapat tumbuh dan

berkembang sehingga siswa mampu mengamati berbagai fenomena di

lingkungannya, mengkaitkannya dengan materi fisika, mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari serta melakukan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses

ilmiah sehingga menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa.

2.5 Hasil Belajar

Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses

belajar mengajar, baik sengaja atau tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari

proses belajar-mengajar ini akan diperoleh suatu hasil pengajaran, atau dengan istilah

tujuan pembelajaran atau hasil belajar (Sardiman, 2004: 19).

Sudjana (1989: 38) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil

belajar merupakan tolak ukur yang bisa dijadikan acuan sejauh mana keberhasilan

siswa yang di dapatkan dari proses pembelajaran. Dari hasil belajar, seorang Guru

dapat mengetahui apakah proses pembelajaran berhasil sesuai dengan tujuan

pembelajaran atau tidak.

Sudjana menambahkan bahwa hasil belajar dibagi dalam tiga ranah yaitu:

1. Ranah Kognitif: Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam

aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif: Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu

(39)

3. Ranah Psikomotorik: Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan

refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan/ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif

dan interpreatif.

Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar fisika berkenaan dengan kognitif,

afektif dan psikomotorik. Hal ini dikarenakan pembelajaran fisika merupakan

pembelajaran yang tidak hanya memberi penilaian terhadap pengetahuan saja tetapi

juga keterampilan dan sikap siswa selama pembelajaran. Dalam pembelajaran fisika

yang dipadukan dengan model pembelajaran SAVI dan pembiasaan kerja ilmiah

diharapkan meningkatkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran dan

meningkatkan keterampilan siswa.

2.6 Cahaya dan Pemantulan Cahaya

2.6.1 Pengertian cahaya

Cahaya adalah salah satu bentuk gelombang. Cahaya dapat merambat dari

ruang hampa udara karena termasuk jenis gelombang elektromagnetik. Jika cahaya

mengenai suatu benda, seperti halnya gelombang mekanik, cahaya tersebut dapat

dipantulkan dan dibiaskan.

Huygens menyatakan bahwa cahaya merupakan gelombang karena sifat-sifat

cahaya mirip dengan sifat-sifat gelombang bunyi. Sedangkan Maxwell menyatakan

(40)

23

kecepatan gelombang elektromagnetik sama dengan kecepatan cahaya, yaitu sebesar

3 × 108 m/s. Gelombang elektromagnetik tercipta dari perpaduan antara kuat medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus. Gelombang elektromagnetik adalah

gelombang yang dapat merambat tanpa memerlukan medium. Maxwell menyatakan

bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik sehingga cahaya juga dapat

merambat tanpa memerlukan medium. Oleh karena itu cahaya matahari dapat sampai

ke bumi dan memberi kehidupan di dalamnya.

Sebagai gelombang cahaya mempunyai sifat-sifat gelombang diantaranya

cahaya dapat merambat. Perambatan cahaya dapat terlihat ketika cahaya matahari

melalui lubang angin di rumah. Jika udara sedikit berdebu dapat terlihat bahwa

cahaya merambat membentuk sebuah garis lurus. Hal serupa terjadi jika melihat

seberkas cahaya dari lubang kecil masuk ke dalam sebuah kamar yang gelap. Terlihat

bahwa cahaya merambat dalam arah yang lurus.

2.6.2 Pemantulan Cahaya

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat melihat benda-benda di

sekitarnya tanpa adanya cahaya. Hal tersebut terjadi karena tidak ada cahaya yang

dipantulkan oleh benda di sekitarnya. Jadi, benda dapat dilihat apabila ada cahaya

yang dipantulkan oleh benda tersebut ke mata.

1.6.2.1 Pemantulan Teratur dan Pemantulan Baur

Pemantulan cahaya pada benda yang tidak tembus cahaya, ada yang teratur

(41)

pemantulan teratur, sedangkan pemantulan cahaya oleh permukaan yang tidak rata

disebut pemantulan baur.

