• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENGELOLA DALAM PELATIHAN VOCATIONAL SKILL BAGI KELUARGA MELALUI KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA : Studi Kasus Pada Ibu Rumah Tangga Pembuat Kecimpring Singkong Binaan Kelompok Tani Sekarwangi Di Kampung Babakan Bandung Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Ka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PENGELOLA DALAM PELATIHAN VOCATIONAL SKILL BAGI KELUARGA MELALUI KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA : Studi Kasus Pada Ibu Rumah Tangga Pembuat Kecimpring Singkong Binaan Kelompok Tani Sekarwangi Di Kampung Babakan Bandung Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Ka"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PENGELOLA DALAM PELATIHAN VOCATIONAL SKILL BAGI KELUARGA MELALUI KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA ( Studi Kasus Pada Ibu Rumah Tangga Pembuat Kecimpring Singkong Binaan

Kelompok Tani Sekarwangi di Kampung Babakan Bandung Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian sarjana pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Disusun Oleh :

SYAHIDIN NURSHOFFAT A.F 1009707

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

PERAN PENGELOLA DALAM PELATIHAN VOCATIONAL SKILL BAGI KELUARGA MELALUI KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA ( Studi Kasus Pada Ibu Rumah Tangga Pembuat Kecimpring Singkong Binaan

Kelompok Tani Sekarwangi di Kampung Babakan Bandung Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat )

Oleh

SYAHIDIN NURSHOFFAT A.F

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© SYAHIDIN NURSHOFFAT A.F 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SYAHIDIN NURSHOFFAT A.F

PERAN PENGELOLA DALAM PELATIHAN VOCATIONAL SKILL BAGI KELUARGA MELALUI KEMANDIRIAN BERWIRAUSAHA (Studi Kasus Pada Ibu Rumah Tangga Pembuat Kecimpring Singkong Binaan Kelompok Tani Sekarwangi di Kampung Babakan Bandung Desa

Pagerwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. H. Uyu Wahyudin, M. Pd NIP. 19600926 198503 1 003

Pembimbing II

Dr. Iip Saripah, M. Pd

NIP. 19701210 199802 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

(4)

ABSTRAK

Syahidin Nurshoffat A.F, Peran Pengelola Dalam Pelatihan Vocational Skill Bagi Keluarga Melalui Kemandirian Berwirausaha (Studi Kasus Pada Ibu Rumah Tangga Pembuat Kecimpring Singkong Binaan Kelompok Tani Sekarwangi Di Kampung Babakan Bandung Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat). Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP UPI Tahun 2013.

Penelitian ini membahas mengenai peran pengelola dalam pelatihan vocational skill bagi keluarga melalui kemandirian berwirausaha dilihat dari peran pengelola, pelaksanaan dan dampak pelatihan terhadap kemandirian berwirausaha. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Kelompok Tani Sekarwangi yang beralamat di Kampung Babakan Bandung Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Dalam penelitian ini yang penulis ajukan berupa pertanyaan : 1). Bagaimana peran pengelola dalam pelatihan vocational skill bagi keluarga dalam meningkatkan kemandirian berwirausaha?, 2). Bagaimana pelaksanaan pelatihan vocational skill tersebut dibawah binaan kelompok tani Sekarwangi?, 3). Bagaimana dampak pelaksanaan program pelatihan vocational skill tersebut terhadap kemandirian berwirausaha?.

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi peran pengelola dalam pelatihan vocational skill bagi keluarga dalam meningkatkan kemandirian berwirausaha, 2) memperoleh gambaran tentang bagaimana pelaksanaan pelatihan vocational skill tersebut dibawah binaan kelompok tani Sekarwangi, dan 3) menganalisis dampak pelaksanaan program pelatihan vocational skill tersebut terhadap kemandirian berwirausaha.

Teori yang mendasari pada penelitian ini diantaranya : konsep peran, konsep pelatihan, konsep vocational skill, konsep kemandirian dan konsep kewirausahaan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, dimana penelitian dilakukan terhadap 3 orang subjek primer yang berasal dari lulusan pelatihan serta triangulasi dari pihak informan yang berasal dari penyelenggara, tokoh masyarakat serta nara sumber. Total responden yaitu berjumlah 6 orang.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : 1).Peran pengelola dalam pelatihan vocational skill tersebut cukup baik, hal ini ditandai dengan adanya penyusunan rencana dan tujuan penyelenggaraan program yang disusun sebelum pelatihan dilaksanakan dan sesuai dengan kebutuhan peserta atau warga belajar, 2). Pelaksanaan program pelatihan vocational skill/keterampilan. (a).Materi yang disampaikan terbagi menjadi tiga kategori yaitu (1). Materi yang berkaitan dengan produksi, (2). Materi yang berkaitan dengan pengemasan, dan (3).Materi yang berkaitan dengan pemasaran.(b). Metode yang digunakan dalam pelatihan yaitu metode partisipatif-andragogi serta problem solving. Adapun teknik pembelajaran yang digunakan yaitu diskusi, ceramah, simulasi dan tanya jawab serta demontrasi, 3). Hasil pelaksanaan program pelatihan vocational skill/kecakapan hidup keterampilan terhadap aspek (a). Kognitif (b). Afektif (c).Psikomotorik mengalami peningkatan kearah yang progresif dibandingkan sebelum mengikuti pelatihan.Hal ini ditandai dengan semakin tingginya motivasi usaha,meningkatnya pendapatan dan meningkatnya kemandirian dalam berwirausaha.

