• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

IV - 1

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini akan dibahas pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini. Tahapan pengumpulan dan pengolahan data dijelaskan secara rinci pada sub bab di bawah ini.

4.1 Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara wawancara dan pengamatan langsung. Data yang dibutuhkan adalah data postur kerja pekerja saat melakukan aktivitas menumbuk pada stasiun penumbukan.

Postur kerja operator yang diamati pada stasiun penumbukan yaitu saat aktivitas menumbuk hasil kukusan dari stasiun sebelumnya. Posisi tersebut merupakan aktivitas utama dalam stasiun penumbukan.

Gambar 4.1 Postur Kerja 1 Pekerja ke-1

(2)

IV - 2

Gambar 4.2 Postur Kerja 2 Pekerja ke-1

Gambar 4.3 Postur Kerja 1 Pekerja ke-2

Gambar 4.4 Postur Kerja 2 Pekerja ke-2

(3)

IV - 3 4.2 Pengolahan Data

Pada tahap ini dilakukan penilaian postur kerja dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Metode REBA menilai faktor resiko gangguan tubuh keseluruhan, sehingga dapat diketahui aman atau tidak posisi kerja yang dilakukan. Penilaian skor dilakukan dengan bantuan REBA worksheet, sementara pengukuran sudut dilakukan dengan bantuan CorelDRAW X4 software. Penilaian ini hanya dilakukan pada postur kerja pekerja saat melakukan aktivitas menumbuk.

Berikut ini penilaian postur kerja dengan metode REBA.

1. Pekerja ke-1 a. Postur kerja 1

Berikut ini adalah penarikan sudut-sudut postur kerja untuk postur kerja 1 pekerja ke-1 saat menumbuk adonan.

Gambar 4.5 Penarikan Sudut Postur Kerja 1 Pekerja ke-1

Penjelasan dan penilaian skor REBA berdasarkan Gambar 4.5 adalah sebagai berikut:

Grup A

Batang tubuh/badan (trunk) Sudut : 48,81o

(4)

IV - 4 Skor : 3

Penjelasan : Karena sudut batang tubuh sebesar 48,81o atau besar sudut berada di antara 20o dan 60o maka diberi skor 3.

Leher (neck)

Sudut : 11,76o Skor : 1

Penjelasan : Karena sudut leher sebesar 11,76o atau besar sudut berada di antara 10o dan 20o maka diberi skor 1.

Kaki (legs)

Sudut : 10,34o Skor : 1

Penjelasan : Karena bertumpu pada dua kaki atau kaki dalam keadaan seimbang, serta tidak terdapat adjustment karena sudut sebesar 10,34o maka kaki diberi skor 1.

Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A. Dengan mencermati angka dalam tabel A sesuai dengan skor-skor bagian tubuh grup A yang telah dinilai sebelumnya, diperoleh skor tabel A. Berikut ini adalah tabel A yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi skor grup A:

Batang tubuh : 3 Leher : 1 Kaki : 1

Tabel 4.1 Penentuan Skor Tabel A Postur Kerja 1 Pekerja ke-1

Untuk mendapatkan total skor A, skor tabel A ditambahkan dengan skor beban (load). Beban (load) diberi skor 0 karena berat tongkat

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Badan

Leher

1 2 3

Kaki

(5)

IV - 5

penumbuk 3,1 kg dimana besarnya <5 kg dan juga diberi adjustment +1 karena berkekuatan cepat, sehingga total skor beban (load) adalah 1.

Total skor A = skor tabel A + skor beban Total skor A = 2 + 1

= 3 Grup B

Lengan atas (upper arm) Sudut : 52,72o Skor : 3 + 1 = 4

Penjelasan : Karena sudut lengan atas sebesar 52,72o atau berada di antara 45o dan 90o maka diberi skor 3 dan karena terlihat bahu pekerja naik maka diberi adjusment +1 .

Lengan bawah (lower arm) Sudut : 142,86o Skor : 2

Penjelasan : Karena sudut lengan bawah sebesar 142,86o atau besar sudut >100o maka diberi skor 2.

Pergelangan tangan (wrist) Sudut : 25,37o Skor : 2

Penjelasan : Karena sudut pergelangan tangan sebesar 25,37o atau besar sudut >15o maka diberi skor 2.

Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B. Dengan mencermati angka dalam tabel B sesuai dengan skor-skor bagian tubuh grup B yang telah dinilai sebelumnya, diperoleh skor tabel B. Berikut ini adalah tabel B yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi skor grup B:

Lengan atas : 4 Lengan bawah : 2 Pergelangan tangan : 2

(6)

IV - 6

Tabel 4.2 Penentuan Skor Tabel B Postur Kerja 1 Pekerja ke-1

Untuk mendapatkan total skor B, skor tabel B ditambahkan dengan skor kopling/pegangan. Kopling diberi skor 1 karena kopling bagus tetapi cara pemegangan kopling tidak ideal.

Total skor B = skor tabel B + skor kopling Total skor B = 6 + 1

= 7

Penentuan skor akhir dilakukan dengan menggabungkan total skor A dan total skor B dengan menggunakan tabel C. Dengan mencermati angka dalam tabel C sesuai dengan total skor A dan total skor B yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh skor tabel C. Berikut ini adalah tabel C yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi total skor A-B:

Total skor A : 3 Total skor B : 7

Tabel 4.3 Penentuan Skor Tabel C Postur Kerja 1 Pekerja ke-1 Pergelangan 1 2 3 1 2 3

1 1 2 2 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Lengan Atas

Lengan Bawah

1 2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10 7 7 7 7 7 8 9 9 10 10 11 11 11 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11 9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Nilai Skor A

Nilai Skor B

(7)

IV - 7

Untuk mendapatkan skor akhir REBA, skor tabel C ditambahkan dengan skor aktivitas. Aktivitas diberi skor 1 karena pekerjaan dilakukan berulang-ulang (repetitive) dan ditambahkan lagi skor 1 karena laju pekerjaan cepat dan menyebabkan postur tidak stabil, sehingga total skor aktivitas adalah 2.

Skor akhir REBA = skor tabel C + skor aktivitas

= 7 + 2 = 9

Berdasarkan penilaian di atas, diperoleh skor akhir postur kerja dengan skor 9. Skor ini termasuk dalam level resiko tinggi sehingga postur kerja yang diteliti memerlukan tindakan secepatnya.

b. Postur kerja 2

Berikut ini adalah penarikan sudut-sudut postur kerja untuk postur kerja 2 dari pekerja ke-1 saat menumbuk adonan.

