• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA :Studi Deskriptif di SMP Negeri 1 Majasari Kabupaten Pandeglang Tahun Pelajaran 2009-2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN DIRI SISWA :Studi Deskriptif di SMP Negeri 1 Majasari Kabupaten Pandeglang Tahun Pelajaran 2009-2010."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ………. xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Definisi Operasional ... 9

E. Metode Penelitian ... 11

BAB II KERANGKA TEORETIK PENYESUAIAN DIRI DAN BIMBINGAN KELOMPOK A. Definisi Penyesuaian Diri ... 13

B. Karakteristik Penyesuaian Diri ... 17

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri…. 22

D. Permasalahan-permasalahan Penyesuaian Diri ... 28

(2)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 49

B. Definisi Operasional ... 50

C. Subjek Penelitian ... 54

D. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 56

E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 57

F. Proses Pengumpulan Data ... 60

G. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ... 62

H. Prosedur Penelitian………. 68

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 70

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 118

B. Rekomendasi ... 119

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode

penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat pada masa globalisasi ini mengalami perubahan yang

sangat cepat. Keadaan tersebut mengakibatkan ada manusia yang mampu

menyesuaikan diri dan mengimbanginya bahkan ada pula yang gagal

dalam melakukan penyesuaian diri. Proses globalisasi terus berlangsung,

berbagai informasi mengalir tanpa batas ruang maupun waktu. Bagi

individu yang tidak mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan

tersebut akan mengalami hambatan. Dalam hal ini sekolah harus

mengantisipasinya supaya tidak berpengaruh terhadap siswa. Perubahan yang

terjadi di luar lingkungan sekolah tetap akan berpengaruh terhadap perilaku

siswa. Perilaku yang muncul sebagai akibat tidak dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan adalah perilaku menyimpang (maladjustment).

Pada saat manusia memasuki lingkungan baru, individu dituntut

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut, sehingga ia mampu

hidup, tumbuh, dan berkembang serta dapat melangsungkan hidupnya.

Demikian pula dengan siswa yang memasuki lingkungan sekolah yang baru,

ia akan dihadapkan pada berbagai keadaan yang berbeda dengan sekolah

(4)

Siswa dihadapkan pada berbagai tuntutan dan harapan yang sangat

kompleks. Siswa dituntut supaya mampu melakukan penyesuaian dengan baik.

Siswa berhadapan dengan mata pelajaran baru, guru-guru yang baru, teman

baru, lingkungan sekolah yang baru dan sebagainya. Kondisi tersebut menuntut

siswa berhasil dalam hal penyesuaian dirinya.

Dalam melakukan penyesuaian dengan lingkungan, siswa terkadang

dihadapkan pada kondisi sulit, pola perilaku yang dikembangkan di rumah,

menimbulkan kesulitan hubungan sosial di luar di luar rumah; rumah kurang

memberikan teladan yang baik pada perilaku anak; kurangnya motivasi

untuk belajar menyesuaikan diri. Hal ini banyak terjadi karena pengalaman

sosial awal yang tidak menyenangkan; anak tidak mendapat bimbingan dan

bantuan yang cukup dalam proses belajarnya. Elizabeth B. Hurlock (1992:

213) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan tersulit adalah

yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan

diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada

dan harus menyesuiakan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga

dan sekolah.

Dikatakan tersulit dalam penyesuaian diri, menurut Elizabeth B.

Hurlock kerena meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam

perilaku sosial, pengelompokkan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam

seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial,

(5)

tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian

baru.

Siswa menempuh berbagai macam cara di dalam menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Cara yang dilakukan, yaitu memilih teman (interaksi

dengan siswa lain), interaksi dengan guru, dan interaksi dengan lingkungan

sekitarnya. Siswa melakukan interaksi sosial yang baik dengan lingkungan

sekitarnya, karena ia telah memiliki teman. Melalui interaksi sosial, diharapkan

dapat memperlancar proses belajar siswa, karena interaksi sosial yang baik

akan memberikan informasi tentang banyak hal dari lingkungannya. Melalui

interaksi sosial, siswa belajar mengenai bagaimana sikap yang dapat

diterima dengan baik oleh teman-temannya, diterima hanya sekedarnya saja

atau ditolak oleh teman-temannya. Siswa juga dapat belajar tentang

penilaian orang lain terhadap dirinya.

Bimbingan sebagai upaya membantu siswa untuk meningkatkan

penyesuaian dirinya dapat dilakukan dengan strategi bimbingan dan konseling,

yaitu: kegiatan konseling individual, konsultasi, bimbingan kelompok, konseling

kelompok, atau pengajaran remedial, Juntika, (2007: 9). Bimbingan kelompok

merupakan salah satu cara yang dilakukan dalam kegiatan bimbingan dan

konseling untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah.

Dengan layanan bimbingan kelompok beberapa siswa dan beberapa fungsi

bimbingan dicapai dalam layanan tersebut. Fungsi bimbingan dan konseling,

yaitu: fungsi pemahaman, fungsi fasilitasi, fungsi penyesuaian, fungsi

(6)

penyembuhan, fungsi pemeliharaan, dan fungsi pengembangan. Direktorat

Jenderal Manajemen Pendididkan Dasar Dan Menengah, (2007:16).

Bimbingan kelompok sangat bermanfaat bagi siswa karena melalui

interaksi dengan anggota-anggota kelompok mereka dapat memenuhi beberapa

kebutuhan psikologis seperti kebutuhan menyesuaikan diri dengan teman

sebaya dan diterima oleh mereka, kebutuhan untuk saling berbagi

pengalaman, kebutuhan untuk menemukan nilai-nilai yang ada di sekitar

sebagai pedoman, serta kebutuhan lebih demokratis dan mandiri.

