SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Strata-1 (S1) dalam jurusan Ekonomi Islam
Oleh
HUDRI ARINA 3214.176
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TA 2019 M / 1440 H
Antara besarnya tanggung jawab
dan kecilnya harapan, Dengarlah ini!!!
Sahabat kecintaan hatiku, Hentikan kebiasaanmu memperkuat kegelisahan
dalam lamunan, Cukupkanlah pemanjaanmu atas rasa khawatirmu, Sudahi kepatuhanmu kepada kecendrungan untuk
menunda kepada kepatuhan diri, Karena hidupmu sudah lama dimulai dan jelas
kamu belum memulainya, Hapuslah air mata hatimu, dan hadapkanlah wajah
tulusmu kepada RABB, lalu katakan !!!
Tuhanku, maafkan kekasih kecilmu ini, Yang belum tegas mendahulukan yang baik bagiku, Aku sering membayangkan keberhasilan, Tanpa bersedia menjadi pribadi yang pantas bagi keberhasilan yang ada dalam bayanganku,
Bagaimana Mungkin aku bisa sampai pada kehidupan yang kubayangkan jika aku tetap saja belajar dan bekerja dengan cara-cara yang menyebabkan kekuranganku, Aku mohon RABBI, angkat aku keluar dari kubangan kesedihan dan kelemahan hati, Aku ingin hidup sepenuhnya, seriang mereka seperti tak berbeban,
Ceria, tertawa dalam harapan yang pasti
Rabb yang maha sejahtera, selamatkan aku dari
kebingungan, Hilangkan gemetar jemari dan bibirku yang lama dilemahkan oleh perasaan tak berhak untuk berhasil
Tuhan aku ingin hidup lagi, cintailah Aku..
iii ABSTRAK
Skripsi ini berjudul: “Pengaruh Faktor Sosio Demografi Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa (Studi Kasus pada Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi)” yang disusun oleh HUDRI ARINA, Nim:
3214176 Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
Latar belakang penulis melakukan penelitian ini adalah penulis mendapatkan rendahnya minat berwirausaha dikalangan mahasiswa, dari 249 mahasiswa jurusan ekonomi islam angkatan 2014 ada sekitar 33 mahasiswa yang berwirausaha sehingga penulis ingin mengetahui apakah faktor yang mempengaruhi mahasiswa tersebut memutuskan untuk berwirausaha sejak kuliah.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berwirausaha diantaranya faktor latar belakang keluarga, gender dan pendidikan (faktor sosio demografi).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh faktor latar belakang keluarga, gender dan pendidikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa, studi kasus pada mahasiswa Jurusan Ekonomi islam IAIN Bukittinggi angkatan 2014. Selain itu juga untuk mengetahui faktor yang dominan dalam mempengaruhi minat berwirausaha mahasiswa.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian lapangan (field research), adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi angkatan 2014 dengan sampel sebanyak 33 orang. Data yang telah dikumpulkan melalui angket diolah dan dianalisa dengan metode kuantitatif deskriptif. Dengan menggunakan analisis regresi linier berganda: Y = a + b1 X1 + b2 X2 +b3 X3 + e
Berdasarkan hasil pengolahan data maka diperoleh perhitungan regresi linier berganda yaitu: Y = 0,585 + 0,045 X1 – 0,120 X2 + 1,038 X3 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa secara bersama-sama latar belakang keluarga, gender, dan pendidikan berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial, tidak terdapat pengaruh latar belakang keluarga terhadap minat berwirausaha mahasiswa dengan nilai signifikan 0,207 > 0,05, terdapat pengaruh variabel gender terhadap minat berwirausaha mahasiswa dengan nilai signifikan 0,012 <
0,05, dan pengaruh paling dominan terdapat pada variabel pendidikan terhadap minat berwirausaha mahasiswa dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05.
Kata kunci : Sosio Demografi, , Latar Belakang Keluarga, Gender, Pendidikan dan Minat Berwirausaha
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Kemudian shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhmmad SAW yang telah meninggalkan dua pedoman hidup menuju jalan yang diridhai Allah SWT.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Faktor Sosio Demografi Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini , masih jauh dari apa yang dikatakan sempurna, namun ketidak sempurnaan ini tidaklah mengurangi dari apa yang akan disampaikan.
Dalam penyusunan skripsi ini, dari awal sampai akhir penyelesaian tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih, penghargaan dan cinta terbesar yang penulis tujukan kepada kedua orangtua yang sangat luar biasa yang penulis miliki yang selalu memberikan pengarahan kepada penulis untuk selalu bersemangat dalam penyelesaian pendidikan ini yaitu Ayahanda Ismail. D dan Ibunda Jusmalidar yang selalu mendo’akan yang terbaik untuk penulis, dan yang telah memberikan cinta kasih, kesabaran, keikhlasan, mengasuh, membesarkan, mendidik, memotivasi dan pengorbanan yang tidak dapat dituliskan dengan kata-kata dan tak terhitung jumlahnya kepada penulis sehingga
v
skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh Keluarga besar yang selalu memberikan semangat dan do’anya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr.Ridha Ahida, M.Hum selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi serta bapak dan ibu wakil Rektor yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam menambah ilmu pengetahuan di IAIN Bukittinggi
2. Bapak H. Harfandi, SE,M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi dan sekaligus pembimbing I penulis yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan berdiskusi serta kesediaan beliau mengoreksi dan memberikan masukan tentang banyak hal yang berguna kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Dr. Hesi Eka Puteri, SE. M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Yenti Astarie Dewi, SE. MM selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bantuan, dukungan, bimbingan, nasehat dan saran yang berharga serta kesediaan beliau mengoreksi dan memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Bapak Dr. Saiful Amin, M. Ag selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan nasehat kepada penulis demi kelancaran proses belajarnya penulis.
vi
5. Bapak Yefri Joni, MA selaku ketua jurusan Ekonomi Islam yang telah memberikan Fasilitas dan kemudahan bagi penulis dalam mengurus segala keperluan yang berhubungan dengan penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak membekali ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis serta Bapak/ Ibu kepegawaian tata usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bukittinggi.
7. Seluruh kepegawaian Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri yang telah banyak membantu sehingga penulis mendapatkan referensi untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk sahabat-sahabatku yang selalu memberikan sumbangan pemikiran, banyak membantu penulis mencari buku-buku demi kelancaran penulisan skripsi ini dan yang selalu memberikan semangat dan dukungannya kepada penulis.
9. Teman-teman sejurusan Ekonomi Islam, terutama EI-E 2014 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang memberikan semangat dalam menjalani perkuliahan dan selalu ada saat suka dan duka.
Semoga bantuan dan jasa baik mereka akan dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang melimpah dan sempurna. Aamiin.