(a ) (b)

Gambar 2.1 (a) Pemantulan teratur dan (b) Pemantulan baur

Pemantulan baur terjadi pada permukaan pantul yang tidak rata, misalnya

dinding dan kayu. Keuntungan dari pemantulan baur diantaranya, tempat yang tidak

terkena cahaya secara langsung masih terlihat terang dan berkas cahaya pantulnya

tidak menyilaukan. Sedangkan pemantulan teratur terjadi pada permukaan pantul

yang mendatar atau rata. Pemantulan teratur bersifat menyilaukan, namun ukuran

bayangan yang terbentuk sesuai dengan ukuran benda. Pemantulan teratur biasa

terjadi pada cermin.

1.6.2.2 Hukum Pemantulan

Cermin datar menghasilkan pemantulan teratur. Oleh karena itu, bayangan

yang dihasilkan dapat digambarkan. Seorang ilmuwan bernama Snellius

mengemukakan hukum pemantulan, bahwa:

1. Sinar datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar.

[image:41.612.195.454.166.260.2]
(42)
[image:42.612.231.410.116.200.2]

25

Gambar 2.2 Hukum pemantulan

1.6.2.3 Pemantulan pada Cermin Datar

Saat bercermin, bayangan benda dan bayangan di sekitarnya dapat terlihat.

Cermin bersifat memantulkan cahaya secara teratur karena permukaannya bersifat

rata dan bening.

Gambar 2.3 Pembentukan bayangan pada cermin datar

Sinar datang yang mengenai cermin datar akan dipantulkan. Jika sinar datang

tegak lurus terhadap cermin akan dipantulkan tegak lurus cermin. Pada gambar

terlihat bahwa bayangan pada cermin datar merupakan perpanjangan sinar-sinar

pantulnya. Bayangan yang seperti ini dinamakan bayangan maya. Selain itu, ternyata arah bayangan yang dibentuk oleh cermin berkebalikan dengan sebenarnya.

Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah sama besar, tegak,

[image:42.612.169.474.352.456.2]
(43)

musk

=

n ol

60

Jika terdapat dua buah cermin datar yang membentuk sudut α, maka banyaknya

bayangan yang dibentuk diru a eh persamaan sebagai berikut.

3 °

− 1 ……… . (1)

Keterangan: n = banyaknya bayangan yang dibentuk

α = sudut antar dua cermin

1.6.2.4 Pemantulan pada Cermin Cekung

Selain pada cermin datar, peristiwa dapat terjadi pada cermin cekung. Cermin

cekung adalah cermin yang permukaan pantulnya melengkung ke dalam.

Keterangan :

SU = Sumbu utama

M = Pusat kelengkungan cermin

F = Titik focus cermin

Gambar 2.4 Bagian-bagian cermin cekung

Cermin cekung memiliki sifat akan memantulkan sinar-sinar sejajar menuju

titik fokusnya dan bersifat mengumpulkan cahaya (konvergen). Pada cermin cekung

terdapat sinar-sinar istimewa, yaitu sebagai berikut:

[image:43.612.248.397.600.682.2]

1. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.

(44)

27

[image:44.612.247.412.142.231.2]

2. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama.

Gambar 2.6 Pemantulan sinar datang melalui titik fokus

3. Sinar datang melalui pusat kelengkungan cermin dipantulkan ke titik itu juga.

Gambar 2.7 Pemantulan sinar datang melalui pusat kelengkungan

Beberapa sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung berdasarkan letak

bendanya adalah sebagai berikut:

1. Jika benda diletakkan di luar pusat kelengkungan cermin (M), bayangan yang

dibentuk akan bersifat nyata, terbalik dan diperkecil dan terletak di antara pusat

kelengkungan cermin (M) dan titik fokus (F).

2. Jika benda diletakkan di antara titik pusat kelengkungan cermin (M) dan titik

fokus (F), bayangan yang dibentuk bersifat nyata, terbalik, diperbesar dan terletak

di depan titik pusat kelengkungan cermin.

