• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa Latin communicatio dan kata ini berasal pada kata communiss yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa Latin communicatio dan kata ini berasal pada kata communiss yang"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi

Definisi Komunikasi menurut etimologis, komunikasi berpangkal dari kata bahasa Latin ‘communicatio’ dan kata ini berasal pada kata ‘communiss’ yang maknanya tentang hal apa saja yang akan dikomunikasikan. Dengan cara terminologis, komunikasi adalah bagaimana proses penyampaian sebuah ungkapan dari seseorang (komunikator) terjadap orang lainnya (komunikan).

Definisi paradidgmatis, komunikasi memiliki arti yaitu pola yang mencakup beberapa komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain secara dapat dilihat guna memperoleh satu tujuan tertentu.(Suprapto, 2009)

Dani Vardiansyah mengajukan pendapatnya terdepaat pengertian komunikasi dilihat dari istilah yang diutarakan oleh para ahli : (Vardiansyah, 2008)

1. Berelson & Stainer ‘Komunikasi merupakan sebuah proses tersampainya pesan maupun informasi, gagasa, keahlian, emosi , dan lain sebagainya. Dengan menggunakan simbol contohnya kata, angka- angka, gambar, dan lain-lain’.

2. Gode ‘Komunikasi merupakan sebuah proses yang menjadikan ssuatu dari yang awalnya dipunyai seeorang (memonopoli seseorang) menjadi dipunyai 2 orang lainnya atau lebih’.

3. Jenis & Kelly mengatakan ‘Komunikasi ialah sebuah proses yang mana lewat seorang (komunikator) mengutarakan stimulus atau pesan

(2)

10 (umumnya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan merubah pandangan atau membangun tindakan tertentu orang lainnya (masyarakat)’.

Selain Dani, Deddy Mulyana juga mengemukakan beberapa definisi komunikasi secara istilah yang dikemukakan pendapat para ahli yang lain : (Mulyana, 2005)

1. Menurut Carl.I.Hovland, “Komunikasi merupakan proses yang memungkikan seorang (komunikator mengutarakan pesan (umumnya lambang verbal) guna merubah tindakan seseorang lain (komunikate)”.

2. Everett M.Rogers, ‘Komunikasi ialah suatu proses yang mana suatu ide dirubah dari sumber ke satu pnerima atau lebih yang bertujuan merubah perilaku dan presepsi mereka.”

Wilbur Schram mengutarakan komunikasi ialah sebuah proses berbagi (shareing processs), Schram menjelaskan demikian : “Komunikasi berasal dari bahasa latin comunis yang bermakna umum (comman) atu bersama. Jika sedang berkomunikasi, sesungguhnya sedang berupaya mengembangkan sebuah kebersaman (commoness) dengan seseorang, yakni kita berupaya berbagi sebuah informasi, sikap maupun suatu ide tertentu”. Berdasarkan hal diatas dapat diambil kesimpulan jika suatu komunikasi yang efektif ialah komunikasi yang sukses menumbuhkan kebersamaan (commoness), kesadaran antar sumber (source) dan penerima (audience-reciver). Suatu komunikasi menjadi efektif jika audience menerima pesan, definisi dan yang lain-lain sama halnya seperti yang diinginkan oleh sumber. (Suprapto, 2009)

2.2 Proses Komunikasi

(3)

11 Yang terpenting dalam sebuah komunikasi ialah upaya agar dalam penyampaian sebuah pesan yang diutarakan komunikator itu memiliki dampak tertentu terhadap komunikan. Dan efek yang muncul bisa diklarifikasikan menurut takarannya, yaitu : dampak afektif, dampak behavioral, maupun dampak kognitif.

Dampak afektif lebih tinggi kadarnya dari pada kognitif dimana dampak kognitif ialah hal yang timbul pada komunikan yang berakibat ia menjadi mengerti atau meningkatkan intelektualitasnya. Dan Pada kondisi ini tujuan komunikator bukan hanya supaya mengerti saja, namun komunikan diharapkan tergugah hatinya dan berdampak pada perasaan atau respon tertentu, contohnya perasaan terharu, iba, gembira, marah, sedih atau sebagainya. Efek behavioral, yaitu efek yang muncul pada komunikan berbentuk kegiatan atau perilaku.

(Sukendar, 2017)

a. Proses Komunikasi Tatap Muka

Dikatakan komunikasi tatap muka karena komunikator dan komunikan saling bertatap secara langsung saat saling berkomunikasi.

