PERAN PERSATUAN ISLAM ( PERSIS) DALAM
MELAKUKAN PENDIDIKAN POLITIK WARGA NEGARA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh:
Marwan Gupron
NIM. 1103348
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEKOLAH PASCASARJANA
PERAN PERSATUAN ISLAM (PERSIS)
DALAM MELAKUKAN PENDIDIKAN
POLITIK WARGA NEGARA
Oleh
Marwan Gupron
S.H UIN. Bandung, 2006
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program studi Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn)
© Marwan Gupron 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ABSTRAK
Marwan Gupron, 2013. Peran Persatuan Islam (Persis) dalam melakukan Pendidikan Politik Warganegara. Tesis Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Penelitian ini dilatarbelakangi dari keresahan peneliti tentang kecenderungan pada kalangan Ormas Keagamaan (Islam), persoalan yang berkenaan dengan pembinaan pendidikan politik masih menjadi suatu tantangan, seperti respon terhadap kondisi politik dewasa ini, partisipatoris, unjuk rasa, demonstrasi, perbedaan pendapat, menghargai pendapat orang lain, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keadilan. Maka masalah pokok yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini berkaitan dengan bagaimana peran Pimpinan Pusat Persatuan Islam dalam melakukan pendidikan politik bagi warganegara.
Penelitian ini diarahkan untuk menjawab sejumlah pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana landasan filosofis dan ideologis Persatuan Islam (Persis) dalam pendidikan politik warga negara?, (2) Bagaimana materi, media dan metode kegiatan pendidikan politik Persis?, (3) Apa yang menjadi hambatan Persis dalam melakukan pendidikan politik ?.,(4)Bagaimana strategi Persis dalam menghadapi hambatan pendidikan politik warga negara?
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pendidikan politik di lingkungan Persatuan Islam Bandung dalam upaya membangun warganegara melek politik.
Penelitian dilandasi teori ‘Citizenship Education’ (Cogan), yang didukung oleh teori ‘Civil Society’ (Welzer), ‘Political Education’ (Brownhill & Smart), dalam konteks peranan organisasi Islam ‘PERSIS’ Bandung.
Proses penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Informan penelitian adalah Pimpinan, kader, PP Pemuda Persis, PP Persistri dan simpatisan Persis. Data diperoleh melalui pengamatan dan wawancara berstruktur tentang peran Persis dalam melakukan pendidikan politik warganegara.
ABSTRACT
Marwan Gupron, 2013, The role of Islamic Union (Persis) in performing
Political Citizenship Education. Thesis of Civic Education Program Study, Graduate School of Indonesia University of Education.
This research is motivated from concerns among researchers about the tendency of the Religious Society Organizations (Islam), issues concerning the development of political education is still a challenge, as a response to the current political conditions, participatory, rallies, demonstrations, dissent, respect other people's opinions , and upholding the values of humanity and justice. So the main problem is to be disclosed in the study relates to how central leadership role in the Islamic Union political education for citizens
This study aimed to answer a number of questions as follows: (1) How does the philosophical and ideological foundation of the Islamic Union (Persis) in the political education of citizens?, (2) how the materials, media and methods of political education activities of the Islamic Union (Persis)?, (3) what are the obstacles of the Islamic Union (Persis) in conducting political education?., (4) How strategy of Persis in the face of obstacles political education of citizens? This study aimed to obtain information about political education in Bandung Islamic Unity environment in an attempt build a national political literacy.
The research is based on the theory of 'Citizenship Education' (Cogan), which is supported by the theory of 'Civil Society' (Welzer), 'Political Education' (Brownhill & Smart), in the context of the role of Islamic organizations 'PERSIS' Bandung.
Research process using a qualitative approach with descriptive methods. Informant research is Chairman, a cadre, leadership center Youth OF PERSIS , leadership center OF Persistri and sympathizers. Data were obtained through structured interviews and observations of the role of Persis in the political education of citizens.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………... 9
C. Tujuan Penelitian ……….. 10
D. Manfaat Penelitian ……… 10
BAB II KAJIAN TEORITIS ……… 12
A. KONSEP PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN …………... 12
1. Pendidikan kewarganegaraan di Masyarakat ………... 12
2. Masyarakat Sipil dalam Politik ……….. 16
B. PERAN ORMAS BAGI PENDIDIKAN POLITIK………. 21
C. MAKNA DAN ESENSI PENDIDIKAN POLITIK ……… 28
1. Pengertian Pendidikan Politik ……… 28
2. Perkembangan Pendidikan Politik di Indonesia………... 36
3. Inti dan Tujuan Pendidikan Politik ……… 39
4. Urgensi Pendidikan Politik ……….... 49
5. Peranan Pendidikan Politik ……… 51
6. Materi Pendidikan Politik ……….. 52
D. PROFIL DAN ANALISIS PERSATUAN ISLAM ………. 55
1. Sejarah Persis ………... 55
2. Visi dan Misi Persis ………... 59
3. Kekuatan jamiyyah Persis ……….. 59
E. PENELITIAN SEBELUMNYA YANG RELEVAN ………. 61
1. Idrus Affandi (1996) mengenai kepeloporan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dalam Pendidikan Politik ……… 61
2. Iyep Candra Hermawan (1998) mengenai Implikasi Pendidikan Politik pada prilaku politik Pimpinan Mahasiswa ……… 62
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 66
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………... 66
1. Lokasi Penelitian ……… 66
2. Subjek Penelitian ……… 66
B. Prosedur Penelitian ………... 66
1. Tahap Pra Lapangan ………... 67
2. Tahap Perizinan Penelitian ………. 67
3. Tahap Pekerjaan lapangan ………..… 68
C. Definisi Operasional ……… 70
D. Metodologi Penelitian ………... 71
1. Pendekatan Penelitian ……… 71
2. Metode Penelitian ………... 72
E. Teknik Pengumpulan Data ………... 73
1. Wawancara Mendalam ……….. 74
2. Studi Dokumentasi ………. 76
3. Studi Literatur ……… 77
4. Observasi ……… 77
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………. 78
1. Reduksi Data ………... 79
2. Display Data ……… 80
3. Kesimpulan dan Verifikasi ………. 80
G. Keabsahan Data Penelitian ……… 80
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 83
A. Gambaran umum Lokasi Penelitian ………. 83
1. Profil Singkat Persis ………... 83
2. Gambaran Perjalanan Kepemimpinan Persis dari Masa ke Masa …. 84 3. Visi dan Misi Persis ……… 87
4. Kekuatan Jam”iyyah Persis ……… 88
B. Deskripsi Hasil Penelitian ………... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 134
A. Kesimpulan ………... 134
B. Saran ……….. 136
DAFTAR PUSTAKA ………... 139
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan politik merupakan agenda yang sangat penting, apalagi di
sebuah bangsa yang bebas dari penjajahan, karena demokrasi atau proses
demokratisasi memerlukan syarat mutlak keterdidikan rakyat secara politik.
Rakyat yang terdidik secara politik adalah warga negara yang sadar akan hak
dan kewajibannya sebagai warga negara, sehingga ia bisa secara otonom ikut
berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam semua
pengambilan keputusan, memantau proses keputusan publik dan melakukan
advokasi terhadap akses kebijakan publik di lapangan.
Pendidikan politik merupakan suatu usaha yang dilakukan
secara sadar dan terencana guna meningkatkan kesadaran politik rakyat
sehingga ia dapat berperan sebagai pelaku dan partisipan dalam kehidupan
politik kenegaraan yang sesuai dengan, nilai-nilai politik yang berlaku serta
dapat menjalankan peranannya secara aktif, sadar dan bertanggung jawab
yang dilandasi oleh nilai-nilai politik yang berdasarkan Pancasila. Dengan
demikian, pada akhirnya diharapkan akan mampu tercapainya stabilitas
nasional yang semakin mantap dalam rangka pelaksanaan pembangunan
nasional sebagai perwujudan cita-cita proklamasi kemerdekaan.