Bukittinggi, 15 Februari 2019
Hudri Arina 3214176
vii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 11
C. Batasan Masalah... 12
D. Rumusan Masalah ... 12
E. Tujuan Penelitian ... 12
F. Manfaat Penelitian ... 13
G. Penjelasan Judul ... 14
H. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II LANDASAN TEORI A. Faktor Sosio Demografi ... 17
1. Latar Belakang Keluarga ... 17
2. Gender ... 23
3. Pendidikan Kewirausahaan ... 28
B. Wirausaha ... 33
1. Pengertian Wirausaha ... 33
2. Upaya Menumbuhkan Jiwa Wirausaha ... 34
3. Karakteristik Wirausaha ... 35
4. Faktor Keberhasilan Usaha ... 37
5. Faktor Kegagalan Usaha ... 40
6. Peran dan Fungsi Kewirausahaan ... 41
7. Kewirausahaan dalam Perspektif Islam ... 42
viii
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat ... 45
3. Minat Berwirausaha ... 48
D. Pengaruh Faktor Sosio Demografi terhadap Minat Berwirausaha ... 49
1. Pengaruh Latar Belakang Keluarga terhadap Minat Berwirausaha ... 49
2. Pengaruh Gender terhadap Minat Berwirausaha ... 51
3. Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha ... 52
E. Kajian Terdahulu ... 54
F. Kerangka Teori ... 57
G. Hipotesis ... 58
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 59
B. Lokasi dan waktu peneliltian ... 59
C. Sumber data ... 59
D. Populasi dan sampel ... 60
E. Variabel Penenlitian ... 61
F. Instrumen Penelitian ... 62
G. Teknik pengumpulan data ... 63
H. Analisis Regresi Linier Berganda ... 64
I. Teknik Analisis Data ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum ... 66
B. Profil Responden ... 71
C. Pengaruh Faktor Sosio Demografi terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa ... 71
1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 71
a. Uji Validitas ... 71
ix
b. Uji Linieritas ... 78
c. Uji Multikolinearitas ... 80
3. Analisis Regresi Linier Berganda ... 81
a. Uji F (Uji Simultan) ... 82
b. Uji Hipotesis (Uji T) ... 83
c. Uji Determinan (R2) ... 85
D. Analisis Temuan ... 85
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA
x
Tabel 4.3 Pengujian Validitas Faktor Gender ... 73
Tabel 4.4 Pengujian Validitas Faktor Pendidikan ... 74
Tabel 4.5 Pengujian Validitas Minat Berwirausaha Mahasiswa ... 75
Tabel 4.6 Pengujian Reliabilitas ... 76
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 77
Tabel 4.8 Hasil Uji Linearitas Faktor Latar Belakang Keluarga ... 78
Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas Faktor Gender ... 78
Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas Faktor Pendidikan ... 79
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas ... 80
1
Indonesia merupakan sebuah negara yang sementara dalam proses perkembangan. Proses yang dilalui oleh bangsa Indonesia menuntut kerja keras untuk menyelesaikan dan mempersiapkan berbagai hal untuk menjadi negara maju. Salah satu faktor yang harus diprioritaskan yaitu mempersiapkan Indonesia lebih unggul dalam bidang perekonomian untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang makmur dan mampu menopang siklus perekonomian masyarakat.
Menjadi hal yang memprihatinkan karena Indonesia dengan kekayaan yang dimiliki seharusnya dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah pengangguran yang ada. Indonesia memiliki sumber daya yang melimpah dan sangat banyak potensi alam yang belum dimaksimalkan pemanfaatannya. Hal ini tentu sangat disayangkan jika tidak dikelola langsung oleh anak bangsa sendiri. Salah satu cara untuk dapat mengatasi masalah ini adalah dengan merubah pola pikir anak bangsa dari yang hanya selektif terhadap bidang pekerjaan tetapi juga mental/ jiwa yang mampu mandiri menciptakan peluang kerja.1
Kewirausaahan merupakan jawaban yang paling tepat atas permasalahan banyaknya jumlah pengangguran yang dihadapi oleh bangsa ini. Kewirausahaan dipercaya sebagai kekuatan penting dalam
1 Muhammad Jufri, Hillman Wirawan, Internalisasi Jiwa Kewirausahaan pada Anak, (Jakarta: PT. Fajar Intrepratama Mandiri, 2014), h. 1-2
menentukan maju mundurnya perekonomian suatu negara. Dengan menjadi wirausaha seseorang bisa berperan sebagai jobcreator (orang yang bisa menciptakan pekerjaan) bukan sekedar jobseeker (orang yang mencari pekerjaan). Jika satu orang wirausaha mampu memperkerjakan lima orang karyawan maka dengan 4 juta wirausaha saja bangsa Indonesia akan dapat terbebas dari belenggu pengangguran dan kemiskinan.2
Intruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan, mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia, untuk mengembangkan program-program kewirausahaan. Inpres tersebut dikeluarkan bukan tanpa alasan. Pemerintah menyadari betul bahwa dunia usaha merupakan tulang punggung perekonomian nasional sehingga harus digenjot sedemikin rupa melalui departemen teknis maupun institusi-institusi lain yang ada di Indonesia.3
Wirausaha merupakan “Someone who specializes in taking judgmental decisions about the coordination of scarce resources”, yakni:
Someone (seseorang, bukan grup atau organisasi), who specializes (menjalankan fungsi keahliannya tidak hanya untuk dirinya, melainkan juga untuk orang lain), in taking judgmental decisions (berani mengambil keputusan berbeda dengan orang lain yang memiliki tujuan serta berada dalam situasi yang sama), about the coordination (melakukan fungsi
2 Sandy Wahyudi, Entrepreneurial Branding and Selling, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 29
3 Hamdani, Entreprenuership “Kiat Melihat dan Membudayakan Potensi Bisnis”, (Jakarta: Starbooks, 2010), h.33-34
koordinasi berbagai sumber daya agar lebih berdaya guna dan bermanfaat dari sebelumnya), dan of scarce resources (sumber daya yang dikoordinasikan tidak terbatas pada besar kecilnya perusahaan atau institusi yang dikelola).4
Islam sendiri sangat menganjurkan umatnya untuk menjalankan kewirausahaan, salah satu ayat yang menjelaskan hal tersebut terdapat dalam surat Al-jumu’ah ayat 10, Allah SWT berfirman bahwa :
Artinya: “Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak agar kamu mendapat keberuntungan”.
(QS AL-Jumu’ah ayat 10).
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memberikan keleluasaan dalam mencari penghidupan dengan jalan perniagaan yang diridhoiNya.