Dari pengamatan yang dilakukan di SMPN 1 Majasari Kabupaten

Pandeglang banyak sekali ditemukan siswa bermasalah. Adapun masalah

tersebut, yaitu pelanggaran tata tertib, kecenderungan masuk ke kelas

terlambat, membolos, perkelahian, rendahnya prestasi yang dicapai siswa,

menurunnya semangat belajar yang disebabkan dari masalah-masalah pribadi,

bahkan ada beberapa siswa yang acuh tak acuh dalam menerima pelajaran.

Perilaku tersebut dapat dijadikan indikator bahwa mereka tidak mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Apabila hal ini dibiarkan, akan

menghambat proses perkembangan diri dan perwujudan diri yang bermakna

sesuai dengan tujuan pendidikan

Keadaan seperti tersebut merupakan tugas pokok layanan bimbingan yaitu

membantu siswa mengatasi hambatan-hambatan yang mengganggu dalam

melaksanakan tugas-tugas belajarnya. Sebab tujuan pelayanan bimbingan ialah

agar siswa dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan

(7)

potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri

dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya;

(4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian

dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Beberapa indikasi masalah yang dialami siswa, yaitu tidak mampu

melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah. Hal ini dapat dilihat

dari perilaku anak yang tidak mematuhi peraturan yang dibuat bagi para siswa,

seperti membolos, tidak masuk sekolah tanpa alasannya, mengikuti upacara tidak

tertib, memalak, berkelahi, kurang konsentrasi dalam belajar,enggan

melaksanakan piket kelas, malas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,

tidak memahami kemampuan dirinya, tidak berpakaian seragam secara lengkap

sesuai aturan yang telah ditetapkan, malas mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,

malas berkunjung ke perpustakaan, dan sebagainya.

Dengan mempertimbangkan keadaan diatas, peneliti mencoba melakukan

penelitian yang berhubungan dengan mengembangkan penyesuaian diri siswa

melalui bimbingan kelompok di SMPN 1 Majasari Kabupaten Pandeglang.

B. Identifikasi Dan Rumusan Masalah

Tujuan layanan bimbingan dan konseling di SMP ialah membantu

siswa yang memiliki karakteristik, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan

yang harus dipenuhinya. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja adalah

sebagai berikut:

1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beiman dan bertaqwa

(8)

2. Mengembangkan hubungan sosial yang mantap dengan teman sebaya,

baik pria maupun wanita, yaitu mampu bekerja sama dalam kelompok,

menerima teman dari lawan jenis yang berbeda, dan tidak memaksakan

kehendak pada kelompoknya.

3. Mengembangkan peran sosial sebagai pria atau peran perempuan untuk

siswa perempuan sesuai dengan norma masyarakat yaitu mengetahui,

mendalami, menerima, mau dan mampu mengerjakan peran sosial pria

atau wanita sesuai norma masyarakat.

4. Menerima keadaan diri dan menerapkannya secara efektif, yaitu

menerima keadaan fisik, bakat, memelihara fisik, mengembangkan bakat,

serta menghargai keadaan dirinya (self- esteem).

5. Memiliki sikap dan perilaku emosional yang mantap, yaitu tidak cepat

putus asa, tidak manja, berani mengambil resiko, menyayangi orang tua

setulus hati, dan menghargai guru secara ikhlas.

6. Mempersiapkan kearah kemandirian ekonomi, yaitu penuh pertimbangan

dalam membeli sesuatu, berusaha untuk menabung, membantu pekerjaan

orang tua, berusaha agar studi tepat pada waktunya, memilih kegiatan

ekstrakurikuler yang nantinya dapat menghasilkan nafkah.

7. Memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, yaitu mampu memilih

jurusan yang sesuai dengan cita-cita pekerjaannya, mampu memilih

kegiatan ektrakurikuler yang akan mendukung terhadap cita-cita

(9)

sesuai dengan cita-cita pekerjaannya, serta memahami syarat-syarat yang

diperlukan untuk pekerjaan yang dicita-citakan.

8. Memiliki sikap positif terhadap perkawinan dan hidup berkeluarga, yaitu

menghargai perkawinan dan memahami hak dan kewajiban sebagai

anggota keluarga.

9. Memiliki ketrampilan intelektual dan memahami konsep-konsep yang

diperlukan untuk menjadi warga negara yang baik, yaitu mampu membuat

pilihan yang sehat, membuat keputusan secara efektif, dapat

menyelesaikan koflik atau masalah, memahami konsep hukum,

ekonomi,politik, yang berlaku di negaranya.

10.Memilki sikap dan perilaku sosial yang bertanggung jawab, yaitu

berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial di sekolah dan masyarakat,

menolong teman yang memerlukan bantuan, menyantuni fakir miskin dan

menengok teman yang sakit, serta.

11.Memahami nilai-nilai dan etika hidup bermasyarakat,yaitu sopan santun

dalam bergaul, jujur dalam bertindak, dan menghargai perasaan orang lain.

Juntika (2006: 43-44).

Remaja memiliki ciri suka berkelompok terutama dengan teman

sebaya. Di dalam kelompok, mereka dapat mengembangkan dirinya. Apabila

kelompok teman sebaya tersebut dikelola dengan baik kemungkinan besar

akan berkontribusi positif terhadap pengembangan diri remaja. Layanan

bimbingan dan koseling di SMP dapat memaanfaatkan situasi kelompok

(10)

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah: “ Seperti apa program

bimbingan dan konseling kelompok yang dapat digunakan untuk

mengembangkan penyesuaian diri siswa di Sekolah?”

Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas, maka dirumuskan

pertanyaan-pertanyaan operasional sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah ?

2. Seperti apa program bimbingan dan konseling kelompok untuk

mengembangkan penyesuaian diri siswa di SMPN 1 Majasari Pandeglang ?

