• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN TAUWA KACANG HIJAU DENGAN PENGGUMPAL GLUCONO DELTA LACTONE (GDL).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBUATAN TAUWA KACANG HIJAU DENGAN PENGGUMPAL GLUCONO DELTA LACTONE (GDL)."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh : IWAN FERDIANA

NPM : 0333010054

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM SURABAYA

(2)

PEMBUATAN TAUWA KACANG HIJAU DENGAN

PENGGUMPAL GLUCONO DELTA LACTONE (GDL)

Proposal Penelitian

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat Guna Mencapai

Gelar Sarjana Teknologi Pangan

Oleh : IWAN FERDIANA

NPM : 0333010054

PROGDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PEMBUATAN TAUWA KACANG HIJAU DENGAN PENGGUMPAL GLUCONO DELTA

LACTONE (GDL) ”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan pada Jurusan Teknologi Pangan di Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, untuk meraih gelar Sarjana (S1) Teknologi Pangan.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan, dukungan serta motivasi dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

(4)

3. Dra. Jariyah MP, selaku dosen pembimbing I, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan pada penyusun dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ir. Titi Susilowati, MT, selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan pada penyusun dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ir. Sri Winarti, MP, , selaku dosen Penguji seminar proposal dan hasil, yang telah memberikan saran dan kritik pada penyusun

6. Rosida, STP, MP, selaku dosen wali.

7. Pak Samingan, mas Taufik, yang telah banyak membantu selama di laboratorium.

8. Bapak, Ibu, dan Adiku serta semua keluargaku yang telah membantu dalam segala hal, mendukung dan mendo’akan dalam kelancaran penyusunan skripsi. 9. Keluarga Besar Mahapala, teman-teman angkatan 2003 dan adik kelas, terima

kasih untuk suport dan bantuannya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan karena terbatasnya pengetahuan penyusun, untuk itu dengan segala kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk pembaca dan seluruh pihak yang membutuhkan.

Surabaya, Desember , 2009

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………. iii

DAFTAR TABEL………. vi

DAFTAR GAMBAR……… vii

DAFTAR LAMPIRAN……… viii

INTISARI……….. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……… 1

B. Tujuan………. 3

C. Manfaat………... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau……….………. 4

B. Protein...………... 6

C. Denaturasi Protein…..………. 7

D. pH Isoelektrik………...………. 8

E. GDL...……… 9

F. Tauwa... 10

G. Analisis Keputusan………. 13

(6)

I. Landasan Teori……… 17

J. Hipotesis……….. 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan………. 22

B. Bahan……….. 22

C. Alat………. 22

D. Rancangan Percobaan………. 23

E. Parameter……… 26

F. Prosedur Penelitian………. 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Bahan Baku ……… 30

B. Hasil pH awal susu Kacang hijau…..………. 30

C. Hasil Tauwa susu Kacang Hijau 1. pH Penggumpala susu Kacang Hijau……….. 31

2. Randemen………. 33

3. Sineresis...……… 35

4. Kadar Protein...………... 38

D. Hasil Uji Organoleptik 1. Rasa………... 39

2. Aroma……….... 41

3. Tekstur……… 42

E. Analisis Keputusan……….. 43

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………... 50 B. Saran………... 50 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Perbandingan Antara Kadar Protein Kacang Hijau

Dengan beberapa Bahan Makanan lain………...… 5 Tabel 2. Kandungan unsur gizi pada kacang hijau………..……… 6 Tabel 3. pH Susu kacang hijau………..…………...….. 30 Tabel 4. Rerata pH penggumpalan tauwa kacang hijau dari perlakuan

Penambahan air dan konsentrasi GDL ..…………..………….. 31 Tabel 5. Rerata nilai randeman tauwa kacang hijau penambahan air dan

konsentrasi GDL ……… 33 Tabel 6. Rerata nilai sineresis tauwa kacang hijau dari perlakuan

Penambahan air dan konsentrasi GDL...……….. 35 Tabel 7. Rerata kadar protein tauwa kacang hijau pengaruh perlakuan

penambahan air...……….……….. 38 Tabel 8. Rerata kadar protein tauwa kacang hijau pengaruh perlakuan

Konsentrasi GDL... ……….. 39 Tabel 9. Nilai rata-rata uji Rangking Rasa Tauwa Kacang Hijau

dengan perlakuan Penambahan air dan konsentrasi GDL...…. 40 Tabel 10. Nilai rata-rata uji Rangking Aroma Tauwa Kacang Hijau

dengan perlakuan Penambahan air dan konsentrasi GDL... 41 Tabel 11. Nilai rata-rata uji Skoring Tekstur Tauwa Kacang Hijau

dengan perlakuan Penambahan air dan konsentrasi GDL... 42 Tabel 11. Hasil analisis keseluruhan pada produk Tauwa Kacang

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Mekanisme pH isoelektris...……….... 9

Gambar 2. Pembentukan GDL...……….... 10

Gambar 3. Struktur Kimia Glucono Delta Lactone (GDL)……...……..…. 11

Gambar 4. Diagram Alir pembuatn Curd……...……..…. 13

Gambar 5. Skema pH asam amino...……...……..…. 19

Gambar 6. Reaksi kiamia pengaruh asam ...……...……..…. 20

Gambar 7. Diagram Alir pembutan larutan penggumpal...…....…. 27

Gambar 8. Diagram Alir pembutan Tauwa...……..…. 29

Gambar 9. Hubungan perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL terhadap pH tauwa kacang hijau …...…... 32

Gambar 10. Hubungan perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL terhadap randeman tauwa kacang hijau... 35

Gambar 11. Hubungan perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL terhadap sineresis tauwa kacang hijau... 36

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Prosedur analisis……… 51 Lampiran 2. Lembar kuisioner uji organoleptik……… 53 Lampiran 3. Data hasil pengamatan dan analisis pH

penggumpalan tauwa kacang hijau………...…… 54 Lampiran 4. Data hasil pengamatan dan randeman tauwa kacang

hijau………...…… 56 Lampiran 5. Data hasil pengamatan dan analisis sineresis tauwa

kacang hijau………...…… 58 Lampiran 6. Data hasil pengamatan dan analisis Kadar Protein

tauwa kacang hijau………...…... 60 Lampiran 7. Data hasil Uji Organolepti rasa (Metode Hedonik)

tauwa kacang hijau ………...…... 62 Lampiran 8. Data hasil Uji Organolepti aroma (Metode Hedonik)

tauwa kacang hijau………...…... 64 Lampiran 9. Data hasil Uji Organolepti Tekstur (Skoring)

tauwa kacang hijau ………...…... 66 Lampiran 11. Perhitungan Net Percen Value (NPV) dan

(11)

PEMBUATAN TAUWA KACANG HIJAU DENGAN

PENGGUMPAL

GLUCONO DELTA LACTONE

(GDL

IWAN FERDIANA NPM : 0333010054

INTISARI

Tauwa merupakan minuman yang dibuat dari susu kedelai dari proses penggumpalan protein kedelai. Penelitian ini merupkan pengembangan pembuatan tauwa yang menggunakan bahan baku kacang hijau dengan penggumpal Glucono Delta Lactone (GDL). Permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan tauwa kacang hijau adalah ketepatan penambahan air dan konsentrasi GDL. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan kacang hijau : air dan konsentrasi GDL terhadap kualitas tauwa kacang hijau yang dihsilkan.

Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor pertama : Penambahan air pembautan susu kacang hijau ( 300 ml; 450 ml; dan 600 ml) dan faktor kedua : konsentrsi GDL (2%b/bb, 3%b/bb dan 4%b/bb). Data yang diperoleh diuji dengan Anova dan apabila terdapat beda nyata antar perlakuan, maka dilajutkan dengan uji Duncan.

Hasil penelitian menunjukan perlakuan yang terbaik adalah perlakuan dengan perbandingan kacang hijau dengan air 600 ml dan konsentrasi GDL 3 %. Perlakuan tersebut menghasilkan tauwa kacang hijau dengan pH penggumpalan 4,65 rendemen 296,0818 % sineresis 0,2115 g/j kadar protein 6,1187% tingkat kesukaan rasa 144,5(sangat suka), aroma 142 (sangat suka) dan skor tekstur 82.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(13)

mengkonsumsi makanan dari kacang hijau kebutuhan gizi akan protein dapat terpenuhi. Dari hasil penelitian Santosa, (2003) telah dibuat tauwa dengan bahan baku kedelai dengan proporsi kacang hijau dan penambahan tapioka dengan menggunakan penggumpal CaSO4.

Penggunaan penggumpal CaSO4 akan meninggalkan residu sulfat yang dapat menbahayakan konsumen, yaitu dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan (Saputra,2009), sedangkan unsur Ca dapat menyebabkan ganggun batu ginajal pada saluran kencing (Djoko, 2003). Dari hal tersebut kami mengunnakan GDL sebagai bahan penggumpal. Menurut Jungbunzlaur (2008), GDL meurupakan bahan alami berupa glucono acid dalam bentuk kristal tidak menimbulkan efek terhadap kesehatan dapat digunakan sebagai penggumpalkan protein pada proses pembuatan tahu.

