• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Atribut Produk Pakaian terhadap Web Browsing Hedonism dan Pembelian Impulsif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Atribut Produk Pakaian terhadap Web Browsing Hedonism dan Pembelian Impulsif."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

PENGARUH ATRIBUT PRODUK PAKAIAN TERHADAP

WEB BROWSING HEDONISM

DAN PEMBELIAN

IMPULSIF

IDA BAGUS KOMAN SUARMAJA

1390662031

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

i

(2)

PENGARUH ATRIBUT PRODUK

PAKAIANTERHADAP

WEB BROWSING HEDONISM

DAN PEMBELIAN IMPULSIF

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Manajemen

Program Pascasarjana Universitas Udayana

IDA BAGUS KOMAN SUARMAJA

1390662031

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

(3)
(4)

Penetapan Panitia Penguji

Tesis Ini Telah Diuji Tanggal : 14 Juni 2016

Berdasarkan SK Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana No : 2116/UN14.4/HK/2016 , Tanggal 11 Mei 2016

Ketua :Prof. Dr. Made Wardana, SE., MP

Anggota :

1. Dr. I Putu Gde Sukaatmadja, SE., MP 2. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., MSi 3. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS 4. Dr. I G.A.K. Giantari, SE., MSi

(5)
(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya, tesis ini dapatdiselesaikan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Made Wardana, SE., MP sebagai Pembimbing

Utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti pendidikan pada program Magister Manajemen, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis

sampaikan kepada Dr. I Putu Gde Sukaatmadja, SE., MP sebagai Pembimbing

Pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepads Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas

Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A. A. RakaSudewi, Sp.S(K) atas kesempatan

yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada program Pascasarjana Universitas Udayana. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih

kepada Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Magister Manajemen. Pada kesempatan ini, penulis juga

menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. Desak Ketut Sintaasih, SE.,M.Si sebagai

Ketua Program MM Unud. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para

penguji tesis, yaitu Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., MSi, Prof. Dr. Ni Nyoman

Kerti Yasa, SE., MS, dan Dr. I G.A.K. Giantari, SE., MSi yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Ida Kade Temaja dan Ayu Putu Sulitri yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan dasar-dasar pemikiran logik dan suasana demokratis sehingga tercipta lahan yang baik untuk berkembangnya kreativitas. Terima kasih kepada seluruh responden yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kedua kakak tercinta Ida Ayu Eka Mahendri dan Ida Bagus Oka Mahendra serta teman-teman MM Angkatan 31 kelas B yang telah memberikan penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini serta kepada penulis sekeluarga.

(7)

vii

ABSTRAK

Berkembangnya bisnis e-commerce di Indonesia membuat para pelaku

bisnis e-commerce harus menentukan strategi yang bisa membuat para

pengunjung situs melakukan pembelian nyata. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh atribut produk pakaian (keragaman pilihan, kebijakan

harga, dan atribut sensori) terhadap web browsing hedonism, dan pembelian

impulsif produk fashion pada situs belanja.

Penelitian ini menggunakan data primer yang dikumpulkan melalui

kuesioner online. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling

dengan responden sebanyak 100. Untuk menjawab masalah penelitian dan

menguji hipotesis penelitian, digunakan teknik analisis Partial Least Square

(PLS) dengan menggunakan SmartPLS 3.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) keragaman pilihan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap web browsing hedonism, 2) kebijakan harga

berpengaruh yang positif dan signifikan terhadap web browsing hedonism, 3)

atribut sensori berpengaruh tidak signifikan terhadap web browsing hedonism, 4)

keragaman pilihan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembelian impulsif, 5) kebijakan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif, 6) atribut sensori berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pembelian impulsif, 7) web browsing hedonism berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pembelian impulsif, 8) web browsing hedonism memediasi pengaruh

keragaman pilihan terhadap pembelian impulsif, 9) web browsing hedonism

memediasi pengaruh kebijakan harga terhadap pembelian impulsif, dan 10) web

browsing hedonism tidak memediasi pengaruh atribut sensori terhadap pembelian impulsif

Implikasi penelitian secara teoritis yakni hasil penelitian ini memperkaya

Teori Stimulus Organism Response (SOR). Keragaman pilihan dan kebijakan

harga menjadi dorongan (stimulus) yang selanjutnya mempengaruhi individu

untuk melakukan evaluasi (organism) dengan melakukan web browsing

hedonism. Web browsing hedonism nantinya menghasilkan pengaruh emosi dari

pembeli untuk mendorong mereka melakukan tindakan (response) berupa

pembelian impulsif. Secara praktis, para pemasar situs hendaknya tidak memberikan pilihan produk yang terlalu banyak, serta mempertimbangkan penggunaan teknologi virtualisasi produk secara 3D untuk memberikan informasi produk pakaian secara lebih nyata di situs belanja sehingga membangkitkan hasrat

hedonis pengunjung situs selama melakukan web browsing.

(8)

viii

ABSTRACT

The development of e-commerce business in Indonesia making businesses e-commerce should determine a strategy that can make real site visitors make a purchase. This study aims to explain the influence of apparel product attributes (variety of selection, price policy, and sensory attributes) to web browsing hedonism and impulsive buying at shopping sites.

This study uses primary data collected through online questionnaires. Sampling technique used purposive sampling with 100 respondent. To answer the research question and hypothesis testing research, analytical techniques Partial Least Square (PLS) using SmartPLS 3.

The results showed that 1) variety of selection has positive and significant effect on web browsing hedonism, 2) price policy has positive and significant effect on web browsing hedonism, 3) sensory attributes has not significant effect on web browsing hedonism, 4) variety of selection has negative and significant effect on impulsive buying, 5) price policy has positive and significant effect on impulsive buying, 6) sensory attributes has positive and significant effect on impulsive buying, 7) web browsing hedonism has positive and significant effect on impulsive buying, 8) web browsing hedonism mediate the effect of variety selection on impulsive buying, 9) web browsing hedonism mediate the effect of price policy on impulsive buying, and 10) web browsing hedonism mediate the effect sensory attributes on impulsive buying.