3. Bagaimana efektifitas program bimbingan dan konseling kelompok untuk

mengembangkan penyesuaian diri siswa ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini dilakukan adalah menghasilkan strategi

bimbingan dan konseling kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa.

Untuk mencapai tujuan tersebut ada beberapa tujuan khusus yang

akan dicapai terlebih dahulu, yaitu sebagai berikut:

1. Dapat diketahui gambaran penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah.

2. Dapat dibuat program bimbingan dan konseling kelompok untuk

mengembangkan penyesuaian diri siswa di SMPN 1 Majasari Pandeglang.

3. Dapat diketahui efektifitas program bimbingan dan konseling kelompok untuk

mengembangkan penyesuaian diri siswa.

Adapun manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini secara teoritik

diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan

(11)

penyesuaian diri siswa yang terstruktur dan sistematis. Secara praktis hasil

penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat digunakan oleh guru pembimbing dalam membantu siswa untuk

mengembangkan penyesuaian diri di lingkungan pendidikan.

2. Adanya program bimbingan dan konseling melalui strategi bimbingan

kelompok dapat meningkatkan kesadaran guru pembimbing untuk menerapkan

dan mengembangkan strategi bimbingan kelompok sebagai komponen dalam

program pendidikan secara keseluruhan.

3. Dapat bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan penyesuaian diri di

lingkungan sekolah.

D. Definisi Operasional

1. Program Bimbingan dan Konseling Melalui Bimbingan Kelompok

Program dapat diartikan sebagai suatu deretan kegiatan yang akan

dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Program bimbingan dan konseling

melalui bimbingan kelompok yaitu sederetan kegiatan bimbingan yang akan

dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Program tersebut dituangkan dalam

kerangka kerja yang sistematis, terarah, dan terpadu untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

Suherman (2009:51) mengemukakan Program bimbingan dan konseling

sekolah merupakan serangkaian rencana aktivitas layanan bimbingan dan

konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap

personel dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya …, secara mendasar

(12)

pemberian layanan langsung bagi seluruh siswa, jadi setiap siswa menerima

manfaat program tersebut.

Penyusunan program bimbingan dan konseling melalui bimbingan

kelompok diungkap melalui beberapa aspek, yaitu: (1) perencanaan program; (2)

pengorganisasian dan administrasi; (3) sarana; (4) anggaran; (5) koordinasi dan

kerjasama; (6) pelaksanaan; (7) penilaian.

Berdasarkan uraian di atas, pengembangan program bimbingan dan

konseling melalui bimbingan kelompok adalah upaya peneliti bersama-sama

dengan personel sekolah di SMPN 1 Majasari Kabupaten Pandeglang

merumuskan program bimbingan dan konseling melalui bimbingan kelompok

untuk meningkatkan penyesuaian diri siswa berdasarkan aspek kegiatan penting

yang perlu dilakukan, yaitu (1) perencanaan program; (2) pengorganisasian dan

administrasi; (3) penentuan sarana yang akan digunakan; (4) penentuan anggaran

yang diperlukan; (5) koordinasi dan kerjasama; (6) pelaksanaan; (7) penilaian.

2.Penyesuaian Diri Siswa

Menurut Schneiders (Yusuf, 2009:28-29) Penyesuaian (adjustment) adalah

suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan dalam upaya

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustrasi dan

konflik secara sukses, serta mengehasilkan hubungan yang harmonis antara

kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup.

Adapun ciri-ciri orang yang well adjusted, yaitu mampu merespon kebutuhan dan

masalah secara matang, efisien, puas, dan sehat (wholesome). Efisien artinya hasil

(13)

Wholesome artinya respon individu itu sesuai dengan hakikat kemanusiaanya,

hubungan dengan yang lain, dan hubungannya dengan Tuhan.

Kemampuan menyesuaikan yang baik ditandai oleh adanya kemampuan

seseorang untuk mereaksi secara efektif dan bermanfaat di lingkungan siswa

berada. Dalam lingkungan sekolah, perilaku siswa merupakan cerminan dari

kemampuan penyesuaian dirinya. Cerminan tersebut dapat kita lihat dari contoh

perilaku sebagai berikut: homat dan menerima kebijakan dari kepala sekolah dan

dewan guru, berminat dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, bergaul secara

sehat, baik dan bermanfaat, bersahabat dengan teman-temannya maupun dengan

gurunya, keinginan untuk menerima aturan-aturan sekolah, menerima tanggung

jawab, membantu sekolah dalam mencapai tujuannya.

Kemampuan penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah dalam

penelitian ini adalah perilaku siswa yang diukur dengan menggunakan skala

pengukuran kemampuan penyesuaian diri siswa mengenai keterlibatan siswa

dalam kegiatan belajar di sekolah yang akan tercermin dalam: (1) kemampuan

siswa dalam hubungan dengan teman sebaya maupun guru; (2) penyesuaian

terhadap tata tertib sekolah; (3) partisipasi dalam kegiatan belajar di sekolah; (4)

keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan

metode deskriptif. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen angket.

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 1 Majasari

(14)

efektif dan efisien, peneliti hanya mengambil sampel yaitu sebagian atau yang

mewakili populasi yang akan menjadi subyek atau objek penelitian. Dalam hal ini

penulis mengambil sampel dengan teknik random sampling atau sampel yang

diambil secara acak.

Teknik analisis data untuk penyesuaian diri siswa SMPN 1 Majasari

Kabupaten Pandeglang dengan menggunakan analisis statistik uji t.

(15)

49

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang metode penelitian, definisi operasional,

subjek penelitian, pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data

penelitian, proses pengumpulan data, pengolahan dan analisis data penelitian.

