• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MURID KELAS V SD INPRES TODDOPULI 1 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MURID KELAS V SD INPRES TODDOPULI 1 MAKASSAR"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh NUR RAHMAH

10540 9246 14

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2019

(2)
(3)
(4)

bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (QS. Al-Insyirah:6-8)”.

“Jangan ingat lelahnya belajar, tapi ingat buah manisnya yang bisa dipetik kelak ketika kita sukses”.

“Jadilah orang yang rajin sebelum menyesali kemalasan yang membuat kita melewatkan kesempatan emas”.

“Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama untuk menyelesaikannya”.

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah”. (Rahma)

Sujud Syukur kepada Allah SWT, Kupersembahkan karya ini kepada:

Yang teristimewa kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Bahrul Amin dan Ibunda Nurmiah, serta Nenekku tercinta, yang selalu memberiku cinta dan

kasih sayang, mendidik dan membimbingku hingga dewasa, memberikan motivasi serta doanya. Dan untuk adikku tersayang, yang selalu memberikan

semangat dan selalu mengajarkanku untuk pantang menyerah.

vi

(5)

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Nurdin dan pembimbing II Rubianto.

Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penerapan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar, sebanyak 27 orang murid.

Teknik analisis data menggunakan uji-t untuk menguji pengaruh Penerapan Model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS.

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar berupa pre-test dan post-test. Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhitungan pada hasil belajar Pre-test yaitu hasil yang dicapai rata-rata sebesar 48,57 dengan presentase ketuntasan sebesar 18, % dan hasil belajar Post-test yaitu hasil yang dicapai rata-rata sebesar 71,07 dengan presentase ketuntasan sebesar 92,40 berpengaruh terhadap hasil belajar IPS murid.

Kata kunci: Model Quantum Teaching, hasil belajar

vii

(6)

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillah puji dan syukur Kehadirat Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya, yang senantiasa diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir dalam rangka penyelesaian studi sarjana program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tuaku Ayahanda Bahrul Amin, dan Ibunda Nurmiah atas segala pengorbanan, kasih sayang dan jerih payahnya selama membesarkan, mendidik, memberikan motivasi, serta doa yang tak henti-hentinya demi keberhasilan mencapai cita-cita.

Teruntuk Saudaraku, Muh.Ridwan, terima kasih atas dukungan dan bantuan selama ini baik moral maupun materil.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Drs. H. Nurdin, M.Pd, pembimbing I dan Rubianto, S.Pd,.M.Pd pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya untuk bimbingan, arahan, motivasi serta memberikan semanagat dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis juga hanturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Rahman Rahim, S.E., M.M, Rektor Universitas Muhammadiyah

viii

(7)

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Ernawati, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Nasrun, S.Pd,.M.Pd, Penasehat Akademik yang senantiasa memberikan masukan dan bimbingan selama proses perkuliahan, Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah ikhlas mentransfer ilmunya kepada penulis, serta seluruh staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bantuan dan motivasi serta kemudahan dalam setiap langkah menuju kesuksesan.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada kepala SD Inpres Toddopuli 1 Makassar Ibu Dra. Seniwati,.MM dan Bapak Muhammad Fadli, S.Pdi selaku guru kelas V di sekolah tersebut yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian.

Penulis ucapakan terima kasih kepada Keluarga kecil G2, Sahabat- sahabatku, serta teman-teman seangkatan PGSD 2014 yang telah memberikan persaudaraan, semangat, dukungan, saran maupun kritikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan baik dalam bentuk penyajian maupun bentuk penggunaan bahasa, karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis, oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis

ix

(8)

imbalan berlipat ganda dari Allah Swt dan kita semua seanantiasa mendapatkan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, Aamiin.

Wassalamu Alaikum Wr.Wb.

Makassar, Agustus 2019

Penulis

x

(9)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Penelitian yang Relevan ... 8

2. Model Quantum Teaching ... 9

3. Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar ... 19

4. Hasil Belajar ... 22

xi

(10)

A. Jenis Penelitian ... 28

B. Desain Penelitian ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 29

D. Definisi Operasional Variabel ... 30

E. Variabel Penelitian ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data ... 31

G. Instrumen Penelitian ... 32

H. Teknik Analisis Data ... 32

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xii

(11)

3.1 Desain Penelitian ... 28 3.2 Kategorisasi Standar Penilaian yang Ditetapkan Departemen

Pendidikan Nasional... 33 3.3 Kategori Nilai Ketuntasan Murid ... 33 4.1 Rekapitulasi Hasil Penerapan Model Quantum Teaching SD

Inpres Toddopuli 1 Sebelum Perlakuan (Pretest) dan Setelah

Perlakuan (Posttest) ... 37 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar (Pretest) ... 38 4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Pada Saat Pretest ... 39 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar (Posttest) ... 40 4.5 Deskrisi Ketuntasan Hasil Belajar Pada Saat Posttest ... 41

xiii

(12)

2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 26 4.1 Diagram Skor Hasil Belajar Murid Kelas V ... 39 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Pada Saat Posttest ... 41

xiv

(13)

Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan guna membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan, manusia tidak akan pernah maju serta kehidupan manusia menjadi sirna.

Pendidikan harus menjadi hal yang utama dalam kehidupan, dengan adanya pendidikan manusia akan menjadi pribadi yang berbobot serta bermartabat.

Pendidikan juga untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilannya. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.

Pendidikan pada dasarnya merupakan sebuah interaksi. Dalam kegiatan interaksi tersebut ada dua komponen yang saling terkait, yaitu guru dan murid.

Guru bertindak sebagai pendidik atau pengajar, sedangkan murid bertindak sebagai peserta didik. Sebagai peserta didik, murid akan menunjukkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari suatu kegiatan belajar serta pencapaian tujuan pendidikan tertentu.

