TUGAS AKHIR
PUSAT PENGAMATAN TATA SURYA DI BATU
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh
Gelar Sarjana Teknik (S-1)
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
Diajukan oleh :
JUJUK PRIANTO
0651010047FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
TUGAS AKHIR
PUSAT PENGAMATAN TATA SURYA DI BATU
Dipersiapkan dan disusun oleh :
JUJUK PRIANTO
0651010047
Telah dipertahankan didepan tim penguji
Pada tanggal : 2 Agustus 2010
Pembimbing Utama Penguji
Ir. Zyaifuddin Zuhri., MT
Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
Untuk memperoleh gelar sarjana ( S1 )
Tanggal :
Dr. Ir. Edi Mulyadi, SU
NIP. 19 551231 198503 1 00 2
Dekan Falkutas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Ir. Sri Suryani Yuprapti Winasih., MT
NIP. 030 227 235 NPTY. 3 6604 94 0032 1
Pembimbing Pendamping
PUSAT PENGAMATAN TATA SURYA DI BATU
Jujuk Prianto 0651010047
ABSTRAKSI
Pusat Pengamatan Tata Surya Di Batu adalah Proyek untuk mengembangkan pengetahuan. fasilitas yang direncanakan di kompleks ini adalah planetarium, ruang teropong, real time, teater imax, museum, cafetaria, ruang administrasi, perpustakaan dan ruang kelas.
Di proyek ini planetarium dan Real Time adalah bangunan utamanya.karena planetarium fungsinya adalah untuk mempertunjukan pengetahuan dan pertunjukan tentang astronomi dan langit malam, oleh karena itu dalam konsep perancanganya mengacu pada bentuk radial, dan diterjemahkan dalam bentuk massa yang unity serta landsecap yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga bila dilihat dari bentukan dan penataan massa dapat diketahui bahwa bangunan ini membentuk pola radial seperti peredaran tata surya.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ditujukan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penyusunan Proposal Tugas Akhir yang berjudul “Pusat Pengamatan Tata Surya Di Batu” ini dapat terselesaikan dengan baik, untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik ( S-1 ) Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur di Surabaya.
Bersama ini penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Edy Mulyadi, SU. Selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Jawa Timur.
2. Ir Syaifuddin Zuhri, MT. selaku Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Tekni Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Jawa Timur.
3. Ir, Sri Suryani Yuprapti Winasih, MT. selaku Ketua Lab Studio Tugas Akhir. 4. Ir Syaifuddin Zuhri, MT. Selaku dosen pembimbing utama, terimakasih
banyak atas bimbingannya.
5. Moch Pranoto, ST, MT. Selaku Dosen Pembimbing pendamping. Terimakasih banyak atas bimbingannya.
6. Ir. Sri Suryani Yuprapti Winasih, MT. dan Ir. Erwin Djuni Winarto., MT. Selaku Dosen Penguji. TerimaKasih atas Semua kritik dan sarannya.
7. Ibu Sulasiyem dan bapak Mulyono selaku orang tua yang memmbimbing q hingga dewasa.
8. Mas Joko, Mbk Nopi, Mam Puyuh, dan semua teman-teman yang ada di rumah’ terimakasih Suport dan semua dukungannya.
12. Mas Bagus terimakasih Suport dan semua dukungannya.
13. Kelompok “Bonek Touring”, Nahrul (pak dhe), Ojik, Nopik, Very, Rome Pintoro labang mEsem, Dheny, Unyil dll. Terimakasih atas semua dukungan dan bantuannya.
14. Febrian haryono, terimakasih sudah jadi notulen. 15. Teman-teman ruangan “TA”.
16. Teman-teman angkatan 2001 s/d 2006.
17. Dan semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan Proposal Tugas Akhir ini.
Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih dan mohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat banyak kesalahan baik yang disengaja maupun tidak dalam penyusunan laporan tugas akhir ini. Semoga Laporan Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, dan bisa didapatkan hasil yang maksimal nantinya.
DAFTAR ISI
Bab III. Tinjauan Lokasi Perancangan... 67
3. 1. Latar Belakang Lokasi ... 67
3. 3. Kondisi Fisik Lokasi ... 70
4. 2. 1. Analisa Aksesibilitas... 89
4. 2. 2. Analisa iklim ... 92
4. 2. 3. Analisa Lingkungan Sekitar... 93
Bab V. Konsep Perancangan ... 95
5. 3. 2. Konsep Sirkulasi Dalam Bangunan ... 106
5. 3. 3. Konsep Struktur Bangunan ... 106
Bab VI. Aplikasi Konsep Perancangan ... 108
6. 1. Aplikasi Bentuk ... 108
6. 2. Aplikasi Tampilan ... 108
6. 3. Aplikasi Sirkulasi Dalam Tapak ... 109
6. 4. Aplikasi Ruang Luar ... 110
6. 5. Aplikasi Interior Bangunan ... 111
Penutup ... 112 Daftar Pustaka.
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1. Pengunjung Planetarium TIM, Jakarta...16
Tabel 1.2. Jumlah Pengunjung Planetarium TIM, Jakarta (Taman Ismail Marzuki) menurut Usia tahun 2005.... ... ... 17
Tabel 2. 3. Fasilitas Ruang dan Aktifitas ... 48
Tabel 2. 4. RuangKegiatanUtama ... 52
Tabel 2. 5. Ruang Kegiatan Utama ... 54
Tabel 2. 6. Ruang Kegiatan Utama ... 55
Tabel 2. 7. Unit Perpustakaan ... 56
Tabel 2. 8. R.Pengelola ... 57
Tabel 2. 9. R.Ibadah ... 58
Tabel 2.10. Unit Servis ... 59
Tabel 3. 1. Pertimbangan Pemilihan Lokasi ... 17
Tabel 3. 2. Data kebutuhan air bersih di Kota Batu ... 18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Tampak depan Abrams Planetarium... 16
Gambar 2. 2. Floor Plans Abrams Planetarium... ...17
Gambar 2. 3. Interior Eibit Hall sebelum dan sesudah renofasi...17
Gambar 2. 4. Aksentuaitas Abrams Planetarium... ...18
Gambar 2. 5. Insert Picture behind globe ”wall of photos”………….…...18
Gambar 2. 6. Suasana Sky Theater sebelum direnovasi, kapasitas masih 250 orang...19
Gambar 2. 7. Sky Theater setelah direnovasi dengan kapasitas 150 orang...19
Gambar 2. 8. Ruang Kontrol...20
Gambar 2 .9. Ruang Control yang dilengkapi peralatan komputerisasi setelah mengalami renovasi...20
Gamabr 2.10. Blacklight pictures ( kiri ke kanan: Yupiter blacklight, solar blacklight, system blacklight). ...20
Gambar 2. 11. Tampak Depan Hayden Planetarium...21
Gambar 2. 12. Exhibit Hall, lantai bawah selama kontruksi berlangsung... ...22
Gambar 2. 13. Cube, pembentuk ruang luar dan juga sebagai signed...23
Gambar 2. 14. Struktur Hayden Planetarium... ...24
Gambar 2. 15. The Hayden Sphere ujung atasnya berukuran 2feet 7 inci...27
Gambar 2. 16. Planetarium Taman Ismail Marzuki...28
Gambar 2. 17. Pengamatan Gerhana Matahari oleh HAAJ ... 31
Gambar 2. 18. Kegiatan Peneropongan Anggota HAAJ ...31
Gambar 2. 19. Teleskop refraktor Coude 160 mm...…...….…....32
Gambar 2. 20. Teleskop reflektor Cassegrainian 310 mm. ………...33
Gambar 2. 21 Sebagian koleksi buku perpustakaan Planetarium Jakarta,....…....34
Gambar 2. 22. Suasana Ruang Plaetarium Jakarta...34
Gambar 2. 23. Ruang Pamer Planetarium TM...35
Gambar 2. 25. Proyektor Bintang Universarium M VIII...36
Gambar 2. 26. Ruang pertunjukan planetaium jakarta...38
Gambar 2. 27. Peta Lokasi Planetarium Taman Ismail Marzuki...38
Gambar 2. 28. Observatirium Bosscha ITB Lmbang...38
Gambar 2. 29. Pertemuan Beberapa Astronom dan Masyarakat...40
Gambar 2. 30. Bentuk Bangunan Tempat Teleskop Zeiss...41
Gambar 2. 31. Teleskop Refraktor Ganda Zeiss...41
Gambar 2. 32. Bentuk Bangunan dan Teleskop Refraktor Schmidt ”Bima sakti” ... ...42
Gambar 2. 33. Bentuk Bangunan dan Teleskop Cassegrain GOTO...43
Gambar 2. 34. Teleskop Refraktor Unitron...44
Gambar 2. 35. Bentuk Bangunan dan Teleskop Refraktor Bamberg...45
Gambar 2. 36. Lokasi Site Observatorium Bosscha. ...46
Gambar 2. 37. Ukuran kebutuhan ruang gerak tubuh manusia...58
Gambar 2. 39. Standart ruang pameran………….………..…...…59
Gambar 2. 40. Sudut Pandang Manusia...……..60
Gambar 2. 41. Jarak Tempat Duduk Penonton...61
Gambar 2. 42. Luas Baris 16 dan 25………...………...61
Gambar 2. 43. Tinggi Tempat Duduk Menanjak/Bertingkat...62
Gambar 2. 44. Tinggi Tempat Duduk Menanjak/Bertingkat...62
Gambar 2. 45. Diagram Ruang Proyektor...63
Gambar 3. 1. Batas Utara site...68
Gambar 3. 2. Batas Timur site...68
Gambar 3. 3. Batas Selatan site...68
Gambar 3. 4. Batas barat site...68
Gambar 3..5. Peta Kota Batu 2009...71
Gambar 3. 6. Keadaan jalan sekitar...71
Gambar 3. 7. Lokasi Site...71
Gambar 3. 8. Peta Kota Batu, 2009...72
Gambar 3. 9. Peta Jaringan Air Bersih PDAM Kota Batu,2009...73
Gambar 4. 1. Hubungan ruang yang terjadi dalam fasilitas utama...82
Gambar 4. 2. Hubungan ruang yang terjadi dalam fasilitas Pendidikan Informal...82
Gambar 4. 3. Hubungan ruang yang terjadi dalam fasilitas Perpustakaan...83
Gambar 4. 4. Hubungan ruang yang terjadi dalam fasilitas Pengelola...84
Gambar 4. 5. Hubungan ruang yang terjadi dalam fasilitas Servis...85
Gambar 4. 6. Lokasi Site...88
Gambar 4. 7. Foto Hotel Agro Kusuma...90
Gambar 4. 8. Foto Villa Panderman…...91 Gambar 4.1 Hubungan ruang yang terjadi dalam fasilitas utama 91
Gambar 4.3 Hubungan ruang yang terjadi dalam fasilitas Perpustakaan Gambar 4.4 Hubungan ruang yang terjadi dalam fasilitas Pengelola Gambar 4.5 Hubungan ruang yang terjadi dalam fasilitas Servis Gambar.5.1. Sketsa konsep penzoningan
Gambar 5. 2. Konsep sirkulasi dalam bangunan Gambar 5. 4. Sistem struktur yang digunakan Gambar 5. 5. Sistem struktur space frame
Gambar 6. 1. Aplikasi ide bentuk geometri lingkaran yang diolah perletakannya pada site plan.
