SELAMAT DATANG PESERTA PPL IKPI
KAJIAN PEDOMAN UMUM AKUNTANSI TUJUAN PELAPORAN SPT TAHUNAN
SEHUBUNGAN KEBERADAAN
INSENTIVE PERPAJAKAN , U.U.CIPTA KERJA, U.U.HPP
SERTA KEHADIRAN SP2DK /SP2
KAJIAN PPL IKPI 09-11-2021
KAJIAN PEDOMAN UMUM AKUNTANSI TUJUAN PELAPORAN SPT TAHUNAN
SEHUBUNGAN KEBERADAAN
INSENTIVE PERPAJAKAN, U.U.CIPTA KERJA, U.U. HPP SERTA KEHADIRAN SP2DK & SP2
1. KONSEP DASAR AKUNTANSI DALAM SISTEM PERPAJAKAN INDONESIA 2. PERAN AKUNTANSI TUJUAN PELAPORAN SPT TAHUNAN
3. MODEL LAPORAN KEUANGAN TUJUAN PERPAJAKAN
4. PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK ATAS PENGHASILAN DAN BEBAN SEHUBUNGAN INSENTIVE PERPAJAKAN, U.U.CIPTA KERJA , U.U HPP
5. TANGGAP KEHADIRAN SP2DK DAN SP2 6. KASUS
3
APAKAH KONSEP DASAR AKUNTANSI DIGUNAKAN DALAM
SISTEM PERPAJAKAN INDONESIA
FULL DISCLOSURE
• PEMBUKUAN DAN PENCATATAN TERSEBUT HARUS DISELENGGARAKAN DENGAN MEMPERHATIKAN ITIKAD BAIK DAN MENCERMINKAN KEADAAN ATAU KEGIATAN USAHA YANG SEBENARNYA
• [ Ps.28[3]U.U.No.16/2009 ]
MONETARY UNIT
• PEMBUKUAN /PENCATATAN HARUS DISELENGGARAKAN DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN HURUF LATIN, ANGKA ARAB, SATUAN MATA UANG RUPIAH, & DISUSUN DALAM BAHASA INDONESIA ATAU DALAM BAHASA ASING YANG DIIZINKAN OLEH MENTERI KEUANGAN
[ Ps. 28 [4] U.U.No.16/2009 ]
CONSISTENCY & ACCRUAL
• PEMBUKUAN DISELENGGARAKAN DENGAN PRINSIP TAAT ASAS [ KONSISTENSI ] DAN DENGAN STELSEL AKRUAL ATAU STELSEL KAS
[ Ps.28 [ 5 ] U.U.No.16/2009 ]
PERIODICITY
PERUBAHAN TERHADAP METODE PEMBUKUAN / DAN ATAU TAHUN BUKU, HARUS MENDAPAT PERSETUJUAN DARI DIREKTUR JENDERAL PAJAK
• [ Ps.28[6] U.U.No.16/2009 ]
•
MATCHING
BESARNYA PENGHASILAN KENA PAJAK BAGI WP DALAM NEGERI DAN BUT , DITENTUKAN BERDASARKAN PENGHASILAN BRUTO DIKURANGI BIAYA UNTUK MENDAPATKAN MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN
[ PASAL 6 [1] U.U.PPh ]
ECONOMIC ENTITY
UNTUK MENENTUKAN BESARNYA PENGHASILAN KENA PAJAK BAGI WP DALAM NEGERI DAN BUT TIDAK BOLEH DIKURANGKAN :
BIAYA YANG DIBEBANKAN ATAU DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI PEMEGANG SAHAM, SEKUTU. ATAU ANGGOTA
[ PASAL 9[1] HURUF b U.U.PPh ]
CONSERVATISM
UNTUK MENENTUKAN BESARNYA PENGHASILAN KENA PAJAK BAGI WP DALAM NEGERI DAN BUT TIDAK BOLEH DIKURANGKAN :
PEMBENTUKAN ATAU DANA CADANGAN , KECUALI ;
1. CADANGAN PIUTANG TAK TERTAGIH UNTUK USAHA BANK ……DST
[PASAL 9[1] HURUF c U.U.PPh]
12
MATERIALITY
• PENGELUARAN UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG MEMPUNYAI MASA MANFAAT LEBIH DARI SATU TAHUN TIDAK DIBOLEHKAN UNTUK DIBEBANKAN SEKALIGUS, MELAINKAN DIBEBANKAN MELALUI PENYUSUTAN / AMORTISASI SEBAGAIMANA DIMAKSUD Ps. 11 &
11
•
[ PASAL 9 [ 2 ] U.U.PPh ]
COST
PERSEDIAAN DAN PEMAKAIAN PERSEDIAAN UNTUK PENGHITUNGAN HARGA POKOK DINILAI BERDASARKAN HARGA PEROLEHAN YANG DILAKUKAN SECARA RATA RATA [ AVARAGE ] ATAU DENGAN CARA MENDAHULUKAN PERSEDIAAN YANG DIPEROLEH PERTAMA [ FIFO ]
• [ PASAL 10[6] U.U.PPh ]
GOING CONCERN
• BESARNYA ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN PAJAK BERJALAN YANG HARUS DIBAYAR SENDIRI OLEH WP UNTUK SETIAP BULAN ADALAH SEBESAR PPh YANG TERUTANG MENURUT SPT TAHUNAN PPh TAHUN PAJAK YANG LALU DIKURANGI DENGAN ; ……DST
•
PASAL 25[1] U.U.PPh
15
APAKAH AKUNTANSI BERPERAN DALAM
SISTEM PERPAJAKAN INDONESIA
PASAL 28 AYAT [ 1 ] U.U.No. 16 / 2009
• WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG
MELAKUKAN KEGIATAN USAHA ATAU
PEKERJAAN BEBAS DAN WAJIB PAJAK BADAN
DI INDONESIA WAJIB MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN
PEMBUKUAN
SUATU PROSES PENCATATAN YANG DILAKUKAN SECARA TERATUR UNTUK MENGUMPULKAN DATA DAN INFORMASI KEUANGAN YANG MELIPUTI HARTA, KEWAJIBAN, MODAL, PENGHASILAN DAN BIAYA , SERTA JUMLAH HARGA PEROLEHAN DAN PENYERAHAN BARANG ATAU JASA ,YANG DITUTUP DENGAN MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN BERUPA NERACA, DAN LAPORAN LABA RUGI UNTUK PERIODE TAHUN PAJAK TERSEBUT
( PASAL 1 ANGKA 29 U.U.No.16 TAHUN 2009 )
PASAL 28 AYAT (3)
U.U. NO. 16 TAHUN 2009
• PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
TERSEBUT HARUS DISELENGGARAKAN
DENGAN MEMPERHATIKAN ITIKAD BAIK
DAN MENCERMINKAN KEADAAN ATAU
KEGIATAN USAHA YANG SEBENARNYA
PASAL 28 AYAT [ 4 ] U.U.No. 16 / 2009
• PEMBUKUAN / PENCATATAN HARUS
DISELENGGARAKAN DI INDONESIA DENGAN
MENGGUNAKAN HURUF LATIN, ANGKA ARAB,
SATUAN MATA UANG RUPIAH, & DISUSUN DALAM
BAHASA INDONESIA ATAU DALAM BAHASA
ASING YANG DIIZINKAN OLEH MENTERI
KEUANGAN