1

(14)

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antar guru dan murid dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri pesrta didik itu sendiri seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada dalam luar diri murid seperti lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu murid agar dapat belajar dengan baik.

Dunia pendidikan merupakan salah satu modal utama dalam kehidupan.

Hal ini didasari oleh banyaknya disiplin ilmu yang dipelajari dalam dunia pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan karakter dan nilai-nilai di dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaan.

Guru memiliki peranan yang sangat penting kerena guru harus menyampaikan materi dengan efektif dan guru juga dituntut untuk menggunakan model dan media pembelajaran dalam proses pemebelajarannya.

Terutama pada Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang memiliki banyak muatan materi yang bisa menambah pengetahuan siswa.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008:162) tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah agar siswa memiliki kemampuan: 1) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 2) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, dan tingkat global.

(15)

Setelah mengetahui tujuan yang dikandung dalam mata pelajaran IPS, maka diharapkan pembelajaran di sekolah merupakan suatu kegiatan yang disenangi, menantang dan bermakna bagi murid. Sesuai kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan dinamis, maka pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan kemampuan murid agar menjadi anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan yang luas.

Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode dan model pembelajaran. Guru dituntut untuk selalu melakukan inovasi-inovasi terhadap kegiatan belajar-mengajar agar murid tidak mengalami kebosanan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pemilihan model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan yang sesuai dengan potensi murid merupakan keterampilan dasar dan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Hal inilah yang mendasari pandangan tentang ketepatan guru dalam memilih model dan metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar murid. Demi ketercapaian hasil belajar yang optimal, proses pembelajaran dijenjang persekolahan perlu adanya pembaharuan yang serius dengan mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai serta dapat lebih mengikutsertakan murid dalam pembelajaran tersebut.

Berdasarkan observasi awal tanggal 10 April 2019 di SD Inpres Toddopuli 1 Makassar menunjukkan bahwa hasil belajar IPS murid kelas V belum optimal, kurangnya variasi dalam proses pembelajaran serta tidak

(16)

ditemukannya media pembelajaran. Di samping itu, juga disebabkan oleh model pembelajaran yang kurang menarik sehingga murid cepat merasa bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga tidak tercapainya proses pembelajaran dengan baik. Hal ini menyebabkan rata-rata murid kurang fokus dengan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Kebanyakan murid tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. murid kurang berani mengangkat tangan jika ada pertanyaan yang diajukan mengenai materi yang sedang berlangsung. Murid terlihat kurang bersungguh-sungguh dalam proses pembelajaran IPS sehingga tidak nampak pada diri murid yang memiliki semangat dalam belajar. Dalam proses pembelajaran IPS murid hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan materi dari guru, tidak adanya timbal balik antara guru dan murid yang menciptakan komunikasi secara langsung. Sebab, dalam proses pembelajaran guru tidak memberikan sebuah penguatan kepada murid.

Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk membuat suasana pembelajaran yang lebih menarik. Strategi pengajaran dalam IPS di Sekolah Dasar harus berdasarkan model-model pengajaran yang melibatkan murid secara aktif dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran yang kurang optimal akan berdampak pada hasil belajar murid. Oleh karena itu, diperlukannya pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik murid dan dapat membuat pembelajaran IPS menjadi lebih menyenangkan. Pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang menuntut murid untuk memiliki ingatan yang mampu dipahami dalam

(17)

jangka waktu yang panjang. Untuk memberikan pemahaman yang dapat dibentuk sendiri oleh murid maka perlu adanya suatu model pembelajaran yang lebih bervariasi dan tentunya tepat guna.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan menjadikan murid menjadi lebih aktif dan mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah model pembelajaran Quantum Teaching.

Quantum Teaching akan mengarahkan proses pembelajaran dari situasi belajar yang Learning with effort yaitu keadaan belajar yang tidak fleksibel dan monoton seperti murid harus mendengarkan semua penjelasan guru tanpa boleh mengeluarkan bantahan atau kritik, akan menjadi Learning with fun yaitu situasi yang membuka kesempatan murid tanpa tekanan dengan ringan mengusulkan saran dan kritikan. Apalagi dalam pembelajaran murid, Learning with effort menjadi hal yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti kemauan berusaha, mudah bosan, dan sebagainya.

Model Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif, mendesain pembelajaran menjadi lebih menarik, penyampaian isi dan proses pembelajaran menjadi lebih mudah dan menyenangkan (DePorter, 2011:33). Berdasarkan hal tersebut bahwa dengan menerapkan model Quantum Teaching maka proses pembelajaran menjadi lebih bermakna karena model ini melibatkan atau memanfaatkan segala sesuatu yang dapat mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.

(18)

Melalui model ini diharapkan suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna bagi murid sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar IPS Murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Apakah ada pengaruh penerapan pembelajaran model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh penerapan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi akademisi atau lembaga pendidikan, sebagai informasi mengenai gambaran pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.

(19)

b. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai pengalaman yang bersifat ilmiah dan sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbaikan proses pembelajaran yang mengutamakan pada keterlibatan siswa secara aktif dan keterampilan dalam mengelola pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching.

b. Bagi murid, sebagai upaya dalam menigkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.

c. Bagi sekolah, sebagai upaya dalam meningkatan kualitas pembelajaran di kelas yang akan memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas sekolah.

(20)

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas dalam skripsi ini.

a. Gustiani dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN 38 Ampenan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dan persentase aktivitas guru dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching pada 2 siklus selalu mengalami peningkatan. Hal ini dapat lihat pada hasil belajar siswa pada siklus I dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 68% menjadi 92% pada siklus II, dengan rata-rata siswa pada siklus I adalah 76,76 dan siklus II sebesar 88,68. Sedangkan persentase aktivitas guru pada siklus I yaitu 76,31% menjadi 92,10% pada siklus II. Peningkatan persentase ketuntasan belajar adalah 24% dan peningkatan rata-rata siswa sebesar 11,92%.

b. Reteni dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Quantum Teaching pada Siswa Kelas V SD N Puro Pakualaman I Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Quantum teaching dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SDN Puro Pakualaman I Yogyakarta. Hasil tes yang telah diperoleh pada setiap akhir

8

(21)

siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar PKn. Peningkatan yang terjadi pada siklus I sebesar 33,33% yaitu dari 20% menjadi 53,33%.