Ayat tersebut menggambarkan ketika melaksanakan perintah itu dengan sungguh sungguh dan menjemput rezeki dengan penuh kesadaran untuk selalu mengingat Allah dalam hati serta pemenuhan kewajiban dengan melakukan perniagaan yang halal semata. Mengingat Allah dalam hal ini berarti juga pemenuhan kehidupan dengan tetap memegang cara-cara
4 Sandy Wahyudi, Entrepreneurial Branding and Selling, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.5
yang dibenarkan oleh Allah, “dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.5
Umat islam perlu berwirausaha, masih banyak ayat Al-Qur’an yang menyatakan tentang pentingnya berwirausaha, menggali sumber- sumber yang ada di perut bumi serta mampu memprosesnya sehingga dapat bermanfaat bagi manusia, dimana manusia perlu bersyukur atas rezki yang diterima dari Allah Swt. Dengan banyaknya wirausaha muslim, diharapkan rezki yang menumpuk akan menetes kebawah sehingga mampu memakmurkan kaum dhuafa. Sebab orang muslim tidak dibenarkan menumpuk-numpuk harta dan menghitung-hitungnya, ia wajib mengeluarkan hak bagi kaum fakir miskin sesuai dengan tuntunan syariah.6
Indonesia sebagai negara berkembang sangat membutuhkan para wirausaha baik Usaha Kecil Menengah (UKM), koperasi maupun usaha besar untuk dapat bersaing dalam pasar regional dan global. Agar perekonomian Indonesia dapat berkembang dengan pesat, Indonesia saat ini sangat membutuhkkan munculnya wirausaha khusunya wirausaha muda mengingat persentase wirausaha dan penduduk total masih sangat sedikit.7
5 Dwi Suwiknyo, Ayat-Ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010), h. 78-79
6 Buchari Alma, Donni Junni Priansa, Manajemen Bisnis Syari’ah, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 135
7 Made Dharmawati, Kewirausahaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.108
Jika melihat jumlah kebutuhan wirausaha baru untuk memposisikan Indonesia sebagai negara maju butuh waktu yang cukup lama untuk mecapainya, maka saat ini perlu diupayakan berbagai langkah- langkah agar jumlah wirausaha baru dapat bertambah dengan waktu pencapaian yang relatif singkat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan penciptaan wirausaha baru yang bersal dari lulusan perguruan tinggi.
Banyaknya akademik dan universitas yang memberikan mata kuliah kewirausahaan pada berbagai latar belakang pendidikan dan jurusan terlihat bahwasanya mata kuliah kewirausahaan merupakan mata kuliah yang sangat penting dan sudah menjadi perhatian pemerintah maupun institusi-institusi yang ada. Akibat dari berkurangnya kesempatan kerja dan lapangan kerja maka mata kuliah yang diajarkan bisa dikembangkan dengan membuat lapangan kerja terbuka, kemudian para lulusan yang tidak terserap dunia kerja, bisa membuka usaha sendiri. Dengan latar belakang jurusan yang diambil mahasiswa tersebut turut andil dalam pengambilan keputusan serta minat berwirausaha dalam menetukan karir mereka menjadi wirausaha atau pekerja.8
IAIN Bukittinggi sebagai salah satu perguruan tinggi yang ada di Bukittinggi Sumatera Barat khususnya jurusan ekonomi islam juga mempunyai kewajiban untuk mendukung program Pemerintah, salah
satunya adalah pengentasan kemiskinan melalui kewirausahaan.
8 Made Dharmawati, Kewirausahaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. xvi-3
Hal ini sejalan dengan visi dan misi yang ada di IAIN Bukittinggi pada Jurusan Ekonomi Islam khusus nya, yaitu:
Wujud upaya dari visi dan misi tersebut adalah dengan pemberian Mata Kuliah Kewirausahaan (KWU) dan Program Wirausaha Mahasiswa (PWM) yang bertujuan agar mahasiswa memiliki jiwa, sifat dan sikap wirausaha yang islami, serta menumbuhkan minat dan bakat mereka.
Dengan adanya pemahaman tentang kewirausahaan serta dimilikinya jiwa dan karakteristik wirausaha, diharapkan mereka akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan sejak bulan Februari 2018 pada mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bukittinggi angkatan 2014 mengenai mahasiswa yang memilih untuk berwirausaha sambil kuliah dari 7 kelas yang ada pada angkatan 2014 yang jumlahnya mencapai 249 mahasiswa, ada sebanyak 33 orang mahasiswa yang berwirausaha sambil kuliah. Dari 33 orang mahasiswa tersebut ada sebanyak 7 orang mahasiswa yang sudah berwirausaha sebelum memperoleh pendidikan kewirausahaan.
9 Buku Pedoman Program Wirausaha Mahasiswa (PWM), h.1
Visi : Unggul dalam pengembangan dan penerapan Ekonomi Islam pada dunia usaha.
Misi : Mempersiapkan sumber daya insani yang memiliki kompetensi wirausaha islami, menyelenggarakan proses pembelajaran yang terbaik dengan mengedepankan nilai-nilai islami, serta menjadikan pusat penelitian dan pengembangan wirausaha islami.9
Data tersebut menunjukkan bahwa minat berwirausaha masih rendah dikalangan mahasiswa. Kecilnya minat berwirausaha tentu sangat disayangkan. Mahasiswa sudah seharusnya melihat kenyataan bahwa lapangan kerja yang ada tidak memungkinkan untuk menyerap seluruh lulusan perguruan tinggi yang ada, para lulusan perguruan tinggi mulai memilih berwirausaha sebagai pilihan karirnya, mengingat potensi yang ada di negeri ini sangat kondusif untuk melakukan wirausaha, namun hal tersebut masih belum disadari oleh mahasiswa pada umumnya.
Berangkat dari keprihatinan, dibalik rendahnya minat berwirausaha mahasiswa ada sebanyak 33 orang mahasiswa yang memilih untuk berwirausaha sejak kuliah, dari 249 orang mahasiswa ada sebanyak 216 orang yang memilih untuk tidak atau belum berwirausaha. Selain itu, dari 33 orang mahasiswa yang berwirausaha tersebut ada sebanyak 7 orang mahasiswa yang sudah memulai usaha sebelum memperoleh pendidikan kewirausahaan. Disaat mayoritas mahasiswa belum atau tidak berani memulai suatu usaha disisi lain ada mahasiswa yang berani dan penuh percaya diri langsung terjun ke dunia usaha sambil kuliah sehingga diharapkan usaha tersebut dapat berkembang menjadi Usaha Kecil Menengah (UKM) hingga menjadi usaha besar nantinya dan ini patut untuk dikaji lebih jauh.
Seorang wirausahawan mempunyai kemampuan untuk berdiri sendiri, merdeka lahir batin, dan mempunyai sifat mental yang selalu aktif dalam mengejar beragam peluang. Berbagai bidang usaha ditekuni oleh
mahasiswa yang berwirausaha dalam melihat peluang yang ada serta memanfaatkan fasilitas seperti ponsel dan laptop agar lebih produktif dan berdaya guna dengan menjadikan kampus sebagai salah satu sasaran dalam pemasarannya. Jenis usaha yang mereka jalankan sangat beragam seperti bisnis online, bisnis herbal, jasa les privat, menjual pulsa, jasa desain grafis, bisnis peternakan, bisnis perkebunan, menjual pakaian, sepatu dan jilbab, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, mahasiswa yang berwirausaha tersebut diharapkan menjadi panutan bagi mahasiswa- mahasiswi pada umumnya yang masih cendrung menikmati fasilitas yang ada dan sajauh manakah aktivitas mahasiswa dalam berwirausaha ini patut untuk diapresiasi.