Oleh karena itu pendidikan politik merupakan wahana pembinaan dan
pembentukan kesadaran warga negara dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pendidikan politik menanamkan nilai-nilai dan
ideologi yang dianut oleh suatu bangsa, dan pembentukan kesadaran itu akan
dicerminkan oleh nilai-nilai, sikap dan ideologi yang dianut dan
ditanamkannya.
Pemahaman terhadap konsep pendidikan politik bagi semua warga
negara, terutama bagi kader dan pimpinan organisasi kemasyarakatan
(Ormas) Islam banyak memainkan peranan yang sangat penting dalam
Indonesia memperoleh kemerdekaan, peranan Ormas Islam yang memiliki
kesadaran politik bangsa merupakan aset strategis dalam perjuangannya
melalui gerakan politis dan dakwahnya tersebut. Tiada lain, dalam rangka
mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia yaitu untuk memperoleh
kemerdekaan. Pada masa pasca kemerdekaan, perubahan itu membawa
pengaruh pada kesadaran politik bangsa Indonesia yang ingin mewujudkan
cita-cita nasional, sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun
1945. Tentu saja cita-cita yang mulia itu tidak akan pernah terwujud tanpa
melalui pemahaman pendidikan politik secara konsisten yang ditanamkan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Menurut Iyep Hermawan (2004:4) Pemahaman pendidikan politik
adalah menjadikan warga negara yang melek politik. Tegasnya adalah bahwa,
warga negara yang melek politik adalah warga negara yang berkepribadian
Pancasila, melek hukum dan konstitusi (1945), melek kehidupan berbangsa
dan bernegara, melek masalah dan mau serta mampu berkontribusi
memecahkan masalah sesuai dengan fungsi dan peran harapannya
Pendidikan Politik bertujuan untuk membentuk warga negara yang
berprilaku baik dan demoktratik. Diharapkan warga negara memiliki
gagasan, pemikiran, ide serta pemahaman tentang pendidikan politik,
sehingga dapat menjadi generasi harapan bangsa untuk tidak kehilangan
karsa, cita-cita dan arah untuk menghadapi masa depan serta siap
menghadapi tantangan dan rintangan berat yang menghadang.
Rusadi Kantaprawira (1999:55) memandang “Pendidikan politik sebagai salah satu fungsi struktur politik”. Dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat agar mereka dapat berpartisipasi
secara maksimal dalam sistem politiknya. Menurut penegasan A. Kosasih Djahiri (1996:19) dan Abdul Azis Wahab (1996:6) agar warga negara “melek politik”, sehingga dengan berbekalkan pengetahuan dan pemahaman pendidikan politik, mereka akan memiliki kematangan dalam bersikap dan
Hal senada sebagaimana ditegaskan lagi oleh Abdul Azis Wahab
(1996: 10) bahwa:
Pendidikan politik adalah salah satu bentuk Pendidikan Kewarganegaraan yang tujuannya adalah membentuk warga negara yang baik yaitu warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan dengan baik hak-hak dan kewajibannya sebagai individu warga negara. memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial, mampu memecahkan masalah-masalahnya sendiri dan juga masalah-masalah kemasyarakatan secara cerdas sesuai dengan fungsi dan perannya (socially sensitive,
socially responsible dan socially intelligence). selain itu sebagai
warganegara Indonesia yang baik ia juga diharapkan memiliki sikap disiplin pribadi, mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, agar dicapai kualitas pribadi dan prilaku warganegara dan warga masyarakat yang baik ( socio civic behavior dan desirable personal qualities).
Jelas bahwa Dari dua pandangan tersebut, menunjukan urgensi
pendidikan politik sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
warga negara Indonesia termasuk pemberian kebebasan untuk
menyelenggarakannya berada pada posisi yang strategis dalam rangka
membentuk kepribadian bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai dan amanat
Pancasila serta Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD NRI 1945), menumbuhkan sikap peka, perduli dan responsif
positif terhadap persoalan-persoalan sosial dan politik yang ada dalam
kerangka pemberdayaan warga negara yang cerdas dan baik.
Dengan demikian Pendidikan kewarganegaraan pada hakikatnya
merupakan bagian dari pendidikan politik untuk membina dan meningkatkan
kesadaran politik warga negara yang tidak saja berlaku pada pendidikan
formal melalui persekolahan tapi lebih luas dari itu melalui jalur institusi
yang ada dalam masyarakat. Dalam konteks kontemporer Pendidikan
Kewarganegaraan harus ditempatkan pada posisi yang profesional dalam
suatu kerangka pendidikan politik terutama pada model sosialisasi politik
bagi warga Negara. Dengan demikian akan terwujud suatu model pendidikan
dengan kondisi bangsa Indonesia yang majemuk (pluralistic). Oleh karena
itu, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) harus melihat sebagai
tanggung jawabnya dalam kerangka sistem politik berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI
1945).
Sorotan lain yaitu, kedudukan dan peranan Ormas, terutama ormas
Islam dalam percaturan politik sepanjang sejarah memegang peranan penting,
baik pada masa Orde Lama, Orde Baru maupun Orde Reformasi. Oleh karena
itu apabila Pimpinan & Kader Ormas Islam itu tidak dipupuk dan diasah
melalui pendidikan politik secara demokratik, dikhawatirkan akan
melahirkan gerakan atau aksi sosial yang bersifat radikal dan anarkis.
Organisasi kemasyarakatan keagamaan sendiri berfungsi juga sebagai
kekuatan politik dan moral, dalam konteks sejarah politik kemerdekaan
Indonesia tercatat beberapa ormas Islam seperti NU, Muhammadiyyah,
Al-Irsyad, Persatuan Islam (Persis), dan lain-lain menjadi bagian dari proses
perjuangan perlawanan secara politis melawan penjajah dalam rangka
mempertahankan keberadaan Indonesia, yang tentu saja disesuaikan dengan
karakteristik pergerakan dari ormas itu sendiri. Dalam konteks Indonesia hari
ini eksistensi Ormas keagamaan tersebut dalam fungsi nya sebagai media
partner pemerintah, memainkan peranan yang sangat signifikan dalam
memandu perjalanan bangsa ini, terutama dalam merespon perkembangan
politik, ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan masyarakatnya.
Sikap dan prilaku Ormas keagamaan hari ini, terutama ormas Islam
tentu saja tidak hanya dilihat dari satu sisi, yang masih bergelut dalam
persoalan-persoalan, tugas-tugas dan garis kebijakan internal ormas nya
sendiri, tetapi di sisi lain yang harus dicermati tentang pemikirannya yang
kreatif dan inovatif, suka memperjuangkan nasib manusia, memikirkan
masalah-masalah tertentu yang menyangkut masyarakat luas baik itu melalui
gerakan dakwahnya ataupun melalui gerakan sosialnya. Namun demikian
memang patut disesalkan bahwa berbagai pengalaman peristiwa gerakan
sosialnya yang dilakukan beberapa Ormas Islam terlihat kecenderungan dan
berkesan menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan secara konstitusional,
tidak jarang menunjukan prilaku-prilaku yang tidak seharusnya dilakukan,
seperti pengrusakan, main hakim sendiri atau tindakan kriminal lainnya yang
bukan hanya merugikan seseorang tetapi juga meresahkan masyarakat luas.