Implications of the study theoretically the results of this study in accordance with the theory of Stimulus Organism Response (SOR).Variety of selection and pricing policy be encouragement (stimulus), which further predispose individuals to conduct the evaluation (organism) to perform web browsing hedonism. Web browsing hedonism will produce the effect of emotions from buyers to encourage them to take action (response) in the form of impulse purchases. In practical terms, marketers website should not provide too many product choices, as well as considering the use of virtualization technology products in 3D to provide more information in real clothing products on shopping sites that evoke passion hedonist visitors during web browsing.

(9)

ix

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

2.2 Perilaku Pembelian Impulsif ... 14

2.3 Web browsing hedonism ... 16

2.4 Atribut Produk Pakaian ... 17

2.4.1 Keragaman pilihan produk ... 19

2.4.2 Kebijakan harga ... 20

2.4.3 Atribut sensori produk ... 21

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS ... 24

3.1Kerangka Berpikir dan Konseptual ... 24

3.2 Hipotesis Penelitian ... 27

3.2.1 Pengaruh keragaman pilihan terhadap web browsing hedonism . 27 3.2.2 Pengaruh kebijakan harga terhadap web browsing hedonism ... 29

3.2.3 Pengaruh atribut sensori terhadap web browsing hedonism ... 29

3.2.4 Pengaruh keragaman pilihan terhadap pembelian impulsif ... 30

3.2.5 Pengaruh kebijakan harga terhadap pembelian impulsif ... 31

3.2.6 Pengaruh atribut sensori terhadap pembelian impulsif ... 31

3.2.7 Pengaruh web browsing hedonism terhadap pembelian impulsif 32 3.2.8 Web browsing hedonism sebagai mediasi pengaruh keragaman pilihan terhadap pembelian impulsif ... 33

(10)

x

3.2.8 Web browsing hedonism sebagai mediasi pengaruh atribut

sensori terhadap pembelian impulsif ... 34

BAB IV METODE PENELITIAN ... 36

4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian ... 36

4.2 Variabel Penelitian ... 36

4.2.1 Identifikasi variabel ... 36

4.2.2 Definisi operasional variabel ... 38

4.3 Pengumpulan Data ... 41

4.3.1 Jenis dan sumber data ... 41

4.3.2 Populasi dan sampel penelitian ... 42

4.3.3 Instrumen pengumpulan data dan pengujiannya ... 43

4.3.4 Cara pengumpulan data ... 46

4.4 Metode Analisis Data ... 47

4.4.1 Analisis statistikdeskriptif ... 47

4.4.2 Analisis statistikinferensial ... 47

4.4.3 Pengujian mediasi SEM-PLS menggunakan metode variance accounted for (VAF) ... 51

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

5.1 Gambaran Umum Situs Belanja Berbasis Business to Consumer (B2C) 53 5.2 Hasil Penelitian ... 54

5.2.1 Karakteristik responden ... 54

5.2.2 Deskripsi persepsi responden terhadap variabel penelitian ... 57

5.2.2.1 Variabel keragaman pilihan ... 58

5.2.2.2 Variabel kebijakan harga ... 58

5.2.2.3 Variabel atribut sensori ... 59

5.2.2.4 Variabel web browsing hedonism ... 60

5.2.2.5 Variabel pembelian impulsif ... 61

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 61

5.3.1 Evaluasi fit model ... 61

5.3.1.1 Penilaian outer model atau measurement model ... 62

5.3.1.2 Pengujian model struktural (inner model) ... 65

5.3.2 Pengujian hipotesis ... 67

5.3.3 Pembahasan hasil uji hipotesis penelitian ... 72

5.4 Implikasi Hasil Penelitian ... 81

5.4.1 Implikasi teoritis ... 81

5.4.2 Implikasi praktis ... 83

5.5 Keterbatasan Penelitian ... 84

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 85

6.1 Simpulan ... 85

6.2 Saran ... 87

DAFTAR PUTAKA ... 90

(11)

xi

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

4.1 Klasifikasi Konstruk dan Indikator Konstruk... 37

4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 45

4.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 45

5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Demografis ... 55

5.2 Situs Belanja yang Dikunjungi Responden ... 56

5.3 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keragaman Pilihan ... 58

5.4 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Variabel KebijakanHarga ... 59

5.5 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Variabel Atribut Sensori ... 59

5.6 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Variabel Web Browsing Hedonis ... 60

5.7 Deskripsi Jawaban Responden Terhadap Variabel Pembelian Impulsif... 60

5.8 Outer Loading ... 62

5.9 Nilai Discriminant Validity (Cross Loadings) ... 64

5.10 Composite Reliability dan Average Variance Extracted ... 65

5.11 Nilai R-Square ... 66

5.12 Hasil Pengujian Hipotesis... 68

5.13 PerhitunganVAF Pengaruh Tidak Langsung Variabel Keragaman Pilihan terhadap Pembelian Impulsif melalui Web browsing hedonism ... 71

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

1.1 Grafik Penjualan E-commerce B2C Tahun 2011-2014 serta

Prediksi PenjualanTahun 2015-2016 di Indonesia (dalam jutaan U.S dolar) ... 2 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 26

4.1 Diagram jalur atribut produk, web browsing hedonism, dan

(13)

xiii

DAFTAR ISTILAH

Bargain hunting : kegiatan mencari suatu produk atau jasa dengan

harga termurah.

Business to Consumer (B2C) : kegiatan menjual produk-produk secara

elektronik yang dilakukan oleh perusahaan atau ritel online ke konsumen.

E-commerce : suatu proses membeli dan menjual

produk-produk secara elektronik melalui sistem elektronik seperti internet atau jaringan komputer lainnya sebagai perantara transaksi bisnis.

Fashion : berkaitan dengan gaya berpakaian.

Hedonis : tindakan untuk mencari kebahagiaan,

kesenangan, kenikmatan, dan menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.

Link : sebuah acuan yang menyambungkan suatu

sumber atau dokumen ke dokumen atau sumber

yang lain. Linkyang diklik akan menuju ke

sebuah website.

Online : terhubung dengan internet.