Pada keadaan seperti ini komunikator bisa melihat dan mempelajari siapa lawan bicaranya atau si penerima secara langsung. Oleh sebab itu, komunikasi tatap muka tidak jarang juga dinamai dengan komunikasi langsung (direct comunication). komunikator juga bisa tahu dampak komunikasinya di waktu itu juga. Respon penerima itu tersampaikan secara langsung juga kepada sumber. Maka dari itu sering disebut jika komunikasi tatap muka arus balik atau feedback terjadi dengan langsung.

(Kamil, Faris. 2016 : 48)

(4)

12 b. Proses Komunikasi Antar Personal

Komunikasi antar personal (interpesonal communication) ialah komunikasi antar komunikator dengan komunikan. Komunikasi jenis ini dirasa sangat efektif guna merubah suatu sikap, suatu pendapat bahkan cara berfikir seseorang, dikarenakan sifatnya dialog, berbentuk percakapan. Arus balik yang memiliki sifat langsung. Komunikator tahu akan respon komunikan saat itu juga, atau ketika komunikasi dilakukan.

Komunikator tahu betul apakah komunikasinya itu negatif atau positif.

(Mulyana:2004,73)

Pentingnya suatu kondisi komunikasi antar personal seperti itu bagi komunikator adalah bisa mengetahui siapa komunikannya, dapat mengetahui nama, pekerjaan, agama, pendidikan, pengalaman hingga cita-cita dan yang lainnya. Yang terpenting guna merubah suatu sikap, pendapat, dan perilaku. Oleh karena itu komunikator bisa menggiringnya ke tujuan yang seharusnya. (Cangara:2004)

c. Proses Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok (group communication) tergolong komunikasi antarmuka karena pengirim informasi dan penerima informasi pada situasi saling melihat satu sama lain, sama dengan komunikasi antar personal, komunikasi kelompok memunculkan feed back secara langsung. Komunikator tahu akan respon komunikan waktu sedang saling berkomunikasi, akibatnya jika disadari bahwa

(5)

13 komunikasinya tidak berhasil atau kurang, ia bisa segera merubah gaya berkomunikasinya menjadi lebih diminati oleh komunikan.(Sherif dalam Gerungan)

Komunikasi kelompok merupakan komunikasi dengan beberapa orang yang ikut dalam suatu kelompok. Dikarenakan banyaknya komunikan itu memunculkan sebuah konskuensi, jenis ini digolongkan menjadi komunikasi kelompk kecil dan komunikasi kelompok besar.

(Mulyana, 2005, p.177)

 Komunikasi kelompok kecil (Small group communication) Komunikasi kelompok kecil dianggap dengan komunikasi yang bisa diubah menjadi komunikasi antar personal dengan tiap komunikan. Dan diantara komunikator dan komunikan bisa menyebabkan adanya dialog ataupun tanya jawab karena jumlah kelompok yang kecil.

Komunikasi kelompok kecil dirasa kurang efektif untuk merubah pendapat, sikap serta perilaku sebab setiap komunikn tidak bisa dikuasai seprti hanya pada komunikasi antar prsonal. (Wiryanto:2005)

 Komunikasi kelompok besar (Large group comunication) Apabila komunikator dan komunikan sukar untuk terjadi komunikasi secara langsung karena banyaknya audien maka situasi ini disebut sebagai komunikasi kelompok besar. Dan pada situasi komunikasi seperti ini, komunikator lebih bersifat emosional apalagi jika

(6)

14 komunikan yang bersifat lebih heterogen, baik pada pekerjaan, tingkat pendidikan , usia, latar belakang, budaya, agama pengalaman dan lain-lain. (Machmud, 2016)

2.3 Unsur Komunikasi

Komunikasi antar manusia hanya dapat terjadi, apabila komunikator mengutarakan pesan ke komunikan untuk tujuan khusus, yang mana komunikasi hanya bisa terjadi jika terdapat dukungan dari sumber, media, pesan, efek unsur dan penerima tersebut serta dapat dikatakan sebagai elemen penting dari komunikasi. (Effendy, 2005)

Ada beberapa opini elemen atau unsur yang mendukung komunikasi.

Terdapat adanya anggapan jika terwujudnya proses komunikasi, cukup didukung oleh 3 unsur yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Namun ada yang menambahkan umpan balik (feedback) serta lingkungan kecuali dari 5 unsur yang sudah ada. (Suryanto, 2015 :203)

Unsur-unsur komunikasi yang dijabarkan oleh Hafied Cangara dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi yaitu :

a. Sumber

Seluruh komunikasi yang ada akan melibatkan sumber sebagai pembuatan atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarpribadi, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi memungkinkan jika sumber lebih dari satu orang atau kelompok misal organisasi, partai ataupun lembaga.

Sumber juga bisa disebut komunikator, pengirim, atau bahasa Inggrisnya disebut sender, encoder, atau source.