PASAL 28 AYAT [ 5 ] U.U.No. 16 /2009
• PEMBUKUAN DISELENGGARAKAN DENGAN
PRINSIP TAAT ASAS [ KONSISTENSI ] DAN
DENGAN STELSEL AKRUAL ATAU STELSEL
KAS
PASAL 28 AYAT ( 7 )
U.U.No. 16 TAHUN 2009
PEMBUKUAN SEKURANG-KURANGNYA TERDIRI
ATAS CATATAN MENGENAI HARTA, KEWAJIBAN,
MODAL, PENGHASILAN DAN BIAYA, SERTA
PENJUALAN DAN PEMBELIAN , SEHINGGA DAPAT
DIHITUNG BESARNYA PAJAK YANG TERUTANG
DENGAN DEMIKIAN, PEMBUKUAN HARUS
DISELENGGARAKAN DENGAN CARA ATAU SISTEM
YANG LAZIM DIPAKAI DI INDONESIA MISALNYA
BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN,
KECUALI PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN
PERPAJAKAN MENENTUKAN LAIN
PASAL 28 AYAT [ 9 ] U.U.No. 16 / 2009
• PENCATATAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT ( 2 ) TERDIRI ATAS DATA YANG DIKUMPULKAN SECARA TERATUR TENTANG
PEREDARAN ATAU PENERIMAAN BRUTO DAN ATAU PENGHASILAN
BRUTO SEBAGAI DASAR UNTUK MENGHITUNG JUMLAH PAJAK YANG
TERUTANG , TERMASUK PENGHASILAN YANG BUKAN OBJEK PAJAK
DAN ATAU YANG DIKENAKAN PAJAK YANG BERSIFAT FINAL
25
MODEL LAPORAN KEUANGAN
TUJUAN PERPAJAKAN
PT. XYZ
LAPORAN LABA RUGI UNTUK TUJUAN PAJAK
TAHUN 20XX
• ===============================
• PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DN
• PEREDARAN USAHA
• HARGA POKOK PENJUALAN
• LABA / RUGI BRUTO USAHA
• BIAYA USAHA
• PENGHASILAN NETO DARI USAHA
• PENGHASILAN DARI LUAR USAHA
• BIAYA DARI LUAR USAHA
• PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DN
• PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LN
• JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DN DAN LN
• PENYESUAIAN FISKAL POSITIF
• PEMBAGIAN LABA DENGAN NAMA APAPUN
• BIAYA KEPENTINGAN PRIBADI
• DANA CADANGAN
• NATURA
• PEMBAYARAN MELEBIHI KEWAJARAN
• HIBAH, BANTUAN DAN SUMBANGAN
• PAJAK PENGHASILAN
• GAJI KEPADA PEMILIK
• SANKSI ADMINISTRASI
• SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI ATAS PENYUSUTAN FISKAL
• SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI ATAS PENYUSUTAN FISKAL
• BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL
• BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
• BIAYA YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA
• PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA
• JUMLAH PENYESUAIAN FISKAL POSITIF
• PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF
• PENGHASILAN YANG DIKENAKAN FINAL
• PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
• SELISIH PENYUSUTAN KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN FISKAL
• SELISIH AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH AMORTISASI FISKAL
• PENGHASILAN YANG DITANGGUHKAN PENGAKUANNYA
• PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF LAINNYA
• JUMLAH PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF
• LABA / RUGI SETELAH PENYESUAIAN FISKAL
• FASILITAS PENANAMAN MODAL
• PENGHASILAN NETO FISKAL
• ZAKAT / SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG BERSIFAT WAJIB
• KOMPENSASI KERUGIAN
• PENGHASILAN KENA PAJAK
• PAJAK PENGHASILAN
• LABA SETELAH PAJAK
• ‘
PT. XYZ
LAPORAN POSISI KEUANGAN UNTUK TUJUAN PAJAK TANGGAL 31 DESEMBER 20XX
• HARTA
• HARTA LANCAR
• KAS DAN SETARA KAS
• INVESTASI SEMENTARA
• PIUTANG USAHA
• PIUTANG LAIN LAIN
• PIUTANG DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA
• PERSEDIAAN
• PIUTANG PAJAK
• PAJAK DIBAYAR DIMUKA
• BIAYA DIBAYAR DIMUKA
• HARTA TIDAK LANCAR
• INVESTASI JANGKA PANJANG
• HARTA TETAP
• HARTA TAK BERWUJUD
• ASET PAJAK TANGGUHAN
• HARTA LAIN LAIN
• JUMLAH HARTA
PT. XYZ
LAPORAN POSISI KEUANGAN UNTUK TUJUAN PAJAK TANGGAL 31 DESEMBER 20XX
• UTANG
• UTANG JANGKA PENDEK
• UTANG USAHA
• UTANG SEWA
• UTANG DALAM HUBUNGAN ISTIMEWA
• WESEL BAYAR
• UTANG BANK JANGKA PENDEK
• BAGIAN UTANG JANGKA PANJANG
• PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA
• BIAYA MASIH HARUS DIBAYAR
• UTANG PAJAK
• UTANG DIVIDEN
• UTANG JANGKA PANJANG
• UTANG OBLIGASI
• UTANG SUBORDINASI
• KEWAJIBAN PAJAK TANGGUHAN
• UTANG LAIN LAIN
• MODAL
• MODAL SAHAM
• TAMBAHAN MODAL DISETOR
• LABA DITAHAN
• SELISIH PENILAIAN KEMBALI
• SAHAM TREASURI
• JUMLAH UTANG DAN MODAL
SALDO NORMAL PAJAK-PAJAK DALAM LAPORAN KEUANGAN
• PPh Pasal 21 / 26 ---» KREDIT LPK / BS
• PPh Pasal 22 ---» DEBET LPK / BS ---» KREDIT LPK / BS
• PPh Pasal 23 ---» DEBET LPK / BS ---» KREDIT LPK / BS
• PPh Pasal 24 ---» DEBET LPK / BS
• PPh Pasal 25 ---» DEBET LPK / BS ---» KREDIT LPK / BS
• PPh Pasal 4(2) --- » DEBET LPK / BS --- » KREDIT LPK / BS
