BAB 4
ANALISIS DAN BAHASAN
4.1 Simulasi
Concert hallakan diperuntukkan untuk beberapa jenis kegiatan yang membutuhkan RT (Reverberation time) yang berebeda-beda. Yaitu, classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, speech = 1.0. Hal-hal yang mempengaruhi RT (Reverberation time) adalah volume ruang dan yang mempengaruhi penyebaran bunyi adalah bentuk permukaan ruang. Simulasi dilakukan untuk menentukan volume yang tepat serta menentukan area dengan pemantulan bunyi terbanyak dimana dapat terjadi banyak perubahan bentuk ruang.
1. Penentuan tipe concert hall
Pada umumnya concert hall terdiri dari empat tipe yaitu block, arena, fan, dan horseshoe. Dalam simulasi, RT (Reverberation time) yang dihasilkan ke empat tipe tersebut dianalisa dan dibandingkan untuk menentukan tipe yang memiliki RT (Reverberation time) yang paling mendekati hasil yang diinginkan, yaitu classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, dan speech = 1.5.
Tipe Block
Tipe concert hall dengan pengaturan seating dan stage seperti persegi panjang. Bentuk yang cocok digunakan sebagai ruang pesta / ballroom dan aula dansa / dance hall. Bentuk ini memiliki kekurangan pada view apabila posisi seating rata / flatt, akan lebih baik dengan levelseating. Tipe block berpotensi menghantarkan bunyi yang sangat bagus.
Gambar 4.1 Model tipe block Sumber : Ecotect Analysis, 2014
Gambar 4.2 Analisa reverberation time tipe block Sumber : Ecotect Analysis, 2014
Tipe Arena
Tipe arena memiliki pola seperti amphitheatre (polygonal). Stage dikelilingi oleh penonton, meningkatkan kualitas view dan komunikasi antara pemain dengan penonton. Berpotensi untuk menghantarkan direct sound dengan baik dan akustik yang optimal tetapi dengan biaya yang besar.
Gambar 4.3 Model tipe arena Sumber : Ecotect Analysis, 2014
Gambar 4.4 Analisa reverberation time tipe arena Sumber : Ecotect Analysis, 2014
Tipe Fan
Type fan berpotensial untuk memberikan view dan menghantarkan direct sound yang baik, tetapi memiliki masalah akustik karena bentuk yang seperti kipas. Tetapi akustik yang optimum dapat dihasilkan dengan biaya yang besar.
Gambar 4.5 model tipe fan Sumber : Ecotect Analysis, 2014
Gambar 4.6 Analisa reverberation time tipe fan Sumber : Ecotect Analysis, 2014
Tipe Horseshoe
Tipe Horseshoe memiliki pola seperti box theatre. Berpotensi memberikan view dan menghantarkan direct sound dengan baik. Memiliki sedikit masalah dalam pemantulan bunyi. Sedikit ruang dan berpotensi menghantarkan bunyi yang jernih.
Gambar 4.7 Model tipe horseshoe Sumber : Ecotect Analysis, 2014
Gambar 4.8 Analisa reverberation time tipe horseshoe Sumber : Ecotect Analysis, 2014
Berdasarkan RT (Reverberation time) yang dihasilkan oleh keempat tipe concert hall, yang paling mendekati hasil yang diinginkan yaitu classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, dan speech = 1.5 adalah RT (Reverberation time) yang dihasilkan oleh tipe Horseshoe. Jadi tipe yang akan dianalisa dalam simulasi pada tahap selanjutnya adalah tipe Horse shoe dengan RT (Reverberation time) 1.73-2.18.
2. Analisa RT (Reverberation time) Tipe Horseshoe pada volume yang berbeda dengan perubahan tinggi auditorium.
Untuk mengetahui volume yang tepat untuk dapat menghasil kan RT (Reverberation time) yang dibutuhkan setiap kegiatan yaitu classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, dan speech = 1.5, dilakukan simulasi dengan melakukan perubahan tinggi ruang auditorium dengan interval 2m.