Sensori : stimulus yang masuk ke dalam tubuh melalui

panca indera.

Web browsing : suatu aktifitas menjelajahi internet dengan

menggunakan sebuah perangkat untuk mencari suatu informasi atau hiburan.

Website : halaman informasi yang disediakan melalui

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No Nama Lampiran Halaman

1 Kuesioner ... 97

2 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 102

3 Rekapitulasi Jawaban Studi Pendahuluan ... 104

4 Data Responden ... 104

5 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 107

6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 112

7 Karakteristik Responden Berdasarkan Demografis ... 115

8 Situs Belanja yang Dikunjungi Responden ... 115

9 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 116

10 Outer Loadings ... 122

11 Discriminant Validity ... 123

12 Composite Reliability ... 123

13 Average Variance Extracted (AVE) ... 124

14 R-Square ... 124

15 Path Coefficients ... 124

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya mobilitas masyarakat membuat semakin terbatasnya waktu

yang digunakan untuk berbelanja kebutuhan mereka. Permasalahan tersebut

dimanfaatkan oleh para pebisnis membuat suatu konsep e-commerce

(perdagangan elektronik) dengan menciptakan suatu situs belanja. Situs belanja

tersebut memudahkan masyarakat untuk berbelanja tanpa harus datang ke toko,

melainkan barang yang dipesan akan datang ke rumah pemesan.

Perkembangan e-commerce dimulai pada Tahun 2000 saat

diperkenalkannya situs belanja online yang bernama Amazon.com di Amerika

Serikat. Setelah itu, mulai banyak bermunculan situs-situs belanja online yang

mengusung prinsip Business to Consumer (B2C). B2C merupakan kegiatan

menjual produk-produk secara elektronik yang dilakukan oleh perusahaan atau

ritel online ke konsumen. Di Indonesia juga sudah mulai bermunculan situs-situs

belanja berbasis B2C seperti Berrybenka.com, Blibli.com, Elevania.com,

Lazada.co.id, Mataharimall.com, Zalora.co.id, dan lain-lain.

Berkembangnya e-commerce sejalan dengan peningkatan penjualan dari

e-commerce yang berbasis Business to Consumer (B2C). Berdasarkan data yang di

publikasi oleh Statista (2015) menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan yang

signifikan dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2011 penjualan mencapai 0,56 juta

(16)

2

U.S dolar. Tren positif tersebut kembali berlanjut ditahun 2013 dengan penjualan

sebesar 1,79 juta U.S dolar dan meningkat lagi ditahun 2014 menjadi 2,6 juta U.S

dolar. Lebih lanjut diprediksi besarnya penjualan yang akan terjadi ditahun 2015

dan 2016. Hasil prediksi tersebut juga menunjukkan akan terjadi peningkatan

penjualan. Penjualan Tahun 2015 diprediksi sebesar 3,56 juta U.S dolar dan akan

meningkat menjadi 4,49 juta U.S dolar ditahun 2016. Data tersebut dapat dilihat

pada Gambar 1.1 di bawah ini

Sumber : Statista (2015)

Gambar 1.1

Grafik Penjualan E-commerce B2C Tahun 2011-2014 serta Prediksi Penjualan Tahun 2015-2016 di Indonesia (dalam jutaan U.S dolar)

Popularitas e-commerce telah mendapatkan perhatian lebih dari para

peneliti dan pemasar (Ling dan Yazdanifard, 2015). Sebagian besar penelitian

tentang e-commerce melihat pengambilan keputusan pembelian konsumen

sebagai proses rasional dan terencana berdasarkan pemecahan masalah kognitif

dan memproses suatu informasi sampai terjadinya suatu perilaku pembelian 0.56

2011 2012 2013 2014 2015 2016

(17)

3

(Verhagen dan Dolen, 2011). Padahal keputusan pembelian pada situs belanja

online juga bisa terjadi secara impulsif. Sebanyak 40 persen dari pembelian online

dapat dikaitkan dengan pembelian impulsif (Verhagen dan Dolen, 2011).

Studi tentang pembelian impulsif penting bagi para peneliti dan pemasar

karena perilaku pembelian impulsif dapat meningkatkan penjualan produk (Wells

et al., 2011). Hal tersebut didukung oleh beberapa studi tentang perilaku

pembelian impulsif yang menyatakan bahwa perilaku tersebut telah berkontribusi

cukup besar dalam total penjualan suatu produk (Jeffrey dan Hodge, 2007 dan

Sirhindi, 2010). Pembelian impulsif dapat terjadi pada banyak golongan produk

(Harmancioglu et al., 2009). Lebih lanjut, dikemukakan bahwa antara 27 sampai

62 persen dari barang dagangan di ritel dibeli karena adanya dorongan hati

(impulse). Pengetahuan tentang perilaku pembelian konsumen sangat penting bagi

para praktisi e-commerce terutama perilaku pembelian impulsif secara online

(Verhagen dan Dolen, 2011).

Studi tentang perilaku pembelian impulsif selalu menjadi masalah yang

menarik, banyak peneliti dan pemasar melakukan upaya untuk mencoba mencari

tahu tentang perilaku tersebut (Muruganantham dan Bhakat, 2013 dan Sirhindi,

2010). Pembelian impulsif tampak seperti konsep yang sederhana, tetapi jika

diteliti lebih lanjut akan muncul menjadi konsep multidimensi yang rumit

(Harmancioglu et al., 2009).

Konsumen yang terhubung dengan internet akan mendapatkan akses yang

mudah dan cepat untuk beberapa informasi. Informasi tersebut berupa informasi

(18)

4

membuat upaya untuk mendorong perilaku pembelian lebih menantang daripada

dalam konteks offline. Pemasar perlu menawarkan nilai lebih kepada konsumen

selain kualitas website pada situs belanja online yang dikelola, karena pesaing

juga melakukan peningkatan kualitas website sebagai pemicu konsumen untuk

melakukan pembelian impulsif. Hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi para

pemasar online.