Gambar 4.6 Penarikan Sudut Postur Kerja 2 Pekerja ke-1

(8)

IV - 8

Penjelasan dan penilaian skor REBA berdasarkan Gambar 4.6 adalah sebagai berikut:

Grup A

Batang tubuh/badan (trunk) Sudut : 58,91o Skor : 3 + 1 = 4

Penjelasan : Karena sudut batang tubuh sebesar 58,91o atau besar sudut berada di antara 20o dan 60o maka diberi skor 3, serta diberi adjusment +1 karena batang tubuh membungkuk.

Leher (neck)

Sudut : 26,41o Skor : 2

Penjelasan : Karena sudut leher sebesar 26,41o atau besar sudut >20o ke belakang maka diberi skor 2.

Kaki (legs)

Sudut : 15,76o Skor : 1

Penjelasan : Karena bertumpu pada dua kaki atau kaki dalam keadaan seimbang, serta tidak terdapat adjustment karena sudut sebesar 15,76o maka kaki diberi skor 1.

Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A. Dengan mencermati angka dalam tabel A sesuai dengan skor-skor bagian tubuh grup A yang telah dinilai sebelumnya, diperoleh skor tabel A. Berikut ini adalah tabel A yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi skor grup A:

Batang tubuh : 4 Leher : 2 Kaki : 1

(9)

IV - 9

Tabel 4.4 Penentuan Skor Tabel A Postur Kerja 2 Pekerja ke-1

Untuk mendapatkan total skor A, skor tabel A ditambahkan dengan skor beban (load). Beban (load) diberi skor 0 karena berat tongkat penumbuk 3,1 kg dimana besarnya <5 kg dan juga diberi adjustment +1 karena berkekuatan cepat, sehingga total skor beban (load) adalah 1.

Total skor A = skor tabel A + skor beban Total skor A = 5 + 1

= 6 Grup B

Lengan atas (upper arm) Sudut : 12,49o Skor : 1

Penjelasan : Karena sudut lengan atas sebesar 12,49o atau atau <20o ke depan maka diberi skor 1.

Lengan bawah (lower arm) Sudut : 96,95o Skor : 1

Penjelasan : Karena sudut lengan bawah sebesar 96,95o atau besar sudut berada di antara 60o dan 100o maka diberi skor 1.

Pergelangan tangan (wrist) Sudut : 33,29o Skor : 2

Penjelasan : Karena sudut pergelangan tangan sebesar 33,29o atau besar sudut >15o maka diberi skor 2.

Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B. Dengan mencermati angka dalam tabel B sesuai dengan skor-skor bagian tubuh grup B yang telah dinilai sebelumnya, diperoleh skor tabel B. Berikut

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Badan

Leher

1 2 3

Kaki

(10)

IV - 10

ini adalah tabel B yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi skor grup B:

Lengan atas : 1 Lengan bawah : 1 Pergelangan tangan : 2

Tabel 4.5 Penentuan Skor Tabel B Postur Kerja 2 Pekerja ke-1

Untuk mendapatkan total skor B, skor tabel B ditambahkan dengan skor kopling/pegangan. Kopling diberi skor 1 karena kopling bagus tetapi cara pemegangan kopling tidak ideal.

Total skor B = skor tabel B + skor kopling Total skor B = 2 + 1

= 3

Penentuan skor akhir dilakukan dengan menggabungkan total skor A dan total skor B dengan menggunakan tabel C. Dengan mencermati angka dalam tabel C sesuai dengan total skor A dan total skor B yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh skor tabel C. Berikut ini adalah tabel C yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi total skor A-B:

Total skor A : 6 Total skor B : 3

Pergelangan 1 2 3 1 2 3 1 1 2 2 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 8 6 7 8 8 8 9 9

Lengan Atas

Lengan Bawah

1 2

(11)

IV - 11

Tabel 4.6 Penentuan Skor Tabel C Postur Kerja 2 Pekerja ke-1

Untuk mendapatkan skor akhir REBA, skor tabel C ditambahkan dengan skor aktivitas. Aktivitas diberi skor 1 karena pekerjaan dilakukan berulang-ulang (repetitive) dan ditambahkan lagi skor 1 karena laju pekerjaan cepat dan menyebabkan postur tidak stabil, sehingga total skor aktivitas adalah 2.

Skor akhir REBA = skor tabel C + skor aktivitas

= 5 + 2 = 7

Berdasarkan penilaian di atas, diperoleh skor akhir postur kerja dengan skor 7. Skor ini termasuk dalam level resiko sedang sehingga postur kerja yang diteliti perlu dilakukan perbaikan.

2. Pekerja ke-2 a. Postur kerja 1

Berikut ini adalah penarikan sudut-sudut postur kerja untuk postur kerja 1 pekerja ke-2 saat menumbuk adonan.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10 7 7 7 7 7 8 9 9 10 10 11 11 11 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11 9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Nilai Skor A

Nilai Skor B

(12)

IV - 12

Gambar 4.7 Penarikan Sudut Postur Kerja 1 Pekerja ke-2

Penjelasan dan penilaian skor REBA berdasarkan Gambar 4.7 adalah sebagai berikut:

Grup A

Batang tubuh/badan (trunk) Sudut : 63,7o Skor : 4 + 1 = 5

Penjelasan : Karena sudut batang tubuh sebesar 63,7o atau besar sudut

>60o maka diberi skor 4, serta diberi adjusment +1 karena batang tubuh membungkuk.

Leher (neck)

Sudut : 13,47o Skor : 1

Penjelasan : Karena sudut leher sebesar 13,47o atau besar sudut berada di antara 10o dan 20o maka diberi skor 1.

Kaki (legs)

Sudut : 50,81o Skor : 2 + 1 = 3

(13)

IV - 13

Penjelasan : Karena hanya bertumpu pada satu kaki lurus maka kaki diberi skor 2 dan karena sudut kaki sebesar 50,81o atau besar sudut berada di antara 30o dan 60o maka diberi adjusment +1.

Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A. Dengan mencermati angka dalam tabel A sesuai dengan skor-skor bagian tubuh grup A yang telah dinilai sebelumnya, diperoleh skor tabel A. Berikut ini adalah tabel A yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi skor grup A:

Batang tubuh : 5 Leher : 1 Kaki : 3

Tabel 4.7 Penentuan Skor Tabel A Postur Kerja 1 Pekerja ke-2

Untuk mendapatkan total skor A, skor tabel A ditambahkan dengan skor beban (load). Beban (load) diberi skor 0 karena berat tongkat penumbuk 3,1 kg dimana besarnya <5 kg dan juga diberi adjustment +1 karena berkekuatan cepat, sehingga total skor beban (load) adalah 1.