Pekerjaan yang digeluti orang tua juga sangat berperan dalam mendorong memilih karier seorang anak. Jika ada anggota keluarga, terutama yang berada dalam garis keturunan keluarga, seperti kakek, nenek, ayah atau ibu yang menjadi entrepreneur maka seseorang cenderung akan meniru pola pikir, cara kerja, dan sikap entrepreneur dari keluarganya.10
Apabila kita memperhatikan sejarah kehidupan Rasulullah SAW, kita akan menemukan bahwa sejak usia tujuh belas tahun beliau sudah mulai berwirausaha. Motif awalnya adalah atas dorongan dari paman beliau Abu Thalib yang menganjurkan untuk berdagang sebagai upaya melepaskan beban keluarga. Dorongan ini kemudian menjadikan beliau
10 Sandi Wahyudi, Entrepreneurial Branding and Selling, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.29-30
sebagai pedagang ulung yang memiliki integritas yang berbeda dengan para pedagang lainnya. Sifat jujur dalam berwirausaha inilah yang mengantarkan beliau ke berbagai pertemuan bisnis pada waktu itu.
Namun disaat kelurga dan orang tua dinilai dapat memberikan pengaruh positif terhadap minat berwirausaha, disisi lain ada stigma negatif yang masih berkembang ditengah-tengah masyarakat termasuk juga para orang tua dan keluarga yang menjadi salah satu penyebab mengapa dunia wirausaha masih belum diminati, yaitu persepsi tentang wirausaha yang dinilai tidak memiliki jaminan masa depan yang layak, dinilai kurang terhormat, penghasilan tidak stabil, dan dianggap seebagai pekerjaan rendahan. Para keluarga dan orang tua juga tidak menginginkan anaknya menerjuni bidang ini dan berusaha mengalihkan perhatian anaknya menjadi pegawai negeri sipil atau minimal pegawai disebuah perusahaan. Alasannya sama, yaitu menjadi pegawai lebih jelas penghasilannya, apalagi jika anaknya sarjana akan menjadi aib ketika ia hanya menjadi seorang wirausaha.11
Selain itu, dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Andhy Setyawan ditemukan bahwasanya jenis kelamin (gender) memiliki pengaruh terhadap minat berwirausaha mahasiswa Universitas Surabaya, khususnya Fakultas Bisnis dan Ekonomika.12 Bertolak belakang dengan peneltian yang dilakukan oleh Andhy Setyawan, Indah Yunilasari juga
11 Agus Siswanto, The Power of Islamic Entrepreneurship, (Jakarta: Amzah, 2016), h. 3
12 Andhy Setyawan, Apakah Gender Bermakna pada Model Pembentukan Minat Berwirausaha, Jurnal Manajemen teori dan Terapan, Tahun. 9, No. 2, Padang, Agustus 2011, h.
126
melakukan penelitian tentang pengaruh gender terhadap minat berwirausaha mahasiswa Fakultas Ekonomika Universitas Diponegoro Semarang dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel gender tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha.13 Berdasarkan Research gap diatas diketahui bahwa faktor gender memiliki pengaruh yang berbeda terhadap minat berwirausaha mahasiswa Fakultas Bisnis dan Ekonomika pada Universitas Surabaya dengan mahasiswa Fakultas Ekonomika pada Universitas Diponegoro Semarang sehingga penelitian mengenai pengaruh faktor gender terhadap minat berwirausaha perlu dilakukan kembali.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti berinisiatif melakukan penelitian lebih lanjut pada mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi Angkatan 2014 yang sudah berwirausaha tentang apakah latar belakang keluarga, gender dan pendidikan berpengaruh terhadap minat berwirausaha mahasiswa, oleh karena itu penelitian ini diberi judul:
“Pengaruh Faktor Sosio Demografi terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa (Studi Kasus pada Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi)”.
13 Indah Yunilasari, Analisis Pengaruh Faktor Gender dan Lingkungan Keluarga terhadap minat Berwirausaha Mahasiswa, Diponegoro Journal Of Management, Vol.5, No.3, 2016, h. 9
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa fakta yang menjadi permasalahan yaitu :
1. Banyaknya pengangguran karena jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, tidak disertai bertambahnya lapangan kerja.
2. Jumlah wirausaha masih sedikit sedangkan kewirausahaan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian suatu negara.
3. Mahasiswa sudah seharusnya menjadi jobcreator (orang yang bisa menciptakan pekerjaan) bukan jobseeker (orang yang mencari pekerjaan).
4. Rendahnya minat untuk berwirausaha dikalangan mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi angkatan 2014.
5. Adanya mahasiswa jurusan ekonomi islam IAIN Bukittinggi angkatan 2014 yang sudah memulai usaha sejak kuliah disamping mayoritas mahasiswa memilih untuk tidak atau belum berwirausaha.
6. Pengaruh pengaruh faktor sosio demografi (latar belakang keluarga, gender, dan pendidikan) terhadap minat berwirausaha.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti perlu mengidentifikasi batasan terhadap masalah yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini, agar masalah yang akan diteliti menjadi lebih fokus.
Maka penelitian ini difokuskan meneliti tentang, “Pengaruh Faktor Sosio Demografi (Latar Belakang Keluarga, Gender, Pendidikan) terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi angkatan 2014.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu, Bagaimana pengaruh faktor sosio demografi (latar belakang keluarga, gender, dan pendidikan) terhadap minat berwirausaha mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis islam jurusan ekonomi islam IAIN Bukittinggi angkatan 2014?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh faktor sosio demografi (latar belakang keluarga, gender, dan pendidikan) terhadap minat berwirausaha mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis islam jurusan ekonomi islam IAIN Bukittinggi angkatan 2014.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Akademis
a. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan kemampuan bagi penulis selama masa perkuliahan.
b. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittingi.
2. Manfaat Teoritis a. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan penelitian lebih lanjut pada Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk membaca buah karya penelitian penulis.
b. Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bukittinggi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian tentang arti pentingnya kewirausahaan bagi mahasiswa dan agar ilmu yang diberikan dapat diaplikasikan secara langsung oleh mahasiswa.
3. Manfaat Praktis
Sebagai panduan atau rekomendasi bagi mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi khususnya mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam dalam memilih wiruasaha sebagai pilihan karirnya 4. Manfaat bagi Masyarakat
Sebagai salah satu sumber informasi tentang faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk berwirausaha serta pentingnya kewirausahaan itu sendiri.
G. Penjelasan Judul
Dalam pembahasan ini tentu harus memberikan penjelasan pada penelitian untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas untuk menghindari pengertian yang salah tentang apa yang dimaksud dengan judul ini. Adapun judul dari penelitian ini adalah Pengaruh Faktor Sosio- Demografi terhadap Minat Berwirausaha Sampingan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Islam IAIN Bukittinggi.