Gambar 6. 2. Aplikasi Exploring the universe dengan lingkungan sekitar Gambar 6. 3. Aplikasi sirkulasi ruang luar rancangan dalam bentuk site plan Gambar 6. 4. Aplikasi sirkulasi ruang luar rancangan
Gambar 6. 5. Ruang luar yang tercipta pada proses perancangan Gambar 6. 6. Sikuen ruang luar dalam perancangan
DAFTAR DIAGRAM
Gambar 2. 1. Jumlah pengunjung Planetarium TIM ...16
Diagram 4. 1. Organisasi Ruang Fasilitas Utama17 Diagram 4. 2. Organisasi Ruang Fasilitas R.Pendidikan Informal ...17
Diagram 4. 3. Organisasi Ruang Fasilitas Perpustakaan...18
Diagram 4. 4. Organisasi Ruang Area Pengelola/Administrasi... 18
Diagram 4. 5. Organisasi Ruang Fasilitas Servis...19
Diagram 4. 6. Organisasi Ruang Fasilitas Utama ...19
Diagram 4. 7. Organisasi Ruang Fasilitas R.Pendidikan Informal ...20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Astronomi sebenarnya sudah dikenal luas oleh manusia sejak masa
sebelum masehi, namun dalam perkembanganya astronomi menjadi ilmu
pengetahuan yang hanya diketahui dan dipahami oleh beberapa orang tertentu
saja ( esoteric science). Dahulu astronomi lebih banyak di perkenalkan oleh
bangsa Yunani yang terus berkembanag hingga kemudian di pelajari oleh
bangsa-bangsa yang lain.
Alam semesta memiliki dimensi sangat luas. Sebagai tolok ukur batas
kemampuan akal dan teknologi, alam semesta menjadi cerminan kehidupan
manusia sejak dulu, kini, dan masa mendatang. Kehidupan sosial manusia
tercermin melalui pergerakan benda-benda langit, seperti adanya kecenderungan
berkelompok, berpasangan, termasuk kelahiran dan kematian.
Para ilmuwan terdahulu seperti Aristoteles, Plato, Copernicus, dan
lainnya, menggambarkan alam semesta sebatas pemikiran yang berkembang
pada zamannya. Tentu, alam semesta yang kita pahami jauh berbeda antara dulu
dan sekarang serta masa yang akan datang. Semuanya terus berkembang seiring
dengan kemajuan teknologi dan pemahaman kita tentang alam semesta, juga
disertai pula perspektif bagaimana kita memandangnya.
Demikian dikatakan oleh Kepala Observatorium Bosscha, Dr. Dhani
Herdiwijaya, Menurutnya, pemahaman tentang alam semesta sudah masuk ke
dalam kehidupan budaya manusia sejak zaman dulu. Benda-benda langit seperti
Matahari, Bulan, dan bintang, selalu dijadikan simbol-simbol kepercayaan
mereka. Demikian pula saat mereka mendirikan sebuah bangunan, misalnya
piramid di Mesir atau bangunan lainnya yang didirikan oleh suku Maya kuno,
selalu mengacu kepada pergerakan benda langit.
Contoh lainnya tentang keterkaitan kehidupan budaya manusia dan alam
semesta adalah penentuan untuk navigasi dan waktu bercocok tanam. Sementara
pada zaman modern, keberadaan benda-benda langit senantiasa dijadikan
posisi di Bumi maupun posisi di langit. Pergerakan satelit sudah pasti
menggunakan bintang (gyroskop) sebagai acuannya. Juga untuk referensi
waktu, selain memakai jam atom, pergerakan semua benda langit menjadi acuan
dalam penentuan waktu, serta banyak lagi yang dapat dijadikan acuan dari
pergerakan benda langit. "Pada prinsipnya, astronomi tidak terlepas dan terkait
erat dengan perilaku kebudayaan manusia.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam astronomi ada istilah astrobiologi,
yakni menyelidiki dan mempelajari sejauh mana kehidupan di alam semesta.
Misalnya menyelidiki makhluk hidup yang berada pada keadaan sangat
ekstrem, seperti dalam suhu dan radiasi sangat tinggi. Dalam keadaan demikian,
masih ada kehidupan. Juga ada istilah arkeoastronomi, yang menyelidiki dan
mempelajari pergerakan segenap benda langit. Di organisasi International
Astronomical Union (IAU), terdapat divisi khusus untuk riset astrobiologi dan
arkeoastronomi, serta divisi lainnya. Menyinggung tentang berbagai fenomena
yang ada di alam semesta, proses untuk melihat, menganalisis, dan mencari tahu
apa yang bisa didapat dari benda langit, merupakan hal yang sangat menarik.
Sebagai contoh, ketika meneliti Matahari, dengan komposisi gas yang sangat
panas dengan suhu permukaan 6.000 ºC dan suhu intinya mencapai 15 juta ºC.
Lewat astronomi, kita jadi benar-benar tahu tentang gerhana matahari
dan bulan. Bagi kita, fenomena gerhana matahari biasanya sangat menakjubkan,
tidak mengherankan jika fenomena ini terjadi, biasanya seluruh media massa
menuliskan berita ini secara besar-besaran. Fenomena seperti ini sangat jarang
terjadi. Tidak Cuma itu saja, dengan astronomi kita juga dapat menentukan hari,
tanggal dan jam. Ilmu ini juga digunakan untuk berbagai keperluan lainnya
seperti navigasi dan lainnya.
Memandangi bintang-bintang yang bertaburan di langit malam,
merupakan hal yang menakjubkan bagi sejumlah orang. Apalagi jika suatu kali
terjadi fenomena menarik di antariksa sana, yang kebetulan bisa diamati dengan
Dari berbagai opini tersebut, Adalah suatu keinginan besar untuk kota
Batu memiliki suatu wahana riset dan ilmu pengetahuan tentang ilmu
astronomi, selain sebagai Kota tujuan wisata di Jawa Timur. Sehingga
perkembangan ilmu pada bidang astronomi dapat berkembang dengan pesat di
Indonesia dan tidak hanya itu saja diharapkan dengan adanya Pusat Pengamatan
Tata Surya di Batu tersebut juga menjadi hiburan untuk masyarakat di Kota
Batu khususnya.
Ide untuk membuat Pusat Pengamatan Tata Surya di Batu selain sebagai
pusat ilmu astronomi juga bertujuan untuk sarana wisata pendidikan yang dapat
menyajikan pertunjukan / peragaan simulasi perbintangan atau benda-benda
langit. Pengunjung diajak mengembara di jagat raya untuk memahami konsepsi
tentang alam semesta melalui acara demi acara.
Indonesia sudah memiliki sebuah Planetarium yang di bangun pada
tahun 1969 yang terletak di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
Diagram 1.1 Jumlah pengunjung Planetarium TIM, Jakarta. 1974-
1978
1979- 1983
1984- 1988
1989- 1993
1994- 1996
Tabel 1.1 Pengunjung Planetarium TIM, Jakarta
No Tahun Jumlah Prosentase
1 1974-1978 419.000 ---
2 1979-1983 785.240 350%
3 1984-1988 1.013.318 35%
4 1993-1994 1.147.690 15%
5 1994-1996 689.018 45%
6 1999-2003 767.260 10%
Sumber : Planetarium dan Observatorium Jakarta .htm
Tabel 1.2 Jumlah Pengunjung Planetarium TIM, Jakarta (Taman
Ismail Marzuki) menurut Usia tahun 2005.