T = 30 m, V = 112830 m³, rata-rata RT = 2.45
Gambar 4.9 Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
T = 28 m, V = 105308 m³, rata-rata RT = 2.31
Gambar 4.10Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
T = 26 m, V = 97786 m³, rata-rata RT = 2.17
Gambar 4.11Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
T = 24 m, V = 90264 m³, rata-rata RT = 1.94
Gambar 4.12Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
T = 22 m, V = 82742 m³, rata-rata RT = 1.88
Gambar 4.13Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
T = 20 m, V = 75220 m³, rata-rata RT = 1.74
Gambar 4.14Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
T = 18 m, V = 67698 m³, rata-rata RT = 1.57
Gambar 4.15Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
T = 16 m, V = 60176 m³, rata-rata RT = 1.41
Gambar 4.16 Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
T = 14 m, V = 52654 m³, rata-rata RT = 1.25
Gambar 4.17 Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
T = 12 m, V = 45132 m³, rata-rata RT = 1.08
Gambar 4.18 Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
T = 10 m, V = 37610 m³, rata-rata RT = 0.91
Gambar 4.19 Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
Berdasarkan simulasi model auditorium dengan tinggi dan volume yang berbeda-beda, dapat ditentukan volume yang dapat menghasilkan RT (Reverberation time) yang tepat untuk setiap kegiatan adalah :
RT Speech = 1.0
T = 12 m, V = 45132 m³, rata-rata RT = 1.08
Gambar 4.20 Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
RT Pop / Rock = 1.5
T = 16 m, V = 60176 m³, rata-rata RT = 1.41
Gambar 4.21 Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
RT Opera = 1.4-1.6
T = 18 m, V = 67698 m³, rata-rata RT = 1.57
Gambar 4.22 Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
RT Classic = 1.8-2.0
T = 22 m, V = 82742 m³, rata-rata RT = 1.88
Gambar 4.23 Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
T = 24 m, V = 90264 m³, rata-rata RT = 1.94
Gambar 4.24 Analisa reverberation time Sumber : Ecotect Analysis, 2014
Setelah mendapatkan volume yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan, volume yang terpisah-pisah tersebut digabungkan menjadi satu sehingga membentuk satu gubahan masa yang berupa auditorium dengan batas-batas ketinggian ruang yang dapat menghasilkan RT (Reverberation time) yang tepat, yaitu classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, speech = 1.0.
Gambar 4.25 Hasil analisa reverberation time Sumber :Olahan pribadi, 2014
3. Analisa Area dengan Pemantulan Bunyi Terbanyak
Setelah memperoleh volume pada gubahan masa yang terpisah, dapat dilakukan simulasi untuk melihat pemantulan bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi dalam ruang. Simulasi dilakukan untuk menemukan area tersebut.
Gambar 4.26 Analisa area pemantulan bunyi terbanyak Sumber : Ecotect Analysis, 2014
Tabel 4.1 Bentuk cloud berdasarkan pemantulan bunyi
Pemantulan yang di dapat dari simulasi kemudian dapat dijadikan acuan untuk membuat cloud pada ceilingauditorium. Kemudian, area-area yang telah ditentukan kemudian digabungkan sehingga jarak yang terjauh dapat ditentukan dimana seluruh area dapat tercakup dalam satu area.
Gambar 4.28 Penggabungan area pemantulan bunyi terbanyak Sumber : Ecotect Analysis, 2014
4. Hasil Simulasi
Berdasarkan simulasi yang dilakukan, ditemukan bahwa volume ruang mempengaruhi RT (Reverberation time). Bentuk dan material ruang sangat mempengaruhi pemantulan dan penyerapan bunyi, pemantulan dan penyerapan sangat mempengaruhi penyebaran bunyi dalam sebuah ruang. RT (Reverberation time) dan penyebaran bunyi sangat berpengaruh terhadap kualitas bunyi dalam sebuah ruang.