Sebelum melangkah lebih jauh dalam membahas skripsi ini dan menjembatani pemikiran penulis dengan pembaca agar terdapat persamaan pemahaman dalam memahami skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang akan ditemui dalam skripsi ini.
Faktor Sosio Demografi
: Ilmu yang mempelajari struktur dan proses penduduk disuatu wilayah yang perubahan struktur penduduknya dipengaruhi juga oleh proses-proses sosial dan perubahan sosial masyarakat
didalamnya.14Terdiri dari latar belakang keluarga, gender, dan latar belakang pendidikan.
Pengaruh : Daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.15
Minat : Kecenderungan hati dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.16
Wirausaha : Orang yang memiliki kemampuan untuk mengelola
suatu aktivitas produksi, mulai dari merencanakan, mengatur, melaksanakan proses produksi, hingga menanggung resiko.17
Maksud dari judul diatas adalah membahas tentang pengaruh faktor sosio demografi (pendidikan, latar belakang keluarga, gender atau jenis kelamin) terhadap minat berwirausaha seseorang.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran utuh secara menyeluruh mengenai penulisan penelitian ini, maka penulis susun sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah,
14 Arum Kartika Sari, “Pengaruh Faktor Sosio Demografi, Sikap,, dan Kontekstual terhadap Niat Berwirausaha Siswa”, Jurnal Kependidikan, Vol. 43, No. 2, 2013, hal. 155
15 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h.
849
16 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI, (Jakarta: Balai Pustaka,2007), h.
744
17 Eti Rochaety dan Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), h. 361
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penjelasan judul, dan sistematis penilisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Mengemukakan tentang Usaha Kecil Menengah (UKM), wirausaha, faktor sosio demografi dan minat berwirausaha, dan pengaruh faktor sosio demografi terhadap minat berwirausaha.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Memuat jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, populasi dan sampel penelitian, variable penelitian, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisi data.
BAB 1V : HASIL PENELITIAN
Mengemukakan tentang deskripsi umum, profil responden, pengaruh faktor sosio demografi terhadap minat berwirausaha mahasiswa, dan analisis temuan.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan terdiri dari keseluruhan pembahasan dan sekaligus memberikan saran-saran.
17
Sosio demografi adalah suatu ilmu yang mempelajari struktur dan proses penduduk disuatu wilayah yang perubahan struktur penduduknya dipengaruhi juga oleh proses-proses sosial dan perubahan sosial masyarakat didalamnya. Faktor sosio demografi terdiri dari umur, jenis kelamin (gender), pengalaman kerja, latar belakang keluarga, pendidikan, dan lain-lain.1
1. Latar Belakang Keluarga a. Defenisi Keluarga
Keluarga merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Para ilmuan sosial bersilang pendapat mengenai rumusan defenisi keluarga yang bersifat universal. Setidakya definisi keluarga dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu defenisi structural, defenisi fungsional, dan defenisi interasional.
1) Defenisi structural. Keluarga didefenisikan berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya. Defenisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga. Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tentang keluarga sebagai asal usul (families of origin), keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan (families of procreation), dan keluarga batih (extended family).
1 Arum Kartika Sari, “Pengaruh Faktor Sosio Demografi, Sikap,, dan Kontekstual terhadap Niat Berwirausaha Siswa”, Jurnal Kependidikan, Vol. 43, No. 2, 2013, hal. 155
2) Defenisi fungsional. Keluarga didefenisikan dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisme pada anak, dukungan emosi dan materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu. Defenisi ini memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga.2
3) Defenisi transaksional. Keluarga didefenisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui prilaku-prilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga, berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Defenisi ini memfokuskan pada bagaimana keluarga melaksankan funsginya.
Pada umumnya, fungsi yang dijalankan oleh keluarga seperti melahirkan dan merawat anak, menyelesaikan masalah, dan saling peduli antar anggotanya tidak berubah substansinya dari masa ke masa. Namun, bagaimana keluarga melakukannya dan siap saja yang terlibat dalam proses tersebut dapat berubah dari masa ke masa dan bervariasi di antara berbagai budaya.3 b. Relasi Orang Tua dan Anak
Kualitas hubungan orang tua dan anak merefleksikan tingkatan dalam hal kehangatan (warmth), rasa aman (security), kepercayaan (trust), afeksi positif (positive affect), dan ketanggapan (responssiveness) dalam hubungan mereka. Kehangatan menjadi komponen mendasar dalam hubungan orang tua- anak yang dapat membuat anak merasa dicintai dan mengembangkan rasa
2 Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 3
3 Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 4
percaya diri. Mereka memiliki rasa percaya dan menikmati rasa kesertaan mereka dalam aktivitas bersama orang tua. Kehangatan member konteks bagi afeksi positif yang akan meningkatkan mood untuk peduli dan tanggap terhadapsatu sama lain.
Interaksi dan waktu merupakan dua komponen mendasar bagi relasi orang tua dan anak. Selain itu, relasi orang tua dan anak mengandung beberapa prinsip,yaitu:
1) Interaksi. Orang tua dan anak berinteraksi pada suatu hubungan.
Berbagai interaksi tersebut membentuk kenangan pada interaksi di masa lalu dan antisipasi terhadap interaksi di kemudian hari.
2) Kontribusi mutual. Orang tua dan anak sama-sama memiliki sumbangan dan peran dalam interaksi, demikian juga terhadap relasi keduanya.
3) Keunikan. Setiap relasi orangtua-anak bersifat unik yang melibatkan dua pihak, dan karenanya tidak dapat ditirukan dengan anak yang lain.
4) Pengharapan masa lalu. Interaksi orang tua-anak yang telah berjadi membentuk suatu cetakan pada pengaharapan keduanya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan, orang tua akan memahami bagaimana anaknya akan bertindak pada suatu situasi. Demikian pula sebaliknya anak kepada orang tuanya.
5) Antisipasi masa depan karena relasi orang tua-anak bersifat kekal, masing-masing membangun pengharapan yang dikembangkan dalam hubungan keduanya.4
c. Fungsi-Fungsi Keluarga
Keluarga merupakan tempat yang penting bagi perkembangan anak secara fisik, emosi, spiritual, dan sosial. Karena keluarga merupakan sumber kasih sayang, perlindungan, dan identitas bagi anggotanya. Keluarga menjalankan fungsi yang penting bagi keberlangsungan masyarakat dari generasi ke generasi. Keluarga memiliki lima fungsi dasar, yaitu:
1) Fungsi biologis. Keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan populasi yang ada dimasyrakat. Fungsi ini juga bertujuan untuk memelihara kehormatan serta martabat manusia sebagai makhluk yang berakal dan beradab.