(14)

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka perlu adanya penelitian penggunaan GDL sebagai penggumpal dan konsentrasi susu kacang hijau terhadap mutu tauwa kacang hijau yang di hasilkan.

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan air dan konsentrasi GDL terhadap kualitas tauwa.

2. Untuk mengetahui perlakuan terbaik kombinasi penambahan air dan konsentrasi GDL terhadap tauwa kacang hijau yang dihasilkan.

C. Manfaat

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pembuatan tauwa dari bahan baku kacang hijau dan penggumpal GDL

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

B. KACANG HIJAU

Kacang hijau (Mungbean) merupakan tanaman yang mempunyai potensi

pasar yang cukup menjanjikan karena masih dapat dikembangkan lebih lanjut.

Kacang hijau merupakan sumber protein, karbohidrat, vitamin dan mineral yang

penting bagi manusia serta mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi

(Andrianto,2004) .

Menurut Siswono (2004), protein kacang hijau kaya akan asam amino

leusin, arginin, isoleusin, valin dan lisin. Kualitas protein kacang hijau seperti

halnya kacang-kacangan yang lain dibatasi oleh kandungan asam amino bersulfur

seperti metionin dan sistein. Kendati demikian, dibandingkan jenis kacang

lainnya, kandungan metionin dan sistein pada kacang hijau masih relatif lebih

tinggi. Keseimbangan asam amino pada kacang hijau mirip dan sebanding dengan

kedelai. Kandungan lemak dalam kacang hijau relatif sedikit (1-1,2 persen).

Keadaan ini menguntungkan, sebab dengan kandungan lemak yang rendah,

kacang hijau dapat disimpan lebih lama dibandingkan kacang-kacangan lainnya.

Lemak kacang hijau sebagian besar tersusun atas asam lemak tidak jenuh oleat

(20,8 persen), linoleat (16,3 persen) dan linolenat (37,5 persen). Linoleat dan

linolenat merupakan asam lemak esensial yang sangat diperlukan bagi

(16)

Kacang hijau juga mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk

tubuh manusia. Mineral seperti kalsium, fosfor, besi, natrium dan kalium banyak

terdapat pada kacang hijau. Kalsium banyak terdapat pada bagian kulit biji, diikuti

bagian lembaga dan paling sedikit pada bagian kotiledon. Sebaliknya fosfor

banyak terdapat pada bagian lembaga. Zat besi paling banyak terdapat pada

bagian embrio dan kulit biji. Vitamin yang paling banyak terkandung pada

kacang hijau adalah thiamin (B1), riboflavin (B2) dan niasin (B3). Protein kacang

hijau kaya akan asam amino lisin (Kosman, 2007). Perbandingan antara kadar

protein kacang hijau den beberapa bahan makanan lain dapat

dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Perbandingan antara kadar protein kacang hijau dengan beberapa bahan makanan lain

No Bahan Makanan Protein (% berat) Sumber : Hartinah S, dkk. (2000)

Vitamin yang menonjol pada kacang hijau adalah B1 . Pada 100 gr biji

kacang hijau mengandung 150 – 400 I.U. (Internasional Unit) . Menurut Seran

dan Masniah, (2005), kacang hijau mempunyai kandungan vitamin dan asam

aimino yang tinggi dalam bahan sangat dibutuhkan oleh tubuh. kandungan unsur

(17)

Tabel 2. Kandungan unsur gizi pada kacang hijau Sumber : Adrianto, 2005.

B. PROTEIN

Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh,

dapat berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga sebagai zat pembangun dan

pengatur. Asam amino penyusun protein sangat bervariasi, hal ini menyebabkan

protein sangat bervariasi. Protein yang banyak mengandung asam amino (yang

bersifat asam) seperti glutamat atau aspartat, protein tersebut mempunyai titik

isoelektrik rendah, sebaliknya jika mengandung asam amino yang bersifat basa

seperti garam netral misalnya magnesium atau kalsium titik isoelektriknya

berubah dari semula (Suhardi, 1988).

Menurut Suhardi (1988) dan Fennema (1985). Protein sering mengalami

perubahan sifat setelah mengalami perlakuan tertentu, meskipun sangat ringan dan

belum mengakibatkan pemecahan ikatan kovalen (peptida). Protein yang

mengalami denaturasi akan memberikan berbagai perubahan dalam beberapa hal

yaitu :

(18)

2. Penurunan kelarutan

3. Aktifitas biologis sebagai enzim turun atau hilang sama sekali

4. Kristalisasi tidak mungkin terjadi

5. Viskositas naik

6. Rotasi larutan protein meningkat.

a. Denaturasi Perotein

Denaturasi adalah perubahan struktur protein dimana pada keadaan

terdenaturasi penuh, hanya struktur primer protein saja yang tersisa, protein tidak

lagi memiliki struktur sekunder, tersier dan quarter (Sugiran, 2007)

.Menurut Suhardi (1988), denaturasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor

yaitu bahan, pH, garam dan pengaruh permukaan. Proses denaturasi dapat

menyebabkan flokulasi protein tetapi dapat juga mengakibatkan terbentuknya gel.

Denaturasi dan koagulasi protein merupakan aspek kestabilan bahan yang dapat

berkaitan dengan susunan dan urutan asam amino dalam.

Pemanasan adalah penyebab terjadinya denaturasi secara umum,

keberhasilan denaturasi dengan pemasan dipengaruhi oleh berbagai faktor :

konsentrasi protein, pH, dan kekuatan ion (Fennema, 1985). Menurut Syamsir

(2009), Koagulan adalah bahan yang digunakan untuk mendenaturasi protein

didalam susu kedelai sehingga dihasilkan curd (gumpalan tahu). Jenis koagulan

yang digunakan antara lain kalsium/magnesium-klorida; kalsium sulfat;

glukano-D-laktone; dan koagulan asam (asam laktat, asam asetat).

Kalsium/magnesium-klorida akan menghasilkan tahu dengan flavor sangat baik; pembentukan curd

(19)

tekstur tahu cenderung kasar. Kalsium sulfat merupakan koagulan yang paling

umum digunakan. Koagulan ini kelarutannya didalam air lambat sehingga

pembentukan curd juga berlangsung lambat. Daya ikat airnya tinggi, sehingga

rendemen tahu yang dihasilkan akan lebih banyak daripada Ca/Mg-klorida dan

tekstur tahunya halus. Glucano-D-laktone merupakan koagulan asam, memiliki

daya ikat air yang tinggi, dan membentuk tahu dengan tekstur seperti gel dan

flavor sedikit asam. Koagulan ini biasa digunakan untuk membuat tahu sutra.

Sementara itu, koagulan asam (asam laktat, asam asetat) memberikan rendemen

yang rendah, dengan tekstur tahu yang rapuh (mudah hancur) dan flavor agak

asam.

b. pH Isoelektris

Titik isoelektrik adalah pH larutan asam amino (protein) dimana molekul

tidak menunjukkan tidak adanya perpindahan medan listrik. Pada keadaan

tersebut kelarutan asam amino paling rendah. Pada protein yang banyak

mengandung asam amino (yang bersifat asam) seperti glutamat atau aspartat,

protein mempunyai titik isoelektrik rendah sebaliknya jika mengandung asam

amino yang bersifat basa misalnya magnesium atau kalsium titik isoelektrik

tinggi (Suhardi,1989).

Secara kimia dapat dikatakan bahwa proses pembuatan tahu adalah

pengendapan protein yang terdapat dalam sari kedelai pada titik

Isoelektris.(SII,1990 dalam Mryam 2007). Menurut Suhardi, (1988). muatan

listrik mempengaruhi kelarutan protein, pada pH selain pada titik isoelektriknya

(20)

muatan antar molekul mengecil dan akhirnya sangat kecil, molekul-molekul

saling berdampingan, menbentuk agregat dan mengendap. Sifat kelarutan protein

dalam air dipengaruhi oleh ikatan hidrogen dalam air dangan protein, pH

lingkungan di luar pH isoelektrik.

Protein akan mengalami kekeruhan terbesar pada saat mencapai pH

isoelektris yaitu pH dimana protein memiliki muatan positif dan negatif yang

sama, pada saat inilah protein mengalami denaturasi yang ditandai kekeruhan

meningkat dan timbulnya gumpalan. (Poejiadi,1994). Gambar 1. mekanisme pH

isoelektris

Gambar 1. Mekanisme pH isoelektris (Subagio,2002).

C. GDL (Glucano Delta Lactone)

Menurut Obatolu, (2006). Tahu adalah curd yang berasal dari susu kedelai

dengan penggumpal mengunakan suatu garam (CaCl2 atau CaSO4) atau suatu

asam (glucano delta lactone). Penggumpal dapat memproduksi gel protein susu

kedelai. dengan air terikat, lemak kedelai dan pendukung dalam susunan curd.