(5)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Motto hidup ... ii

Lembar Pernyataan ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Ucapan Terima Kasih ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Peran ... 8

B. Konsep Pelatihan ... 10

C. Konsep Vocational Skill ... 19

D. Konsep Kemandirian ... 24

(6)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ... 36

B. Desain Penelitian ... 36

C. Metode Penelitian ... 37

D. Definisi Operasional ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 40

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 42

H. Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Lokasi Penelitian dan Lembaga Penyelenggara ... 47

1. Profil Lokasi Penelitian ... 47

2. Profil Lembaga Penyelenggara Program ... 51

B. Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian ... 56

1. Peran Pengelola Kelompok Tani Sekarwangi ... 56

2. Pelaksanaan Program Pelatihan... 60

3. Hasil Pelaksanaan Program Pelatihan ... 66

C. Analisis Hasil Penelitian ... 77

1. Tinjauan Terhadap Peran Pengelola Kelompok Tani Sekarwangi ... 77

2. Tinjauan Terhadap Pelaksanaan Pelatihan Vocational Skill ... 79

3. Tinjauan Terhadap Hasil Pelatihan Vocational Skill ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Nilai-Nilai Kemandirian...26

2.2 Elemen Kemandirian ...30

2.3 Ciri dan Watak Wirausaha...31

4.1 Klasifikasi penduduk Desa Pagerwangi berdasarkan usia....48

4.2 Klasifikasi penduduk Desa Pagerwangi berdasarkan Pendidikan...49

4.3 Keadaan penduduk Desa Pagerwangi berdasarkan mata pencaharian...50

4.4 Daftar Peserta Pelatihan...57

4.5 Agenda Pelatihan...58

4.6 Materi Pelatihan...61

4.7 Siklus Penyampaian Materi...62

4.8 Alat dan Bahan pembuatan kecimpring singkong...65

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto Copy SK Penelitian 2. CurriculumVitae

3. Kisi-Kisi Penelitian

4. Hasil Wawancara dengan Responden Penelitian 5. Foto copy Kartu bimbingan

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan suatu bangsa, disamping sumber daya alam (hayati, non hayati dan buatan) serta sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi. Apalagi pada era globalisasi sekarang ini yang penuh dengan tantangan dan persaingan, Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia dituntut agar memiliki daya saing yang tangguh, berwawasan luas dan terampil dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai budaya, religi dan konteks lokal. Artinya walaupun kita berada pada era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan persaingan, kita selaku bangsa Indonesia harus tetap sadar akan jati diri kita selaku bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai budaya dan nilai-nilai religi yang harus senantiasa kita pegang teguh bersama.

Sumber daya manusia yang berkualitas diharapkan mampu menghadapi tantangan dan persaingan pada era globalisasi sekarang ini serta merupakan produk sistem pembangunan pendidikan nasional yang mantap dan tangguh. Pembangunan itu sendiri merupakan proses perubahan dan pertumbuhan yang dilakukan secara sadar, terencana dan berkelanjutan, bersifat multidimensional yang mengarah pada modernitas hidup yakni mampu swasembada dan mengurangi ketergantungan kepada pihak lain serta merupakan upaya bangsa untuk membina bangsa untuk mencapai kesejahteraan yang dilaksanakan secara selaras, serasi dan seimbang.

(10)

2

meliputi peningkatan kesehatan dan kesegaran jasmani dan peningkatan kualitas gizi masyarakat. Kedua peningkatan kualitas secara non fisik yang meliputi peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan, pengembangan mental dan spiritual, peningkatan etos kerja dan yang tak kalah pentingnya adalah peningkatan kadar produktivitas kerja. Dari ungkapan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan secara seimbang antara peningkatan kualitas secara fisik dan peningkatan kualitas secara non fisik.

Menurut Ginanjar Kartasasmita (1996:293) bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan melalui empat jalur kebijaksanaan yaitu : (1) peningkatan kualitas hidup yang meliputi baik kualitas manusianya seperti jasmani, rohani dan kejuangan maupun kualitas kehidupannya, (2) peningkatan kualitas sumber daya yang produktif dan penyebarannya, (3) peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkemampuan dalam memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek, (4) serta pengembangan pranata yang meliputi kelembagaan dan perangkat yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia. Usaha pencapaian kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) seperti yang tersebut diatas tidak terlepas dari peranan pendidikan.

Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, Bab II pasal 3 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kapada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Lebih lanjut dijelaskan di dalam Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003, pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas jalur pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya (2004: 23).

Selanjutnya definisi dan fungsi dari Pendidikan Non Formal sebagaimana yang tercantum di dalam Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 yaitu :

(11)

3

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional (UU. Sisdiknas, 2004 : 23-2)

Dari penjelasan di atas Pendidikan Luar Sekolah memiliki peran yang urgen di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlangsung semakin cepat menimbulkan kebutuhan yang beraneka ragam dalam hal peralihan informasi, pengetahuan serta keterampilan guna pengembangan potensi peserta didik dengan menyeimbangkan antara pengetahuan dan keterampilan fungsional.

Satuan Pendidikan Luar Sekolah atau Pendidikan Nonformal terdiri atas lembaga kursus/pelatihan, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis berupaya menjembatani pemenuhan kebutuhan yang beraneka ragam tersebut. Hal itulah yang membuat setiap program Pendidikan Luar Sekolah atau Pendidikan Nonformal selalu diterima di masyarakat karena awal pemberangkatannya selalu didasarkan pada kebutuhan masyarakat.

Dengan demikian peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antar keluarga, masyarakat dan pemerintah, yang dalam Pendidikan Luar Sekolah pelaksanaan programnya selalu berdasarkan kebutuhan yang ada di masyarakat dan berorientasi pada relevansi dengan arah dan tujuan pembangunan nasional. Tujuan dan program pendidikan luar sekolah berorientasi pada waktu pendidikan yang singkat, isi program berpusat pada lulusan dan kepentingan perorangan, menekankan pada pelatihan dan praktek, persyaratan masuk ditentukan bersama peserta didik, serta penyajiannya dilakukan dalam lingkungan peserta didik, berpusat pada peserta didik, pengawasan diatur sendiri, dan demokratis (Djudju Sudjana, 1993 : 13).

(12)

4

warga belajar agar dapat hidup secara mandiri. Ditjen PLS Depdiknas dalam Pedoman Program Life Skills (2007 : 2) menggambarkan bahwa program pendidikan kecakapan hidup ini secara khusus bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik agar: 1) memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja baik bekerja secara mandiri (wirausaha) dan/atau bekerja pada suatu perusahaan produksi/jasa dengan penghasilan yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, 2) memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang unggul dan mampu bersaing di pasar global, 3) memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri maupun untuk anggota keluarganya, 4) memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan dalam rangka mewujudkan keadilan pendidikan di setiap lapisan masyarakat.

Vocational skill merupakan salah satu bagian dari kecakapan hidup atau

life skill. Dengan memiliki sebuah keterampilan atau vocational skill diharapkan

bisa menjadi bekal bagi seseorang didalam menghadapi permasalahan hidup yang dihadapinya khususnya permasalahan ekonomi. Karena dengan berbekal keterampilan (vocational skill) maka seseorang akan mampu menciptakan peluang-peluang usaha yang baru yang pada akhirnya nanti akan melahirkan para wirausahawan baru yang mandiri.

(13)

5

modal bagi usaha mereka agar memiliki kesempatan untuk mengembangkan usaha yang mereka miliki.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis menemukan beberapa permasalahan yang ada dilapangan. Permasalahan tersebut adalah : 1. Masih belum optimalnya usaha pembuatan kecimpring singkong menjadi salah

satu sumber pendapatan keluarga,

2. Masih rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat setempat,

3. Masyarakat setempat memiliki sebuah keterampilan yang membutuhkan pembinaan dan pengembangan,

4. Semakin sempitnya lahan pertanian yang mereka miliki,

5. Kurangnya inovasi yang mereka lakukan terhadap produk keterampilannya, 6. Kurangnya lapangan pekerjaan di daerah setempat,

7. Adanya potensi yang cukup menjanjikan dimana daerah tersebut merupakan kawasan agrowisata.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ditemukan dilapangan, maka penulis merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Permasalahan yang pokok adalah apakah benar pelatihan vocational skill yang dilaksanakan oleh kelompok tani Sekarwangi ini mampu menciptakan keluarga yang mandiri dalam berwirausaha?

Sedangkan untuk membatasi permasalahan pada penelitian ini maka peneliti membatasi pada aspek-aspek berikut :

1. Bagaimana peran pengelola kelompok tani Sekarwangi dalam pelatihan vocational skill melalui kemandirian berwirausaha?

2. Bagaimana pelaksanaan pelatihan vocational skill pembuatan kecimpring singkong tersebut dibawah binaan kelompok tani Sekarwangi?

