• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual merupakan sebuah fungsi komunikasi yang digunakan untuk pemenuhan jati diri manusia sebagai individu, sebagai anggota komunitas sosial, dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta. Individu yang melakukan komunikasi ritual menegaskan komitmennya kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, ideologi, atau agamanya. Beberapa bentuk komunikasi ritual antara lain, upacara pernikahan, siraman, upacara bendera, dan sebagainya (Manafe, 2011).

Komunikasi ritual sering kali dianggap bersifat mistik dan seringkali perilaku orang- orang yang ada di dalam komunitas tersebut sulit dimengerti dan dipahami oleh orang-orang yang ada di luar komunitas. Komunikasi ritual ini akan tetap ada sepanjang masa, karena komunikasi ritual merupakan salah satu kebutuhan manusia. Walaupun bentuknya berubah- ubah untuk pemenuhan kebutuhan diri manusia sebagai makhluk individu, anggota komunitas tertentu, makhluk sosial, dan sebagai salah satu bagian dari alam semesta (Manafe, 2011).

Komunikasi ritual dalam hal ini adalah masyarakat Desa Modangan Kec. Nglegok Kab.

Blitar. Masyarakat Desa Modangan adalah bagian dari komunitas era globalisasi yang pada saat ini masih bertahan dengan kegiatan ritual pada kegiatan pertanian mereka. Masyarakat Desa Modangan, berada dalam suatu masyarakat yang memiliki standar-standar dan aturan umum yang dianut untuk mengatur bagaimana orang-orang atau anggotanya saling berhubungan satu sama lain termasuk kontak dan hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi dan alam sekitarnya.

(2)

11

Komunikasi ritual identik dengan tradisi dan kesenian yang sudah lama ada dan berkembang pada masa tertentu, di mana kebudayaan tersebut belum tersentuh oleh teknologi modern dan sudah menyatu dalam kehidupan masyarakatnya. Tradisi ini diwariskan secara turun-temurun, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

2.2 Media Tradisional

Dalam berkomunikasi tentu diperlukannya media komunikasi dalam menyampaikan suatu pesan komunikasi, karena di dalam komunikasi mengandung definisi yang berisi penyampaian pesan kepada penerima pesan (komunikan) melalui media komunikasi yang bersifat modern maupun tradisional. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), media dapat diartikan sebagai berikut : (1) alat, dan (2) alat atau sarana komunikasi seperti majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk (Syaifudin, 2016). Tujuannya agar komunikan atau penerima pesan dapat mengerti serta memahami pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan (komunikator). Karena dalam menyampaikan pesan manusia membutuhkan perantara. Di dalam komunikasi pesan tidak harus terjadi antar dua orang tetapi juga bisa terjadi antar kelompok.

Dapat diketahui bahwa pesan yang akan disampaikan dapat dilakukan melalui komunikasi non-verbal. Dalam komunikasi non verbal, seseorang dapat menyampaikan pesan secara langsung tanpa menggunakan bahasa lisan atau verbal, melainkan melalui simbol atau melalui gerakan, ekspresi, maupun bahasa isyarat. Media tradisional misalnya, media komunikasi ini bisa menjadi media untuk menyampaikan pesan terhadap anggota masyarakat yang lain.

(3)

12

Menurut Yusni Lubis dalam tulisannya menyebutkan bahwa media tradisional juga biasanya dikenal sebagai media rakyat yang dipraktekkan secara turun temurun dari generasi ke generasi dalam berbagai bentuk yang sangat kompleks yang tidak hanya mengandung berupa cerita, mitos, dan dongeng, tetapi juga mengandung berbagai hal yang menyangkut hidup dan kehidupan komunitas pemiliknya, seperti kearifan lokal (local wisdom), sistem nilai, pengetahuan tradisional (local knowledge), sejarah, hukum, pengobatan, sistem kepercayaan atau religi, hasil seni, dan upacara adat (Irma, 2013).

Selain itu, media tradisional merupakan bagian penting dari ruang lingkup kajian komunikasi. Secara umum media tradisional dimaksudkan sebagai proses penyampaian pesan melalui bermacam-macam media komunikasi yang bersifat tradisional atau sederhana, yang digunakan oleh sekelompok masyarakat tertentu yang berbeda dari kelompok masyarakat lainnya. Media tradisional ini juga merupakan media yang digunakan sebagai alat untuk berinteraksi, yang berlangsung secara turun-temurun pada suatu kelompok masyarakat tertentu yang berbeda dari kelompok masyarakat lainnya yang disebabkan oleh tata nilai kebudayaan yang berbeda.

Media komunikasi menjadi sangat penting di dalam menyampaikan pesan komunikasi.