• PPh PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN ---» DEBET LPK / BS
• PPh Pasal 28 A ---» DEBET LPK / BS
• PPh Pasal 29 ---» KREDIT LPK / BS
• PPN MASUKAN DAPAT DIKREDITKAN DIKREDITKAN --- » DEBET LPK / BS
• PPN MASUKAN DAPAT DIKREDITKAN TIDAK DIKREDITKAN--- » DEBET LPK / BS --- » DEBET L / R
• PPN MASUKAN TIDAK DAPAT DIKREDITKAN--- » DEBET LPK / BS --- » DEBET L / R
• PPN KELUARAN --- » KREDIT LPK
• BEA METERAI --- » DEBET R/L
• PBB--- » DEBET R/L
• BPHTB--- » DEBET LPK / BS
• PHR / PHI--- » KREDIT LPK / BS
• PAJAK REKLAME--- » DEBET R/L
• PKB--- » DEBET R/L
34
PERLAKUAN AKUNTANSI PAJAK ATAS
PENGHASILAN & BEBAN
36
PAJAK PENGHASILAN
ORDONANTIE PPs.1925; ORDONANTIE PPd 1944;
U.U.PAJAK ATAS PBDR 1970
U.U.No.7 TAHUN 1983 [ 1-1-1984 ]
U.U.No.7 TAHUN 1991 [ 1-1-1992 ]
U.U.No.10 TAHUN 1994 [ 1-1-1995 ]
U.U.No.17 TAHUN 2000 [ 1-1-2001 ]
U.U.No. 36 / 2008 [ 1-1-2009 ]
U.U.No. 11 / 2020 + U.U.No. 7 / 2021
PASAL 111 U.U.No.11 TAHUN 2020
PERUBAHAN PASAL 2 U.U. No.7 TAHUN 1983
PERUBAHAN PASAL 4 U.U. No.7 TAHUN 1983
PERUBAHAN PASAL 26 U.U. No.7 TAHUN 1983
TENTANG OBJEK PAJAK TENTANG SUBJEK PAJAK
TENTANG
WAJIB PAJAK LN
U.U.No.7 TAHUN 2021
PASAL 6
U.U. No.7 TAHUN 1983 PASAL 7
U.U. No.7 TAHUN 1983 PASAL 9
U.U. No.7 TAHUN 1983
BATAS PEREDARAN BRUTO TIDAK DIKENAI PAJAK BAGI WP ORANG PRIBADI
PENGENAAN PAJAK ATAS NATURA
PENGENAAN PAJAK ATAS NATURA
PENYUSUTAN & AMORTISASI ASET DENGAN MASA MANFAAT
LEBIH DARI 20 TAHUN
PASAL 11 & 11A U.U. No.7 TAHUN 1983
PASAL 4
U.U. No.7 TAHUN 1983
PENGENAAN PAJAK ATAS NATURA
U.U.No.7 TAHUN 2021
PASAL 17
U.U. No.7 TAHUN 1983 PASAL 18
U.U. No.7 TAHUN 1983 PASAL 32A
U.U. No.7 TAHUN 1983
INSTRUMEN PENCEGAHAN P3B
TARIF PPh
WP ORANG PRIBADI & WP BADAN
KESEPAKATAN / PERJANJIAN INTERNASIONAL
DIBIDANG PERPAJAKAN
PENDELEGASIAN KEWENANGAN
PASAL 32C
U.U. No.7 TAHUN 1983
PENDELEGASIAN WEWENANG
PENDELEGASIAN KEWENANGAN
PASAL 6
U.U. No.7 TAHUN 1983 PASAL 9
U.U. No.7 TAHUN 1983 PASAL 11 & 11A
U.U. No.7 TAHUN 1983
DIATUR BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH
DIATUR BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH
DIATUR BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH
DIATUR BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH
PASAL 18
U.U. No.7 TAHUN 1983 PASAL 4
U.U. No.7 TAHUN 1983
DIATUR BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH
Ayat ( 1a ) Ayat ( 3 ) Huruf a angka 2
Ayat ( 3 ) Huruf d, f, h, l Huruf m, n, o, p
Ayat ( 1 ) Huruf h
Ayat ( 1 ) Huruf a angka 7
Ayat ( 1 ) Huruf n Ayat ( 1 )
Huruf d angka 4
PASAL 6 PASAL 4
Ayat ( 6 ) & Ayat ( 6a ) Ayat ( 7 )
Ayat ( 3b ) & Ayat ( 3c ) Ayat ( d ) & Ayat ( 4 ) Ayat ( 1 ) & Ayat ( 2 ) Ayat ( 3 ) & Ayat ( 3a ) PASAL 11
PASAL 18 PASAL 9 ( 1 )
Huruf c
PASAL 11 A
Ayat ( 1a ) & Ayat ( 2 ) Ayat ( 2a )
PASAL 32A
PENGHASILAN
DIKENAI PAJAK BERSIFAT FINAL Ps. 4 ( 2 )
OBJEK PAJAK Ps. 4 ( 1 ) & 5 ( 1 )
DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK
Ps. 4 ( 3 )
STELSEL KAS ATAU
STELSEL AKRUAL
? PEREDARAN USAHA
[ OBJEK PAJAK ]
Ps. 28 ( 5 ) U.U.KUP
&
Ps. 4 ( 1 ) U.U.PPh
PASAL 28 AYAT [ 5 ] U.U.No. 16 /2009
• PEMBUKUAN DISELENGGARAKAN DENGAN
PRINSIP TAAT ASAS [ KONSISTENSI ] DAN
DENGAN STELSEL AKRUAL ATAU STELSEL
KAS
PENJELASAN PASAL 28 AYAT [ 5 ] U.U.No. 16 /2009
1) PENGHITUNGAN JUMLAH PENJUALAN DALAM SUATU PERIODE HARUS MELIPUTI SELURUH PENJUALAN, BAIK YANG TUNAI MAUPUN YANG BUKAN.
DALAM MENGHITUNG HPP HARUS DIPERHITUNGKAN SELURUH PEMBELIAN DAN PERSEDIAAN
2) DALAM MEMPEROLEH HARTA YANG DAPAT DISUSUTKAN DAN HAK-HAK YANG DAPAT DIAMORTISASI , BIAYA-BIAYA YANG DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN HANYA DAPAT DILAKUKAN MELALUI PENYUSUTAN DAN AMORTISASI
DENGAN DEMIKIAN PENGGUNAAN STELSEL KAS UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN DAPAT JUGA DINAMAKAN STELSEL CAMPURAN.
48
DIKENAI PAJAK BERSIFAT FINAL ?
PENGHASILAN YANG DITERIMA TIDAK DIGUNGGUNGKAN DENGAN PENGHASILAN LAINNYA [ KOREKSI FISKAL NEGATIF ] DALAM RANGKA PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK, NAMUN TETAP DILAPORKAN DALAM SPT TAHUNAN
FORMULIR
1770-III BAGIAN A / 1771-IV BAGIAN A dan……
•
49
PPh YANG DIPOTONG, DIPUNGUT, DIBAYAR DARI TRANSAKSI FINAL TIDAK DAPAT DIKREDITKAN [ TIDAK DAPAT MENGURANGI UTANG PAJAK AKHIR TAHUN ] NAMUN TETAP DILAPORKAN DALAM SPT TAHUNAN PPh
FORMULIR
1770-III BAGIAN A / 1771-IV BAGIAN A
50
DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK ?