(14)

6

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini secara umum yaitu untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai peran pengelola kelompok tani Sekarwangi melalui pelatihan vocational skill bagi keluarga didalam meningkatkan kemandirian berwirausaha.

Sedangkan tujuan secara khusus dari penelitian ini berdasarkan hasil identifikasi dan perumusan masalah yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi peran pengelola kelompok tani Sekarwangi dalam pelatihan vocational skill dalam meningkatkan kemandirian berwirausaha?

2. Memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pelatihan vocational skill pembuatan kecimpring singkong tersebut dibawah binaan kelompok tani Sekarwangi?

3. Menganalisis dampak pelatihan vocational skill tersebut terhadap kemandirian berwirausaha?

D. Manfaat Penelitian

Berikut ini adalah beberapa manfaat yang diharapkan bisa diperoleh dari penelitian ini yaitu :

1. Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun konsep pembelajaran melalui pelatihan vocational skill dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

2. Secara praktis manfaat dari penelitian ini bagi penyelenggara program bisa dijadikan pedoman pengembangan lebih lanjut yang berhubungan dengan pelaksanaan pelatihan vocational skill bagi keluarga menuju kemandirian berwirausaha.

(15)

7

E. Struktur Organisasi

Adapun struktur organisasi skripsi yang akan dibahas oleh peneliti adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

berisi : latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

BAB II Kajian Pustaka

berisi : konsep-konsep/teori-teori mengenai pembahasan yang akan dikaji, penelitian terdahulu yang relevan dan posisi teoritik peneliti yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.

BAB III Metode Penelitian

berisi : penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk beberapa komponen seperti : lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

berisi : pengolahan/analisis data dan pembahasan/analisis temuan. BAB V Kesimpulan dan Saran

berisi : penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode secara bahasa artinya adalah cara, alat yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yaitu diartikan sebagai pemeriksaan yang teliti atau penyelidikan, sedangkan kata penyelidikan diartikan sebagai pemeriksaan; dan kata menyelidiki berarti memeriksa dengan teliti, mengusut dengan cermat atau menelaah dengan sungguh-sungguh.

Metode artinya prosedur atau cara mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah yang sistematis. Sedangkan penelitian artinya suatu cara mencari dan mengungkapkan kebenaran dengan ciri objektivitas, karena disini kebenaran yang diperoleh secara konseptual atau deduktif saja tidak cukup tetapi harus diuji secara empiris. Jadi metode penelitian adalah mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian.

Tujuan penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-masalah pendidikan selain dari itu tujuan penelitian adalah untuk memecahkan suatu masalah. Hal itu dilakukan dengan jalan menyimpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

(17)

35

Beberapa metode yang sering digunakan dalam penelitian menurut Charles Pierce dan Kerlinger, 1973 dalam Sedarmayanti dan Syarifudin,H (2002: 28) adalah sebagai berikut :

a. Wahyu (the method of tenacity) adalah suatu cara seseorang dalam mengungkapkan kebenaran karena keyakinannya bahwa itu “benar”,

b. Akal sehat (common sense) adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran dengan menggunakan kemampuan akal,

c. Intuisi (the a priory method) adalah upaya untuk mengungkapkan suatu kebenaran dengan cara meyakinkannya hanya berdasar alasan yang rasional tanpa diuji secara empiris,

d. Pendapat otoritas (the method of authority) adalah suatu cara untuk mengungkapkan kebenaran melalui kekuatan otoritas.

Metode ilmiah sebagai metode untuk mengetahui, merupakan penggabungan dari pendekatan rasionalisme dan pendekatan empirisme (logico hypothetico deductive). Tujuannya adalah untuk memperoleh jawaban yang benar

terhadap berbagai masalah yang dihadapi manusia. Kebenaran yang dicapai disini adalah kebenaran ilmiah (scientific thruth) yang bersifat tentatif.

Penelitian atau riset berorientasi pada pemecahan masalah (problem solving oriented), artinya bahwa suatu penelitian diadakan karena ada masalah

dan ada keinginan memecahkan masalah secara ilmiah. Masalah yang akan diteliti hendaknya bersifat terstruktur dan kompleks, bukan hanya masalah elementer. Sebagai suatu metode ilmiah, maka dalam melakukan suatu penelitian harus : a. Sistematis, artinya bahwa suatu penelitian harus melalui tahapan baku sesuai

dengan desain dan pendekatan yang digunakan, baik pendekatan deduktif maupun pendekatan induktif.

b. Objektif, artinya penelitian harus berkorespondensi dengan fakta maupun data yang ada, serta bersikap netral, dalam arti tidak memihak atau tidak mengarahkan terlebih dahulu terhadap hasil penelitian yang akan dilaksanakan. c. Transparan, artinya bahwa proses dan hasil penelitian harus dapat diketahui,