(21)

Glucono delta lactone adalah hasil kristalisasi dari glucano acid. Untuk

keperluan tertentu GDL digunakan untuk mengontrol pH. GDL merupakan

molekul yang tersusun atas C6H10O6 dengan berat melekul 178,15 g/mol. Tahu

sutera merupakan susu kedelai yang diproduksi dengan GDL. Menurut Sarwono,

(2004). GDL merupakan bahan penggumpal yang dapat dicampurkan ke dalam

sari kedelai dingin dengan jumlah sedikit, kemudian dapat dimasukan dalam

wadah dan ditutup rapat kemudian dicelupkan dalam air bersuhu 85o – 95oC selama 30 – 50 menit. Pengaruh panas akan mengaktifkan lactone sehingga

terbentuk tahu yang bagus tanpa harus memisahkan air tahu. Dibawah ini adalah

proses terbentuknya GDL pada gambar 1 dan struktur kimia GDL pada gambar 2.

Gambar 2. Pembentukan GDL, Jungbunzlauer, (2008).

Gambar 3. Struktur kimia Glucano delta lactone (GDL) , Jungbunzlauer, (2008). 1/2O2 -H2O

(22)

D. TAUWA

Tauwa (tahwa) merupakan minuman yang dibuat dari susu kedelai

(Novie, 2009). Tauwa terbentuk dari proses pengumpalan protein kedelai berupa

gel (puding) . Faktor yang mempengaruhi pembuatan tauwa adalah proses

penggumpalan ekstrak protein susu kacang hijau. Tauwa merupakan curd yang

terbentuk dari hasil pencampuran antara penggumpal dengan ekstrak susu kacang

hijau

Menurut Susilowati (1989). pada prinsipnya cara pembuatan tahu sutera

sama dengan pembuatan tahu biasa. Perbedaannya, pada pembuatan tahu sutera

bahan penggumpal yang digunakan adalah GDL dengan konsentrasi sangat rendah

yaitu 0,2 – 0,3 persen dari jumlah susu kedelai yang digunakan. Tahu sutera

merupakan hasil penggumpalan (curd) yang tidak mengalami pengepresan dan

pemisahan cairan.

Menurut Koswara (1992). proses pembuatan curd susu kedelai dari hasil

reaksi dengan penggumpal CaSO4

1. Timbang biji kedelai bersih. Rendam dalam air 8 - 12 jam , selama

perendaman air diganti-ganti

2. Atuskan biji kedelai, larutkan dengan 8-10 berat kedelai dalam blender

selama 5 menit dengan kecepatan tinggi

3. Bubur kedelai disaring dan filtratnya dimasak

4. Penggumpalan dilakukan dengan penambahan CaSO4

(23)

Pada penelitian ini yang akan digunakan sebagai acuan adalah penggunaan

CaSO4 pada produk tahu untuk memperoleh Curd pada Gambar 4. diagram alir

pembuatan curd.

Gambar 4. Diagram alir pembuatan Curd, (Koswara, 1992). Sortasi Kedelai

Perendaman 8 – 12 jam

Pencucian Pengupasan

Penggilingan dengan air panas 80 -100oC ;air : kedelai = 8-10 :1

Bubur kedelai

Penyaringan

Filtrat Sortasi Kedelai

Curd Ampas tahu

Pendidihan 30 menit

(24)

F. ANALISA KEPUTUSAN

Analisis keputusan pada dasarnya adalah satu prosedur yang logis dan

kuantitatif yang tidak hanya menerangkan mengenai pengambilan keputusan

tetapi juga merupakan suatu cara untuk membuat keputusan (Susanto dan saneto,

1994).

Analisis keputusan adalah untuk memilih alternatif terbaik yang dilakukan

antara aspek kualitas, aspek kuantitas dan aspek finansial dan produk tauwa yang

dihasilkan dari kombinasi setiap perlakuan.

G. ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL

Data yang diperoleh dari analisis mutu kemudian diuji dengan

analisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan-perlakuan terhadap

tauwa yang dihasilkan. Data sekunder berupa harga-harga baik bahan baku

maupun produk tauwa. Analisis finansial yang dilakukan meliputi :

analisis nilai uang dengan metode Break Event Point (BEP),

Net Present Value (NPV), Rate of Return dengan metode Internal Rate of Return

dan Payback Periode (PP)

(Susanto dan Saneto, 1994).

1. Break Event Point (BEP) (Pujawan, 2002)

Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana pada tingkat

penjualan tertentu perusahaan tidak memperoleh keuntungan atau mengalami

(25)

FC

BEP = ……….….( 1 )

P - VC

Keterangan :

P : Produk pulang/pokok

FC : Biaya tetap

VC : Baya tidak tetap per satuan produk

Rumus untuk mencari titik impas adalah sebagai berikut  Biaya titik impas

Biaya tetap

BEP = ……….( 2 )

1 – ( biaya tidak tetap / pendapatan)

Presentase

Titik Impas :

BEP (Rp)

BEP (%) = X 100 ...( 3) Pendapatan

Kapasitas titik Impas

Kapasitas titik impas adalah jumlah produksi yang harus dkilakukan untuk

mncapai impas. Rumus kapasitas adlah s ebagai berikut :

Kapasitas Tikik Impas = Pesrsen titik impas X Pendapatan

(26)

Net Persent Value (NPV) merupakan selisih antara nilai saat investasi

sekarang dengan nilai pemeriksaan kas bersih dimasa akan datang . Suatu proyek

dapat dipilih bila NPV > 0.

NPV =

 

n

t l i

Ct Bt

1 ( )'

... ( 4

)

Dimana :

Bt : Penerimaan pada tahun t

Ct : Biaya pada tahun t

N : Umur ekonomi proyek (untuk industri dianggap layak selama

10 tahun)

i : Suku bunga Bank

3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat suku bunga yang

menunjukkan persamaan antara nilai penerimaan bersih sekarang dengan jumlah

investasi (modal) awal dari suatu proyek yang sedang dikerjakan. Dengan kata

lain IRR adalah tingkat suku bunga yang akan menyebabkan NPV = 0. Bila nilai

IRR suatu proyek lebih besar dari suku bunga yang berlaku, maka proyek

dinyatakan layak untuk dilaksanakan (Susanto dan Saneto, 1994).

(27)

IRR = i’+ " '

i’ : Tingkat suku bunga sekarang

i” : Tingkat suku bunga yang akan datang

NPV’ : NPV positif hasil pecobaan nilai

NPV” : NPV negatif hasil percobaan nilai

4. Gros Benefit Cost Ratio (gros B/C Ratio)

Menerapkan perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya kotor

yang telah dipresent valuekan (dirupiahkan sekarang)

Gross B/C =

 

Kriteria ini menyatakan bahwa proyek yang akan dipilih akan dipilih apabila Gross B/C>1

5. Payback Period (PP) (Susanto dan Saneto, 1994)

Payback Periode (PP) merupakan perhitungan jangka waktu yang

dibutuhkan untuk pengembalian modal yang ditanam pada proyek, nilai tersebut

berupa persentase maupun waktu (baik tahun maupun bulan). Payback Periode

tersebut harus lebih kecil dari nilai ekonomis proyek. Kriteria ini memberikan

nilai bahwa proyek yang akan dipilih jika mempunyai waktu Payback Periode

(28)

I

PP = ...(7)

A/B

Dimana :

PP : Payback Period

I : Jumlah modal

AB : Penerimaan bersih pertahun

H. Landasan Teori

Tauwa merupakan minuman yang dibuat dari susu kedelai (Novie, 2009).

Menurut Andrianto, (2004). Kandungan protein kacang hijau cukup tinggi

mencapai 22,9 g tiap 100 g kacang hijau kering. Faktor utama pembuatan tauwa

kacang hijau adalah proses penggumpalan ekstrak ptotein susu kacang hijau

menjadi Curd

Pemanasan adalah penyebab terjadinya denaturasi secara umum,

keberhasilan denaturasi dengan pemasan dipengaruhi oleh berbagai faktor :

konsentrasi protein, pH, dan kekuatan ion (Fennema, 1985). GDL merupakan

hasil kristalisasi glucano acid yang secara umum digunakan sebagai penggumpal

pada pambuatan tahu sutera. Menurut Obatolu, (2006). Tahu merupakan curd

yang terbentuk dari ekstrak protein susu kedelai panas dengan penggumpal

(29)

menghasilkan gel protein, dengan air teriakat, lemak kedelai, dan faktor pendukng

dalam pembentukan curd.

Menurut Suhardi, (1988). Muatan listrik mempengaruhi kelarutan protein,

pada pH selain pada titik isoelektriknya protein mempunyai muatan dan saling

menolak, tetapi pada titik isoelektrik beda muatan antar molekul mengecil dan

akhirnya sangat kecil, molekul-molekul saling berdampingan, membentuk

agregat dan mengendap. Sifat kelarutan protein dalam air dipengaruhi oleh

ikatan hidrogen dalam air dengan protein dan pH lingkungan di luar pH

isoelektrik.