PENGHASILAN YANG DITERIMA TIDAK DIGUNGGUNGKAN DENGAN PENGHASILAN LAINNYA [ KOREKSI FISKAL NEGATIF ] DALAM RANGKA PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK, NAMUN TETAP DILAPORKAN DALAM SPT TAHUNAN
FORMULIR
1770-III BAGIAN B / 1771-IV BAGIAN B
•
51
PENJUALAN DALAM
LAPORAN LABA RUGI
&
PEREDARAN USAHA DALAM
SPT TAHUNAN PPh
#
JUMLAH AKUMULASI PENYERAHAN [ DPP ] JANUARI-DESEMBER
DALAM
SPT MASA PPN
52
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
U.U.PAJAK PENJUALAN 1951
U.U.No.8 TAHUN 1983
[ 1-7-1984 ] U.U.No.11 TAHUN 1994
[ 1-1-1995 ]
U.U.No.18 TAHUN 2000
[ 1-1-2001 ] U.U.No.42 / 2009
[ 1-1-2010 ]
U.U.No. 11 / 2020 + U.U. No.7 / 2021
PASAL 112 U.U.No.11 TAHUN 2020
PERUBAHAN PASAL 1 A U.U. No.8 TAHUN 1983
PERUBAHAN PASAL 4 A U.U. No.8 TAHUN 1983
PERUBAHAN PASAL 9 U.U. No.8 TAHUN 1983
TENTANG BARANG & JASA YANG TIDAK DIKENAI PPN
TENTANG
PENGERTIAN PENYERAHAN
TENTANG PAJAK MASUKAN
TENTANG FAKTUR PAJAK PERUBAHAN PASAL 13
U.U. No.8 TAHUN 1983
U.U.No.7 TAHUN 2021
PASAL 4A
U.U. No.8 TAHUN 1983 PASAL 7
U.U. No.8 TAHUN 1983 PASAL 8A
U.U. No.8 TAHUN 1983
TARIF PPN PENGECUALIAN
OBJEK PPN
CARA MENGHITUNG PPN
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN PASAL 9
U.U. No.8 TAHUN 1983
U.U.No.7 TAHUN 2021
PASAL 9A
U.U. No.8 TAHUN 1983 PASAL 16B
U.U. No.8 TAHUN 1983
FASILITAS PPN
KEMUDAHAN & KESEDERHANAAN PPN
PASAL 18G
U.U. No.8 TAHUN 1983
PENDELEGASIAN KEWENANGAN
PENDELEGASIAN KEWENANGAN
PASAL 9
PASAL 9A DIATUR DALAM
MENKEU
DIATUR DALAM PERATURAN MENKEU
PASAL 8A DIATUR DALAM
PERATURAN MENKEU
Ayat ( 2a ) & Ayat ( 4c ) Ayat ( 6 ) & Ayat ( 6c )
PASAL 9 PASAL 8A Ayat ( 1 )
Ayat ( 6e ) Huruf a & Ayat ( 9a ) Ayat ( 9b ) & Ayat ( 9c )
PASAL 9A Ayat ( 1 )
• PEMAKAIAN SENDIRI
• PEMBERIAN CUMA CUMA
• KONSINYASI
• POTONGAN HARGA
• TRANSAKSI MENGGUNAKAN VALUTA ASING
• PENERIMAAN PEMBAYARAN SEBELUM PENYERAHAN ( DP )
58
DPP FORMULIR 1771-IV-A-8 IMBALAN JASA
KONSTRUKSI
PEREDARAN USAHA FORMULIR
1771-I
60
BEBAN / PENGELUARAN
Psl 5 ( 2 & 3 ) Psl 6 ( 1 ) huruf a
Psl 6 ( 1 ) huruf b Psl 11 & 11A Psl 6 ( 1 )
huruf a angka 3 ; 7 huruf c ; f ; h ; i ; j ; k ; l ; m
MELALUI
DEPRESIASI / AMORTISASI ALOKASI
SEKALIGUS
SAAT PENGELUARAN
DENGAN PERSYARATAN
TIDAK DAPAT
Psl 5 Ayat ( 3b ) Psl 9 Ayat ( 1 & 2 )
PP No.93 / 2010 PP No. 94 / 2010 PP No. 29 / 2020
HARGA POKOK PENJUALAN [ Ps. 10 ( 6 )
INVENTORY
COST +
AVARAGE
FIFO
SEKTOR PERBANKAN
SEKTOR PENDIDIKAN
INDUSTRI RUMAH SAKIT
HARGA POKOK PENJUALAN
1771-II
SEKTOR KONSTRUKSI
64
• HARGA POKOK PENJUALAN
• BAGI WAJIB PAJAK YANG
MELAKUKAN USAHA DI JASA , DIISI DENGAN HARGA POKOK USAHA JASA,
YAITU JUMLAH BIAYA YANG
BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN PEREDARAN / PENERIMAAN BRUTO
SELAMA TAHUN PAJAK YANG
BERSANGKUTAN .
65
PENYUSUTAN
Ps. 11 & Ps. 31A U.U.PPh
+ PMK
1169/1991 ; 96/2009 126/2012 ; 191/2015
+
Ps.14 ( 3 ) U.U.No.11/2016
+ Ps. 13 PP-94/2010
+ Ps.9 ( 6 ) PP-29/2020 1. YANG DAPAT
2. YANG TIDAK DAPAT 3. DIMULAI
4. PERBAIKAN 5. PENAMBAHAN
6. PENILAIAN KEMBALI 7. PENGALIHAN
8. PENARIKAN 9. BERAKHIR
10. BANGUNAN PERMANEN MASA MANFAAT MELEBIHI 20 TAHUN
67
PASAL 11
Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian,
penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud,
kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna
bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki
dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun …..dstnya.
DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN YANG SAMA BESAR [ STRAIGHT LINE METHOD ]
&
DALAM BAGIAN-BAGIAN YANG MENURUN ATAS NILAI BUKU [ DOUBLE DECLINING BALANCE METHOD ]
&
PENYUSUTAN DIPERCEPAT [ ACCELERATED DEPRECIATION ]
AKHIR MASA MANFAAT
NILAI SISA BUKU DISUSUTKAN SEKALIGUS
DIMULAI PADA BULAN DILAKUKANNYA PENGELUARAN ATAU
DIMULAI PADA BULAN HARTA DIGUNAKAN UNTUK MENDAPATKAN. MENAGIH & MEMELIHARA PENGHASILAN
ATAU
SETELAH DILAKUKAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA
METODE
PENYUSUTAN
DIJUAL
NILAI SISA BUKU
DIBEBANKAN SEBAGAI KERUGIAN
DISUMBANGKAN ATAU DIHIBAHKAN
NILAI SISA BUKU
TIDAK BOLEH DIBEBANKAN SEBAGAI KERUGIAN
PENGALIHAN ATAU
PENARIKAN
HARTA
ATAS BARANG MODAL YANG DISEWA GUNA USAHA SELAMA MASA SEWA GUNA USAHA
[ KMK-1169 TAHUN 1991 ]
&
HARTA TAMBAHAN YANG BELUM
DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR YANG DIUNGKAPKAN DALAM TAX AMNESTI
[ Ps.14 ( 3 ) U.U.No. 11 TAHUN 2016 ]
&
BIAYA UNTUK
MENDAPATKAN , MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG 1. BUKAN MERUPAKAN OBJEK PAJAK ;
2. PENGENAAN PAJAKNYA BERSIFAT FINAL 3. DIKENAKAN PAJAK BERDASARKAN
NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO
[ Ps. 13 PP-94 TAHUN 2010 & Ps. 9 ( 6 ) PP-29 TAHUN 2020 ]
BEBAN
PENYUSUTAN TIDAK DAPAT DIKURANGKAN
DARI
PENGHASILAN
BRUTO
AMORTISASI
Ps. 11A & Ps. 31A U.U.PPh
+
Ps.14 ( 2 ) U.U.No.11/2016
+ Ps. 13 PP-94/2010 1. YANG DAPAT
2. YANG TIDAK DAPAT 3. DIMULAI
4. PERBAIKAN 5. PENAMBAHAN
6. PENILAIAN KEMBALI 7. PENGALIHAN
8. PENARIKAN 9. BERAKHIR
10. KELOMPOK 4 MASA MANFAAT MELEBIHI 20 TAHUN
72
PASAL 11A
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta
tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya
perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak
pakai, dan muhibah ( goodwill ) yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun yang dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan…..dstnya.
DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN YANG SAMA BESAR [ STRAIGHT LINE METHOD ]
&
DALAM BAGIAN-BAGIAN YANG MENURUN ATAS NILAI BUKU [ DOUBLE DECLINING BALANCE METHOD ]
&
AMORTISASI DIPERCEPAT [ ACCELERATED AMORTIZATION ]
AKHIR MASA MANFAAT
NILAI SISA BUKU DIAMORTISASI SEKALIGUS
DIMULAI PADA BULAN DILAKUKANNYA PENGELUARAN KECUALI
BIDANG USAHA TERTENTU
METODE
AMORTISASI
UNTUK BIAYA PENDIRIAN & BIAYA PERLUASAN MODAL DIBEBANKAN
PADA TAHUN TERJADINYA PENGELUARAN ATAU
BERDASARKAN PASAL 11 A AYAT ( 2 ) ( MASA MANFAAT )
ATAS PENGELUARAN UNTUK MEMPEROLEH HAK
&
PENGELUARAN LAIN YANG MEMPUNYAI MASA MAFAAT > I TAHUN BIDANG PENAMBANGAN MIGAS
DILAKUKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SATUAN PRODUKSI
METODE
AMORTISASI
AMORTISASI ATAS PENGELUARAN
UNTUK MEMPEROLEH HAK PENAMBANGAN SELAIN MIGAS HPH, HAK PENGUSAHAAN SUMBER ALAM
&
HASIL ALAM LAINNYA
YANG MEMPUNYAI MASA MAFAAT > I TAHUN DILAKUKAN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE SATUAN PRODUKSI SETINGGI-TINGGINYA 20% SETAHUN
PENGELUARAN YANG DILAKUKAN SEBELUM OPERASI KOMERSIAL YANG MASA MANFAATNYA > 1 TAHUN
DIKAPITALISASI
&
KEMUDIAN DIAMORTISASI CFM PASAL 11 A ( 2 )
METODE
AMORTISASI
NILAI SISA BUKU DIBEBANKAN SEBAGAI KERUGIAN
PENGGANTIAN PENGHASILAN
DISUMBANGKAN /
DIHIBAHKAN BOOK VALUE NON DEDUCTIBLE
PENGALIHAN HARTA
TAK BERWUJUD
&
HAK LAINNYA
HARTA TAMBAHAN YANG BELUM
DILAPORKAN DALAM SPT PPh TERAKHIR YANG DIUNGKAPKAN DALAM TAX AMNESTI
[ Ps.14 ( 2 ) U.U.No. 11 TAHUN 2016 ]
&
BIAYA UNTUK
MENDAPATKAN , MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG 1. BUKAN MERUPAKAN OBJEK PAJAK ;
2. PENGENAAN PAJAKNYA BERSIFAT FINAL 3. DIKENAKAN PAJAK BERDASARKAN
NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO [ Ps. 13 PP-94 TAHUN 2010 ]
BEBAN
AMORTISASI TIDAK DAPAT DIKURANGKAN
DARI
PENGHASILAN
BRUTO
78
BEBAN / PENGELUARAN
PMK 02/2010 TTG BIAYA PROMOSI
PMK 207/ 2015 TTG PIUTANG PMK 169/ 2015
TENTANG DEBT EQUITY RATIO
DENGAN
PERSYARATAN
KEP DIRJEN PJK 220/2002 TENTANG
PENYUSUTAN SEDAN & PONSEL
SE DIRJEN PAJAK No. 27/1986
TENTANG BIAYA JAMUAN SE DIRJEN PAJAK
No. 46/1995 TENTANG BUNGA PINJAMAN
KEP DIRJEN PAJAK No. 316/2002
TENTANG
BIAYA UPGRADE KOMPUTER
PP-29/2020 TENTANG FASILITAS PPh DALAM RANGKA COVID 19
TAMBAHAN PENGURANGAN PENGHASILAN NETO
[ Ps. 3 PP No.29 TAHUN 2020 ]
30%
DIHITUNG DARI BIAYA UNTUK MEMPRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN / ATAU PKRT ( PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA ) YANG DIPERLUKAN DALAM RANGKA PENANGANAN COVID 19
WP DN YANG MEMPRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN /
ATAU PKRT UNTUK KEPERLUKAN PENANGANAN COVID 19
SUMBANGAN MENJADI
PENGURANG PENGHASILAN BRUTO [ Ps. 4 PP No. 29 TAHUN 2020 ]
SEBESAR NILAI SUMBANGAN YANG SESUNGGUHNYA DIKELUARKAN ( UANG, BARANG, JASA, PEMANFAATAN HARTA TANPA KOMPENSASI ) DALAM RANGKA PENANGANAN COVID 19
a. BNPB b. BPBD
c. KEMENTERIAN BIDANG KESEHATAN d. KEMENTERIAN BIDANG SOSIAL
e. LEMBAGA PENYELENGGARA PENGUMPULAN SUMBANGAN
82
BEBAN / PENGELUARAN
Psl 5 Ayat ( 3b ) U.U.PPh
Psl 9 Ayat ( 1 ) U.U.PPh
Psl 9 Ayat ( 2 ) U.U.PPh
TIDAK DAPAT
DIKURANGKAN
TAHUN 2020 PP 29 PP 94 TAHUN 2010BIAYA UNTUK 3 M PENGHASILAN [ Ps. 9 PP No.29 TAHUN 2020 ]
YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WP DARI PEMERINTAH BERUPA KOMPENSASI ATAU PENGGANTIAN DARI :
a. PERSEWAAN HARTA BERUPA TANAH DAN / ATAU BANGUNAN b. SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN
PENGGUNAAN HARTA SELAIN TANAH DAN / ATAU BANGUNAN DALAM RANGKA PENANGANAN COVID 19
YANG DIKENAI PAJAK BERSIFAT FINAL DENGAN TARIF 0%
TIDAK DAPAT DIBEBANKAN
SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN BRUTO
85
86
SP2DK
SURAT PERMINTAAN PENJELASAN
ATAS DATA DAN / KETERANGAN
87
LATAR
BELAKANG TERBITNYA
SP2DK
88
LANDASAN HUKUM
• PASAL 4 AYAT ( 1 ) ; PASAL 8 AYAT ( 1 )
• PASAL 39 AYAT ( 1 ) U.U.No.16 TAHUN 2009
• PASAL 49 PP No.74 TAHUN 2011 ………..&
• SE-39/PJ/2015 ; SE-07/PJ/2020
89
TERDAPAT DUGAAN BELUM DIPENUHINYA KEWAJIBAN
PERPAJAKAN SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PERPAJAKAN
90
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK SEHUBUNGAN
SP2DK
91
SP2DK
TANGGAPI
1. MENGAKUI
2. PERBAIKAN SPT 3. SANGGAH
BUKTI
92
SP2DK
TIDAK TANGGAPI
1. VISIT
2. VERIFIKASI
3. PEMERIKSAAN
4. BUKTI PERMULAAN
93
SP2DK-01
SPT MASA PPh PASAL 22 PT.KF Trading & Distribution
PEMBELIAN
IDR. 21.805.001.553
POTENSI PPh Pasal 29 KURANG BAYAR 22% x ( 21.805.001.553. – 18.574.024.620 )
IDR. 1.052.006.089 [ + SANKSI BUNGA 48% ] PEMBELIAN
IDR. 18.574.024.620
FORM 1771-II
PT.KF Trading & Distribution
POTENSI PPh Pasal 22 KURANG PUNGUT 1,5% x ( 21.805.001.553 – 18.574.024.620 )
IDR. 96.929.306
[ + SANKSI KENAIKAN 100% ]
95
SP2DK-02
SPT MASA PPh PASAL 22 PT. El SIPIO FARMA
PEREDARAN USAHA IDR. 234.567.890.000
POTENSI PPh Pasal 29 KURANG BAYAR
22% x ( 234.567.890.000 – 123.456.789.000 ) IDR. 36.177.774.485.