Peningkatan siklus II sebesar 36,67% yaitu dari 53,33% menjadi 90%.

c. Kurniyati dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Menerapkan Model Pembelajaran Quantum Teaching di SDN Balong”. Kondisi awal (pratindak) tidak ada siswa yang (0%) yang memperoleh nilai ≥75. Pada siklus I sebanyak 18 siswa (78%) telah memperoleh nilai ≥70. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa naik menjadi 83% atau 20 siswa memperoleh nilai ≥75. Nilai rata-rata pada kondisi awal sebelum tindakan sebesar 46,5, meningkat menjadi 78,6 pada silus I, dan meningkat menjadi 82,3 pada siklus II.

Berdasarkan uraian di atas penelitian tersebut relevan karena penelitian tersebut mengungkapkan keberhasilan penerapan model Quantum Teaching yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian mengenai model Quantum Teaching. Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa penggunaan model Quantum Teaching tersebut ternyata juga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Murid dalam belajar. Oleh sebab itu dalam hal ini penulis tertarik untuk menindaklanjuti penelitian tersebut, namun dengan subjek dan objek yang berbeda serta menggunakan pokok bahasan yang berbeda pula.

2. Model Quantum Teaching a. Pengertian Quantum Teaching

Teori Quantum Teaching pertama kali dikembangkan oleh DePorter yang mulai dipraktekkan pada tahun 1992, dengan mengilhami rumus yang terkenal

(22)

dalam fisika quantum yaitu massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itulah mendefinisikan quantum sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.

Kata Quantum berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.

Jadi Model Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi didalam kelas. Bila model pembelajaran ini diterapkan, maka guru akan lebih mencintai dan lebih berhasil dalam memberikan materi serta lebih dicintai siswa karena guru mengoptimalkan berbagai model.

Quantum Teaching adalah model pembelajaran yang dapat membagi unsur-unsur pembelajaran menjadi dua kategori seperti konteks dan isi (Rachmawati, 2012). Kategori konteks meliputi: suasana hati, suasana lingkungan belajar yang diatur dengan baik, dasar pembelajaran, presentasi dan fasilitas. Sedangkan kategori isi meliputi: pengajar akan menemukan keterampilan bagaimana mengatakan kurikulum, pengajar akan menemukan strategi belajar yang diperlukan oleh peserta didik, yaitu: baik presentasi, fasilitas yang dinamis, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup (Riyanto, 2012).

Menurut DePorter dkk (2011:34) Pembelajaran quantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman dan interdeerminisme. Interaksi-interaksi yang dimaksud

(23)

mengubah kemampuan dan bakat alamiah murid menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Sa’ud dalam Kosasih (2013:75) bahwa pembelajaran quantum mengonsep tentang menata lingkungan belajar yang tepat, bagaimana upaya penataan situasi lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Sementara itu, Huda (2014:192) berpendapat bahwa pembelajaran quantum merupakan model pembelajaran yang menyenangkan yang diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat secara menyeluruh. Sejalan dengan hal tersebut, Kosasih dan Dede (2013:76) mengungkapkan bahwa pembelajaran quantum adalah model pembelajaran yang menyenangkan serta melibatkan segala dinamika yang menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dan menyertakan segala aspek-aspek yang memaksimalkan momentum untuk belajar.

Model Pembelajaran Quantum Teaching adalah proses belajar dengan memberikan latar belakang dan strategi untuk meningkatkan pembelajaran dan membuat proses tersebut lebih menyenangkan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sa’ud dalam Kosasih (2013:75) bahwa pembelajaran quantum mengonsep tentang menata lingkungan belajar yang tepat, bagaimana upaya penataan situasi lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental.

Sementara itu, Huda (2014:192) berpendapat bahwa pembelajaran quantum merupakan model pembelajaran yang menyenangkan yang diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga hasil belajar siswa dapat

(24)

meningkat secara menyeluruh. Sejalan dengan hal tersebut, Kosasih dan Dede (2013:76) mengungkapkan bahwa pembelajaran quantum adalah model pembelajaran yang menyenangkan serta melibatkan segala dinamika yang menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dan menyertakan segala aspek-aspek yang memaksimalkan momentum untuk belajar.

Berdasarkan pandangan ahli tersebut tentang definisi pembelajaran quantum, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran quantum adalah salah satu model pembelajaran yang melibatkan seluruh aspek-aspek yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna bagi pendidik dan peserta didik.

b. Prinsip Model Quantum Teaching

Quantum Teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Serupa dengan Asas Utama, Bawalah Dunia Mereka Ke Dunia Kita, Antarkan Dunia Kita Ke Dunia Mereka, prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek Quantum Teaching. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1) Segalanya berbicara

Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh kita, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.

2) Segalanya Bertujuan

Semua yang terjadi dalam pengubahan anda mempunyai tujuan.

(25)

3) Pengalaman sebelum pemberian nama

Otak berkembang pesat dengan adalanya ransangan kompleks, yang akan mengerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar yang paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika adanya rangsangan yang kompeleks selanjutnya akan menggerakkan rasa keingintahuan.

4) Akui Setiap Usaha

Semua usaha belajar yang telah dilakukan oleh peserta didik harus memperoleh pengakuan guru dan peserta didik lainnya. Pengakuan ini penting agar peserta didik selalu berani dalam melangkah ke pembelajaran berikutnya. Selain itu, proses pembelajaran murid seharusnya dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko.