Menurut Winarno, (2004), Asam amino dalam kondisi netral (pH

isoelektris , pI) berada dalam bentuk ion dipolar atau disebut ion zwitter. Pada

asam amino dipolar , gugus amino mendapat tambahan sebuah proton dan gugus

karboksil terdisosiasi. Pada pH rendah misalnya pH 1,0 gugus karboksilnya tinggi

misalnya pada pH 11,0 , karboksilnya terdisosisi sedang gugus aminonya tidak,

seperti terlihat pada skema berikut ini. Gambar 5 di bawah ini menunjukan

terjadinya pH isoelektris

H+ H

-pH<pI pH=pI pH>pI

Gambar 5. Skema pH asam amino (Winarno, 2004)

Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan

NH3+

H C COO

R

NH3

H C COOH

R

NH2

H C COO

(30)

ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion H+, seperti yang tertera pada

Gambar 6. Reaksi kimia yang terjadi akibat pengaruh asam adalah sebagai

berikut :

Gambar 6. Reaksi kimia tang terjadi akibat pengaruh asam, (Poejiadi,1994)

Mekanisme denaturasi karena pengaruh pH isoelekris disebabkan adanya

gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein,

menyebabkan protein mempunyai banyak muatan dan dapat bereaksi dengan asam

maupun basa. Daya reaksi berbagai jenis protein terhadap asam dan basa tidak

sama, tergantung dari jumlah dan letak gugus amino dan karboksil dalam

molekul. Dalam lartan asam, gugus amino bereaksi dengan amino H+ , sehingga protein bermuatan positif. Bila pada kondisi ini dilakukan elektrolisis, molekul

protein akan bergerak ke arah katoda. Sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi)

molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif, sehingga

muatan protein akan baergerak menuju anoda. Pada pH tertentu yang disebut titik

isoelektrik (pI), muatan gugus amino dan karboksil bebas akan saling menetralkan

sehaingga molekul bermuatan nol. Pada titik isoelektrik pengendapan protein

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Wkatu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisa Pangan, Laboratorium

Teknologi Pengolahan Pangan, Laboratorium Uji Inderawi Universeitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, dan Laboratorium Teknologi

Hasil Pertanian Univesitas Muhamadiyah Malang. Penelitian dilakukan pada

bulan Mei s/d November 2009.

B. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam pembuatan Tauwa adalah kacang hijau dan

GDL (Glukono Delta Lactone)

Bahan untuk analisa H2SO4 (93 % - 98 % bebas N), HCL 0,02 NaOH 0,1

N Indikator M.M, dan M.B, Na2SO3, asam borat, Na2SO4.H6O larutan buffer, batu

didih, serbuk Zn, tablet kjeidhal.

C. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk proses meliputi, neraca analitik, pH meter,

kain saring, kompor gas, blender, baskom, dan termometer.

Alat yang digunkan untuk analisa antara lain: beaker glass, Gelas ukur,

Erlenmeyer, Pipet Volum, Buret, cawan Porselin, oven, Labu kjeidahl, Corong,

(32)

D. Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak lengkap

(RAL) denga dua fator yaitu proprsi kacan hijau dalam larutan dan konsentrasi

GDL. Masing-masing kombinasi perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Data yang

diperoleh dianalisa dengan mengunakan analisa ragam. Untuk mengetahui adanya

perbedaan diantara pelakuan digunakan uji Duncan.

Faktor I : Penambahan air pembautan susu kacang hijau 150 gr terdiri

dari 3 level (A1, A2, A3)

A1 : Penambahan air 300 ml

A2 : Penambahan air 450 ml

A3 : Penambahan air 600 ml

Faktor II: Konsentrasi GDL terdiri dari 3 level (K1, K2, K3)

K1 : Konsentrasi GDL 2 %

K2 : Konsentrasi GDL 3 %

K3 : Konsentrasi GDL 4 %

Dari kedua Faktor tersebut di atas didapat 9 perlakuan kombinasi sebagai

berikut :

Konsentrasi GDL Proprsi air proses

A1 A2 A3

K1 A1K1 A1K2 A1K3

K2 A2K1 A2K2 A2K3

(33)

A1K1 : Penambahan air 300 ml, dan konsentrasi GDL 2 %

A1K2 : Penambahan air 450 ml, dan konsentrasi GDL 3 %

A1K3 : Penambahan air 600 ml, dan konsentrasi GDL 4 %

A2K1 : Penambahan air 300 ml, dan konsentrasi GDL 2 %

A2K2 : Penambahan air 450 ml, dan konsentrasi GDL 3 %

A2K3 : Penambahan air 600 ml, dan konsentrasi GDL 4 %

A3K1 : Penambahan air 300 ml, dan konsentrasi GDL 2 %

A3K2 : Penambahan air 450 ml, dan konsentrasi GDL 3 %

A3K3 : Penambahan air 600 ml, dan konsentrasi GDL 4 %

Model matematik yang diguanakan adalah :

Yijk = μ + α1 +βj + ( αβ)ij + €ijk

Dimana :

Yijk : nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan ij ( taraf ke-I faktor A dan ke –J dari faktor

B)

μ : nilai tengah populasi (rata-rata tyang sesungguhnya)

α1 : pengaruh aditif taraf ke-1 dari faktor A

βj : [engaruh aditif taraf ke-j dari faktor B

( αβ)ij : pengaruh interaksi dari faktor A dan taraf ke-J dari faktor B

€ijk : pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh

(34)

Faktor yang digunakan :

1. Faktor Berubah :

a. Air untuk ektrak susu kacang hijau 150 g : 300 ml 450 ml, dan : 600 ml

b. Konsentrasi GDL : 2%, 3%, dan 4% (b/bb)

2. Faktor Tetap

a. Kacang hijau lokal

b. Berat bahan kering 150 gr

c. Waktu perendaman kacang hijau 8 jam

c. Suhu pengendapan pati (ksrbohidrat) 50o – 60oC d. Waktu pengendapan pati (ksrbohidrat) 10 menit

e. Suhu pemanasan 90o-100oC f. Suhu penggumpalan 90o-100oC

g. lama pemasakan susu kedelai 10 menit

h Tinggi penuangan susu kedelai ke larutan GDL 30-50 cm

i. Larutan untuk GDL 100 ml

(35)

E. Parameter

Parameter yang diamaati dalam penelitian ini adalah

1. Produk Akhir

- Kadar Protein metode kejdahl semi makro ( Sudarmaji, 1992)

- pH (pH meter)

- Randemen (Hartanti, 2003)

- Sineresis (Annonymous, 2004)

- Uji Organoleptik

- Rasa (Metode Hedonik, skala rangking)

- Aroma (Metode Hedonik, skala rangking)

- Tekstur ( Metode skoring, skala skoring)

F. Prosedur Penelitian

a. Pembutan larutan Pengumpal

1. Gdl ditimbang sesuai dengan persentase berat perlakuan 2%b/bb,

3%b/bb dan 4%b/bb

2. GDL dilarutkan dengan air panas 80o -100oC, kemudian diaduk sampai terlarut

3. Larutan GDL dituankan ke dalam wadah (panci) tauwa.

Adapun diagram alir pembuatan larutan penggumpal ditunjukan

(36)

Gambar : 7 . Pembauatan larutan penggumpal

b. Pembuatan Tauwa

1. Kacang hijau disortasi dan dibersihkan sebanyak 150 gr untuk 1

perlakuan

2. Kacang hijau dicuci kemudian direndamdalam air selama ± 8 jam

dengan air 500 ml

3. Hancurkan kacang hijau menjadi bubur dengan perbandingan air

300 ml, 450 ml dan 500 ml untuk setiap proporsi.

4. Peras ekstrak kacang hijau sampai untuk memperoleeh sari kacang

hijau, dengan kain saring lapis 2

8. Sari kacang hijau direbus 10 menit dengan air 50 – 60 oC untuk mngendapakan karbohidrat kemudian dibiarkan sebentar, setelah

GDL

Penambahan air 100 ml

Pelarutan air 80o -100 oC

(37)

itu dipisahkan pelan-pelan dengan menuangkan ke tempat lain.

Endapan warna putih merupakan grannula pati

9. Rebus sari kacang hijau 90o – 100oC selama 10 menit rebus juga bersamaan di wadah berbeda untuk GDL suhu 80o – 100oC

10. Tuangkan larutan GLD panas dalam wadah yang telah disiapkan

sebagai wadah tauwa kemudian tuangkan sari kacang hijau ke

dalam wadah dengan ketinggian 30 – 50 Cm untuk pencampuran

supaya homogen

11. Tutup wadah utuk mempertahankan suhu penggumpalan dan

biarkan reaksi penggumpalan berlangsung 10 menit

Adapun diagram alir pembuatan tauwa kacang hijau ditunjukan pada

(38)
(39)

I. Hipotesa

Diduga penggunaan bahan GDL sebagai penggumpal dan konsentrasi susu

kacang hijau akan mempengaruhi pembentukan tauwa yang dihasilkan yang baik

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Wkatu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisa Pangan, Laboratorium

Teknologi Pengolahan Pangan, Laboratorium Uji Inderawi Universeitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, dan Laboratorium Teknologi

Hasil Pertanian Univesitas Muhamadiyah Malang. Penelitian dilakukan pada

bulan Mei s/d November 2009.

B. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam pembuatan Tauwa adalah kacang hijau dan

GDL (Glukono Delta Lactone)

Bahan untuk analisa H2SO4 (93 % - 98 % bebas N), HCL 0,02 NaOH 0,1

N Indikator M.M, dan M.B, Na2SO3, asam borat, Na2SO4.H6O larutan buffer, batu

didih, serbuk Zn, tablet kjeidhal.

C. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk proses meliputi, neraca analitik, pH meter,

kain saring, kompor gas, blender, baskom, dan termometer.

Alat yang digunkan untuk analisa antara lain: beaker glass, Gelas ukur,

Erlenmeyer, Pipet Volum, Buret, cawan Porselin, oven, Labu kjeidahl, Corong,

(41)

D. Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak lengkap

(RAL) denga dua fator yaitu proprsi kacan hijau dalam larutan dan konsentrasi

GDL. Masing-masing kombinasi perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Data yang

diperoleh dianalisa dengan mengunakan analisa ragam. Untuk mengetahui adanya

perbedaan diantara pelakuan digunakan uji Duncan.

Faktor I : Penambahan air pembautan susu kacang hijau 150 gr terdiri

dari 3 level (A1, A2, A3)

A1 : Penambahan air 300 ml

A2 : Penambahan air 450 ml

A3 : Penambahan air 600 ml

Faktor II: Konsentrasi GDL terdiri dari 3 level (K1, K2, K3)

K1 : Konsentrasi GDL 2 %

K2 : Konsentrasi GDL 3 %

K3 : Konsentrasi GDL 4 %

Dari kedua Faktor tersebut di atas didapat 9 perlakuan kombinasi sebagai

berikut :

Konsentrasi GDL Proprsi air proses

A1 A2 A3

K1 A1K1 A1K2 A1K3

K2 A2K1 A2K2 A2K3

(42)

A1K1 : Penambahan air 300 ml, dan konsentrasi GDL 2 %

A1K2 : Penambahan air 450 ml, dan konsentrasi GDL 3 %

A1K3 : Penambahan air 600 ml, dan konsentrasi GDL 4 %

A2K1 : Penambahan air 300 ml, dan konsentrasi GDL 2 %

A2K2 : Penambahan air 450 ml, dan konsentrasi GDL 3 %

A2K3 : Penambahan air 600 ml, dan konsentrasi GDL 4 %

A3K1 : Penambahan air 300 ml, dan konsentrasi GDL 2 %

A3K2 : Penambahan air 450 ml, dan konsentrasi GDL 3 %

A3K3 : Penambahan air 600 ml, dan konsentrasi GDL 4 %

Model matematik yang diguanakan adalah :

Yijk = μ + α1 +βj + ( αβ)ij + €ijk

Dimana :

Yijk : nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan ij ( taraf ke-I faktor A dan ke –J dari faktor

B)

μ : nilai tengah populasi (rata-rata tyang sesungguhnya)

α1 : pengaruh aditif taraf ke-1 dari faktor A

βj : [engaruh aditif taraf ke-j dari faktor B

( αβ)ij : pengaruh interaksi dari faktor A dan taraf ke-J dari faktor B

€ijk : pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh

(43)

Faktor yang digunakan :

1. Faktor Berubah :

a. Air untuk ektrak susu kacang hijau 150 g : 300 ml 450 ml, dan : 600 ml

b. Konsentrasi GDL : 2%, 3%, dan 4% (b/bb)

2. Faktor Tetap

a. Kacang hijau lokal

b. Berat bahan kering 150 gr

c. Waktu perendaman kacang hijau 8 jam

c. Suhu pengendapan pati (ksrbohidrat) 50o – 60oC d. Waktu pengendapan pati (ksrbohidrat) 10 menit

e. Suhu pemanasan 90o-100oC f. Suhu penggumpalan 90o-100oC

g. lama pemasakan susu kedelai 10 menit

h Tinggi penuangan susu kedelai ke larutan GDL 30-50 cm

i. Larutan untuk GDL 100 ml

(44)

E. Parameter

Parameter yang diamaati dalam penelitian ini adalah

2. Produk Akhir

- Kadar Protein metode kejdahl semi makro ( Sudarmaji, 1992)

- pH (pH meter)

- Randemen (Hartanti, 2003)

- Sineresis (Annonymous, 2004)

- Uji Organoleptik

- Rasa (Metode Hedonik, skala rangking)

- Aroma (Metode Hedonik, skala rangking)

- Tekstur ( Metode skoring, skala skoring)

F. Prosedur Penelitian

a. Pembutan larutan Pengumpal

1. Gdl ditimbang sesuai dengan persentase berat perlakuan 2%b/bb,

3%b/bb dan 4%b/bb

2. GDL dilarutkan dengan air panas 80o -100oC, kemudian diaduk sampai terlarut

3. Larutan GDL dituankan ke dalam wadah (panci) tauwa.

Adapun diagram alir pembuatan larutan penggumpal ditunjukan

(45)

Gambar : 7 . Pembauatan larutan penggumpal

b. Pembuatan Tauwa

1. Kacang hijau disortasi dan dibersihkan sebanyak 150 gr untuk 1

perlakuan

2. Kacang hijau dicuci kemudian direndamdalam air selama ± 8 jam

dengan air 500 ml

3. Hancurkan kacang hijau menjadi bubur dengan perbandingan air

300 ml, 450 ml dan 500 ml untuk setiap proporsi.

4. Peras ekstrak kacang hijau sampai untuk memperoleeh sari kacang

hijau, dengan kain saring lapis 2

8. Sari kacang hijau direbus 10 menit dengan air 50 – 60 oC untuk mngendapakan karbohidrat kemudian dibiarkan sebentar, setelah

GDL

Penambahan air 100 ml

Pelarutan air 80o -100 oC

(46)

itu dipisahkan pelan-pelan dengan menuangkan ke tempat lain.

Endapan warna putih merupakan grannula pati

9. Rebus sari kacang hijau 90o – 100oC selama 10 menit rebus juga bersamaan di wadah berbeda untuk GDL suhu 80o – 100oC

10. Tuangkan larutan GLD panas dalam wadah yang telah disiapkan

sebagai wadah tauwa kemudian tuangkan sari kacang hijau ke

dalam wadah dengan ketinggian 30 – 50 Cm untuk pencampuran

supaya homogen

11. Tutup wadah utuk mempertahankan suhu penggumpalan dan

biarkan reaksi penggumpalan berlangsung 10 menit

Adapun diagram alir pembuatan tauwa kacang hijau ditunjukan pada

(47)
(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dengan analisa pH susu

kacang hijau, analisa pH penggumpalan protein kacang hijau pada produk tauwa

yang dihasilkan (terdiri dari analisa fisikokimiawi dan organoleptik. Analisa

dilanjutkan denga analisa keputusan dan analisa finansial yang didasarkan pada

segi ekonomis apabila produk digunakan pada industi.

A. Analisa Bahan Baku

Pada penelitian pembuatan tauwa kacang hijau dilakukan analisa kadar

protein bahan awal pada kacang hijau. Hasil analisa kadar protein kacang hijau

adalah 23,22% bahan.

Hasil analisa bahan baku pada kacang hijau menunjukkan kadar protein

kacang hijau 23,22% cukup tinggi. Hal tersebut mendekati dengan pendapat

Andrianto (2004), menyatakan kadar protein kacang hijau 22,20%

B. Hasil pH susu kacang hijau

Pada penelitian pembuatan tauwa ini dilakukan analisa terhadap pH susu

kacang hijau Tabel 3. menunjukan pH susu kacang hijau pada pengenceran yang

berbeda

Tabel 3. pH susu kacang hijau pada pengenceran yang berbeda

Penambahan air (ml) pH

300 450 600

(49)

Berdasarkan hasil analisa pH susu kacang hijau dengan penambahan

(300ml, 450 ml dan 600 ml) diperoleh data rata-rata pH susu kacang hijau dengan

pH terendah dari perlakuan perbandingan kacan hijau 150 gr dengan air 300 ml

pH 6,00 dan pH susu kacang hijau tertinggi pada perlakuan perbandingan kacang

hijau 150 gr dengan air 600 ml dengan pH 6,20

C. Hasil Analisa pH penggunmpalan susu kacang hijau

Berdasarkan hasil analisa ragam (Lampiran 3). dapat diketahui bahwa

antara pelakuan penambahan air dan konsentrasi GDL berpengaruh nyata

( p≤ 0,05) terhadap pH penggumpalan susu kacang hijau. Nilai rata-rata pH

penggumpalan susu kacang hijau dengan perlakuan perlakuan konsentrasi GDL

dan penambahan volume air susu dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rerata nili pH tauwa kacang hijau pengaruh perlakuan Penambahan air dan konsentrasi GDL

Perlakuan

air (ml) Konsentrasi GDL (%)

Keterangan : Nilai rerata yang diikuti huruf yang berbeda berbeda berarti berbeda nyata (p≤0,05)

Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa perlakuan penambahan air 300

(50)

(4,15) dan penambahan air 600 ml dan konsentrasi GDL 3% rata-rata pH

penggumpalan tertinggi (5,3800) Hubungan antara perlakuan penambahan air dan

konsentrasi GDL terhadap pH tauwa kacang hijau ditunjukan pada Gambar 9:

4.00 4.50 5.00 5.50

2% 3% 4%

Konse ntrasi GDL

pH

t

a

uw

a

300 ml 450 ml 600 ml

0

0

Gambar 9. Hubungan perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL terhadap pH tauwa kacang hijau

Pada Gambar 9. menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi GDL dan

semakin rendah penambahan air pH tauwa semakin turun. Hal ini disebabkan

GDL memiliki sifat asam sehingga dapat menurunkan pH, hal ini sesui dengan

pendapat Omry (2002), bahwa GDL merupakan asam organik yang dapat

menurunkan pH. Semakin tinggi penambahan air dapat menaikan pH karena air

bersifat nitral (pH + 7,00) hal ini sesui dengan pendapat Driscoll ( 1986), nilai pH

(51)

D. Randemen

Berdasarkan hasil analisis ragam ( Lampiran 4) dapat diketahui pelakuan

penambahan air dan konsentrasi GDL terdapat interaksi yang nyata (p≤0,05)

terhadap randemen tauwa kacang hijau yang dihasilkan. Rata-rata randemen

tauwa kacang hijau untuk tiap perlakuan perlakuan penambahan air konsentrasi

dan GDL dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rerata nilai randeman tauwa kacang hijau dari penambahan air dan konsentrasi GDL Keterangan : Nilai rerata yang diikuti huruf yang berbeda berbeda berarti

berbeda nyata (p≤0,05)

Pada Tabel 5. terlihat bahwa pada perlakuan penambahan air 300 ml dan

konsentrasi GDL 4% memiliki randemen yang paling rendah (126,9554%) ,

sedangkan pada perlakuan penambahan air 600 ml dan konsentrasi GDL 4%

memiliki randemen yang paling tinggi (300,1553 %). Hubungan perlakuan

penambahan air dan konsentrasi GDL terhadap randemen yang dihasilkan

(52)

0 100 200 300

2% 3% 4%

Konse ntrasi GDL

R

a

nde

me

n (%)

300 ml 450 ml 600 ml

Gambar 9. Hubungan perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL terhadap randeman tauwa kacang hijau

Pada Gambar 10. menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi GDL

dan semakin rendah penambahan air, maka randeman yang dihasilkan semakin

rendah. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi GDL pH tauwa semakin

turun menyebabkan pH tauwa menjauhi pH isoelektris, sehingga curd yang

terbentuk semakin sedikit. Semakin kecil penambahan air randeman yang

terbentuk semakin rendah karena masa air yang terperangkap dalam curd semakin

sedikit sedangkan semakin banyak penambahan air randeman yang terbentuk

semakin tinggi karena protein semakin encer..

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Fennema (1985), protein kedelai

memiliki titik pH Isoelektris pada pH 4,6. Randeman tauwa kacang hijau tertinggi

(53)

hijau mengalami pengendapan paling maksimal untuk menghasilkan randeman.

Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (2004), pada titik isoelektrik

pengendapan protein terjadi paling cepat. Suhardi, (1988), menambahakan

muatan listrik mempengaruhi kelarutan protein, pada pH selain pada titik

isoelektriknya protein mempunyai muatan dan saling menolak, tetapi pada titik

isoelektrik beda muatan antar molekul mengecil dan akhirnya sangat kecil,

molekul-molekul saling berdampingan, membentuk agregat dan mengendap

E. Sineresis

Berdasarkan hasil analisis ragam ( Lampiran 5) dapat diketahui perlakuan

penambahan air dan konsentrasi GDL pada tauwa kacang hijau terdapat interaksi

yang nyata (p≤0,05) terhadap sineresis tauwa yang dihasilkan. Demikian juga

antara masing-masing perlakuan terdapat perbedaan yang nyata. Rerata sineresis

tauwa kcang hijau dengan perlakuan konsentrasi GDL dan penambahan volume

air susu tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6

(54)

Keteranagan : Nilai rata-rata yang didampingi huruf berbeda berarti berbeda nyata (p≤0,05)

Pada Tabel 6. terlihat bahwa pada perlakuan penambahan air 300 ml dan

konsentrasi GDL 4% memiliki rerata sineresis tertinggi tauwa (0,4168 g/g/jam )

sedangkan pada perlakuan penambahan GDL 3% dan volume air 600 ml

sedangkan sinersis terendah (0,2115 g/g/jam)

Hubungan antara perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL

terhadap sineresis tauwa kacang hijau dapat dilihat pada Gambar 11.

0.20

Gambar 10. Hubungan perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL terhadap sineresis tauwa kacang hijau

Pada Gambar 11. menunjukan semakin tinggi konsentrasi GDL dan

semakin rendah penambahan air maka nilai sineresis semakin tinggi. Hal ini

disebabkan, semakin tinggi konsentrasi GDL pH tauwa semakin turun, menjauhi

pH isoelektris sehingga curd yang terbentuk semakin lembek menyebabkan air

(55)

sineresis yang dihasilkan semakin tinggi, hal ini disebabkan curd yang terbentuk

semakin lembek karena air yang menetes semakin banyak karena pH tauwa

menjauhi pH isoelektris.

Pada penambahan air 600 ml terjadi penyimpangan grafik yaitu pada

konsentrasi 2% pH tauwa 5,38 menunjukan bahwa pH tauwa menjauhi pH

isoelektris sehigga curd yang terbentuk lebih lembek menyebabkan air yang

keluar dari curd lebih banyak. Sedangkan pada perlakuan konsentrasi GDL 3 %

pH tauwa 4,65 dan pada perlakuan konsentrasi GDL 4% pH tauwa 4,49 pada

kondisi tersebut pH tauwa mendekati pH isoelektris 4,6 sehingga curd yang

terbentuk lebih kokoh karen air yang keluar lebih sedikit

Terbentukya sineresis yang dikehendaki adalah nilai seneresis yang kecil

karena ini menunjukan bahwa pada tauwa kacang hijau tersebut air yang terikat

dalam tauwa lebih kuat dan nampak kokoh, akan tetapi pada tauwa yang

memiliki nilai seneresis terbesar menujukan bahwa tauwa tersebut memiliki sifat

yang lembek. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Harianto,(2005) bahwa

terdapat hubungan nilai konsistensi gel dengan nilai sineresis, dan terdapat

hubungan antara nilai konsistensi gel dengan tekstur dan ditambahkan pula oleh

Eryanti (2004), bahwa semakin tinggi tingkat sineresis maka semakin cepat lunak

tekstur produk pangan tersebut, dimana definisi sineresis menurut Winarno

(1992), adalah keluarnya air atau merembesnya cairan dari dalam bahan pangan

(56)

F. Kadar Protein

Berdasarkan hasil analisis ragam ( Lampiran 6) dapat diketahui perlakuan

penambahan air dan konsentrasi GDL air susu kacang hijau tidak terdapat

interaksi yang nyata (p≥0,05) terhadap kadar protein tauwa yang dihasilkan.

Sedangkan masing-masing perlakuan terdapat perbedaan beda nyata. Rerata

kadar protein curd tauwa tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rerata pengaruh perlakuan penambahan air terhadap kadar protein tauwa kacang hijau

Keteranagan : Nilai rata-rata yang didampingi huruf berbeda berarti berbeda nyata (p≤0,05)

Pada Tabel 7. menujukan bahwa prlakuan penambahan air kacang hijau

300 ml memiliki kadar protein terendah (5,4503 %) kondisi curd lembek

sehingga kandungan air dalam curd tinggi sehingga menyebabkan kadar protein

rendah. dan perlakuan penambahan air 450 ml memiliki kadar protein tertinggi

(6,0311%), pada kondisi tersebut curd yang terbentuk memiki kecenderunngan

kokoh menyebabkan perbandingan air lebih rendah sehingga kadar protein

tinggi. Pada perlakuan penambahan air 600 ml curd yang terbentuk kurang kokoh

sehingga kandungan air lebih tinggi menyebabkan kadar protein lebih tinggi. Hal

tersebut sesuai dengan hasil pengamatan Obatolu (2008) bahwa tahu yang

memiliki tekstur yang keras memiliki kadar protein yang tinggi daripada tahu

(57)

Tabel 8. Rerata pengaruh perlakuan konsentrasi GDL terhadap kadar protein tauwa kacang hijau

Perlakuan

Keteranagan : Nilai rata-rata yang didampingi huruf berbeda berarti berbeda nyata (p≥0,05)

Pada Tabel 8. menujukan bahwa prlakuan penambahan konsentrasi

GDL 3 % memiliki kadar protein tertinggi (6,0096 %) kondisi curd yang

terbentuk lebih kokoh sehingga kandungan air rendah menyebabkan kandungan

protein tinggi, sedangkan pada perlakuan konsentrasi GDL 2 % kondisi curd

sedikit lembek sehingga kandungan air dalam curd tinggi menyebabkan kadar

protein lebih rendah. Pada perlakuan konsentrasi GDL 4% kandisi curd lebih

lembek sehingga kandungan air dalam curd tinggi sehingga kadar protein lebih

rendah. Tekstur tauwa yang kokoh dipngaruhi oleh pH pnggumpalan, pH

penggumpalan yang mendekati pH isoelektris memiliki sifat tekstur yang kokoh

sedangkan tekstur tauwa yang lembek nmenjauhi pH isoelektri Hal tersebut

sesuai dengan hasil pengamatan Obatolu (2008) bahwa tahu yang memiliki tekstur

yang keras memiliki kadar protein yang tinggi daripada tahu yang lunak.