Total skor A = skor tabel A + skor beban Total skor A = 7 + 1

= 8 Grup B

Lengan atas (upper arm) Sudut : 15,84o Skor : 1

Penjelasan : Karena sudut lengan atas sebesar 15,84o atau <20o ke depan maka diberi skor 1.

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Leher

1 2 3

Kaki

Badan

(14)

IV - 14 Lengan bawah (lower arm)

Sudut : 71,26o Skor : 1

Penjelasan : Karena sudut lengan bawah sebesar 71,26o atau besar sudut berada di antara 60o dan 100o maka diberi skor 1.

Pergelangan tangan (wrist) Sudut : 23,58o Skor : 2

Penjelasan : Karena sudut pergelangan tangan sebesar 23,58o atau besar sudut >15o maka diberi skor 2.

Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B. Dengan mencermati angka dalam tabel B sesuai dengan skor-skor bagian tubuh grup B yang telah dinilai sebelumnya, diperoleh skor tabel B. Berikut ini adalah tabel B yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi skor grup B:

Lengan atas : 1 Lengan bawah : 1 Pergelangan tangan : 2

Tabel 4.8 Penentuan Skor Tabel B Postur Kerja 1 Pekerja ke-2

Untuk mendapatkan total skor B, skor tabel B ditambahkan dengan skor kopling/pegangan. Kopling diberi skor 1 karena kopling bagus tetapi cara pemegangan kopling tidak ideal.

Total skor B = skor tabel B + skor kopling Total skor B = 2 + 1

= 3

Pergelangan 1 2 3 1 2 3 1 1 2 2 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 8 6 7 8 8 8 9 9

Lengan Atas

Lengan Bawah

1 2

(15)

IV - 15

Penentuan skor akhir dilakukan dengan menggabungkan total skor A dan total skor B dengan menggunakan tabel C. Dengan mencermati angka dalam tabel C sesuai dengan total skor A dan total skor B yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh skor tabel C. Berikut ini adalah tabel C yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi total skor A-B:

Total skor A : 8 Total skor B : 3

Tabel 4.9 Penentuan Skor Tabel C Postur Kerja 1 Pekerja ke-2

Untuk mendapatkan skor akhir REBA, skor tabel C ditambahkan dengan skor aktivitas. Aktivitas diberi skor 1 karena pekerjaan dilakukan berulang-ulang (repetitive) dan ditambahkan lagi skor 1 karena laju pekerjaan cepat dan menyebabkan postur tidak stabil, sehingga total skor aktivitas adalah 2.

Skor akhir REBA = skor tabel C + skor aktivitas

= 7 + 2 = 9

Berdasarkan penilaian di atas, diperoleh skor akhir postur kerja dengan skor 9. Skor ini termasuk dalam level resiko tinggi sehingga postur kerja yang diteliti memerlukan tindakan secepatnya.

b. Postur kerja 2

Berikut ini adalah penarikan sudut-sudut postur kerja untuk postur kerja 2 pekerja ke-2 saat menumbuk adonan.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10 7 7 7 7 7 8 9 9 10 10 11 11 11 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11 9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Nilai Skor A

Nilai Skor B

(16)

IV - 16

Gambar 4.8 Penarikan Sudut Postur Kerja 2 Pekerja ke-2

Penjelasan dan penilaian skor REBA berdasarkan Gambar 4.8 adalah sebagai berikut:

Grup A

Batang tubuh/badan (trunk) Sudut : 78,45o Skor : 4 + 1 = 5

Penjelasan : Karena sudut batang tubuh sebesar 78,45o atau besar sudut

>60o maka diberi skor 4, serta diberi adjusment +1 karena batang tubuh membungkuk.

Leher (neck)

Sudut : 11.32o Skor : 1

Penjelasan : Karena sudut leher sebesar 11,32o atau besar sudut berada di antara 10o dan 20o maka diberi skor 1.

Kaki (legs)

Sudut : 38,38o Skor : 1 + 1 = 2

(17)

IV - 17

Penjelasan : Karena posisi kaki normal/seimbang maka diberi skor 1 dan karena sudut kaki sebesar 38,38o atau besar sudut berada di antara 30o dan 60o maka diberi adjusment +1.

Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A. Dengan mencermati angka dalam tabel A sesuai dengan skor-skor bagian tubuh grup A yang telah dinilai sebelumnya, diperoleh skor tabel A. Berikut ini adalah tabel A yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi skor grup A:

Batang tubuh : 5 Leher : 1 Kaki : 2

Tabel 4.10 Penentuan Skor Tabel A Postur Kerja 2 Pekerja ke-2

Untuk mendapatkan total skor A, skor tabel A ditambahkan dengan skor beban (load). Beban (load) diberi skor 0 karena berat tongkat penumbuk 3,1 kg dimana besarnya <5 kg dan juga diberi adjustment +1 karena berkekuatan cepat, sehingga total skor beban (load) adalah 1.

Total skor A = skor tabel A + skor beban Total skor A = 6 + 1

= 7 Grup B

Lengan atas (upper arm) Sudut : 73,24o Skor : 3

Penjelasan : Karena sudut lengan atas sebesar 73,24o atau besar sudut berada di antara 45o dan 90o maka diberi skor 3.

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Leher

1 2 3

Kaki

Badan

(18)

IV - 18 Lengan bawah (lower arm)

Sudut : 18,84o Skor : 2

Penjelasan : Karena sudut lengan bawah sebesar 18,84o atau besar sudut

<60o maka diberi skor 2.

Pergelangan tangan (wrist) Sudut : 17,21o Skor : 2

Penjelasan : Karena sudut pergelangan tangan sebesar 17,21o atau besar sudut >15o ke belakang maka diberi skor 2.

Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B. Dengan mencermati angka dalam tabel B sesuai dengan skor-skor bagian tubuh grup B yang telah dinilai sebelumnya, diperoleh skor tabel B. Berikut ini adalah tabel B yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi skor grup B:

Lengan atas : 3 Lengan bawah : 2 Pergelangan tangan : 2

Tabel 4.11 Penentuan Skor Tabel B Postur Kerja 2 Pekerja ke-2

Untuk mendapatkan total skor B, skor tabel B ditambahkan dengan skor kopling/pegangan. Kopling diberi skor 1 karena kopling bagus tetapi cara pemegangan kopling tidak ideal.