Karena tanpa adanya media atau perantara maka pesan komunikasi tidak bisa tersampaikan dengan baik. Melalui media tradisional diharapkan komunikator dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada komunikan agar dapat mudah dipahami oleh masyarakat.

2.2.1 Peran Media Tradisional

Peran media tradisional dalam sistem komunikasi yaitu, media tradisional berperan sebagai sistem komunikasi yang mempunyai nilai tinggi. Karakteristik atau tanda-tanda

(4)

13

informasi yang ada dalam pertunjukkan tradisional maupun dalam konteks kejadian, mengakibatkan orang-orang yang berasal dari sistem budaya lain dapat belajar dengan menyadari, memahami, dan menghayati ekspresi kesenian yang bersifat verbal dan material dari yang ditampilkan. Di samping itu, media tradisional memiliki potensi yang besar bagi komunikasi persuasif, komunikasi tatap muka, dan umpan balik yang segera. Ranganath juga mempercayai bahwa media tradisional dapat membawa pesan-pesan modern (Irma, 2013).

Sifat media tradisional itu sendiri adalah kerakyatan, yang berarti bentuk kesenian yang menunjukkan bahwa ia berakar pada kebudayaan rakyat yang hidup di lingkungannya atau sekitarnya. Seperti Ritual Manten Kopi, yang dalam penyajiannya ritual ini biasanya diiringi dengan bunyi gamelan dan jaranan. Sifat-sifat umum media tradisional, antara lain mudah diterima, relevan dengan budaya yang ada, menghibur, menggunakan bahasa daerahnya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengulangi pesan yang dibawanya, dan komunikasi bisa terjadi secara dua arah.

2.3 Teori Komunikasi Ritual

Mulyana (2005:25), mengatakan bahwa komunikasi ritual, biasanya dilakukan oleh komunitas yang sering melakukan upacara-upacara sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut antropolog sebagai rites of passage mulai dari upacara kelahiran, sunatan, pernikahan, hingga upacara kematian. Dalam acara-acara tersebut orang-orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdo’a, membaca kitab suci, naik haji, upacara wisuda, perayaan lebaran juga termasuk komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual

(5)

14

tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka (Manafe, 2011).

Kegiatan komunikasi ritual memungkinkan anggotanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi mereka. Yang menjadi esensi bukanlah kegiatan ritualnya, akan tetapi adanya perasaan senasib sepenanggungan yang menyertainya, artinya adanya perasaan bahwa kita terikat oleh sesuatu yang lebih besar dari diri kita dan bahwa diri kita diakui dan diterima oleh komunitas kita.

Sementara itu, Couldry (2005:60) memahami ritual sebagai suatu habitual action (aksi turun-temurun), aksi formal dan juga mengandung nilai-nilai transendental. Mencermati pandangan-pandangan tersebut, dipahami bahwa ritual berkaitan dengan pertunjukan secara sukarela yang dilakukan masyarakat secara turun-temurun (berdasarkan kebiasaan) menyangkut perilaku yang berpola. Pertunjukkan tersebut bertujuan mensimbolisasi suatu pengaruh dalam kehidupan kemasyarakatan. Lebih jelasnya, Rohtenbuhler (1998:29-33) menguraikan beberapa karakteristik dari ritual itu sendiri sebagai berikut : Ritual sebagai aksi, Pertunjukan, Kesadaran dan Kerelaan (Manafe, 2011).

Selanjutnya ditambahkan Carey, dalam pandangan ritual, komunikasi tidak secara langsung diarahkan untuk menyebarluaskan pesan dalam suatu ruang, namun lebih kepada pemeliharaan suatu komunitas dalam suatu waktu. Komunikasi yang dibangun juga bukanlah sebagai tindakan untuk memberikan informasi melainkan untuk merepresentasi atau menghadirkan kembali kepercayaan-kepercayaan bersama.

Seiring dengan berkembangnya zaman, peran simbol-simbol komunikasi tradisional dalam kesenian sangat berpengaruh dalam interaksi sosial masyarakat. Karena dalam kesenian pesan yang disampaikan melalui simbol-simbol oleh masyarakat harus memahami dan

(6)

15

mengerti makna-makna dari simbol-simbol komunikasi tradisional tersebut. (Makasenda et al., 2014)

2.4 Konsep Ritual dalam Media Tradisional

Ritual merupakan suatu tata cara dalam upacara adat yang dilakukan oleh sekelompok umat beragama atau sekelompok masyarakat yang berada disuatu daerah. Yang ditandai dengan adanya berbagai macam unsur dan komponen, yaitu adanya waktu, tempat dimana upacara dilakukan, simbol-simbol dalam upacara, serta masyarakat yang menjalankan upacara.