A. Metode Penelitian

Proses penelitian ilmiah dimulai dari perencanaan, pengumpulan data

dan pengolahan data yang harus diputuskan secara pasti dalam bentuk metode

penelitian yang tepat. Ketepatan dimaksudkan mengenai relevansi antara metode

penelitian yang dipergunakan dengan masalah yang diteliti, sehingga penelitian

tersebut akan berhasil secara efektif serta dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan

akhir dari suatu penelitian yaitu untuk memecahkan masalah dan menghasilkan

suatu kesimpulan yang sebenarnya serta tidak diragukan lagi.

Metode dapat diartikan sebagai cara atau pendekatan yang digunakan

untuk mencari jawaban dari permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu, suatu

penelitian memerlukan metode atau pendekatan yang sesuai dengan tujuan

penelitian dan karakteristik masalah yang diteliti agar permasalahan penelitian

dapat terpecahkan.

Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan yang

digunakan yaitu deskriptif. Menurut Sugiyono (2010: 207), statistik deskriptif

adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

(16)

50

generalisasi. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran empiris

mengenai pengembangan program bimbingan dan konseling melalui bimbingan

kelompok untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa. Gambaran yang

diperoleh kemudian dianalisis secara kuantitatif. Berdasarkan generalisasi yang

diperoleh dari pelaksanaan bimbingan kelompok untuk mengembangkan

penyesuaian diri siswa, sehingga diperoleh suatu program bimbingan dan

konseling yang efektif untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa di

lingkungan sekolah. Program bimbingan kelompok untuk mengembangkan

penyesuaian diri siswa SMP Negeri 1 Majasari Kabupaten Pandeglang

efektivitasnya diukur dengan menggunakan uji t.

Hipotesis yang masih merupakan jawaban sementara tersebut, kemudian

dibuktikan kebenarannya secara empiris/nyata. Oleh karena itu peneliti melakukan

pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah

ditetapkan oleh peneliti. Karena keterbatasan waktu penelitian, sedangkan

populasi terlalu banyak, peneliti dapat mengambil sebagian dari populasi atau

yang dinamakan sampel dari populasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teknik random sampling.

B. Definisi Operasional

1. Program Bimbingan dan Konseling Kelompok

Program dapat diartikan sebagai suatu deretan kegiatan yang akan

dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Bimbingan kelompok merupakan

salah satu strategi bimbingan dan konseling yang berisikan mengenai rencana

(17)

51

Di dalam menyusun program bimbingan dan konseling tersebut berisikan

kegiatan-kegiatan yang dituangkan dalam kerangka kerja yang sistematis, terarah

dan terpadu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Yusuf (2009: 68), salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh

guru pembimbing atau konselor adalah Mengelola Program Bimbingan dan

Konseling. Kemampuan mengelola program bimbingan dan konseling, yaitu: (1)

merencanakan, (2) melaksanakan; (3) mengevaluasi; dan (4) merancang tindak

lanjut atau mendesain perbaikan atau pengembangan program bimbingan dan

konseling.

Menurut Suherman (2009: 51), program bimbingan dan konseling sekolah

merupakan serangkaian rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di

sekolah, yang selnjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam

pelaksanaan dan pertanggungjawabannya …, secara mendasar program

bimbingan dan konseling sekolah direkomendasikan sebagai upaya pemberian

layanan langsung bagi seluruh siswa, jadi setiap siswa menerima manfaat dari

program tersebut.

Menurut Natawidjaja (2009: 9), bahwa program bimbingan di sekolah

ditekankan, sekurang-kurangnya pada empat jenis layanan, yaitu: (1)

pengumpulan data bimbingan yang berupa data tentang setiap siswa besrta

keadaan lingkungannya; (2) konseling yang berupa pemberian bantuan khusus

untuk menangani kesulitan para siswa dalam membuat keputusan yang tepat dan

memecahkan masalah yang dihadapinya; (3) penyajian informasi dikaitkan

(18)

52

dalam kelanjutan studi maupun dalam lapangan pekerjaan yang akan dipilihnya;

dan (4) penilaian terhadap keberhasilan program dan layanan bimbingan kepada

siswa dilanjutkan dengan penelitian yang diperlukan untuk mengembangkan dan

memperbaiki program dan layanan bimbingan selanjutnya.

Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling melalui bimbingan

kelompok perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) adanya rumusan yang

jelas tentang tujuan program yang hendak dicapai; (2) skala prioritas jenis

kegiatan yang akan diselenggarakan; (3) adanya personel bimbingan yang

memiliki keahlian, sikap, dan pribadi serta kompetensi yang diharapkan; (4)

adanya mekanisme kerja yang teratur dalam proses pelaksanaan bimbingan

kelompok; (5) adanya kerjasama yang baik antara pembimbing dengan personel

sekolah lainnya; dan (6) adanya fasilitas yang memadai bagi pelaksanaan kegiatan

bimbingan kelompok.

Struktur pengembangan program bimbingan dan konseling menurut

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Departemen Pendidikan Nasional, (2007:36-40) sebagai berikut: (1) rasional; (2)

visi dan misi; (3) deskripsi kebutuhan; (4) tujuan; (5) komponen program; (6)

rencana operasional (action plannn); (7) pengembangan tema/ topik (bisa dalam

bentuk dokumen tersendiri); (8) pengembangan satuan pelayanan (bisa dalam

bebtuk dokumen tersendiri); (9) evaluasi; (10) Anggaran.

Berdasarkan uraian diatas, pengembangan program bimbingan dan

konseling melalui bimbingan kelompok adalah upaya peneliti menyusun program

(19)

53

Majasari Pandeglang merumuskan program bimbingan dan konseling sekolah

melalui bimbingan kelompok untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa

berdasarkan aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan, yaitu: (1) perencanaan

program; (2) pengorganisasian dan adminitrasi; (3) penentuan sarana yang akan

digunakan; (4) penentuan anggaran yang diperlukan; (5) koordinasi dan

kerjasama; (6) pelaksanaan; dan (7) penilaian.