5) Merayakan keberhasilan

Segala sesuatu yang telah dipelajari oleh murid sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan motivasi kepada peserta didik untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Karakteristik Model Quantum Teaching

Model pembelajaran Quantum Teaching memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan model pembelajaran yang lain. Adapun karakteristik model Quantum Teaching adalah sebagai berikut (Kosasih dan Dede, 2013):

(26)

1) Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif.

2) Pembelajaran quantum lebih manusiawi, individu menjadi pusat perhatian, potensi diri, kemampuan berfikir, motivasi dan sebagainya diyakini dapat bekembang secara maksimal.

3) Pembelajaran quantum lebih bersifat konstruktif namun juga menekankan pentingnya peranan lingkungan pembelajaran yang efektif dan optimal dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

4) Pembelajaran quantum mensinergikan faktor potensi individu dengan lingkungan fisik dan psikis dalam konteks pembelajaran.

5) Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Interaksi menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran quantum.

6) Pembelajaran quantum sangat menekankan pada akselerasi pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

7) Pembelajaran quantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.

8) Pembelajaran quantum memilki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.

9) Pembelajaran quantum sangat menekankan pada kebermaknaan dan kebermutuan proses.

10) Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material.

(27)

Dunia pendidikan akan semakin maju ke depan, sebab Quantum Teaching akan membantu siswa dalam menumbuhkan minat siswa untuk terus belajar dengan semangat. Apalagi Quantum Teaching juga sangat menekankan pada pentingnya bahasa tubuh, seperti tersenyum, bahu tegak, kepala ke atas, mengadakan kontak mata dengan siswa, dan lain-lain. Humor yang bertujuan agar kegiatan belajar tidak membosankan, sehingga guru pun memiliki emotional intelligence, yaitu kemampuan untuk mengelola emosi secara matang. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan dengan penggunaan model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa.

d. Langkah-langkah Model Quantum Teaching

Rancangan pembelajaran Quantum Teaching yang dikembangkan oleh DePorter disebut dengan istilah TANDUR. TANDUR merupakan singkatan dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Adapun langkah-langkah Model Pembelajaran Quantum Teaching adalah sebagai berikut (DePorter dll.,2010:117).

1) Tumbuhkan

Tumbuhkan berarti sertakan diri mereka, pikat dan puaskan dengan AMBAK (Apakah Manfaatnya BagiKu). Atinya bahwa tumbuhkan minat belajar siswa dengan memberikan rasa puas pada pertanyaan “Apakah Manfaat BagiKu”

(AMBAK) yang ada pada pikiran mereka. Pada tahap ini, guru hendaknya menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat yang akan diperoleh setelah mempelajari materi atau mengingatkan materi penunjang yang sebelumnya sudah diperoleh siswa. Oleh karena itu, peran guru dalam memberikan

(28)

motivasi, semangat, dan rangsangan belajar kepada siswa menjadi hal yang sangat penting.

2) Alami

Unsur ini memberikan pengalaman kepada siswa dan mendorong hasrat alami otak untuk “menjelajah”. Proses pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa mengalami secara langsung materi yang diajaran. “pengalaman dapat menciptakan ikatan emosional, menciptakan peluang untuk pemberian makna, dan pengalaman membangun keinginan siswa” (Wena,2011:165).

3) Namai

Namai yang dimaksudkan adalah tahap untuk menyediakan kata kunci dan mengerjakan konsep, keterampilan berfikir, dan strategi belajar yang menjadi pesan pembelajaran. Dengan melakukan praktek secara langsung maka siswa benar-benar bisa mencari rumus, menghitung dan memperoleh informasi baru (nama) yaitu dengan pengalaman yang dialami sehingga membuat pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi berarti.

4) Demonstrasikan

Demonstrasikan berarti berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. Artinya bahwa pada tahap ini guru memberikan peluang kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya dalam bentuk aktivitas belajar seperti menjawab pertannyaan, dan memberikan pendapat atau tanggapan.

(29)

5) Ulangi

Menunjukkan kepada siswa pengulangan materi yang diberikan dan menegaskan kepada siswa bahwa mereka benar-benar tahu tentang apa yang mereka pelajari. Maksud pengulangan tersebut tidak hanya bisa dilakukan disekolah, namun bisa juga dirumah. Mengulang materi pembelajaran yang telah dibahas dalam pembelajaran akan menguatkan koneksi saraf dan penguatan konsep yang telah dipelajari sehingga akan selalu diingat siswa.

6) Rayakan

Rayakan berarti berikan penghargaan atas prestasi yang positif, sehingga terus diulangi. Memberikan pengakuan atas upaya atau usaha yang dilakukan siswa baik yang dilakukan secara individu maupun berdiskusi. Perayaan berarti pemberian umpan balik yang positif kepada siswa atas keberhasilannya baik berupa pujian maupun pemberian hadiah, tepuk tangan, ataupun bentuk lainnya.

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Quantum Kelebihan Pembelajaran Quantum Teaching

Menurut Hamid (2011:104) beberpa kelebihan yang dimiliki oleh model Quantum Teaching adalah sebagai berikut:

1) Integritas, yakni bersikap jujur dan tulus, serta berperilaku baik.

2) Kegagalan merupakan awal kesuksesan. Kegagalan merupakan informasi yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan dalam pembelajaran.

3) Berbicara dengan niat baik, yaitu berbicara dengan pengertian positif dan bertanggung jawab agar dapat berkomunikasi dengan jujur dan lurus.

(30)

4) Memusatkan perhatian pada saat sekarang dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

5) Memiliki komitmen, yakni dengan melakukan apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

6) Bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukan.

7) Bersikap luwes atau fleksibel, yakni berusaha untuk bersikap terbuka terhadap perubahan atau pendekatan baru yang bisa membantu memeroleh hasil yang diinginkan.