(18)

36

A.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Kelompok Tani Sekarwangi yang beralamat di Kampung Babakan Bandung RW 10 Desa Pagerwangi Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.Agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam maka responden yang diteliti dibatasi jumlahnya.Nasution (1996:11) dalam Dadang Yunus (2007: 65) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif umumnya mengambil responden (subjek penelitian) lebih kecil (sedikit) dan dipilih menurut tujuan (purpose) penelitian.Berdasarkan pertimbangan di atas dan atas informasi dari pihak penyelenggara di kelompok tani Sekarwangi Kampung Babakan Bandung Desa Pagerwangi maka subjek penelitian (warga belajar) yang diteliti dalam penelitian ini sebanyak 3 orang sumber primer.

Pemilihan responden secara purposif tersebut dipilih dari para responden yang memiliki kriteria: 1) telah selesai mengikuti pelatihan, 2) orang yang dituakan di dalam kelompok, 3) orang yang tekun dan memiliki semangant yang tinggi 4) konsisten didalam menggeluti usaha pembuatan kecimpring tersebut. 5) ketiga responden tersebut dirasakan memiliki pemahaman yang lebih utuh dibandingkan dengan peserta lainnya. kemudian termasuk dalam unsur penyelenggara, dimana penulis beranggapan bahwa pihak penyelenggara mengetahui secara utuh dari awal pelaksanaan kegiatan sampai kegiatan berakhir. Kemudian peneliti mengadakan triangulasi dengan salah seorang tokoh masyarakat dan seorang sumber belajar/nara sumber.

B.Desain Penelitian

(19)

37

Meleong (1993:3) dalam Dadang Yunus (2007: 59) bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.

Kesesuaian penggunaan pendekatan kualitatif juga didasarkan pada permasalahan dalam penelitian ini dan dengan pertimbangan-pertimbangan: 1) lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan, 2) menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan responden, 3) lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Lexy J. Molleong, 1998:5) dalam Dadang Yunus (2007: 60).

C.Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, karena dengan metode ini akan menggali lebih mendalam mengenai masalah penelitian (deep description) sehingga akan terungkap keunikan dan kekhasan penelitian ini. Penelitian kasus adalah penelitian yang mendalam mengenai kehidupan sosial seperti individu, kelompok, keluarga, lembaga atau masyarakat yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganisasi dengan baik mengenai unit tersebut. Hasil penelitian akan merupakan penggambaran (deskripsi) tentang latar belakang, kondisi, karakteristik dari responden dan juga mencakup dalam kegiatan pelatihan antara lain yaitu materi, metode/teknik, pelatih/nara sumber dan penyelenggara.

(20)

38

Untuk mengetahui ada atau tidak adanya faktor-faktor tertentu yang memberikan ciri khas pada tingkah laku sosial yang kompleks dari unit tadi 1. Untuk memahami relasi antar unit tersebut dengan sekitarnya

2. Memahami sejarah dari unit sosial tersebut serta memahami relasi dan pengaruh dari faktor-faktor sosial

3. Berusaha menemukan varietas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap unit sosial

D. DEFINISI OPERASIONAL

Berkut ini adalah beberapa definisi operasional yang dimaksud dalam proposal ini, diantaranya adalah :

1. Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi atauketentuan dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.(Friedman, M, 1998 : 286) dalam Ina R.L. (1998) http://definisi peran@google.com.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peran oleh penulis adalah kontribusi yang diberikan oleh seseorangdalam hal ini para pengelola kelompok tani Sekarwangi melalui pelatihan vocational skill bagi keluarga menuju kemandirian berwirausaha para anggotanya.

2. Pelatihan

(21)

39

particular job ). Sedangkan pelatihan yang dimaksud oleh peneliti adalah suatu

proses pembekalan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan seseorang atas suatu keterampilan atau vocational skill yang dikuasainya. Dalam hal ini keterampilan yang ingin ditingkatkan adalah kemampuan didalam mengolah makanan kecimpring singkong.

3. Vocational Skill

Sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku, istilah “life skill” dipersamakan konsepnya dengan kecakapan hidup karena kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang sama. Apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skills dalam lingkup pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vokasional skills yang intinya terletak pada penguasaan keterampilan secara khusus (spesifik). Apabila dipahami dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa life skills dalam konteks kepemilikan keterampilan secara khusus sesungguhnya diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti bahwa program life skills dalam pemaknaan program pendidikan nonformal diharapkan dapat menolong mereka untuk memiliki harga diri mencari nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungannya.

Sedangkan definisi vocational skill menurut penulis adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang tidak dimiliki oleh semua orang dan bermanfaat bagi pemiliknya didalam menghadapi permasalahan hidup yang dihadapinya. Adapun kecakapan hidup yang dimaksud adalah keterampilan membuat kecimpring singkong.

