Yunita Eka Diansari
Abstraksi
Kebijakan dividen atau keputusan dividen pada hakikatnya adalah
menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham,
dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Untuk tahun 2009 ini
perusahaan manufaktur juga mengalami perubahan yang fluktuatif yaitu
diantaranya, Direktur Keuangan Kimia Farma Rusdi Rosman menambahkan
dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2009, pemerintah selaku
pemegang saham menetapkan target setoran lebih tinggi dari dividen 2008. “
Setoran dividen Kimia Farma ditetapkan 30% dari laba bersih tahun ini. Kalau
diizinkan, kami minta keringanan seperti PT Indofarma Tbk yang dividennya
0%,”. Karena kondisi tersebut di atas, maka mengindikasikan bahwa adanya aliran
kas bebas yang besar dalam suatu perusahaan belum tentu menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut akan membagikan dividen dengan jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan ketika perusahaan memiliki aliran kas bebas yang kecil.
Tujuan penelitian ini adalah 1).Untuk mengetahui pengaruh free cash flow
terhadap dividen payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di
Bursa Efek Indonesia. 2).Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap
dividen payout ratio pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek
Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah Laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang go publik di BEI dari periode tahun 2006 sampai dengan tahun
2008 yang berjumlah 151 perusahaan manufaktur. Sampel yang diambil adalah
sebesar 15 laporan keuangan perusahaan manufaktur. Data yang dipergunakan
adalah data sekunder yaitu data berupa dokumentasi perusahaan yang diserahkan
ke Bursa Efek Indonesia.Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis
regresi berganda.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan
bahwa : 1). Free Cash Flow (X
1) tidak berpengaruh signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio (Y).2. Profitabilitas (X
2) berpengaruh signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio (Y).
.
hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “
PENGARUH FREE CASH FLOW DAN PROFITABILITAS TERHADAP
DEVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA” telah terselesaikan dengan baik.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi
Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberi bimbingan, dukungan, petunjuk serta bantuan
baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3.
Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, Ms. Selaku Ketua Jurusan Fakultas
Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
4.
Bapak Dr. H. Ali Maskun, SE, MS, Selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan saran, nasehat serta bantuan bimbingan skripsi kepada
peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.
6.
Kepada kedua Orang Tuaku dan adikku yang telah memberikan dukungan
baik moril ataupun materiil.yang tidak mungkin penulis uraikan dengan
kata-kata.
7.
Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu-persatu.
terima kasih atas semua dukungan, doa, semangat dan pengertiannya yang
telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Surabaya, April 2010
Penulis
DAFTAR ISI ………...
ii
DAFTAR TABEL ………....
iii
DAFTAR GAMBAR ………....
iv
DAFTAR LAMPIRAN ………....
v
ABSTRAKSI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ………...
1
1.2
Perumusan Masalah ………... .
6
1.3
Tujuan Penelitian ……….. .
6
1.4
Manfaat Penelitian ……….... .
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu ………... 8
2.2
Landasan Teori ………... 9
2.2.1. Pasar Modal ………... ..
9
2.2.1.1 Fungsi Pasar Modal …………...
9
2.2.1.2 Manfaat Pasar Modal ...
10
2.2.1.3 Instrumen Pasar Modal...
15
2.3 Laporan Keuangan... 16
2.3.1. Tujuan Laporan Keuangan... 16
2.2.3.1 Perangkat Pokok Laporan Keuangan... 18
2.2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan... 21
2.3.2. Analisis Laporan Keuangan... 22
2.4 Analisis Rasio Keuangan... 28
2.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan... 28
2.4.1.1 Keunggulan Dan Keterbatasan Analisa Rasio
Keuangan... 29
2.6. Deviden... 34
2.6.1. Pengertian Dividen... 34
2.6.1.1 Teori Kebijakan Dividen... 34
2.6.1.2 Dividend Payout Ratio... 38
2.7. Profitabilitas... 39
2.7.1 Pengertian Profitabilitas... 39
2.8. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividen Payout Ratio... 41
2.8.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Dividen Payout Ratio... 42
2.9 Kerangka Pikir ……….. .44
2.10 Hipotesis ………... .45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi operasional dan Pengukuran Variabel …………... .
46
3.2 Teknik Penentuan Sampel………... .
48
3.3 Teknik Pengumpulan Data……….. .
49
3.4 Uji Normalitas... 50
3.5 Uji Asumsi Klasik... 50
3.6 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis ...
52
3.7 Uji Hipotesis ………...
53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ………. .
55
4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ……….. .
55
4.1.2 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI) ……….. .
55
4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ……... 57
4.1.4 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) ……..
57
4.1.5 Gambaran Umum Perusahaan Sampel ……….. 60
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ……….
70
4.2.1 Free Cash Flow (X
1) ………... .
71
4.3 Analisis Dan Pengujian Hipotesis ………... 74
4.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda ………... 74
4.3.2 Koefisien Determinansi...
75
4.3.3 Uji Asumsi Klasik ………... .
76
4.3.4 Uji Normalitas...…………... 78
4.3.5 Uji Hipotesis Uji t...
80
4.4 Pembahasan ………... 76
4.4.1 Pengaruh Free Cash Flow terhadap Deviden Payout Ratio 81
4.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Deviden Payout Ratio... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ………... 83
5.2. Saran ………...
83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
yang go publik di Bursa Efek Indonesia ... 5
Tabel 2. Free Cash Flow (X
1) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006-2008 …………...………... 71
Tabel 3. Profitabilitas (X
2) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006-2008 ………....…………....……... 72
Tabel 4. Deviden Payout Ratio (Y) Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2005-2008 ………... 73
Tabel 5. Koefisien Rregresi Linier Berganda...………... 74
Tabel 6. Nilai Koefisien Determinasi (R-square/R
2... 76
Tabel 7. Hasil Uji Multikolinearitas... 77
Tabel 8. Hasil Uji Durbin Waston... 77
Tabel 9. Hasil Uji Heteroskedasititas ... 78
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ... 79
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas setelah transformasi data... 79
Tabel 12.Uji t Hasil Analisis Regresi... 80
viii
Lampiran 2 : Uji Normalitas
Lampiran 3 : Uji Asumsi Klasik
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Masalah keagenan dapat menimbulkan konflik yang melibatkan berbagai
pihak, konflik dapat terjadi antara manajer dengan pemegang saham, antara
manajer bersama-sama pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham
minoritas, antara pemegang saham dengan para kreditur, juga antara manajer
dengan stakeholders’ lainnya. Jensen (1986) mengemukakan bahwa manajer
memiliki insentif untuk memperbesar perusahaan melebihi ukuran optimalnya
sehingga mereka tetap melakukan investasi meskipun memberikan net present
value negatif. Overinvestment semacam ini dilakukan dengan menggunakan dana
yang dihasilkan dari sumber internal perusahaan yaitu aliran kas bebas untuk
menghindari pengawasan yang berhubungan dengan penambahan modal dari luar
perusahaan.