3. Jika benda diletakkan tepat pada titik fokus (F), maka akan terbentuk bayangan

[image:44.612.245.414.298.389.2]
(45)

4. Jika benda berada di antara titik fokus (F) dan cermin, maka bayangan yang

terbentuk bersifat maya, tegak dan diperbesar. Letak bayangan berada di belakang

cermin.

Untuk mendapatkan bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung bisa

[image:45.612.238.411.250.373.2]

menggunakan dua berkas sinar istimewa.

Gambar 2.8 Pembentukan bayangan oleh cermin cekung menggunakan berkas sinar-

sinar istimewa

Pada Gambar 2. dapat dilihat bahwa jika benda terletak di antara pusat

kelengkungan cermin M dan titik fokus F maka bayangan yang dihasilkan adalah

nyata, terbalik dan diperbesar. yaitu sebagai berikut:

Hubungan antara jarak benda (s) dan jarak bayangan (s’) akan menghasilkan

jarak fokus f. Hubungan tersebut secara matematis dapat ditulis:

Sedangkan perbesasran cermin cekung dapat ditentukan dengan rumus

(46)

29

Dengan: 2f = r = jari-jari cermin (cm)

f = jarak fokus (cm)

s = jarak benda (cm)

s’ = jarak bayangan (cm)

M = perbesaran bayangan (cm)

h = tinggi benda (cm)

h’ = tinggi bayangan (cm)

Sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cekung juga dapat ditentukan

dengan cara berikut:

1. Jika s’ bernilai (+) maka bayangan bersifat nyata dan terbalik, namun jika s’

bernilai (-) maka bayangan bersifat maya dan tegak.

2. Jika M > 1 maka bayangan diperbesar. Jika M = 1 maka bayangan sama besar

dengan benda. Jika M < 1 maka bayangan diperkecil.

1.6.2.5 Pemantulan pada Cermin Cembung

Cermin cembung adalah cermin yang permukaan pantulnya melengkung ke

luar. Cermin cembung memiliki sifat berkas sinar yang sejajar sumbu utama

dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus dan bersifat menyebarkan cahaya

(divergen). Seperti halnya cermin cekung, sebelum menggambarkan pembentukan

bayangan, perlu diketahui sinar-sinar istimewa yang dimiliki oleh cermin cembung,

(47)

1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah berasal dari titik

[image:47.612.216.414.153.243.2]

fokus.

Gambar 2.9 Pemantulan sinar datang sejajar sumbu utama

[image:47.612.208.412.323.406.2]

2. Sinar datang menuju titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama.

Gambar 2.10 Pemantulan sinar datang menuju titik fokus

3. Sinar datang menuju pusat kelengkungan cermin dipantulkan seolah-olah dari

titik itu juga

Gambar 2.11 Pemantulan sinar datang menuju pusat kelengkungan cermin

Benda yang diletakkan di depan cermin cembung akan selalu menghasilkan

bayangan di belakang cermin dengan sifat maya, tegak dan diperkecil. Cukup

menggunakan dua berkas sinar istimewa untuk mendapatkan bayangan pada cermin

[image:47.612.170.419.472.560.2]
(48)
[image:48.612.215.459.89.216.2]

31

Gambar 2.12 Pembentukan bayangan pada cermin cembung menggunakan berkas

sinar-sinar istimewa

Benda yang diletakkan di depan cermin cembung akan selalu menghasilkan

bayangan di belakang cermin dengan sifat maya, sama tegak, dan diperkecil.

Hubungan antara jarak benda (s) dan jarak bayangan (s’), dan titik fokus (f) memiliki

persamaan yang sama dengan cermin cekung. Perbedaannya, pada cermin cembung

nilai jarak fokus selalu bernilai negatif.