Total skor B = skor tabel B + skor kopling

Pergelangan 1 2 3 1 2 3

1 1 2 2 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Lengan Atas

Lengan Bawah

1 2

(19)

IV - 19 Total skor B = 5 + 1

= 6

Penentuan skor akhir dilakukan dengan menggabungkan total skor A dan total skor B dengan menggunakan tabel C. Dengan mencermati angka dalam tabel C sesuai dengan total skor A dan total skor B yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh skor tabel C. Berikut ini adalah tabel C yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi total skor A-B:

Total skor A : 7 Total skor B : 6

Tabel 4.12 Penentuan Skor Tabel C Postur Kerja 2 Pekerja ke-2

Untuk mendapatkan skor akhir REBA, skor tabel C ditambahkan dengan skor aktivitas. Aktivitas diberi skor 1 karena pekerjaan dilakukan berulang-ulang (repetitive) dan ditambahkan lagi skor 1 karena laju pekerjaan cepat dan menyebabkan postur tidak stabil, sehingga total skor aktivitas adalah 2.

Skor akhir REBA = skor tabel C + skor aktivitas

= 9 + 2 = 11

Berdasarkan penilaian di atas, diperoleh skor akhir postur kerja dengan skor 11. Skor ini termasuk dalam level resiko sangat tinggi sehingga postur kerja yang diteliti harus dilakukan perbaikan sekarang juga.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10 7 7 7 7 7 8 9 9 10 10 11 11 11 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11 9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Nilai Skor A

Nilai Skor B

(20)

IV - 20

Setelah penilaian postur kerja dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment) dilakukan, diperoleh rekapitulasi hasil penilaian seperti berikut ini.

Tabel 4.13 Rekapitulasi Hasil Penilaian Postur Kerja

Berdasarkan penilaian postur kerja dengan metode REBA, diperoleh level resiko pekerjaan menumbuk dari level sedang hingga level sangat tinggi atau dapat dikatakan perlu dilakukan perbaikan hingga dilakukan perbaikan sekarang juga.

Level tersebut mengindikasikan bahwa pekerjaan menumbuk beresiko terhadap gangguan muskuloskeletal.

Dari keempat sikap kerja yang diamati, terdapat sikap yang tidak aman dikarenakan adanya posisi tidak alamiah pada bagian batang tubuh, leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan kaki. Posisi tidak alamiah ditunjukkan oleh batang tubuh (punggung) pekerja yang membungkuk, sudut pergerakan yang lebar untuk lengan atas dan lengan bawah dan adanya gaya dorongan (berupa sentakan) untuk menekan adonan dengan tongkat yang dipegang, serta sudut pergerakan yang lebar untuk pergelangan tangan yang memegang tongkat penumbuk. Selain itu dikarenakan juga adanya sudut pergerakan yang lebar untuk leher yang mana dipengaruhi oleh arah penglihatan mata pekerja selama menumbuk yaitu melihat adonan yang ditumbuk (ke arah bawah), serta kaki yang menopang berdirinya tubuh dengan tumpuan satu kaki dengan sudut yang lebar untuk pekerja ke-2.

Berdasarkan penilaian postur kerja, segmen batang tubuh merupakan bagian tubuh yang memberikan skor penilaian terbesar. Batang tubuh pekerja penumbukan menunjukkan kondisi bungkuk atau bengkok ke depan. Posisi membungkuk yang dilakukan secara berulang mengakibatkan keluhan pada pinggang bagian bawah.

Posisi tersebut menyebabkan kerja berlebih pada otot dan sendi tulang belakang sehingga terjadi pembengkakan sendi. Ruas-ruas tulang pada punggung saat menekuk ke depan memaksa otot untuk menopang rangka tubuh bagian atas seperti bahu, leher, dan kepala. Apabila posisi membungkuk tersebut dilakukan secara

No Nama Pekerja Postur Kerja Skor Akhir

Penilaian Level Resiko Tindakan Postur kerja 1 9 Tinggi Segera dilakukan perbaikan Postur kerja 2 7 Sedang Perlu dilakukan perbaikan Postur kerja 1 9 Tinggi Segera dilakukan perbaikan Postur kerja 2 11 Sangat tinggi Dilakukan perbaikan sekarang juga 2 Pekerja ke-2

1 Pekerja ke-1

(21)

IV - 21

sering dan dalam jangka waktu yang lama maka dapat menyebabkan berkurangnya elastisitas (kelenturan) otot pada tulang belakang. Kelenturan otot yang menurun tersebut mengakibatkan pergerakan tulang belakang menjadi tidak sempurna.

Bentuk tulang belakang pekerja semakin lama akan mengikuti bentuk tulang belakang saat bekerja dalam posisi membungkuk. Hal tersebut dipengaruhi oleh frekuensi pekerjaan yang sering dan durasi pekerjaan yang lama. Dampak buruk yang terjadi adalah punggung pekerja akan memiliki keterbatasan saat bergerak.

Hal ini diperkuat dengan penuturan Priyadi (2011) bahwa saat membungkuk tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh, otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami tekanan, kemudian pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebral disk akan mengalami peregangan, sehingga terjadi rasa nyeri pada punggung bagian bawah (gangguan muskuloskeletal).

4.3 Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja

Berdasarkan hasil penilaian postur kerja diketahui bahwa postur kerja pekerja menumbuk tergolong postur kerja yang tidak aman. Sebagai langkah yang tepat untuk meredesain pekerjaan maka dilakukan perbaikan postur kerja pekerja aktivitas menumbuk dengan memberikan usulan desain perbaikan fasilitas kerja yang sudah ada.

Berdasarkan pengamatan, pada kondisi kerja saat ini pekerja menumbuk dengan sikap tubuh yang tidak aman yaitu membungkuk berulang-ulang. Posisi tubuh tersebut terlihat pada saat pekerja memegang tongkat penumbuk ketika gerakan memberikan tekanan pada adonan. Tongkat penumbuk merupakan salah satu fasilitas kerja yang berhubungan langsung dengan aktivitas menumbuk dimana posisi pekerja menggunakan tongkat penumbuk sangat berpengaruh pada postur kerja pekerja. Pada Gambar 4.9 ditunjukkan bentuk tongkat penumbuk yang digunakan untuk aktivitas menumbuk saat ini. Sementara posisi kerja pekerja saat menumbuk menggunakan tongkat penumbuk tersebut sebelumnya telah ditunjukkan pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, Gambar 4.3, dan Gambar 4.4.