Padahal dana semacam ini seharusnya dibayarkan kepada pemegang
saham dalam bentuk peningkatan dividen atau pembelian kembali saham
perusahaan. Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham
tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan dan dilakukan
berdasarkan pertimbangan berbagai faktor. Menurut Gitman (2003) faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah debt covenant,
likuiditas, posisi kas, prospek pertumbuhan perusahaan, dan kuasa kendali para
Kebijakan dividen atau keputusan dividen pada hakikatnya adalah
menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham,
dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990).
Pembayaran dividen khususnya cash dividend kepada para pemegang saham
sangat tergantung pada posisi kas yang tersedia, hal ini dibuktikan oleh penelitian
yang dilakukan oleh Sutrisno (2001) yang menyatakan bahwa di antara beberapa
faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio, hanya faktor posisi kas (cash
position) dan Debt to Equity Ratio yang berpengaruh signifikan. Posisi kas yang
benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan tergambar pada free cash
flow yang dimiliki oleh perusahaan.
Free Cash Flow (aliran kas bebas) menggambarkan tingkat fleksibilitas
keuangan perusahaan. Jensen (1986) mendefinisikan aliran kas bebas sebagai kas
yang tersisa setelah seluruh proyek yang menghasilkan net present value positif
dilakukan. Perusahaan dengan aliran kas bebas berlebih akan memiliki kinerja
yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena mereka dapat
memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat
diperoleh perusahaan lain. Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa diduga
lebih survive dalam situasi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas negatif berarti
sumber dana internal tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan investasi
perusahaan sehingga memerlukan tambahan dana eksternal baik dalam bentuk
hutang maupun penerbitan saham baru.
Sedangkan menurut Ross et al (2000) didalam jurnal Rosdini ( 2009),
kreditor atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working
capital) atau investasi pada aset tetap. Aliran kas bebas menunjukkan gambaran
bagi investor bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar
strategi menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan.
Berbagai kondisi perusahaan dapat mempengaruhi nilai aliran kas bebas,
misalnya bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dengan tingkat
pertumbuhan rendah maka aliran kas bebas ini seharusnya didistribusikan kepada
pemegang saham, tetapi bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dan
tingkat pertumbuhan tinggi maka aliran kas bebas ini dapat ditahan sementara dan
bisa dimanfaatkan untuk investasi pada periode mendatang.
Laba sebaiknya tidak dibagikan sebagai deviden seluruhnya dan sebagian
harus disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Laba ditahan (retained earning)
merupakan salah satu dari sumber dana yang berasal dari modal sendiri dan
merupakan modal yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi
perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan deviden kepada
para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu
bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat deviden yang dibayarkan, berarti
semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya ialah menghambat
tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga sahamnya.
Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap
didalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk
Untuk tahun 2009 ini perusahaan manufaktur juga mengalami perubahan
yang fluktuatif yaitu diantaranya, Direktur Keuangan Kimia Farma Rusdi Rosman
menambahkan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) 2009,
pemerintah selaku pemegang saham menetapkan target setoran lebih tinggi dari
dividen 2008. “ Setoran dividen Kimia Farma ditetapkan 30% dari laba bersih
tahun ini. Kalau diizinkan, kami minta keringanan seperti PT Indofarma Tbk yang
dividennya 0%,” ujarnya. Selanjutnya, harga saham PT Bakrie Sumatera
Plantations Tbk kemarin jatuh 17,65% atau Rp120 ke level Rp560 per saham
karena tertekan aksi jual yang dipicu oleh harga pelaksanaan rights issue sebesar
Rp 525 per saham. Arsip Berita.Com/12/2009.
Berikut adalah data dividen payout ratio perusahaan manufaktur dalam
kurun waktu 3 tahun :
Tabel 1. Data DPR Perusahaan Manufaktur (Million Rupiah) 2006-2008
EPS DPS DPR
No. Perusahaan Manufaktur 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 1 PT.Fast Food Indonesia, Tbk 154 230 281 20 45 57 0.130 0.196 0.203
2 PT.Mayora Indah, Tbk 122 185 256 35 40 50 0.287 0.216 0.195
3 PT.Multi Bintang Indonesia,Tbk 3,492 4,005 10,551 2,640 3,600 15,000 0.756 0.899 1.422
4
PT.Sinar Mas Agro Resources and
Technology (SMART),Tbk 219 344 364 46 5 180 0.210 0.015 0.495
5 PT.Gudang Garam, Tbk 524 750 977 250 250 350 0.477 0.333 0.358
6 PT. Sepatu Bata, Tbk 1,551 2,660 12,120 435 6,361 816 0.280 2.391 0.067
7 PT. Colorpark Indonesia, Tbk 25 32 66 5 10 20 0.200 0.313 0.303
8 PT.Semen Gresik (PERSERO), Tbk 2,184 299 425 0 150 215 0.000 0.502 0.506
9 PT.Sumi Indo Kabel, Tbk 145 253 319 35 100 125 0.241 0.395 0.392
10 PT.Metrodata Electronics, Tbk 10 14 15 3 3 1 0.300 0.214 0.067
11 PT.Indo Kordsa,Tbk 41 87 211 12 63 125 0.293 0.724 0.592
12 PT.Tunas Ridean, Tbk 16 136 176 5 55 168 0.313 0.404 0.955
13 PT.United Tractor, Tbk 326 524 800 85 150 220 0.261 0.286 0.275
14 PT. Merck, Tbk 3,863 3,995 4,403 2,000 2,300 5,350 0.518 0.576 1.215
15 PT.Tempo Scan Pacific, Tbk 61 62 71 25 25 15 0.410 0.403 0.211
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa deviden yang dibagikan oleh
perusahaan manufaktur hanya sebagian saja sebagaimana contoh adalah PT.
SMART, Tbk pada tahun 2007 deviden yang dibagikan adalah sebesar
Rp.68.800,- (dalam jutaan) kemudian turun sebesar Rp.2.200,- melorot drastis.