No Usia (tahun) Jumlah (jiwa) Prosentase
1 7-18 Tahun 293.300 70
2 18-35 Tahun 83.800 20
3 35 Tahun ke atas 41.900 10
Sumber : Planetarium dan Observatorium Jakarta .htm
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa untuk menciptakan suatu sarana
pendidikan di luar sekolah di bidang astronomi yang di padukan dengan unsur
hiburan dan rekreasi dengan tujuan untuk memperkenalkan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang astronomi kepada masyarakat segala usia (khususnya
para pelajar, mahasiswa, dan mereka yang memiliki minat di bidang astronomi)
secara mudah, menarik dan menghibur melalui berbagai peragaan interaktif dan
visualisasi. hal itu di sebabkan ilmu astronomi merupakan salah satu bidang
ilmu yang menarik untuk di pelajari. Sayangnya sampai saat ini planetarium
hanya berada di Jakarta, padahal di daerah lain perlu juga di bangun fasilitas
yang sama. Terlebih lagi di Kota Batu yang merupakan kota tujuan wisata di
1.2 Maksud dan Tujuan Perancangan
1.2.1 Maksud Perancangan
Merencanakan sebuah bangunan Pusat Pengamatan Tata Surya di Batu
dengan fasilitas sejarah, perkembangan, benda langit (ruang koleksi), eksplorasi
angkasa (teater IMAX), Eksperimen Fisica (laboratorium) yang dapat berfungsi
sebagai fasilitas pendidikan dan rekreasi ilmiah.
1.2.2 Tujuan Perancangan
Adapun maksud dari perancangan ini adalah untuk mempopulerkan dan membudayakan ilmu pengetahuan di bidang astronomi sebagai usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengejar ketertinggalan kita
dengan negara lain dalam dunia astronomi.
Tujuan dari perancangan ini adalah merupakan sarana wisata pendidikan yang dapat menyajikan pertunjukan / peragaan simulasi perbintangan
atau benda-benda langit, beserta isinya bagi masyarakat sekitar maupun
wisatawan yang berlibur ke batu khususnya yang berminat untuk
mempelajari tentang ilmu astronomi.
1. 3 Batasan dan Asumsi
Batasan proyek adalah sebagai berikut :
1. Kepemilikan proyek Pusat Pengamatan Tata Surya di Batu ini
bersifat resmi milik swasta.
2. Batasan usia pengunjung dari usia anak sampai dewasa (semua
umur).
3. Pusat Pengamatan Tatat Surya di asumsikan dapat melayani dengan
jam kerja, setiap hari senin-kamis kemudian sabtu s/d minggu
(jum’at perawatan alat), antara pukul 09.00 – 20.00 Wib.
4. Pusat Pengamatan Tata Surya di Batu di asumsikan menggunakan
harga tiket yang disesuaikan dengan harga tiket – tiket yang ada di
Observatorium Boscha/TIM dan sejenis. Sehingga harga tiket relatif
terjangkau oleh pengunjung Pusat Pengamatan Tata Surya di Batu
5. Bangunan tiga massa yang di susun secara unity. (sumber :analisa
pribadi)
Sedangkan asumsi untuk perancangan adalah :
1. Proyek Pusat Pengamatan Tata Surya di Batu ini direncanakan
menampung kebutuhan kegiatan atau aktivitas sampai dengan 10
tahun mendatang, sehingga dapat diprediksikan adanya kenaikan
jumlah pengunjung.
1.3 Lingkup Perancangan
Sarana ini digunakan sebagai tempat memasyarakatkan ilmu pengetahuan dan penelitian astronomi.
Fasilitas yang tersedia terbagi-bagi menjadi beberapa Zoning dengan fungsi yang berbeda-beda
Proyek planetarium ini merupakan building design (desain bangunan) yang diharapkan mampu mewujudkan bentuk arsitektural yang
mencerminkan suatu bentukan benda langit atau astronomi.
1.4. Metode Perancangan
Sub bab Metode Perancangan disini menjelaskan secara skematik
tentang urutan yang dilakukan penyusun dalam menyusun laporan mulai dari
tahap pemilihan judul sampai dengan laporan selesai untuk kemudian
diaplikasikan pada gambar perancangan. Diantaranya :
a. Studi Literatur
Suatu metode data dan informasi yang di peroleh dari hasil
penelusuran literatur yang merupakan kajian atau penelitian yang pernah di
lakukan sebelumnya berkaitan dengan perancngan yang sedang direncanakan
b. Studi Kasus
Adalah sebuah studi terhadap obyek kasus riil atau obyek yang
telah ada sesuai dengan obyek rancang guna memperkuat data – data yang
dibutuhkan dalam proses perancangan.
c. Studi Banding
Studi yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengenal
lebih dalam pada bangunan sejenis untuk mendapatkan gambaran–gambaran
tentang arsitektural dimana hal tersebut dijadikan pertimbangan menuju arah
perencanaan yang berhubungan dengan proyek yang direncanakan.
d. Wawancara
Dilakukan dengan pihak yang di anggap berkepentingan dan
terkait dengan permasalahan dalam perencanaan dan perancangan proyek untuk
mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan obyek.
e. Survey Lapangan
Dengan melakukan studi lapangan pada site yang telah dipilih
guna mengenali karakter site yang menyangkut batasan, kendala dan potensi
yang ada.
f. Pengolahan dan Penyusunan Data
Data – data yang sudah terkumpul untuk kemudian diolah dan
diproses guna untuk mendapatkan pedoman dalam perencanaan dan
Bagan : I
PENGENALAN DATA & LOKASI INTERPRESTASI JUDUL
KAJIAN TEORI/IDENTIFIKASI MASALAH
ANALISA IKLIM
ANALISA TIPOLOGI RUANG & BENTUK PENGUMPULAN DATA &
STUDI KASUS OBYEK PERANCANGAN
ANALISA SITE ANALISA
TEMA
RANCANGAN KONSEP BANGUNAN
g. Sistematika Pembahasan
Sistematika Pembahasan memberikan gambaran secara umum
mengenai isi laporan. Menguraikan langkah-langkah dan item-item apa saja
yang akan dijelaskan dan di uraikan dalam pokok bahasan.
BAB I PENDAHULUAN
Tinjauan terhadap obyek tugas akhir seperti latar belakang,maksud dan
tujuan perancangan, lingkup perancangan, serta metode perancangan.
BAB II TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN
Tinjauan terhadap obyek perancangan (judul Obyek tugas akhir) terdiri
dari tinjauan umum dan kusus tinjauan umum berisi tentang usulan judul, studi
proyek sejenis, persyaratan pokok proyek,dan kepemilikan proyek sedangkan
tinjauan khusus berisi tentang batasan dan asumsi proyek, lingkup pelayanan,
aktifitas dan kebutuhan ruang, perhitungan luas ruang dan pengelompokan
ruang.
BAB III TINJAUAN LOKASI
Bab ini berisi tentang persyaratan pemilihan lokasi, letak site terhadap
bangunan sekitar, infra struktur kota yang menjelaskan bahwa mengapa
planetarium terletak dilokasi tersebut tetapi dengan syarat dan informasi dari
pihak yang berkompeten serta peninjauan terhadap lokasi.
BAB IV PENDEKATAN PERANCANGAN
Bab ini berisi penjelasan tentang penyelesaian rancangan planetarium
BAB II
TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Judul Proyek Tugas Akhir
Judul dari proyek ini adalah ”Pusat Pengamatan Tata Surya di Batu” definisinya :
Pusat : Wadah/tempat yang merupakan sumber dari kegiatan atau pengembangan suatu bidang tertentu. ( WJS.Poerwadarwinta, tahun 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia.)
Pengamatan : atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian.
Tata Surya : Susunan planet-planet dan Galaksi sesuai dengan peredaranya.
Di : Kata perangkai yang menyatakan ada pada suatu tempat
Batu : Sebuah kota yang terletak ±80 km dari surabaya dan merupakan salah satu kota tujuan wisata di jawa timur.
2.1.2 Studi Literatur
2. 1. 2. 1. Peralatan dan standarisasi planetarium
Studi literatur yang digunakan disini tidak lain adalah untuk menunjang hal – hal yang berhubungan dengan obyek rancangan atau bisa juga sebagai keterangan yang berkaitan dengan materi obyek rancangan.
Pada studi literatur data-data yang diperoleh didapat dengan menggunakan :
1. Buku Kamus Bahasa Indonesia. 2. Referensi halaman web / internet :
A. www. google. co. id. B. www. wikipedia. co.id 2. 1. 2. 2. Standarisasi Planetarium
Berikut adalah data standart mengenai ukuran maupun jenis peralatan/perabot yang diperlukan atau ada dalam suatu fasilitas planetarium, dan juga ukuran unsur pelengkap ruang luar yang umum ada dalam fasilitas planetarium berdasarkan buku Neufert Architect Data.