(7)

15 b. Pesan

Pesan yang dimaksud ialah sebuah hal yang ingin diutarakan dari komunikator ke komunikan. Pesan dapat disampaikan langsung atau tatap muka maupun lewat media komunikasi. Isi pesan yang disampaikan dapat merupakan ilmu pengetahuan, propaganda, informasi , hiburan maupun nasihat. Bahasa Inggris pesan umumnya diterjemahkan dengan kata message, information, atau content.

c. Media

Media ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator ke komunikan. Terdapat beberapa pendapat mengenai media yaitu ada yang menilai bahwa media bisa banyak bentuknya, contohnya dalam komunikasi antar personal pancaindra pendengeran bisa sebgai media komunkasi,

Pada komunikasi massa, media merupakan alat yang menghubungkan antara sumber dengan penerima yang bersifat terbuka, yang mana tiap orang bisa membaca, melihat , dan mendengarkannya. Media pada komunikasi massa ada 2 yaitu media elektronik dan media cetak. Media cetak seperti majalah, surat kabar, buletin, buku, pamflet, brosur, spanduk, poster dan lain-lain. Disamping itu media elektronik diantaranya: televisi, radio , komputer, film, video recording dan banyak lainnya.

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi khususnya dibidang komunikasi massa elektronik, media massa yang berbentuk elektronik semakin banyak, dan makin mengaburkan batasan guna memberi perbedaan antara mana media komunikasi massa dan mana

(8)

16 yang komunikasi antar pribadi. Demikian dikarenakan makin canggih media komunikasi itu sendiri yang digabungkan dengan multimedia antar satu dan lainnya.

Disamping media komunikasi massa, kegiatan serta tempat khusus yang banyak ditemukan di masyarakat pedesaan, dapat pula dianggap sebagai media komunikasi sosial. Contohnya, balai desa, rumah ibadah , pesta rakyat, pangung kesenian, arisan dan lain sebagainya.

d. Penerima

Penerima ialah pihak yang jadi target pesan yang dikirim dari komunikator. Penerima terdiri dari seorang maupun lebih dapat berbentuk partai, kelompok, bahkan negara.

Banyak istilah nama untuk penerima pesan ini. Biasanya dapat disebut komunikan, sasaran , khalayak, atau bahasa Inggrisnya disebut audiance, atau receiver. Pada proses komunikasi dapat dipahami jika keberadaan penerima ialah sebab dari adanya sumber. Singkatnya tak ada sumber maka penerima tidak ada.

Penerima ialah unsur yang paling penting pada proses komunikasi, sebab penerima menjadi sasaran komunikasi. Apabila sebuah pesan tidak sampai ke penerima, maka nantinya menyebabkan permasalahan yang kerapkali mengacu pada perubahan, ataupun pada sumber pesan maupun channel.

Kenali khalayak yang akan menerima pesan dari sumber ialah prinsip dasar komunikasi. Sebab memahami serta mengetahui karakteristik

(9)

17 penerima, berarti sebuah peluang guna memperoleh keberhasilan komunikasi.

e. Pengaruh

Pengaruh atau dampak ialah hal yang dipikirkan atau dirasakan setelah komunikan menerima pesan dari komunikator. Perubahan ini dapat terjadi pengetahuan seseorang, tingkah laku, cara berfikir, atau sikap seseorang. Maka dari itu, pengaruh bisa pula dimaknai perubahan atau penguat keyakinan dalam tindakan, pengetahuan, tindakan sesorang selaku penerima pesan. (Ball-Rokeach, 1982)

f. Tanggapan Balik

Terdapat pendapat bahwasannya umpan balik (feed back) pada dasarnya merupakan betuk pengaruh yang bersumber dari penerima.

Namun sesungguhnya umpan balik dapat pula bersumber dari unsur yang lain contohnya media & pesan, walaupun pesan belum sampai di penerimanya.

g. Lingkungan

Situasi atau lingkungan ialah penyebab khusus yang bisa memberi pengaruh terhadap jalannya komunikasi. Penyebab ini bisa dikelompokkan dalam 4 jenis, yaitu lingkungan sosial budaya, lingkungan fisik, lingkungan psikologis serta dimensi waktu.

Lingkungan sosial memperlihatkan factor social budaya, politik, dan ekonomi yang dapat menjadikan kendala adanya komunikasi, misalnya kesaman kepercayaan, bahasa status sosial dan adat istidat. Lingkungan fisik memperlihatkan jika sebuah proses komunikasi cuma dapat terjadi

(10)

18 jika tidak ada rintangan fisik, contohnya geografis. Dimensi psikologis merupakan pertimbangan kejiwan yang dipakai ketika berkomunikasi.

Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui kerena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai. (Cangara, 1998) 2.4 Komunikasi Kelompok

Melalui bukunya Human Communication, A Revision of Approaching Speech/Communication Michael Ruffner dan Michael Burgoon memaparkan dengan memberi batas komunikasi sebagai interksi tatap muka dari 3 maupun lebih individu untuk mendapatkan maksud serta tujuan ynag diinginkan sebagai informasi. Pemeliharaan diri atau pemecahan permasalah yang berakibat seluruh anggota bisa membangun karakteristik pribadi anggota yang lain secara akurat. Terdapat 4 elemen yang termasuk di pengertian diatas, yakni jumlah partispan yang ikut dalam interaksi, interaksi tatap muka, maksud serta tujuan yang diinginkan dan kemampuan anggota guna bisa membangun karakteristik pribadi anggota untuk bisa membangun karakteristik pribadi anggota yang lain.

( Daryanto, 2014:88)

Terminlogi tatap muka (face to face) memiliki arti jika tiap anggota kelompok wajib bisa melihat serta mendengarkan anggota yang lain sekaligus pula harus bisa mengantur umpan balik dengan verbal ataupun noverbal dari tiap anggotanya. Sehingga arti tatap muka berhubungan erat dengan ada dan tidaknya interaksi antar seluruh anggota kelompok. (Daryanto, 2014)

(11)

19 Banyaknya partsipan di komunikasi kelompok kurang lebih sebanyak 3 sampai 20 orang. Dengan pertimbangan, apabila banyaknya partisipan lebih dari 20 orang, kurang memungkinkan terjadinya sebuah interaksi yang mana tiap anggota kelompok dapat melihat dan mendengar anggota yang lain. Oleh sebab itu kurang tepat untuk disebut dengan komunikasi kelompok. (Daryanto, 2014)

Tujuan yang diinginkan memiliki arti jika maksud atau tujuan tersebut nantinya memberi macam sebagian identitas kelompok. Jika kelompok tersebut memiliki tujuan untuk berbagi informasi, maka komunikasi yang dilaksanakan dimaksudkan guna menanamkan pengetahuan (to import knowledge).

Sedangkan kelompok yang mempunyai tujuan pemeliharan diri (self- maintance), umumnya memfokuskan perhatian mereka kepada anggota

kelompok dan struktur dari kelompok itu. Tidak komunikasi yang dihasilkan ialah kepuasaan kebutuhan pribadi, kepuasaan kebutuhan kolektif/kelompok sampai berlangsung tidaknya hidup dari kelompok itu. Serta jika tujuan kelompok ialah usaha dalam memecahkan problematika, maka kelompok tersebut umumnya mengikutsertakan beberapa tipe pembuatan keputusan guna mengurangi kesulitan yang ditemui. (Effendi, 1993: 75-78).

Elemen akhir ialah kemampuan anggota guna membangun karakteristik personal anggota yang lain dengan akurat. Hal ini memiliki makna bahwasannya tiap anggota kelmpok dengan tidak langsung memiliki ikatan satu sama lain dan maksud tujuan kelompok sudah terjabarkan secara jelas, selain itu idetifikasi tiap anggota dengan kelompoknya rata-rata stabil. (Daryanto, 2014)

(12)

20 2.5 Komunikasi Transendental

Selain terjadinya komunikasi antar manusia ternyata ditemukan bahwa kecerdasan manusia untuk berkomunikasi tidak terbatas terhadap sesama manusia saja. Namun manusia juga dapat berkomunikasi dengan suatu Dzat yang dapat dianggap Tuhan, Dewa atau benda-benda yang dipercayai memiliki kekuatan supranatural. Keinginan manusia untuk berkomunikasi dengan hal-hal magis, Tuhan maupun Dewa berdasar pada lubuk hati manusia dengan tujuan untuk meraih kenikmatan di luar nilai materi. Meskipun demikian cara dan bentuk merealisasikan keyakinan pada Tuhan, Dewa dan benda magis lainnya berbeda-beda sesuai dengan perbedaan dan keragaman ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan keyakinan yang telah berkembang di tengah masyarakat terkait. Tidak menutup kemungkinan bahwa keyakinan tersebut memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. (Nurhikmah, 2018)

Deddy Mulyana (1999) dalam bukunya mengatakan bahwa komunikasi manusia dengan Tuhannya itulah yang disebut komunikasi Transendental.

Manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lainnya, karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk mempertahankan sebuah eksistensinya. Manusia juga membangun sebuah hubungan horizontal dengan manusia lainnya dan dengan Tuhannya manusia membangun hubungan yang vertikal. Hubungan itu akan membawa seorang individu menjadi manusia yang paripurna. Mulyana juga menambahkan meskipun kamunikasi ini paling sedikit dibicarakan, justru komunikasi inilah yang paling penting bagi manusia karena keberhasilan manusia melakukannya tidak saja menentukan nasib di dunia, namun juga di akhirat.