(22)

IV - 22

Gambar 4.9 Tongkat Penumbuk yang Digunakan Saat Ini

Akibat dari postur kerja yang tidak aman tersebut dirasakan keluhan/gangguan tubuh oleh pekerja yaitu rasa nyeri pada bahu kanan dan kiri, pergelangan tangan kanan dan kiri, jari-jari tangan kanan dan kiri, serta bagian punggung. Kunci untuk menyelesaikan permasalahan postur kerja pada penumbukan yaitu mengubah posisi kerja yang semula membungkuk menjadi tidak membungkuk yang harus disesuaikan dengan dimensi tubuh pekerja.

Untuk memperbaiki postur kerja penumbukan diberikan usulan desain fasilitas kerja berupa tongkat penumbuk. Dalam pembuatan desain tongkat penumbuk dilakukan penyesuaian dengan antropometri tubuh pekerja agar tercipta kenyamanan dalam bekerja.

4.3.1 Penentuan Komponen

Dalam mendesain usulan tongkat penumbuk perlu ditentukan komponen penyusun tongkat penumbuk yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Bill of Material dari produk tongkat penumbuk disajikan pada Gambar 4.10.

Tongkat penumbuk

Tubuh tongkat Bantalan pegangan

Level 0

Level 1

Gambar 4.10 Bill of Material Tongkat Penumbuk

(23)

IV - 23 Berikut ini penjelasan komponen penyusun:

1. Tubuh tongkat

Tubuh tongkat merupakan komponen utama dalam tongkat penumbuk.

Dikarenakan pada saat menumbuk terdapat sentakan yang berulang-ulang terjadi antara tongkat dengan lumpang maka dibutuhkan tubuh tongkat yang kuat dan tidak mudah patah. Kemudian karena obyek yang ditumbuk yaitu gendar bersifat basah maka dibutuhkan tongkat penumbuk yang tahan terhadap kondisi lembab. Selain tahan terhadap gendar yang bersifat lembab, tongkat penumbuk juga harus tahan terhadap perubahan cuaca sekitar baik panas maupun hujan, serta tahan terhadap hewan pengerat seperti rayap.

Seperti pada tongkat penumbuk yang digunakan saat ini, tubuh tongkat penumbuk usulan juga terbuat dari bahan kayu jati. Menurut Martha (2012), kayu jati memiliki modulus elastisitas yang tinggi yaitu tahan terhadap gaya- gaya di luar kayu yang cenderung mengubah bentuk kayu dengan satu kali tekanan secara terus-menerus. Hal tersebut menunjukkan bahwa tongkat penumbuk dari kayu jati memiliki kekuatan yang baik sehingga tidak mudah patah akibat sentakan saat menumbuk. Kemudian berbicara mengenai ketahanan terhadap kelembaban atau cuaca yang tidak menentu, kayu jati bersifat higroskopis atau dapat menyerap dan melepaskan air, sehingga kelembaban kayu cenderung menyesuaikan kelembaban lingkungannya (Martha, 2012). Tingkat ketahanan terhadap kelembaban tersebut sulit ditemukan pada jenis-jenis kayu lainnya (Aldila, 2014). Selain itu keunggulan kayu jati yang lain yaitu pada kayu jati terkandung zat ekstraktif yang bersifat racun bagi unsur perusak kayu (Martha, 2012). Maka dari itu, hewan pengerat seperti rayap tidak dapat merusak kayu jati. Dengan demikian, pemilihan kayu jati sebagai material penyusun tubuh tongkat diharapkan dapat memenuhi spesifikasi tongkat penumbuk yang dibutuhkan.

2. Bantalan pegangan

Bantalan berfungsi untuk melapisi pegangan tongkat penumbuk. Tujuan diberikannya bantalan tersebut yaitu memberikan kenyamanan telapak tangan saat menggenggam pegangan agar tangan pekerja tidak langsung menggenggam pegangan tongkat yang keras dikarenakan terbuat dari kayu dan

(24)

IV - 24

menghindari gesekan langsung antara telapak tangan dengan tongkat akibat adanya sentakan vertikal saat menumbuk dimana gesekan yang terjadi terus- menerus akan menyebabkan cedera pada telapak tangan. Dimungkinkan pekerja juga mengeluarkan keringat dari telapak tangan sehingga diperlukan bahan bantalan yang mampu menyerap air (absorbsi) agar bantalan tidak licin karena keringat.

Bantalan pegangan terbuat dari bahan handuk katun (cotton towel).

Pemilihan bahan handuk katun didasarkan pada penjabaran spesifikasi yang diinginkan yaitu bahan bantalan yang bersifat lunak (soft) dan memiliki pori- pori untuk menyerap keringat. Adapun bahan katun bersifat lembut di tangan dan memiliki permukaan yang halus (Joshi, 2015). Bahan katun juga dikatakan berdaya serap baik (good absorbency) karena memiliki kemampuan menyerap air kurang dari 1 detik (Tzanov, 2001).

4.3.2 Perhitungan dan Penerapan Antropometri

Usulan desain tongkat penumbuk dibuat berdasarkan data antropometri pekerja agar tercapai kenyamanan dalam bekerja. Dalam menentukan dimensi antropometri yang akan diukur perlu diperhatikan interaksi antara pekerja dengan tongkat penumbuk yang digunakan yaitu ketika memegang tongkat dengan kedua tangan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat ditentukan dimensi antropometri yang dibutuhkan meliputi tinggi siku berdiri, lebar jari ke-2, 3, 4, 5,serta diameter lingkar genggam. Berikut ini penjelasan mengenai dimensi antropometri yang dibutuhkan dalam perancangan.

Tabel 4.14 Fungsi Penerapan Data Dimensi Antropometri No Dimensi antropometri

yang dibutuhkan Definisi dimensi Fungsi

1 Tinggi siku berdiri

Jarak vertikal dari lantai ke titik terbawah di sudut siku bagian kanan

Untuk menentukan posisi pegangan atau kopling tongkat penumbuk

2 Lebar jari ke-2, 3, 4, 5

Jarak antara kelingking bagian terluar dengan jari telunjuk bagian terluar

Untuk menentukan panjang pegangan atau kopling tongkat penumbuk

3 Diameter lingkar genggam

Garis tengah lingkaran bertemunya ibu jari dengan ujung telunjuk

Untuk menentukan diameter pegangan atau kopling tongkat

penumbuk

(25)

IV - 25

Data antropometri tersebut diambil dari 2 orang pekerja laki-laki yang berhubungan langsung dengan aktivitas menumbuk adonan gendar. Berikut ini rekapitulasi hasil pengukurannya dalam ukuran centimeter (cm).

Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Pengukuran Data Antropometri Pekerja

No Data antropometri yang diukur Pekerja 1 Pekerja 2

1 Tinggi siku berdiri 101,5 103,8

2 Lebar jari ke-2, 3, 4, 5 8,4 8,5

3 Diameter lingkar genggam 3,8 4

Untuk memperoleh batas ukuran yang diperlukan dalam perancangan, dilakukan penentuan dan perhitungan persentil agar ukuran mampu memfasilitasi seluruh pekerja untuk bekerja dengan nyaman, dimana persentil yang digunakan P- 5, P-50, dan P-95. Berikut ini adalah contoh perhitungan data antropometri pekerja dengan persentil untuk dimensi tinggi siku berdiri.

 Rata-rata 𝑥̅ =𝑥1+ 𝑥2

𝑁

𝑥̅ =101,5 + 103,8

2 = 102,65 𝑐𝑚

 Standar deviasi

𝑆𝐷 = √∑(𝑥𝑖− 𝑥̅)2 𝑁 − 1

𝑆𝐷 = √(101,5 − 102,65)2 + (103,8 − 102,65)2

2 − 1 = 1,626 𝑐𝑚

 Persentil ke-50 𝑃50 = 𝑥̅

𝑃50 = 102,65 𝑐𝑚

Rekapitulasi hasil perhitungan data antropometri pekerja dalam ukuran centimeter (cm) disajikan pada Tabel 4.16.

(26)

IV - 26

Tabel 4.16 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Data Antropometri Pekerja No Data antropometri

yang diukur Rata-rata SD P-5 P-50 P-95 1 Tinggi siku berdiri 102,65 1,626 - 102,65 - 2 Lebar jari ke-2, 3, 4, 5 8,45 0,071 - - 8,567 3 Diameter lingkar genggam 3,9 0,141 3,668 - - 4.3.3 Perhitungan Dimensi

Perhitungan dimensi berikut ini dilakukan berdasarkan hasil perhitungan antropometri yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.

1. Perhitungan tinggi penempatan pegangan atau kopling tongkat penumbuk dari alas lumpang

Karena bertujuan menciptakan posisi kerja yang nyaman maka perlu dihindari desain posisi pegangan tongkat yang menyebabkan pekerja membungkuk. Untuk menentukan tinggi penempatan pegangan tongkat penumbuk dibutuhkan data antropometri tinggi siku berdiri. Tinggi siku berdiri adalah titik sentral power zone yang merupakan data referensi untuk menentukan ketinggian landasan kerja seseorang (Tarwaka, 2011). Dengan membuat tinggi penempatan pegangan tongkat penumbuk sama dengan tinggi siku berdiri maka kemungkinan besar seseorang akan menumbuk dengan posisi tubuh berdiri tegak, atau dapat dikatakan terdapat kemungkinan kecil posisi tubuh pekerja membungkuk saat menumbuk. Pemberian persentil ke-50 (P-50) ditujukan agar pekerja yang memiliki tinggi siku berdiri lebih tinggi ataupun lebih rendah tetap bisa merasa nyaman menjangkau pegangan tongkat sehingga posisi pegangan tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah bagi pekerja. Sama seperti pada perhitungan panjang tongkat penumbuk, tebal alas kaki yang dipakai oleh pekerja sebesar 1 cm dan tebal alas lumpang sebesar 2 cm harus diperhitungkan untuk menentukan tinggi pegangan atau kopling tongkat penumbuk. Dengan mengambil hasil perhitungan data antropometri pada Tabel 4.16, perhitungan tinggi pegangan atau kopling tongkat penumbuk dari alas lumpang sebagai berikut:

= tinggi siku berdiri (P-50) + tebal alas kaki – tebal alas lumpang

= 102,65 𝑐𝑚 + 1 𝑐𝑚 − 2 𝑐𝑚 = 101,65 𝑐𝑚 ≈ 102 𝑐𝑚

(27)

IV - 27

2. Perhitungan panjang pegangan (kopling) tongkat penumbuk

Agar pegangan tangan pekerja pada tongkat penumbuk seimbang dan kokoh sehingga menghasilkan dorongan tongkat yang maksimal pada adonan gendar maka pegangan penumbuk digenggam dengan kedua tangan. Untuk menentukan panjang pegangan tongkat penumbuk, dibutuhkan data antropometri lebar jari ke-2, 3, 4, 5. Pemberian persentil ke-95 (P-95) ditujukan agar tangan pekerja yang memiliki lebar jari ke-2, 3, 4, 5 lebih besar tetap dapat masuk dan menggenggam pegangan tongkat penumbuk dengan nyaman. Selain itu, agar kedua tangan lebih leluasa menggenggam pegangan maka diberikan allowance sebesar 6 cm untuk jarak antar tangan dan jarak antara tangan dengan batas atas dan batas bawah pegangan tongkat. Karena jika panjang pegangan dibuat sama dengan lebar jari ke-2, 3, 4, 5 kedua tangan maka tidak ada ruang gerak tangan saat menggenggam pegangan. Dengan mengambil hasil perhitungan data antropometri pada Tabel 4.16, perhitungan panjang pegangan (kopling) tongkat penumbuk sebagai berikut:

= lebar jari ke-2, 3, 4, 5 untuk dua tangan (P-95) + allowance

= (8,567 𝑐𝑚 × 2) + 6 𝑐𝑚 = 23,134 𝑐𝑚 ≈ 24 𝑐𝑚

3. Perhitungan diameter pegangan atau kopling tongkat penumbuk

Untuk menentukan diameter pegangan (kopling) tongkat penumbuk, dibutuhkan data antropometri diameter lingkar genggam. Pemberian persentil ke-5 (P-5) ditujukan agar tangan pekerja yang memiliki diameter lingkar genggam lebih kecil tetap dapat menggenggam pegangan tongkat penumbuk dengan nyaman. Untuk mempertimbangkan kekuatan menumbuk yang bertumpu pada pegangan tongkat maka ditambahkan allowance agar pegangan tidak terlalu kecil sebagai tumpuan kekuatan tongkat. Jika pegangan tongkat terlalu kecil maka pegangan tongkat akan rentan patah. Dengan mengambil hasil perhitungan data antropometri pada Tabel 4.16, perhitungan diameter pegangan (kopling) tongkat penumbuk sebagai berikut:

