• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PERSATUAN ISLAM (PERSIS) DALAM MELAKUKAN PENDIDIKAN POLITIK WARGANEGARA. TESIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PERSATUAN ISLAM (PERSIS) DALAM MELAKUKAN PENDIDIKAN POLITIK WARGANEGARA. TESIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PERSATUAN ISLAM ( PERSIS) DALAM

MELAKUKAN PENDIDIKAN POLITIK WARGA NEGARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

Marwan Gupron

NIM. 1103348

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PERAN PERSATUAN ISLAM (PERSIS)

DALAM MELAKUKAN PENDIDIKAN

POLITIK WARGA NEGARA

Oleh

Marwan Gupron

S.H UIN. Bandung, 2006

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program studi Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn)

© Marwan Gupron 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

ABSTRAK

Marwan Gupron, 2013. Peran Persatuan Islam (Persis) dalam melakukan Pendidikan Politik Warganegara. Tesis Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini dilatarbelakangi dari keresahan peneliti tentang kecenderungan pada kalangan Ormas Keagamaan (Islam), persoalan yang berkenaan dengan pembinaan pendidikan politik masih menjadi suatu tantangan, seperti respon terhadap kondisi politik dewasa ini, partisipatoris, unjuk rasa, demonstrasi, perbedaan pendapat, menghargai pendapat orang lain, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keadilan. Maka masalah pokok yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini berkaitan dengan bagaimana peran Pimpinan Pusat Persatuan Islam dalam melakukan pendidikan politik bagi warganegara.

Penelitian ini diarahkan untuk menjawab sejumlah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana landasan filosofis dan ideologis Persatuan Islam (Persis) dalam pendidikan politik warga negara?, (2) Bagaimana materi, media dan metode kegiatan pendidikan politik Persis?, (3) Apa yang menjadi hambatan Persis dalam melakukan pendidikan politik ?.,(4)Bagaimana strategi Persis dalam menghadapi hambatan pendidikan politik warga negara?

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pendidikan politik di lingkungan Persatuan Islam Bandung dalam upaya membangun warganegara melek politik.

Penelitian dilandasi teori ‘Citizenship Education’ (Cogan), yang didukung oleh teori ‘Civil Society’ (Welzer), ‘Political Education’ (Brownhill & Smart), dalam konteks peranan organisasi Islam ‘PERSIS’ Bandung.

Proses penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Informan penelitian adalah Pimpinan, kader, PP Pemuda Persis, PP Persistri dan simpatisan Persis. Data diperoleh melalui pengamatan dan wawancara berstruktur tentang peran Persis dalam melakukan pendidikan politik warganegara.

(5)

ABSTRACT

Marwan Gupron, 2013, The role of Islamic Union (Persis) in performing

Political Citizenship Education. Thesis of Civic Education Program Study, Graduate School of Indonesia University of Education.

This research is motivated from concerns among researchers about the tendency of the Religious Society Organizations (Islam), issues concerning the development of political education is still a challenge, as a response to the current political conditions, participatory, rallies, demonstrations, dissent, respect other people's opinions , and upholding the values of humanity and justice. So the main problem is to be disclosed in the study relates to how central leadership role in the Islamic Union political education for citizens

This study aimed to answer a number of questions as follows: (1) How does the philosophical and ideological foundation of the Islamic Union (Persis) in the political education of citizens?, (2) how the materials, media and methods of political education activities of the Islamic Union (Persis)?, (3) what are the obstacles of the Islamic Union (Persis) in conducting political education?., (4) How strategy of Persis in the face of obstacles political education of citizens? This study aimed to obtain information about political education in Bandung Islamic Unity environment in an attempt build a national political literacy.

The research is based on the theory of 'Citizenship Education' (Cogan), which is supported by the theory of 'Civil Society' (Welzer), 'Political Education' (Brownhill & Smart), in the context of the role of Islamic organizations 'PERSIS' Bandung.

Research process using a qualitative approach with descriptive methods. Informant research is Chairman, a cadre, leadership center Youth OF PERSIS , leadership center OF Persistri and sympathizers. Data were obtained through structured interviews and observations of the role of Persis in the political education of citizens.

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………... 9

C. Tujuan Penelitian ……….. 10

D. Manfaat Penelitian ……… 10

BAB II KAJIAN TEORITIS ……… 12

A. KONSEP PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN …………... 12

1. Pendidikan kewarganegaraan di Masyarakat ………... 12

2. Masyarakat Sipil dalam Politik ……….. 16

B. PERAN ORMAS BAGI PENDIDIKAN POLITIK………. 21

C. MAKNA DAN ESENSI PENDIDIKAN POLITIK ……… 28

1. Pengertian Pendidikan Politik ……… 28

2. Perkembangan Pendidikan Politik di Indonesia………... 36

3. Inti dan Tujuan Pendidikan Politik ……… 39

4. Urgensi Pendidikan Politik ……….... 49

5. Peranan Pendidikan Politik ……… 51

6. Materi Pendidikan Politik ……….. 52

D. PROFIL DAN ANALISIS PERSATUAN ISLAM ………. 55

1. Sejarah Persis ………... 55

2. Visi dan Misi Persis ………... 59

3. Kekuatan jamiyyah Persis ……….. 59

E. PENELITIAN SEBELUMNYA YANG RELEVAN ………. 61

1. Idrus Affandi (1996) mengenai kepeloporan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dalam Pendidikan Politik ……… 61

2. Iyep Candra Hermawan (1998) mengenai Implikasi Pendidikan Politik pada prilaku politik Pimpinan Mahasiswa ……… 62

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 66

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………... 66

1. Lokasi Penelitian ……… 66

2. Subjek Penelitian ……… 66

B. Prosedur Penelitian ………... 66

1. Tahap Pra Lapangan ………... 67

2. Tahap Perizinan Penelitian ………. 67

3. Tahap Pekerjaan lapangan ………..… 68

C. Definisi Operasional ……… 70

D. Metodologi Penelitian ………... 71

1. Pendekatan Penelitian ……… 71

2. Metode Penelitian ………... 72

E. Teknik Pengumpulan Data ………... 73

1. Wawancara Mendalam ……….. 74

2. Studi Dokumentasi ………. 76

3. Studi Literatur ……… 77

4. Observasi ……… 77

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………. 78

1. Reduksi Data ………... 79

2. Display Data ……… 80

3. Kesimpulan dan Verifikasi ………. 80

G. Keabsahan Data Penelitian ……… 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 83

A. Gambaran umum Lokasi Penelitian ………. 83

1. Profil Singkat Persis ………... 83

2. Gambaran Perjalanan Kepemimpinan Persis dari Masa ke Masa …. 84 3. Visi dan Misi Persis ……… 87

4. Kekuatan Jam”iyyah Persis ……… 88

B. Deskripsi Hasil Penelitian ………... 90

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 134

A. Kesimpulan ………... 134

B. Saran ……….. 136

DAFTAR PUSTAKA ………... 139

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan politik merupakan agenda yang sangat penting, apalagi di

sebuah bangsa yang bebas dari penjajahan, karena demokrasi atau proses

demokratisasi memerlukan syarat mutlak keterdidikan rakyat secara politik.

Rakyat yang terdidik secara politik adalah warga negara yang sadar akan hak

dan kewajibannya sebagai warga negara, sehingga ia bisa secara otonom ikut

berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam semua

pengambilan keputusan, memantau proses keputusan publik dan melakukan

advokasi terhadap akses kebijakan publik di lapangan.