Sedangkan perbesaran cermin cembung dapat ditentukan dengan rumus:

Dengan: f = jarak fokus bernilai negatif (cm)

s = jarak benda (cm)

s’ = jarak bayangan (cm)

M = perbesaran bayangan (cm)

h = tinggi benda (cm)

(49)

2.7 Kerangka Berpikir

Fisika merupakan salah satu ilmu sains yang memiliki sumbangan besar

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan pembelajaran fisika di sekolah

masih banyak menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah dan tidak

melibatkan siswa secara keseluruhan. Guru sebagai bagian dari tenaga kependidikan

berupaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan meningkatkan hasil belajar

siswa. Salah satu faktor keberhasilan guru dalam meningkatkan proses dan hasil

belajar adalah bergantung pada model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Hal

tersebut akan berpengaruh pada motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model

pembelajaran SAVI yang menggabungkan seluruh aktivitas anggota tubuh dengan

pemikiran siswa. Dalam pembelajaran fisika siswa diharapkan dapat mengalami

proses pembelajaran yang melibatkan dirinya untuk mengamati, mencari dan

mencoba mengenai materi yang disampaikan melalui kegiatan ilmiah. Penelitian

dilakukan dengan mengambil satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas sebagai

kelas eksperimen. Kelas eksperimen diberi pembelajaran model SAVI dengan

pembiasaan kerja ilmiah. Sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model

pembelajaran SAVI saja. Dengan menerapkan model pembelajaran SAVI dengan

pembiasaan kerja ilmiah diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar

(50)

33

Pembelajaran Fisika

Guru masih menggunakan metode ceramah, proses pembelajaran teoritik, berpusat pada guru.

Motivasi dan hasil belajar rendah

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pembelajaran dengan SAVI Pembelajaran Model SAVI dan

Pembiasaan Bekerja Ilmiah

Siswa dapat melibatkan seluruh indera dan kemampuan intelektualnya, bergerak dan bekerjasama sehingga siswa mendapat pengalaman belajar yang

baru dan bermakna

Pembelajaran dengan penerapan model Somatic, Auditory, Visualisation an Intelectually (SAVI) dengan pembiasaan bekerja ilmiah dapat meningkatkan

[image:50.612.111.517.81.623.2]

motivasi dan hasil belajar siswa

(51)

2.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian atau dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian (Sugiyono, 2008: 96). Adapun hipotesis yang akan diujikan dalam

penelitian ini adalah:

1. Motivasi belajar siswa melalui pembelajaran SAVI dan Pembiasaan bekerja

ilmiah lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi belajar siswa melalui

pembelajaran SAVI saja.

2. Hasil belajar siswa melalui pembelajaran SAVI dan Pembiasaan bekerja ilmiah

lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi belajar siswa melalui pembelajaran

(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian eksperimen dengan pendekatan

kuantitatif. Bentuk eksperimen ini menggunakan Quasi Experimental Design yang

mempunyai kelas kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol

variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Penelitian ini difokuskan untuk menerapkan model pembelajaran SAVI

dengan pembiasaan bekerja ilmiah terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa.

Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design yang hampir

sama dengan pretest posttest control group design, hanya pada desain ini kelas

eksperimen dan kelas kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2008: 116).

Siswa di kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberi pretest di awal

pembelajaran. Kemudian siswa diberi perlakuan SAVI dengan pembiasaan kerja

ilmiah untuk kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan hanya

dengan model pembelajaran SAVI. Selanjutnya kedua kelas diberi posttest. Hasil dari

perlakuan siswa dapat diketahui dengan membandingkan hasil akhir dengan keadaan

sebelum diberi perlakuan. Rancangan desain dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

(53)

O

1

X

O

2 [image:53.612.236.402.104.162.2]

O

3

Y

O

4

Gambar 3.1 Rancangan Desain Penelitian

Keterangan:

O1 : nilai pretest pada kelas eksperimen (sebelum diberi perlakuan)

O2 : nilai posttest pada kelas eksperimen (setelah diberi perlakuan)

O3 : nilai pretest pada kelas kontrol (sebelum diberi perlakuan)