8) Keseimbangan, yaitu dengan berusaha menjaga keselarasan antara pikiran, tubuh, dan jiwa.

Kekurangan Pembelajaran Quantum Teaching

Selain kelebihan-kelebihan yang telah diuraikan diatas, menurut Huda (2014:196) terdapat beberapa kelemahan yang dimiliki oleh Model Quantum Teaching dalah sebagai berikut:

1) Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus.

2) Memerlukan proses perancangan dan persiapan yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.

3) Tidak semua kelas memiliki sumber belajar, alat belajar dan fasilitas yang dijadikan persyaratan dalam pembelajaran quantum karena pembelajaran ini juga menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.

Berdasarkan pendapat ahli diatas tentang terdapat kelebihan dan kekurangan model Quantum Teaching, jika dalam proses penerapannya

(31)

dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah serta prinsip pembelajaran quantum maka kesulitan dalam proses pembelajaran akan dapat teratasi, begitu pula sebaliknya, ketika penerapannya tidak sesuai dengan langkah- langkah dan prinsipnya maka hasil pembelajaran tidak akan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar a. Definisi Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyerdahanaan, adaptasi, seleksi dan modifiksi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. IPS merupakan bagian-bagian dari ilmu sosial, yaitu geografi, sejarah dan ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi sosial.

IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, dan warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

(32)

b. Karakteristik Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Murid diarahkan untuk menjadi warga Negara Indonesia yang baik melalui pembelajaran IPS dalam lingkup Sekolah Dasar. Guru hendak bertanggung jawab atas penyampaian informasi kepada murid-muridnya. IPS juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, diharapkan pada berbagai permasalahan yang ada terjadi di lingkungan sekitarnya.

Pembelajaran IPS yang dikembangkan harus memperhatikan tingkat perkembangan psikologi siswa. Pendidikan Ilmu Sosial (IPS) disekolah Dasar harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia 6-12 tahun. “anak dalam kelompok usia 7-12 berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/

kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional”.

c. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar Pendidikan IPS adalah suatu ilmu yang mengkaji masalah-masalah sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan pengertian ini berarti IPS adalah ilmu yang mempelajari masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

Pada dasarnya pendidikan IPS merupakan penyederhanaan dari materi ilmu–ilmu sosial untuk keperluan pembelajaraan IPS di sekolah, dengan peyederhanaan materi tersebut, maka para siswa mudah dapat melihat, menganalisis dan memahami gejala- gejala dalam masyarakat lingkungannya, sedangkan pembelajaran pendidikan IPS mempergunakan pendekatan.

(33)

IPS untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil dalam mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat (Trianto, 2013:176).

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, penulis merumuskan tujuan pembelajaran IPS, yaitu mempersiapkan murid menjadi warga Negara Indonesia yang baik dan memiliki mental positif terhadap perbaikan, mengarahkan murid berkemampuan berpikir yang peka terhadap masalah sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat. IPS juga bertujuan sebagaimana sikap dan perilaku murid terhadap pelajaran berupa: penerimaan, jawaban atau sambutan, penghargaan, pengorganisasian, karakterisktik nilai dan menceritakan.

Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan satu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, dan strategi pembelajaran senantiasa benar- benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga Negara yang baik. Hal ini dikarenakan pengondisian iklim belajar merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan.

(34)

4. Hasil Belajar

a) Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar.

Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Purwanto, 2011: 46). Pendapat tersebut mengarah kepada seluruh perubahan yang terjadi pada diri peserta didik akibat proses belajar.

Lain halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Dimiyanti dan Mudjiono, 2013: 3) bahwa “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar “. Pendapat tersebut mengacu kepada hasil dari proses belajar melalui evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk skor. Sama halnya dengan Nawawi yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu (Susanto, 2013: 5).

b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan dalam belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: penguasaan metode mengajar guru, media pembelajaran yang digunakan, motivasi belajar siswa secara bersama-sama, dan persepsi

(35)

penguasaan konsep pada guru. Para ahli mengatakan bahwa keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh faktor yang bersumber dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal) individu yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Faktor Internal

Faktor internal meliputi kondisi fisik secara umum. Ditinjau dari ilmu Psikologi meliputi variabel kognitif yang di dalamnya termasuk kemampuan khusus (bakat) dan kemampuan umum (intelegensi). Sedangkan variabel non kognitifnya adalah minat, motivasi dan variabel-variabel kepribadian.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar yang meliputi aspek fisik dan sosial. Aspek fisik terdiri dari kondisi tempat belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Sedangkan aspek sosial adalah dukungan sosial dan pengaruh budaya.

Wina Sanjaya (2013: 15-21) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa diantaranya adalah guru, siswa, sarana dan prasarana, serta lingkungan.

a. Faktor guru

Guru adalah orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Guru tidak hanya berperan sebagai model dan teladan, akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning) oleh karena itu, efektivitas pembelajaran berada di pundak guru.

(36)

b. Faktor siswa

Siswa adalah organisme yang unik, berkembang sesuai tahap perkembangannya. Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda. Aspek yang mempengaruhi proses pembelajaran meliputi latar belakang, (pupil foemative experiences) siswa dan sikap yang dimiliki siswa (pupil properties).

c. Faktor sarana dan prasarana

Sarana merupakan segala sesuatu yang mendukung secara langsung kelancaran proses pembelajaran, seangkan prasarana adalah segala sesuatu yang tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran.

Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran.

d. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa ada dua, yaitu faktor organisasi kelas yang meliputi jumlah siswa atau kelas dan faktor iklim sosial-psikologis atau keharmonisan hubungan siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru.

Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang maksimal perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut.

Penelitian ini mengacu pada faktor eksternal yaitu model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Apabila guru kurang variatif dalam menerapkan model pembelajaran dan tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran maka siswa menjadi kurang tertarik dalam mengikuti kegiatan

(37)

pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya dalam mengajar guru menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa terlibat secara aktif dan menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa.