(13)

21 Pakar komunikasi terkenal Nina W. Syam (2013), menyatakan bahwa komunikasi transendental merupakan salah satu wujud berfikir bagaimana menemukan sebuah hukum-hukum alam dan keberadaan komunikasi manusia dengan Tuhan, atau antara manusia dengan kekuatan yang diluar kemampuan berfikir manuia yang berlandaskan rasa cinta tanpa pamrih dan memiliki nilai kebenaran.

Model komunikasi klasik milik Aristoteles yang sering disebut model retoris. Aristoteles mengemukakan tiga unsur komunikasi yaitu komunikator, pesan dan komunikan. Dalam komunikasi transendental manusia sebagai hamba menjadi komunikator, yang secara sadar mengucap doa-doa yang baik agar didengar oleh Tuhan. (Mulyana, 2001 : 132-136)

Proses komunikasi Transendental lewat ritual ibadah yang dilakukan oleh manusia. Komunikasi transendental merupakan salah satu bentuk dari komunikasi antar personal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi budaya, komunikasi verbal, komunikasi non-verbal dan komunikasi massa. Komunikasi transendental melalui konsep hati dalam komunikasi spiritual, komunikasi antar manusia dengan Tuhan proses suara hati yang paling dalam, fitrah manusia, kesadaran manusia akan suara hati yang universal melandasi komunikasi spiritual manusia dengan Tuhan.(Nani W.

Syam, 2013 : 133)

Nani W. Syam juga mangatakan bahwasannya komunikasi transendental dalam sebuah ritual dapat diibaratkan bahwa Tuhan atau para Dewata adalah sebagai penerima, sedangkan manusia sebagai pengirim pesan, sumbernya adalah daru para pelakunya atau kejadian yang dialami, medianya adalah

(14)

22 kegiatan ritual yang dilaksanakan, dan efeknya adalah rasa ketenangan jiwa yang akan kita dapat atau simbol-simbol dan tanda-tanda lainnya yang Tuhan kirimkan kepada manusia.

2.6 Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual menurut (Mulyana, 2005) erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif. Sebuah komunitas kerap melaksanakan upacara yang berbeda sepanjang hidup dan sepanjang tahun, yang dinamai oleh antropolog sebagai rites of passage, dimulai dari upacara sunatan, ulang tahun , kelahiran dengan bernyanyi lagu HappyBirthday serta pemotongan kue, tunangan dengan lamaran dan pertukaran cincin, siraman hingga perkawinan dengan melakukan ijab qobul/ ikrar janji pernikahan dilanjut dengan sungkem dengan orang tua dan lain-lainnya, ulang tahun pernikahan sampai kematian. Di acara tersebut orang mengutarakan kata-kata serta memperlihatkan perilaku khusus yang bersifat simbolik. Ritus lain contohnya berdoa (shalat, sembayang, misa), naik haji, membaca kitab suci, perayaan natal atau hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) juga ialah komunikasi ritual. Orang-orang yang ikut serta dalam bentuk komunikasi ritual itu menekankan kembali komitmen mereka terhadap tradisi keluarga, bangsa suku, ideologi , negara, bahkan agama mereka.

Menurut (McQuail, 2000) komunikasi ritual disebut juga dengan sebutan komunikasi ekspresif. Komunikasi pada model yang seperti ini lebih menegaskan kepada kepuasan intrinsic (hakiki) dari pengirim maupun penerima ketimbang tujuan instrumental yang lain. Komunkasi ritual atau ekspresif tergantung di emosi dan pengertian bersama. Dalam pandangan ini McQuail memaparkan komunikasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan

(15)

23 menikmati (consummatory), perayaan (celebratory) , dan bersifat menghiasi (decortive). Oleh sebab itu guna menciptakan adanya komunikasi, diperlukan elemen-elemen pertunjukkan. Komunikasi yang terbangun seperti halnya suatu resepsi yang menggembirakan.

Hamad (2006) memaparkan bahwa komunikasi ritual merupakan jalinan yang erat terhadap kegiatan berbagi, berkumpul, berpartispasi, bersahabat dari sebuah komunitas yang mempunyai keyakinan tunggal yang sama. Arti komunikasi ritual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah hal ikhwal ritus atau tata cara di upacara keagaman. Upacara ritual atau ceremony merupakan runtutan kegiatan yang disusun oleh adat dan hukum yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan segala macam kejadian yang umumnya terjadi di masyarakat yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 2002).