Pendidikan politik merupakan suatu usaha yang dilakukan

secara sadar dan terencana guna meningkatkan kesadaran politik rakyat

sehingga ia dapat berperan sebagai pelaku dan partisipan dalam kehidupan

politik kenegaraan yang sesuai dengan, nilai-nilai politik yang berlaku serta

dapat menjalankan peranannya secara aktif, sadar dan bertanggung jawab

yang dilandasi oleh nilai-nilai politik yang berdasarkan Pancasila. Dengan

demikian, pada akhirnya diharapkan akan mampu tercapainya stabilitas

nasional yang semakin mantap dalam rangka pelaksanaan pembangunan

nasional sebagai perwujudan cita-cita proklamasi kemerdekaan.

Oleh karena itu pendidikan politik merupakan wahana pembinaan dan

pembentukan kesadaran warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Pendidikan politik menanamkan nilai-nilai dan

ideologi yang dianut oleh suatu bangsa, dan pembentukan kesadaran itu akan

dicerminkan oleh nilai-nilai, sikap dan ideologi yang dianut dan

ditanamkannya.

Pemahaman terhadap konsep pendidikan politik bagi semua warga

negara, terutama bagi kader dan pimpinan organisasi kemasyarakatan

(Ormas) Islam banyak memainkan peranan yang sangat penting dalam

(10)

Indonesia memperoleh kemerdekaan, peranan Ormas Islam yang memiliki

kesadaran politik bangsa merupakan aset strategis dalam perjuangannya

melalui gerakan politis dan dakwahnya tersebut. Tiada lain, dalam rangka

mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia yaitu untuk memperoleh

kemerdekaan. Pada masa pasca kemerdekaan, perubahan itu membawa

pengaruh pada kesadaran politik bangsa Indonesia yang ingin mewujudkan

cita-cita nasional, sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun

1945. Tentu saja cita-cita yang mulia itu tidak akan pernah terwujud tanpa

melalui pemahaman pendidikan politik secara konsisten yang ditanamkan

dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Menurut Iyep Hermawan (2004:4) Pemahaman pendidikan politik

adalah menjadikan warga negara yang melek politik. Tegasnya adalah bahwa,

warga negara yang melek politik adalah warga negara yang berkepribadian

Pancasila, melek hukum dan konstitusi (1945), melek kehidupan berbangsa

dan bernegara, melek masalah dan mau serta mampu berkontribusi

memecahkan masalah sesuai dengan fungsi dan peran harapannya

Pendidikan Politik bertujuan untuk membentuk warga negara yang

berprilaku baik dan demoktratik. Diharapkan warga negara memiliki

gagasan, pemikiran, ide serta pemahaman tentang pendidikan politik,

sehingga dapat menjadi generasi harapan bangsa untuk tidak kehilangan

karsa, cita-cita dan arah untuk menghadapi masa depan serta siap

menghadapi tantangan dan rintangan berat yang menghadang.

Rusadi Kantaprawira (1999:55) memandang “Pendidikan politik sebagai salah satu fungsi struktur politik”. Dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat agar mereka dapat berpartisipasi

secara maksimal dalam sistem politiknya. Menurut penegasan A. Kosasih Djahiri (1996:19) dan Abdul Azis Wahab (1996:6) agar warga negara “melek politik”, sehingga dengan berbekalkan pengetahuan dan pemahaman pendidikan politik, mereka akan memiliki kematangan dalam bersikap dan

(11)

Hal senada sebagaimana ditegaskan lagi oleh Abdul Azis Wahab

(1996: 10) bahwa:

Pendidikan politik adalah salah satu bentuk Pendidikan Kewarganegaraan yang tujuannya adalah membentuk warga negara yang baik yaitu warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan dengan baik hak-hak dan kewajibannya sebagai individu warga negara. memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial, mampu memecahkan masalah-masalahnya sendiri dan juga masalah-masalah kemasyarakatan secara cerdas sesuai dengan fungsi dan perannya (socially sensitive,

socially responsible dan socially intelligence). selain itu sebagai

warganegara Indonesia yang baik ia juga diharapkan memiliki sikap disiplin pribadi, mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, agar dicapai kualitas pribadi dan prilaku warganegara dan warga masyarakat yang baik ( socio civic behavior dan desirable personal qualities).

Jelas bahwa Dari dua pandangan tersebut, menunjukan urgensi

pendidikan politik sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

warga negara Indonesia termasuk pemberian kebebasan untuk

menyelenggarakannya berada pada posisi yang strategis dalam rangka

membentuk kepribadian bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai dan amanat

Pancasila serta Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 (UUD NRI 1945), menumbuhkan sikap peka, perduli dan responsif

positif terhadap persoalan-persoalan sosial dan politik yang ada dalam

kerangka pemberdayaan warga negara yang cerdas dan baik.

Dengan demikian Pendidikan kewarganegaraan pada hakikatnya

merupakan bagian dari pendidikan politik untuk membina dan meningkatkan

kesadaran politik warga negara yang tidak saja berlaku pada pendidikan

formal melalui persekolahan tapi lebih luas dari itu melalui jalur institusi

yang ada dalam masyarakat. Dalam konteks kontemporer Pendidikan

Kewarganegaraan harus ditempatkan pada posisi yang profesional dalam

suatu kerangka pendidikan politik terutama pada model sosialisasi politik

bagi warga Negara. Dengan demikian akan terwujud suatu model pendidikan

dengan kondisi bangsa Indonesia yang majemuk (pluralistic). Oleh karena

itu, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus melihat sebagai

(12)

tanggung jawabnya dalam kerangka sistem politik berdasarkan Pancasila dan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI

1945).

Sorotan lain yaitu, kedudukan dan peranan Ormas, terutama ormas

Islam dalam percaturan politik sepanjang sejarah memegang peranan penting,

baik pada masa Orde Lama, Orde Baru maupun Orde Reformasi. Oleh karena

itu apabila Pimpinan & Kader Ormas Islam itu tidak dipupuk dan diasah

melalui pendidikan politik secara demokratik, dikhawatirkan akan

melahirkan gerakan atau aksi sosial yang bersifat radikal dan anarkis.

Organisasi kemasyarakatan keagamaan sendiri berfungsi juga sebagai

kekuatan politik dan moral, dalam konteks sejarah politik kemerdekaan

Indonesia tercatat beberapa ormas Islam seperti NU, Muhammadiyyah,

Al-Irsyad, Persatuan Islam (Persis), dan lain-lain menjadi bagian dari proses

perjuangan perlawanan secara politis melawan penjajah dalam rangka

mempertahankan keberadaan Indonesia, yang tentu saja disesuaikan dengan

karakteristik pergerakan dari ormas itu sendiri. Dalam konteks Indonesia hari

ini eksistensi Ormas keagamaan tersebut dalam fungsi nya sebagai media

partner pemerintah, memainkan peranan yang sangat signifikan dalam

memandu perjalanan bangsa ini, terutama dalam merespon perkembangan

politik, ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan masyarakatnya.

Sikap dan prilaku Ormas keagamaan hari ini, terutama ormas Islam

tentu saja tidak hanya dilihat dari satu sisi, yang masih bergelut dalam

persoalan-persoalan, tugas-tugas dan garis kebijakan internal ormas nya

sendiri, tetapi di sisi lain yang harus dicermati tentang pemikirannya yang

kreatif dan inovatif, suka memperjuangkan nasib manusia, memikirkan

masalah-masalah tertentu yang menyangkut masyarakat luas baik itu melalui

gerakan dakwahnya ataupun melalui gerakan sosialnya. Namun demikian

memang patut disesalkan bahwa berbagai pengalaman peristiwa gerakan

sosialnya yang dilakukan beberapa Ormas Islam terlihat kecenderungan dan

berkesan menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan secara konstitusional,

(13)

tidak jarang menunjukan prilaku-prilaku yang tidak seharusnya dilakukan,

seperti pengrusakan, main hakim sendiri atau tindakan kriminal lainnya yang

bukan hanya merugikan seseorang tetapi juga meresahkan masyarakat luas.