E. Uji Organoleptik

1. Uji organoleptik rasa

Dari hasi uji orgnoleptik dengan metoe hedonik skala rangking dan

(58)

kacang hijau terhadap tingkat kesukaan rasa tauwa yang dihasilkan. Jumlah

rangking terhadap rasa tauwa dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9. Rerata ranngking kesukaan rasa tauwa kacang hijau pengaruh perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL

. Keterangan : Semakin tinggi rangking, maka rasa semakin suka

Pada Tabel 9. Hasil uji organoleptik terhadap kesukaan rasa tauwa kacang

hijau diperoleh rata-rata 52 – 134,5. Perlakuan penambahan volume air 600 ml

dan GDL 3% kesukaan rasa dengan total rangking tertinggi (134,5), sedangkan

perlakuan penambahan air 300 ml dan GDL 4% merupakan perlakuan yang

memiliki total rangking kesukaan rasa terendah (54).

Hal ini disebabkan karena semakin tinggi GDL yang ditambahkan dan

semakin rendah volume air yang ditambahkan maka akan memberikan tinggkat

kesukaan rasa rendah, karena rasa tauwa kacang hijau yang dihasilkan menjadi

semakin asam. Rasa asam berasal dari GDL yang ditambahkan dengan

perbandingan konsentrasi air yang semain sedikit. Hal tersebut sesui dengan

pendapat Obatolu (2008). Semakin tinggi GDL yang ditambahkan pada

(59)

2. Uji organoleptik aroma

Dari hasi uji orgnoleptik dengan metoe hedonik skala scoring dan

dilanjutkan dengan uji friedman, menunjukan adanya pengaruh yang nyata (x2 hitung > x2 tabel) antara pelakuan penambahan air dan konsentrasi GDL terhadap tingkat kesukaan aroma tauwa yang dihasilkan. Jumlah rangking terhadap aroma

tauwa dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rerata rangking kesukaan aroma tauwa kacang hijau pengaruh perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL

Perlakuan Keterangan : Semakin tinggi rangkin, maka aroma semakin suka

Pada Tabel 10 menunjukan haasil uji organoleptik terhadap kesukaan

aroma tauwa kacang hijau diperoleh rata-rata 49,5 – 144,5. Perlakuan

penambahan air 600 ml dan konsentrasi GDL 3 % merupakan perlakuana yang

memiliki kesukaan rasa dengan total rangking tertinggi (144,5), sedangkan

perlakuan penambahan air 300 ml dan konsentrasi GDL 4% merupakan perlakuan

(60)

Hal ini disebabkan karena semakin tinggi GDL yang ditambahkan dan

semakin rendah volume air yang ditambahkan maka akan memberikan tinggkat

kesukaan aroma rendah, karena aroma tauwa kacang hijau yang dihasilkan

menjadi semakin asam. Rasa asam berasal dari GDL yang ditambahkan dengan

perbandingan konsentrasi air yang semain sedikit. Hal tersebut sesui dengan

pendapat Obatolu (2008). Semakin tinggi GDL yang ditambahkan pada

pembautan tahu sutera dapat meningkatkan keasaman tahu sutra.

3. Uji skoring Tekstur

Dari hasi uji orgnoleptik dengan metoe skoring tekstur tauwa merupakan

salah satu parameter yang penting.. Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 9)

menunjukkan bahwa perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL tidak

berpengaruh nyata terhadap skor tekstur yang dihasilkan. Nilai rata-rata skor

tauwa kacan hijau pengaruh perlakua penambahan air dan konsentrasi GDL dapat

dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12.Rerata ranngking kesukaan aroma tauwa kacang hijau pengaruh perlakuan penambahan air dan konsentrasi GDL

(61)

Pada Tabel 12. menunjukkan bahwa rata-rata skor tauwa kacang hijau (45 –

82). Nilai rata-rata skor tertinggi terdapat pada penambahan air 600 ml dan

konsentrasi GDL 3% (82), sedangkan nilai rata-rata skor terendah terdapat pada

perlakuan penambahan air 300 ml dan konsentrasi GDL 4% (45)

Tauwa kacang hijau yang dikehendaki konsumen merupakan tauwa yang

memiliki sifat yang kokoh dimana tauwa kacang hijau yang kokoh merupakan

tauwa yang memiliki pH mendekati pH isoelektris (4,6). Hal ini sesuai dengan

pendapat Suhardi (1988), pada titik isoelektrik beda muatan antar molekul

mengecil dan akhirnya sangat kecil, molekul-molekul saling berdampingan,

membentuk agregat dan mengendap

F. Analisa Keputusan

Pemilihan alternatif pada kualitas curd tauwa kacang hijau dilakukan

bedasarkan uji dengan mempertimbangkan fisikokiiawi dan organoleptik.

Berdasarkan hsil rata-rata uji fisikokimiawi dan organoleptik dari 9 kombinasi

perlakuan dari 20 panelis. Data-data hasil analisa secara kualitatif dan kuantitatif

(62)
(63)

ditentukan oleh sifat organoleptk pangan tersebut. Mutu orgaoleptik legih

menentukan karena konsumen menilai mutu secara langsung.

G. Analisis Finansial

Analisa finansial ditujukan untuk mengetahui tingkat kelayakan (secara

ekonomis) dari produksi tauwa kacang hijau. Pada penelitian ini delakukan

analisis finansial untuk keperluan yang telah memenuhi kriteria yang diharapkan

yaitu pada perlakuan penambahan air 600 ml dan GDL 4% merupakan produk

tauwa yang disukai konsumen.

Parameter yang dilakukan untuk mengukur tingkat kelayakan produksi

tauea meliputi BEP, NPV, Gros B/C, IRR dan PP hasil perhitungan analisis

finansial dapat dilihat pada Lampiran 10.

1. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi yang direncanakan pada perusahaan tauwa kacang

hijau adalah 4.618,88 kg/tahun atau sebanyak 153.962 mangkuk/tahun

Data kapasitas produksi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 10.

2. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk

menjalankan suatu usaha. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya

produksi langsung (biaya tidak tetap). Biaya tetap adalah biaya-biaya yang

(64)

produksi. Biaya tetap bersifat konstan pada relevan range tertentu, sedangkan

biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya berubah sejalan dengan tingkat

produksi yang dihasilkan.

Secara singkat total produksi per tahun dari industri tauwa kacanng

hijau dapat dijelaskan sebagai berikut :

Total Biaya Produksi = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap

= Rp. 54.539.851,04 + Rp 237.503.974. ,-

= Rp 292.043.825

Perincian total biaya produksi tiap tahun dapat dilihat pada Lampiran 10.

3. Harga Pokok Produksi

Berdasarkan kapasitas produksi tiap tahun dan biaya produksi tiap

tahun, maka dapat diketahui harga pokok tiap mangkuk tauwa kacang hijau :

Harga Pokok = Total biaya produksi Kapasitas produksi per tahun

= Rp. 292.043.825 153.961,6

= Rp. 1.896,86/mangkuk atau

(65)

4. Harga Jual Produksi

Harga jual diperoleh berdasarkan dari harga pokok produk, keuntungan

yang ingin dicapai ditambah pajak. Keuntungan yang ingin dicapai sebesar

30% dari harga pokok, dan pajak 10% dari harga pokok.

Harga Jual = harga pokok + keuntungan 60%

= Rp. 1.900+ Rp. 1.140

= Rp 3.040/mangkuk

5. Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) adalah suatu keadaan tingkat produksi

tertentu yang menyebabkan besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan

besarnya nilai atau hasil penjualan, jadi pada keadaan tersebut perusahaan

tidak mendapat keuntungan juga tidak mengalami kerugian.

Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 10 diperoleh BEP tauwa

kacang hiaju yaitu :

a. BEP = Rp 110.628.501,1

b. Persen Titik Impas = 23,63 %

c. Kapasitas titik impas = 35.657,59 mangkuk/tahun

Kapasitas tiitik impas adalah jumlah produksi yang harus dilakukan

untuk mencapai titik impas tersebut, jadi produksi tauwa kacang hijau per

tahun mencapai keadaan impas jika produksinya sebesar 35.657,59

(66)

produksinya diatas kapasitas titik impas. Grafik BEP dapat dilihat pada

Lampiran 12.