2) Faktor edukatif. Keluarga merupakan tempat pendidikan bagi semua anggotanya dimana orang tua memiliki peran yang cukup penting untuk membawa anak menuju kedewasaan jasmani dan ruhani dalam dimensi kognisi, afektif maupun skill, dengan tujuan untuk mengembangkan aspek mental spiritual, moral, intelektual, dan professional.
3) Fungsi relegius. Keluarga merupakan tempat penanaman nilai moral agama melalui pemahaman, penyadaran dan praktik dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta iklim keagamaan didalamnya.
4 Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 9-25
4) Fungsi Protektif. Keluarga memberikan pengalaman interaksi sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi bersifat mendalam, mengasuh, dan berdaya tahan sehingga memberikan rasa aman pada anak. Keluarga menjadi tempat yang aman dari gangguan internal maupun eksternal keluarga.
5) Fungsi sosialisasi. Keluarga memberikan identitas pada para anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran gender.
Keluarga juga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik dan mampu memegang norma-norma kehidupan.5
6) Dukungan ekonomi. Keluarga menyediakan tempat berlindung, makanan, dan jaminan hidup. Keluarga merupakan kesatuan ekonomis dimana keluarga memiliki aktivitas mencari nafkah, pembinaan usaha, perencanaan anggaran, pengelolaandan bagaimana memanfaatkan sumber-sumber penghasilan dengan baik.6
d. Teori system keluarga
Keluarga sebagai sebuah sistem memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Keseluruhan (the family as a whole). Dalam pendekatan keluarga sebagai sebuah system, perhatian utamanya justru diberikan pada bagaimana kehidupan keluarga, baru kemudian memberikan focus pada individu.
5 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 44
6 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 45
2) Struktur (underlying structures). Suatu kehidupan keluarga berlangsung berdasarkan struktur, misalnya pola interaksi antar anggota keluarga yang menentukan apa yang terjadi dalam keluarga.
3) Tujuan (families have goals). Tujuan keluarga memiliki rentang yang luas dan bervariasi dari satu keluarga dengan keluarga yang lainnya.
Selain itu efektivitas pencapaian tujuan suatu keluarga tergantung seberapa besar sumbangan masing-masing anggota keluarga terhadap upaya pencapaian tujuan.
4) Keseimbangan (equilibrium). Dalam rangka meraih tujuannya keluarga akan menghadapi situasi dan kondisi diluar dirinya yang berubah dan berkembang. Keluarga akan senantiasa melakukan adaptasi, menyesuaikan dengan perubahan dan menanggapi situasi dan kondisi yang dihadapi. Keluarga akan berusaha mencapai tujuannya dengan menjaga kehidupannya agar tetap seimbang.
5) Kelembaman (morphostasis). Selain berusaha mencapai keseimbangan dengan berbagai perubahan situasi dan kondisi, keluarga juga mempertahankan aturan dan menjaga kelangsungan kehidupan sehari- hari agar berlangsung dengan baik. Ada rutinitas dan kebiasaan yang sudah menetap yang selalu dijaga untuk tetap berlangsung secara sama dari hari ke hari.
6) Batas-batas (boundaries). Sebagai sebuah system yang terbuka. Batas- batas dari suatu keluarga dapat dilihat dari aturan-aturan yang dibangun didalam keluarga, misalnya apa saja yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh anggota keluarga, siapa saja yang boleh datang dan pergi tanpa pembatasan.
7) Subsistem. Didalam system keluarga ada unit-unit subsistem, misalnya subsistem pasangan suami isteri, subsistem relasi oaing tua-anak, subsistem peran orang tua. Salah satu tugas utama subsistem keluaraga adalah menjaga batas-batas keluarga.
8) Equifinality dan equipotentiality. Equinality berarti bahwa berbagai permulaan dapat membawa pada hasilakhir yang sama, sementara suatu permulaan yang sama dapat pula membawa pada hasil akhir yang berbeda.7
2. Gender (Jenis Kelamin) a. Pengertian Gender
Di Indonesia istilah gender awal mula dipergunakan di Kantor Menteri Negara Peranan Wanita dengan ejaan “jender”, diartikan sebagai interpretasi mental dan cultural terhadap perbedaan jenis kelamin, yakni laki-laki dan perempuan.
Gender bukan hanya sekedar pembedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari konstruksi sosial budaya, tetapi lebih ditekankan pada konsep analisis dalam memhami dan menjelaskan sesuatu. Karena itu, kata gender banyak diasosiasikan dengan kata yang lain, seperti ketidakadilan, kesetaraaan dan sebagainya, keduanya sulit untuk diberi pengertian secara terpisah. Gender adalah konsep yang mengacu pada
7 Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 47
peran dan taggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. 8
Pengertian jenis kelamin merupakan penafsiran atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis dengan alat tanda- tanda tertentu pula, bersifat universal dan permanen, tidak dapat dipertukarkan,dan dapat dikenali semenjak manusia lahir. Itulah yang disebut dengan ketetuan Tuhan atau kodrat.
Dengan demikian, jenis kelamin adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang ditentukan oleh perbedaan biologis yang melekat pada keduanya. Jenis kelamin adalah tafsir sosial atas perbedaan biologis laki-laki dan perempuan. Gender adalah pembedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dihasilkan dari kontruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman.
Disamping adanya perbedaan biologis, baik primer maupun sekunder, ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang bersifat relatif , kontektual dan kondisional. Perbedaan yang relatif ini umumnya terkait dengan sifat, peran dan posisi sosial yang dipandang pantas dan seharusnya untuk laki-laki dan perempuan. Oleh karena ukuran pantas itu berlainan dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya maka perbedan ini disebut perbedaan relatif. Tetapi pada intinya sifat, peran dan posisi tersebut dapat ditemukan pada diri laki-laki dan perempuan.
Misalnya dari segi peran tidak hanya ibu yang memasak tetapi lelaki juga
8 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 1
mampu menjadi koki handal. Jika posisi mencari uang untuk keluarga diasumsikan sebagai tugas laki-laki maka sebenarnya banyak dilakukan juga oleh perempuan. Perbedaan yang relatif dan kondisional ini disebut
“Identitas Gender”. 9
b. Ragam Pemaknaan Gender
Untuk memahami gender sebagai kontruksi sosial, perlu dipetakan pemaknaan gender dalam konteks apa gender dibicarakan. Ragam pemaknaan gender dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Gender sebagai istilah konseptual
Konsep gender mengusung sebuah perubahan dalam status, peran dan tanggung jawab serta relasi laki-laki dan perempuan, namun terdapat pihak-pihak tertentu yang merasa keberatan atas terjadinya perubahan peran dan relasi gender dalam kehidupan.
2) Gender sebagai fenomena sosial
Perbedaan jenis kelamin sering digunakan masyarakat untuk mengkonstruk pembagian peran (kerja) laki-laki dan perempuan atas dasar perbedaan tersebut. Pembagian ini dipertahankan serta dilakukan secara terus menerus. Pembagian kerja berdasar gender tidak menjadi masalah selama masing-masing pihak tidak merugikan atau dirugikan.