Akan tetapi, banyak pemegang saham mengandalkan deviden untuk membayar
berbagai biaya, dan mereka akan sangat terganggu jika aliran deviden tidak stabil,
selanjutnya, tindakan mengurangi deviden agar dana tersedia untuk investasi
modal dapat mengirimkan isyarat yang tidak tepat, dan hal itu bisa menurunkan
harga saham. Jadi, memaksimumkan harga saham mengharuskan perusahaan
menyeimbangkan kebutuhan dana untuk internal dan keinginan para pemegang
saham. Perusahaan dengan laba dan arus kas yang mudah berubah enggan
membuat komitmen untuk meningkatkan deviden setiap tahun.
Berbagai kondisi perusahaan dapat mempengaruhi nilai aliran kas bebas,
misalnya bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dengan tingkat
pertumbuhan rendah maka aliran kas bebas ini seharusnya didistribusikan kepada
pemegang saham, tetapi bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dan
tingkat pertumbuhan tinggi maka aliran kas bebas ini dapat ditahan sementara dan
bisa dimanfaatkan untuk investasi pada periode mendatang.
Karena kondisi tersebut di atas, maka mengindikasikan bahwa adanya
aliran kas bebas yang besar dalam suatu perusahaan belum tentu menunjukkan
bahwa perusahaan tersebut akan membagikan dividen dengan jumlah yang lebih
besar dibandingkan dengan ketika perusahaan memiliki aliran kas bebas yang
Sehingga penulis tertarik untuk meneliti dengan judul ”Pengaruh Free Cash Flow (aliran kas bebas) Dan Profitabilitas Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik Di BEI”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Maka perumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada
perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap dividen payout ratio pada
perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh free cash flow terhadap dividen payout ratio
pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap dividen payout ratio
pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, antara lain :
1. Manfaat bagi peneliti
Dari hasil kegiatan mempelajari, meneliti, serta membandingkan
diharapkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang terjadi di
perusahaan.
2. Manfaat bagi perusahaan
Dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan kepada pihak
manajemen perusahaan manufaktur sehingga dapat melakukan
pengelolahan modalnya dengan lebih baik lagi.
3. Bagi investor
Dapat memberikan informasi dan sebagai bahan pertimbangan untuk
menanamkan modalnya bagi perusahaan manufaktur yang go public di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh cash flow terhadap dividen payout ratio
perusahaan manufaktur di bursa efek indonesia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dalam proposal ini menggunakan acuan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh:
Rosdini, (2009), dengan judul “Pengaruh Free Cash Flow Terhadap dividen
Payout Rasio” . Rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimanakah pengaruh
Free cash flow terhadap dividen payout ratio. Teknik analisis yang digunakan
adalah analisis regresi liniear sederhana.
Hasil penelitian ini Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa
Free Cash Flow memiliki pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Pengaruh
free cash flow terhadap dividend payout ratio bersifat positif artinya semakin
tinggi free cash flow maka semakin tinggi dividend payout ratio atau semakin
rendah free cash flow maka semakin rendah dividend payout ratio.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh, Lesmana, Adi.(2006). Dengan judul
“Analisis hubungan antara kepemilikan saham Minoritas dan dividend payout
ratio dengan laba Sebagai variabel pemoderasi”. Rumusan masalah yang diajukan
adalah apakah interaksi antara laba dan kepemilikan saham minoritas memiliki
pengaruh terhadap dividend payout ratio di Indonesia.
Hasil penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa proteksi investor di
diharapkan dapat menumbuhkan harapan para investor tentang pengembalian
(return) atas investasi yang telah mereka tanamkan. Yang secara agregat, hal
tersebut akan mengakibatkan aliran masuk modal (capital inflows) ke suatu
negara mengalami kenaikan sedangkan aliran keluar (capital outflows) dari suatu
negara mengalami penurunan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pasar Modal
Menurut Darmadji dan M. Fakhruddin, (2001:01): “Pasar modal
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri”. Pada dasarnya,
surat berharga di pasar modal dapat diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu :
1. Surat berharga yang bersifat penyertaan atau ekuitas (equity)
2. Surat berharga yang bersifat utang atau sering juga disebut sebagai surat
berharga pendapatan tetap (fixed income).
Surat berharga yang bersifat ekuitas umumnya dikenal dengan saham
sedangkan surat berharga fixed income dikenal dengan obligasi. Sedangkan surat
berharga lainnya merupakan turunan dari kedua bentuk tersebut, misalnya saham
preferen, obligasi konversi, warrant, sekuritas turunan.
2.2.1.1. Fungsi Pasar Modal
Menurut M. Fakruddin dan Harianto, (2001:01): fungsi pasar modal
adalah :
1. Sarana untuk menghimpun dana-dana dari masyarakat untuk
2. Sumber pembiayaan yang mudah dan cepat bagi dunia usaha dan
pembangunan nasional.
3. Mendorong terciptanya kesempatan berusaha dan sekaligus
menciptakan kesempatan kerja.
4. Mempertinggi efisiensi alokasi sumber produksi.
5. Menekan tingginya tingkat bunga.
6. Sebagai alternatif investasi bagi para pemodal.
7. Memperkokoh beroperasinya mekanisme finansial market dalam
menata sistem moneter, karena pasar modal dapat menjadi sarana
sewaktu-waktu diperlukan oleh bank sentral.
2.2.1.2. Manfaat Pasar Modal
Menurut Anoraga dan Piji Pakarti (1995:12), Manfaat pasar modal bisa
dirasakan baik oleh investor, emiten, pemerintah, maupun lembaga penunjang
(PAU-UGM, 26-27 Januari 1990), adalah sebagai berikut :
a. Manfaat pasar modal bagi Investor, sebagai berikut :
1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham
yang menjadi capital gain.
2. Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang
saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi
pemegang obligasi.
3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham,
obligasi.
4. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari
saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan
atau mengurangi risiko.
b. Manfaat pasar modal bagi Emiten, sebagai berikut :
1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.
2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana
selesai.
3. Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas
dalam pengelolaan dana perusahaan.
4. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra
perusahaan.
5. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
6. Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga
nominal perusahaan.
7. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko
tinggi.
8. Tidak ada beban finansial yang tetap.
9. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
10. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu.
11. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
c. Manfaat pasar modal bagi pemerintah, sebagai berikut :
2. Mendorong investasi.
3. Penciptaan lapangan kerja.
4. Memperkecil Debt Service Ratio (DSR).
5. Mengurangi beban anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik
Negara).
d. Sedangkan manfaat pasar modal bagi Lembaga Penunjang, sebagai
berikut : Berkembangnya pasar modal juga akan mendorong
perkembangan lembaga penunjang menjadi lebih profesional dalam
memberikan pelayanan sesuai dengan bidang masing-masing.
Keberhasilan pasar modal tidak terlepas dari peran lembaga penunjang.
Adapun yang termasuk lembaga penunjang tersebut antara lain adalah :
1. BAPEPAM
Lembaga ini merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah
untuk mengawasi pasar modal indonesia. BAPEPAM merupakan
singkatan dari Badan Pengawas Pasar Modal, setelah sebelumnya
merupakan singkatan dari Badan Pelaksana Pasar Modal.
Perubahan ini terjadi pada akhir tahun 1990.
2. Bursa Efek
Merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan
perdagangan sekuritas. Di indonesia terdapat dua bursa efek yaitu
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya yang akhirnya
menjadi BEI. Masing-masing mempunyai persyaratan tersendiri
itulah bertemu pembeli dan penjual sekuritas.
3. Akuntan Publik
Peran akuntan publik yang pertama adalah memeriksa laporan
keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan. Di
pasar modal dituntut pendapat wajar tanpa syarat terhadap laporan
keuangan dari perusahaan yang akan menerbitkan atau yang telah
terdaftar di bursa.
4. Underwriter
Perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas di bursa (perusahaan
tersebut disebut sebagai emiten) tentu ingin agar sekuritas yang
dijualnya laku semua, sehingga dana yang diperlukan bisa
diperoleh. Untuk menjamin agar penerbitan (emisi) sekuritas yang
pertama kali tersebut dikatakan (dilakukan di pasar perdana)
terjual. Kalau tidak terjual, underwriter itulah yang akan membeli
sisanya. Karena underwriter menanggung risiko harus membeli
sekuritas yang tidak terjual.
5. Wali Amanat
Jasa Wali Amanat diperlukan untuk penerbitan obligasi. Wali
Amanat mewakili kepentingan pembeli obligasi. Pemikirannya
adalah karena pembeli obligasi pada dasarnya adalah kreditor dan
kredit yang diberikan tidak dijamin dengan agunan apapun. Untuk
meminimumkan agar kredit tersebut tidak macet-macet berarti
menerbitkan, maka ada pihak yang mewakili para pembeli obligasi
dalam melakukan semacam penilaian terhadap perusahaan yang
akan menerbitkan obligasi. Wali Amanat inilah yang melakukan
penilaian terhadap “keamanan” obligasi yang di beli oleh para
pemodal.
6. Notaris
Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dan menyusun pernyataan
keputusan-keputusan RUPS. Bagaimanapun juga keputusan-keputusan untuk menjual
sekuritas ke pasar modal (istilah yang sering dipergunakan adalah
“go public“) merupakan peristiwa yang penting dan karenanya
perlu memperoleh persetujuan dari para pemegang saham.
7. Konsultan Hukum
Konsultan hukum diperlukan jasanya agar jangan sampai
perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal ternyata
terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain. Juga keabsahan
dokumen-dokumen perusahaan perlu di periksa oleh konsultan
hukum tersebut.
8. Lembaga Clearing
Perdagangan sekuritas tidak mungkin dilakukan dengan melakukan
perpindahan fisik sekuritas-sekuritasnya yang di perdagangkan.
Sekuritas-sekuritas akan disimpan oleh suatu lembaga dan lembaga
2.2.1.3. Instrumen Pasar Modal
Menurut Anoraga (2001:54) yang dimaksud dengan instrumen pasar
modal adalah semua surat-surat berharga (securities) yang diperdagangkan di
bursa. Instrumen pasar modal ini umumnya bersifat jangka panjang.
Pada dasarnya efek dapat berupa :
a. Saham merupakan tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas.
b. Saham preferen yaitu saham yang memberikan prioritas tertentu kepada
pemegangnya atas hal pembagian dividen.
c. Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara
pemberi pinjaman (investor) dengan yang diberi pinjaman (emiten).
d. Bukti right merupakan salah satu dari opsi yang memberikan hak
kepada para pemegang saham untuk membeli saham baru yang
dikeluarkan oleh emiten pada proporsi harga tertentu.
e. Opsi yaitu selembar kertas berharga yang memungkinkan investor
untuk membeli atau menjual suatu saham dengan harga tertentu pada
waktu tertentu atau mungkin sebelumnya.
f. Warrant merupakan opsi jangka panjang yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk membeli saham atas nama dengan harga tertentu.
g. Obligasi konversi merupakan obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang saham untuk mengkorvesikan atau menukar dengan saham
setelah membayar suatu jumlah tertentu. Misalnya setiap obligasi bisa
konversi yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.3. Laporan Keuangan
Menurut Baridwan (1990:17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari
suatu proses pencatatan / proses pelaporan , merupakan suatu ringkasan dari
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para
pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk
memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar
perusahaan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan.
2.3.1. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Belkaoui (2000:126) tujuan laporan keuangan dikelompokkan
menjadi tujuan khusus dan tujuan umum serta tujuan kualitatif. Tujuan tersebut
dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
1. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, posisi keuangan,
hasil usaha dan perubahan lain dalam posisi laporan keuangan.
2. Tujuan Umum laporan keuangan adalah :
• Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
sumber-sumber ekonomi dan kewajiban suatu perusahaan supaya dapat
investasinya, menilai kemampuannya, memenuhi tanggung jawabnya
dan menunjukkan dasar pertumbuhannya.
• Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat menaksir
penghasilan yang potensial dari perusahaan.
• Menyediakan lain-lain informasi yang diperlukan mengenai
perubahan sumber-sumber ekonomi serta perubahan kewajiban.
• Mengungkapkan informasi lain yang relevan bagi kebutuhan para
pemakai laporan keuangan.