Sesuai dengan etimologisnya, upacara ritual dapat dibagi menjadi dua kata yaitu upacara dan ritual. Upacara adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan sekelompok orang serta memiliki tahapan yang sudah diatur sesuai dengan tujuan utama acara. Sedangkan yang dimaksud dengan ritual adalah suatu hal yang berhubungan dengan keyakinan dan kepercayaan spiritual dengan suatu tujuan tertentu.

Menurut Situmorang, dapat disimpulkan bahwa pengertian upacara ritual adalah sebuah kegiatan yang dilakukan sekelompok orang yang berhubungan terhadap keyakinan dan kepercayaan spiritual dengan suatu tujuan tertentu. Sedangkan pengertian ritual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hal ihwal tata cara dalam upacara keagamaan.

Coseteng & Nemenzo mendefinisikan media tradisional sebagai bentuk-bentuk verbal, gerakan, lisan, dan visual yang dikenal dan diakrabi ritual, komunikasi berkaitan dengan berbagi, partisipasi, perkumpulan/asosiasi, persahabatan, dan kepemilikan akan keyakinan yang sama. Ritual dalam komunikasi tidak secara langsung diarahkan untuk menyebarluaskan pesan dalam suatu ruang, namun lebih kepada pemeliharaan suatu komunitas dalam suatu

(7)

16

waktu. Komunikasi ritual biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage.

Selaras dengan itu, para ahli media tradisional seperti Ranganath (1976) dan Dissayanake (1977) menyatakan sifat-sifat umum media tradisional yaitu mudah diterima, relevan dengan budaya yang ada, menghibur, menggunakan bahasa lokal, memiliki unsur legitimasi, fleksibel, memiliki kemampuan untuk mengulangi pesan-pesan yang dibawanya, komunikasi dua arah, dan sebagainya. Fungsi media tradisional menurut kedua ahli tersebut, yaitu sebagai sarana hiburan, sarana pendidikan, sarana kontrol sosial, sarana deseminasi informasi, sarana pelestarian dan pengembangan nilai-nilai budaya bangsa dan sarana perekat persatuan dan kesatuan bangsa (Agama Islam Negeri Manado Jl Sarundajang & Ringroad Manado, 2016)

Ritual yang ada selalu dilatar belakangi dengan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan, nilai-nilai tersebut selalu dimasukkan dalam ritual atau tradisi yang ada.

Adanya ritual ini juga sebagai media komunikasi masyarakat untuk menyampaikan pesan yang ada dalam ritual tersebut. Media tradisional merupakan media untuk menyampaikan pesan pada zaman dahulu yang belum tersentuh oleh media komunikasi modern. Media tradisional ini memiliki ciri khasnya sendiri yang tidak dimiliki media komunikasi modern.

Maka tidak heran jika media tradisional berbasis budaya maupun ritual masih dianggap efektif untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat.

2.4.1 Ritual dalam Kehidupan Masyarakat

Kepercayaan terhadap suatu ritual di Jawa masih sangat dipegang teguh oleh masyarakat. Misalnya dalam memperingati kematian seseorang, masyarakat masih

(8)

17

mempercayai adanya upacara slametan yang diadakan berurutan dari hari ke tiga sampai ke empat puluh hari. Tindakan seperti itu masih dilakukan oleh masyarakat beragama Islam di Jawa, karena adanya penggabungan antara kebudayaan Jawa pada masa animisme dengan ajaran agama Islam. Dalam pelaksanaannya slametan yang sekarang dilakukan sudah tidak menggunakan sesaji seperti pada zaman dahulu, tetapi menggunakan doa-doa seperti tahlil dan juga sholawat yang ditujukan sebagai pelengkap doa slametan.

Kepercayaan dan agama sangat berbeda, kedua hal tersebut tidak dapat disamakan dalam hal apapun. Agama lebih jelas tujuannya dan terdapat aturan didalamnya. Tujuan dari agama tentunya tertuju pada sang pencipta yaitu Tuhan, sedangkan kepercayaan memang belum jelas ditujukan pada Tuhan atau untuk tujuan tertentu saja. Seperti tujuan untuk kepentingan duniawi mereka atau masyarakat.

Dapat diketahui bahwa masyarakat mempercayai ritual bukan hanya karena sifatnya yang masih berkaitan dengan agama, namun karena adanya nilai-nilai budaya sebagai karakteristik yang tidak dapat ditinggalkan. Perpaduan antara nilai-nilai budaya dan agama salah satunya terlihat dalam kehidupan masyarakat Islam di Jawa. Mereka memadukan nilai-nilai budaya yang ada dengan ajaran agama Islam. Perpaduan yang dapat kita ketahui seperti adanya ritual dalam memperingati setiap kejadian yang ada seperti kelahiran, kematian, dan juga acara lain seperti memperingati hari besar agama.

Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan terhadap ritual didasarkan atas kebudayaan dan juga agama yang saling berhubungan sehingga keberadaan ritual masih tetap dipertahankan sampai sekarang.

(9)

18 2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai ritual yang telah diteliti oleh beberapa peneliti :

1. Penelitian mengenai ritual yang diteliti oleh Indri Sri Lestari dengan judul

“Komunikasi Ritual Masyarakat Desa Bulukerto Dalam Mempertahankan Sumber Mata Air Gemulo”, pada tahun 2018 dengan metode deskriptif. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bagaimana proses komunikasi ritual yang dilakukan masyarakat Desa Bulukerto dalam mempertahankan Sumber Mata Air Gemulo Desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Sedangkan bedanya dengan penelitian ini, penelitian ini menjelaskan apa makna komunikasi ritual yang terkandung dalam Ritual Manten Kopi di Desa Modangan Kec Nglegok Kab. Blitar.

2. Penelitian mengenai ritual yang diteliti oleh Nurdian Setiawan dengan judul

“Pemaknaan Ritual Seblang Menurut Komunitas Suku Osing” pada tahun 2012 dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menjelaskan Upacara Seblang bagi masyarakat Olehsari Banyuwangi merupakan sarana komunikasi dengan Tuhan maupun dengan leluhurnya. Selain berkomunikasi dengan menggunakan bahasa verbal juga melalui seni gerak berupa tari-tarian sehingga ritual Seblang ini disebut tari Seblang. Perbedaannya adalah ritual manten kopi dijadikan sebagai sarana berkomunikasi dengan tuhan tetapi menggunakan media berupa dua tangkai buah kopi, yaitu kopi lanang (laki-laki) dan kopi wadon (perempuan) sebagai medianya.

3. Penelitian mengenai ritual yang diteliti oleh Imam Mahmudi dengan judul

“Komunikasi Kalangan Alay” pada tahun 2012 dengan metode etnografi. Hasil penelitian menjelaskan simbol dan pesan-pesan komunikasi verbal dan non verbal yang biasa disampaikan oleh kalangan alay tersebut. Perbedaan dengan penelitian ini

(10)

19

adalah penelitian ini ingin mengetahui dan memahami makna komunikasi ritual yang ada dalam Ritual Manten Kopi di Desa Modangan Kec. Nglegok Kab. Blitar.

2.7 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk menghindari peneliti menuju ke ranah data yang salah, karena tidak menutup kemungkinan ketika proses penelitian berlangsung peneliti menemukan banyak fakta yang tidak sesuai dengan tujuan utama peneliti. Dalam penelitian ini peneliti terjun langsung dalam melakukan penelitian yang bertujuan untuk pengambilan data. Maka dari itu, fokus penelitian pada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami makna komunikasi ritual yang terkandung dalam Ritual Manten Kopi di Desa Modangan Kec. Nglegok Kab. Blitar. Komunikasi ritual sendiri bertujuan untuk pemenuhan jati diri manusia sebagai individu atau sebagai anggota komunitas sosial dan sebagai salah satu unsur dari alam semesta. Nah, unsur-unsur yang ada pada Ritual Manten Kopi tersebut pastinya tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai kebudayaan yang dianut oleh masyarakat Desa Modangan Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar.

Referensi

Dokumen terkait

I certify that I am the account holder (or am authorised to sign for the account holder) of all the account(s) to which this form relates. Saya berjanji untuk memberitahu KGI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan dengan menggunakan rasio Non Performing Loan Ratio (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital

Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang dilakukan endorphine massage sebagian besar tingkat kecemasan adalah ringan, dikarenakan endorphin massage merupakan

Kepemimpinan suatu organisasi sangatlah menentukan baik buruknya pelayanan yang dijalankan di instansi manapun, dapat dilihat bagaimana di suatu instansi memiliki orang

Pelaporan laporan keuangan yang lama masih memberikan permasalahan kepada para pengguna informasi keuangan dalam melakukan akses, integrasi, dan analisis informasi secara

Dari pengalaman penulis selama penelitian, salah satunya dengan mengikuti langsung tim peliputan berita di stasiun televisi “X” pada saat mereka meliput berita, maka

Pada minggu ke-4 dan ke-5, antar perlakuan yang diuji tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman karena pendugaan bahwa mikoriza menjalankan fungsi yang

Dalam group ini, mereka boleh tanya apa sahaja dan anda beri bantuan kepada para agen affiliate ini agar mereka senang untuk mempromosi program