Rekayasa Teknologi Reparasi Dengan Metode Superalloy Welding At Elevated Temperature (Swet) Pada Komponen Pesawat Terbang Dalam Rangka Kemandirian Industri Dirgantara di Indonesia
Suharno, Arif Sugianto, Yuyun Estriyanto, Budi Harjanto
Penelitian untuk melakukan analisis terhadap kegagalan retak telah dilakukan pada sudu turbin pesawat terbang dari Auxiliary Power Unit (APU) pesawat terbang. Bahan sudu turbin adalah paduan super Inconel 792. Pengujian yang dilakukan meliputi inspeksi visual, fotografi, stereomicroscopy, pengujian komposisi kimia, fractography, pengujian kekerasan, dan metalografi.
Hasilnya menunjukkan bahwa patah dimulai dari celah dan macrocracks dan kemudian menjalar/merambat menjadi retak terbuka permukaan. Hal ini kemungkinan datang dari mekanisme retak panas selama perbaikan las sebelumnya. Kandungan Aluminium dan Titanium yang tinggi pada logam las, menjadikan material menjadi rapuh, hal ini ditunjukkan oleh fitur intergranular dibandingkan dengan aspek pembelahan transgranular menunjukkan bahwa keuletan pada lasan rendah. Dibandingkan dengan pisau unfailed, ukuran butir dari pisau gagal adalah sangat berbeda menunjukkan eksposisi terhadap panas baik dari siklus termal pengelasan atau lingkungan operasi normal pada suhu tinggi. Teknik perbaikan lebih lanjut dikembangkan berdasarkan keberhasilan PQTR yang di uji dengan kekerasan mikro, destructive dan non destructive test. Untuk tujuan ini maka dipilih las GTAW yang diikuti dengan solution treatment.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap Analisis kegagalan dan studi pengembangan perbaikan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bahan dari sudu yang retak adalah termasuk jenis Inconel 792, yaitu bahan paduan super berbasis nikel. Struktur mikro asli dari bahan sudu turbin adalah dendritik atau tulang ikan. 2. Peristiwa Patah melintang pada daerah ujung dibentuk oleh fraktur seketika. Hal ini mungkin dimulai dari sudu undeformed memukul ke arah sudu yang berdekatan menyebabkan kerusakan roda turbin. Penampilan fitur intergranular dibandingkan dengan aspek pembelahan transgranular menunjukkan perbedaan ketangguhan dan keuletan antara undeformed dan sudu cacat.
3. Celah dan macrocrack di bidang fusi line dan HAZ , kemungkinan dihasilkan dari retak panas, hal ini akan mengurangi kekuatan material. Di bawah tegangan lentur dan sentrifugal, celah-celah retakan disebarkan ke makro dan memicu munculnya permukaan retak.
4. Bahan pengisi untuk pengelasan digunakan selama perbaikan sebelumnya mengandung Al dan Ti tinggi yang berbahaya bagi kemampulasan. Oleh karena itu bahan Inconel 625 yang memiliki kandungan Al dan Ti yang lebih kecil dapat dipilih untuk skema perbaikan las lebih lanjut.