4. Kemandirian

Menurut Mustofa Kamil (2007: 149) mengemukakan bahwa kemandirian merupakan karakteristik individu sehingga mampu membuat keputusan sendiri setelah secara masak dan konsekuen mampu mensistemkan dan mensinergikan lingkungannya secara baik.

(22)

40

lain akan tetapi mampu menciptakan lapangan kerja sendiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk dapat keluar dari permasalahan hidup yang dihadapinya.

5. Wirausaha

Wirausaha menurut Suparman Sumawijaya (Bukhori Alma, 2000 : 24) adalah sebagai berikut :

“Wirausaha adalah pejuang kemajuan yang mengabdikan diri kepada masyarakat dalam mewujudkan edukasi dan tekadnya atas kemampuan sendiri sebagai rangkaian kiat kewirausahaan untuk membantu kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, memperluas kesempatan kerja, turut serta berdaya guna mengakhiri ketergantungan kepada luar negeri dan di dalam fungsi-fungsi tersebut selalu tunduk pada tertib hubungan lingkungannya”.

Sedangkan definisi wirausaha yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan usaha baru sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dalam hal ini adalah usaha pembuatan kecimpring singkong.

E.Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini yang berperan sebagai instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Sebagaimana yang disampaikan oleh Moleong (1998:121) dalam Dadang Yunus (2007: 65) bahwa: “Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya”. Jadi dalam hal ini peneliti berperan langsung dalam berinteraksi dengan sumber data (sumber informasi) dalam suatu wawancara bebas dan mengamati situasi sosial dan kegiatan.

(23)

41

Dari para lulusan atau warga belajar program pelatihan kecakapan vokasional (vocational skill) keterampilan kerajinan kecimpring singkong, peneliti akan menggali data dan informasi tentang peran pengelola melalui pelatihan vocational skill bagi keluarga menuju kemandirian berwirausaha. Dari

penyelenggara pelatihan data yang akan digali yaitu yang berhubungan dengan latar belakang pelaksanaan pelatihan serta konsep-konsep yang berhubungan kebijakkan pelaksanaan pelatihan. Sedangkan dari nara sumber atau pelatih, informasi data yang diperlukan adalah yang berkaitan dengan data-data pelaksanaan, materi dan hasil evaluasi pelatihan. Adapun mengenai pedoman wawancara dan observasi yang dipakai oleh peneliti ( terlampir ).

F. Proses Pengembangan Instrumen

Pengolahan dan analisis data dilakukan sesuai dengan ketentuan penelitian kualitatif, yaitu diinterpretasikan dan dianalisis secara terus menerus sejak awal hingga akhir penelitian. Analisis data merupakan proses mengurutkan dan mengamati secara sistematis transkrip wawancara (interview), catatan lapangan (hasil observasi) dan bahan-bahan yang ditemukan untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diamati dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Dalam hal ini langkah-langkah yang ditempuh yaitu: 1) reduksi data, 2) display data, 3) mengambil kesimpulan dan verifikasi. Hal ini sejalan dengan menurut pendapat Nasution (1988:129) dalam Dadang Yunus (2007: 68) analisis data secara umum mengikuti langkah-langkah berikut yaitu reduksi data, display data dan mengambil kesimpulan dan verifikasi.

Menyertai validitas, reliabilitas dan kredibilitas adalah analisis data. Analisis data penelitian kualitatif menyangkut analisis di lapangan maupun setelah data terkumpul serta interpretasi dari fenomena yang ada. Dari hasil analisis ini kemudian dikembangkan generalisasi dari penelitian yaitu mengangkat fenomena yang terorganisir menjadi suatu kebulatan hasil penelitian kualitatif.

(24)

42

dirangkum, dipilih dan difokuskan pada hal yang penting-penting. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan lagi.

Display data yaitu agar bisa melihat gambaran data secara keseluruhan dan bagian-bagian tertentu. Dalam hal ini dilakukan dengan cara membuat beberapa matrik, grafik atau chart dan deskripsi secara rinci dengan mengklasifikasikan data berdasarkan kode yang telah ditentukan sebelumnya.

Mengambil kesimpulan dan verifikasi yaitu peneliti berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal yang sering timbul dan sebagainya. Jadi dari data yang dikumpulkan dicoba diambil kesimpulan. Kesimpulan di awal pengumpulan data tentu masih meragukan, tetapi dengan adanya data baru, dengan cara mengadakan triangulasi maka kesimpulan itu lebih mendasar.