Peristiwa semacam itu mungkin juga disebabkan pola gerakan dakwah di
dalam masing-masing tubuh Ormas itu sendiri yang dalam proses
menginterpretasi informasi-informasi yang bersumber dari agamanya
cenderung serabutan, tidak dipahami secara benar dalam konteks
implementasi tataran praktis di lapangan.
Dalam pandangan Shiddiq Amien (2005:63) Keberadaan Persatuan
Islam sebagai salah satu Ormas Islam di Indonesia, sebagaimana Ormas
Islam yang lainnya telah memainkan peranan penting dalam percaturan
politik di Indonesia. Selain itu, perjalanan panjang sebagai sebuah organisasi
dari awal berdirinya hingga keberadaannya sekarang ini, tidak terlepas dari
dinamika sosio-kultural dan situasi-kondisi masyarakat, serta perilaku
aktivitas politik yang di dalamnya organisasi itu tumbuh-berkembang
Sebagai organisasi yang menekankan kegiatannya pada kajian
keagamaan, Persis memang bukan organisasi politik, dalam artian
formalistik. Secara formal, Persis adalah organisasi sosial keagamaan.
Walaupun demikian, bukan berarti Persis mengacuhkan sama sekali masalah
politik. Persis pun turut serta berkecimpung dalam wacana
pergerakan-kekuasaan.
Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Noer (1993:177) bahwa:
Dari gambaran tersebut di atas, jelas adanya keterlibatan Persis dan
anggota-anggota nya dalam politik praktis. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa Persis tidak menutup diri dalam persoalan politik bahkan lebih jauh
iktu terlibat secara aktif dalam proses pembangunan bangsa di negeri ini.
Lebih lanjut Shiddiq Amien (2005:133) menegaskan bahwa untuk
memenangkan ideologi Islam dalam politik pemerintah masa itu, Persis
terjun menjadi anggota istimewa Masyumi yang dipimpin oleh Mohammad
Natsir yang juga aktivis Persis. K.H. Mohammad Isa Anshary dan beberapa
tokoh Persis lainnya terpilih dalam unsur kepemimpinan Masyumi dan
berjuang dalam percaturan politik melalui Masyumi baik di tingkat pusat
maupun di daerah. Persis melalui M. Natsir sebagai tokohnya menempatkan
Islam tidak semata-mata suatu agama, tetapi juga suatu pandangan hidup
yang meliputi soal-soal politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan
Dalam perkembangan selanjutnya, pada masa orde baru, aktivis
pimpinan Persis melakukan langkah-langkah yang progres dalam aktivitas
politik praktisnya. Salah satunya yang ditempuh oleh Ustadz Latief yang
pada waktu itu sebagai politikus melalui Partai Persatuan Pembangunan
(PPP). Meskipun kesedian dan keberadaannya menimbulkan pro dan kontra
di kalangan jamaah Persis. Akan tetapi, cita-cita luhur dan idealisme
perjuangannya untuk memantapkan Islam melalui peta dakwah yang lebih
luas, telah memantapkan langkahnya dalam panggung politik ( Shiddiq
Amien, 2005:133), yang tentu saja hal tersebut dilandasi dan dilatarbelakangi
oleh kondisi sosial politik yang terus berubah dan tampaknya mengarah pada
era keterbukaan dan peluang bagi umat Islam untuk berpartisipasi aktif
didalamnya.
Namun pada saat situasi dan kondisi politik itu berubah, baik secara
radikal revolusioner maupun secara gradual, maka sikap politik seperti itu
perlu dikaji ulang. Karena itu, menurut Shiddiq Amien (2005:133). Persis
perlu berijtihad untuk proaktif dalam menentukan sikap politik, tanpa
-pribadi warganya; sebaliknya, setiap -pribadi yang terjun ke dalam pentas
politik dibekali dengan pendidikan politik dan misi jamiyyah itu sendiri.
Dalam dasawarsa terakhir ini, sekali lagi Politik di mata Persis tidak
menjadi sesuatu hal yang perlu dihindari keberadaannya. bahkan politik
menjadi sebuah sarana partisipasi dan aspirasi Persis sebagai bagian dari
masyarakat, bangsa dan negara. hal ini sangat dirasakan oleh para petinggi
dan anggota secara keseluruhan. meskipun dalam praktiknya, Persis sangat
menjaga keterlibatannya sebagai bentuk ihtiyat / kehati-hatian dalam
berpolitik praktis, sehingga diharapkan orientasi politik yang di cita-cita kan
oleh lembaga tersebut bisa tercapai.
Dalam pencapaian orientasi politik tersebut, muncul kemudian
persoalan tentang bagaimana proses pendidikan politik yang dijalankan oleh
Persis dalam upaya membangun warga negara dalam skala kecil nya anggota
dan simpatisan Persis agar melek, sadar dan ikut berpartisipasi dalam politik.
Di kalangan Ormas Keagamaan (Islam), persoalan yang berkenaan
dengan pembinaan pendidikan politik mencakup kebijakan respon terhadap
kondisi politik dewasa ini, partisipatoris, unjuk rasa, demonstrasi, perbedaan
pendapat, menghargai pendapat orang lain, dan menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan dan keadilan. Sehubungan dengan itu, esensi pendidikan politik
memberi tempat pada pimpinan dan kader Ormas Persis agar dapat
menyelami kehidupan pemerintahan dan kenegaraan disamping sebagai
sebuah lembaga kontrol dan partner pemerintahan. Yang berlandaskan
kepada tuntutan memiliki rasa tanggung jawab untuk memajukan bangsa dan
negara. Karenanya, perilaku politik pimpinan dan kader ormas yang
ditampilkan hendaknya mencerminkan sikap positif, tidak bersikap
sebaliknya yaitu merusak, menjarah, dan melanggar aturan yang merugikan masyarakat banyak. Lebih tegasnya bahwa “melek politik dan konstitusi serta permasalahan yang dihadapi” harus menjadi dasar pijakan bagi Pimpinan dan
kader ormas Persis dalam mengamati kehidupan negara Indonesia. Oleh
masing-masing semata, tetapi hendaknya diperkaya dengan khasanah
pendidikan politik yang bermakna.
Selanjutnya, Dari gambaran di atas pembinaan pendidikan politik
dirasa sangat urgen keberadaannya di lingkungan pejabat Persis dan
anggotanya sebaga wahana dalam rangka perwujudan warga negara yang
melek politik, berpartisipasi, sadar hukum, dll. pun juga lebih specifik nya
sebagai sarana pendewasaan dan pengintegrasian nilai-nilai yang terkandung
dalam ajaran Al-Qur’an dan As-sunnah yang diaplikasikan secara utuh dalam
kehidupannya, baik di lingkungan lembaga itu sendiri, maasyarakat,
berbangsa dan bernegara. sehingga diharapkan dari adanya pendidikan politik
ini, wawasan ber-politik dan melek politik setiap anggota nya benar-benar
mencerminkan sikap yang elegan, taat hukum, partisipatoris dan tidak
cenderung anarkis ketika mengemukakan pendapatnya.
Dengan demikian, dari gambaran umum tersebut, mengenai
pendidikan politik dan ormas keagamaan menarik untuk dikaji salah satunya
pada Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis) Bandung. Dipilihnya Pimpinan
Pusat Persis sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan :
1. Pada lingkungan Pimpinan Pusat Persis, sepanjang sejarahnya telah
tumbuh menjadi organisasi kemasyarakatan yang tidak hanya fokus statis
pada persoalan yang menyangkut ibadah dalam arti sempit saja, tetapi
organisasi ini juga mempunyai sifat dinamis yang mempunyai respons
terhadap persoalan politik, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya.