Aktivitas dan Fasilitas 1. Fasilitas umum :
Entrance Hall : Berdiri / duduk di tempat duduk (menam - pung 1000 orang / jam pengunjung).
Loket Karcis : Berdiri didepan loket untuk membeli karcis pertunjukan (terdapat 4 loket).
Lobby : Berdiri / duduk di tempat duduk (50 % pengunjung per menit).
Informasi : Berdiri didepan meja informasi untuk menanyakan informasi (2 orang petugas).
R. Pemandu : Ruang duduk untuk pemandu dan ruang istirahat (6 orang petugas).
a) Aktifitas pengunjung : R. Makan : Duduk didepan meja untuk Makan dan minum (20 % pengunjung).
b) Aktifitas penyaji :
-Pantry : Mempersiapkan makanan
untuk diantar kepada pengunjung 6 orang penyaji.
-Gudang : Menyimpan bahan – bahan sebelum disajikan.
Toilet umum : - Merapikan diri dan buang air besar / kecil (asumsi 20 % pengunjung).
Souvenir Shop : - R. Etalase : Memamerkan barang– barang yang dijual (2 unit).
- Gudang : Menyimpan stok barang barang yang akan dijual.
2. Fasilitas utama planetarium :
Aktivitas Pengunjung :
Hall : Berdiri / duduk di tempat duduk (menmpung 25 pengunjung).
Loket Karcis : Berdiri di depan loket untuk membeli karcis pertunjukan (2 orang petugas).
R. Penonton : Duduk ditempat duduk disusun melingkar sesuai denah ruangan dan melihat gambar dari layar berbentuk lengkung yang berada diatasnya / plafond ruangan (menampung 250 – 600 orang).
Aktifitas Operator :
R. Proyektor : Tempat perletakan proyektor bintang, proyektor planet dan proyektor sky line.
R. Kontrol / perawatan : Tempat perletakan mesin Hidrolik.
Toilet : Merapikan diri dan buang air besar / kecil
R. Pamer tetap : Berdiri melihat alat – alat peraga yang merupakan miniatur dari benda – benda langit dan peristiwa alam beserta lintasanya.
R. Pamer Temporer : Berdiri meihat koleksi foto – foto, gambar gambar benda – benda langit dan peristiwa alam yang fenomenal.
IMAX Theater : duduk ditempat duduk sambil melihat ke depan (Theater simulator) depan layar (menampung 300 orang).
3. Fasilitas Perpustakaan :
Aktifitas Pengunjung :
Rak buku : Menyusun buku pada rak – rak yang disediakan (asumsi 800 buku).
R. Baca : Duduk sambil membaca buku bacaan yang disediakan, seperti buku cerita mengenai tata surya ensiklopedia, majalah, kliping / kumpulan artikel, dan lain – lain (menampung 80 orang pengunjung),
Aktivitas Petugas :
R. Sirkulasi : Mengenai adminitrasi perpustakaan (4 orang petugas).
R. Seminar : Duduk diruang / auditorium (menampung 400 orang).
R. Kelas : Ruang khusus untuk pelatihan guru dibidang astronomi, dengan aktifitas duduk di tempat duduk depan meja menghadap meja tentor (terdapat kelas 20 orang).
4. Fasilitas Pelayanan Teknis :
R. Perencanaan Peragaan : Tempat dimana alat – alat peragaan ditempatkan sebelum digunakan.
R. Prodksi dan Repair : Tempat dimana alat – alat diperbaiki dan dibersihkan.
R. Regristrasi : Menangani masalah biaya yang berhubungan dengan alat – alat peraga.
R. Studi Koleksi : Tempat dimana pendataan antara koleksi baru dan lama.
Koleksi : Tempat koleksi yang baru dan lama sebelum dipamerkan.
Bengkel : Menyimpan sperpart alat peraga. Toilet : Merapikan diri dan buang air
besar / kecil.
Fasilitas Adminitrasi :
R. Tamu : Menerima tamu.
R. Direktur : Memberi pertunjukan / legalitas (menanda tangani) surat – surat penting dan kontrak kerja perusahaan (1 orang).
R. Sekertaris : Menangani hal – hal yang berhubungan dengan adminitraif perusahaan dan personalia pegawai perusahaan (2 orang).
R. Rapat : Melaksanakan rapat antar direksi. R. Adminitrasi : Menangani masalah adminitrasi
yang berhubungan dengan perusahaan (25 orang).
R. Teknik dan Oprasional: Menangani proses pertunjukan dan kerja, Planetarium, sinema bintang, IMAX, galeri astronomi kafe dan souvenir shop.
R. Arsip : Menyimpan arsip-arsip penting perusahaan.
R. Pantry : Menyimpan makanan dan
Gudang : menyimpan benda – benda adminitratif.
Toilet : Merapikan diri dan buang air besar / kecil.
5. Fasilitas Servis :
Hall : Berdiri untuk menunggu masuk keruangan servis area.
Kantor : Tempat berkumpul dan
pembagian tugas Para petugas (cleaning srvice).
R. Makan : Tempat meyiapkan makanan para pegawai.
R. Dapur dan Pantry : Tempat memasak dan menyiapkan makanan dan minuman.
R. Ganti dan Loker : Tempat merapikan dan menyimpan barang - barang pegawai.
R. Mekanikal & Elektrikal: Menangani oprasional mesin – mesin mekanikal dan elektrikal.
Loading Dock : Menerima barang dari produsen. Pos Keamanan : Menjaga keamanan gedung,
mengatur lalu lintas dalam lingkungan sekitar gedung.
Parkir :
Parkir pengunjung : Memarkir kendaraan pengunjung ( asumsi 1000 pengunjung, bus 4 unit, 30 unit, sepeda motor 65 unit).
Parkir Pengelola : Memarkir kendaraan pegawai.
2.1.2 Studi Kasus Obyek 2.2.1 Studi Kasus
a) The Talbert and Leota Abrams Planetarium
Identifikasi Obyek
Didirikan : tahun 1963
Arsitek : Ralph Calder Associates of Detriot
Ensiklopedia Indonesia, N.V. Penerbit W . Van Hoeve, Bandung, 1955, Buku V Ensiklopedia Indonesia, N.V. Penerbit W. Van Hoeve, Bandung, 1955, Buku V WWW.pa.msu.edu/astro/oberv
Gambar 2.1. Tampak Depan Abrams Planetarium
Fasilitas Abrams Planetarium
Abrams Planetarium terpisah dengan observatoriumnya yang diberi nama MSU, sehingga fasilitas ruang dalam planetarium terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Exhibit Hall 2. Blacklight Gallery 3. Sky Theater
Tinjauan Lokasi Abrams Planetarium
ke anak-anak usia sekolah. Hal itu juga ditunjang oleh lokasi planetariun yang dapat diakses dari pusat kotadan lokasi planetarium yang berada di dalam kawasan edukasi.
Tinjauan Ruang Abrams Planetarium
gambar 2.2 Floor Plan Abrams Planetarium
1. Jenis Ruang : Exhibit Hall
Besaran : 3000 square feet
Aktifitas : memamerkan benda ruang angkasa dengan modul 3D dan 2D
Exhibit hall mengalami renovasi, salah satunya penempatan bola bumi (globe) berukuran besar di tengah ruang.
Di salah satu korner Exhibit hall terdapat counter yang menjual souvenir maupun buku-buku untuk pengunjung.
Permainan pencahayaan yang terencana dengan baik memberi kesan yang dramatic dan entertaining.
Counter souvenir, merupakan fasilitas penunjang yang disediakan untuk pengunjung. Exhibit hall ini merupakan ruang transisi menuju sky theater, sehingga mempunyai sifat pendukung ruang sky theater.
Gambar 2.4. aksentuaitas interior Abrams Planetarium
Penempatan bola dunia di tengah-tengah exhibit hall memberikan aksentualitas tersendiri pada ruangan tersebut. Sentuha interior yang menarik memberi nilai tambah pada planetarium ini.
Gambar 2.5. Insert Picture behind globe ”wall of photos”
2. Jenis Ruang : Sky Theater
Kapasitas : 150 orang dimana sebelum direnovasi 250 orang
Besaran :
a. Ukuran Kubah Luar : 60 feet diameter Bahan Kubah : Tembaga
b. Ukuran Kubah Dalam : 50 feet diameter
Bahan : Aluminium bercat putih berfungsi sebagai layar.
c. Ruangan : 50 feet diameter
Gambar 2.6. Suasana Sky Theater sebelum direnovasi, kapasitas masih 250 orang.
Sky Theater merupakan fasilitas yang terlebih dahulu dibuka sebelum fasilitas lainnya muncul.
Aktivitas : mendemonstrasikan simulasilangit dengan bantuan Digistar II Star Proyektor sehingga dapat membawa pengunjung ke suasana ruang angkasa.
Gambar 2.7. Sky Theater setelah direnovasi dengan kapasitas 150 orang.
Pengaturan kursi dibuat berbaris agar pengamat lebih leluasa dan tidak menghalangi pengamat yang lain.
Ruang Contrrol terletak di belakang dalam ruang Sky Theater. Ruangan ini secara fisik keberadaannya terpisah dengan Sky Theater.