2. Penyesuaian Diri Siswa

Ada seperangkat yang diharapakan dimiliki oleh siswa SMP. Dari segi

individu, apa yang dimilikinya itu dikaitkan dengan perkembangan pikiran, sikap

dan perasaan, keinginan dan perlakuan nyata, dan dari segi lingkungan ada

semacam tuntutan dari faktor-faktor sosial, religius, serta nilai-nilai dan norma

yang ada di lingkungan tersebut. Keberhasilan siswa dalam menyesuaikan dirinya

terhadap kondisi tersebut akan memberikan kebahagiaan kepada siswa tersebut,

namun jika terjadi kegagalan dalam mencapai suatu keinginan dapat menimbulkan

permasalahan bagi dirinya.

Kemampuan penyesuaian diri yang baik ditandai oleh adanya kemampuan

seseorang untuk mereaksi secara efektif dan bermanfaat di lingkungan siswa

berada. Dalam lingkungan sekolah, perilaku siswa merupakan cerminan dari

kemampuan penyesuaian dirinya. Cerminan tersebut dapat kita lihat dari contoh

perilaku sebagai berkut: hormat dan menerima kebijakan dari kepala sekolah dan

dewan guru, berminat dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, bergaul secara

(20)

54

gurunya, keinginan untuk menerima aturan-aturan sekolah, menerima tanggung

jawab, membantu sekolah dalam mencapai tujuannya.

Kemampuan penyesuaian diri siswa di lingkungan sekolah dalam

penelitian ini adalah perilaku siswa yang diukur dengan menggunakan skala

pengukuran kemampuan penyesuaian diri siswa mengenai keterlibatan siswa

dalam : (1) penyesuaian terhadap dirinya; (2) penyesuaian terhadap orang lain; (3)

penyesuaian terhadap tata tertib sekolah; (4) partisipasi dalam kegiatan belajar;

(5) keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

C. Subjek Penelitian

Macam-macam data yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu: (a) data

tentang program bimbingan dan konseling kelompok, dan (b) data tentang

penyesuaian diri siswa.

Berdasarkan data yang diperlukan, selanjutnya peneliti menentukan

subyek penelitian. Untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan bimbingan dan

konseling melalui bimbingan kelompok ditentukan subyek penelitian.

Untuk diperoleh data mengenai penyesuaian diri siswa SMPN 1 Majasari

Pandeglang pada semester dua tahun pelajaran 2009-2010 yang tersebar di 20

(dua puluh) kelas. Jumlah subyek dalam penelitian ini bersifat terhingga, yaitu

sebanyak 688 siswa yang tersebar di 20 kelas. Dengan pertimbangan efektivitas

dan efisiensi, maka subyek penelitian (dari siswa) tersebut diambil sebagian atau

mewakili dari setiap tingkatan yang membentuk sampel penelitian atau unit

(21)

Selanjutnya u

simple (sederahana ) karena pengambilan angg

kukan secara acak tanpa memandang strata y

Cara demikian dilakukan bila anggota pop

gambilan sampel menggunakan rumus dari Taro

iduwan, 2005:65) sebagai berikut:

enelitian sosial besarnya presisi biasanya an

penelitian ini peneliti mengambil presisi sebes

225

subyek penelitian sebanyak 225 responden

(22)

56

Tabel 3.1

KEADAAN SUBJEK PENELITIAN PENYESUAIAN DIRI SISWA

NO KELAS POPULASI SAMPEL

1 VII 266 87

2 VIII 176 57

3 IX 246 81

JUMLAH SISWA 688 225

D.Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian sangat diperlukan karena dipergunakan untuk

mengumpulkan informasi atau keterangan-keterangan tentang obyek penelitian.

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini berbentuk angket (kuesioner).

Dari aspek-aspek dalam penelitian ini, disusun kisi-kisi sebagai instrumen

penelitian sebagai berikut:

1. Program bimbingan dan konseling kelompok meliputi: (a) menentukan

indikator; (b) menentukan sub-indikator; (c) menentukan tujuan; (d)

menentukan materi; (e) menentukan metode bimbingan; (f) menentukan teknik

yang digunakan dalam layanan bimbingan.

2. Penyesuaian diri siswa, yaitu meliputi: (a) tidak menunjukkan adanya

ketegangan emosional; (b) tidak menunjukkan adanya mekanisme psikologis; (c)

(23)

57

dan pengarahan diri; (e) mampu dalam belajar; (f) menghargai pengalaman; (g)

bersikap realistic dan objektif.

E. Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data merupakan cara-cara atau langkah-langkah yang

ditempuh untuk memperoleh data dalam usaha pemecahan permasalahan

penelitian. Dalam pengumpulan data diperlukan teknik-teknik tertentu sehingga

data yang diharapkan dapat terkumpul dan benar-benar relevan dengan

permasalahan yang hendak dipecahkan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket (kuesioner) sebagai

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang sangat efisien tahu dengan

pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.

Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan

tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan

tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung untuk

dijawab.

Untuk mengungkap data tentang kemampuan penyesuaian diri siswa

digunakan angket ( kuisioner). Angket merupakan alat pengumpul data dalam

bentuk formulir yang disebar untuk mengumpulkan informasi mengenai sesuatu

yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh responden.

Kuisioner ini berbentuk angket bergradasi atau berperingkat 1 sampai dengan 5,

(24)

58

“S” (sering), “K” (kadang-kadang), “P” (pernah), “TP” (tidak pernah). Pada setiap

pernyataan sesuai dengan kesan, perasaan, atau pun pengalaman subyek.