2. Oleh karena itu, perlu diingat bahwa Ormas Persis sudah aktif dalam
dunia politik praktis dahulu dan dewasa ini, yang semua itu berimplikasi
pada kecenderungan pendidikan politik di lingkungannya. Sehingga
bagaimanakah pendidikan politik ini diterapkan
3. Sebagai sikap kepedulian penulis ingin mengamati lebih dekat tentang
persoalan pemahaman dan pembinaan pendidikan politik Persis baik
secara ideologis maupun filosofis dalam membangun warga negara melek
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini diberikan penekanan pada “pendidikan politik”,
hal ini didasarkan pada amanat dan salah satu tujuan PKn “ perlunya
ditingkatkan pembinaan pendidikan politik dalam kerangka pembentukan
warga negara melek politik”.
Di lingkungan Persatuan Islam (Persis) persoalan yang berkenaan
dengan pendidikan politik mencakup melek politik, sadar hukum/ konstitusi,
partisipasi politik, perilaku politik, materi pendidikan politik yang
didalamnya termasuk juga bagaimana mengemukakan pendapat di muka
umum, menghargai pendapat orang lain dan menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan dan keadilan, serta bagaimana Persis sebagai sebuah Ormas
mampu memberikan kontribusi nyata dalam membangun dan membentuk
warga negara yang cerdas dalam politik tidak hanya untuk masyarakat di
dalam Persis secara interen saja, tetapi secara makro untuk negara-bangsa
secara nasional, sekaligus mampu menjawab tantangan dan rintangan yang
berkenaan dengan politik dewasa ini.
Dengan demikian, maka masalah pokok yang ingin diungkapkan
dalam penelitian ini berkaitan dengan bagaimana peran Pimpinan Pusat
Persatuan Islam dalam melakukan pendidikan politik bagi warga negara. Kajian tentang “Peran Ormas dan pendidikan politik” ini diharapkan dapat memberikan pengayaan khasanah ilmu sosial dalam mempelajari salah satu
gejala sosial, yakni mengenai pendidikan politik pimpinan dan kader dalam
organisasi kemasyarakatan melalui pendekatan sosial khususnya pada tingkat
mikro.
Penelitian ini diarahkan untuk menjawab sejumlah
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana landasan filosofis dan ideologis Persatuan Islam (Persis)
dalam pendidikan politik warga negara?
2. Bagaimana materi, media dan metode kegiatan pendidikan politik Persis?
4. Bagaimana strategi Persis dalam menghadapi hambatan pendidikan politik
warga negara?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
pendidikan politik di lingkungan Persatuan Islam Bandung dalam upaya
membangun warga negara melek politik..
Secara spesifik, tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran tentang landasan filosofis dan ideologis Persis
dalam melakukan pendidikan politik. Tujuan ini dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa jauh peran Ormas Persatuan Islam dalam melakukan
pendidikan politik.
2. Memperoleh gambaran tentang materi, media dan metode kegiatan Persis
dalam pendidikan politik warga negara.
3. Memperoleh gambaran tentang apa saja yang menjadi hambatan Persis
dalam melakukan pembinaan pendidikan politik.
4. Mengetahui gambaran Bagaimana strategi Persis dalam menghadapi
hambatan pembinaan pendidikan politik warga negara.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran
yang bermanfaat, baik untuk keperluan pengembangan keilmuan maupun
untuk kepentingan praktis dalam kehidupan kemasyarakatan. Kajian ini
berfokus pada pokok masalah tentang proses pendidikan politik Organisasi
Kemasyarakatan Persatuan Islam. yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Meskipun ada beberapa penelitian terdahulu menyoroti tentang
pendidikan politik, namun relevansinya berbeda, karena kajian “pendidikan politik” dalam penelitian ini berhubungan dengan keberadaan Ormas Persatuan Islam”, berarti secara konseptual diharapkan
memberikan sumbangan pemikiran dalam bentuk pengembangan
terciptanya dan suksesnya pembangunan sebagaimana yang dicita-citakan
dalam Undang-undang, khususnya yang menyangkut “ peningkatan
pendidikan politik bagi warga negara”. 2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama bagi :
a. Institusi, sebagai masukan bagi Lembaga Ormas persatuan Islam yang
bersangkutan dalam rangka meningkatkan pembinaan terhadap
pimpinan dan kader nya melalui pendidikan politik, sehingga
diharapkan melahirkan pimpinan dan kader yang mencerminkan sikap
dan perilaku politik bukan saja berwawasan teoritis, tetapi juga
memiliki pengetahuan di bidang politik, hukum dan konstitusi,
sehingga dalam tataran praktis bisa direalisasikan secara maksimal.
b. Para akademis atau komunitas akademik, khususnya dalam bidang
pendidikan kewarganegaraan sebagai bahan kontribusi dan informasi
tentang bagaimana Pendidikan Politik dalam seuah Organisasi
kemasyarakatan.
c. Peneliti sendiri, melalui penelaahan secara konseptual dari berbagai
literatur dan pengalaman di lapangan, serta arahan dari pembimbing
dan masukan dari nara sumber lain, menempa penulis menjadi lebih
kritis dan responsif. Dan pada akhirnya akan menambah dan
memperluas wawasan dan cakrawala berpikir serta kemampuan dalam
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan subjek Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Pimpinan Pusat Persatuan
Islam beserta otonomnya di Bandung beserta jajaran pimpinan di bawahnya
(Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang Persis).
2. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subyek penelitian lebih ditekankan pada subjek data
yang dapat memberikan informasi untuk tujuan penelitian diantaranya : Staff
Pimpinan Pusat Persatuan Islam dalam hal ini Bidgar Siyasah/politik, kader/
anggota yang mempunyai kompetensi tentang permasalahan yang diteliti, para
otonom dibawah Pimpinan Pusat Persatuan Islam seperti PP. Pemuda Persis, PP
Persistri dan para simpatisan Persis yang semuanya berjumlah 15 orang dan untuk
identitas orang nya peneliti sebutkan pada bab IV yang tentu saja diharapkan
mampu mendukung dalam pemenuhan data yang dibutuhkan. Peneliti berusaha
memperoleh berbagai macam data yang berhubungan dengan penelitian, data
tersebut akan diperoleh dari semua perkataan tindakan, situasi, dan peristiwa yang
dapat diamati oleh peneliti. Jumlah dan subjek penelitian pada dasarnya dapat di
kembangkan dilapangan sebagaimana dikemukakan oleh Lincoln dan Guba
(1985) “Snowball sampling technique”. Nasution (2003) menjelaskan proses penggalian data bila dikaitkan dengan subjek penelitian ini sebagai “ berpikir hingga mencapai titik jenuh dimana informasi telah terkumpul secara tuntas”. Oleh karena itu jumlah subyek dalam penelitian ini tidak ditentukan jumlahnya
secara detail.
B. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan secara sistematis yang
menggambarkan langkah-langkah pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan
sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian ini adalah: tahap pra penelitian,
tahap perizinan penelitian, dan tahap pelaksanaan penelitian.
1. Tahap Pra Penelitian
Tahapan pra penelitian pertama dilakukan adalah dengan memilih
masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan untuk
menye-suaikan keperluan dan kepentingan dalam fokus penelitian yang akan diteliti oleh
peneliti.
Lokasi yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Pimpinan
Pusat Persatuan Islam beserta jajaran otonomnya karena penulis menemukan
suatu indikasi keterlibatan dan implikasi Persis dalam persoalan politik sehingga
bagaimana sebenarnya Persis memberlakukan pendidikan politik untuk
kepentingan warga Persis secara khusus dan kontribusinya untuk negara dan
bangsa.