Komunikasi ritual tersebut tidak bisa selesai/tidak mempunyai batas waktu (timeles) serta tidak pernah berubah (unchanginng). Pada kehidupan sebuah komunitas, komunikasi ritual ini memiliki peran penting, khususnya di hubungan sosial kemasyarakatan (Rifa'i, 2017).

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), ritual diartikan sebagai sesuatu yang berkenaan dengan tata cara dalam upacara keagamaan. Bryan Turner menyatakan difinisi ritual sebagai perilaku formal khusus pada suatu upacara yang berhubungan dengan adanya kepercayaan pada bentuk kekuatan yang supra (Turner, 1967). Ritual umumnya berhubungan dengan kepercayaan dan kekuatan pada Tuhan guna memperoleh pertolongan. Ritual menjadi hal yang penting pada kehidupan setiap masyarakat. Disamping itu Winnick menjelaskan pengertian ritual ialah seperangkat perilaku yang selalu

(16)

24 mengikutsertakan agama atau magis, yang ditekankan lewat tradisi (Syam, 2005).

Di dunia antropologi, ritual sudah lama jadi lapangan penlitian bagi antropolog. Ritual diteliti dari bermacam sudut pandang. Robertson Smith menyatakan, bahwasannya suatu ritual kerapkali terjadi perubahan. Di banyak agama ritual dalam bentuk kegiatan yang tetap tetapi latar belakang, keyakinan maksud bisa jadi sudah terjadi perubahan. Menurut Smith ritual juga mempunyai fungsi sosial, yaitu guna mengefektifkan solidaritas masyarakat.

pada suatu ritual, tidak seluruh orang yang terlibat dalam ritual itu melakukannya dengan sebenar-benarnya sebagai pelaksanaan kewajiban, tetapi tidak sedikit juga yang melaksakan ritual secara asal-asalan. Disamping itu menurut Smith, ritual dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperkokoh solidaritas dengan dewa. Dewa dianggap sebagai komunitas yang memiliki derajat istimewa (Koenjtaraningrat, 1987).

Van Gennep melihat ritual dari sisi berbeda. Menurut Gennep ritual pada dasarnya berfungsi sebagai aktifitas untuk menumbuhkan kembali semangat kehidupan sosial diantara warga masyarakat. (Haedar, 2016)

Pesan yang diutarakan dalam komunikasi ritual umunya tersembunyi (latent), serta memiliki makna ganda (ambigu), dilihat pada asosiasi dan simbol komunikasi yang dipakai tidaklah simbol yang digunakan oleh partisipan, melaikan telah tersedia oleh budaya yang terlibat. Media serta pesan umumnya cukup sukar di pisahkan. (Carey, 1992: 54)

Pemakaian simbol di komunikasi (Kusumawati, 2016) ritual difungsikan guna mensimbolisasi ide-ide serta nilai yang berhubungan dengan upacara

(17)

25 penyembahan, ramah tamah atau persekutuan dan perayaan. Simbol itu dibagi secara menyeluruh dan dipahami, meskipun beraneka ragam dan maknanya samar (McQuail & Windahl, 1993:55).

Simbol-simbol dalam suatu ritual amat powerful dan efektif. power dari simbol ritual ini dengan jelas terlihat melalui bentuk ritus. Simbol ritual sering kali berperan dalam seluruh wujud ritual. Hingga, saat terjadi transformasi sosial yang tidak menampilkan maksud dengan eksplisit dari sebuah pertunjukan ritual sama halnya suatu gerak-gerik tubuh, doa, tarian, lagu , kebiasaan, mantra-mantra, perjamuan , dan lainnya. Simbol tersebut memiliki kegunaan sebagai alat komunikasi. (Schirch, 2005)

Simbol-simbol yang singkat mengacu pada karakteristik dari simbol-simbol ritual yang mempunyai arti dan aksi ganda. Oleh sebab itu, simbol-simbol yang dipersingkat atau kental (condensed symbols) kerapkali membuat bingung (ambiguos) dan susah bagi pengamat sosial. Contohnya, simbol bisa ditunjukkan dalam cara-cara yang berbeda untuk orang yang berbeda.

Tergantung pada kepekaan mereka pada perbedaan-perbedaan valensi.