Hasil yang diperoleh dari simulasi yang dilakukan adalah volume auditorium concert hall yang dapat menghasilkan RT (Reverberation time) yang sesuai dengan ketentuan (classic = 1.8-2.0, opera = 1.4-1.6, pop / rock = 1.5, speech = 1.0), serta area dimana terdapat pemantulan bunyi terbanyak sebagai acuan untuk menerapkan pengolahan akustik adaptif.
4.2 Lokasi Concert Hall
Lokasi concert hall berada di Jl.Tb Simatupang, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini memiliki akses yang bagus berupa jalan raya dengan
ROW (Right of Way) 70m dan termasuk dalam kelas jalan kelas 1, sehingga keberadaan bangunan concert hallakan dapat memfasilitasi kebutuhan seni budaya dan dapat menjadi sarana yang dapat meningkatkan kualitas hidup di area lain terutama area sekitar Jl.Tb Simatupang.
Gambar 4.29 Lokasi Concert hall
Sumber :www.google map.com, diakses tanggal 30 Maret 2014
76
4.3 Analisa Tapak
Gambar 4.31 Lokasi dan daerah sekitar concert hall Sumber :Hasil olahan pribadi, 2014
Gambar 4.32Sky Line
77
Gambar 4.33 LRK Lokasi concert hall Sumber :Tata Ruang Walikota Jakarta Selatan, 2014
Alamat : Jl.Tb Simatupang, Jagakarsa, Jakarta Selatan
Peruntukkan lahan : KUT, Bangunan : T, Jumlah lantai : 8, KDB : 2, KLB : 1,6.
Luas : 31.162 m², KDB : 6.232 m², KLB : 49.859 m²
Rencana jumlah lantai : 6, Rencana luas bangunan : 23.041m² Terdapat drainase dengan lebar 5m dan jalan dengan lebar 3m
yang merupakan penghubung dengan jalan raya Tb Simatupang. Batas wilayah :
- Utara : Perumahan
- Selatan : Jalan raya Tb Simatupang dan Tol Lingkar Luar Jakarta
- Barat : Yayasan Dana Pensiun Aneka Tambang - Timur : Perumahan
4.3.1 Analisa Kebisingan
Analisa kebisingan pada tapak dilakukan agar keberadaan bangunan concert hall tidak mengganggu daerah sekitarnya serta bunyi yang dari luar tidak masuk ke dalam bangunan concert hall.
Batasan kebisingan berdasarkan Kriteria Batas Kebisingan Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.KEP.48/MENLH/11/1996
tertulisn bahwa batasan kebisingan pada kawasan perumahan dan permukiman : 55dB, dan perkantoran : 65dB. Bundjali (2009) mengatakan bahwa kebisingan pada jalan tol di Jakarta adalah 83dB.Linasari P.Bangun, Idris Maxdoni Kamil, dan I.B Ardhana Putra (2009) mengatakan bahwa pada jarak 10m tingkat kebisingan akan berkurang sebanyak 2,5dB.Dengan data-data tersebut maka dapat dilakukan analisa kebisingan pada tapak untuk menemukan area yang tepat untuk meletakkan bangunan.
79
Gambar 4.36 Zona kebisingan
Gambar 4.37 Zona kebisingan dan area peletakkan bangunan
Dengan ditemukannya zona aman maka area yang tepat sebagai tempat peletakkan bangunan dapat ditentukan.
81 4.3.2 Sirkulasi pada Tapak
Bangunan concert hall terletak pada lahan dengan peruntukan sebagai taman (KUT) sehingga sirkulasi yang diterapkan pada tapak bangunan concert hall merupakan sirkulasi linear yang menghubungkannode-node berupa perkerasan diantara penghijauan yang merupakan area yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan di taman. Sirkulasi tersebut akan menghantarkan pengunjung untuk menikmati taman dalam perjalanan menuju bangunan utama yaitu bangunan concert hall,melalui node-node yang merupakan bagian dari bangunan utama pada taman sehingga pengunjung akan berjalan menuju bangunan utama melalui alur seperti dalam musik dimana sebuah lagu diawali dengan intro atau pembukaan menuju kepada klimaks dalam hal ini adalah bangunan concert hall. Terdapat tiga opsi sirkulasi linier yang akan diterapkan pada tapak.