[ + SANKSI BUNGA 48% ] PENJUALAN KEPADA DISTRIBUTOR
IDR. 123.456.789.000
FORM 1771-I PT. EL SIPIO FARMA
POTENSI PPh Pasal 22 KURANG PUNGUT
0,3% x ( 234.567.890.000 – 123.456.789.000 ) IDR.666.666.606
[ + SANKSI KENAIKAN 100% ]
97
SP2DK-03
CASH ON BANK PER 31-12-200X
POTENSI PPh PASAL 29 KURANG BAYAR 25% x ( 41..973.304.505-12.211.593.677 )
IDR. 7.440.427.707.
( RUPIAH )
1
KONFIRMASI DARI BANK IDR. 41.973.304.505
( RUPIAH ) LAPORAN POSISI KEUANGAN
IDR. 12.211.593.677.
( RUPIAH )
99
100
LATAR
BELAKANG TERBITNYA
SP2
101
[ Ps. 4 PER MENKEU 184/PMK.03/2015 ]
a. WAJIB PAJAK YANG MENGAJUKAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 17B U.U.KUP
b. TERDAPAT KETERANGAN LAIN BERUPA DATA KONKRET
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 13(1) HURUF a U.U.KUP
102
c. WP MENYAMPAIKAN SPT YANG MENYATAKAN LEBIH BAYAR, SELAIN YANG MENGAJUKAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK SEBAGIMANA DIMAKSUD PADA HURUF a
d. WAJIB PAJAK YANG TELAH DIBERIKAN PENGEMBALIAN
PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
103
e. WP MENYAMPAIKAN SPT YANG MENYATAKAN RUGI
f. WAJIB PAJAK MELAKUKAN PENGGABUNGAN,
PELEBURAN, PEMEKARAN,LIKUIDASI, PEMBUBARAN,
ATAU AKAN MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK
SELAMA-LAMANYA
104
g. WAJIB PAJAK MELAKUKAN PERUBAHAN TAHUN BUKU ATAU METODE PEMBUKUAN ATAU KARENA DILAKUKANNYA PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP
h.
WP TIDAK MENYAMPAIKAN ATAU MENYAMPAIKAN SPT TETAPI MELAMPUI JANGKA WAKTU YANG TELAH DITETAPKAN DALAM SURAT TEGURAN
i.
WP MENYAMPAIKAN SPT YANG TERPILIH UNTUK
DILAKUKAN PEMERIKSAAN BERDASARKAN ANALISIS
RESIKO
105
[ Ps. 70 PER MENKEU 17/PMK.03/2013 ]
a. PEMBERIAN NPWP SECARA JABATAN;
b. PENGHAPUSAN NPWP;
c. PENGUKUHAN PKP SECARA JABATAN;
d. PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP;
e. WP MENGAJUKAN KEBERATAN ;
f. PENGUMPULAN BAHAN GUNA PENYUSUNAN NORMA
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO;
106
g. PENCOCOKAN DATA / ALKET ;
h. PENENTUAN WP BERLOKASI DIDAERAH TERPENCIL;
i. PENENTUAN SATU ATAU LEBIH TEMPAT TERUTANG PPN;
j. PEMERIKSAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK;
k. PENENTUAN SAAT PRODUKSI DIMULAI ATAU MEMPERPANJANG JANGKA WAKTU KOMPENSASI KERUGIAN SEHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN FASILITAS PERPAJAKAN; DAN / ATAU
l. MEMENUHI PERMINTAAN INFORMASI DARI NEGARA MITRA PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA
[ Ps. 70 PER MENKEU 184/PMK.03/2015 ]
107
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK SEHUBUNGAN
SP2
108
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK BERKAITAN PEMERIKSAAN
[ Ps. 14 PERMENKEU 17/PMK.03/2013 ]
1. MEMENUHI PANGGILAN UNTUK DATANG MENGHADIRI PEMERIKSAAN SESUAI DENGAN WAKTU YANG DITENTUKAN ;
2. MEMPERLIHATKAN DAN / ATAU MEMINJAMKAN BUKU ATAU CATATAN YANG MENJADI DASAR PEMBUKUAN ATAU PENCATATAN DAN DOKUMEN LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGHASILAN YANG DIPEROLEH, KEGIATAN USAHA, PEKERJAAN BEBAS WP, ATAU OBJEK YANG TERUTANG PAJAK ;
3. MEMBERI KESEMPATAN UNTUK MENGAKSES DAN / ATAU MENGUNDUH DATA YANG DIKELOLA SECARA ELEKTRONIK ;
109
4. MEMBERIKAN KESEMPATAN MEMASUKI DAN MEMERIKSA TEMPAT ATAU RUANG, BARANG BERGERAK DAN / ATAU TIDAK BERGERAK YANG DIDUGA ATAU PATUT DIDUGA DIGUNAKAN UNTUK MENYIMPAN BUKU / CATATAN , DOKUMEN YANG MENJADI DASAR PEMBUKUAN ATAU PENCATATAN DOKUMEN LAIN, UANG DAN / ATAU BARANG YANG DAPAT MEMBERI PETUNJUK TENTANG PENGHASILAN YANG DIPEROLEH, KEGIATAN USAHA, PEKERJAAN BEBAS WP, ATAU OBJEK YANG TERUTANG PAJAK SERTA MEMINJAMKANNYA KEPADA PEMERIKSA PAJAK;
5. MEMINJAMKAN KERTAS KERJA PEMERIKSAAN YANG
DIBUAT AKUNTAN PUBLIK
110
6. MEMBERI BANTUAN GUNA KELANCARAN PEMERIKSAAN
7. MENYAMPAIKAN TANGGAPAN SECARA TERTULIS ATAS SURAT PEMBERITAHUAN HASIL PEMERIKSAAN [ SPHP ] DAN
8. MEMBERIKAN KETERANGAN LISAN DAN / ATAU TERTULIS YANG
DIPERLUKAN
111
KEWAJIBAN FISKUS
SEHUBUNGAN
SP2
PASAL 8 Huruf c
PMK RI No. 17 / PMK.03/2013
PASAL 4 huruf c
PER DIRJEN PAJAK No. PER-23/PJ/2013
113
PEMERIKSAAN
Pasal 1 Angka 25
U.U. No. 16 TAHUN 2009
SERANGKAIAN KEGIATAN MENGHIMPUN DAN MENGOLAH DATA,
KETERANGAN, DAN / ATAU BUKTI YANG DILAKSANAKAN SECARA
OBJEKTIF & PROFESIONAL BERDASARKAN SUATU STANDAR
PEMERIKSAAN UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN
KEWAJIBAN PERPAJAKAN DAN / ATAU UNTUK TUJUAN LAIN
DALAM RANGKA MELAKSANAKAN KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN
114
TEMUAN HASIL PEMERIKSAAN HARUS DIDASARKAN
PADA BUKTI KOMPETEN YANG CUKUP DAN
BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN PERPAJAKAN
STANDAR
PEMERIKSAAN
115
ADALAH
BUKTI YANG VALID DAN RELEVAN DENGAN TETAP MEMPERTIMBANGKAN PRINSIP KEWAJARAN DAN KELAZIMAN USAHA ATAS TRANSAKSI WP YANG MEMILIKI HUBUNGAN ISTIMEWA
BUKTI
KOMPETEN
116
ADALAH
BUKTI DAPAT DIANDALKAN UNTUK MENYIMPULKAN SUATU FAKTA.