= diameter lingkar genggam (P-5) + allowance

= 3,668 𝑐𝑚 + 1,5 𝑐𝑚 = 5,168 𝑐𝑚 ≈ 5,2 𝑐𝑚

(28)

IV - 28 4. Perhitungan panjang tongkat penumbuk

Untuk menentukan panjang tongkat penumbuk dibutuhkan tinggi penempatan pegangan dan panjang pegangan tongkat. Diberikan penambahan panjang tongkat di bagian atas pegangan sebesar 12 cm yang berfungsi sebagai penyeimbang tongkat saat digunakan untuk menumbuk. Perhitungan panjang tongkat penumbuk sebagai berikut:

= tinggi penempatan pegangan + panjang pegangan + 12 cm

= 102 𝑐𝑚 + 24 𝑐𝑚 + 12 𝑐𝑚 = 138 𝑐𝑚 5. Perhitungan diameter tongkat penumbuk

Diameter untuk bagian bawah tongkat penumbuk dibuat berukuran 8 𝑐𝑚. Diameter tongkat penumbuk didesain lebih besar dari diameter pegangan.

Karena semakin besar diameter artinya semakin luas penampang suatu obyek, maka diharapkan dengan penampang tongkat yang lebih luas pekerja dapat menumbuk adonan gendar secara lebih efisien.

6. Perhitungan tebal dan panjang bantalan pegangan tongkat penumbuk

Untuk memberikan kenyamanan telapak tangan saat menggenggam pegangan dan menghindari gesekan langsung antara telapak tangan dengan tongkat akibat adanya sentakan secara vertikal saat menumbuk maka pada pegangan atau kopling tongkat penumbuk diberi suatu bantalan atau pelapis.

Material bantalan pegangan adalah handuk katun, dimana salah satu handuk katun yang dijual di pasaran memiliki tebal 4 𝑚𝑚 atau setara 0,4 𝑐𝑚. Panjang bantalan pegangan sama dengan panjang pegangan tongkat penumbuk yaitu 24 𝑐𝑚 dikarenakan bantalan melapisi seluruh permukaan pegangan tongkat.

7. Perhitungan berat tongkat penumbuk

Untuk menghitung berat usulan tongkat penumbuk perlu diketahui berat jenis material tongkat, dimana dari pembahasan sebelumnya material tongkat adalah kayu jati. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tahun 2013 tentang Spesifikasi Desain untuk Konstruksi Kayu, berat jenis kayu jati sebesar 670 kg/m3. Dengan mengetahui volume usulan tongkat penumbuk dapat dihitung berat dari usulan tongkat. Untuk menghitung volume usulan tongkat digunakan dimensi-dimensi usulan tongkat penumbuk yang telah ditentukan sebelumnya.

Satuan centimeter (cm) diubah ke satuan meter (m). Berikut ini perhitungannya.

(29)

IV - 29

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑜𝑏𝑦𝑒𝑘 𝑏𝑒𝑟𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑒𝑟 = 𝜋 × 𝑟 × 𝑟 × 𝑡 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 = (22

7 × 0,04 × 0,04 × 1,14) + (22

7 × 0,026 × 0,026 × 0,24)

= 0,0057 𝑚3+ 0,0005 𝑚3= 0,0062 𝑚3 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 × 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

= 0,0062 𝑚3× 670 𝑘𝑔 𝑚3

= 4,154 𝑘𝑔

Berikut ini rekapitulasi ukuran dari dimensi tongkat penumbuk. Untuk memperjelas ukuran disajikan gambar teknik desain tongkat penumbuk yang diusulkan pada Gambar 4.13.

Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Dimensi Tongkat Penumbuk

No Dimensi yang Dihitung Ukuran

1 Tinggi penempatan pegangan atau kopling

tongkat penumbuk dari alas lumpang 102 cm 2 Panjang pegangan atau kopling tongkat

penumbuk 24 cm

3 Diameter pegangan atau kopling tongkat

penumbuk 5,2 cm

4 Panjang tongkat penumbuk 138 cm

5 Diameter tongkat penumbuk 8 cm

6 Bantalan pegangan atau kopling tongkat

penumbuk (tebal × panjang) 0,4 cm × 24 cm

7 Berat tongkat penumbuk 4,154 kg

4.3.4 Gambar Desain

Desain tongkat penumbuk dibuat dengan menggunakan Catia V5R20 Software. Ukuran desain dibuat berdasarkan hasil perhitungan dimensi yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut ini disajikan desain tiap komponen tongkat penumbuk yang diusulkan dalam bentuk 3D yang terdiri dari tubuh tongkat dan bantalan pegangan pada Gambar 4.11 dan Gambar 4.12, serta gambar teknik desain tiap komponen dalam bentuk 2D pada Gambar 4.13.

(30)

IV - 30

Gambar 4.11 Desain Tubuh Penumbuk dalam Bentuk 3D

Gambar 4.12 Desain Bantalan Pegangan dalam Bentuk 3D

(31)

IV - 31

Gambar 4.13 Gambar Teknik Desain Tubuh Penumbuk dan Bantalan Pegangan Bentuk assembly dari desain usulan tongkat penumbuk dalam bentuk 3D ditunjukkan pada Gambar 4.14.

Keterangan:

1 : panjang tongkat penumbuk

2 : tinggi penempatan pegangan tongkat penumbuk 3 : panjang pegangan tongkat penumbuk

4 : diameter pegangan tongkat penumbuk 5 : diameter tongkat penumbuk

6 : tebal bantalan pegangan tongkat penumbuk 7 : panjang bantalan pegangan tongkat penumbuk

5

4

3

1

2

6 7

(32)

IV - 32

Gambar 4.14 Desain Usulan Tongkat Penumbuk dalam Bentuk 3D

Berikut ilustrasi penerapan tongkat penumbuk dalam aktivitas menumbuk dengan model manusia sebagai pekerja. Obyek lumpang didesain sesuai dengan lumpang yang telah digunakan saat ini.