Web browsing merupakan bagian dari aktivitas konsumen dalam proses

belanja online. Selama kegiatan tersebut, konsumen mengumpulkan data dan

informasi dari website tentang suatu produk. Konsumen yang mengalokasikan

waktu lebih banyak untuk browsing dapat meningkatkan pembelian (Gultiken dan

Ozer, 2012). Web browsing memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

pembelian impulsif pada produk fashion seperti pakaian, aksesoris dan perhiasan

di Belanda (Verhagen dan Dolen, 2011).

Aktivitas web browsing konsumen bisa didorong oleh motivasi hedonis.

Web browsing hedonism lebih fokus pada pemenuhan motivasi hedonis yang

mengacu untuk memenuhi perilaku konsumsi dalam rangka mencari kebahagiaan,

kebangkitan, sensualitas, dan fantasi (Nurmikko, 2011). Khusus untuk produk

fashion, pembelian impulsif selalu dikaitkan dengan pencarian (browsing) yang

bersifat hedonis dan emosional (Park et al., 2006). Lee dan Lee (2003)

menemukan web browsing hedonism berpengaruh positif terhadap pembelian

impulsif secara online. Sesuai dengan penelitian tersebut, penelitian yang

(19)

5

didorong oleh motivasi hedonis memiliki pengaruh yang positif terhadap

pembelian impulsif secara online produk pakaian di Korea Selatan.

Selain web browsing hedonism, atribut produk juga ditemukan sebagai

pemicu terjadinya pembelian impulsif. Atribut produk seperti keragaman pilihan

produk dan atribut sensori produk berpengaruh secara signifikan terhadap

pembelian impulsif (Park et al., 2011). Maharani (2013) menemukan bahwa

atribut produk seperti pilihan produk dan kebijakan harga berpengaruh signifikan

terhadap pembelian impulsif.

Atribut produk seperti keragaman pilihan dan atribut sensori produk yang

tersedia di website fashion memiliki dampak yang positif dan signifikan terhadap

web browsing hedonism seorang pengunjung situs tersebut (Maharani,

2013). Lebih lanjut dinyatakan bahwa keragaman pilihan akan meningkatkan web

browsing hedonism karena konsumen disajikan dengan beragam pilihan produk

fashion, merek, dan gaya pada website fashion. Beragam pilihan akan

memberikan pengalaman belanja lebih dalam hal fantasi (membayangkan

mengenakan produk) serta menghilangkan kebosanan. Selain itu, atribut sensori

produk juga dapat meningkatkan web browsing hedonism karena konsumen perlu

memenuhi informasi sensori tentang produk fashion dan menjadi sumber

kesenangan sebagai motivasi hedonis konsumen. Kedua atribut produk tersebut

juga ditemukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif

secara online pada produk fashion di Indonesia.

Sementara itu, kebijakan harga sebagai atribut produk pakaian yang dapat

(20)

6

Korea Selatan (Park dan Kim, 2009). Hasil tersebut juga didukung oleh Park et

al. (2011) yang menemukan bahwa atribut produk pakaian seperti harga

memainkan peran penting dalam mempengaruhi web browsing hedonism dan

pembelian impulsif. Lebih lanjut dinyatakan bahwa atribut harga seperti

pemberian diskon membantu pengunjung dalam menikmati web browsing,

mendorong hasrat hedonis dirasakan oleh konsumen. Strategi harga yang menarik

akan menciptakan kesenangan emosional bagi para pengunjung situs belanja

online sehingga mendorong pembelian impulsif.

Selain berpengaruh secara langsung terhadap pembelian impulsif, web

browsing hedonism juga bisa memediasi pengaruh atribut produk pakaian

(keragaman pilihan, kebijakan harga, dan atribut sensori) terhadap pembelian

impulsif. Penelitian yang dilakukan oleh Park et al. (2011) menemukan bahwa

web browsing hedonism memediasi pengaruh kebijakan harga terhadap pembelian

impulsif. Selain kebijakan harga, pengaruh atribut produk (seperti keragaman

pilihan dan atribut sensori) terhadap pembelian impulsif juga dimediasi oleh web

browsing hedonism (Maharani, 2013).

Studi pendahuluan tentang variabel atribut produk pakaian yang

mempengaruhi web browsing hedonism dan pembelian impulsif dilakukan dengan

menyebarkan kuesioner secara online. Studi pendahuluan tersebut dilakukan

untuk mengetahui perilaku konsumen yang melakukan belanja online terhadap

variabel atribut produk pakaian (keragaman pilihan, kebijakan harga, dan atribut

(21)

7

tersebut menggunakan sampel kecil yakni sebanyak 30 responden yang

berdomisili di Kota Denpasar.

Berdasarkan studi pendahuluan tersebut didapatkan hasil 93,3 persen

menyatakan keragaman pilihan produk mempengaruhi web browsing hedonism.

Sebanyak 90 persen menyatakan keragaman pilihan produk mempengaruhi

pembelian impulsif secara online. Sebanyak 93,3 persen menyatakan kebijakan

harga mempengaruhi web browsing hedonism. Sebanyak 90 persen menyatakan

kebijakan harga mempengaruhi pembelian impulsif secara online. Sebanyak 96,6

persen menyatakan atribut sensori produk pakaian mempengaruhi web browsing

hedonism. Sebanyak 90 persen menyatakan atribut sensori produk pakaian

mempengaruhi pembelian impulsif secara online. Sebanyak 86,6 persen

menyatakan web browsing hedonism mempengaruhi pembelian impulsif secara

online.

Terdapat perbedaan hasil penelitian yang ditemukan oleh Park et al.

(2011) dengan Maharani (2013). Park et al. (2011) menemukan bahwa keragaman

pilihan dan atribut sensori produk tidak berpengaruh terhadap web browsing

hedonism. Lebih lanjut, Park et al. (2011) menemukan harga berpengaruh positif

dan signifikan terhadap web browsing hedonism. Maharani (2013) menemukan

bahwa keragaman pilihan dan atribut sensori produk berpengaruh positif dan

signifikan terhadap web browsing hedonism, sedangkan harga tidak berpengaruh

terhadap web browsing hedonism.

Perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen pada ritel online

(22)

8

oleh konsumen pada ritel konvensional yang terbentuk dari model Stimulus

Organism Response (Sukiwun et al., 2014). Model SOR yang dikemukakan

Mehrabian dan Russell (1974) (dalam Jang dan Young, 2009) menemukan bahwa

seorang konsumen akan mengalami proses yang memicunya untuk menggenali

suatu produk dalam suatu lingkungan (stimulus), melakukan pengolahan

informasi atas suatu produk (organism), lalu melakukan sebuah tindakan terhadap

rangsangan yang ada (response). Pada penelitian ini, yang menjadi dorongan

(stimulus) adalah atribut produk pakaian. Rangsangan berupa atribut produk

pakaian seperti keragaman pilihan, harga, dan atribut sensori produk

mempengaruhi individu untuk melakukan evaluasi (organism) dengan melakukan

web browsing hedonism. Web browsing hedonism nantinya diharapkan

menghasilkan pengaruh emosi dari pembeli untuk mendorong mereka melakukan

tindakan (response) berupa pembelian impulsif secara online.

Pada konteks penjualan offline, produk fashion sebagai kategori produk

dengan pembelian impulsif tinggi (Park dan Kim, 2008). Hal yang sama juga

terjadi pada konteks online. Hasil riset yang dilakukan oleh Brand Marketing

Institute (BMI) menunjukkan kecenderungan pembeli untuk melakukan belanja

online di tahun 2015 diperkirakan masih akan didominasi oleh segmen fashion

yang menarik perhatian partisipan sebanyak 40 persen (Khalidi, 2015). Sementara

sisanya adalah gadget 11 persen, elektronik 11 persen, kendaraan 5 persen, games

4 persen, groceries 4 persen, serta tiket dan hotel 2 persen.

Besarnya persentase di segmen fashion akan membuat persaingan antara

(23)

9

para pemasar ritel online didesak untuk merancang suatu stimulus yang bisa

meranggsang para pengunjung situs melakukan pembelian. Namun, sifat

lingkungan ritel online yang produknya tidak bisa disentuh dan dirasakan secara

langsung menciptakan tantangan untuk pemasar online atau praktisi untuk

mengkonversi dari pengunjung situs menjadi pembeli. Lingkungan belanja online

yang membuat konsumen hanya bisa melihat produk secara visual tanpa bisa

menyentuhnya menjadi salah satu hambatan mengapa konsumen tidak melakukan

pembelian secara online (Mitra, 2014). Beberapa faktor penting dalam

pengambilan keputusan pembelian produk yaitu konsumen perlu untuk sentuhan

dan merasakan produk. Keterbatasan lingkungan online tersebut dapat

diminimalisir bila pemasar online menempatkan lebih fokus pada penyediaan

lainnya seperti atribut produk. Atribut produk sangat penting tidak hanya untuk

mengurangi hambatan pembelian online tapi juga berfungsi sebagai rangsangan

eksternal (Park et al., 2011). Para praktisi e-commerce diharapkan bisa

memanfaatkan keuntungan dari lingkungan online seperti efisiensi biaya dan

teknologi media untuk mengeksplorasi atribut-atribut produk (yaitu keragaman

pilihan, harga, dan atribut sensori produk) yang dapat mendorong konsumen

melakukan pembelian impulsif.

Penelitian tentang pembelian impulsif telah banyak dilakukan, namun

penelitian yang menghubungkan antara atribut produk dan web browsing

hedonism untuk produk pakaian dalam konteks belanja online masih sedikit

sehingga penelitian ini diperlukan untuk memperjelas pengaruh keduanya

(24)

10

kontradiksi hasil temuan dari beberapa penelitian sebelumnya membuat penelitian

ini penting untuk dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, beberapa masalah

yang dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh keragaman pilihan terhadap web browsing

hedonism?

2. Bagaimana pengaruh kebijakan harga terhadap web browsing hedonism?

3. Bagaimana pengaruh atribut sensori produk terhadap web browsing

hedonism?

4. Bagaimana pengaruh keragaman pilihan terhadap perilaku pembelian

impulsif?

5. Bagaimana pengaruh kebijakan harga terhadap perilaku pembelian

impulsif?

6. Bagaimana pengaruh atribut sensori produk terhadap perilaku pembelian

impulsif?

7. Bagaimana pengaruh web browsing hedonism terhadap perilaku pembelian

impulsif?

8. Apakah web browsing hedonism memediasi pengaruh keragaman pilihan

terhadap pembelian impulsif?

9. Apakah web browsing hedonism memediasi pengaruh kebijakan harga

(25)

11

10.Apakah web browsing hedonism memediasi pengaruh atribut sensori

produk terhadap pembelian impulsif?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan pengaruh keragaman pilihan terhadap web browsing

hedonism.

2. Untuk menjelaskan pengaruh kebijakan harga terhadap web browsing

hedonism.

3. Untuk menjelaskan pengaruh atribut sensori produk terhadap web

browsing hedonism.

4. Untuk menjelaskan penggaruh keragaman pilihan terhadap perilaku

pembelian impulsif.

5. Untuk menjelaskan pengaruh kebijakan harga terhadap perilaku pembelian

impulsif.

6. Untuk menjelaskan pengaruh atribut sensori produk terhadap perilaku

pembelian impulsif.

7. Untuk menjelaskan pengaruh web browsing hedonism terhadap perilaku

pembelian impulsif.

8. Untuk menjelaskan web browsing hedonism sebagai mediasi pengaruh

(26)

12

9. Untuk menjelaskan web browsing hedonism sebagai mediasi pengaruh

kebijakan harga terhadap pembelian impulsif.

10.Untuk menjelaskan web browsing hedonism sebagai mediasi pengaruh

atribut sensori terhadap pembelian impulsif.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, manfaat

penelitian ini adalah

1. Manfaat akademik dari penelitian ini adalah pengembangan ilmu

pengetahuan tentang perilaku konsumen mengenai pembelian impulsif

terutama dalam konteks online. Penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan kejelasan tentang pengaruh atribut produk pakaian terhadap

web browsing dan pembelian impulsif pada situs belanja online.