TINGKAT VALIDITAS BUKTI DIPENGARUHI OLEH 3 HAL:
VALID
117
1. INDEPENDENSI DAN KUALIFIKASI SUMBER DIPEROLEHNYA BUKTI
2. KONDISI BUKTI DIPEROLEH 3. CARA BUKTI DIPEROLEH
VALID
118
BUKTI HARUS BERKAITAN DENGAN POS-POS YANG AKAN DIPERIKSA SEBAGAIMANA TERCANTUM DALAM PROGRAM PEMERIKSAAN
RELEVAN
119
BUKTI YANG MEMADAI UNTUK MENDUKUNG TEMUAN HASIL PEMERIKSAAN.
KECUKUPAN TERKAIT DENGAN PERTIMBANGAN PROFESIONAL ( PROFESSIONAL JUDGEMENT ) PEMERIKSA PAJAK
BUKTI
YANG CUKUP
PASAL 13 [ 1 ] U.U.No.16 TAHUN 2009
PASAL 35 [ 1 & 2 ] U.U.No.16 TAHUN 2009
PASAL 35 A [ 1 ] U.U.No.16 TAHUN 2009
ACUAN PENGUJIAN KEPATUHAN
PASAL 2
PERPU No.1 TAHUN 2017
121
PASAL 13 [ 1 ]
U.U.No.16 TAHUN 2009
• DIRJEN PAJAK DAPAT MENERBITKAN SKPKB YANG BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN ATAU KETERANGAN LAIN TIDAK MEMENUHI KEWAJIBAN FORMAL DAN / ATAU KEWAJIBAN MATERIAL.
• KETERANGAN LAIN TERSEBUT ADALAH DATA KONKRET YANG
DIPEROLEH ATAU DIMILIKI OLEH DIRJEN PAJAK ANTARA LAIN
BERUPA HASIL KONFIRMASI FAKTUR PAJAK DAN BUKTI
PEMOTONGAN PPh
122
PASAL 35 [ 1 ]
U.U.No.16 TAHUN 2009
• APABILA DALAM MENJALANKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN PERPAJAKAN DIPERLUKAN KETERANGAN ATAU BUKTI DARI
BANK, AKUNTAN PUBLIK, NOTARIS , KONSULTAN PAJAK, KANTOR
ADMINISTRASI, DAN/ATAU PIHAK KETIGA LAINNYA YANG MEMPUNYAI
HUBUNGAN DENGAN WP YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN PAJAK,
PENAGIHAN PAJAK, ATAU PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG
PERPAJAKAN, ATAS PERMINTAAN TERTULIS DARI DIRJEN PAJAK , PIHAK-
PIHAK TERSEBUT WAJIB MEMBERIKAN KETERANGAN ATAU BUKTI YANG
DIMINTA
123
PASAL 35 [ 2 ]
U.U.No.16 TAHUN 2009
• DALAM HAL PIHAK-PIHAK SEBAGAIMANA DIMAKSUD
PADA AYAT ( 1 ) TERIKAT OLEH KEWAJIBAN
MERAHASIAKAN, UNTUK KEPERLUAN PEMERIKSAAN,
PENAGIHAN PAJAK, ATAU PENYIDIKAN TINDAK PIDANA
DIBIDANG PERPAJAKAN, KEWAJIBAN MERAHASIAKAN
TERSEBUT DITIADAKAN, KECUALI UNTUK BANK
KEWAJIBAN MERAHASIAKAN DITIADAKAN ATAS
PERMINTAAN TERTULIS DARI MENTERI KEUANGAN
124
PASAL 35 A [ 1 ]
U.U.No.16 TAHUN 2009
• SETIAP INSTANSI PEMERINTAH, LEMBAGA, ASOSIASI,
DAN PIHAK LAIN, WAJIB MEMBERIKAN DATA DAN
INFORMASI YANG BERKAITAN DENGAN PERPAJAKAN
KEPADA DITJEN PAJAK YANG KETENTUANNYA DIATUR
DENGAN PERATURAN PEMERINTAH DENGAN
MEMPERHATIKAN KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD
DALAM PASAL 35 AYAT ( 2 )
125
PASAL 2
PERPU No.1 TAHUN 2017
• DIRJEN PAJAK BERWENANG MENDAPATKAN AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN DARI LEMBAGA JASA KEUANGAN YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN DI SEKTOR PERBANKAN , PASAR MODAL , PERASURANSIAN , LEMBAGA JASA KEUANGAN LAINNYA , DAN / ATAU ENTITAS LAIN YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI LEMBAGA KEUANGAN , MELIPUTI PALING PALING SEDIKIT ;
• IDENTITAS PEMEGANG REKENING KEUANGAN;
• NOMOR REKENING KEUANGAN;
• IDENTITAS LEMBAGA JASA KEUANGAN;
• SALDO ATAU NILAI REKENING KEUANGAN ; DAN
• PENGHASILAN YANG TERKAIT DENGAN REKENING KEUANGAN
LAPORAN KEUANGAN
&
AUDIT REPORT
ALAT
PENGUJIAN KEPATUHAN
SPT MASA PPN
DATA SILANG
&
[ INTERN & EXTERN ]
ANALISA SPT MASA PPh
FORMULIR 1771
FORMULIR – 1771-II ( 1-13 )
HARGA POKOK PENJUALAN ( 3 )
BIAYA USAHA LAINNYA ( 4 )
BIAYA DARI LUAR USAHA ( 5 )
PEREDARAN USAHA FORMULIR
1771-I
PENGUJIAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN MELALUI FORMULIR SPT TAHUNAN PPh
FORM 1771-II [ 3 ] [ 4 ] [ 5 ]
1. PEMBELIAN
2. GAJI & UPAH 3. BIAYA TRANSPORTASI
4. BIAYA PENYUSUTAN
5. BIAYA SEWA
6. BIAYA BUNGA
128
PENGUJIAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN MELALUI FORMULIR SPT TAHUNAN PPh
FORM : 1771-II [ 3 ] [ 4 ] [ 5 ] 7. BIAYA JASA
8. PIUTANG
9. BIAYA ROYALTI 10. BIAYA PEMASARAN 11. BIAYA LAINNYA 12. PERSEDIAAN AWAL 13. PERSEDIAAN AKHIR
129
PEMBELIAN
SPT MASA PPh PASAL 22 1771-II-1
( 3 )
NILAI OBJEK PAJAK B-1 & 4 ( 3 )
PPh YANG DIPUNGUT B-1 & 4 ( 4 )
1111 AB
JUMLAH PEROLEHAN ( II-D )
DPP
PPN & PPn BM BUKTI PUNGUT / SSP / FP
GAJI, UPAH, BONUS, GRATIFIKASI, HONORARIUM, THR
SPT MASA PPh PASAL 21/26 1771-II-2
( 3 ; 4; 5 )
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO OBJEK PAJAK
JUMLAH PAJAK DIPOTONG
FORMULIR 1771
FORMULIR 1721
B-11 ( 5 )
B-11 ( 6 )
BUKTI POTONG / SSP
BIAYA TRANSPORTASI
SPT MASA PPh PASAL 15 / 23 1771-II-3
( 3 ; 4; 5 )
JUMLAH BRUTO IMBALAN OBJEK PAJAK