B. Kerangka Pikir

Hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar.

Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Belajar merupakan proses yang mengacu pada perubahan perilaku akibat dari proses pengalaman.

Upaya pembelajaran agar hasil belajar murid pada mata pelajaran IPS berhasil dilaksanakan secara efektif, kreatif bermakna dan menyenangkan bagi murid dengan memperhatikan segala aspek yang terlibat dalam proses pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah memperhatikan aspek psikologis murid.

Salah satu model pembelajaran yang mendukung dalam pembelajaran IPS, yaitu model pembelajaran Quantum Teaching. Model Quantum Teaching adalah pembelajaran yang menyenangkan serta melibatkan segala dinamika yang menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dan menyertakan segala aspek-aspek yang memaksimalkan momentum untuk belajar. Treatment yang akan dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching terhadap hasil belajar murid.

(38)

Berikut skema kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Masalah Proses Pembelajaran:

Penggunaan model yang kurang optimal, murid kurang fokus, kurang antusias, dan kurang

semangat dalam proses pembelajaran

Pretest

Treatment Model Quantum Teaching Rancangan Aktivitas belajar TANDUR meliputi:

1. Tumbuhkan 2. Alami 3. Namai

4. Demonstrasikan 5. Ulangi

6. Rayakan

posttest

Tidak ada pengaruh Ada pengaruh

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) murid kelas V SD Inpres

Toddopuli 1 Makassar

(39)

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang, kajian pustaka, maupun kerangka pikir, maka hipotesis penelitian ini adalah ”Ada pengaruh penerapan model Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar”.

(40)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu menggunakan metode penelitian eksperimen, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Quantum Teaching terhadap hasil belajar murid pada mata pelajaran IPS, diperlukan pengujian dan hasil dari pengujian tersebut berupa angka. Pada penelitian ini, data akan dianalisis secara kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah disiapkan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Pre Experimental dengan desain penelitian One Group Pretest-Posttest. Peneliti menggunakan desain ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching terhadap hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar. Peneliti ini tidak menggunakan kelas pembanding namun telah menggunakan tes awal sehingga besar efeknya pengaruh model pembelajaran Quantum Teaching dapat diketahui secara pasti.

Secara jelas, desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok (kelas) Pre-Test Treatment Post-Test

(41)

Keterangan:

O1= Nilai Pre-Test O2 = Nilai Post-test

X = Penerapan Model Quantum Teaching

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar tahun ajaran 2019/2020 dengan jumlah seluruh populasi adalah sebanyak 27 murid, 16 murid laki-laki dan 11 murid perempuan.

2. Sampel

Menurut Arikunto Suharsimi, pengambilan sampel pada penelitian ini mengacu pada pendapat bahwa apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil keseluruhan sehingga penelitiannya berupa penelitian populasi.

Sedangkan menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Dengan demikian Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Adapun yang terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas V SD Toddopuli 1 Makassar dengan jumlah keseluruhan sampel yaitu 27 murid, 16 murid laki-laki dan 11 murid perempuan.

28

(42)

D. Definisi Operasional Variabel

Secara operasional, definisi variabel penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Quantum Teaching adalah salah satu model pembelajaran yang melibatkan seluruh aspek-aspek yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna bagi pendidik dan peserta didik.

Rancangan aktivitas dalam model pembelajaran Quantum Teaching dimulai dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi Dan Rayakan atau yang dikenal dengan istilah TANDUR.

2. Hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar.

Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa dapat dilihat setelah diberikan perlakuan dan tes hasil.

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel Bebas (variabel X), yaitu model pembelajaran Quantum Teaching.

b. Variabel Terikat (variabel Y), yaitu hasil belajar IPS murid.

(43)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat dibutuhkan dalam penelitian ini, sebab dapat menentukan keberhasilan suatu penelitian. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat yang cukup valid. Teknik pada pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu:

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lainnya yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/ kelompok. Pada penelitian ini tes digunakan untuk mendapatkan data berupa hasil belajar IPS pada aspek kognitif atau pengetahuan. Bentuk tes dalam penilaian ini berupa isian yang dikerjakan murid secara individu. Tes diberikan kepada murid di akhir pelajaran IPS setelah menggunakan pembelajaran Quantum Teaching. Hal ini dilakukan sebagai upaya peneliti untuk mengetahui peningkatan keberhasilan belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching sebelum dan setelah dilaksanakannya tindakan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan segala bentuk dokumen untuk keperluan penelitian seperti gambar kegiatan murid, kondisi lingkungan belajar, lembar hasil observasi murid, lembar hasil observsi guru dan dokuman lainnya.

(44)

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Tes hasil belajar

Instrumen tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur peningkatan hasil belajar IPS murid. Tujuan dari tes ini untuk mengukur ketercapaian indikator dan mengetahui hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS melalui penerapan model Quantum Teaching.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah untuk memperkuat hasil penelitian.

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar. Dalam hal ini digunakan tabel distribusi frekuensi skor rata-rata, standar deviasi, skor minimum, dan skor maksimum. Guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil belajar IPS murid kelas V maka, dilakukan pengelompokan. Pengelompokan tersebut dilakukan ke dalam 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

(45)

Pedoman yang digunakan untuk mengelompokkan tingkat hasil belajar murid adalah pedoman yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional di bawah ini:

Tabel 3.2 Kategorisasi Standar Penilaian yang Ditetapkan Departemen Pendidikan Nasional

Sumber : Departemen Pendidikan Nasional.