3. Tujuan kualitatif laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a. Relevan, berarti menyeleksi informasi yang lebih mungkin membantu
para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi mereka.
b. Dapat dimengerti, yang menyatakan bahwa tidak hanya informasi yang
terpilih saja yang harus dapat dimengerti, akan tetapi para pemakainya
harus dapat memahaminya.
c. Dapat dituju, bahwa hasil akuntansi dapat dibuktikan kebenarannya
oleh alat ukur yang independen dengan menggunakan metode
pengukuran yang sama.
d. Netral, bahwa informasi akuntansi diperuntukkan bagi kebutuhan
umum, bukan untuk kebutuhan tertentu saja.
e. Tepat waktu, penyampaian informasi harus cepat dan tepat dalam
pengambilan keputusannya.
f. Dapat diperbandingkan, yang berarti perbedaan tidak boleh ada akibat
g. Kelengkapan, seluruh informasi yang layak memenuhi persyaratan
tujuan kualitatif lainnya harus dilaporkan.
Menurut Baridwan (1999:17) laporan keuangan dapat juga digunakan
untuk memenuhi tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar
perusahaan.
2.3.1.1. Perangkat Pokok Laporan Keuangan
Laporan keuangan sangatlah penting dan harus dijelaskan dalam pelaporan
keuangan perusahaan, yaitu :
a. Neraca
Menurut Hanafi ( 2003 : 50 ) neraca adalah meringkaskan posisi
keuangan suatu perusahaan pada tanggal atau periode tertentu, neraca
tersebut menampilkan sumber daya ekonomis (asset), kewajiban
ekonomis (hutang), modal saham, dan hubungan antar item tersebut.
Sedangakan menurut Munawir (2002 : 39 ) neraca adalah laporan
yang menyajikan smber-sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau
aktiva, kewajiban-kewajibannya atau hutang, dan hak para pemilik
perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau modal
pemilik pada suatu saat tertentu.
Unsur-unsur yang terkandung dalam neraca menurut Hanafi (2003
: 53) yang diklasifikasikan sebagai berikut :
1). Ativa / asset, yang meliputi :
b. Investasi jangka panjang
c. Bangunan, pabrik, dan peralatan
d. Aktiva tak berwujud
e. Aktiva lainnya
2). Hutang
a. Hutang lancar
b. Hutang jangka panjang
c. Hutang lainnya
3). Modal saham
a. Modal saham disetor
(1) Saham nominal
(2) Agio atau capital surplus
b. Laporan Laba / Rugi
Hanafi ( 2003 : 56 ) pengertian laba-rugi adalah meringkaskan
hasil dari kegiatan perusahaan selama periode akuntansi tertentu.
Laporan laba-rugi ini sering dipandang sebagai laporan akuntansi
yang paling penting dalam laporan tahunan, kegiatan perusahaan
selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau
operasional, di samping aktivitas-aktivitas yang sifatnya tidak
rutin dan jarang muncul.
Pengertian laba / rugi menurut Astuti (2004 : 17) adalah
selama periode akuntansi tertentu, yamg umumnya setiap kuartal
atau setiap tahun.
Unsur-unsur yang terdapat dalam laporan laba-rugi, adalah sebagai
berikut :
1). Penghasilan atau pendapatan
2). Hara pokok penjualan
3). Biaya-biaya usaha
4). Penghasilan dan biaya non operating
5). Pos-Pos insidentil, misalnya laba / rugi dari penjualan surat-surat
berharga, koreksi atas laba yang diperoleh.
c. Laporan Aliran Kas
Menurut Hanafi (2003:59-61) pengertian laporan aliran kas adalah
menganalisis aliran kas masuk dan keluar suatu perusahaan dan untuk
melihat efek kas dari kegiatan operasional, investasi, dan pendanaan suatu
perusahaan selama periode tertentu. Metode yang biasa digunakan adalah
metode tidak langsung.
Aliran kas untuk aktivitas investasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1). Penerimaan dari emisi surat berharga (obligasi, saham)
2). Pembayaran deviden
3). Pelunasan hutang atau obligasi
Aliran kas masuk operasi :
(a). Pengumpulan dari pelanggan
(b). Bunga atau deviden yang dikumpulkan
Aliran kas keluar operasi :
(a). Pembayaran ke pemasok (supplier) atau karyawan
(b). Pembayaran bunga
(c). Pembayaran pajak pendapatan
2.3.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Baridwan (2000 : 3) tujuan pelaporan keuangan adalah sebagai
berikut :
1. Berguna bagi investor dan kreditur yang ada dan potensial dan
pemakai lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi,
pemberian kredit dan keputusan lainnya.
2. Dapat membantu investor dan kreditur yang ada dan potensial dan
pemakai lainnya untuk menaksir jumlah, waktu, dan ketidakpastian
dari penerimaan uang di masa yang akan datang yang berasal dari
deviden atau bunga dan dari penerimaan uang yang berasal dari
penjualan, pelunasan,atau jatuh temponya surat-surat berharga atau
pinjaman-pinjaman.
3. Menunjukan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan, klaim
atas sumber-sumber tersebut (kewajiban perusahaan untuk
mentransfer sumber-sumber ke perusahaanlain dan ke pemilik
dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi sumber-sumber dan klaim
atas sumber-sumber tersebut.
2.3.2. Analisis Laporan Keuangan
Sebelum mengadakan analisis terhadap suatu laporan keuangan,
penganalisis harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut.
Penganalisis juga harus mempunyai kemampuan atau kebijaksanaan yang cukup
di dalam mengambil suatu kesimpulan, di samping harus memeperhatikan
perubahan tingkat harga yang terjadi. Agar dapat menganalisis laporan keuangan
perusahaan dengan hasil yang memuaskan, maka perlu mengetahui latar belakang
dari data keuangan tersebut.
Menurut Hanafi, (2003 : 70), beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
analisis laporan keuangan, sebagai berikut :
1. Analisis harus mengidentifikasikan adanya trend-trend tertentu dalam
laporan keuangan .
2. Diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik atau
tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan.
3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan
keuangan dengan hati-hati sangatlah penting. Mencari informasi
sekitar aktivitas perusahaan.
4. Analisis membutuhkan informasi tambahan di luar laporan keuangan.
Analisis laporan keuangan memiliki beberapa keterbatasan, yaitu
1. Data yang dicatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarakan
pada harga perolehan (historical cost).
2. Penyusunan laporan keuangan juga didasarkan pada beberapa alternatif
metode akuntansi, (misalnya metode FIFO, LIFO, dan rata-rata
prsediaan).
3. Upaya perbaikan dapat dilakukan oleh pihak manajemen untuk
memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan terlihat
jelas dan baik.
4. Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak
perusahaan yang bergerak pada bidang usaha (industri). Untuk
perusahaan semacam ini, analisis akan kesulitan memilih
pembandingnya karena perusahaan tersebut bergerak pada beberapa
industri.
5. Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan, terutama
yang berkaitan dengan rekening-rekening jangka panjang seperti
investasi jangka panjang.
6. Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam
industri.
Menurut Sawir, (2005 : 45-46) ada dua metode analisis yang
digunakan oleh setiap penganalisis laporan keuangan, yaitu :
1. Analisis Horisontal (Perbandingan Laporan Keuangan)
Adalah analisis dengan cara membandingkan neraca dan laporan
diperoleh gambaran selama beberapa tahun terskhir apakah telah
terjadi kenaikan atau penurunan.
2. Analisis vertikal (per komponen)
Adalah analisis yang dilakukan dengan jalan menghitung proporsi
po-pos dalam neraca dengan suatu jumlah tertentu dari neraca atau
proporsi dari unsur-unsur tertentu laporan laba / rugi dengan jumlah
tertentu dari laporan laba / rugi.
Adapun teknik-teknik analisis yang biasa digunakan dalam laporan
keuangan menurut Munawir (1997 : 36-37) adalah sebagai berikut :
1. Analisis perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik
analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua
periode atau lebih.
2. Tren atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis), adalah suatu
metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada
keadaan keuangannya, apakh menunjukan tendensi tetap, naik atau
bahkan turun.
3. Laporan keuangan prosentase per komponen atau common size
statement, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase
investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya juga
untuk mengetahui strutur permodalannya dan komposisi perongkosan
4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau
untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode
tertentu.
5. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis),
adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya
jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta
penggunaan uang kas selama periode tertentu.
6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui
hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba / rugi
secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tesebut.
7. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu
perusahaan dari periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode
tersebut.
8. Analisis break-even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan
tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh
keuntungan. Dengan analisis break-even ini juga akan diketahui
berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat
penjualan.
Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemua itu
menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai
tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti
sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan.
Menurut Harahap (2002 : 194) analisa laporan keuangan memiliki
sifat-sifat, antara lain :
1. Fokus laporan adalah adalah laba / rugi, neraca, arus kas yang
merupakan akumulasi transaksi dari kejadian historis, dan penyebab
terjadinya dalam suatu perusahaan.
2. Prediksi, analisa harus mengkaji implikasi kejadian yang sudah
berlalu terhadap dampak dan prospek perkembangan keuangan
perusahaan di masa yang akan datang.
3. Dasar analisa adalah laporan keuangan yang memiliki sifat dan
prinsip tersendiri sehingga hasil analisa sangat tergantung pada
kualitas laporan.
Sedangkan kegunaan analisa laporan keuangan menurut Harahap
(2002 : 195-196) dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada
yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata
(explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan
keuangan.
4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan
komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan
informasi yamg diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan
model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk
prediksi, peningkatan (rating).
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil
keputusan.
7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria
tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain
dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau
standar ideal.
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami
perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan,
dan sebagainya.
10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami
2.4. Analisis Rasio Keuangan
2.4.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Perencanaan adalah kunci kesuksesan bagi manajer keuangan. Rencana
keuangan mungkin mempunyai bermacam-macam bentuk, tetapi suatu rencana
yang baik harus dihubungkan dengan kekuatan dan kelemahan perusahaan. Oleh
karena itu rencana tersebut harus dimulai dari analisis keuangan pada perusahaan.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa
rasio yang akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada
penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan rasio
perbandingan yang digunakan secara standart (Munawir, 1997 : 64).
Rasio keuangan merupakan alat utama dalam analisis keuangan, karena
analisis ini dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan
keuangan perusahaan (Muslich, 2003 : 44).Rasio keuangan dihitung berdasarkan
atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan laba / rugi saja, atau
pada neraca dan laba / rugi. Setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio
tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu (Husnan, 1998 : 560).
Analisis rasio keuangan, menghubungkan unsur-unsur neraca dan
perhitungan laba / rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran
juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan
investor dan memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana
dapat diperoleh (Sawir, 2005 : 6).
Penganalisis keuangan dalam mengadakan analisis keuangan pada
dasarnya dapat dilakukan dengan cara perbandingan, menurut Munawir (2002 :
83), yaitu :
1. Analisis Time Series
Adalah analisa rasio keuangan untuk beberapa periode sehingga
akan terlihat prestasi perusahaan tersebut akan cenderung meningkat,
menurun atau cenderung konstan dalam beberapa periode tersebut.
2. Analisis Cross Section
Adalah analisa rasio keuangan dengan membandingkan antar
informasi atau data untuk satu periode, kemudian hasilnya
dibandingkan dengan rasio pembanding antara lain rasio pada
perusahaan sejenis atau rasio rata-rata industri.
2.4.1.1. Keunggulan Dan Keterbatasan Analisa Rasio Keuangan
Analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya.
Keunggulan tersebut seperti diuraikan oleh Harahap (2002 : 298), yaitu :
1. Rasio merupakan angka-angka dan ikhtisar statistik yang lebih
mudah dibaca dan ditafsirkan.
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model
pengambilan keputusan dan model prediksi.
5. Menstandarisir ukuran perusahaan.
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan
lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau
time series.
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di
masa yang akan datang.
Di samping keunggulan yamg dimiliki analisis rasio ini, teknik ini juga
memiliki beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya.
Adapun keterbatasan analisis rasio menurut Harahap (2002 : 298-299),
antara lain :
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan analisis seperti :
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak
mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias
atau subyektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio
adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi
bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan
menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4. Jika data yang tersedia tidak sinkron maka akan kesulitan dalam
menghitung rasio.
5. Jika dua atau lebih perusahaan dibandingkan teknik dan metode
yang digunakan berbeda maka perbandingan dapat menimbulkan
kesalahan.
2.4.1.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio itu banyak sekali
karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis. Apabila dilihat dari
sumbernya dimana rasio itu dibuat, maka rasio-rasio dapat digolonkan menjadi
enam jenis menurut (Copeland dan Weston, 1999 : 225), yaitu :
1. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh
tempo.
2. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur hingga sejauh mana
perusahaan dibiayai oleh hutang.
3. Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif
4. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur aktivitas
manajemen yang diyunjukkan oleh laba yang dihasilkan oleh
penjualan dan investasi perusahaan.
5. Rasio Pertumbuhan, adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memepertahankan posisi ekonominya di dalam
pertumbuhan ekonomi dan industri.