O4 : nilai posttest pada kelas kontrol (setelah diberi perlakuan)

X : Perlakuan dengan model pembelajaran SAVI dengan pembiasaan bekerja ilmiah

Y : perlakuan dengan model SAVI

(Sugiyono, 2008: 116)

3.2 Subjek dan Lokasi Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 117). Populasi

dalam penelitian ini adalah kelas VIII SMP Negeri 5 Batang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Jumlah populasi yang besar mengakibatkan ketidakmampuan oleh peneliti

(54)

37

Oleh karena itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul repesentatif

(mewakili) (Sugiyono, 2008: 117).

Pengambilan sampel data populasi ini menggunakan teknik purposive

sampling. Pemilihan sampel dengan cara teknik purposive sampling, sampel

penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008: 124).

Sampel dari penelitian ini yaitu kelas VIII B dan VIII E.

3.2.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Batang yang Beralamat di

Jalan R.E. Martadinata No 138 Batang.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari orang, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 61). Terdapat dua

variabel dalam penelitian ini, yaitu:

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel independen merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen

(terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran SAVI

dengan pembiasaan bekerja ilmiah dan pembelajaran dengan model SAVI tanpa kerja

(55)

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat atau variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 5

Batang.

3.4 Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan Quasi Experimental Design dimana desain ini

mempunyai kelas eksperimen dan kelas kontrol, tetapi tidak sepenuhnya mengontrol

varibel-variabel yang berpengaruh pada pelaksanaan eksperimen. desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Control Group Pre-Test Post-Test.

Kedua kelas yang diambil pada penelitian ini memiliki karakteristik yang

sama atau homogen. Untuk mengetahui bahwa kedua kelas tersebut homogen dan

normal adalah dengan meguji normalitas dan homogenitas kedua kelas tersebut.

Kelas eksperimen maupun kelas kontrol keduanya diberi pre-test untuk mengetahui

pemahaman dan motivasi belajar siswa sebelum diberikannya perlakuan. Kelas A

sebagai kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran

dengan pembiasaan bekerja ilmiah. Sedangkan kelas B sebagai kelas kontrol diberi

perlakuan dengan model pembelajaran SAVI saja. Setelah kedua kelas diberi

perlakuan yang berbeda selanjutnya kedua kelas diberi post-test untuk mengetahui

(56)

39

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Observasi

Teknik pengumpulan data observasi digunakan bila penelitian dilakukan

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila

responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2008: 203). Pengumpulan data

observasi dibantu oleh observer dengan cara mengisi lembar observasi.

3.5.2 Angket (Kuisioner)

Angket atau kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008: 199). Angket dalam penelitian ini merupakan

angket respon siswa mengenai motivasi belajar siswa setelah penerapan model

pembelajaran SAVI dan pembiasaan bekerja ilmiah.

3.5.3 Tes

Tes adalah alat bantu prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

ditentukan (Arikunto, 2010: 70). Metode ini untuk mengetahui pengusaan siswa

terhadap hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tes yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi pretest dan posttest yang dilakukan pada

tiap-tiap kelas. Pretest merupakan uji awal sebelum dilakukan eksperimen pada

sampel penelitian sedangkan posttet merupakan uji akhir eksperimen atau tes yang

(57)

Pearson

=

persa

maan:

− (∑ )(∑ )

∑ − ) ∑ − )

3.5.4 Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data mengenai hal-hal atau

variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legeer, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 70). Metode dokumentasi diperlukan

untuk memperoleh data siswa serta foto kegiatan pembelajaran.