Butir-butir kuisioner diskor sesuai dengan pernyataan positif atau negatif.

Dalam menetapkan cara penyekoran, instrument yang digunakan dalam

penelitian ini berkisar dari 1 sampai dengan 5. Perincian kriteria penskoran

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2

KRITERIA PENILAIAN (SKOR) ALTERNATIF JAWABAN UNTUK TIAP ITEM

NO OPTION SKOR

+ -

1 SS ( Sangat Sering) 5 1

2 S ( Sering) 4 2

3 K (Kadang-kadang) 3 3

4 P (Pernah) 2 4

5 TP ( Tidak Pernah) 1 5

Dalam menyusun alat pengumpulan data, peneliti berpedoman pada ruang

lingkup variabel penelitian, dan untuk memudahkan dalam menyusun alat

pengumpulan data ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyusun indikator-indikator dari variable penelitian yang akan

ditanyakan pada responden berdasarkan pada teori yang telah

dikemukakan dalam pembahasan sebelumnya.

2. Menetapkan bentuk alat pengumpul data.

3. Membuat kisi-kisi dalam bentuk matriks yang sesuai dengan indikator

(25)

59

4. Menyusun pertanyaan-pertanyaan disertai alternatif jawaban yang akan

dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi butir angket

yang telah dibuat.

5. Menetapkan kriteria penskoran untuk setiap alternatif jawaban serta bobot

penilaiannya.

6. Membuat petunjuk pengisian angket. Responden membubuhkan tanda

cheklis ( √ ) pada jawaban yang sesuai.

Dibawah ini disajikan kisi-kisi instrument dalam tabel sebagai berikut:

(26)

60

Setelah kisi-kisi dibuat, kemudian dikembangkan beberapa butir

pernyataan. Butir-butir pernyataan itu berimbang berdasarkan jumlah komponen

dan aspek peniliaian dalam kisi-kisi.

F. Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data menyangkut prosedur dan tahapan kegiatan

(27)

61

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti mulai dengan melakukan observasi data kepada

pihak sekolah untuk memperoleh berbagai informasi mengenai keadaan lapangan

yang berhubungan dengan penelitian, terutama keadaan subyek penelitian

mengenai penyesuaian diri siswa di SMP Negeri 1 Majasari Kabupaten

Pandeglang. Setelah data dan keterangan yang diperlukan telah terkumpul,

selanjutnya mengurus berbagai perijinan kepada pihak-pihak terkait.

2. Tahap Penyebaran dan Pengumpulan Instrumen

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan penelitian yang bertujuan

untuk memperoleh data penelitian. Kegiatan yang dilakukan peneliti sesuai

dengan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Untuk memperoleh data tentang kemampuan penyesuaian diri siswa

kegiatan yang dilakukan peneliti adalah dengan cara menyebarkan

instrument/angket penelitian. Peneliti menyebarkan angket kepada seluruh

responden yaitu siswa SMP Negeri 1 Majasari Kabupaten Pandeglang pada

semester kedua tahun pelajaran 2009-2010 mulai dari tanggal 18 Maret sampai

dengan 27 April 2010. Pengumpulan Instrumen/angket dilaksanakan pada waktu

yang sama, yaitu semua data dari responden dikumpulkan dan dicek jumlahnya

berdasarkan jumlah sampel. Jumlah instrument/angket yang masuk sebanyak 225

responden. Dengan demikian data yang ditargetkan sebanyak 225 responden

sesuai target dan terkumpul instrument/angket sebanyak 225 responden. Sehingga

(28)

62

G. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Ukuran bagi memadai atau tidaknya instrumen sebagai alat pengumpul

data dan sebagai alat pengukur variable penelitian, harus memenuhi syarat utama,

yaitu syarat validitas atau keshahihan dan syarat reliabilitas atau keajegan.

Sanafiah Faisal dan G.W. Mulyadi ( 1982:24) menjelaskan maksud dari

validitas dan reliabilitas sebagai berikut:

Validitas pengukuran berhubungan dengan kesesuaian dan kecermatan fungsi ukur dari alat yang digunakan. Suatu alat pengukuran dikatakan valid jika benar-benar sesuai dan menjawab secara cermat tentang variabel yang mau diukur. Sedangkan reliabilitas pengukuran, berhubungan dengan daya konstan alat pengukur didalam melahirkan ukuran-ukuran yang sebenarnya dari apa yang diukur. Alat pengukur yang reliabel kecil kemungkinannya melahirkan ukuran yang berbeda-beda bila kenyataan obyeknya memang sama, walaupun dilakukan oleh lain petugas dan/atau lain kesempatan.

Menurut Sugiyono (1999:267) bahwa “valid berarti instrument tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur”, sedangkan

“instrument yang reliable berarti instrument yang bila digunakan beberapa kali

untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.

Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas suatu instrument pengumpul

data, peneliti perlu mengadakan uji terhadap instrument tersebut, dalm hal ini uji

terhadap angket yang telah disusun. Tujuan dari uji instrument ini adalah untuk

mengetahui kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi terutama

pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat peneliti.

Untuk keperluan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen pengumpul data

(29)

63

Kabupaten Pandeglang. Adapun pelaksanaannya dilaksanakan pada tanggal 25

sampai 27 Maret 2010 terhadap 40 orang siswa sebagai responden.

Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a) Uji Validitas Instrumen

Sugiyono (2007:348) menjelaskan maksud validitas sebagai berikut:

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid, valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.

Untuk mengetahui apakah angket yang telah disusun tepat untuk

dipergunakan sebagai alat pengumpul data atau tidak. Dalam uji validitas ini

penulis menggunakan pengujian validitas tiap butir item, yaitu mengkorelasikan

skor tiap butir item dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.