Peristiwa semacam itu mungkin juga disebabkan pola gerakan dakwah di

dalam masing-masing tubuh Ormas itu sendiri yang dalam proses

menginterpretasi informasi-informasi yang bersumber dari agamanya

cenderung serabutan, tidak dipahami secara benar dalam konteks

implementasi tataran praktis di lapangan.

Dalam pandangan Shiddiq Amien (2005:63) Keberadaan Persatuan

Islam sebagai salah satu Ormas Islam di Indonesia, sebagaimana Ormas

Islam yang lainnya telah memainkan peranan penting dalam percaturan

politik di Indonesia. Selain itu, perjalanan panjang sebagai sebuah organisasi

dari awal berdirinya hingga keberadaannya sekarang ini, tidak terlepas dari

dinamika sosio-kultural dan situasi-kondisi masyarakat, serta perilaku

aktivitas politik yang di dalamnya organisasi itu tumbuh-berkembang

Sebagai organisasi yang menekankan kegiatannya pada kajian

keagamaan, Persis memang bukan organisasi politik, dalam artian

formalistik. Secara formal, Persis adalah organisasi sosial keagamaan.

Walaupun demikian, bukan berarti Persis mengacuhkan sama sekali masalah

politik. Persis pun turut serta berkecimpung dalam wacana

pergerakan-kekuasaan.

Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Noer (1993:177) bahwa:

(14)

Dari gambaran tersebut di atas, jelas adanya keterlibatan Persis dan

anggota-anggota nya dalam politik praktis. Hal tersebut mengindikasikan

bahwa Persis tidak menutup diri dalam persoalan politik bahkan lebih jauh

iktu terlibat secara aktif dalam proses pembangunan bangsa di negeri ini.

Lebih lanjut Shiddiq Amien (2005:133) menegaskan bahwa untuk

memenangkan ideologi Islam dalam politik pemerintah masa itu, Persis

terjun menjadi anggota istimewa Masyumi yang dipimpin oleh Mohammad

Natsir yang juga aktivis Persis. K.H. Mohammad Isa Anshary dan beberapa

tokoh Persis lainnya terpilih dalam unsur kepemimpinan Masyumi dan

berjuang dalam percaturan politik melalui Masyumi baik di tingkat pusat

maupun di daerah. Persis melalui M. Natsir sebagai tokohnya menempatkan

Islam tidak semata-mata suatu agama, tetapi juga suatu pandangan hidup

yang meliputi soal-soal politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan

Dalam perkembangan selanjutnya, pada masa orde baru, aktivis

pimpinan Persis melakukan langkah-langkah yang progres dalam aktivitas

politik praktisnya. Salah satunya yang ditempuh oleh Ustadz Latief yang

pada waktu itu sebagai politikus melalui Partai Persatuan Pembangunan

(PPP). Meskipun kesedian dan keberadaannya menimbulkan pro dan kontra

di kalangan jamaah Persis. Akan tetapi, cita-cita luhur dan idealisme

perjuangannya untuk memantapkan Islam melalui peta dakwah yang lebih

luas, telah memantapkan langkahnya dalam panggung politik ( Shiddiq

Amien, 2005:133), yang tentu saja hal tersebut dilandasi dan dilatarbelakangi

oleh kondisi sosial politik yang terus berubah dan tampaknya mengarah pada

era keterbukaan dan peluang bagi umat Islam untuk berpartisipasi aktif

didalamnya.

Namun pada saat situasi dan kondisi politik itu berubah, baik secara

radikal revolusioner maupun secara gradual, maka sikap politik seperti itu

perlu dikaji ulang. Karena itu, menurut Shiddiq Amien (2005:133). Persis

perlu berijtihad untuk proaktif dalam menentukan sikap politik, tanpa

(15)

-pribadi warganya; sebaliknya, setiap -pribadi yang terjun ke dalam pentas

politik dibekali dengan pendidikan politik dan misi jamiyyah itu sendiri.

Dalam dasawarsa terakhir ini, sekali lagi Politik di mata Persis tidak

menjadi sesuatu hal yang perlu dihindari keberadaannya. bahkan politik

menjadi sebuah sarana partisipasi dan aspirasi Persis sebagai bagian dari

masyarakat, bangsa dan negara. hal ini sangat dirasakan oleh para petinggi

dan anggota secara keseluruhan. meskipun dalam praktiknya, Persis sangat

menjaga keterlibatannya sebagai bentuk ihtiyat / kehati-hatian dalam

berpolitik praktis, sehingga diharapkan orientasi politik yang di cita-cita kan

oleh lembaga tersebut bisa tercapai.

Dalam pencapaian orientasi politik tersebut, muncul kemudian

persoalan tentang bagaimana proses pendidikan politik yang dijalankan oleh

Persis dalam upaya membangun warga negara dalam skala kecil nya anggota

dan simpatisan Persis agar melek, sadar dan ikut berpartisipasi dalam politik.

Di kalangan Ormas Keagamaan (Islam), persoalan yang berkenaan

dengan pembinaan pendidikan politik mencakup kebijakan respon terhadap

kondisi politik dewasa ini, partisipatoris, unjuk rasa, demonstrasi, perbedaan

pendapat, menghargai pendapat orang lain, dan menjunjung tinggi nilai

kemanusiaan dan keadilan. Sehubungan dengan itu, esensi pendidikan politik

memberi tempat pada pimpinan dan kader Ormas Persis agar dapat

menyelami kehidupan pemerintahan dan kenegaraan disamping sebagai

sebuah lembaga kontrol dan partner pemerintahan. Yang berlandaskan

kepada tuntutan memiliki rasa tanggung jawab untuk memajukan bangsa dan

negara. Karenanya, perilaku politik pimpinan dan kader ormas yang

ditampilkan hendaknya mencerminkan sikap positif, tidak bersikap

sebaliknya yaitu merusak, menjarah, dan melanggar aturan yang merugikan masyarakat banyak. Lebih tegasnya bahwa “melek politik dan konstitusi serta permasalahan yang dihadapi” harus menjadi dasar pijakan bagi Pimpinan dan

kader ormas Persis dalam mengamati kehidupan negara Indonesia. Oleh

(16)

masing-masing semata, tetapi hendaknya diperkaya dengan khasanah

pendidikan politik yang bermakna.

Selanjutnya, Dari gambaran di atas pembinaan pendidikan politik

dirasa sangat urgen keberadaannya di lingkungan pejabat Persis dan

anggotanya sebaga wahana dalam rangka perwujudan warga negara yang

melek politik, berpartisipasi, sadar hukum, dll. pun juga lebih specifik nya

sebagai sarana pendewasaan dan pengintegrasian nilai-nilai yang terkandung

dalam ajaran Al-Qur’an dan As-sunnah yang diaplikasikan secara utuh dalam

kehidupannya, baik di lingkungan lembaga itu sendiri, maasyarakat,

berbangsa dan bernegara. sehingga diharapkan dari adanya pendidikan politik

ini, wawasan ber-politik dan melek politik setiap anggota nya benar-benar

mencerminkan sikap yang elegan, taat hukum, partisipatoris dan tidak

cenderung anarkis ketika mengemukakan pendapatnya.

Dengan demikian, dari gambaran umum tersebut, mengenai

pendidikan politik dan ormas keagamaan menarik untuk dikaji salah satunya

pada Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) Bandung. Dipilihnya Pimpinan

Pusat Persis sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan :

1. Pada lingkungan Pimpinan Pusat Persis, sepanjang sejarahnya telah

tumbuh menjadi organisasi kemasyarakatan yang tidak hanya fokus statis

pada persoalan yang menyangkut ibadah dalam arti sempit saja, tetapi

organisasi ini juga mempunyai sifat dinamis yang mempunyai respons

terhadap persoalan politik, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya.

2. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa Ormas Persis sudah aktif dalam

dunia politik praktis dahulu dan dewasa ini, yang semua itu berimplikasi

pada kecenderungan pendidikan politik di lingkungannya. Sehingga

bagaimanakah pendidikan politik ini diterapkan

3. Sebagai sikap kepedulian penulis ingin mengamati lebih dekat tentang

persoalan pemahaman dan pembinaan pendidikan politik Persis baik

secara ideologis maupun filosofis dalam membangun warga negara melek

(17)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini diberikan penekanan pada “pendidikan politik”,

hal ini didasarkan pada amanat dan salah satu tujuan PKn “ perlunya

ditingkatkan pembinaan pendidikan politik dalam kerangka pembentukan

warga negara melek politik”.

Di lingkungan Persatuan Islam (Persis) persoalan yang berkenaan

dengan pendidikan politik mencakup melek politik, sadar hukum/ konstitusi,

partisipasi politik, perilaku politik, materi pendidikan politik yang

didalamnya termasuk juga bagaimana mengemukakan pendapat di muka

umum, menghargai pendapat orang lain dan menjunjung tinggi nilai

kemanusiaan dan keadilan, serta bagaimana Persis sebagai sebuah Ormas

mampu memberikan kontribusi nyata dalam membangun dan membentuk

warga negara yang cerdas dalam politik tidak hanya untuk masyarakat di

dalam Persis secara interen saja, tetapi secara makro untuk negara-bangsa

secara nasional, sekaligus mampu menjawab tantangan dan rintangan yang

berkenaan dengan politik dewasa ini.

Dengan demikian, maka masalah pokok yang ingin diungkapkan

dalam penelitian ini berkaitan dengan bagaimana peran Pimpinan Pusat

Persatuan Islam dalam melakukan pendidikan politik bagi warga negara. Kajian tentang “Peran Ormas dan pendidikan politik” ini diharapkan dapat memberikan pengayaan khasanah ilmu sosial dalam mempelajari salah satu

gejala sosial, yakni mengenai pendidikan politik pimpinan dan kader dalam

organisasi kemasyarakatan melalui pendekatan sosial khususnya pada tingkat

mikro.

Penelitian ini diarahkan untuk menjawab sejumlah

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana landasan filosofis dan ideologis Persatuan Islam (Persis)

dalam pendidikan politik warga negara?

2. Bagaimana materi, media dan metode kegiatan pendidikan politik Persis?

(18)

4. Bagaimana strategi Persis dalam menghadapi hambatan pendidikan politik

warga negara?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai

pendidikan politik di lingkungan Persatuan Islam Bandung dalam upaya

membangun warga negara melek politik..

Secara spesifik, tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Memperoleh gambaran tentang landasan filosofis dan ideologis Persis

dalam melakukan pendidikan politik. Tujuan ini dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa jauh peran Ormas Persatuan Islam dalam melakukan

pendidikan politik.

2. Memperoleh gambaran tentang materi, media dan metode kegiatan Persis

dalam pendidikan politik warga negara.

3. Memperoleh gambaran tentang apa saja yang menjadi hambatan Persis

dalam melakukan pembinaan pendidikan politik.

4. Mengetahui gambaran Bagaimana strategi Persis dalam menghadapi

hambatan pembinaan pendidikan politik warga negara.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran

yang bermanfaat, baik untuk keperluan pengembangan keilmuan maupun

untuk kepentingan praktis dalam kehidupan kemasyarakatan. Kajian ini

berfokus pada pokok masalah tentang proses pendidikan politik Organisasi

Kemasyarakatan Persatuan Islam. yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Meskipun ada beberapa penelitian terdahulu menyoroti tentang

pendidikan politik, namun relevansinya berbeda, karena kajian “pendidikan politik” dalam penelitian ini berhubungan dengan keberadaan Ormas Persatuan Islam”, berarti secara konseptual diharapkan

memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk pengembangan

(19)

terciptanya dan suksesnya pembangunan sebagaimana yang dicita-citakan

dalam Undang-undang, khususnya yang menyangkut “ peningkatan

pendidikan politik bagi warga negara”. 2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama bagi :

a. Institusi, sebagai masukan bagi Lembaga Ormas persatuan Islam yang

bersangkutan dalam rangka meningkatkan pembinaan terhadap

pimpinan dan kader nya melalui pendidikan politik, sehingga

diharapkan melahirkan pimpinan dan kader yang mencerminkan sikap

dan perilaku politik bukan saja berwawasan teoritis, tetapi juga

memiliki pengetahuan di bidang politik, hukum dan konstitusi,

sehingga dalam tataran praktis bisa direalisasikan secara maksimal.

b. Para akademis atau komunitas akademik, khususnya dalam bidang

pendidikan kewarganegaraan sebagai bahan kontribusi dan informasi

tentang bagaimana Pendidikan Politik dalam seuah Organisasi

kemasyarakatan.

c. Peneliti sendiri, melalui penelaahan secara konseptual dari berbagai

literatur dan pengalaman di lapangan, serta arahan dari pembimbing

dan masukan dari nara sumber lain, menempa penulis menjadi lebih

kritis dan responsif. Dan pada akhirnya akan menambah dan

memperluas wawasan dan cakrawala berpikir serta kemampuan dalam

(20)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan subjek Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Pimpinan Pusat Persatuan

Islam beserta otonomnya di Bandung beserta jajaran pimpinan di bawahnya

(Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang Persis).

2. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subyek penelitian lebih ditekankan pada subjek data

yang dapat memberikan informasi untuk tujuan penelitian diantaranya : Staff

Pimpinan Pusat Persatuan Islam dalam hal ini Bidgar Siyasah/politik, kader/

anggota yang mempunyai kompetensi tentang permasalahan yang diteliti, para

otonom dibawah Pimpinan Pusat Persatuan Islam seperti PP. Pemuda Persis, PP

Persistri dan para simpatisan Persis yang semuanya berjumlah 15 orang dan untuk

identitas orang nya peneliti sebutkan pada bab IV yang tentu saja diharapkan

mampu mendukung dalam pemenuhan data yang dibutuhkan. Peneliti berusaha

memperoleh berbagai macam data yang berhubungan dengan penelitian, data

tersebut akan diperoleh dari semua perkataan tindakan, situasi, dan peristiwa yang

dapat diamati oleh peneliti. Jumlah dan subjek penelitian pada dasarnya dapat di

kembangkan dilapangan sebagaimana dikemukakan oleh Lincoln dan Guba

(1985) “Snowball sampling technique”. Nasution (2003) menjelaskan proses penggalian data bila dikaitkan dengan subjek penelitian ini sebagai “ berpikir hingga mencapai titik jenuh dimana informasi telah terkumpul secara tuntas”. Oleh karena itu jumlah subyek dalam penelitian ini tidak ditentukan jumlahnya

secara detail.

B. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan secara sistematis yang

menggambarkan langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan

(21)

sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian ini adalah: tahap pra penelitian,

tahap perizinan penelitian, dan tahap pelaksanaan penelitian.

1. Tahap Pra Penelitian

Tahapan pra penelitian pertama dilakukan adalah dengan memilih

masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk

menye-suaikan keperluan dan kepentingan dalam fokus penelitian yang akan diteliti oleh

peneliti.

Lokasi yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Pimpinan

Pusat Persatuan Islam beserta jajaran otonomnya karena penulis menemukan

suatu indikasi keterlibatan dan implikasi Persis dalam persoalan politik sehingga

bagaimana sebenarnya Persis memberlakukan pendidikan politik untuk

kepentingan warga Persis secara khusus dan kontribusinya untuk negara dan

bangsa.

Setelah judul dan masalah ditetapkan maka peneliti mulai melakukan studi

lapangan untuk mendapatkan gambaran umum yang nyata tentang subjek yang

akan diteliti. Setelah peneliti mendapakan gambaran umun mengenai kondisi

objek dan subjek penelitian, maka tahap selanjutnya adalah dengan menyusun

pedoman wawancara dan format observasi sebagai alat untuk pengumpulan data

yang diperlukan oleh peneliti.