Ruang Control berfungsi untuk, mengendalikan dan menampilkan gambaran selama pertunjukan berlangsung. Disamping itu juga untuk mengatur bunyi dari pertunjukan tersebut.
3. Jenis Ruang : Blacklight Gallery
Fungsi : sebagai ruang untuk mempresentasikan ruang angkasa dengan media lukisan yang dibuat dari bahan cat berpijar kalau dipancari oleh sinar ultra violet.
Lukisan tersebut menempel pada dinding yang bercat hitam.
Suasana dalam ruangan blacklight gallerysangat galap sehingga pengunjung dapat merasakan bahwa seperti berdiri di atas platform dan menatap ruang tanpa batas.
Gambar 2.10. Blacklight pictures ( kiri ke kanan: Yupiter blacklight, solar blacklight, system blacklight)
Bentuk Arsitektur Abrams Planetarium
Bentuk bangunannya pun sangat sederhana, elemen estetis tidak terlihat. Dapat disimpulkan bahwa pengelola mengutamakan fungsi dari pada bentuk. Langgam arsitektur yang digunakan adalah arsitektur modern, terlihat dari cirinya yang simple dan bentuknya yang kotak serta mengutamakan fungsi meskipun sudah mengalami renovasi. Elemen estetis hanya terlihat pada interior exhibit hall pada Planetarium Abrams. Pemilik memaksimalkan keindahan pada exhibit hall dengan permainan cahaya, sehingga tampak dramatis dan entertraining.
Tatanan Lahan Abrams Planetarium
Sehingga kesan pada bangunan ini seperti diletakkan begitu saja tanpa perhitungan sirkulasi dan existing yang matang.
b) Hayden Planetarium
Identifikasi Obyek
Nama : Hayden Planetarium
Dibuka : February 2000
Arsitek : Polshek Partnersh
sumber : Architecture Design. Vol. 70 No.2 gambar 2.11. Tampak Depan Hayden Planetarium www. Amnh.org/rose/
Architecture Design. Vol. 70. No.2
Fasilitas :
Fasilitas Planetarium Hayden terbagi dalam dua zone, yaitu: 1. Earth zone
2. Space zone
yang masing-masing di dalamnya hanya exhibit hall saja yang ditonjolkan secara estetis.
Besaran : Total 333,500 feet Square dan Hayden Planetarium memiliki luasan 25% dari total keseluruhan.
Tinjauan Lokasi Hayden Planetarium
Hayden planetarium terletak di tengah area Rose Center For Earth And Space, American Museum Of Natural History New York. Hatden Planetarium merupakan bagian dari Rose Center ini. Keberadan planetarium ini bersifat edukatif entertainment. Tetapi keberadaan observatorium tidak terdapat di dalan sarana ini. Sehingga kegiatan untuk mempelajari lebih detail sangat terbatas.
Tinjauan Ruang Hayden Planetarium
r
Gambar 2.12. Exhibit Hall, lantai bawah selama kontruksi berlangsung
1. Jenis Ruang : Space Theater
Gambar 2.11. The Zeiss projector, yang ditempatkan di space theater. Terlihat di insert proyektor.
2. Jenis Ruang : Exhibit Hall
Fungsi : Menyajikan fasilitas-fasilitas adventure, sehingga pengunjung dapat berexperience seperti di luar angkasa. Misalnya, ruang Beagel II di dalam sana pengunjung dapat merasakan lebih dekat dengan Mars.
Dinding dan plafon dari ruang ini tercover dengan kecanggihan teknologi abad 21 yaitu phased array optics.
Bentuk Arsitektur Hayden Planetarium
Hayden planetarium memiliki bentuk yang utopis. Yaitu dengan menggunakan langgam hightech arsitektur hal ini terlihat dari material eksterior yang dipakai, yang menggunakan aluminiun dan warna silver serta putih mendukung kesan hightech.
Untuk tampilan eksterior bentuk planetarium ini menghadirkan suasana ruang angkasa yang benar-benar nyata. Perancang memunculkan orbit tata surya di ruang eksterior. Planet-planet di tata surya dibuat nyatadan benar-benar melayang seperti di ruang angkasa.
Gambar 2.13. Cube, pembentuk ruang luar dan juga sebagai signed.
Kebutuhan ruang terbuka hijau sangat diperhatikan kelangsungannya. Hal ini merupakan salah satu pendukung konsep yang beraliran natural architecture.
Struktur Kontruksi Hayden Planetarium
Gambar 2.14. Struktur Hayden Planetarium
Eksterior hayden planetarium dikelilingi oleh glass cube yang tingginya berukuran 95 feet.
Luasan seluruh selubung kaca 36000 square feet dan luasan yang di dalam selubung kaca 736.
Luasan lembaran kaca 5 sampai 10,5 feet dan beratnya 450pon.
Maintained dinding-dinding kacanyadengan menggunakan alt kereta gondola yang digerakkan dengan motor listrik yang dihubungkan dengan kabel berukuran 30 feet.
Volume selubung kubus adalah 1.904.303 cubic feet.
Volume bangunan bundar Hayden Planetarium adalah 344.616 cubic feet.
Bahan lantai : dari batu yang dikomposisikan dengan kaca, sehingga nampak mengkilat. Bahan tersebut disebut juga Czechoslovakian shards. Karena asalnya juga dari Czechoslowakia.
Lapisan yang menyelubungi Hayden Planetarium beratnya 2000ton.
Lapisan yang menyelubungi Hayden Planetarium (yang berbentuk bundar) memiliki diameter 87 feet dan garis lingkarannya adalah 273.3 feet.
Hayden Sphere terdiri dari 2474 lapisan aluminium dan 5.599.663 acoustic enhacing.
Gambar 2.15. The Hayden Sphere ujung atasnya berukuran 2feet 7 inci (meruncing), bagian tengah kolom berukuran 3 feet 9 inci dan bagian kaki
berukuran 2 fett 6 inci.
2.2.2 Studi Lapangan
2.2.2.1 Planetarium & ObservatoriumTaman Ismail Marzuki Identifikasi Obyek
Nama : Planetarium & Observatorium Taman Ismail Marzuki Jakarta
Tahun Berdiri : 1964
Resmi Dibuka : 1 Maret 1969
Penggagas : Presiden Soekarno
Dibangun Oleh : Pemerintah Indonesia
Dana : Gabungan Koperasi Batik Indonesia
Renovasi : Tahun 1969
Arsitek : Ir.Dasril Nuzahar
melalui pencarian literatur. Yang kedua studi kasus lapangan yaitu pengumpulan data melalui survei langsung kelapangan. (sumber : www.google.com, 2009)
2.2.2.2 Tinjauan Planetarium di Indonesia
Untuk studi kasus yang diambil dari kasus obyek yang telah ada dilapangan maka kita dapat membandingkan dan mengetahui kekurangan – kekurangan yang ada. Sehingga pada saat melakukan rancangan nantinya hal – hal tersebut dapat diminimalisir, dan dibawah ini studi kasus planetarium dari beberapa kota di Indonesia diantaranya adalah :
1. Taman Ismail Marzuki Jakarta Data proyek
Nama proyek : Planetarium Taman Ismail Marzuki Lokasi : Jl. Cikini Raya 73, Jakarta Pusat
Bangunan tahun 1964 Bangunan tahun 1996
Gambar 2. 16 . Planetarium Taman Ismail Marzuki (sumber : www.google.com, 2009)
interest untuk menarik perhatian pengunjung, fungsi dari kubah itu sendiri sebagai ruang untuk teropong bintang. Sedangkan kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh Planetaium Taman Ismail Marzuki selain mengadakan pertunjukan antara lain :
Mengadakan penelitian – penelitian yang berkaitan dengan ilmu astronomi.
Mengadakan seminar – seminar secara berkala.
Memberikan pelatihan pada guru – guru tentang ilmu pasti untuk tingkat pendidikan dari seluruh Indonesia.
Sedangkan fasilitas – fasilitas yang ada di planetarium Taman Ismail Marzuki diantaranya adalah :
Dalam gedung pertunjukan utama (planetarium) berkapasitas sekitar 300 kursi, penonton dapat melihat peragaan / simulasi langit baik siang hari maupun malam hari. Wajah langit tiruan diproyeksikan kekubah setengah bola dengan diameter 22 meter diatas penonton melalui proyektor Universarium Model VIII.
Sebagai penunjang pertunjukan planetarium, terdapat ruang pameran dimana disajikan materi dalam wujud lukisan, photo, film video, miniatur benda langit ataupun wahana antariksa lainya.
Pengunjung juga disediakan fasilitas perpustakaan dengan materi tentunya berkaitan erat dengan masalah astronomi, namun hanya dibuka pada jam kerja kantor :
- Senin s.d Kamis : pukul 07.30 WIB – 15.30 WIB - Jum’at : pukul 07.30 WIB – 16.00 WIB - Sabtu dan Minggu tutup.
slide-show saja, melainkan digabung dengan video film, leser disk, dan CD-ROM.
Planetarium Taman Ismail Marzuki ini juga memiliki kelas untuk menjalin interaksi lebih aktif antara pengunjung dengan staf dalam penyebarluasan astronomi secara populer. Fasilitas kelas ini pula yang memungkinkan planetarium menyelenggarakan kegiatan lain seperti seminar dan penataran astronomi.