2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah membantu para pemasar untuk

lebih memahami perilaku konsumen secara online, terutama pada

faktor-faktor yang merangsang pembelian impulsif konsumen secara online.

Penelitian ini bermanfaat bagi para pemasar online agar lebih baik dalam

mendesain website mereka dan merancang strategi pemasaran online yang

bisa mendorong atau memicu pengunjung untuk melakukan pembelian

(27)

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Stimulus Organism Respons (SOR)

Berbagai teori telah diusulkan untuk menjelaskan secara perilaku

pembelian impulsif, salah satunya adalah model stimulus organism response

(SOR) (Parboteeah et al., 2009). Pembelian impulsif biasanya

dikonseptualisasikan sebagai perilaku reaksioner yang melibatkan respon

langsung terhadap rangsangan disajikan dalam lingkungan ritel (Smith dan

Sivakumar, 2004). Teori stimulus organism response (SOR) yang dikemukakan

oleh Mehrabian dan Russell (1974) dalam Jang dan Young (2009) menunjukkan

pengaruh antara stimulus lingkungan eksternal terhadap perilaku individu.

Model SOR menunjukkan rangsangan eksternal (stimulus) menyebabkan

konsumen untuk membuat evaluasi (organism), yang pada akhirnya menyebabkan

perilaku (response). Model SOR juga menggambarkan mekanisme bagaimana

elemen lingkungan mempengaruhi keadaan internal dan mempengaruhi perilaku

individu. Elemen lingkungan memberikan rangsangan eksternal (stimulus) kepada

individu untuk melakukan evaluasi sampai akhirnya melakukan suatu perilaku

atau tindakan.

Model SOR telah diterapkan oleh beberapa peneliti untuk menjelaskan

pembelian impulsif secara online seperti yang dilakukan oleh Madhavaram dan

Laverie (2004) serta Parboteeah et al. (2009). Pada konteks belanja offline,

(28)

14

sedangkan, belanja online harus dimediasi melalui situs web. Pengalaman dengan

situs web secara keseluruhan lebih relevan dan dekat dengan perilaku pembelian

akhir, bukan dari fitur spesifik dari situs web (Shen dan Khalifa, 2012).

Pada penelitian ini, yang menjadi dorongan (stimulus) adalah atribut

produk pakaian. Rangsangan berupa atribut produk pakaian seperti keragaman

pilihan, harga, dan atribut sensori produk mempengaruhi individu untuk

melakukan evaluasi (organism) dengan melakukan web browsing hedonism. Web

browsing hedonism nantinya diharapkan menghasilkan pengaruh emosi dari

pembeli untuk mendorong mereka melakukan tindakan (response) berupa

pembelian secara impulsif secara online.

2.2 Perilaku Pembelian Impulsif

Pembelian impulsif didefinisikan sebagai pembelian yang belum

direncanakan terlebih dahulu, memainkan peran penting dalam penjualan suatu

ritel (Muruganantham dan Bhakat, 2013). Pembelian impulsif biasanya terjadi

ketika seorang konsumen merasakan motivasi yang kuat yang berubah menjadi

keinginan untuk membeli barang langsung (Tirmizi et al., 2009).

Stren (1962) dalam Muruganantham dan Bhakat (2013) mengkatagorikan

pembelian impulsifdalam empat kelompok, yaitu:

a) Pembelian impulsif murni (Pure impulse buying)

Pembelian impulsif murni terjadi pada pembelian baru yang

menghancurkan pola pembelian normal. Pada Pembelian impulsif murni,

(29)

15

b) Pembelian impulsif pengingat(Reminder impulse buying)

Pembelian impulsif pengingat terjadi ketika ingatan seorang konsumen

akan suatu produk menjadi rendah atau membutuhkan barang ketika dia

melihat di toko atau teringat iklan tentang suatu barang dan keputusan

sebelumnya untuk membeli. Individu secara spontan memutuskan untuk

membeli barang yang didasarkan pada pengalaman atau ingatan sebelumnya.

c) Pembelian impulsif saran (Suggestion impulse buying)

Pembelian impulsif saran terjadi ketika seorang konsumen melihat produk

untuk pertama kalinya di toko dan kemudian terbayang kebutuhan untuk hal

itu. Individu melihat produk pada rak atau etalase kemudian memutuskan untuk

membelinya.

d) Pembelian impulsif terencana (Planned impulse buying)

Pembelian impulsif terencana terjadi ketika seorang konsumen memasuki

toko dengan niat untuk membeli barang tertentu, namun membeli

barang-barang lainnya juga bisa terjadi tergantung pada promosi penjualan. Individu

pergi ke toko dengan pembelian yang sudah direncanakan tetapi juga

mempertimbangkan pembelian lainnya.

Mirip dengan konteks belanja di ritel konvensional, penelitian terbaru

menemukan bahwa pembelian impulsif juga menjadi perhatian penting dalam

konteks belanja online (Ling dan Yazdanifard, 2015). Verhagen dan Dolen (2011)

menunjukkan bahwa 40 persen dari pembelian online dapat dikaitkan dengan

pembelian impulsif. Hal tersebut dipicu oleh faktor situasional belanja impulsif

(30)

16

harga barang yang lebih murah. Pembelian impulsif terjadi ketika orang-orang

mendapat dorongan yang membuat mereka melakukan pembelian yang tidak

diinginkan, tidak bisa dicerminkan, langsung melakukan pembelian, dan sering

merasa terpanggil untuk membeli produk (Park et al., 2011).

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pembelian impulsif

merupakan adanya motivasi yang kuat untuk melakukan pembelian yang tidak

direncanakan secara spontan dengan karakteristik dalam pengambilan

keputusannya dilakukan dalam waktu yang relatif cepat dan adanya keinginan

untuk memiliki secara cepat.