2. Tahap Perizinan Penelitian

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Ketua Program Studi S2

Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI Bandung.

b. Dengan membawa surat rekomendasi dari Program Studi, peneliti meminta

surat izin penelitian kepada Direktur SPs UPI.

c. Setelah memperoleh izin dari Direktur SPs UPI, selanjutnya peneliti

melan-jutkan untuk memperoleh perizinan penelitian kepada staff di Pimpinan Pusat

Persis beserta jajaran dibawahnya (PW,PD, dan PC Persis)

d. Setelah memperoleh izin dari Pimpinan Pusat Persis, dengan menentukan

kepada bagian yang telah ditunjuk yaitu kepada ketua Bidang Garapan

(22)

Pimpinan Cabang Persis Margaasih, dan selanjutnya peneliti mulai melakukan

penelitian.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan segala hal yang berhubungan

dengan penelitian. Peneliti membuat surat izin pra observasi untuk Pimpinan

Pusat Persis yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian. Peneliti meminta

persetujuan pihak Pimpinan Pusat Persiis yang diterima pada saat itu oleh bagian

kesekretariatan untuk mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini, untuk

mendapat akses dan kepercayaan dari pihak lembaga, peneliti memanfaatkan

sebagai bagian dari kader Persis itu sendiri.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian di Lapangan

Setelah dilakukan tahap pra penelitian yang berisi rangkaian proses untuk

mendapatkan perizinan untuk melakukan penelitian di lokasi, maka peneliti

me-lanjutkan untuk melakukan rangkaian persiapan penelitian. Rangkaian proses pra

penelitian, dilakukan dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian ke

program studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI Bandung, yang sebelumnya

proposal penelitian sudah disetujui oleh kedua pembimbing. Proses pengajuan ke

program studi Pendidikan Kewarganegaraan ini dilaksanakan pada tanggal 08

Mei 2013. Selanjutnya izin tersebut dikeluarkan oleh program studi Pendidikan

Kewarganegaraan pada tanggal 10 Mei 2013. Pada tanggal yang sama langsung

diajukan ke Direktur Pasca Sarjana UPI Bandung, melalui Akademik SPs UPI

Bandung. Pada tanggal 14 Mei 2013, surat izin penelitian yang dikeluarkan

Direktur SPs UPI Bandung peneliti terima.

Berdasarkan ketentuan tersebut, seharusnya pada tanggal 20 Mei 2013,

peneliti sudah melakukan tahapan berikutnya, yaitu menuju lokasi peneliti-an

guna melakukan penelitian di Pimpinan Pusat Persatuan Islam Bandung. Tetapi,

Selanjutnya, pada hari Senin tanggal 08 Juni 2013, peneliti mendatangi

Ketua Pimpinan Cabang Margaasih yaitu Ustadz. Toto Zaenudun untuk kemudian

(23)

surat izin penelitian kepada sekretaris DPC Partai Bulan Bintang yang sekaligus

ketua Pimpinan Cabang Persis Katapang, tujuan dari penyampaian surat izin

penelitian tersebut, ialah untuk memberitahukan pihak lemabaga bahwa peneliti

akan melaksanakan penelitian di sana. Dalam arti lain, peneliti melakukan studi

awal, dengan memperkenalkan diri kepada sejumlah fungsionaris dan pengurus di

Persis, untuk mendapatkan kemudahan dalam memperoleh informasi yang

diperlukan dalam penelitian.

Pada hari berikutnya, Kamis tanggal 25 Juni 2013 sampai dengan Jum’at

tanggal Juli 2013, secara intensif peneliti terus mendatangi bidgar siyasah dan

para aktivis Persis yang ada di lingkungan Pimpinan Pusat Persis untuk

melaksanakan penelitian. Peneliti melakukan wawancara kepada subjek

penelitian, yaitu bidang garapan politik, aktivis Persis, para ketua di wilayah

pimpinan Pusat Persis guna memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian

ini. Penelitian yang dilakukan melalui wawancara antara peneliti dengan

responden langsung di wilayah PP. Persis Keseluruhan hari yang dipergunakan

dalam penelitian lebih kurang 30 (tiga puluh ) hari kerja.

Dalam tahap pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti mengajukan

sejumlah pertanyaan dengan tujuan untuk menggali informasi lebih lanjut yang

diarahkan pada fokus penelitian dan mencatatnya ke dalam catatan lapangan.

Setelah selesai mengadakan wawancara dengan responden, peneliti

menuliskan kembali data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan dengan

tujuan agar dapat mengungkap data secara lebih mendetail. Data yang telah

diperoleh dari hasil wawancara selanjutnya disusun ke dalam bentuk catatan

lapangan setelah terlebih dahulu didukung oleh hasil dokumentasi lainnya.

Data yang diambil serta diperoleh dari hasil wawancara dan observasi

serta dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian, selanjutnya

disusun dan dideskripsikan dalam bentuk catatan lapangan. Kemudian dianalisis

dengan didukung oleh studi literatur, studi dokumentasi, dan Field Note.

Keseluruhan pelaksanaan penelitian ini peneliti lakukan di lingkungan Pimoinan

(24)

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan pembatasan tentang hal-hal yang diamati

sebagai konsep pokok dalam penelitian. Dalam hal ini terdapat beberapa konsep

yaitu Peran, Persatuan Islam, Pendidikan Politik.

1. Peran

Menurut ilmu sosial berarti suatu fungsi dibawakan oleh seseorang, atau

lembaga organisasi ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu.

2. Ormas

Bahwa yang dimaksud dengan Organisasi Kemasyarakatan adalah

organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik

Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama,

dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam

pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.(Undang-undang No. 8

tahun 1985,)

3. Persatuan Islam

Persatuan Islam adalah Ormas Islam yang didirikan jauh sebelum

kemerdekaan Republik Indonesia atau tepatnya 22 tahun sebelum merdeka.

Sebagai gerakan dakwah yang tentu saja memiliki visi, misi dan strategi yang

jelas, yaitu mengembalikan umat kepada al-Qur’an dan Sunnah. ( Maman

Abdurahman, 2012:i)

4. Pendidikan Politik

Rusadi Kantaprawira (1988:54) memandang bahwa pendidikan politik

sebagai upaya meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat

berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya, sesuai dengan paham

kedaulatan rakyat atau demokrasi bahwa rakyat harus mampu menjalankan tugas

(25)

5. Warga Negara

Warga negara diartikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari

suatu penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai

dengan kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba

atau kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta, anggota, atau

warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan

dengan kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara mempunyai persamaan

hak di hadapan hukum. Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan

tanggung jawab.

(http://komukblangsak.wordpress.com/2011/04/07/bab-1-pengertian-warga-negara/)

D. Pendeketan dan Metodologi Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan

naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang

fenomena dalam suatu latar berkonteks khusus (Moleong, 2008:5). Peranan

peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana

pengumpulan data, analisis, penafsiran dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil

penelitian.

Penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan

tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara meyelidiki masalah sosial atau

manusia. Dalam penelitian ini, peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik

mengenai Peran Persis dalam melakukan pendidikan politik, menganalisis kata-kata

yang dihasilkan dari wawancara mendalam kemudian melaporkan

pandangan-pandangan para informan secara rinci dan melakukan penelitian dalam situasi

alamiah.

Oleh karena data yang hendak diperoleh dari rencana penelitian tesis bersifat

kualitatif berupa deskripsi analitik tentang suatu peristiwa yang diambil dari situasi

yang wajar, maka dibutuhkan ketelitian dari peneliti untuk dapat mengamati secermat

(26)

peneliti utama (key instrument) yang mengadakan sendiri pengamatan atau

wawancara berstruktur. Senada dengan pemaparan di atas dalam kaitan ini Nasutiaon

(1996:9) mengemukakan bahwa :

“Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam atau kamera peneliti tetap memegang peran sebagai alat peneliti”

Dalam konteks penelitian ini, penggunaan penelitian kualitatif ditunjukkan

untuk memahami dan menjiwai peran Persatuan Islam Persis dalam melakukan

pendidikan politik warga negara.