3.6 Analisis Instrumen Angket

3.6.1 Validitas

Menurut Arikunto (2007: 72), untuk menguji validitas konstruksi soal angket

yang digunakan dalam penelitian digunakan rumus korelasi product moment yang

dikemukakan oleh dengan

{ (∑ }{ (∑ }

Keterangan :

r

XY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = banyaknya peserta tes

X = skor butir

Y = skor total

Validitas angket dapat diketahui dengan membandingkan harga r hitung

(58)

41

un rum

=

us Alpha

− 1

Cron

1 −

ach s

angan

=

= ∑

22 Kaidah keputusan jika thitung > ttabel berarti valid. Hasil uji validitas angket dari 30

butir soal dapat dilihat pada Lampiran 15 dan terangkum pada Tabel 3.1.

[image:58.612.113.531.205.310.2]

No Kriteria Soal

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Angket Uji Coba

No Soal Jumlah

1 Valid 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 27, 28, 30

Tidak 2

Valid 6, 9, 12, 14, 16, 23, 24, 29 8

3.6.2 Reliabilitas

Untuk mencari reliabilitas instrumen angket digunakan rumus Alpha

(Arikunto, 2010: 239). Adap b ebagai berikut :

Keter :

koefisien reliabilitas

jumlah varians skor tiap-tiap item

= varians total

k = banyaknya butir soal

Setelah koefisisen reliabilitas diperoleh atau nilai r11 = 0.885, kemudian

dibandingkan dengan r tabel. Pada α = 5% dengan n = 21 diperoleh r tabel 0.433.

karena r11 > rtabel maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut reliable. Data

(59)

n bise al d gan

persa

3.7 Analisis Instrumen Tes

Setelah perangkat tes disusun, maka dilakukan uji coba untuk mengetahui

validitas, daya beda, tingkat kesukaran soal dan reliabilitas. Setelah perangkat tes

diuji cobakan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis dengan tujuan

instrumen yang dipakai untuk memperoleh data benar-benar dapat digunakan dan

dapat dipercaya. Analisis perangkat uji coba meliputi:

3.7.1 Validitas

Validitas berhubungan dengan ketepatan atau kesahihan instrumen yaitu

kesesuaian tujuan dengan alat ukur yang digunakan. Sebuah tes dikatakan memiliki

validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria dalam arti memiliki kesejajaran antara

hasil tes dengan kriteria. Teknik untuk mengetahui kesejajaran tersebut salah satunya

dengan menggunakan rumus poi ri en maan sebagai berikut:

=

(Arikunto, 2007: 79)

Keterangan:

γpbi = koefisien korelasi biserial.

M = rata-rata skor dari subjek yang menjawab betul untuk butir soal yang dicari

validitasnya

Mt = rata-rata skor total

(60)

43

embed

=

a dap

at dihi

=

tung

− deng

22 p = proporsi siswa yang benjawab benar atau banyaknya siswa yang menjawab

benar dibagi den

Gambar

Gambar 2.1 (a) Pemantulan teratur dan (b) Pemantulan baur
Gambar 2.2 Hukum pemantulan
Gambar 2.5 Pemantulan sinar datang sejajar dengan sumbu utama
Gambar 2.6 Pemantulan sinar datang melalui titik fokus
+7

Referensi

Dokumen terkait

judul “ ANALISA PEMBEBANAN MOTOR UNIVERSAL DENGAN MENGGUNAKAN DUA SUMBER TEGANGAN AC DAN DC” Laporan Akhir ini adalah salah satu syarat menyelesaikan program Diploma III

Modern adalah konsep yang menunjuk pada suatu proses transformasi atau suatu perubahan sosial yang terarah dari suatu keadaan yang kurang maju atau kurang

Sebanyak 12 orang karyawan mengikuti program pendampingan gizi yang diberikan melalui pertemuan 1 kali per bulan, aplikasi whatsapp 3-5 kali per minggu dan

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak pelepah pisang raja ( Musa paradisiaca Var. Raja )

[r]

diperoleh dari produksi metil ester (biodiesel) dengan bahan baku biji saga. (Adenthera

Jika dalam ruang norm kita membahas panjang vektor, maka dalam ruang norm-2 yang dibicarakan adalah luas jajargenjang yang direntang oleh 2 vektor.. Berikut

[r]