Adanya 3 teleskop memungkinkan mengadakan kegiatan pengamatan benda langit sebagai fungsi ke-observatoriumannya. Baik dalam bentuk penelitian
(observasi ilmiah skala kecil), kegiatan khusus untuk masyarakat umum/awam (peneropongan umum), maupun gabungan keduanya sebagai partisipasi aktif untuk memupuk minat masyarakat.
Kegiatan Peneropongan Umum Planetarium Jakarta
Mengingat himpunan sejenis di manca Negara sudah banyak yang lebih maju, seperti di Amerika Serikat, Jepang, Negara-Negara di Eropa, Australia,dsb. Maka tidak menutup kemungkinan pada masa mendatang HAAJ akan mengadakan jalinan kerjasama dengan mereka guna memperluas wawasan dan pengalaman. Banyak bukti yang menunjukan bahwa hasil temuan dan pengamatan para astronom amatir mempunyai arti besar atau penting bagi dunia astronomi dan dibutuhkan oleh yang professional, missal penemuan komet dan asteroid baru, dsb.(sumber : www.google.com, 2009)
Gambar 2. 17. Pengamatan Gerhana Matahari oleh HAAJ (sumber : www.google.com, 2009)
Observatorium Planetarium Jakarta
Planetarium Jakarta dilengkapi oleh Observatorium, tempat peneropongan benda langit, dimaksudkan agar dapat melaksanakan kegiatan observasi sebagai bagian dari pekerjaan astronomi profesional dan juga memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk mengamati benda-benda langit melalui teropong bintang. Hasil observasi dapat memberikan informasi yang masih hangat tentang benda atau fenomena langit yang masih bisa diamati di Jakarta. Observatorium memiliki peralatan 3 teropong bintang dan sebuah heliostat yang digunakan untuk observasi visual dan fotografi Matahari, Bulan, planet, komet, gugus bintang dll. Sebuah teropong bintang yang dapat dibawa berpindah-pindah digunakan untuk mengamati gerhana matahari, gerhana bulan dan komet. Pada waktu-waktu tertentu planetarium bekerja sama dengan Himpunan Astronomi Amatir Jakarta, mengadakan peneropongan umum di lapangan terbuka untuk lebih memasyarakatkan astronomi sebagai hoby yang bermanfaat.
Gambar 2. 19. Teleskop refraktor Coude 160 mm. (sumber : www.google.com, 2009)
merupakan cirinya yang khas, lebih didasari oleh persyaratan teknis, yakni agar dapat diputar ke berbagai arah dan menimbulkan hambatan yang kecil terhadap tiupan angin serta sirkulasi udara di atas teropong bintang tidak terlalu acak.
Gambar 2. 20. Teleskop reflektor Cassegrainian 310 mm. (sumber : www.google.com, 2009)
Perpustakaan Planetarium Jakarta
Keberadaan perpustakaan yang menghimpun bahan-bahan tertulis mengenai astronomi yang telah dirilis sejak planetarium mulai dibuka. Perpustakaan ini sebuah fasilitas yang mutlak diperlukan karena sebagian besar bahan acuan untuk menyusun program berasal dari isi perpustakaan yang terdapat lebih dari 3.600 buah buku, majalah dan bentuk penerbitan lainnya sebagai koleksi perpustakaan. Jumlah itu akan terus bertambah melalui langganan majalah dan pembelian buku-buku terbitan baru. Tambahan koleksi perpustakaan juga diperoleh melalui bantuan atau sumbangan dari pihak lain, seperti Yayasan Asia dan beberapa kedutaan asing.
Gambar 2. 21. Sebagian koleksi buku perpustakaan Planetarium Jakarta. (sumber : www.google.com, 2009)
Ruang Pameran Planetarium Jakarta
Gambar dan model miniatur adalah alat yang dapat digunakan untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai benda-benda langit. Jarak pemisah yang amat jauh dan pengaruh angkasa dan keterbatasan mata membuat kita tak tahu banyak tentang sifat-sifat benda langit yang sebenarnya. Oleh karena itu gambar-gambar yang dipotret atau dideteksi oleh peralatan astronomi, baik yang dilakukan di Bumi maupun yang berada diangkasa dan ruang angkasa, besar manfaatnya untuk kita ketahui ciri-ciri yang tampak didalamnya. Model miniatur dapat membantu menjelaskan rupa, bentuk dan dimensi benda-benda yang ditirukan.
Gambar 2. 23. Ruang Pamer Planetarium TMI. (sumber : www.google.com, 2009)
Ruang Pertunjukan Citraganda Planetarium Jakarta
Kegiatan di Planetarium Jakarta mulai tahun 1997 bertambah lagi dengan diadakannya pertunjukan citraganda (multi image). Citra atau gambar diproyeksikan pada layar datar, seperti layar bioskop pada umumnya. Gambar itu berasal dari media slide, pita audio. Bagi Planetarium Jakarta upaya memulai hal itu merupakan jawaban terhadap tantangan kekosongan ketika dilaksanakan pemutakhiran proyektor bintang dan renovasi ruangan yang memakan waktu sekitar satu tahun. Pertunjukan citraganda pada mulanya masih menyuguhkan pengetahuan astronomi dan selanjutnya akan diperluas pada pengetahuan lainnya. Dengan media seperti ini sesungguhnya suatu pengetahuan dapat disuguhkan dengan cara menarik dan padat, sehingga manfaatnya sangat baik untuk membantu proses belajar-mengajar. Ini berarti suatu bentuk lain dari media edutainment yang dapat kita ciptakan.
Ruang Pertunjukan Planetarium Jakarta
Planetarium Jakarta sejak dibuka pada 1 Maret 1969 menggunakan proyektor Universal buatan perusahaan Carl Zeiss, yang mampu memproyeksikan gambar-gambar matahari, bulan, planet, bintang, komet dan lain-lain. Sistem proyeksi itu sangat mirip dengan kenyataan yang kita lihat di langit sebenarnya, termasuk perubahan letak benda-benda itu dengan bantuan susunan alat penggerak yang rumit. Dengan demikian peragaan merupakan simulasi langit, baik pada permukaan setelah bola yang bergaris tengah 23 meter, berfungsi sebagai layar dan terbuat dari pelat aluminium. Ruang peragaan, biasa disebut ruang pertunjukan, semula berkapasitas 500 kursi yang ditempatkan melingkar menghadap proyektor ditengah-tengahnya. Pada waktu digunakan ruangan ini tertutup rapat dan udara didalamnya diatur dengan sistem sirkulasi dari luar dan memakai mesin pendingin.
Proyektor dan ruangan yang disebut di atas itu kini telah mengalami perubahan, yaitu sejak dilakukan pemutakhiran peralatan dan renovasi tata ruangan yang berlangsung dalam tahun 1996 dan 1997. Proyektor Universal diganti oleh Proyektor Universarium Model VIII, bahan layar kubah diganti dengan yang baru dan garis tengahnya menjadi 22 meter. Lantai ditinggikan dan dibuat bertingkat. Seluruh kursi menghadap ke arah selatan dan jumlahnya menjadi sedikit, maksimum 320 buah.(sumber : www.google.com, 2009)
Gambar 2. 25. Proyektor Bintang Universarium M VIII. (sumber : www.google.com, 2009)
murid sekolah dipersiapkan oleh staf planetarium dengan isi meliputi masalah-masalah pokok pelajaran Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa dan disesuaikan dengan kurikulum sekolah mereka. Astronomi, fisika, meteorologi dan geografi adalah pokok-pokok pelajaran yang harus diberikan kepada murid sekolah untuk memahami Bumi dan ruang jagat raya. Planetarium memiliki peranan yang sangat penting dalam pencapaian pemahaman ini, karena mempunyai kemampuan memvisualisasikan kejadian-kejadian di langit, yang tidak mungkin dikerjakan oleh guru di ruang kelas. Bahan-bahan pokok untuk tingkat Sekolah Dasar dan untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama hampir sama meliputi :
Pengenalan benda – benda langit malam. Gerak harian benda langit.
Perubahan fase bulan.
Gerhana matahari dan gerhana bulan. Gerak semu matahari dan planet-planet. Bumi sebagai planet.
Matahari. Tatasurya.
Penerbangan ke angkasa luar. Bintang.
Galaksi bimasakti dan galaksi lainnya.
juga dapat dijadikan salah satu tolak ukur atau sumber untuk melihat perkembangan kebutuhan sarana serupa di waktu mendatang.