2. Metode penelitian

Dalam menganalisis permasalahan pada sebuah penelitian ilmiah

diperlukan adanya metode penelitian. Metode penelitian merupakan cara yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Sehubungan

dengan itu, maka peneliti berpendapat bahwa metode deskriptif merupakan

metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini, karena peneliti ingin

mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara

benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data

yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah, yang juga sesuai dengan

tujuan penelitian yang berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang

bagaimana Peran Persatuan Islam dalam melakukan pendidikan politik warga

negara.

Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak hanya sebagai upaya

mendeskripsikan data tetapi deskripsi tersebut hasil dari pengumpulan data yang sohih yang dipersyaratkan kualitatif. (Djam’an Satori & Aan Komariah, 2011:25)

Metode deskriptif merupakan metode yang memusatkan perhatian pada

masalah-masalah aktual untuk memecahkan masalah dengan cara

menggambarkan atau melukiskan semua peristiwa atau permasalahan yang terjadi

(27)

Oleh karena itu, alasan peneliti melakukan penelitian dengan

menggunakan metode deskriptif ini karena sesuai dengan sifat dari masalah dan

tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan untuk menguji hipotesis, tetapi

berusaha untuk memperoleh gambaran nyata tentang bagaimana Peran Persatuan

Islam (Persis) dalam melakukan pendidikan politik

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif

merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek

yang diteliti sesuai dengan apa adanya dengan tujuan menggambarkan secara

sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat.

Pemilihan metode deskriptif ini tentunya melalui pertimbangan dan

disesuaikan dengan masalah yang akan dikaji. Kajian penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan memahami secara mendalam tentang bagaimana sesungguhnya

peran Persatuan Islam (Persis) dalam melakukan pendidikan politik warga negara.

E. Teknik pengumpulan data

Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen

utama (key instrument) dalam pengumpulan data. Karena itu, peneliti memiliki

peranan yang fleksibel dan adaptif. Artinya, peneliti dapat menggunakan seluruh

alat indera yang dimilikinya untuk memahami fenomena sesuai dengan fokus

penelitian (Cresswell, 1998; Lincoln dan Guba, 1985: 4; Bogdan dan Biklen,

1992: 28). Sehubungan dengan hal itu, maka dalam penelitian ini peneliti sendiri

terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan seluruh data sesuai dengan

fokus penelitian.

Tahapan-tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tahap

orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap member-chek. Kegiatan yang dilakukan

dalam tahap pertama adalah pra-survei atau survei pendahuluan ke lokasi

penelitian yaitu di lingkungan Pimpinan Pusat, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Jama’ah Persatuan Islam, untuk mendapatkan gambaran tentang peran Persis dalam melakukan pendidikan politikya. Dalam tahap yang kedua dilakukan

(28)

Sesuai dengan peranan peneliti sebagai alat penelitian yang utama, maka

peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan wawancara kepada informan

penelitian ini (pihak Pimpinan Persatuan Islam beserta otonom, Pakar Politik dan

simpatisan Persis). Karena peranannya sebagai instrumen utama dalam

pengumpulan informasi atau data, maka informasi atau data penelitian yang

terkumpul tersebut diharapkan dapat dipahami secara utuh, termasuk makna

interaksi antar manusia, dan peneliti juga diharapkan dapat menyelami perasaan

dan nilai yang terkandung dari ucapan atau perbuatan informan penelitian.

1. Wawancara yang mendalam.

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (responden)

(Arikunto, 2003:132). Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data

yang digunakan penulis untuk mengajukan pertanyaan dan menggali jawaban

lebih lanjut untuk mendapatkan informasi data-data yang lengkap sesuai dengan

fokus penelitian dengan instrumen wawancara yang telah tersusun, sehingga

peneliti dapat mengetahui persepsi responden tentang permasalahan yang akan

dikaji.

Berkaitan dengan hal di atas, Moleong (2011:186) mengungkapkan

bahwa: “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan, dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.” .

Menurut Patton (1990:280) (dalam Sapriya, 2007), pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan dalam penelitian naturalistik dapat mengikuti tiga macam pilihan

sebagai berikut: Pertama, Wawancara percakapan informal (the informal

conversation interview), ialah wawancara yang sepenuhnya didasarkan pada

susunan pertanyaan spontan ketika interaksi berlangsung khususnya pada proses

observasi partisipatif dilapangan. Pada saat wawancara melalui percakapan

informasi berlangsung terkadang orang yang diwawancarai tidak diberitahu

(29)

mewawancarai salah satu aktivis Persis Sdr. Hendrik Hermawan dan beberapa

informan, responden lainnya yang bertempat di rumah atau dikantor orang terkait.

Kedua, wawancara umum dengan dengan pendekatan terarah (the general

interview guide approach), ialah jenis wawancara yang menggariskan sejumlah

isu-isu yang harus digali dari setiap informan sebelum wawancara dimulai.

Pertanyaan yang diajukan tidak perlu dalam urutan yang diatur terlebih dahulu

atau dengan kata-kata yang dipersiapkan. Panduan wawancara memberikan

checklist selama wawancara untuk meyakinkan bahwa topik-topik yang sesuai

telah terakomodasi. Peneliti menyesuaikan baik urutan pertanyaan maupun

kata-kata untuk informan tertentu. Penulis memakai cara tersebut ketika mewawancarai

salah satu staaf di Pimpinan Pusat Persis yaitu Bidgar Siyasah bersama Ust. Uus.

M. Ruhiyat di kantor dan dirumahnya.

Ketiga, wawancara terbuka yang baku (the standardized open-ended

interview), meliputi seperangkat pertanyaan yang secara seksama disusun dengan

maksud untuk menjaring informasi mengenai isu-isu yang sesuai dengan urutan

dan kata-kata yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Fleksibilitas dalam menggali

informasi dibatasi, tergantung pada sifat wawancara dan keterampilan peneliti.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

tidak-berstruktur. Sesuai dengan bentuk wawancara ini, peneliti tidak terikat

secara ketat pada pedoman wawancara. Pelaksanaannya bisa dilakukan dimana

saja dan kapan saja selama berhubungan dengan fenomena dan fokus penelitian.

Tipe wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara

luas dan mendalam atau indepth interview (Patton, 1980).

Melalui tipe wawancara ini, penulis mencoba menggali dengan seksama

dan detai mengenai informasi-informasi dan data-data yang memang dibutuhkan

dalam penelitian ini, sehingga dalam pengolahannya peneliti memfokuskan

kepada hal-hal yang terkait dengan fungsi dan peran Persatuan Islam dalam

melakukan pendidikan politik.

Untuk memudahkan ingatan terhadap data atau informasi, maka peneliti

menggunakan catatan-catatan lapangan. Dalam penggunaan catatan lapangan,

(30)

mengutamakan pandangan informan dan interpresentasinya. Dalam hal ini bidgar

siyasah yaitu Ust. Uus , ketua Pimpinan Cabang Ust. Toto, dan Sekretaris cabang

PBB (Parati Bulan Bintang) Ust. Muhudin. Wawancara yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah yang diharapkan dapat memberi keuntungan dimana

informan yang diwawancarai bisa merekonstruksi dan menafsirkan ide-idenya

mengenai peran Persis dalam pendidikan politik. Dalam pelaksanaannya,

penelitian menggunakan alat bantu berupa catatan-catatan lapangan yang peneliti

catat dalam buku. Tujuannya adalah untuk memudahkan mengingat data yang

dikumpulkan, baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Selain itu,

penggunaan alat bantu tersebut sangat penting untuk mengimbangi keterbatasan

daya ingat peneliti mengenai informasi yang diperoleh dengan cara wawancara

secara terbuka atau open-ended interview.

Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka yang menjadi

terwawancara (interviewe) adalah Staff Pimpinan Pusat Persatuan Islam, kader/

anggota yang mempunyai kompetensi tentang peran Persis dalam melakukan

pendidikan politik warga negara, juga para otonom dibawah Pimpinan Pusat

Persatuan Islam seperti PP. Pemuda Persis, PP Persistri, para pakar politik dan

lain sebagainya yang tentu saja diharapkan mampu mendukung dalam pemenuhan

data yang dibutuhkan

2. Studi dokumentasi.

Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data tidak langsung

ditunjukan kepada subjek penelitian. Studi dokumentasi merupakan salah satu

sumber data penelitian kualitatif sebagaimana vang diungkapkan oleh Sugiyono

(2008:240) bahwa: “Studi dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.”

Studi dokumentasi digunakan dengan tujuan untuk melengkapi data-data

yang diperoleh dari wawancara dan observasi sehingga akan diperoleh data yang

akurat dan terpercaya. Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilandasi oleh

(31)

gagasan, persepsi, pemikiran, serta sikap para pakar dan praktisi tentang peran Persis

dalam melakukan pendidikan politik warga negara.

3. Studi literatur.

Studi literatur dilakukan dengan cara meenjiwai dan mengkaji buku-buku

yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh

bahan-bahan atau sumber informasi tentang masalah yang diteliti. Teknik ini selain

digunakan untuk melengkapi serta memperkuat landasan peneliti dalam

melakukan penelitian juga untuk melengkapi hasil penelitian yang peneliti

lakukan.

Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai macam sumber

dan literatur buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.

Dengan memiliki buku-buku yang berhubungan dengan peran Persis dalam

melakukan pendidikan politik warga negara. diharapkan peneliti dapat memperoleh

data secara teoritis sebagai penunjang penelitian. Sejalan dengan apa yang

disampaikan oleh Faisal (1992:30), mengemukakan bahwa hasil studi literatur bisa

dijadikan masukan dan landasan di dalam menjelaskan dan merincikan

masalah-masalah yang akan diteliti, dan juga bisa menjadi landasan untuk memberikan latar

belakang mengapa masalah tersebut sangat penting untuk diteliti. yang berhubungan

dengan penelitian.

4. Observasi

Observasi ialah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap

objek penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas

tentang kehidupan sosial yang wajar dan sebenarnya sukar diperoleh dengan

metode-metode lain (Nasution, 1997:122). Observasi suatu penyelidikan yang

dijalankan secara sistemik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra

(terutama mata) terhadap kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada saat

peristiwa itu terjadi. Dalam observasi ini meliputi semua pengamatan dan

pengalaman peneliti ketika terjun ke lapangan, dan yang diteliti secara sistematis

(32)

Persis dalam melakukan pendidikan politik warga negara dengan berbagai

hambatan dan strateginya.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Moleong (2005:132)

bahwa: “Bagi peneliti kualitatif, manusia adalah instrument utama karena ia

menjadi segala keseluruhan proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana,

pelaksana, pengumpul data, menganalisis, menafsirkan data, dan hasilnya menjadi pelapor hasil penelitian”.

Observasi ini dilakukan selama penelitian berlangsung dengan tujuan

untuk mengetahui gambaran nyata mengenai bagaimana peran Persis dalam

melakukan pendidikan politik warga negara, bagiamana materi dan metode dalam

melaksanakan pendidikan politik itu sendiri dengan berbagai hambatan dan

strateginya, Seperti yang dikemukakan oleh Spradly dalam Nasution (2003:63)

sebagai berikut:

Yang diamati dalam setiap situasi sosial terdapat tiga komponen, yakni ruang (tempat), pelaku (aktor), dan kegiatan (aktivitas). Kegiatan dimensi dapat diperluas, sehingga apa yang kita amati ialah: (1) ruang, dalam aspek fisiknya, (2) pelaku, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi, (3) kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu, (4) objek, yaitu benda-benda yang terdapat dalam tempat itu, (5) perbuatan, tindakan-tindakan tertentu, (6) kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan, (7) waktu, urutan kegiatan, (8) tujuan, apa yang ingin dicapai orang, makna perbuatan orang, (9) perasaan, emosi yang dinyatakan.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam

penelitian, karena dapat memberi makna terhadap data yang dikumpulkan oleh

peneliti. Pengolahan data dan analisis data akan dilakukan melalui suatu proses

yaitu menyusun, mengkatagorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang

diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya.

Setelah selesai mengadakan wawancara dengan subjek penelitian,

menuliskan kembali data-data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan dengan

(33)

diperoleh dari wawancara disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung

oleh hasil observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang peneliti dapatkan, yaitu dari

hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan catatan lapangan maka

peneliti melakukan prosedur pengolahan dan analisis dari hasil pengumpulan data.

Di-mana proses analisis data ini dimulai dengan menelaah, memeriksa seluruh

data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, pengamatan,

dokumentasi, dan catatan lapangan. Bila jawaban yang diwawancarai setelah

dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan

lagi, sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and

Huberman (dalam Sugiyono, 2011:247), mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data

display, dan conclusion drawing/verification.

Reduksi data adalah proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal

yang dianggap penting oleh peneliti, dengan kata lain reduksi data bertujuan untuk

memperoleh pemahaman-pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari

hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai

(34)

masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini aspek

yang direduksi adalah peran Pimpinan Pusat dalam hal ini staff dan para pengurus

Persis mengenai taraf dan sosialisasi pemeneuhan pendidikan politik yang baik

dan maksimal bagi warga Persis khususnya.

2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang akan

memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh dengan kata lain menyajikan

data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.

Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas dan terperinci namun

menyeluruh akan memudahkan dalam memahami gambaran-gambaran terhadap

aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian.

Penyajian data selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai

dengan data hasil penelitian yang diperoleh.

3. Conclussion Drawing/Verification

Conclusion Drawing/Verification merupakan upaya untuk mencari arti,

makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data-data yang telah dianalisis dengan

mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat

dan mudah dengan mengacu pada tujuan penelitian.

Demikian prosedur yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan penelitian

ini. Dengan melakukan tahapan-tahapan ini diharapkan penelitian yang dilakukan

ini dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria suatu penelitian yaitu derajat

kepercayaan, maksudnya data yang diperoleh dapat dipercaya dan

dipertanggung-jawabkan kebenarannya.

G. Validitas Data

Validasi data dilakukan untuk membuktikan bahwa apa yang telah diamati

peneliti sesuai dengan yang sesungguhnya. Tahap validasi yang dilakukan

melalui:

a. Member check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

infor-masi data yang diperoleh selama observasi dan wawancara dengan nara

(35)

b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang ditimbulkan oleh peneliti

dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain yang

dikum-pulkan melalui wawancara dengan data yang diperoleh dengan observasi

se-hingga diperoleh derajat kepercayaan yang maksimal. Tujuan dari triangulasi

adalah pengecekan kebenaran data tertentu dengan berbagai cara dan berbagai

waktu.

1) Triangulasi sumber adalah triangulasi untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

bebe-rapa sumber.

2) Triangulasi teknik adalah triangulasi untuk menguji kredibilitas data

dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda.