Implikasnya, simbol-simbol memiliki arti lebih sering dari yang biasanya (Turner, 1978)

2.7 Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Pada umumnya terjadinya komunikasi yang berlangsung, sering mengikutsertakan penggunaan lambang non verbal dan verbal dengan bersama- sama. Keduanya mempunyai sifat holistik, yang tidak bisa dipisahkan. Dalam banyakan tindakan komunikasi, bahasa nonverbal menjadi pelengkap bahasa verbal. Tetapi lambang non verbal juga bisa digunakan secara kontradiktif,

(18)

26 pengulangan hingga pengganti ucapan-ucapan verbal. Bahasa verbal dan non verbal bekerja dengan bersama-sama guna mewujudkan makna sebuah perilaku komunikasi. (Hardjana, 2003: 23)

Terdapat 3 ciri khusus yang menandai bentuk komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Yang kesatu, lambang non verbal difungsikan di awal mulai lahir di dunia ini, Disamping itu sesudah tumbuh pengetahuan dan kedewasan, mulailah memakai bahasa verbal yang dipelajari. Yang kedua, komunikasi verbal dianggap kurang universal dibandingkan dengan komunikasi nonverbal, Karena bahasa verbal tiap orang berbeda tergantung dari mana asal orang tersebut. Kita dapat memakai isyarat nonverbal dengan orang asing ketika kita hendak berkomunikasi. Dan yang ketiga ialah, komunikasi verbal adalah aktifitas yang lebih intelektual dibandingkan bahasa nonverbal yang lebih merupakan aktvitas emosional (Daryanto, 2014).

Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang memakai kata-kata, dari lisan ataupun tulisan serta bentuk komunikasi memakai katakata, baik dalam wujud percakapan ataupun tulisan (speak languange). Komunikasi ini relative banyak digunakan dalam interakasi antar manusia. Lewat kata-kata, mereka mengutarakan pemikiran, perasaan, gagasan , emosi, atau maksud mereka, mengutarakan fakta, data, dan informasi sekaligus memaparkannya, saling bertukar pemikiran dan perasaan, saling bertengkar dan berdebat. Pada komunikasi verbal itu bahasa memiliki peran penting. Komunikasi verbal mempunyai makna denotatif. Media yang kerap digunakan yakni bahasa. Sebab, bahasa bisa menginterpretasikan pikiran seseorang terhadap orang lain. (West

& Turner, 2011: 114)

(19)

27 Komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang pesannya dibungkus dalam bentuk tanpa kata-kata. Di kehidupan nyata komunikasi nonverbal lebih banyak digunakan dibandingkan komunikasi verbal. Ketika berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal turut terpakai. Oleh sebab itu, komunakasi nonverbal memikiki sifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal lebih bersifat jujur mengutarakan hal yang ingin diutarakan sebab spontan. (Kusumawati, 2016)

Non verbal pula dapat dimaknai sebagai tindakan manusia yang dengan sengaja dikirimkan dan diterjemahkan seperti tujuannya dan mempunyai potensi akan adanya umpan balik (feed back) dari penerimanya. Di makna yang lain, tiap bentuk komunikasi tanpa memakai lambang verbal contohnya kata- kata, baik berupa percakapan ataupun tulisan. Komunikasi non verbal bisa berbentuk lambang-lambang seperti gesture, warna, mimik wajah dll.

(Kusumawati, 2016)

Jenis Komunikasi Verbal a. Berbicara dan menulis

Berbicara ialah komunikasi verbal-vokal. Disamping itu menulis ialah komunikasi verbal nonvocal. seperti komunikasi verbal-vocal ialah presentasi saat rapat dan misalnya komunikasi verbal-nonvocal ialah surat-menyurat. (Kurniati, 2016)

b. Mendengarkan dan membaca

Mendengarkan dan mendengar itu kata yang memiliki arti berbeda, mendengar yakni hanya untuk memungut getaran bunyi sedangkan mendengarkan ialah mengambil arti dari apa yang didengar

(20)

28 mendengarkan mengikutsertakan 4 unsur, yakni memahami, mendengar, mengingat, dan memperhatikan. Membaca ialah suatu cara untuk memperoleh informasi dari sesuatu yang ditulis. . (Kurniati, 2016) Fungsi Komunikasi Vebal dan Nonverbal

Walaupun komunikasi verbal dan nonverbal mempunyai perbedaan, tetapi keduanya diperlukan guna keberlangsungan tindak komunikasi yang efektif. Fungsi dari lambang verbal ataupun nonverbal ialah untuk memunculkan makna yang komunkatif.

Kegunaan yang lain dari komunikasi non verbal ialah mengatur pesan verbal. Pesan nonverbal berguna untuk mengendalikan suatu interaksi dalam suatu cara yang sesuai dan halus, misalnya anggukan kepala selama percakapan berlangsung. Disamping itu, komunikasi nonverbal juga memberi penegasan kepada pesan verbal, contohnya mengacungkan kepalan tangan. Dan akhirnya fungsi komunikasi nonverbal ialah pelengkap pesan verbal dengan merubah pesan verbal, contohnya tersenyum guna menunjukkan rasa kegembiraan kita.