2.3 Web browsing hedonism

Secara sederhana browsing dapat diartikan sebagai kegiatan menjelajah,

menelusuri, atau mencari. Kegiatan browsing sebagai tahap awal dalam proses

pembelian impulsif memiliki beberapa pengertian dari sejumlah penelitian

terdahulu. Beatty dan Ferrell (1998) dalam Madhavaram dan Laverie (2004)

mengemukakan kegiatan pencarian (browsing) di dalam toko, seperti memeriksa

barang dagangan dengan tujuan mencari informasi ataupun rekreasi

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Browsing merupakan kegiatan

“berselancar” di internet (Lumintang, 2012). Kegiatan ini dianalogikan seperti

berjalan-jalan di suatu toko atau mall sambil melihat-lihat produk yang ada tanpa

membeli apapun. Verhagen dan Dolen (2011) menyatakan browsing adalah

pemeriksaan barang dagangan di toko untuk tujuan rekreasi dan mencari

(31)

17

ketika konsumen mencari suatu informasi dan membuat pilihan melalui internet

(Park et al., 2011). Pengumpulan informasi eksternal ini merupakan kegiatan yang

dapat menentukan konsumen apakah mereka ingin membeli atau tidak membeli

produk melalui internet.

Web browsing hedonism, lebih fokus pada pemenuhan motivasi hedonis

yang mengacu untuk memenuhi perilaku konsumsi dalam rangka mencari hal-hal

baru, fantasi, hiburan, dan kesenangan. Manfaat motivasi hedonis adalah

pengalaman dan emosional bagi pelanggan (Park et al., 2011). Lingkungan secara

online mendorong seseorang untuk mengeksplorasi kesenangan (Huang, 2005).

Kemudian pada konteks online, nilai hedonis berdiri sebagai penilaian secara

keseluruhan dari manfaat pengalaman dan fantasi. Bahkan, konsumen yang

melakukan pembelian untuk rekreasi atau hiburan mengharapkan tingkat tinggi

nilai hedonis (Nurmikko, 2011). Konsumen yang mengunjungi ritel online tidak

hanya untuk mengumpulkan informasi dan membeli produk, tetapi mereka juga

mencoba untuk memenuhi kebutuhan pengalaman dan emosi (Kim, 2008).

Berdasarkan beberapa uraian tentang web browsing hedonism tersebut

dapat dijelaskan bahwa web browsing hedonism merupakan perasaan emosional

yang dirasakan konsumen atau pengunjung situs dari pengalaman pencarian

informasi atau hiburan di suatu situs yang bersifat mencari suatu hal yang baru,

(32)

18

2.4 Atribut Produk Pakaian

Atribut produk merupakan unsur-unsur pada suatu produk yang

dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan

pembelian (Tjiptono, 2008). Hal yang hampir sama juga dinyatakan Hasan (2008),

atribut produk yang setidaknya penting dipandang konsumen untuk dijadikan

dasar pengambilan keputusan pembelian adalah merek, kemasan, labeling,

garansi, dan pelayanan. Atribut-atribut produk tersebut sangat berpengaruh

terhadap reaksi pelanggan akan suatu produk. Atribut produk merupakan

karakteristik dari produk atau jasa yang menghasilkan kemampuan untuk

memuaskan yang dinyatakan atau tersirat pada kebutuhan konsumen (Kotler dan

Amstrong, 2012). Berarti atribut produk merupakan karakteristik yang melekat

pada suatu produk atau jasa yang dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan

pembelian oleh konsumen.

Beberapa studi sebelumnya mengidentifikasi bahwa atribut produk

pakaian sangat penting bagi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian.

Suatu studi mengungkapkan bahwa konsumen di Amerika Serikat

mempertimbangkan atribut seperti gaya, dan kain membuat keputusan pembelian

pakaian (Eckman et al., 1990 dalam Bennur dan Jin, 2013). Pernyataan tersebut

juga didukung oleh Miller et al. (2005), yakni konsumen Amerika Serikat

mempertimbangkan atribut seperti gaya pakaian, bahan kain, dan warna yang

ditemukan menjadi acuan dalam keputusan pembelian. Studi lain yang

menemukan harga dan kualitas menjadi atribut penting yang mempengaruhi

(33)

19

lebih mempertimbangkan atribut seperti, warna, kualitas, kandungan serat, merek,

dan kenyamanan dalam keputusan pembeliannya (Wang dan Heitmeyer, 2005).

Pentingnya atribut pakaian tertentu, seperti gaya, harga, dan merek dalam

pengambilan keputusan pembelian pakaian pada remaja (Burger dan Herbst,

2002). Atribut produk berperan penting dalam keputusan pembelian pakaian pada

wanita (North et al., 2003).

Atribut produk tertentu di situs mendorong perilaku browsing konsumen

kemudian menyebabkan perilaku pembelian impulsif. Atribut produk seperti

harga dan keragaman pilihan berpengaruh terhadap nilai hedonis (Irani dan

Hanzaee, 2011). Atribut produk pada sebuah situs web adalah stimulus penting

untuk mempromosikan web browsing karena konsumen tidak bisa mencoba atau

menyentuh pakaian dalam konteks belanja online.

2.4.1.Keragaman pilihan produk

Keragaman produk atau variasi produk merupakan suatu unit tersendiri

dalam suatu merek atau lini produk yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran,

harga, penampilan atau atribut lainnya (Tjiptono, 2008). Mclior dan Rays (2008)

dalam Park et al. (2011) menyatakan variasi produk merupakan berbagai macam

pilihan produk dan barang pelengkap yang disediakan dalam suatu ritel atau toko.

Jadi dapat dijelaskan bahwa keragaman pilihan produk merupakan macam-macam

pilihan lini produk yang disediakan suatu ritel atau toko berdasarkan ukuran,

(34)

20

Keragaman pilihan produk penting bagi konsumen karena memberikan

kesempatan bagi konsumen untuk membandingkan, membedakan dan memilih

diantara beberapa solusi potensial yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

Keragaman merchandise atau produk di suatu ritel bertujuan agar para konsumen

dimanjakan dengan banyaknya pilihan (Tinjung dan Herlina, 2012). Ritel harus

menawarkan keberagaman yang cukup untuk memuaskan kebutuhan dan harapan

konsumen, tetapi tidak terlalu banyak sehingga membingungkan konsumen dan

akhirnya menurunkan niat pembelian konsumen (Utami, 2010).