Gambar 3.2

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Wawancara Observasi

Dokumentasi

Sumber: Sugiyono, 2012: 126

3) Triangulasi waktu yaitu triangulasi waktu yang sering mempengaruhi

kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di

pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan

(36)

Gambar 3.3

Triangulasi Waktu Pengumpulan Data

Siang Sore

Pagi

Sumber: Sugiyono, 2012: 126

c. Eksplanasi saingan yaitu tidak melakukan upaya untuk menyanggah atau

membuktikan kesalahan penelitian saingan, melainkan mencari data yang

akan mendukungnya.

d. Audit trail, yaitu memeriksa keabsahan temuan penelitian beserta prosedur

dan metode pengumpulan datanya, dengan mengkonfirmasikan buku-buku

temuan yang telah diperiksa dan dicek kesahihannya kepada sumber data

(Bidang garapan siyasah dan para pimpinan di Persis)).

e. Expert opinion, merupakan tahap akhir validasi yang mana peneliti

mengkon-sultasikan hasil temuan kepada pakar. Dalam penelitian ini, peneliti

meng-konsultasikannya dengan pembimbing, yang akan memeriksa semua tahapan

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang

dirumuskan dari temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian.

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan umum

Ormas keagamaan Persatuan Islam (Persis) dalam tinjauan

teoritis-normatif maupun historis-empirik menempati posisi strategis dalam melakukan

pemberdayaan politik masyarakat. Secara historis posisi yang pernah dimainkan

memiliki effektifitas melebihi peran dan posisi yang dimainkan oleh organisasi

politik formal. Effektifitas itu pernah dicapai dan dimainkan di samping karena

kekuatan jaringan yang begitu luas, juga kekuatan ideologis dan wibawa moral

ormas keagamaan yang tangguh. Namun dalam pemberdayaan pendidikan politik

di Persis terkendala oleh berbagai aspek, salah satunya adalah terkait dengan

kultur pemikiran yang berkembang dikalangan kaum muda dan kaum tua Persis

dalam memandang Politik dan pendidikan politik, yang terkadang berbeda

persepsi, di satu sisi ada yang menghendaki Persis untuk bisa menyentuh ke

wilayah Politik, tetapi di sisi lain ada yang menghendaki supaya Persis tidak

menyentuh ranah politik.

2. Kesimpulan khusus

Merujuk pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah

diuraikan terdahulu, maka dapat dirumuskan beberapa butir kesimpulan sebagai

berikut:

a. Berdasarkan Landasan filosofis dan ideologis Persatuan Islam (Persis) dalam

pendidikan politik warganegara, secara formal dan struktural menyadari

pentingnya Persis melakukan pendidikan politik yang sistematis, terencana dan

efektif untuk kemudian mencapai maksud dari cita-cita dan visi-misi Persis itu

(38)

dan terus berlangsung melalui berbagai interaksi sosial dalam masyarakat yang

dikenal sebagai transformasi nilai.

Persis bukanlah organisasi politik, akan tetapi Persis tidak menghindar dan tabu

terhadap politik itu sendiri, bahkan Persis dengan pendidikan politiknya

mampu bertahan dan dapat memiliki kekuatan politik tersendiri dalam rangka

memberi arahan yang jelas bagi para kader politik (siyasah) Persis.

b. Materi, media dan metode pendidikan politik yang ada di Persis memiliki

karakteristik tersendiri. Karakteristik pendidikan politik di Persis diantaranya:

pertama, materi dalam pendidikan politik di Persis tidak langsung secara

tekstual memuat tentang pendidikan politik namun lebih pada penggalian

makna dari materi-materi yang ada; kedua, media sosialisasi dalam pendidikan

politik persis cenderung terbatas pada lingkup kader, tapi telah memiliki

jaringan di seluruh indonesia bahkan dunia internasional melalui majalah,

bulletin dan artikel mingguan yang tersedia. Ini menjadi modal bagi kader

dalam melakukan interaksi opini, saluran aspirasi selain media dakwah

tentunya, dan silaturahim antar seluruh warga Persis; ketiga, metode

pendidikan politik di Persis dilakukan melalui halaqoh-halaqoh atau

diskusi-diskusi yang dilakukan setiap minggunya, pengajian rutin yang diadakan di

setiap jenjang pimpinan dan pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh

setiap pimpinan.

c. Tantangan dan hambatan dalam arahan dan kebijakan pemenuhan pendidikan

politik di Persis adalah: pertama, adanya benturan pemikiran secara internal

dari kaum muda Persis dan kaum tua Persis dalam menanggapi persoalan

politik termasuk pendidikan politik yang berimplikasi kepada maksimalisasi

pemenuhan pendidikan politik; kedua, minimnya kesiapan para mubaligh atau

narasumber dalam memahami dan menyampaikan materi-materi khusus

tentang pendidikan politik yang ada kepada kader; ketiga, belum

dimaksimalkannya media khusus yang mampu menyerap dan mendukung

pengembangan pendidikan politik di Persis; keempat, belum terusunnya secara

(39)

d. Langkah-langkah strategis yang diambil oleh Persis dalam rangka

pengembangan pendidikan politik diantaranya: pertama, memberikan

dukungan secara ideologis kepada kader-kader terbaiknya untuk terjun

langsung dalam politik praktis, sehingga ketika mereka menempati posisi

strategis mampu memberikan keteladanan kepada warga Persis khususnya

dalam konteks pendidikan politik; kedua, menjaga dan menyadari potensi

kekuatan-kekuatan kultural yang dimiliki oleh Persis untuk merealisasikan

cita-cita perwujudan masyarakat demokratis sebagai salah satu karakter masyarakat

madani yang menjadi cita-cita bersama dan sejalan dengan kapasitas yang

dimilikinya, maka gerakan pemberdayaan pendidikan politik akan menjadi

sebuah lahan pengembangan masyarakat yang subur dan penting; Ketiga,

membina dan memberikan pemahaman secara intensif kepada bibit kader muda

Persis melalui berbagai pelatihan dan dakwah terkait dengan politik dan

dinamikanya dalam kerangka pendidikan politik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, penelitian ini merekomendasikan beberapa

hal yang berkaitan dengan Peran Persis dalam pendidikan politik warga

negara. Rekomendasi ini disampaikan kepada berbagai pihak. Pihak-pihak

yang dimaksud diantaranya adalah:

1. Kepada jajaran Pimpinan Pusat yang dalam hal ini bidang garapan Siyasah Jam’iyyah Persis dan bidang garapan terkait yang ada di pimpinan di bawahnya, ada beberapa rekomendasi yang akan

disampaikan yaitu:

a. Untuk dapat melaksanakan pendidikan politik terutama melalui

pelatihan, pembinaan dan pengkaderan sesuai dengan program

yang telah ditetapkan dan sesuai kebijakan Persis.

b. Untuk segera merealisasikan pembentukan dan pembuatan

madrasah siyasah dan kurikulum siyasah, agar terjalinnya

Gambar

Gambar 3.1 Interactive Model
Gambar 3.2  Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Gambar 3.3 Triangulasi Waktu Pengumpulan Data

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui aktivitas antibakteri terkuat dan KHM dari ekstrak etanol, fraksi n- heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air dari daun sijukkot terhadap bakteri

Konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan. perempuan yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya,

Laporan Penyusunan tugas akhir ini masih banyak memiliki kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, sehingga diharapkan kritik dan saran yang

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. ©Ari Pebrianto 2015

Dan menurut Nathan, kelangsungan penguatan IHSG akan sangat bergantung pada kemampuan pemerintah menjaga kestabilan ekonomi, politik serta kepastian hukum.. Mereka masih

C peran seorang kameramen penting

DOKTERANDES HENING SWASONO, MSN/ DOSEN ISI MEMBUAT KARYA LUKIS RAKSASA DI GEREJA KATOLIK SANTO ALFONSUS NANDAN// OBYEK YANG DILUKIS ADALAH SOSOK YESUS YANG DITEMPATKAN DI LAYAR

Jari-jari tikungan berpengaruh terhadap aliran yang terjadi karena di daerah tikungan luar kecepatan lebih tinggi daripada kecepatan di daerah bagian dalam tikungan, maka