Sedangkan untuk kategori ketuntasan murid, sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kategori Nilai Ketuntasan Murid

Nilai Kategori

≥ 70 Tuntas

≤ 70 Tidak tuntas

Sumber: SD Inpres Toddopuli 1 Makassar 2. Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial (sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas) adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya dilakukan untuk populasi. Statistik inferensial di gunakan untuk menguji hipotesis dan membuat generalisasi (Sugiyono, 2003:170) dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan

Skor Kategori

0 – 59 Sangat rendah

60 – 69 Rendah

70 – 79 Sedang

80 – 89 Tinggi

90 – 100 Sangat Tinggi

(46)

teknik statistik t ( uji t ). Uji t merupakan pengujian-pengujian variabel indivenden secara individu atau parsial apakah mempunyai pengaruh yang siknifikan terhadap variabel independen (Ghozali, 2005). Dengan tahapan sebagai berikut:

t =

Keterangan:

Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest X1 = hasil belajar sebelum perlakuan (pretest) X2 = hasil belajar setelah perlakuan (posttest) d = deviasi masing-masing subjek

∑ = Jumlah kuadrat deviasi N = subjek pada sampel

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut : a) Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:

Md = Keterangan:

Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest

= jumlah dari gain (posttest – pretest) N = subjek pada sampel.

b) Mencari harga “ ∑ ” dengan menggunakan rumus:

∑ = ∑

(47)

Catatan: ∑d diperoleh dari dari analisis pre-test dan post-test Keterangan :

∑ = jumlah kuadrat deviasi

= jumlah dari gain (post test – pre test) N = subjek pada sampel.

c) Mentukan harga t Hitung dengan menggunakan rumus:

t =

Keterangan :

Md = mean dari perbedaan pretest dan posttest X1 = hasil belajar sebelum perlakuan (pretest) X2 = hasil belajar setelah perlakuan (posttest) D = deviasi masing-masing subjek

∑ = Jumlah kuadrat deviasi N = subjek pada sampel

d) Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan Kaidah pengujian signifikan:

Jika t Hitung> t Tabel maka H o ditolak dan H 1 diterima, berarti penggunaan pendekatan Keterampilan proses berpengaruh terhadap hasil belajar IPS kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar Jika t Hitung< t Tabel maka H o diterima, berarti penggunaan pendekatan keterampilan proses

(48)

berpengaruh terhadap hasil belajar IPS kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar.

e) Menentukan harga t Tabel dengan Mencari t Tabel menggunakan tabel distribusi t dengan taraf signifikan

f) Membuat kesimpulan apakah penggunaan pendekatan keterampilan proses berpengaruh terhadap hasil belajar IPS kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar.

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Belajar Pre-Test IPS Murid Kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar

Pre-test adalah tahap awal dalam penelitian eksperimen ini. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peristiwa Proklamasi dan Perjuangan Mempertahankan Kemerdekan, setelah melalui tahap uji validitas, reliabilitas dan uji coba di SD, peneliti kemudian melaksanakan pre-test pada kelas eksperimen.

Hasil pre-test kemudian diolah dan dijadikan pedoman untuk melaksanakan tahap penelitian yang selanjutnya.

Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Penerapan Model Quantum Teaching SD Inpres 1 Toddopuli Sebelum perlakuan (Pretest) dan Setelah Perlakuan (Posttest)

Statistik Deskriptif

Nilai

Pretest Posttest

Mean 50 60

Median 50 60

Modus 50 80

Minimum 20 40

Maximum 80 90

Sumber :Hasil penelitian pretest dan posttest

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada tabel 4.1 di SD Inpres Toddopuli 1 Makassar, maka diperoleh data-data yang dikumpulkan

37

(50)

melalui instrumen tes sehingga dapat diketahui hasil belajar murid berupa nilai dari hasil tes yang dilakukan pada murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar.

Jika hasil tes murid dikelompokkan ke dalam skala 5 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut :

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar (Pretest) No Skor Kategori Frekuensi Persentase/

%

1. 0 – 59 Sangat rendah 8 28

2. 60 – 69 Rendah 10 39

3. 70 – 79 Sedang 4 14

4. 80 – 89 Tinggi 3 11

5. 90 – 100 Sangat tinggi 2 8

Jumlah 27 100

Sumber: Hasil Penelitian Pretest

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diperoleh bahwa dari 27 orang jumlah murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar, terdapat 8 orang murid yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 28%, 10 orang murid berada pada kategori rendah dengan persentase 39%, 4 orang murid berada pada kategori sedang dengan persentase 14%, 3 orang murid berada pada kategori tinggi dengan persentase 11%, dan 2 orang murid berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 8%. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya minat dan perhatian belajar murid serta proses pembelajaran di dominasi oleh murid yang pintar saja.

Berdasarkan data hasil belajar murid yang tercantum pada lampiran tabel 4.2, maka persentase ketuntasan hasil belajar IPS siswa kelas V SD Inpres

(51)

Skor Kategori Frekuensi %

˂ 70 Tidak tuntas 20 74

≥ 70 Tuntas 7 26

Jumlah 27 100

Gambar 4.1Diagram Skor Hasil Belajar IPS Murid Kelas V

Berdasarkan data yang dapat dilihat pada diagram 4.1 tentang diagram skor hasil belajar IPS murid kelas V maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar murid pada tahap pre-test dengan menggunakan instrumen tes dikategorikan sangat rendah. Apabila tabel tersebut dikaitkan dengan dengan indikator ketuntasan hasil belajar murid yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah murid yang mencapai atau melebihi nilai KKM (70) ≥ 70%, sehingga dapat disimpulkan hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar belum memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal dimana murid yang tuntas hanya 26% dan tidak tuntas sebanyak 74%.

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

55-64 65-79 80-89 90-100

PERSENTASE SKOR HASIL BELAJAR PRETEST

55-64 65-79 80-89 90-100

(52)

2. Deskripsi Hasil Belajar Post-test IPS Murid Kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar

Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap hasil murid setelah diberikan perlakuan (Treatment). Perubahan tersebut berupa hasil belajar yang datanya diperoleh setelah diberikan post-test, perubahan tersebut dapat dilihat dari data perolehan skor post-test hasil belajar murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar, Dapat diketahui bahwa post-test hasil belajar IPS kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar diperoleh nilai rata-rata sebesar 71,07. Nilai rata-rata 71,07 masuk dalam kriteria baik (tuntas) . Skor tertinggi adalah 90 dan skor terendah adalah 45.