Setelah judul dan masalah ditetapkan maka peneliti mulai melakukan studi
lapangan untuk mendapatkan gambaran umum yang nyata tentang subjek yang
akan diteliti. Setelah peneliti mendapakan gambaran umun mengenai kondisi
objek dan subjek penelitian, maka tahap selanjutnya adalah dengan menyusun
pedoman wawancara dan format observasi sebagai alat untuk pengumpulan data
yang diperlukan oleh peneliti.
2. Tahap Perizinan Penelitian
a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Ketua Program Studi S2
Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI Bandung.
b. Dengan membawa surat rekomendasi dari Program Studi, peneliti meminta
surat izin penelitian kepada Direktur SPs UPI.
c. Setelah memperoleh izin dari Direktur SPs UPI, selanjutnya peneliti
melan-jutkan untuk memperoleh perizinan penelitian kepada staff di Pimpinan Pusat
Persis beserta jajaran dibawahnya (PW,PD, dan PC Persis)
d. Setelah memperoleh izin dari Pimpinan Pusat Persis, dengan menentukan
kepada bagian yang telah ditunjuk yaitu kepada ketua Bidang Garapan
Pimpinan Cabang Persis Margaasih, dan selanjutnya peneliti mulai melakukan
penelitian.
3. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti mempersiapkan segala hal yang berhubungan
dengan penelitian. Peneliti membuat surat izin pra observasi untuk Pimpinan
Pusat Persis yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian. Peneliti meminta
persetujuan pihak Pimpinan Pusat Persiis yang diterima pada saat itu oleh bagian
kesekretariatan untuk mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini, untuk
mendapat akses dan kepercayaan dari pihak lembaga, peneliti memanfaatkan
sebagai bagian dari kader Persis itu sendiri.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian di Lapangan
Setelah dilakukan tahap pra penelitian yang berisi rangkaian proses untuk
mendapatkan perizinan untuk melakukan penelitian di lokasi, maka peneliti
me-lanjutkan untuk melakukan rangkaian persiapan penelitian. Rangkaian proses pra
penelitian, dilakukan dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian ke
program studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI Bandung, yang sebelumnya
proposal penelitian sudah disetujui oleh kedua pembimbing. Proses pengajuan ke
program studi Pendidikan Kewarganegaraan ini dilaksanakan pada tanggal 08
Mei 2013. Selanjutnya izin tersebut dikeluarkan oleh program studi Pendidikan
Kewarganegaraan pada tanggal 10 Mei 2013. Pada tanggal yang sama langsung
diajukan ke Direktur Pasca Sarjana UPI Bandung, melalui Akademik SPs UPI
Bandung. Pada tanggal 14 Mei 2013, surat izin penelitian yang dikeluarkan
Direktur SPs UPI Bandung peneliti terima.
Berdasarkan ketentuan tersebut, seharusnya pada tanggal 20 Mei 2013,
peneliti sudah melakukan tahapan berikutnya, yaitu menuju lokasi peneliti-an
guna melakukan penelitian di Pimpinan Pusat Persatuan Islam Bandung. Tetapi,
Selanjutnya, pada hari Senin tanggal 08 Juni 2013, peneliti mendatangi
Ketua Pimpinan Cabang Margaasih yaitu Ustadz. Toto Zaenudun untuk kemudian
surat izin penelitian kepada sekretaris DPC Partai Bulan Bintang yang sekaligus
ketua Pimpinan Cabang Persis Katapang, tujuan dari penyampaian surat izin
penelitian tersebut, ialah untuk memberitahukan pihak lemabaga bahwa peneliti
akan melaksanakan penelitian di sana. Dalam arti lain, peneliti melakukan studi
awal, dengan memperkenalkan diri kepada sejumlah fungsionaris dan pengurus di
Persis, untuk mendapatkan kemudahan dalam memperoleh informasi yang
diperlukan dalam penelitian.
Pada hari berikutnya, Kamis tanggal 25 Juni 2013 sampai dengan Jum’at
tanggal Juli 2013, secara intensif peneliti terus mendatangi bidgar siyasah dan
para aktivis Persis yang ada di lingkungan Pimpinan Pusat Persis untuk
melaksanakan penelitian. Peneliti melakukan wawancara kepada subjek
penelitian, yaitu bidang garapan politik, aktivis Persis, para ketua di wilayah
pimpinan Pusat Persis guna memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian
ini. Penelitian yang dilakukan melalui wawancara antara peneliti dengan
responden langsung di wilayah PP. Persis Keseluruhan hari yang dipergunakan
dalam penelitian lebih kurang 30 (tiga puluh ) hari kerja.
Dalam tahap pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti mengajukan
sejumlah pertanyaan dengan tujuan untuk menggali informasi lebih lanjut yang
diarahkan pada fokus penelitian dan mencatatnya ke dalam catatan lapangan.
Setelah selesai mengadakan wawancara dengan responden, peneliti
menuliskan kembali data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan dengan
tujuan agar dapat mengungkap data secara lebih mendetail. Data yang telah
diperoleh dari hasil wawancara selanjutnya disusun ke dalam bentuk catatan
lapangan setelah terlebih dahulu didukung oleh hasil dokumentasi lainnya.
Data yang diambil serta diperoleh dari hasil wawancara dan observasi
serta dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian, selanjutnya
disusun dan dideskripsikan dalam bentuk catatan lapangan. Kemudian dianalisis
dengan didukung oleh studi literatur, studi dokumentasi, dan Field Note.
Keseluruhan pelaksanaan penelitian ini peneliti lakukan di lingkungan Pimoinan
C. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan pembatasan tentang hal-hal yang diamati
sebagai konsep pokok dalam penelitian. Dalam hal ini terdapat beberapa konsep
yaitu Peran, Persatuan Islam, Pendidikan Politik.
1. Peran
Menurut ilmu sosial berarti suatu fungsi dibawakan oleh seseorang, atau
lembaga organisasi ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial tertentu.
2. Ormas
Bahwa yang dimaksud dengan Organisasi Kemasyarakatan adalah
organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat Warganegara Republik
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama,
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk berperanserta dalam
pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.(Undang-undang No. 8
tahun 1985,)
3. Persatuan Islam
Persatuan Islam adalah Ormas Islam yang didirikan jauh sebelum
kemerdekaan Republik Indonesia atau tepatnya 22 tahun sebelum merdeka.
Sebagai gerakan dakwah yang tentu saja memiliki visi, misi dan strategi yang
jelas, yaitu mengembalikan umat kepada al-Qur’an dan Sunnah. ( Maman
Abdurahman, 2012:i)
4. Pendidikan Politik
Rusadi Kantaprawira (1988:54) memandang bahwa pendidikan politik
sebagai upaya meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat
berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya, sesuai dengan paham
kedaulatan rakyat atau demokrasi bahwa rakyat harus mampu menjalankan tugas
5. Warga Negara
Warga negara diartikan sebagai orang-orang yang menjadi bagian dari
suatu penduduk yang menjadi unsur negara. Istilah warga negara lebih sesuai
dengan kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba
atau kawula negara karena warga negara mengandung arti peserta, anggota, atau
warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan
dengan kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara mempunyai persamaan
hak di hadapan hukum. Semua warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan
tanggung jawab.
(http://komukblangsak.wordpress.com/2011/04/07/bab-1-pengertian-warga-negara/)
D. Pendeketan dan Metodologi Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang
fenomena dalam suatu latar berkonteks khusus (Moleong, 2008:5). Peranan
peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsiran dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil
penelitian.
Penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan
tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara meyelidiki masalah sosial atau
manusia. Dalam penelitian ini, peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik
mengenai Peran Persis dalam melakukan pendidikan politik, menganalisis kata-kata
yang dihasilkan dari wawancara mendalam kemudian melaporkan
pandangan-pandangan para informan secara rinci dan melakukan penelitian dalam situasi
alamiah.
Oleh karena data yang hendak diperoleh dari rencana penelitian tesis bersifat
kualitatif berupa deskripsi analitik tentang suatu peristiwa yang diambil dari situasi
yang wajar, maka dibutuhkan ketelitian dari peneliti untuk dapat mengamati secermat
peneliti utama (key instrument) yang mengadakan sendiri pengamatan atau
wawancara berstruktur. Senada dengan pemaparan di atas dalam kaitan ini Nasutiaon
(1996:9) mengemukakan bahwa :
“Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam atau kamera peneliti tetap memegang peran sebagai alat peneliti”
Dalam konteks penelitian ini, penggunaan penelitian kualitatif ditunjukkan
untuk memahami dan menjiwai peran Persatuan Islam Persis dalam melakukan
pendidikan politik warga negara.
2. Metode penelitian
Dalam menganalisis permasalahan pada sebuah penelitian ilmiah
diperlukan adanya metode penelitian. Metode penelitian merupakan cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Sehubungan
dengan itu, maka peneliti berpendapat bahwa metode deskriptif merupakan
metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini, karena peneliti ingin
mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara
benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data
yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah, yang juga sesuai dengan
tujuan penelitian yang berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang
bagaimana Peran Persatuan Islam dalam melakukan pendidikan politik warga
negara.
Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak hanya sebagai upaya
mendeskripsikan data tetapi deskripsi tersebut hasil dari pengumpulan data yang sohih yang dipersyaratkan kualitatif. (Djam’an Satori & Aan Komariah, 2011:25)
Metode deskriptif merupakan metode yang memusatkan perhatian pada
masalah-masalah aktual untuk memecahkan masalah dengan cara
menggambarkan atau melukiskan semua peristiwa atau permasalahan yang terjadi
Oleh karena itu, alasan peneliti melakukan penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif ini karena sesuai dengan sifat dari masalah dan
tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan untuk menguji hipotesis, tetapi
berusaha untuk memperoleh gambaran nyata tentang bagaimana Peran Persatuan
Islam (Persis) dalam melakukan pendidikan politik
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif
merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek
yang diteliti sesuai dengan apa adanya dengan tujuan menggambarkan secara
sistematis fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat.
Pemilihan metode deskriptif ini tentunya melalui pertimbangan dan
disesuaikan dengan masalah yang akan dikaji. Kajian penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan memahami secara mendalam tentang bagaimana sesungguhnya
peran Persatuan Islam (Persis) dalam melakukan pendidikan politik warga negara.
E. Teknik pengumpulan data
Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen
utama (key instrument) dalam pengumpulan data. Karena itu, peneliti memiliki
peranan yang fleksibel dan adaptif. Artinya, peneliti dapat menggunakan seluruh
alat indera yang dimilikinya untuk memahami fenomena sesuai dengan fokus
penelitian (Cresswell, 1998; Lincoln dan Guba, 1985: 4; Bogdan dan Biklen,
1992: 28). Sehubungan dengan hal itu, maka dalam penelitian ini peneliti sendiri
terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan seluruh data sesuai dengan
fokus penelitian.
Tahapan-tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tahap
orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap member-chek. Kegiatan yang dilakukan
dalam tahap pertama adalah pra-survei atau survei pendahuluan ke lokasi
penelitian yaitu di lingkungan Pimpinan Pusat, Pimpinan Cabang dan Pimpinan Jama’ah Persatuan Islam, untuk mendapatkan gambaran tentang peran Persis dalam melakukan pendidikan politikya. Dalam tahap yang kedua dilakukan
Sesuai dengan peranan peneliti sebagai alat penelitian yang utama, maka
peneliti dapat melakukan sendiri pengamatan dan wawancara kepada informan
penelitian ini (pihak Pimpinan Persatuan Islam beserta otonom, Pakar Politik dan
simpatisan Persis). Karena peranannya sebagai instrumen utama dalam
pengumpulan informasi atau data, maka informasi atau data penelitian yang
terkumpul tersebut diharapkan dapat dipahami secara utuh, termasuk makna
interaksi antar manusia, dan peneliti juga diharapkan dapat menyelami perasaan
dan nilai yang terkandung dari ucapan atau perbuatan informan penelitian.
1. Wawancara yang mendalam.
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
(interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (responden)
(Arikunto, 2003:132). Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang digunakan penulis untuk mengajukan pertanyaan dan menggali jawaban
lebih lanjut untuk mendapatkan informasi data-data yang lengkap sesuai dengan
fokus penelitian dengan instrumen wawancara yang telah tersusun, sehingga
peneliti dapat mengetahui persepsi responden tentang permasalahan yang akan
dikaji.
Berkaitan dengan hal di atas, Moleong (2011:186) mengungkapkan
bahwa: “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan, dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.” .
Menurut Patton (1990:280) (dalam Sapriya, 2007), pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan dalam penelitian naturalistik dapat mengikuti tiga macam pilihan
sebagai berikut: Pertama, Wawancara percakapan informal (the informal
conversation interview), ialah wawancara yang sepenuhnya didasarkan pada
susunan pertanyaan spontan ketika interaksi berlangsung khususnya pada proses
observasi partisipatif dilapangan. Pada saat wawancara melalui percakapan
informasi berlangsung terkadang orang yang diwawancarai tidak diberitahu
mewawancarai salah satu aktivis Persis Sdr. Hendrik Hermawan dan beberapa
informan, responden lainnya yang bertempat di rumah atau dikantor orang terkait.
Kedua, wawancara umum dengan dengan pendekatan terarah (the general
interview guide approach), ialah jenis wawancara yang menggariskan sejumlah
isu-isu yang harus digali dari setiap informan sebelum wawancara dimulai.
Pertanyaan yang diajukan tidak perlu dalam urutan yang diatur terlebih dahulu
atau dengan kata-kata yang dipersiapkan. Panduan wawancara memberikan
checklist selama wawancara untuk meyakinkan bahwa topik-topik yang sesuai
telah terakomodasi. Peneliti menyesuaikan baik urutan pertanyaan maupun
kata-kata untuk informan tertentu. Penulis memakai cara tersebut ketika mewawancarai
salah satu staaf di Pimpinan Pusat Persis yaitu Bidgar Siyasah bersama Ust. Uus.
M. Ruhiyat di kantor dan dirumahnya.
Ketiga, wawancara terbuka yang baku (the standardized open-ended
interview), meliputi seperangkat pertanyaan yang secara seksama disusun dengan
maksud untuk menjaring informasi mengenai isu-isu yang sesuai dengan urutan
dan kata-kata yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Fleksibilitas dalam menggali
informasi dibatasi, tergantung pada sifat wawancara dan keterampilan peneliti.
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
tidak-berstruktur. Sesuai dengan bentuk wawancara ini, peneliti tidak terikat
secara ketat pada pedoman wawancara. Pelaksanaannya bisa dilakukan dimana
saja dan kapan saja selama berhubungan dengan fenomena dan fokus penelitian.
Tipe wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara
luas dan mendalam atau indepth interview (Patton, 1980).
Melalui tipe wawancara ini, penulis mencoba menggali dengan seksama
dan detai mengenai informasi-informasi dan data-data yang memang dibutuhkan
dalam penelitian ini, sehingga dalam pengolahannya peneliti memfokuskan
kepada hal-hal yang terkait dengan fungsi dan peran Persatuan Islam dalam
melakukan pendidikan politik.