PPh YANG DIPOTONG / TERUTANG
FORMULIR 1771
B-1; 3; 5 ( 3 )
B-1; 3; 5 ( 5 )
BUKTI POTONG /SSP
BIAYA SEWA
SPT MASA PPh PASAL 23/26 1771-II-5
( 3 ; 4; 5 )
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO OBJEK PAJAK
PPh YANG DIPOTONG
FORMULIR 1771
B-5; 4 ( 3 )
B-5; 4 ( 4 ; 5 )
BUKTI POTONG / SSP
BIAYA SEWA
SPT MASA PPh PASAL 4 ( 2 ) 1771-II-5
( 3 ; 4; 5 )
NILAI OBJEK PAJAK
PPh YANG DIPOTONG/DIPUNGUT/
DISETOR SENDIRI
FORMULIR 1771
B-5 ( 3 )
B-5 ( 5 )
BUKTI POTONG /SSP
BIAYA BUNGA PINJAMAN
SPT MASA PPh PASAL 23/26 1771-II-6
( 4 )
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO OBJEK PAJAK
PPh YANG DIPOTONG
FORMULIR 1771
B-2 ( 3 )
B-2 ( 4 ; 5 )
BUKTI POTONG /SSP
BIAYA SEHUBUNGAN DENGAN JASA
SPT MASA PPh PASAL 23 /26 1771-II-7
( 3; 4; 5 )
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO OBJEK PAJAK
PPh YANG DIPOTONG
FORMULIR 1771
B-6; 5 ( 3 )
B-6; 5 ( 4; 5 )
BUKTI POTONG / SSP
BIAYA SEHUBUNGAN DENGAN JASA
SPT MASA PPh PASAL 4 ( 2 ) 1771-II-7
( 3; 4; 5 )
NILAI OBJEK PAJAK
PPh YANG DIPOTONG/DIPUNGUT/
DISETOR SENDIRI
FORMULIR 1771
B-6 ( 3 )
B-6 ( 5 )
BUKTI POTONG /SSP
BIAYA ROYALTI
SPT MASA PPh PASAL 23/26 1771-II-9
( 3 ; 4; 5 )
JUMLAH PENGHASILAN BRUTO
PPh YANG DIPOTONG
FORMULIR 1771
B-3; ( 3 )
B-3 ( 4 ; 5 )
BUKTI POTONG /SSP
PPh PASAL 4 (2 ) PPh PASAL 15 PPh PASAL 21 PPh PASAL 22 PPh PASAL 23 PPh PASAL 26
PPN
BIAYA USAHA
LAINNYA FORMULIR
1771-I ( 1-c )
1771-II
1-13
( 4 )
PPh PASAL 4 (2 ) PPh PASAL 15 PPh PASAL 21 PPh PASAL 22 PPh PASAL 23 PPh PASAL 26
PPN
BIAYA DARI LUAR
USAHA FORMULIR
1771-I ( 1-f )
1771-II
1-13
( 5 )
FORMULIR 1771-III
OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN
&
PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT ( RUPIAH )
FORMULIR 1771-IV BAGIAN A
DASAR PENGENAAN PAJAK PPh FINAL BAGIAN B
PENGHASILAN BRUTO
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK ( RUPIAH )
PEREDARAN USAHA FORMULIR
1771-I
FORMULIR 1111 JANUARI –DESEMBER
JUMLAH SELURUH PENYERAHAN
( I-C )
PEREDARAN USAHA FORMULIR
1771-I
CASH
&
ACCRUAL
BASIS
143
METODE YANG DIGUNAKAN
DALAM RANGKA REVIEW
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
PASAL 8 Huruf b
PMK RI No. 17 / PMK.03/2013
PASAL 4 huruf b
PER DIRJEN PAJAK No. PER-23/PJ/2013 SE DIRJEN PAJAK No. SE-65/PJ/2013
1. METODE DINAMIS 2. METODE SINTETIS 3. METODE ANALITIS
145
SECARA TEORITIS
METODE DINAMIS
DIARAHKAN KEPADA PENGUASAAN MASALAH YANG TERJADI DI LUAR TEKNIK PROSEDUR PEMERIKSAAN YANG BERKAITAN DENGAN LIKU-LIKU DUNIA USAHA ,
MISALNYA : “ BISNIS PERTAMBANGAN BATU BARA “
“
BISNIS INDUSTRI REAL ESTATE & JASA KONSTRUKSI ““ BISNIS INDUSTRI MAKANAN, MINUMAN & RETAIL “
“ BISNIS PERKEBUNAN KELAPA SAWIT & KARET “
‘‘ BISNIS PERKEBUNAN TEBU & TEMBAKAU ‘
“ BIDANG PENDIDIKAN “
“ BISNIS INDUSTRI RUMAH SAKIT & FARMASI “
“ BISNIS LOGISTIK & PELAYARAN
146
METODE SINTETIS
DILAKUKAN MELALUI PENGUJIAN ATAS JUMLAH-JUMLAH PADA AKUN LEDGER, YANG DIMULAI DARI ORIGINAL DOCUMENT.
MISALNYA FAKTUR PAJAK DIKAITKAN DENGAN PEREDARAN USAHA
SIKLUS AKUNTANSI
147
METODE ANALITIS
DILAKUKAN MELALUI PENGUJIAN ATAS ANGKA-ANGKA YANG TERSAJI DALAM LAPORAN KEUANGAN ;
- KOMPARATIF VERTIKAL DAN HORIZONTAL - ANALSIS RATIO
148
149
CRITICAL POINT
BENCHMARK BEHAVIORAL MODEL
( ALAT BANTU PENGGALIAN POTENSI WP )
1. GROSS PROFIT MARGIN
2. OPERATING PROFIT MARGIN 3. PRETAX PROFIT MARGIN
4. CORPORATE TAX TO TURN OVER RATIO 5. NET PROFIT MARGIN
6. RATIO BIAYA GAJI TERHADAP PENJUALAN 7. RATIO BIAYA BUNGA TERHADAP PENJUALAN 8. RATIO BIAYA SEWA TERHADAP PENJUALAN
9. RATIO BIAYA PENYUSUTAN TERHADAP PENJUALAN 10. RATIO INPUT LAINNYA TERHADAP PENJUALAN
11. RATIO PENGHASILAN LUAR USAHA TERHADAP PENJUALAN
12. RATIO BIAYA LUAR USAHA TERHADAP PENJUALAN
1. METODE LANGSUNG
2. METODE TIDAK LANGSUNG
150
BERDASARKAN PROSES
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
Ad.1. METODE LANGSUNG
YAITU TEKNIK DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN PAJAK DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN ATAS KEBENARAN JUMLAH PENGHASILAN YANG DILAPORKAN , YANG LANGSUNG DILAKUKAN TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DAN BUKU-BUKU, CATATAN-CATATAN SERTA DOKUMEN PENDUKUNGNYA SESUAI DENGAN URUTAN AUDIT PROGRAM YANG DISUSUN PADA TAHAP PERSIAPAN PEMERIKSAAN .
151
SIKLUS TAX REVIEW & TAX AUDIT
TRANSAKSI JURNAL LEDGER
LAPORAN KEUANGAN
SPT