Gambar 4.38 Tiga opsi sirkulasi linear
Opsi yang diambil adalah opsi ketiga dimana pengunjung yang berjalan kaki atau pun menggunakan kendaraan dapat menuju bangunan utama yaitu bangunan concert hallmelalui sirkulasi linear yang mengitari taman dan menghubungkan node-nodeyang merupakan area aktivitas publik.
83
Aksesibilitas merupakan cara pencapaan dari lokasi lain menuju lokasi bangunan concert hall serta pencapaian dari entrance tapak menuju bangunan concert hall. Pencapaian dari lokasi lain dapat dilakukan dengan kendaraan memalui jalan raya Tb.Simatupang yang merupakan jalan besar dan lokasi bangunan concert hall mudah dicapai karenaterletak di pinggir jalan besar. Akses menuju lokasi yaitu Jl. Tb. Simatupang, tol JORR dengan pintu keluar tol Lenteng Agung. Aksesibilitas pada lahan dengan peruntukkan taman (KUT) terdiri dari sirkulasi manusia dan kendaraan (umum dan pribadi). Sirkulasi manusia dan sepeda merupakan sirkulasi linear yang menghubungkan area-area perkerasan (nodes) yang merupakan bagian dari taman menujubangunan utama. Sirkulasi kendaraan pribadi dibuat dalam bentuk rampyang menuju lobbypengunjung dan artis yang berada di lantai 2 dan 3 bangunan utama secara terpisah lalu berakhir pada lantai parkir yaitu landai dasar (parkir yang digunakan adalah parkir di dalam bagunan), sirkulasi kendaraan umum hanya berupa drop off. Sedangkan sirkulasi servicemelalui jalan dibelakang lahan sehingga tidak terlihat oleh pengunjung.
Gambar 4.39 Aksesibilitas pada tapak 4.3.4 Viewdan Sky Line
View pada tapak merupakan salah satu aspek penting yang akan mendukung keindahan dari pada bangunan serta meningkatkan kenyamanan pengguna bangunan karena area di sekitar bangunan akan dimanfaatkan sebagai area publik berupa tamanmerupakan area yang merupakan view utama pada tapak.View yang baik akan mendukung meningkatkan keinginan pengunjung untuk mengadakan aktivitas di area publik tersebut. Selain viewpada tapak, juga terdapat view tapak beserta bangunan didalamnya terhadap bangunan di sekitar (Sky Line) yang akan memperlihatkan apakah bangunan baru dapat mendukung atau menyatu dengan bangunan disekitar.
Gambar 4.40Sky Line
Gambar 4.41View pada tapak
4.4 Analisa Bangunan 4.4.1 Aksesibilitas
Dalam aksesibilitas sebuah bangunan terutama bangunan umum, terdapat dua aspek utama yaitu penyandang disabilitas dan pemadam kebakaran. Keberadaan penyandang disabilitas harus menjadi bagian dalam
Area publik
85
desain terkait dengan fasilitas yang akan mempermudah akses dan aktivitas penyandang disabilitas dalam bangunan, sedangkan pemadam kebakaran terkait dengan fasilitas pemadaman kebakaran dan fire exit atau tangga darurat.
Standar yang harus dipenuhi bangunan umum sebagai persyaratan aksesibilitas penyandang disabilitas menurut Permen PU No 30/PTR/M/2006 yaitu ukuran dasar ruang, jalur pedestrian, jalur pemandu, area parkir, pintu, ramp, tangga, lift, kamar kecil, pancuran, wastafel, telepon, perlengkapan, perabot, peralatan dan rambu.
Sistem proteksi kebakaran merupakan salah satu persyaratan aksesibilitas sebuah bangunan. Sistem ini akan dimanfaatkan oleh pengguna bangunan untuk berlindung pada saat terjadi kebakaran atau situasi darurat. Area ini harus dapat bertahan selama 2 jam. Jarak radius untuk mencapai tangga darurat atau fire exit adalah 32 m dan 12 m dari dead corridor atau koridor buntu.