Adapaun rumus yang digunakan dalam pengujian validitas instrument ini, penulis

menggunakan rumus koefisien korelasi ( r ) dengan teknik Spearman yang dikenal

dengan “rho Spearman”. Rumus ini digunakan untuk mengkorelasikan urutan

tingkatan menurut Spearman dengan rumus sebagai berikut:

rhoxy = 1 – ∑

( )

Arikunto (2006:278)

Keterangan:

Rhoxy = koefisien korelasi tata jenjang

D = Diference ( sering juga digunakan B singkatan dari Beda) D adalah beda antar jenjang setiap subyek

(30)

64

Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi (r),

menggunakan teknik korelasi untuk menentukan validitas item yang dikemukakan

Masrun (Sugiyono, 1999:106) sebagai berikut:

Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasinya yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Program SPSS for Windows

versi 10.0 di atas, diperoleh hasil untuk uji validitas. Dari hasil uji validitas

tersebut dilakukan seleksi angket dan membuang pernyataan/item yang tidak valid

dan item-item yang valid digunakan untuk pengolahan data.

Instrumen yang telah ditimbang oleh para ahli dan dosen pembimbing,

serta telah diujiketerbatasan terhadap 3 orang siswa, berjumlah 81 item.

Kemudian ke-81 item itu diujicobakan kepada 40 siswa untuk mengetahui

validitas dan reliabilitas instrumen.

Dari hasil pengujian dengan bantuan Program SPSS for Windows 10.0

diatas, dengan analisis korelasi dapat diketahui dari jumlah subyek sebanyak 40

orang, diperoleh sebanyak 70 item berada pada tingkat kepercayaan antara 90%

sampai 99%, sedangkan sebanyak 11 item, yaitu item nomor

1,7,17,23,38,41,54,58,70,76,dan 81 berada pada rentang kepercayaan 70% sampai

dengan 80%, dengan tingkat kepercayaan semacam itu maka ke-70 item

pernyataan dipakai, dan sebelas item langsung dibuang. Oleh karena itu, item alat

(31)

sebanyak 70 item pe

pernyataan. Hasil perhitungan validitas selen

an 3..

Instrumen

itas menunjukkan pada satu pengertian

apat dipercaya untuk digunakan sebagai alat p

tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tida

ahkan responden untuk memilih jawaban-jaw

dah dapat dipercaya, yang reliabel akan dapa

ercaya juga ( Arikunto:2006:178).

tas ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

kan. Pengujian reliabilitas instrument dalam

ernal consistency sehingga pengujian ting

an dengan menggunakan metode belah du

earman Brown, yaitu dilakukan dengan

kelompok ganjil dan kelompok genap.

Alat Variabel Penyesuaian Diri

g digunakan adalah sebagai berikut:

=

(Sugiyono, 2007:359)

ilitas internal seluruh instrument

asi product moment antara belahan pertama dan

(32)

Setelah koef

oefisien korelasi dan reliabilitas diperol

ngan menggunakan tabel r dari product mome

epercayaan tertentu maka instrument tersebu

ng < rtabel maka instrument tersebut tidak reliabe

erhitungan untuk alat penyesuaian diri siswa,

sebesar 0.704 dengan tingkat kepercayaan

sil tersebut dimasukan ke dalam rumus koefi

berikut:

(Arikunto, 200

.826

gi harga reliabilitas instrument, kemungkinan

in kecil.

0.40 Derajat keterandalannya rendah

0.70 Derajat keterandalannya sedang

0.90 Derajat keterandalannya tinggi

1.00 Derajat keterandalannya sangat tinggi

(33)

Hasil perhitun

aian diri siswa memiliki tingkat ketepata

ya dengan begitu alat ini dapat digunakan u

elengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

Penelitian

enganalisis merupakan kegiatan yang sangat

untuk memberikan makna terhadap data yang d

ngatur, mengolah, dan mengorganisasikan d

penuh kesungguhan dalam memberikan ma

ta, Patton dalam Nasution ( 1992) menjelaskan

s mengatur data mengorganisasikan ke dala

an uraian dasar. Ia membedakannya dengan p

ang signifikan terhadap analisis, menjelaskan p

diantara dimensi uraian-uraian.

diperoleh dari lapangan diolah dengan meng

pertanyaan dan tujuan penelitian ini. Teknik p

alah dengan mengacu kepada pertanyaan penelit

ggambarkan kecenderungan penyesuaian diri s

i dari penyekoran hingga diperoleh hasil yang

taraf kemampuan penyesuaian diri siswa.

imbingan dan konseling disusun berdasarkan k

(34)

68

aspek, yaitu tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional, tidak

menunjukkan adanya mekanisme psikologis,tidak menunjukkan adanya frustrasi

pribadi,memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, mampu dalam

belajar, menghargai pengalaman, dan bersikap realistik dan objektif.

Adapun gambaran mengenai efektifitas program bimbingan dan

konseling kelompok untuk mengembangkan penyesuaian diri siswa dapat

dianalisis dengan menggunakan uji t.

H. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan kajian teori sebagai pendahuluan untuk konsep penyesuaian diri

siswa.

2. Melaksanakan kajian empirik dengan memotret kondisi objektif kemampuan

penyesuaian diri siswa sebagai dasar mengembangkana program bimbingan

kelompok.

3.Mengembangkan program bimbingan kelompok unuk mengembangkan

penyesuaian diri siswa.

4. Melakukan validasi empiric atas program melalui eksperimen denga desain “

one-group pre test- post test design” untuk mengukur efektivitas bimbingan

kelompok dalam rangka mengembangkan penyesuaian diri siswa Sekolah

Menengah Pertama.