6. Rasio Penilaian, adalah rasio uang mengukur kemampuan
manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang malampui
pengeluaran biaya investasi.
Sedangkan menurut Riyanto (1997 : 330) rasio dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yaitu rasio-rasio yang
disusun dari data yang bersumber atau yang berasal dari neraca.
2. Rasio-rasio laporan laba / rugi (income statement ratios), yaitu rasio
yang disusun dari data yang berasal dari laporan laba / rugi.
3. Rasio-rasio antar laporan (intern statement ratios), yaitu rasio-rasio
yamg disusun dari data yang berasal dari neraca dan data yang
berasal dari laporan laba / rugi.
2.5. Free Cash Flow
2.5.1. Pengertian Free Cash Flow
Jensen (1986) mendefinisikan free cash flow adalah aliran kas yang
merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present
Free cash flow ini lah yang sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan
kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Ketika free cash flow tersedia,
manajer disinyalir akan menghamburkan free cash flow tersebut sehingga terjadi
inefisiensi dalam perusahaan atau akan menginvestasikan free cash flow dengan
return yang kecil (Smith & Kim, 1994). White et al (2003) mendefinisikan free
cash flow sebagai aliran kas diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Free cash
flow adalah kas dari aktivitas operasi dikurangi capital expenditures yang
dibelanjakan perusahaan untuk memenuhi kapasitas produksi saat ini. Free cash
flow dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi dan
pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan (growth-oriented),
pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham baik dalam bentuk
dividen.
Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka
semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk
pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen. Ross et al (2000) mendefinisikan
free cash flow sebagai kas perusahaan yang dapat didistribusi kepada kreditur atau
pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja (working capital) atau
investasi pada aset tetap. Free cash flow menunjukkan gambaran bagi investor
bahwa dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar “strategi”
menyiasati pasar dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan. Bagi perusahaan
yang melakukan pengeluaran modal, free cash flow akan mencerminkan dengan
jelas mengenai perusahaan manakah yang masih mempunyai kemampuan di masa
mempunyai kandungan informasi bila free cash flow memberi signal bagi
pemegang saham. Dapat dikatakan pula bahwa free cash flow yang mempunyai
kandungan informasi menunjukkan bahwa free cash flow mampu mempengaruhi
hubungan antara rasio pembayaran dividen dan pengeluaran modal dengan
earnings response coefficients (Uyara dan Tuasikal, 2003).
2.6. Dividen
2.6.1. Pengertian Dividen
Menurut Gitman (2003) dividen kas yang dibayarkan merupakan penilaian
investor atas suatu saham. Dividen kas mencerminkan arus kas kepada pemegang
saham dan menginformasikan kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang.
Karena retained earnings (saldo laba) adalah salah satu bentuk pendanaan
internal, maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi kebutuhan
pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividen kas
yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaan
eksternal yang dibutuhkan melalui pinjaman hutang atau penjualan saham.
Pendefinisian dividen yang senada diungkapkan oleh Ross et al (1999),
Ross menyatakan bahwa dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan
oleh perusahaan kepada para pemiliknya, baik dalam bentuk kas maupun saham.
Dividen dikatakan juga sebagai “komponen pendapatan” dari return investasi
pada saham.
2.6.1.1. Teori Kebijakan Dividen
Dividen merupakan adalah pembayaran dari perusahaan kepada para
kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan,
berupa penentuan besarnya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba
yang ditahan untuk kepentingan perusahaan (Sutrisno, 2001). Dalam banyak hal,
dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah pertimbangan
investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya, sehingga timbul the residual
value theory of dividend. Disamping itu, ada juga yang mempertimbangkan
pembagian dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan.
Gitman (2003) memberikan definisi kebijakan dividen sebagai suatu
perencanaan tindakan perusahaan yang harus dituruti ketika keputusan dividen
harus dibuat. Sedangkan Lee dan Finerty (1990) mengartikan kebijakan dividen
sebagai suatu keputusan perusahaan apakah akan membagikan earnings yang
dihasilkan kepada para pemegang saham atau akan menahan earnings untuk
kegiatan reinvestasi dalam perusahaan.
Dengan demikian, kebijakan dividen merupakan penggunaan laba bersih
setelah pajak yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa besar
bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiaya investasi perusahaan.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba yang diperolehnya dalam
bentuk dividen, maka akan mengurangi retained earnings dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih
untuk menahan laba yang diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana
internal akan semakin besar.
Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang
mendatang sehingga dapat memaksimumkan harga saham perusahaan. Berikut ini
adalah pemaparan mengenai beberapa teori kebijakan dividen:
1. Hipotesis Kontrak
Konsep dasar hipotesis kontrak digambarkan oleh Myers (1977, dalam Smith
& Watts 1992) sebagai berikut: IOS perusahaan merupakan call option (hak
untuk melakukan pembelian atau investasi di masa mendatang pada tingkat
harga tertentu) yang nilainya bergantung pada kecenderungan bahwa
manajemen akan melaksanakan kesempatan tersebut. Jika perusahaan
memiliki hutang yang berisiko tinggi dan dengan hutang tersebut
perusahaan melaksanakan pilihan untuk menjalankan proyek yang
memiliki net present value positif, maka akan terdapat kemungkinan
terjadinya penurunan nilai perusahaan.
Hubungan antara kebijakan investasi dan dividen dapat diidentifikasi
melalui arus kas perusahaan, yaitu semakin besar jumlah investasi
dalam satu periode tertentu, akan semakin kecil dividen yang
diberikan. Dengan demikian perusahaan yang bertumbuh (aktif
melakukan kegiatan investasi) diidentifikasi sebagai perusahaan yang
free cash flownya rendah (Jensen, 1986 dalam Smith dan Watts 1992)
dengan pembayaran dividen yang rendah pula. Argumentasi mengenai
hipotesis kontrak adalah new issue market merupakan salah satu cara
menurunkan biaya agensi, karena berarti terjadi peningkatan
pengawasan terhadap manajer oleh pemegang saham yang jumlahnya
menjadi lebih banyak atau hak kontrol yang lebih besar bagi pemegang
pertumbuhan yang rendah akan segan atau jarang melakukan new issue
market. Salah satu cara mempertahankan nilai modal saham yang ada
adalah dengan membayar dividen lebih tinggi (Rozef 1982 dan
Easterbrook 1984, dalam Smith & Watts 1992).