Untuk memudahkan ingatan terhadap data atau informasi, maka peneliti
menggunakan catatan-catatan lapangan. Dalam penggunaan catatan lapangan,
mengutamakan pandangan informan dan interpresentasinya. Dalam hal ini bidgar
siyasah yaitu Ust. Uus , ketua Pimpinan Cabang Ust. Toto, dan Sekretaris cabang
PBB (Parati Bulan Bintang) Ust. Muhudin. Wawancara yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah yang diharapkan dapat memberi keuntungan dimana
informan yang diwawancarai bisa merekonstruksi dan menafsirkan ide-idenya
mengenai peran Persis dalam pendidikan politik. Dalam pelaksanaannya,
penelitian menggunakan alat bantu berupa catatan-catatan lapangan yang peneliti
catat dalam buku. Tujuannya adalah untuk memudahkan mengingat data yang
dikumpulkan, baik yang bersifat verbal maupun nonverbal. Selain itu,
penggunaan alat bantu tersebut sangat penting untuk mengimbangi keterbatasan
daya ingat peneliti mengenai informasi yang diperoleh dengan cara wawancara
secara terbuka atau open-ended interview.
Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka yang menjadi
terwawancara (interviewe) adalah Staff Pimpinan Pusat Persatuan Islam, kader/
anggota yang mempunyai kompetensi tentang peran Persis dalam melakukan
pendidikan politik warga negara, juga para otonom dibawah Pimpinan Pusat
Persatuan Islam seperti PP. Pemuda Persis, PP Persistri, para pakar politik dan
lain sebagainya yang tentu saja diharapkan mampu mendukung dalam pemenuhan
data yang dibutuhkan
2. Studi dokumentasi.
Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data tidak langsung
ditunjukan kepada subjek penelitian. Studi dokumentasi merupakan salah satu
sumber data penelitian kualitatif sebagaimana vang diungkapkan oleh Sugiyono
(2008:240) bahwa: “Studi dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.”
Studi dokumentasi digunakan dengan tujuan untuk melengkapi data-data
yang diperoleh dari wawancara dan observasi sehingga akan diperoleh data yang
akurat dan terpercaya. Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilandasi oleh
gagasan, persepsi, pemikiran, serta sikap para pakar dan praktisi tentang peran Persis
dalam melakukan pendidikan politik warga negara.
3. Studi literatur.
Studi literatur dilakukan dengan cara meenjiwai dan mengkaji buku-buku
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh
bahan-bahan atau sumber informasi tentang masalah yang diteliti. Teknik ini selain
digunakan untuk melengkapi serta memperkuat landasan peneliti dalam
melakukan penelitian juga untuk melengkapi hasil penelitian yang peneliti
lakukan.
Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai macam sumber
dan literatur buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.
Dengan memiliki buku-buku yang berhubungan dengan peran Persis dalam
melakukan pendidikan politik warga negara. diharapkan peneliti dapat memperoleh
data secara teoritis sebagai penunjang penelitian. Sejalan dengan apa yang
disampaikan oleh Faisal (1992:30), mengemukakan bahwa hasil studi literatur bisa
dijadikan masukan dan landasan di dalam menjelaskan dan merincikan
masalah-masalah yang akan diteliti, dan juga bisa menjadi landasan untuk memberikan latar
belakang mengapa masalah tersebut sangat penting untuk diteliti. yang berhubungan
dengan penelitian.
4. Observasi
Observasi ialah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap
objek penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas
tentang kehidupan sosial yang wajar dan sebenarnya sukar diperoleh dengan
metode-metode lain (Nasution, 1997:122). Observasi suatu penyelidikan yang
dijalankan secara sistemik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra
(terutama mata) terhadap kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada saat
peristiwa itu terjadi. Dalam observasi ini meliputi semua pengamatan dan
pengalaman peneliti ketika terjun ke lapangan, dan yang diteliti secara sistematis
Persis dalam melakukan pendidikan politik warga negara dengan berbagai
hambatan dan strateginya.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Moleong (2005:132)
bahwa: “Bagi peneliti kualitatif, manusia adalah instrument utama karena ia
menjadi segala keseluruhan proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana,
pelaksana, pengumpul data, menganalisis, menafsirkan data, dan hasilnya menjadi pelapor hasil penelitian”.
Observasi ini dilakukan selama penelitian berlangsung dengan tujuan
untuk mengetahui gambaran nyata mengenai bagaimana peran Persis dalam
melakukan pendidikan politik warga negara, bagiamana materi dan metode dalam
melaksanakan pendidikan politik itu sendiri dengan berbagai hambatan dan
strateginya, Seperti yang dikemukakan oleh Spradly dalam Nasution (2003:63)
sebagai berikut:
Yang diamati dalam setiap situasi sosial terdapat tiga komponen, yakni ruang (tempat), pelaku (aktor), dan kegiatan (aktivitas). Kegiatan dimensi dapat diperluas, sehingga apa yang kita amati ialah: (1) ruang, dalam aspek fisiknya, (2) pelaku, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi, (3) kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu, (4) objek, yaitu benda-benda yang terdapat dalam tempat itu, (5) perbuatan, tindakan-tindakan tertentu, (6) kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan, (7) waktu, urutan kegiatan, (8) tujuan, apa yang ingin dicapai orang, makna perbuatan orang, (9) perasaan, emosi yang dinyatakan.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam
penelitian, karena dapat memberi makna terhadap data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Pengolahan data dan analisis data akan dilakukan melalui suatu proses
yaitu menyusun, mengkatagorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang
diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya.
Setelah selesai mengadakan wawancara dengan subjek penelitian,
menuliskan kembali data-data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan dengan
diperoleh dari wawancara disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung
oleh hasil observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang peneliti dapatkan, yaitu dari
hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan catatan lapangan maka
peneliti melakukan prosedur pengolahan dan analisis dari hasil pengumpulan data.
Di-mana proses analisis data ini dimulai dengan menelaah, memeriksa seluruh
data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, pengamatan,
dokumentasi, dan catatan lapangan. Bila jawaban yang diwawancarai setelah
dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan
lagi, sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and
Huberman (dalam Sugiyono, 2011:247), mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing/verification.
Reduksi data adalah proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal
yang dianggap penting oleh peneliti, dengan kata lain reduksi data bertujuan untuk
memperoleh pemahaman-pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari
hasil catatan lapangan dengan cara merangkum, mengklasifikasikan sesuai
masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini aspek
yang direduksi adalah peran Pimpinan Pusat dalam hal ini staff dan para pengurus
Persis mengenai taraf dan sosialisasi pemeneuhan pendidikan politik yang baik
dan maksimal bagi warga Persis khususnya.
2. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang akan
memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh dengan kata lain menyajikan
data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.
Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas dan terperinci namun
menyeluruh akan memudahkan dalam memahami gambaran-gambaran terhadap
aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian.
Penyajian data selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai
dengan data hasil penelitian yang diperoleh.
3. Conclussion Drawing/Verification
Conclusion Drawing/Verification merupakan upaya untuk mencari arti,
makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data-data yang telah dianalisis dengan
mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat
dan mudah dengan mengacu pada tujuan penelitian.
Demikian prosedur yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan penelitian
ini. Dengan melakukan tahapan-tahapan ini diharapkan penelitian yang dilakukan
ini dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria suatu penelitian yaitu derajat
kepercayaan, maksudnya data yang diperoleh dapat dipercaya dan
dipertanggung-jawabkan kebenarannya.