5. Merekomendasikan program hipotetik yang telah diuji.

Dari langkah-langkah tentang prosedur penelitian tersebut di atas dapat

(35)

69

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian KAJKAN TEORK

KAJKAN EMPKRKK

PROGRAM HKPOTETKK YG

DKREKOMENDAEKKAN

VALKDAEK EMPKRKK PROGRAM BKMBKNG-

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan

hasil telaahan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada

bagian sebelumnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi dan pembahasan hasil-hasil penelitian yang

disesuaikan dengan permasalahan penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Secara umum tingkat penyesuaian diri siswa SMP Negeri 1 Majasari

kabupaten Pandeglang cenderung baik. Dilihat dari masing-masing aspek

diperoleh hasil tingkat penyesuaian diri siswa tertinggi adalah aspek

menghargai pengalaman. Sedangkan tingkat terendah adalah aspek

memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri.

2. Pengembangan program bimbingan kelompok untuk mengembangkan

penyesuaian diri siswa didasarkan atas hasil penelitian dan kajian teoritik

tentang bimbingan kelompok. Struktur program berisi hal-hal yang

bersifat filosofis dan teknis.

3. Terdapat perbedaan sangat signifikan nilai penyesuain diri siswa sebelum

dan sesudah diberi bimbingan kelompok. Dengan demikian program

bimbingan kelompok efektif untuk mengembangkan penyesuaian diri

siswa.

(37)

B. Rekomendasi

Bertolak dari hasil temuan dan analisis terhadap kemampuan

penyesuaian diri siswa serta pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di

sekolah,direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya memberikan perhatian dan dukungan yang lebih besar

terhadap perkembangan kemampuan penyesuaian diri siswa, melalui

kerjasama antara seluruh personil sekolah, melalui program intra dan ekstra

kurikuler, serta pengembangan diri siswa.

2. Bagi Guru Pembimbing

Guru pembimbing dapat memberikan layanan bimbingan yang bersifat

preventif dan pengembangan supaya siswa mampu memelihara dan

mengembangkan kemampuan penyesuaian diri yang telah dimilikinya.

Program bimbingan dapat dilaksanakan secara terpadu dengan program

sekolah yang ada, dengan mengoptimalkan dukungan sistem sekolah lainnya

(personel sekolah).

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Temuan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan penyesuaian diri

siswa SMP Negeri 1 Majasari dalam kategori baik. Namun masih ditemukan

sebagaian siswa yang memiliki penyesuaian diri dalam kategori rendah

apabila ditinjau dari aspek penelitian. Diharapkan mendorong peneliti

selanjutnya untuk lebih memperdalam faktor-faktor yang menyebabkan

(38)

129

DAFTAR PUSTAKA

Azwar Saiffudin. (2005). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Corey Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Dariyo Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.

DEPDIKNAS. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal.

Friedman Howards. (2002). Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Furqon. (2008). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Hammal El Azzam. (2008). Kesehatan Mental Orang Dewasa. Jakarta: Restu Agung.

Hartinah Sitti, (2009), Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, Bandung; Refika Aditama.

Natawidjaja Rochman. (1987). Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok. Bandung: Penerbit CV. Dipenogoro..

Nurihsan A Juntika. (2006). Bimbingan Konseling Dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Nurihsan A. Juntika. (2007). Stategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia. No. 27 Tahun 2006. Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.

Romlah Tatiek. (2006). Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang; Universitas Negeri Malang.

Rusmana Nandang.(2009).Permainan (Game & Play).Bandung: Rizqi.

Rusmana Nandang.(2009).Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Metode, Teknik, dan Aplikasi).Bandung: Rizqi.

(39)

130

Schneider A. Alexander .(1964).Personal Adjustment and Mental Health. New york, Holt; Rinehart and Winston.

Sarwono Sarlito Wirawan. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta; Raja Grafindo Persada.

Subana, Rahadi Moersetyo. (2005). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Subino. (1987). Kontruksi dan Analisis Tes. Jakarta: Depdikbud.

Suherman Uman, (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Sunarto, Hartono B. Agung. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud dan Rineka Cipta.

Surya M. (2003). Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Yusuf Syamsu LN. (2008). “Mental Hygiene”. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Yusuf Syamsu, Nurihsan A Juntika. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya

Yusuf Syamsu. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: remaja Rosdakarya.

Yusuf Syamsu, Nurihsan A Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi.

Willis S.Sofyan (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Tabel 3.1 KEADAAN SUBJEK PENELITIAN
Tabel 3.2 KRITERIA PENILAIAN (SKOR) ALTERNATIF JAWABAN
Tabel 3.3 KISI-KISI INSTRUMEN
Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menemukan makna-makna kesabaran yang terkandung dari kisah Nabi Yusuf melalui penelitian, kemudian menariknya pada konteks saat ini, diharapkan dapat membantu dalam

3.3 Pengamatan pada daerah bond coat Pada Gambar 4.24 adalah hasil pengujian SEM pada spesimen sebelum dan sesudah dikenai perlakuan siklik thermal,

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan bio herbisida pulp kakao berpengaruh nyata pada pengamatan yang dilakukan setiap

Penelitian Hartoyo (2009) Prosentase tingkat kecemasan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien flu burung yaitu responden yang mempunyai kecemasan sedang 2

Secara umum, pada tahun 2015, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung tercapainya target pembangunan tercukupi melalui alokasi anggaran yang ada. Persentase

Biasanya pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down payment) sebagai pembayaran pertama dan sisanya diangsur dengan beberapa

Teknik analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk menggambarkan pengaruh pelayanan dan fasilitas terhadap

Pemohon berdalil bahwa kontrak-kontrak yang telah ditandatangani oleh BP Migas dengan pihak asing menyebabkan negara terikat dengan kontrak yang pada akhirnya akan