Proteksi terhadap kebakaran terdiri dari dua, yaitu proteksi aktif contohnya hidran, sprinkler, smoke detector dan tangga darurat atau struktur dengan material tahan api.
Hidran perlu disediakan di dalam dan di luar bangunan. Di dalam biasanya terletak di dekat tangga kebakaran atau di dalamnya, dilengkapi dengan selang, katup, tabung pemadam, serta alarm atau tombol panggil. Air yang digunakan diambil dari menara air, yang memang sebagian isinya dicadangkan untuk keperluan darurat. Hidran luar berupa kepala hidran dan selang. Sumber airnya berasal dari sistem hidran kota.
4.4.2 Sirkulasi
Sirkulasi yang tepat untuk diterapkan pada bangunan concert hall merupakan sirkulasi yang bersifat memusat atau radial dan ruang yang menjadi pusat dalam bangunan concert hall merupakan auditorium dimana dilaksanakan kegiatan utama pada bangunan concert hall.
Gambar 4.42 Sirkulasi radial
4.4.3 Program Ruang
1. Daftar Kegiatan, Pelaku, dan Ruang yang Dibutuhkan
Tabel 4.2 Kegiatan, pelaku, dan kebutuhan ruang dalambangunan
Kegiatan Pengguna Ruang yang dibutuhkan
Masuk / keluar dari concert hall Penonton
Artis
Director Stage Manager Staff
Wind lobby
Menjual tiket Ticket-Staff Box office
Mengurus berbagai hal yang
berhubungan dengan tiket
Ticket-Staff Advance sales room
Registrasi / penerimaan penonton Ticket-Staff
Penonton
Reception foye
Menitipkan barang Penonton Cloak room (locker room)
Penonton
Staff
Water closet
Menunggu pertunjukkan dimulai Penonton Main foye
Berkumpul / beristirahat Artis Reception room for artist
Berkumpul / beristirahat Penonton Reception room for audience
Memberitahukan bahwa
pertunjukkan akan dimulai,
menerjemahkan kata sambutan dan
penutupan, berterimakasih atas
kedatangan
Technical-Staff Interpreter room
Menyimpan alat musik Technical-Staff Large instruments room
Merekam pertunjukkan Technical-Staff Recording / playback room
87
Latihan sebelum pertunjukkan Artis Choir rehearsal room
Kegiatan Pengguna Ruang yang dibutuhkan
Mengkoordinasi pertunjukkan,
menunggu sebelum menuju
panggung
Technical-Staff
Artis
Musik foye
Melakukan pertunjukkan Artis Stage
Menonton pertunjukkan Penonton Seating
Beristirahat, berkumpul Artis Conductor / soloist room
Mengatur panggung (ruang kerja stage manager)
Staff Stage manager
Mengatur sound atau bunyi selama pertunjukkan
Technical-Staff Sound studio
Beristirahat, berkumpul Artis Orchestra social room
Latihan sebelum pertunjukkan Artis Orchestra rehearsal room
Mempersiapkan pertunjukkan,
rapat,dsb
Director Stage Manager Technical-Staff
Technical staff room
Mengatur Mekanis dan listrik pada bangunan
Technical-Staff Technical room
Menyimpan barang Technical-Staff Storerage
Membuat properti panggung Technical-Staff Work shops
Istirahat, makan, berkumpul Staff Staff restaurant
Mengurus administrasi
Administration-Staff
Administration room
Merencanakan pertunjukkan
(Ruang kerja sutradara / director)
Director Director room
Menyimpan alat musik dan sound
system artis
Technical-Staff Guest instruments room
Menyimpan sound system concert
hall
Technical-Staff Goods inward room
Memasak Kitchen-Staff Kitchen
2. Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang yang pada banguann concert hall dapat diketaui setelah membuat daftar pelaku dan apa saja kegiatan yang dilakukan dalam bangunan concert hall. Rencana ukuran auditorium pada bangunan concert hall adalah 1297 m² dengan kapasitas 1168 penonton.