G.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam penelitian diperlukan teknik pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data menurut Suharsimi Arikunto (1992:121) dalam Dadang Yunus (2007: 61) adalah : “alat pada waktu peneliti menggunakan suatu teknik pengumpulan data dalam memecahkan masalah penelitian yang berkaitan dengan instrumen yang akan digunakan dalam rangka memperoleh data”.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam rangka memperoleh data semaksimal mungkin agar tercapai keutuhan yaitu sebagai berikut :

1. Wawancara

(25)

43

berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu (Kartini Kartono, 1990: 187) dalam Dadang Yunus (2007: 61).

Wawancara yang mendalam dengan responden dilakukan dalam bentuk tanya jawab dan diskusi yang mengarah pada pemanfaatan hasil pelatihan terhadap pengelolaan ataupun pengembangan usahanya di bidang kerajinan kecimpring singkong. Dalam wawancara ini diminta agar responden memberikan informasi sesuai dengan yang dialami, diperbuat atau dirasakan, yang pernah diketahui ataupun dipelajari yang mengarah kepada pemanfaatan pelatihan yang telah diikuti.

Agar tidak menyimpang dari fokus penelitian, maka digunakan pedoman wawancara yang merupakan pokok-pokok pertanyaan yang diangkat dari fokus penelitian. Untuk itu fokus dari wawancara yang dilakukan adalah yang mengarah kepada: 1) peran pengelola melalui pelatihan vokational skill, 2) keterlibatan peserta dalam perencanaan dan pelaksanan pelatihan, 3) dampak/pengaruh pelatihan terhadap kemandirian dalam berwirausaha. Wawancara lainnya dilakukan kepada penyelenggara program dan nara sumber pelatihan vokational skillkecimpring singkong. Pedoman wawancara sebagai alat pengumpul data

dalam penerapan dan pengembangan disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan data.

2. Tekhnik Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 1996: 158). Adapun tujuan dari observasi adalah selain sebagai eksplorasi (untuk memperkaya atau memperluas pandangan peneliti terhadap suatu masalah) juga untuk mendeskripsikan kehidupan sosial dengan menjaring prilaku individu sebagaimana prilaku itu terjadi dalam kenyataan yang sebenarnya.

(26)

44

pelatihan program vocational skillbagi keluarga terhadap kemandirian berwirausaha. Untuk lebih mengefektifkan kegiatan observasi tersebut , maka peneliti menyusun pedoman observasi, yang didalamnya telah dirumuskan aspek-aspek tingkah laku yang akan diobservasi tentang gejala yang nampak dari prilaku responden. Karena itu pedoman observasi disusun dalam bentuk uraian bebas.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan usaha penelaahan terhadap beberapa dokumen (barang-barang tertulis) atau arsip dari kegiatan pelatihan vocational skill.Suharsimi Arikunto (2002:206) dalam Dadang Yunus (2007: 64)

mengemukakan bahwa “metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”.

Penggunaan studi dokumentasi dalam penelitian ini guna melengkapi data yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara dan observasi.Cara ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan pelaksanaan pelatihan, kegiatan pengerjaan produk, serta hasil dan evaluasinya.

H.Analisis Data

(27)

45

Reduksi data yaitu dengan menyingkat data-data ke dalam bentuk laporan yang lebih sistematis sehingga mudah dikendalikan. Data-data tersebut dirangkum, dipilih dan difokuskan pada hal yang penting-penting. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan lagi.

Display data yaitu agar bisa melihat gambaran data secara keseluruhan dan bagian-bagian tertentu. Dalam hal ini dilakukan dengan cara membuat beberapa matrik, grafik atau chart dan deskripsi secara rinci dengan mengklasifikasikan data berdasarkan kode yang telah ditentukan sebelumnya.

Mengambil kesimpulan dan verifikasi yaitu peneliti berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal yang sering timbul dan sebagainya. Jadi dari data yang dikumpulkan dicoba diambil kesimpulan. Kesimpulan di awal pengumpulan data tentu masih meragukan, tetapi dengan adanya data baru, dengan cara mengadakan triangulasi maka kesimpulan itu lebih mendasar.

Triangulasi yakni pengecekan dan pemeriksaan dari data yang telah diperoleh di lapangan terutama untuk memeproleh keabsahan data. Pada tahap ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara warga belajar (lulusan) dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Patton (Ali Budiyana, 2002:50) dalam Dadang Yunus (2007: 70) menjelaskan kegunaan triangulasi adalah untuk membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan orang secara pribadi, hasil wawancara dengan dokumen yang berkaitan.