6. Net Present Value

Net Present Value merupakan selisih antara nilai investasi saat

sekarang dengan nilai penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Suatu

proyek dapat dipilih apabila NPV > 0.

Berdasarkan perhitungan yang terdapat pada Lampiran 11 tentang

perhitungan NPV pada tauwa kacang hijau adalah sebesar Rp.

139.357.694,-. Hal ini berarti proyek dapat diterima139.357.694,-.

7. Payback Periode

Payback Periode adalah perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan

untuk pengembalian modal yang ditanam pada proyek. Payback Periode

tersebut harus lebih kecil dari nilai ekonomis proyek. Kriteria ini memberikan

nilai bahwa proyek akan dipilih jika mempunyai waktu Payback Periode yang

paling cepat.

Berdasarkan perhitungan yang terdapat di Lampiran 10, diperoleh nilai

Payback Periode (PP) sebesar 3,43 tahun. Umur ekonomis proyek yang

direncanakan selama 5 tahun. Hal ini berarti investasi pada proyek ini dapat

diterima karena nilai Payback Periode (PP) lebih kecil daripada umur

ekonomis.

8. Gross Benefit Cost Ratio

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah merupakan perbandingan

(67)

(dirupiahkan sekarang). Kriteria ini memberikan pedoman bahwa proyek akan

dipilih apabila Gross B/C > 1, bila proyek memiliki Gross B/C = 1 tidak akan

dipilih.

Berdasarkan Lampiran 11, diperoleh nilai Gross B/C sebesar 1,16. Hal

ini berarti proyek ini dapat diterima.

9. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat suku bunga yang

menunjukkan persamaan antara nilai penerimaan bersih sekarang dengan

jumlah investasi (modal) awal dari suatu proyek yang sedang dikerjakan.

Dengan kata lain IRR adalah tingkat suku bunga yang akan menyebabkan

NPV = 0. Bila nilai IRR suatu proyek lebih besar dari suku bunga yang

berlaku maka proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan.

Berdasarkan Lampiran 13, diperoleh IRR sebesar 24,42 %. Hal ini

berarti proyek dapat diterima karena IRR lebih besar dari pada suku bunga

(68)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi yang nyata antara perlakuan

GDL dan Volume air susu kacang hijau terhadap pH penggumpalan

randemen, sineresis dan kesukaan rasa, aroma, Namun tidak berinteraksi

terhadap kadar protein

2. Perlakuan GDL 3% dan Volume air susu kacang hijau 600 ml menghasilkan

tauwa kacang hijau terbaik. Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap

kesukaan rasa, dan aroma. Perlakuan tersebut mempunyai pH penggumpalan

4,65, rendemen 296,0818 % sineresis 0,2115 g/jam kadar protein 6,117%

tingkat kesukaan rasa 144,5(sangat suka), aroma 142 (sangat suka)

3. Hasil analisis finansial diketahui bahwa nilai Break Event Point (BEP) dicapai

pada Rp.108.429.127,3 sebesar 26,13 % dan kapasitas titik impas 35.658

mangkuk/tahun, sedangkan Internal Rate of Return (IRR) mencapai 24,42%,

Payback Period (PP) dicapai selama 3,36 tahun, Net Present Value (NPV)

(69)

Pada penelitian lebih lanjut mengenai rasa dan tekstur tauwa kacang

sedemikian rupa sehingga didapatkan produk tauwa kacang hijau yang lebih

menarik dan berpeluang lebih besar untuk dibeli oleh konsumen, sehingga perlau

(70)

Andrianto, T.T. dan Nova Indarto, 2004. Kedelai Kacang Hijau Kacang Panjang, Absolut. Yogyakarta.

Cahyadi W. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Bumi Aksara, Jakarta

Cahyadi W, 2006. Kedelai Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara, Jakarta

Cai R. 2002. Textural Property of Six Legume Curds in Relation to Their Protein Contituents. Deartement of Food Science and Human Nutrition and IMPACT. Washington State University, Washington. http://www.impact.wsu.edu

deMann J.M. 1997. Kimia Makanan. Jurusan Farmasi, ITB, Bandung.

Dewi, N.R. 2006. Pengaruh Suhu Koagulasi dan intensitas Penambahan “Whey” Sebagai Koagulan Terhadap Karateristik Fsikokimia dan Organoleptik tahu yang dihasilkan. THP, FTP, Unibraw, Malang.

Djoko, 2003. Kesehatan Tak ternilai Harganya.www.kimia.net Tangaal akses 9 Desembeer 2009.

Driscoll, 1986. Earth Sciences pH of the Water. www.water-resate.com. Tanggal akses 8 Desember 2009

Eryanti, 2004. Pemanfaatan Rumput Laut Sebagai Bahan Dodol. www.publikasi.umm.ac.id. Tanggal akases 11 Desember 2009

Kohir I, 2009. pH Air. PT. CIPTA MULIA SENTOSA. www.puretex.com

Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry. Third Edition. Marcel Dekker, Inc. New York.

Irfahmi, 2009. Manfaat Kacang Hijau dan Kedelai. www.gizi.tnet. Tanggal akses 14 maret.2009

Harianto,2005. Nilai Gizi, Sifat Fisik dan Mutu Organoleptik "Jeli Liput"dari" Lidah Buaya (Aloe vera) dan Rumput Laut (Eucheuma cottonii). www.adln-lib-unair.ac.id. Tanggal akses 10 Desember 2009

(71)

Nakamura, Korosumi. A, and Mtui G, 2008. Manufacturing Method of okara containing Soybean curd Using Steam Exploration. Juranl Of Fod Technologi, Institute of Technologi and Science, University, Tokushima Po.Box 35179, from Des es Saloam Tanzania

Nuryati, 2006. Efektivitas Asam Sitrat Sebagai bahan penggumpal dan pengawet pada produk Tahu. Teknologi Pangan, FTI, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, Surabaya

Obatolu A.V, 2008. Efect of diferent coagulants of yield and quality of Tofu from Soymilk. Eur Food Reserch Technologi, www.springer.com

Poedjiadi A, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.

Rashidah, S., *Jinap, S., Nazamid, S. dan Jamilah, B. 2007. Characterisation of the Ability of Globulins from Legume Seeds to Produce Cocoa Specific Aroma. Faculty of Food Science and Technology, Universiti Putra Malaysia , Selangor, Malaysia.

http/:psasir.upm.edu.my. Diakses 9 Juli 2009

Sarwono, B. 2004. Membuat Aneka Tahu. Penebar Swadaya, Jakarta.

Saneto, B. Dan Susanto, T. 1994, Teknologi pengolahan dan Hasil Interpretasinya,. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Santosa E.B, 2003. Pengaruh proporsi Kacang Hijau dan Kedelai serta konsentrasi CaSO4 terhadap proses pembuatan Takoa. Teknologi Pangan, FTI, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim, Surabaya

Saputra, 2009. Dampak Pencemaran Udara oleh Beleran Oksida. www.chem-is-try.com Tanggal akases 9 Desember 2009.

Siswon,. 2004. Kaya karbohidrat dan Protein, tapi Rendah Lemak. Tabloid Senior. http//:www.gizi.net . Diakses 3 Agustus 2009

Subagio A, 2002. Kajian sifat Fisikokimia dan Organoleptik Hidrolisat Tempe hasil Hidolisis Protease. Jurnal FTP, Unjem. Jember

Gambar

Tabel 1. Perbandingan antara kadar protein kacang hijau  dengan   beberapa bahan makanan lain
Gambar 1. Mekanisme pH isoelektris (Subagio,2002).
Gambar 3. Struktur kimia Glucano delta lactone (GDL) , Jungbunzlauer, (2008).
Gambar 4. Diagram alir pembuatan Curd, (Koswara, 1992).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa metode sirkuit dan metode konvensional yang diberikan pada siswa SMK Teknologi Riau memberikan pengaruh yang berbeda, dimana

Fermentatif-ekstraktif berarti etanol diproduksi dengan cara fermentasi suatu bahan sehingga didapatkan etanol yang kemudian dilakukan proses ekstraktif, tetapi kadar

Hal ini di karenakan walaupun perencanaan dalam pencegahan penggunaan narkotika sudah disusun sesuai dengan visi misi lembaga ini, tetapi dalam pelaksanaannya

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi dengan judul “ Kajian Drug Related Problems (DRP) Resep

Internet of Things (IoT) pada dasarnya menghubungkan semua perangkat ke internet, IoT sering disebut teknologi masa kini yaitu teknologi yg memanfaatkan perangkat komputer

Bentuk permainan yang diberikan pada anak TK dirancang untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah kegiatan meronce dengan manik – manik melalui metode

Menimbang, bahwa sesuai bukti Penggugat bertanda P-4A sId P-4G di dapat fakta hukum bahwa sejak tahun 1997 merek EPIDER- MA Penggugat telah terdaftar pad a badan

Berkaitan dengan pernyataan tersebut, khusus mengenai butir 1 dan 2 pada dasarnya butir 1 menitik beratkan kepada subtansi pemerintah dalam hal ini yang lebih cenderung