2. Hipotesis Pecking Order
Hipotesis Pecking Order yang dikemukakan oleh Myers & Majluf
(1984) di dalam Hartono (1999) menyatakan bahwa perusahaan yang
profitable memiliki dorongan untuk membayar dividen relatif rendah
dalam rangka memiliki dana internal lebih banyak untuk membiayai
proyek-proyek investasinya. Bahkan bagi perusahaan bertumbuh,
peningkatan dividen dapat menjadi berita buruk (bad news) karena diduga
perusahaan telah mengurangi rencana investasinya (Kalay 1982, dalam
Hartono 1999).
3. Hipotesis Sinyal
Hipotesis sinyal yang dikemukakan oleh Miller & Rock (1985) di
dalam Hartono (1999) menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas
tinggi akan membayar dividen lebih tinggi. Jika sinyal meningkat karena
adanya disparitas informasi antara manajer dengan investor, maka
perusahaan yang memiliki disparitas informasi besar yang biasanya
merupakan perusahaan yang memiliki pilihan pertumbuhan yang kecil
akan membayarkan dividen lebih tinggi (hubungan negatif) sebagai sinyal
4. Residual Dividend policy
Kebijakan ini menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan
merupakan sisa dari laba perusahaan setelah dikurangkan dengan yang
dibayarkan untuk membiayai perencanaan modal perusahaan (Weston dan
Brigham, 1993). Artinya, perusahaan membayarkan dividen hanya jika
terdapat kelebihan dana atas laba perusahaan yang digunakan untuk
membiayai proyek yang telah direncanakan. Dasar dari kebijakan ini
adalah bahwa investor lebih menyukai perusahaan menahan dan
menginvestasikan kembali laba daripada membagikannya dalam bentuk
dividen apabila laba yang diinvestasikan kembali tersebut dapat
menghasilkan return yang lebih tinggi daripada return rata rata yang dapat
dihasilkan investor dari investasi lain dengan risiko yang sebanding.
2.6.1.2. Dividend Payout Ratio
Free Cash Flow didefinisikan oleh Jensen (1986) sebagai kelebihan dana
kas setelah dipakai untuk mendanai seluruh proyek yang memberikan net present
value positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan.
Pengertian senada diungkapkan oleh Brown (1996) yang mendefinisikan aliran
kas bebas sebagai cash flow yang dihasilkan dari operasi bisnis yang sedang
berjalan dan tersedia untuk didistribusikan kembali kepada pemegang saham
tanpa mempengaruhi tingkat pertumbuhan perusahaan saat ini.
Dividend Payout Ratio merupakan indikasi atas persentase jumlah
pendapatan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang
ditentukan perusahaan untuk membayar dividen kepada para pemegang saham
setiap tahun, penentuan DPR berdasarkan besar kecilnya laba setelah pajak.
Dividend Payout Ratio =
share Earningper
rshare Dividendpe
Definisi Dividend Payout Ratio menurut Van Horne & Machowicz Jr.
(1998:483) Dividend Payout Ratio adalah: “Annual cash dividends divided by
annual earnings; or alternatively Dividend per Share divided by Earning per
Share. The ratio indicates the percentage of a company’s earnings that’s paid out
to shareholder in cash.” Jadi, Dividend Payout Ratio merupakan persentase
dividen tunai yang dibayarkan dibagi laba tahun berjalan. Dividen merupakan arus
kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, akan mempengaruhi
besarnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Kas yang
benar-benar tersedia bagi para pemegang saham adalah suatu free cash flow.
2.7. Profitabilitas
2.7.1. Pengertian Profitabilitas
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan
operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis
fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga
merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek
perusahaan di masa yang akan datang. Dari sini permasalahannya menyangkut
efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih
seperti yang tercatat dalam neraca. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba
digunakan untuk menghasilkan laba. Hubungan seperti itu merupakan salah satu
analisis yang memberikan gambaran lebih, walaupun sifat dan waktu dari nilai
yang ditetapkan pada neraca cenderung menyimpangkan hasilnya. Bentuk paling
mudah dari analisis. Profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan
bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca.
Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana
masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva
dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan
seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya
dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik
perusahaan Profitabilitas adalah keuntungan bersih yang mampu diraih oleh
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu ukuran return on investment (ROI). Analisa ROI dalam
analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu tehnik
analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komperehensif). ROI merupakan
salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan
dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (Munawir 2000:89). Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap
kebijakan deviden karena deviden adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh
perusahaan, oleh karena itu deviden akan dibagikan apabila perusahaan
Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah
keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu
bunga dan pajak. Oleh karena itu deviden yang diambilkan dari keuntungan bersih
akan mempengaruhi devidend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar
keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai
deviden (Sudarsi 2002:79).
Profitability adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitability dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan rasio Return On Investment, yang merupakan ukuran
efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
aktiva yang dimilikinya. PR atau ROI dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROI =
s TotalAsset
ertax Earningaft
…………. Satria (1994:51)
2.8. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Dividen Payout Ratio
Posisi kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham akan
tergambar pada free cash flow yang dimiliki oleh perusahaan Free Cash Flow
(aliran kas bebas) menggambarkan tingkat fleksibilitas keuangan perusahaan.
Jensen (1986) Perusahaan dengan aliran kas bebas berlebih akan memiliki kinerja
yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena mereka dapat
memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat
diperoleh perusahaan lain. Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa diduga
lebih survive dalam situasi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas negatif berarti
perusahaan sehingga memerlukan tambahan dana eksternal baik dalam bentuk
hutang maupun penerbitan saham baru.
Berbagai kondisi perusahaan dapat mempengaruhi nilai aliran kas bebas,
misalnya bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dengan tingkat
pertumbuhan rendah maka aliran kas bebas ini seharusnya didistribusikan kepada
pemegang saham, tetapi bila perusahaan memiliki aliran kas bebas tinggi dan
pertumbuhan tinggi maka aliran kas bebas ini dapat ditahan sementara dan bisa
dimanfaatkan untuk investasi pada periode mendatang.
2.8.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Dividen Payout Ratio
Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan deviden karena
deviden adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena
itu deviden akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan.
Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan
setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan
pajak. Oleh karena itu deviden yang diambilkan dari keuntungan bersih akan
mempengaruhi devidend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar
keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai
deviden (Sudarsi, 2002:79). Bahwa dapat ditarik suatu kesimpu