Gambar 4.15 Ilustrasi Postur Tubuh terhadap Hasil Desain Usulan Tongkat Penumbuk

(33)

IV - 33

4.3.5 Penilaian Postur Kerja Setelah Menerapkan Usulan

Seperti pada penilaian postur kerja sebelum menerapkan usulan, penilaian postur kerja setelah menerapkan usulan juga dilakukan dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Penilaian skor dilakukan dengan bantuan REBA worksheet, sementara pengukuran sudut dilakukan dengan bantuan CorelDRAW X4 software. Penilaian ini dilakukan saat model manusia melakukan gerakan aktivitas menumbuk yaitu saat mengangkat tongkat penumbuk (disebut postur kerja 1), saat menekan adonan menggunakan tongkat penumbuk (disebut postur kerja 2), dan saat melakukan aktivitas mengulen atau mengaduk adonan dengan sedikit tekanan (disebut postur kerja 3). Berikut ini penilaian postur kerja dengan metode REBA.

1. Postur Kerja 1

Berikut ini adalah penarikan sudut-sudut postur kerja 1 untuk postur kerja saat model manusia melakukan aktivitas menumbuk.

Gambar 4.16 Postur Kerja 1 Menerapkan Usulan Tongkat Penumbuk Penjelasan dan penilaian skor REBA berdasarkan Gambar 4.16 adalah sebagai berikut:

(34)

IV - 34 Grup A

Batang tubuh/badan (trunk) Sudut : 8,09o

Skor : 2

Penjelasan : Karena sudut batang tubuh sebesar 8,09o atau besar sudut berada di antara 0o dan 20o ke depan maka diberi skor 2.

Leher (neck) Sudut : 11,9o Skor : 1

Penjelasan : Karena sudut leher sebesar 11,9o atau besar sudut berada di antara 10o dan 20o maka diberi skor 1.

Kaki (legs) Sudut : 8,02o Skor : 1

Penjelasan : Karena bertumpu pada dua kaki atau kaki dalam keadaan seimbang, serta tidak terdapat adjustment karena sudut sebesar 8,02o maka kaki diberi skor 1.

Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A.

Dengan mencermati angka dalam tabel A sesuai dengan skor-skor bagian tubuh grup A yang telah dinilai sebelumnya, diperoleh skor tabel A. Berikut ini adalah tabel A yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi skor grup A:

Batang tubuh : 2

Leher : 1

Kaki : 1

(35)

IV - 35

Tabel 4.18 Penentuan Skor Tabel A Postur Kerja 1 Menerapkan Usulan Tongkat Penumbuk

Untuk mendapatkan total skor A, skor tabel A ditambahkan dengan skor beban (load). Beban (load) diberi skor 0 karena berat tongkat penumbuk 4,154 kg dimana besarnya <5 kg dan diberi adjustment +1 karena berkekuatan cepat, sehingga total skor beban (load) adalah 1.

Total skor A = skor tabel A + skor beban Total skor A = 2 + 1

= 3 Grup B

Lengan atas (upper arm) Sudut : 38,9o

Skor : 2

Penjelasan : Karena sudut lengan atas sebesar 38,9o atau berada di antara 20o dan 45o maka diberi skor 2.

Lengan bawah (lower arm) Sudut : 98,36o

Skor : 1

Penjelasan : Karena sudut lengan bawah sebesar 98,36o atau berada di antara 60o dan 100o maka diberi skor 1.

Pergelangan tangan (wrist) Sudut : 8,73o

Skor : 1

Penjelasan : Karena sudut pergelangan tangan sebesar 8,73o atau berada di antara 0o dan 15o maka diberi skor 1.

Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B.

Dengan mencermati angka dalam tabel B sesuai dengan skor-skor bagian tubuh

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Badan

Leher

1 2

Kaki

3

(36)

IV - 36

grup B yang telah dinilai sebelumnya, diperoleh skor tabel B. Berikut ini adalah tabel B yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi skor grup B:

Lengan atas : 2

Lengan bawah : 1

Pergelangan tangan : 1

Tabel 4.19 Penentuan Skor Tabel B Postur Kerja 1 Menerapkan Usulan Tongkat Penumbuk

Untuk mendapatkan total skor B, skor tabel B ditambahkan dengan skor kopling/pegangan. Kopling diberi skor 0 karena kekuatan kopling baik dan dimensi sudah disesuaikan dengan antropometri genggaman tangan operator.

Total skor B = skor tabel B + skor kopling Total skor B = 1 + 0

= 1

Penentuan skor akhir dilakukan dengan menggabungkan total skor A dan total skor B dengan menggunakan tabel C. Dengan mencermati angka dalam tabel C sesuai dengan total skor A dan total skor B yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh skor tabel C. Berikut ini adalah tabel C yang ada pada worksheet metode REBA dan penentuan skornya.

Rekapitulasi total skor A-B:

Total skor A : 3 Total skor B : 1

Pergelangan 1 2 3 1 2 3 1 1 2 2 1 2 3 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 8 6 7 8 8 8 9 9

Lengan Atas

Lengan Bawah

1 2

Gambar

Tabel 4.5  Penentuan Skor Tabel B Postur Kerja 2 Pekerja ke-1
Tabel 4.6  Penentuan Skor Tabel C Postur Kerja 2 Pekerja ke-1
Gambar 4.7 Penarikan Sudut Postur Kerja 1 Pekerja ke-2
Tabel 4.7  Penentuan Skor Tabel A Postur Kerja 1 Pekerja ke-2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan teori peran dari Stryker ini dapat mengeksplorasi kehidupan individu- individu sebagai makhluk sosial yang terlibat dalam ke tiga peran, karena menurut

Guru mendorong agar siswa dapat menyampaikan semua ide yang dimiliki dalam upaya pemecahan masalah.. Siswa mempresentasikan hasil karyanya dalam pemecahan masalah (hasil

Kelenjar sebaseus yang hiperaktif menyebabkan produksi lipid berlebihan sehingga kadar lipid pada kulit tinggi dan mengakibatkan kulit berminyak.. Jika produksi

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis dan pengujian secara eksperimen di Laboratorium adalah momen nominal hasil analisis pada kolom beton bertulangan bambu wulung

Analisis petrografi bertujuan untuk penamaan batu sedimen serta memperoleh data penunjang bagi Provenance agar dapat diketahui bagaimana kandungan persentase batuan baik

Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk merancang sistem informasi yang mempercepat proses pencatatan kelahiran Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab.. Dalam

3.1.1 Perbandingan antara Target dan Realisasi Kinerja Tahun 2018 Pengukuran realisasi kinerja tahun tahun 2018 dilakukan dengan membandingkan target yang telah ditetapkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi dan taktik partai demokrat pada pemilihan legislative di Kabupaten Halmahera Utara serta mengetahui