Tabel 4.3 Kebutuhan ruang
Nama Sifat
Area
Luas Persyaratan RT penghawaan Box Tiket Semi
Publik
65 m² AC
Lobby Pengunjung
Semi Publik 5622 m² AC
Water closet Semi Publik 1020 m² Exhaus
R.Operator Privat 53 m² AC Gudang Privat 648 m² AC R.Manajer Panggung Privat 60 m² AC R.Sutradara Privat 66 m² AC
Lobby Artis Privat 910 m² AC
R.Ganti Artis
Privat 639 m² AC
Pit Orkestra Privat 318 m² 1.4-2.0 AC Auditorium Privat 1297 m² 1.0-2.0 AC Belakang Panggung Privat 635 m² AC R.Latihan Artis Privat 853 m² 1.4-2.0 AC Studio Privat 224 m² 1.4-2.0 AC Manajemen Gedung Privat 208 m² AC Manajemen Gedung Konser Privat 231 m² AC R.Ganti dan Absen Staff Privat 360 m² AC Lounge Penyewa Studio Privat 218 m² AC Luas total
Luas total + Sirkulasi 30%
13.227 m² 17.195 m²
89
Tabel 4.4 Kebutuhan Area Parkir Jenis Kendaraan Jumlah Standart Luas
Mobil 177 2,5 x 5,16 m² 2283 m²
Bus 5 4 x 12 m² 240m²
Truck with trailer 5 4 x 18 m² 360m²
Jenis Kendaraan Jumlah Standart Luas
Motor 20 1 x 2m² 40m²
Total Kebutuhan Lahan Parkir
Total Kebutuhan Lahan Parkir + Sirkulasi 100%
2923 m² 5846 m²
Setelah mengetahui kebutuhan ruang serta luas masing-masing dan luas total, dilakukan organisasi kegiatan dengan memetakan kegiatan yang dilakukan dalam setiap ruang dan menghubungkan setiap kegiatan berdasarkan fungsi.
91
4. Organisasi Ruang
Organisasi ruang dibuat dengan memetakan kegiatan kemudian merubah kegiatan menjadi nama ruang dimana kegiatan tersebut dilakukan.
93
5. Skema
4.4.4 Analisa Struktur dan Konstruksi
Struktur merupakan bagian yang sangat penting dalam bangunan Karenamerupakan penopang bangunan. Sistem struktur akan menentukan apakah sebuah bangunan dapat bertahan lama atau tidak. Sistem struktur yang akan mempertahankan bangunan terhadap hal-hal yang merusak ketahanan bangunan seperti gempa bumi, angin, dsb.
Sistem struktur bangunan terbagi menjadi dua yaitu Sub Sructure (sturktur bawah) untuk menahan beban yang bekerja dari atas ke bawah dan Upper Structure (struktur atas) untuk menerima semua beban hidup atau beban lateral yang diterima untuk dialirkan kepada pondasi.
1. Analisa Struktur Bentang Lebar
Struktur yang digunakan adalah bentang lebar digunakan Karena concert hall membutuhkan suatu ruang ruang yang sangat luas tanpa kolom di antaranya, terutama pada auditorium.