9 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 2
3) Gender sebagai kesadaran sosial
Pembagian peran gender merupakan pembagian tugas yang bersifat sosial, dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan karena diubah atau berubah sesuai dengan kondisi sosial masyarakat dan juga sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.10
4) Gender sebagai masalah sosial
Pembagian dan pembakuan peran gender pada dasarnya tidak menjadi masalah selama tidak menimbulkan ketidakadilan. Dalam banyak kajian terbukti bahwa pembakuan peran dan pandangan yang bias gender yang bersumber dari budaya patriarkhi (mengutamakan laki-laki lebih dari perempuan) dan matriarkhi (mengutamakan perempuan lebih dari laki-laki) sangat berpotensi menimbulkan ketidakadilan baik bagi perempuan maupun laki-laki.
5) Gender sebagai sebuah konsep untuk analisis
Pemahaman gender tidak lepas dari asumsi-asumsi dasar yang ada pada sebuah paradigm, dimana konsep analisis merupakan salah satu komponennya. Sebagai contoh gender digunakan untuk menganalisis data dan informasi secara sistemik tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, peran, fungsi dan tanggung jawab
10 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 9
laki-laki dan perempuan, kesenjangan yang terjadi terhadap keduanya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
6) Gender sebagai gerakan sosial
Digunakan sebagai upaya kongkrit untuk mengatasi dan merubah kesenjangan status, peran dan tanggung jawab serta pemenfaatan sumber daya anatara laki-laki dan perempuan yang berdampak pada diskriminasi terhadap perempuan dan ketertinggalannya dalam kehidupan. 11
c. Kesetaraan dan Keadilan Gender
Kesetaraan gender (gender equality) adalah posisi yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam memperoleh akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat dalam aktifitas kehidupan baik dalam keluarga, masyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Keadilan gender adalah suatu proses menuju setara, selaras, seimbang, serasi, tanpa diskriminasi.
Kesetaraan yang berkeadilan gender merupakan kondisi yang dinamis, dimana laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak, kewajiban, peranan, dan kesempatan yang dilandasi oleh saling menghormati dan saling menghargai serta membantu diberbagai sektor kehidupan. Untuk mengetahui apakah laki-laki dan perempuan telah berkesetaraan dan berkeadilan sebagaimana capaian pembangunan berwawasan gender adalah seberapa besar akses dan partisipasi atau keterlibatan perempuan terhadap peran-peran sosial dalam kehidupan
11 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 11
baik dalam keluarga masyarakat, dan dalam pembangunan, dan seberapa besar control serta penguasaan perempuan dalam berbagai sumber daya manusia maupun sumber daya alam dan peran pengambilan keputusan dan memperoleh manfaat dalam kehidupan.12
3. Pendidikan
a. Pengertian pendidikan
Definisi pendidikan sangat beragam, Undang Undang No 20 tahun 2001 mendefinisikan pendidikan sebagai berikut, “pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pendidikan bisa dilihat dari dua sudut pandang, yakni pendidikan sebagai proses dan pendidikan sebagai hasil. Sebagai proses, pendidikan didefenisikan sebagai suatu aktivitas interaksi manusia dengan lingkungannya. Sementara sebagai hasil, bahwa pendidikan sebagai perubahan yang merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya, yakni perubahan perilaku. 13
12 Mufidah, Psikologi Keluarga Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 15
13 Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pndidikan” , (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), h. 38
b. Komponen-komponen pendidikan
Pendidikan sebagai sistem berarti memiliki komponen-komponen tertentu yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Komponen- komponen penting dalam pendidikan antara lain:
1) Peserta Didik. Peserta didik merupakan seseorang yang ingin belajar atau memperoleh pendidikan. Peserta didik adalah seseorang yang memiliki hak untuk memperoleh layanan pendidikan dari pemerintah atau masyarakat luas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Mereka memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan mempengaruhi proses belajarnya. Peserta didik memiliki ciri-ciri yaitu, individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga menjadi insan yang unik, individu yang sedang berkembang, dan individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
2) Pendidik. Pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan peserta didik. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pendidikan peserta didik adalah pendidik, orang tua, dan masyarakat. Pendidik yang baik mempunyai beberapa sifat yaitu, tidak puas dan selalu bersemangat untuk belajar hal-hal baru, harapan yang tinggi, menciptakan kemandirian, berpengetahuan luas, humor,berwawasan, fleksible, dan seorang komunikator.
3) Kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman tertentu agar pengaruhnya benar-benar dapat diamati dan diukur hasilnya
4) Metode Pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam pendidikan, dengan metode yang tepat pembelajaran akan berlangsung secara efektif. Metode pembelajaran yaitu cara yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan. Ada beberapa metode pembelajaran yaitu metode ceramah, Tanya jawab, dan metode diskusi.
Fungsi metode pembelajaran yaitu sebagai alat motivasi ekstrinsik, strategi pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
5) Media Pembelajaran. Media pembelajaran sangat bermanfaat untuk memperlancar proses pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan materi pelajaran pada peserta didik sehingga memungkinkan pembelajaran berlangsung secara efisien dan efektif.14
c. Hakikat Pendidikan
Dalam ilmu pendidikan, tugas mulia pendidikan terletak pada upaya mengembangkan aspek-aspek pribadi manusia. Pengembangan pendidikan harus mengacu pada konsepsi-konsepsi pendidikan yang ada.
Berikut konsep-konsep pendidikan, yaitu:
1) Pendidikan adalah kegiatan memperoleh dan menyampaikan pengetahuan.
14 Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pndidikan” , (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), h. 63
2) Pendidikan adalah proses dimana individu diajar bersikap setia dan taat dengan mana pikiran manusia ditera dan dibina.
3) Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan di dalam, dimana individu diberi pertolongan untuk mengembangkan kekuatan, bakat dan minat.
4) Pendidikan adalah proses dimana seseorang diberi kesempatan menyesuaikan diri terhadap aspek-aspek kehidupan.
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia, dan membudayakan manusia, sehingga mampu mencipta, berkarya, berbudi baik diri bagi kehidupan ekosferisnya.15
d. Tujuan dan Fungsi Pendidikan
Tujuan pendidikan antara satu negara dengan negara yang lain, antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain dapat berbeda karena latar belakang, potensi, dan falsafah bangsa dan negaranya yang berbeda karena latar tujuan dan fungsi negara juga berbeda di antara bangsa dan negara juga berbeda. Namun demikian, secara umum tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi bawaan manusia agar dapat berkembang secara optimal dan mampu melakukan tugas dan kewajiban sebagai khalifah dibumi dan secara lebih spesifik sebagai subjek pembangunan guna mencapai kebahagian hidup sekarang dan masa mendatang. Fungsi pendidikan adalah sebagai instrument penting yang diperlukan untuk membantu proses menumbuh-kembangkan potensi,
15 Nanang Purwanto, Pengantar Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h.26
bakat, dan minat peserta didik secara efektif guna mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.16
e. Implikasi pendidikan terhadap produktifitas
Pendidikan memberikan peluang kepada setiap orang untuk dapat berbuat lebih baik bagi diri sendiri maupun lingkungannya. Pendidikan memberikan kesempatan untuk dapat meningkatkan mutu hidup dan kehidupan, meningkatkan kesejahteraan, menurunkan kemiskinan, mengembangkan potensi yang dimilikinya, dan mampu memberikan dorongan ke arah yang lebih kondusif untuk pencerahan ke masa depan.