Pembelian berdasarkan mencari keragaman (variety-seeking) juga

termasuk dalam bidang pengalaman (Mowen dan Minor, 2002). Mencari

keragaman mengacu pada kecenderungan konsumen untuk secara spontan

membeli merek produk baru meskipun mereka terus mengungkapkan kepuasan

mereka dengan merek yang lama. Pembelian berdasarkan mencari keragaman

diklasifikasikan sebagai bersifat pengalaman, karena pembelian tersebut

dilakukan untuk mempengaruhi perasaan. Apabila konsumen merasa jenuh,

mereka akan merasa di bawah optimal, dengan membeli merek baru mereka

mencoba untuk membuat diri mereka menjadi lebih baik.

2.4.2 Kebijakan Harga

Kebijakan harga menjadi salah satu elemen penting bagi perusahaan untuk

menarik minat konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Harga

merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh konsumen, dan manajer

(35)

21

konsumen (Mowen dan Minor, 2002). Harga sebagai atribut produk atau jasa yang

paling sering digunakan oleh sebagian besar konsumen untuk mengevaluasi

produk (Sumarwan, 2004). Bagi sebagian besar konsumen Indonesia yang masih

berpendapatan rendah, harga adalah faktor utama yang dipertimbangkan dalam

memilih produk maupun jasa. Hal tersebut membuat konsumen sangat sensitif

terhadap harga. Berarti kebijakan harga merupakan sejumlah satuan mata uang

yang ditetapkan oleh perusahaan terhadap suatu produk sebagai bahan evaluasi

bagi konsumen untuk mendapatkan suatu produk.

Secara historis, harga telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi

pilihan pembeli, meskipun faktor selain harga juga dianggap penting. Namun,

harga masih tetap menjadi salah satu elemen yang paling penting dalam

menentukan pembelian konsumen yang dapat meningkatkan pangsa pasar dan

profitabilitas suatu perusahaan (Kotler dan Armstrong, 2012). Konsumen

menganggap bahwa berbelanja merupakan suatu permainan pada saat

tawar-menawar harga, atau pada saat konsumen mencari tempat pembelanjaan yang

menawarkan diskon, obralan, ataupun tempat berbelanja dengan harga yang

murah (Utami, 2010).

Konsumen dengan motivasi hedonis lebih peka terhadap informasi harga,

dan sangat penting untuk menentukan browsing hedonis dan pembelian impulsif

secara online (Park et al., 2011). Harga produk di ritel online biasanya lebih

murah dibandingkan ritel konvensional karena sebagian besar ritel online tidak

mengenakan pajak penjualan kepada konsumen (Sirhindi, 2010). Dengan harga

(36)

22

2.4.3Atribut sensori produk

Atribut sensori produk merupakan suatu karakteristik seperti penampilan,

bau, rasa, tekstur dan suara yang terdapat pada suatu produk yang bisa dirasakan

oleh panca indera, seperti penglihatan, penciuman, pengecapan, sentuhan dan

pendengaran (Meilgaard et al., 2006).

Atribut sensori produk digunakan sebagai stimulus kepada sistem sensori

konsumen yang nantinya dijadikan sebagai acuan dalam keputusan pembelian

suatu produk. Atribut sensori yang dijadikan pertimbangan konsumen dalam

pembelian pakaian adalah ketika konsumen melihat tampilan dan menyentuh

tesktur dari pakaian tersebut. Penampilan produk sering digunakan sebagai dasar

keputusan untuk membeli atau mengkonsumsi suatu produk (Meilgaard et al.,

2006). Pernyataan tersebut didukung oleh McCorkle (1990) dalam Park et al.

(2011) menjelaskan bahwa tampilan pakaian seperti bahan kain, warna, dan

desain merupakan kriteria utama untuk pembelian pakaian. Selain penampilan

produk, penting untuk disadari bahwa pembelian pakaian mencakup banyak

isyarat sensori yang menjadi aktif ketika menyentuh dan mencoba. Menyentuh

dan mencoba merupakan faktor-faktor yang meningkatkan pembelian impulsif

(Peck dan Childers, 2003). Lebih lanjut dijelaskan bahwa sentuhan yang

membangkitkan perasaan menyenangkan, gairah, stimulasi sensorik dan fantasi

konsumen.

Terdapat perbedaan pengaruh atribut sensori pada pembelian pakaian di

ritel konvensional dengan ritel online. Belanja di ritel konvensional pelanggan

(37)

23

di ritel online konsumen hanya bisa melihat produk secara visual tanpa bisa

menyentuh dan mencobanya. Konsumen hanya bisa memanfaatkan informasi

atribut sensori produk secara visual, seperti warna, desain, dan bahan sebagai

Gambar

Grafik Penjualan Gambar 1.1 E-commerce B2C Tahun 2011-2014 serta Prediksi

Referensi

Dokumen terkait

Pembentukan suatu budaya organisasi pada perusahaan PT PLN APJ Malang dimulai dengan adanya komunikasi yang baik antar individu karywan yang diwujudakan dalam bentuk

(Nicholson, 1995:175) mengatakan bahwa efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marjinal masing-masing input (NPMxi) dengan harga inputnya

Selain itu keuntungan dari kecanggihan teknologi yang ada pada saat ini adalah bahwa aktivitas produksi dan konsumsi informasi fashion hijab yang dilakukan oleh

Sehingga secara keseluruhan yang dikatakan Desa wisata merupakan satu kesatuan dan saling berkaitan antara atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung (Nuryati,1993).. 35

Pada kesempatan yang berbagia ini, penulis ingin menghaturkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan anugerah- Nya yang besarlah, penulis

Dengan adanya keluhan rasa sakit yang dirasakan operator diantaranya rasa pegal dan nyeri pada otot leher, punggung, bahu, lengan, pergelangan tangan dan kaki, yang

Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian adalah (1) menjelaskan keberdayaan petani mengakses informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu untuk meningkatkan

Mit der Erhöhung kann gesagt werden, dass das Modell Konzept Satz wirksam für die Verwendung bei der Verbesserung der Ergebnisse Sätze in writing skills class XI IPA 7