Komunikasi nonverbal difungsikan guna memastikan bahwasannya arti yang sesungguhnya dari pesan verbal bisa dimengerti atau bahkan tidak bisa dipahami. Keduanya, komunikasi verbal dan nonverbal, kurang dapat beroperasi dengan terpisah, satu sama lain saling membutuhkan untuk mencapai komunikasi yang efektif. (Kusumawati, 2016)

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan peneliti ketika melaksanakan penelitian yang nantinya peneliti bisa memperbanyak teori yang

(21)

29 dipakai dalam mempelajari penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, peneliti tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama layaknya judul penelitian peneliti. Tetapi penulis mengambil beberapa penelitian digunakan referensi dalam memperbanyak bahan kajian pada penelitian. Dibawah ini ialah penelitian terdahulu berbentuk Jurnal atau Skripsi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Nurdian Setiawan

(08220231 Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang)

PEMAKNAAN RITUAL SEBLANG MENURUT

KOMUNITAS SUKU OSING (Studi

Etnografi di Desa Olehsari Kabupaten Banyuwangi)

Peneliti menemukan makna yang

terkandung dari bentuk komunikasi non-verbal dalam sebuah proses ritual Seblang.

Setidaknya terdapat 10 (sepuluh) simbol yang mangandung makna, serta sesuai dengan tujuan dan harapan masyarakat Olehsari terkait dengan pelaksaan ritual ini yakni sebagai bersih desa dan dalam menolak bala, upaya

(22)

30 mengundang

kesuburan, pengobatan berbagai penyakit dan penghormatan kepada leluhur mereka.

Perbedaan : Perbedaan pada penelitian ini, terletak pada objek penelitian dan sumber data yang digunakan

Persamaan : Persamaan dengan penelitian ini, samasama meneliti tentang proses komunikasi sebuah ritual yang terjadi pada salah satu suku Jawa 2.9 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membuat batasan apa saja yang hendak menjadi fokus utama yang akan diteliti. Adapun fokus penelitian ini adalah apa dan bagaimana proses Komunikasi Ritual Entas-entas pada Masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas Kabupaten Malang.

Adapun yang peneliti maksud dengan proses Komunikasi Ritual Tradisi Entas-entas pada masyarakat Suku Tengger di Desa Ngadas Kabupaten Malang,

Fokus penelitian ini adalah proses pertukaran pesan pada ritual Entas-entas.

Pertukaran pesan yang dimaksud ialah pesan-pesan kebajikan dan nilai moral antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan yang terdapat dalam beberapa tahapan ritual Entas-entas, yaitu : pertama, Acara Resik yaitu untuk membersihkan atau mensucikan roh ; kedua, Acara Mepeg ; ketiga acara Sameninga; keempat, acara Andheg-Andheg dilanjut acara Saka Guru dan Medhudhuh- Prapegan; Kelima, ritual Banten cilik, lalu Banten Gede (Lukatan) ditutup acara Bawahan; Dan keenam, pembakaran

(23)

31 Boneka Petra. Dari keenam proses tahapan ritual Entas-entas terdeteksi bahwa ritual Entas-entas mengkomunikasikan bentuk bakti dari yang masih hidup ke leluhur yang sudah meninggal dan sang roh bisa diangkat ke surga.

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan regulasi yang mengatur tentang biaya pernikahan, terdapat perubahan yang mendasar. Sebelumnya, biaya pencatatan nikah dan rujuk diatur dalam PP. 48 Tahun 2004

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen kelas di SMP Negeri 1 Stabat

Sedangkan jika nilai yang dibaca sensor ultrasonik kanan dan kiri lebih besar dari 30 maka kursi bergerak maju dengan kecepatan putar motor DC adalah 50% dari kecepatan

Adanya hubungan bermakna antara umur dengan kelelahan kerja pada pekerja laundry garmen (p-value 0,000) sesuai dengan teori dari Oentoro (2004) yang menyatakan bahwa tenaga

Pencegahan dan pengobatan akibat penyalahgunaan narkoba merupakan persoalan yang komplek yang masih perlu banyak dipelajari tentang apa yang terbaik dilakukan dan oleh siapa,

Persepsi tentang kualitas pelayanan dimensi jaminan di RSGMP FKG USU Medan menunjukkan bahwa dari 5 pernyataan ditemukan jawaban terbanyak adalah baik dengan persentase

Untuk mengetahui karakteristik dari material beton kedap suara dengan pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit, semen PC, dan pasir sebagai bahan baku utamanya... 1.3

Salah satu tradisi dan kepercayaan lokal pada kelompok masyarakat Indonesia Tionghoa Bagansiapiapi di Provinsi Riau, Kabupaten Rokan Hilir telah ada sepanjang abad lamanya