G. Validitas Data
Validasi data dilakukan untuk membuktikan bahwa apa yang telah diamati
peneliti sesuai dengan yang sesungguhnya. Tahap validasi yang dilakukan
melalui:
a. Member check, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau
infor-masi data yang diperoleh selama observasi dan wawancara dengan nara
b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang ditimbulkan oleh peneliti
dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain yang
dikum-pulkan melalui wawancara dengan data yang diperoleh dengan observasi
se-hingga diperoleh derajat kepercayaan yang maksimal. Tujuan dari triangulasi
adalah pengecekan kebenaran data tertentu dengan berbagai cara dan berbagai
waktu.
1) Triangulasi sumber adalah triangulasi untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
bebe-rapa sumber.
2) Triangulasi teknik adalah triangulasi untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda.
Gambar 3.2
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Wawancara Observasi
Dokumentasi
Sumber: Sugiyono, 2012: 126
3) Triangulasi waktu yaitu triangulasi waktu yang sering mempengaruhi
kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di
pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah akan
Gambar 3.3
Triangulasi Waktu Pengumpulan Data
Siang Sore
Pagi
Sumber: Sugiyono, 2012: 126
c. Eksplanasi saingan yaitu tidak melakukan upaya untuk menyanggah atau
membuktikan kesalahan penelitian saingan, melainkan mencari data yang
akan mendukungnya.
d. Audit trail, yaitu memeriksa keabsahan temuan penelitian beserta prosedur
dan metode pengumpulan datanya, dengan mengkonfirmasikan buku-buku
temuan yang telah diperiksa dan dicek kesahihannya kepada sumber data
(Bidang garapan siyasah dan para pimpinan di Persis)).
e. Expert opinion, merupakan tahap akhir validasi yang mana peneliti
mengkon-sultasikan hasil temuan kepada pakar. Dalam penelitian ini, peneliti
meng-konsultasikannya dengan pembimbing, yang akan memeriksa semua tahapan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian yang
dirumuskan dari temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian.
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan umum
Ormas keagamaan Persatuan Islam (Persis) dalam tinjauan
teoritis-normatif maupun historis-empirik menempati posisi strategis dalam melakukan
pemberdayaan politik masyarakat. Secara historis posisi yang pernah dimainkan
memiliki effektifitas melebihi peran dan posisi yang dimainkan oleh organisasi
politik formal. Effektifitas itu pernah dicapai dan dimainkan di samping karena
kekuatan jaringan yang begitu luas, juga kekuatan ideologis dan wibawa moral
ormas keagamaan yang tangguh. Namun dalam pemberdayaan pendidikan politik
di Persis terkendala oleh berbagai aspek, salah satunya adalah terkait dengan
kultur pemikiran yang berkembang dikalangan kaum muda dan kaum tua Persis
dalam memandang Politik dan pendidikan politik, yang terkadang berbeda
persepsi, di satu sisi ada yang menghendaki Persis untuk bisa menyentuh ke
wilayah Politik, tetapi di sisi lain ada yang menghendaki supaya Persis tidak
menyentuh ranah politik.
2. Kesimpulan khusus
Merujuk pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah
diuraikan terdahulu, maka dapat dirumuskan beberapa butir kesimpulan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan Landasan filosofis dan ideologis Persatuan Islam (Persis) dalam
pendidikan politik warganegara, secara formal dan struktural menyadari
pentingnya Persis melakukan pendidikan politik yang sistematis, terencana dan
efektif untuk kemudian mencapai maksud dari cita-cita dan visi-misi Persis itu
dan terus berlangsung melalui berbagai interaksi sosial dalam masyarakat yang
dikenal sebagai transformasi nilai.
Persis bukanlah organisasi politik, akan tetapi Persis tidak menghindar dan tabu
terhadap politik itu sendiri, bahkan Persis dengan pendidikan politiknya
mampu bertahan dan dapat memiliki kekuatan politik tersendiri dalam rangka
memberi arahan yang jelas bagi para kader politik (siyasah) Persis.
b. Materi, media dan metode pendidikan politik yang ada di Persis memiliki
karakteristik tersendiri. Karakteristik pendidikan politik di Persis diantaranya:
pertama, materi dalam pendidikan politik di Persis tidak langsung secara
tekstual memuat tentang pendidikan politik namun lebih pada penggalian
makna dari materi-materi yang ada; kedua, media sosialisasi dalam pendidikan
politik persis cenderung terbatas pada lingkup kader, tapi telah memiliki
jaringan di seluruh indonesia bahkan dunia internasional melalui majalah,
bulletin dan artikel mingguan yang tersedia. Ini menjadi modal bagi kader
dalam melakukan interaksi opini, saluran aspirasi selain media dakwah
tentunya, dan silaturahim antar seluruh warga Persis; ketiga, metode
pendidikan politik di Persis dilakukan melalui halaqoh-halaqoh atau
diskusi-diskusi yang dilakukan setiap minggunya, pengajian rutin yang diadakan di
setiap jenjang pimpinan dan pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh
setiap pimpinan.
c. Tantangan dan hambatan dalam arahan dan kebijakan pemenuhan pendidikan
politik di Persis adalah: pertama, adanya benturan pemikiran secara internal
dari kaum muda Persis dan kaum tua Persis dalam menanggapi persoalan
politik termasuk pendidikan politik yang berimplikasi kepada maksimalisasi
pemenuhan pendidikan politik; kedua, minimnya kesiapan para mubaligh atau
narasumber dalam memahami dan menyampaikan materi-materi khusus
tentang pendidikan politik yang ada kepada kader; ketiga, belum
dimaksimalkannya media khusus yang mampu menyerap dan mendukung
pengembangan pendidikan politik di Persis; keempat, belum terusunnya secara
d. Langkah-langkah strategis yang diambil oleh Persis dalam rangka
pengembangan pendidikan politik diantaranya: pertama, memberikan
dukungan secara ideologis kepada kader-kader terbaiknya untuk terjun
langsung dalam politik praktis, sehingga ketika mereka menempati posisi
strategis mampu memberikan keteladanan kepada warga Persis khususnya
dalam konteks pendidikan politik; kedua, menjaga dan menyadari potensi
kekuatan-kekuatan kultural yang dimiliki oleh Persis untuk merealisasikan
cita-cita perwujudan masyarakat demokratis sebagai salah satu karakter masyarakat
madani yang menjadi cita-cita bersama dan sejalan dengan kapasitas yang
dimilikinya, maka gerakan pemberdayaan pendidikan politik akan menjadi
sebuah lahan pengembangan masyarakat yang subur dan penting; Ketiga,
membina dan memberikan pemahaman secara intensif kepada bibit kader muda
Persis melalui berbagai pelatihan dan dakwah terkait dengan politik dan
dinamikanya dalam kerangka pendidikan politik.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, penelitian ini merekomendasikan beberapa
hal yang berkaitan dengan Peran Persis dalam pendidikan politik warga
negara. Rekomendasi ini disampaikan kepada berbagai pihak. Pihak-pihak
yang dimaksud diantaranya adalah:
1. Kepada jajaran Pimpinan Pusat yang dalam hal ini bidang garapan Siyasah Jam’iyyah Persis dan bidang garapan terkait yang ada di pimpinan di bawahnya, ada beberapa rekomendasi yang akan
disampaikan yaitu:
a. Untuk dapat melaksanakan pendidikan politik terutama melalui
pelatihan, pembinaan dan pengkaderan sesuai dengan program
yang telah ditetapkan dan sesuai kebijakan Persis.
b. Untuk segera merealisasikan pembentukan dan pembuatan
madrasah siyasah dan kurikulum siyasah, agar terjalinnya