Tabel 4.5 Klasifikasi Struktur Bentang Lebar
Struktur Definisi Gambar
Portal - Terdiri dari balok dan kolom
- Bersifat kaku
Gambar 4.46 Struktur portal Sumber : www.googleimage.com,
95
Struktur Definisi Gambar
Pelengkung (Arch)
- Terdiri dari balok dan kolom dengan
titik hubung kaku antara elemen
vertical dan horizontal
- Bersifat lentur
- Dibuat dengan pola berulang karena
panjang setiap elemennya terbatas
Gambar 4.47 Struktur arch Sumber : www.googleimage.com,
diakses tanggal 18 April 2014
Rangka batang (Flat
Truss dan
Space Truss)
- Dibuat dengan menyusun elemen
linier (batang) yang relatif pendek menjadi pola-pola segitiga
- Setiap elemen batang akan
mengalami gaya tarik dan tekan, tidak melendut
- Bersifat kaku
- Banyak digunakan pada bangunan
modern
Gambar 4.48 Struktur rangka batang Sumber : www.googleimage.com,
diakses tanggal 18 April 2014 Folded Plate - Berupa plat kaku, sempit, panjang
yang digabungkan di sepanjang sisi panjangnya
- Bersifat kaku
- Digunakan secara horizontal
- Terbuat dari beton bertulang atau baja
- Dibuat dengan pola susunan elemen
garis yang pendek dan kaku dan disusun membentuk dimensi segitiga untuk memperoleh kekakuan yang
baik Gambar 4.49 Struktur folded plate
Sumber : www.googleimage.com,
Struktur Definisi Gambar
Cangkang (Shell)
- Kategori struktur yaitu silindrical,
rotasi, conoida, hyperbolis
parabola,bentuk bebas / free form
- Berdasarkan tipe kelengkungan
terdiri dari single curve shell, doble
curve shell with principle curve in the same direction (domical shell),double curved shell with principle curves in opposite direction (hiperbolik paraboloid), double curved shell with principle curve in the same and opposite direction
- Gaya-gaya reaksif pada perbatasan
kulit kerang harus sama dan
berlawanan dengan gaya-gaya
membrane pada perbatasan yang ditimbulkan oleh beban
- Tumpuan harus mengizinkan kulit
kerang untuk mengalami
perpindahan yang ditimbulkan oleh regangan membrane
- Momen lentur harus dihindarkan
pada cangkang
- Kondisi jepit harus dihindari
- Bahan yang ideal untuk struktur
cangkang yang tipis adalah beton karena mudah dibentuk menjadi bentuk-bentuk lengkung
- Ketebalan cangkang ditentukan oleh gangguan lentur perbatasan
Gambar 4.50 Struktur Shell Sumber : www.googleimage.com,
diakses tanggal 18 April 2014
Kubah - Struktur berlengkung ganda
- Umumnya dibentuk dari material
kaku seperti beton bertulang
- Dibuat dari elemen-elemen garis,
kaku, pendek dengan pola berulang - Bersifat kaku
Gambar 4.51 Struktur kubah Sumber : www.googleimage.com,
97
Kabel (Cable) Membran
- Bersifat fleksibel
- Bentuk tergantuk dari besar dan
perilaku beban yang bekerja pada struktur
- Struktur kabel yang ditarik pada kedua ujungnya, berbentuk lurus disebut tierod
- Jika pada bentang kabel memiliki titik eksternal maka bentuknya akan berupa segmen-segmen garis - Jika bebean yang dipikul terbagi
merata, maka kabel akan berbentuk lengkungan
Gambar 4.52 Struktur kabel membran Sumber : www.googleimage.com,
diakses tanggal 18 April 2014 Sumber : Olahan pribadi, 2014
Sistem struktur bentang lebar yang digunakan adalah portal pada auditorium karena membutuhkan ruang yang lebar tanpa kolom diantaranya, dan untuk fasade bangunan concert hall menggunakan selubung bangunan.
2. Material yang Akan Digunakan pada Bangunan Upper structure / Struktur atas bangunan
Material memiliki reaksi reaksi yang berbeda terhadap bunyi dengan frekuensi yang berbeda. Pada umumnya material dengan nilai NRC di bawah 0.20 bersifat reflektif, sedangkan material dengan nilai NRC di atas 0.40 bersifat menyerap.
Tabel 4.6Material-material yang Akan Diaplikasikan pada Bangunan
Aspek Material Kesimpulan
1 2 3 Dinding Beton NRC beton halus = 0,05 NRC beton kasar = 0,35 Bersifat reflektif
Dinding beton akan diaplikasikan pada bangunan karena merupakan material yang kedap bunyi serta bersifat reflektif, sehingga dapat dikombinasikan dengan material yang bersifat absorbtif untuk memperoleh
Reverberation time
yang tepat dan penyebaran bunyi pada sebuah ruang.
dinding NRC panel tebal = 0,70 Bersifat absorbtif NRC kayu = 0.10 Bersifat reflektif NRC karpet = 0,15 NRC karpet pada beton = 0,25 NRC karpet pada karet = 0,30 Bersifat reflektif
bersifat reflektif akan dilapisi panel atau karpet apabila terletak di area yang
membutuhkan penyerapan bunyi, sedangkan pada area yang membutuhkan pemantulan bunyi akan dilapisi kayu.