Gambar 2.26. Ruang pertunjukan planetaium jakarta (sumber : www.google.com,
2.2.2.2 Observatorium Boscha Data proyek
Nama proyek : Observatorium Bosscha Lembang
Lokasi : Jl. Peneropongan Bintang, lembang, Bandung, Jawa Barat
Letak Geografis : 107˚ 36’ Bujur Timur dan 6˚49’Lintang Selatan Ketinggian : 1310 m dari permukaan laut
E – mail : Bosscha-itb@bdg.centrin.net.id
Gambar 2. 28. Observatirium Bosscha ITB Lmbang. (sumber : www.google.com, 2009)
Kegiatan Penelitian Observatorium Bosscha
Sebagai Observatorium, Bosscha memang digunakan untuk pengamatan dan penelitian astronomi. Dengan fasilitas yang ada ditambah posisi yang menguntungkan (dekat dengan khatulistiwa), astronom Indonesia dapat melakukan penelitian astronomi disini. Bahkan astronom luar negripun bisa menggunakan fasilitas ini untuk penelitian. Penelitian rutin yang dilakukan diobservatorium Bosscha adalah pengamatan bintang ganda visual dengan Refraktor Ganda Zeiss, sesuai dengan misi utama pembangunan Observatorium ini. Selain itu jika ada obyek yang menarik, misalnya ada komet yang sedang mendekati matahari, ada nova, atau peristiwa astronomi menarik lainya, para peneliti Departemen Astronomi dan Observatorium Bosscha juga mengadakan pengamatan disini. Dalam penelitian atau pengamatan ini mahasiswa astronomi yang berminat juga bisa terlibat langsung dalam penelitian atau pengamatan. (sumber : www.google.com, 2009)
Kegiatan pengabdian masyarakat merupakan sumbangsih ilmu pengetahuan kepada masyarakat, diantaranya :
Menerima kunjungan masyarakat, baik siang maupun malam. Kegiatan ini didukung oleh LPM ITB sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa ;
1. Pertemuan klub penggemar astronomi dan astrophilatelis yang disponsori oleh PT POS Indonesia ;
2. Mengembangkan dan memberdayakan tim perpustakaan menjadi unit layanan informasi yang up to date. Kelompok ini juga mengkompilasi informasi karya-karya staff serta membantu penulisan buku astronomi.
3. Kegiata pelatihan Hisab-Rukyat, diikuti 20 orang peserta dari negara MABIMS dengan sponsor Departemen dalam Negeri RI selama satu bulan, Juli-Agustus 2000 diselenggarakan di Observatorium Bosscha ;
Sedangkan pertemuan dengan beberapa astronom yang diorganisir Observatorium Bosscha bersama lembaga penelitian di Indonesia :
1. IAU Colloquium No.80 Double Stars, Physical Properties and Generic relations tahun 1983. Editors Proceedings B.Hidayat, Z.Kopal dan J.Rahe ;
2. IAU Symposium on Stellar Photometry and Spectral Classifications 1963 ;
3. IAU Symposium 143 on Wolf-Rayet stars and Interrelations with other massive stars in Galaxies 18-22 Juni 1999.
Gambar 2. 29. Pertemuan Beberapa Astronom dan Masyarakat (sumber : www.google.com, 2009)
Sedangkan fasilitas – fasilitas yang ada di Observatorium Bosscha didalam melakukan penelitian diantaranya adalah :
Teleskop Observatorium ini dilengkapi dengan teleskop berbagai ukuran dan jenis. Masing – masing teleskop memiliki sasaran objek yang berbeda-beda. Ada 6 teleskop yang aktif untuk penelitian astronomi, ke-6 teleskop tersebut adalah :
I. Teleskop Refraktor Ganda Zeiss
teleskop refraktor yaitu teleskop yang menggunakan lensa cembung untuk mengumpulkan cahaya. Dikatakan teleskop ganda karena didalam tabung teleskop tersebut terdapat 2 buah teleskop, satu digunakan untuk pengamatan visual (sensitif pada panjang gelombang kuning/hijau), dan yang lainya digunakan untuk pemotretan/fotografi (sensitif pada panjang gelombang biru). (sumber : www.google.com, 2009)
Spesifikasi Teleskop Refraktor Ganda Zeiss : - Visual : ø=60 cm, ƒ=1078 cm, ƒ-ratio=18.0
Fotografi : ø=60 cm, ƒ=1072 cm, ƒ-ratio=17.9 - Limiting magnitude = 14.6
- Resolfing power = 0”.23
- Instrument tambahan : microscopic grating, sirius grating dan planetary camera
- Digunakan untuk pengamatan, bintang ganda, planet, gugus galatik.
Gambar 2. 30. Bentuk Bangunan Tempat Teleskop Zeiss. (sumber : www.google.com, 2009)
Teleskop Schmidt Bima Sakti Berbeda dengan Teleskop Zeiss, Teleskop Bima Sakti ini termasuk teleskop reflektor. Teleskop Reflektor yang menggunakan cermin (cekung) untuk mengumpulkan cahaya. Teleskop ini dinamakan Bima Sakti karena memang digunakan terutama untuk mempelajari struktur galaksi kita yaitu galaksi Bima Sakti. (sumber : www.google.com, 2009)
Spesifikasi Teleskop Refraktor Schmidt Bima Sakti : - Cermin utama (ø=71 cm), lensa koreksi (ø=51 cm)
ƒ=127 cm, ƒ-ratio=2.5 - Limiting magnitude = 17.0 - Resolfing power = 0”.23
- Digunakan untuk keperluan Spektroskopi drometri
Gambar 2. 32. Bentuk Bangunan dan Teleskop Refraktor Schmidt ”Bima Sakti”.
(sumber : www.google.com, 2009)
II. Teleskop Cassegrain GOTO
komputer keobjek yang ingin diamati tersebut. Data hasil pengamatan akan langsung disimpan kedalam media penyimpanan data (disket/hard disk) untuk pengolahan lebih lanjut. (sumber : www.google.com, 2009)
Spesifikasi Teleskop Cassegrain GOTO :
- Cermin utama ø=45 cm, ƒ=180 cm, ƒ-ratio=4.0 - Cermin sekunder ø=15 cm, ƒ=540 cm, ƒ-ratio=12.0 - Limiting magnitude = 15 (fotoelektrik fotometri), dan
6 (studi spektroskopi) - Resolfing power = 0”.23
- Instrument tambahan : NEC PC – 9801 (kontrol), fotoelektrik fotometer, spektograf dan CCD
- Digunakan untuk keperluan Fotometri dan Spektroskopi
Gambar 2. 33. Bentuk Bangunan dan Teleskop Cassegrain GOTO. (sumber : www.google.com, 2009)
III. Teleskop Refraktor Unitron
digunakan untuk pengamatan gerhana dilokasi pengamatan yang diinginkan. Misalnya pada saat gerhana matahari total 25 Oktober 1995 teleskop Unitron pada saat tu menjadi salah satu perlengkapan utama tim gerhana Observatorium Bosscha. (sumber : www.google.com, 2009)
Spesifikasi Teleskop Refraktor Unitron : - ø=10.5cm, ƒ=120 cm, ƒ-ratio=11.4
- Digunakan untuk pengamatan sederhana (bulan, gerhana, dsb.) serta demo publik
Gambar 2. 34. Teleskop Refraktor Unitron. (sumber : www.google.com, 2009)
IV. Teleskop Refraktor Bamberg
Teleskop Bamberg juga termasuk teleskop jenis Reflektor, teleskop ini memiliki lensa objektif berdiameter 37 cm, dengan fokus / titik api 7 m. Teleskop ini berada pada gedung yang atapnya bisa digeser. (sumber : www.google.com, 2009)
Spesifikasi Teleskop Refraktor Bamberg : - ø=37 cm, ƒ=700 cm, ƒ-ratio=18.9
Gambar 2. 35. Bentuk Bangunan dan Teleskop Refraktor Bamberg. (sumber : www.google.com, 2009)
Permasalahan di sekitar lokasi Observatorium Bosscha
merespon. Namun perlu pelaksanaan di lapangan terutama perlindungan melalui Perda RT/RW. (sumber : www.google.com, 2009)
Gambar 2. 36. Lokasi Site Observatorium Bosscha. (sumber : www.google.com, 2009)
2.1.4 Persyaratan Pokok Proyek
Sebuah planetarium astronomi memiliki beberapa persyaratan pokok antara lain:
Planetarium ini berorientasi untuk mempopulerkan dan membudidayakan ilmu pengetahuan di bidang astronomi.
Serta memiliki ruang peraga atau pertunjukan yang masing-masing ruang memiliki karakter yang berbeda-beda dan juga mengadakan pertunjukan untuk rombongan murid sekolah dan umum.
2.1.5 Analisa Hasil Study
a. Kekurangan kasus :
Luas bangunan tidak memenuhi Fasilitas Kurang Mendukung
b. Untuk direncanakan suatu perencanaan sebagai berikut : Luas bangunan harus memenuhi aktifitas dan fasilitas
Fasilitas harus mendukung baik struktural maupun non-struktural
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Lingkup Pelayanan (Tujuan Dan Sasaran)
Ruang lingkup proyek Pengamatan Tata Surya di Batu dapat memberikan sarana bagi anak-anak sekolah dan masyarakat yang tinggal di kawasan kota Batu pada khususnya dan jawa timur pada umumnya. Serta diprioritaskan bagi para astronom amatir dan astronom profesional.
Sehingga diharapkan sarana wisata pendidikan Pengamatan Tata Surya di Batu ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat umum dari berbagai lapisan.