Pendidikan dalam konteks kehidupan memiliki dimensi ekonomi dan sosial, secara ekonomi pendidikan dapat berfungsi sebagai instrumen mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan dan kesadaran, secara sosial pendidikan dapat membangkitkan kebersamaan dan munculnya keinginan untuk menghormati hak dan kewajibann sebagai bagian dari warga negara.
Produktivitas suatu masyarakat banyak ditentukan oleh tingkat pendidikan yang dilalui oleh masyarakat tersebut. Pendidikan masyarakat secara signifikan akan memengaruhi produktifitasnya. Produktivitas sebagai istilah yang sering digunakan dalam ekonomi dan mananjemen ternyata tidak selamanya dimonopoli oleh ekonomi dan manajemen.
Karena studi ekonomi, manajemen dan pendidikan masyarakat akhir-akhir ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara tingkat
16 Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pndidikan” , (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014), h. 51
pendidikan masyarakat dengan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian.17
B. Wirausaha
1. Pengertian Wirausaha
Wirausaha berasal dari kata wira dan usaha, wira berarti pahlawan dan usaha diartikan sebagai melakukan kegiatan ekonomi, jadi wirausaha yaitu seseorang yang dengan gigih berusaha untuk menjalankan sesuatu kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan.18 Kewirausahaan adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang pengembangan dan pembangunan semangat kreatifitas serta berani menanggung resiko terhadap pekerjaan yang dilakukan demi mewujudkan suatu hasil karya.19
Berikut kewirausahaan dilihat dari berbagai sudut pandang dan konteks:
a. Pandangan Ahli Ekonomi
Wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan dan mengorganisasikan faktor-faktor produksi untuk tujuan memproduksi barang dan jasa, sehingga meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya.
17 Veithzal Rivai, Education Management: Analisis Teori dan Praktik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.789
18 Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2014), Cet. Ke-6, Ed. 1, h.367
19 Irham Fahmi, Kewirausahaan: Teori, Kasus dan Solusi”, (Bandung:Alfabeta cv, 2013), Cet. Ke-1, h.1
b. Pandangan Ahli Manajemen
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimis, dorongan, semangat dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha.
c. Pandangan Psikolog
Wirausaha adalah seseorang yang memiliki dorongan kuat dari dalam diriya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka berexperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain.
d. Pandangan Pemodal
Wirausaha adalah orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang lain, meneukan cara-cara baru untuk mengguakan sumber daya, mengurangi pemborosan, dan membuka lapangan kerja yang disenangi masyarakat.20 Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan seseorang dalam mengelola sumber daya secara kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan peluang yang ada serta berani menanggung resiko dan ketidakpastiaan demi memperoleh keuntungan.
2. Upaya Menumbuhkan Jiwa Wirausaha
Langkah awal dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada diri seseorang dapat dilakukan dengan berbagai cara :
20 Winardi, Entrepreuner dan Entrepreunership (Rawamangun- Jakarta Timur: Prenada Media, 2003), h. 23.
a. Melalui pendidikan formal. Kini berbagai lembaga pendidikan baik menengah maupun tinggi menyajikan berbagai program atau paling tidak mata kulih kewirausahaan.
b. Melalui seminar-seminar kewirausahaan. Berbagai seminr kewirausahaan sering kali diselenggarakan dengan mengundang pakar dan praktisi kewirausahaan sehingga melalui media seseorang dapat membangun jiwa kewirausahaan.
c. Melalui pelatihan. Berbagai simulasi usaha biasanya diberikan melalui pelatihan baik yang dilakukan dalam ruangan maupun diluar ruangan , melalui pelatihan ini keberanian dan ketanggapan kita terhadap dinamika perubahan lingkungan akan diuji dan selalu diperbaiki dan dikembangkan.
d. Otodidak. Melalui berbagai media semangat berwirausaha bisa ditumbuhkan, misalnya melalui biografi pengusaha sukses, media
e. televisi, radio dan berbagai media yang dapat di akses untuk menumbuh kembangkan jiwa wirausaha yang ada pada diri seseorang.21
3. Karakteristik Wirausaha
a. Percaya diri. Percaya diri merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas dan pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis, dan banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan.
21 Basrowi, Kewirausahaan untuk Perguruan Tinggi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 30
b. Berorientasi pada tugas dan hasil. Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan, dan kerja keras.
c. Keberanian mengambil risiko. Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mncapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Kemampuan untuk mengambil risiko tergantung dari keyakinan pada diri sendiri, kesediaan untuk menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan kemungkinan untuk memperoleh keuntungan, dan kemampuan untuk menilai situasi risiko secara realitas.
d. Kepemimpinan. Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran.
e. Berorientasi ke masa depan. Wirausaha memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang ada sekarang.
f. Keorisinalan kreativitas dan inovasi. Wirausaha yang kreatif dan inovatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri, antara lain tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini meskipun cara tersebut cukup baik, selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya, dan selalu ingin tampil berbeda dan memanfaatkan perbedaan. Kewirausahaan adalah berpikir dan
bertindak sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan cara- cara yang baru.22
4. Faktor Keberhasilan Usaha
Beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha itu berhasil dalam menjalankan usahanya, yaitu:
b. Faktor peluang
Banyak peluang emas tetapi belum tentu tepat untuk seorang wirausaha karena peluang emas yang tepat itu mengandung keselarasan, keserasian dan keharmonisan, pelaku usaha , bisnis apa yang dimasuki, pasarnya bagaimana, kondisi, situasi dan perilaku pasarnya sehingga seorang wirausaha bisa menemukan peluang emas yang tepat untuk usahanya. 23
c. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM).
Ada 5 faktor kesuksesan operasional sebuah usaha dan yang lainnya adalah strategi dan perencanaan yang itu, 5 faktor kesuksesan operasional yaitu:
1) Merencanakan dengan matang Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Hal ini berarti faktor pertama yang penting adalah SDM atau manusia yang merencanakan, strategic planner.
2) Melakukan pelaksanaan yang tepat dan sesuai dengan perencanaan serta kreatif dalam mengatasi masalah dan itu membutuhkan SDM
22 Hamdani, “Entreprenuership Kiat Melihat & Memberdayakan Potensi Bisnis”, (Jakarta: Starbooks, 2010), h.54-57
23 Hendro, Dasar-dasar kewirausahaan, (Jakarta:Erlangga, 2011), h. 47