Aspek Material Kesimpulan
1 2 3 Lantai Marmer NRC = 0,00 Bersifat reflektif Kayu NRC kayu = 0.10 Bersifat reflektif Karpet NRC karpet = 0,15 NRC karpet pada beton = 0,25 NRC karpet pada karet = 0,30 Bersifat reflektif
Lantai di area yang tidak memerlukan
Reverberation time
secara spesifik atau area dengan fungsi umum akan dilapisi marmer. Sedangkan
pada area yang membutuhkan pemantulan bunyi makan akan dilapisi kayu, karpet di area yang membutuhkan penyerapan bunyi. Plafond Kayu NRC kayu = 0.10 Bersifat reflektif Beton NRC beton halus = 0,05 NRC beton kasar = 0,35 Bersifat reflektif Panel NRC panel tebal = 0,70 Bersifat absorbtif
Plafond yang akan
digunakan untuk memantulkan bunyi akan dilapisi kayu atau beton, yang akan digunakan sebagai penyerap bunyi akan dilapisi panel. Atap Beton NRC beton halus = 0,05 NRC beton kasar = 0,35 Bersifat reflektif
Atap bangunan akan menggunakan eton karena merupakan material yang tepat untuk struktur shell serta bersifat kedap bunyi dan reflektif sehingga dapat dimanfaatkan untuk
99 memantulkan bunyi. Kusen dan daun Kayu NRC kayu = 0.10 Bersifat reflektif Alumunium NRC alumunium = 0,10 Bersifat reflektif Kaca NRC kaca = 0,05 Bersifat reflektif
Kusen dan daun menggunakan kayu, pada
Material-material tersebut merupakan alternatif-alternatif yang akan digunakan atau diaplikasikan pada bangunan. Material yang bersifat absorbtif akan mengurangi Reverberation time karenamenyerap bunyi, sedangkan material yang bersifat reflektif akan menambah Reverberation time karena memantulkan bunyi.
• Struktur bawah bangunan menggunakan tiang pancang karena memiliki beberapa keuntungan yaitu waktu pelaksanaan cepat, biaya relatif murah, tepat untuk menahan beban vertikal dan lebih efisien dalam penggunaan energi. Selain itu juga menggunakan retaining wall sebagai dinding penahan tanah karena bagian bawah dari bangunan akan dimanfaatkan sebagai basement parking.
3. Bahan Panel Adaptif
Bahan yang digunakan untuk panel adaptif pada auditorium adalah kayu, karena seperti yang diterapkan pada bahan alat musik, kayu memiliki sifat reflektif yang tepat untuk memantulkan dan menghantarkan bunyi dengan baik. Serta dapat menghasilkan Reverberation time yang tepat untuk berbagai kegiatan.
4.4.5 Mechanical Electrical (ME)
Penghawaan sebagian besar ruang pada bangunan concert hall adalah menggunakan AC. Untuk menghemat energi dan biaya maka digunakan AC dengan sistem Split Duct, sehingga penggunaannya dapat diatur berdasarkan zona ruang.
Gambar 4.53 Sistem AC split duct pada concert hall
Dengan pembagian zona 1, zona 2, dan zona 3 yaitu zona 1 dan 2 sebagai zona privat, serta zona 3 sebagai zona semi privat, AC dapat dinyalakan sendiri-sendiri pada setiap ruang sehingga menghemat energi dan biaya. Auditorium memiliki zona sendiri karena merupakan ruang yang tidak selalu digunakan dan karena sangat luas maka membutuhkan energi dan biaya yang sangat besar.