2.2.2 Aktifitas dan Kebutuhan Ruang
Pada perencanaan planetarium di batu ini memerlukan adanya ruang-ruang khusus dalam pelaksanaanya yang ditinjau dari sudut pemakai sebagai berikut:
Tabel 2.3. Fasilitas Ruang dan Aktifitas a.Pengelola
Pemakai Aktivitas Nama Ruang Memimpin
Planetarium
Membantu kepala
planetarium
Menyusun jadwal
dan mencatat
kegiatan
R.Direktur R.Wakil Direktur R.Sekretaris
Mengurus dan
mengatur
administrasi Mengurus humas
Mengurus dan
mengatur tata usaha Mengikuti seminar Foto copy
Merawat bangunan
planetarium
Merawat peralatan
planetarium Istirahat
Menyimpan barang
bawaan
Menunggu
Menerima tamu
R.Humas dan
perencanaan planetarium di Batu ini memerlukan adanya ruang-ruang khusus dalam pelaksanaannya yang ditinjau dari sudut pemakai sebagai berikut:
Program kebutuhan
Dalam Perencanaan planetarium ini terdiri dari beberapa program kebutuhan yaitu:
1. R. Kegiatan utama
2. R. Peminat/pendidikan informal 3. unit perpustakaan
6. Pelayanan Penunjang
Kebutuhan Ruang a.Ruang Kegiatan Utama
Plaza Penerima Hall dan Lobby Informasi dan Loket Galery Astronomy Museum
R. Eksperimen Fisika Lobby Planetarium R. Tunggu
Planetarium R. Kontrol
R. Proyektor Bintang R. Proyektor Omnimax R. IMAX Teater b. R. Peminat / Pendidikan Informal
Real Time
R.Seminar/ Konfrensi R. Kelas/ Klub c. Unit Perpustakaan
Hall Reception R. Buku R. Baca
R. Pengawas Perpustakaan Penitipan/ Loker
Toilet d. Ruang Kegiatan Pengelola
Lobby Ruang Pengelola Ruang Tunggu
R. Tamu R. Direktur R. Wakil Direktur R. Sekertaris R. Adminitrasi
R. Humas dan Publikasi R. Tata Usaha
R. Pertemuan R. Fotocopy
R. Perawatan Bangunan R. Perawatan Peralatan R. Istirahat Karyawan R. Loker
Gudang Toilet e. Unit Service
R. Satpam
Parkir Mobil Umum
Parkir Sepeda Motor Umum Parkir Bus
Parkir Sepada Motor Pengelola f. Pelayanan Pengunjung
Stand Makanan dan Minuman Stand Souvenir
2.2.3 Perhitungan Luas Ruang Besaran Ruang
Dari data yang didapat berupa kebutuhan ruang Planetarium maka dapat dicari besaran ruangnya yang di peroleh dari standart kebutuhan ruang dari data arsitek, Time Saver Standart For Building Types, serta asumsi pemakai.
Tabel 2.4. Ruang Kegiatan Utama a. Ruang Kegiatan Utama
5 Gallery Astronomy 50 panel pigura 10 peraga 3D
12 R.Proyektor Bintang
Wc= 2,55m Toilet Wanita :
2 wc :2
Tabel 2.5. R. Kegiatan Utama b. R. Peminat / Pendidikan Informal
Tabel 2.6. Ruang Kegiatan Utama c. Unit Perpustakaan
16 Gudang 8 orang 18-22,5m/
Tabel 2.8. R.Pengelola e. Ruang Ibadah
Standart Luasan No Nama Ruang Kapasitas
Wanita=5 (asumsi)
f. Unit Service
Standart Luasan No. Nama Ruang Kapasitas
72 Mobil 15m/Mobil Sirkulasi 40
Total 3.898,35
Tabel 2.10. Unit Servis g. Pelayanan Pengunjung
No. Nama Ruang Kapasitas
Luas Bangunan Keseluruhan adalah :
1 Fasilitas Utama 5484 m2
2 Fasilitas Pendidikan Informal 875,55 m2
3 Fasilitas Perpustakaan 556,4 m2
4 Fasilitas Pengelola 721,5 m2
5 Fasilitas Ibadah 547,3 m2
6 Fasilitas Servis 3898.5 m2
7 Pelayanan Pengunjung 328 m2
8 Fasilitas Luas Bangunan 7637,2 m2
TOTAL + SIRKULASI 30% 7637,2 m2
Luas total keseluruhan bangunan = 7637,2 m2
= 7637,2 m2 (1ha)
keterangan :
NAD = Neufert Architects’s Data
TSS = Time Saver Standard For Buildings Types
NM = New Metrik Handbook
SB = Studi Banding
AS = Asumsi
BOSCHA = Observatorium Boscha TIM = Taman Ismail Marzuki
Kesimpulan :
Dengan adanya suatu tinjauan proyek perancangan ini maka dapat dijadikan suatu tinjauan akhir obyek rancangan nantinya yang berupa penjelasan tentang hal-hal yang bersifat umum, bahkan atau lebih memahami yang dapat di harapkan.
Ukuran kebutuhan ruang gerak tubuh manusia
Gambar 2. 37. Ukuran kebutuhan ruang gerak tubuh manusia (sumber : Neufert Architect Data )
Ukuran pergerakan manusia diluar ruangan
2. 1. 2. 3. Standarisasi Galeri
Berikut adalah data standart mengenai ukuran maupun jenis peralatan/perabot yang diperlukan atau ada dalam suatu fasilitas galeri, dan juga standart ruang gerak tubuh manusia berdasarkan buku Neufert Architect Data.
Aktivitas dan Fasilitas
Didalam merancang sebuah galeri foto atau lukisan dibutuhkan perancangan yang matang diantaranya seperti sirkulasi, pencahayaan, dan penataan prabot pada interior bangunan. Oleh kerena itu dibutuhkan pengorganisasian ruang agar kenyamanan dan keamananya dapat tercapai dengan baik. Seperti yang terdapat pada skema dibawah ini :
Gambar 2. 38. Ukuran pergerakan manusia di luar ruangan
Grafik 2. 39. (sumber : Neufert Architect Data )
Denah ruang pameran
Karena obyek perancangan adalah tempat untuk pengembangan kreativitas yang aktivitasnya non-formal dan banyak berkaitan dengan pameran foto. Maka data standar ruang yang akan sering digunakan menjadi acuan adalah data standarisasi ruang museum.
Gambar 2. 40. Standart ruang pameran (sumber : Neufert Architect Data ) Pencahayaan ruang pameran
Pencahayaan galeri haruslah baik tempat untuk menggantung lukisan yang menggantung adalah antara 30˚ dan 60˚ pada ketinggian ruangan 6,70 m dan 2, 13 m untuk lukisan atau foto yang panjangnya 3,40 m sampai 3,65 m.
Gambar 2. 41. Sudut Pandang Manusia. (sumber : Neufert Architect Data ) 2. 1. 2. 4. Standarisasi gedung teater atau pertunjukan bioskop
Berikut adalah data standart mengenai analisa ukuran maupun jenis peralatan/perabot yang diperlukan atau ada dalam suatu fasilitas teater, dan juga standart ruang gerak tubuh manusia berdasarkan buku Neufert Architect Data.
Standart ruang penonton
penonton yang duduk diperlukan 0,5 m² /penonton angka ini diperoleh dari :
1) Luas tempat duduk dalam satu baris.
Gambar 2. 42. Jarak Tempat Duduk Penonton. (sumber : Neufert Architect Data )
2) Panjang baris dalam taip koridor 16 tempat duduk, setiap koridor 25 tempat duduk jika disamping 3 atau 4 baris tersedia sebuah pintu keluar dengan luas 1m.
Gambar 2. 43. Luas Baris 16 dan 25. (sumber : Neufert Architect Data )
Tinggi tempat duduk penonton
Gambar 2. 44. Tinggi Tempat Duduk Menanjak/Bertingkat. (sumber : Neufert Architect Data )
Ruang gambar Proyeksi
Keamanan film lebih perlu untuk ruang proyektor karena tanpa penyekat kebakaran hal itu dapat membahayakan penonton. Peraga film melayani banyak proyektor letak ruang proyektor dibelakang dan disisi. Tinggi ruang proyektor 2.80 , ventilasi, dan peredam suara untuk ruang penonton. Ruang proyeksi disesuaikan dengan banyaknya ruang penonton, lebar film 16 mm, 35 mm, dan 70 mm. Tengah sinar proyeksi harus tidak membias lebih dari 5˚ horisontal dan pembias. (sumber : Neufert Architect Data )
Gambar 2. 45. Tinggi Tempat Duduk Menanjak/Bertingkat.
Ruang Proyektor
Jenis peralatan harus ditetapkan sejak semula agar dimensi detailnya dapat diselesaikan. Bila yang digunakan hanya filem tahan api (untuk keamanan), pintu keluar dapat dari dalam saja, sedangkan bila yang digunakan filem tidak tahan api satu filem harus menuju ke ruang terbuka dan harus dibuat menara kaca, dengan bukaan 0,19m². Untuk setiap 640m dari filem yang digunakan dan disimpan dalam ruang tersebut pintu keluar yang menuju ketempat umum harus melalui loby yang berventilasi yang terlindung. Ruang sirkulasi untuk pelayanan dan pintu keluar masuknya harus disediakan di sekitar peralatan: panjang dinding depan sebesar 5500 kali kedalaman ruang 3500 merupakan ukuran rata2 lebar tangga dan pintu haruslah dapat dilalui oleh peralatan: dimana tinggi anak tangga tidak lebih dari 190 dan lebar minimunya 250.