(28)

46

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan:

Berdasarkan hasil penelitian penulis di lokasi penelitian, maka penulis menyimpulkan beberapa hal sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, yaitu:

Berkaitan dengan peran Pengelola Kelompok Tani Sekarwangi dalam meningkatkan kemandirian berwirausaha warga belajar/peserta pelatihan yaitu Pengelola berperan sebagai manager program, dimana pihak Pengelola berperan secara aktif dalam proses pelaksanaan program mulai dari tahap perencanaan pelatihan, pengorganisasian pelatihan, pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan hingga tindak lanjut pelatihan. Kemudian Pengelola juga berperan sebagai motivator, dimana melalui pelatihan vocational skill tersebut, pengelola telah berhasil meningkatkan motivasi usaha warga belajar/peserta pelatihan, sehingga mereka memiliki semangat baru untuk lebih sungguh-sungguh lagi dalam mengembangkan usahanya. Dan yang selanjutnya Pengelola sebagai mitra usaha, dimana hal ini merupakan tahap tindak lanjut dari pelatihan vocational skill tersebut, pihak pengelola Kelompok Tani Sekarwangi telah menjadi mitra usaha bagi warga belajar/peserta pelatihan. Hal ini terbukti dengan adanya pemberian bantuan modal berupa pinjaman lunak yang diberikan oleh pengelola kepada warga belajar.

(30)

86

Berdasarkan hasil penelitian dilokasi penelitian, penulis menyimpulkan beberapa dampak yang dihasilkan dari pelatihan vocational skill tersebut terhadap kemandirian berwirausaha yaitu (a). Meningkatnya pengetahuan warga belajar/peserta pelatihan mengenai inovasi-inovasi dalam membuat kecimpring singkong, dari yang awalnya hanya mengetahui pembuatan kecimpring singkong secara tradisional, kini telah mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik dari segi bentuk, rasa dan kemasan (aspek kognitif), (b). Meningkatnya motivasi dan rasa percaya diri warga belajar/peserta pelatihan untuk mengembangkan usaha pembuatan kecimpring singkong kearah yang lebih baik, lebih maju dan lebih berkembang (aspek afektif), (c). Meningkatnya keterampilan warga belajar/peserta pelatihan dalam membuat kecimpring singkong, mulai dari tahap produksi, pengemasan hingga tahap pemasaran (aspek psikomotorik), (d). Meningkatnya kemandirian warga belajar/peserta pelatihan dalam bekerja dan berusaha.

B. Saran:

a. Bagi pemerintah yang berwenang membuat kebijakan khususnya dalam bidang pendidikan, mohon agar senantiasa memperhatikan lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Keberadaan mereka ternyata telah memberikan peran yang begitu besar terhadap masyarakat yang tidak tersentuh oleh pendidikan formal.

b. Bagi para pengguna hasil penelitian ini, semoga bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, walaupun dalam hal ini penulis menyadari masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki dalam penelitian ini.

(31)

87

(32)

88

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. (2005). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Dirjen PLSP. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills) Pendidikan Non Formal. Jakarta : Ditjen PLSP

Faisal, Sanapiah. (1981). Pendidikan Luar Sekolah di Dalam Sistem Pendidikan dan Pembangunan Nasional. Surabaya:Usaha Nasional.

Kamil, Mustofa. (2007). Model Pelatihan Pendidikan Luar Sekolah (Konsep dan Aplikasi). Bandung:Dewa Ruchi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1998). Jakarta : Balai Pustaka.

Kartasasmita, Ginanjar. (1997). Pemberdayaan Masyarakat : Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. Yogyakarta : UGM.

Kartika, Ikka. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung:Alfabeta. Sedarmayanti. (2002). Metodologi Penelitian. Bandung:Mandar Maju. Solaeman, M.I (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung:Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sumber lainnya :

Lutfiansyah,D.Y.(2007).Dampak Program Pelatihan Kecakapan Hidup (Life Skills) Keterampilan Terhadap Perubahan Sikap Dan Prilaku Serta Kemandirian

Berwirausaha . Bandung : Skripsi PLS UPI Bandung.

(33)

89

Ina R.L. (1998) ( alih bahasa ).Definisi Peran (Online) http://definisi peran@google.com (Akses 12 Apil 2013).

Susanto, R.A (2013) Definisi Kemandirian (Online)

http://definisi kemandirian@google.com (Akses 12 April 2013). Susanto, R.A (2013) Definisi Kewirausahaan (Online)

Gambar

Tabel

Referensi

Dokumen terkait

Gone are the days of pulling out the Yellow Pages, calling multiple companies for quotes, waiting days for someone to call you back with a quote (if they called you back at

Tempat tersebut menjadi tempat bersembunyi anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan anggota lain yang disangka kerja sama dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan juga

[r]

Tabel tersebut menunjukkan bahwa antar calon GMJ terdapat perbedaan yang nyata pada karakter tinggi tanaman, panjang malai, berat 1000 butir dan umur

Dari hasil tersebut dapat dilihat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan derajat stres pada mahasiswa tingkat akhir, yang berarti apabila kecerdasan

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris dan mengetahui secara lebih mendalam mengenai seberapa jauh mekanisme Good Corporate Governance (GCG)

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Abstrak: Kinerja perawat merupakan tindakan yang dilakukan seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, dimana kinerja yang