Jika hasil tes murid dikelompokkan ke dalam skala 5 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar IPS Murid Kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar (Posttest) No Skor Kategori Frekuensi Presentase/%

1. 0 – 59 Sangat rendah 1 7

2. 60 – 69 Rendah 1 11

3. 70 – 79 Sedang 5 19

4. 80 – 89 Tinggi 6 35

5. 90 – 100 Sangat tinggi 14 28

Jumlah 27 100

Sumber: Hasil Penelitian Posttest

Berdasarkan tabel 4.4, diperoleh bahwa dari 27 orang jumlah murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar terdapat 1 orang murid yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 0,04%, 1 orang murid berada pada kategori rendah dengan persentase 0,04%, 5 orang murid berada pada kategori sedang dengan persentase 0,17%, 6 orang murid berada pada kategori tinggi

(53)

dengan persentase 0,54%. Hal ini disebabkan meningkatnya minat dan perhatian belajar murid.

Berdasarkan data hasil belajar murid terteliti yang tercantum pada lampiran, maka persentase ketuntasan hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar pada hasil belajar Post-test dapat di lihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.5. Deskripsi ketuntasan hasil belajar Pada Saat Posttest

Skor Kategori Frekuensi %

0 < x ≤ 70 Tidak tuntas 2 7,60

70 ≤ x ≤ 100 Tuntas 25 92,40

Jumlah 27 100

Gambar 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar Pada Saat Posttest

Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel 4.5 maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar murid pada tahap post-test dengan menggunakan instrumen tes dikategorikan “baik”. Apabila tabel tersebut dikaitkan dengan dengan indikator ketuntasan hasil belajar murid yang ditentukan oleh peneliti

0%

20%

40%

60%

80%

25-44 45-64 65-84 85-100

PERSENTASE SKOR HASIL BELAJAR POSTEST

25-44 45-64 65-84 85-100

(54)

yaitu jika jumlah murid yang mencapai atau melebihi nilai KKM (65) ≥ 70%, sehingga dapat disimpulkan hasil belajar IPS murid kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar telah memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal dimana murid yang tuntas sebesar 92,40% dan tidak tuntas sebesar 7,60%.

3. Pengaruh Penerapan Model Quantum Teaching terhadap Hasil Belajar IPS Pada Murid Kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar

Sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu “Penerapan Model Quantum Teaching memiliki pengaruh terhadap hasil belajar murid pada mata pelajaran IPS kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar”. Maka teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah statistik inferensial dengan menggunakan uji-t.

Dimana hasil dari statistik inferensial Ini menunjukkan bahwa nilai P (sig2.

Tailed) adalah 0.000 < 0.05 ini berarti bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau yakin Pendekatan keterampilan proses berpengaruh terhadap hasil belajar murid pada mata pelajaran IPS kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar.

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Mencari harga Md dengan menggunakan rumus:

Md =

=

= 22,2

2. Mencari harga “∑x²d” dengan menggunakan rumus:

∑x²d = ∑d²-

= 14250 -

Catatan: ∑d diperoleh dari dari analisis pre-test dan post-test

(55)

= 14250 – 44

= 14206 3. Menentukan t- Hitung

t

t =

t =

t =

t = t = 4,9

4. Menetukan nilai t Tabel

Untuk mencari t Tabel peneliti menggunakan tabel distribusi T dengan taraf signifikan a = 0,05 dan b = N – 1 = 27-1 =26 maka diperoleh t 0,05 = 3,707.

Setelah di peroleh tHitung = 4,9 dan tTabel = 3,707 maka diperoleh tHitung > tTabel atau 4,9 > 3,707 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti bahwa penggunaan model Quantum Teaching berpengaruh terhadap hasil belajar murid kelas V SD Inpres toddopuli 1 Makassar.

(56)

B. Pembahasan

Penelitian yang bertujuan untuk melihat pengaruh penerapan Model Quantum Teaching terhadap hasil Belajar IPS pada murid kelasa V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar pada kompetensi dasar materi peristiwa menjelang proklamasi dan mempertahankan kemerdekaan.

Berdasarkan pelakasanaan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua dapat diketahui bahwa penerapan Model Quantum Teaching terus mengalami peningkatan persentase dari segi proses pembelajaran. Penerapan pembelajaran penelitian ini didasarkan pada tipe pembelajaran Quantum Teaching yaitu tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan (TANDUR).

Pelaksanaan proses pembelajaran pada kelas V SD Inpres Toddopuli 1 Makassar telah menerapkan kerangka pembelajaran TANDUR yang meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Maka pada dasarnya, penerapan model pembelajaran Quantum Teaching telah diterapkan pada materi peristiwa menjelang proklamasi sehingga proses pembelajaran menjadi lebih aktif, efektif serta menyenangkan bagi murid. Sehingga terdapat peningkatan hasil belajar murid SD Inpres Toddopuli 1 makassar.

Pre-test adalah tahap awal dalam penelitian eksperimen ini. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah peristiwa menjelang proklamasi dan mempertahankan kemerdekaan Setelah melalui tahap uji validitas, reliabilitas dan uji coba di SD, peneliti kemudian melaksanakan pre-test pada kelas eksperimen.

Hasil pre-test kemudian diolah dan dijadikan pedoman untuk melaksanakan tahap penelitian yang selanjutnya.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Masalah Proses Pembelajaran:
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Tabel 3.3 Kategori Nilai Ketuntasan Murid
Tabel 4.1. Rekapitulasi Hasil Penerapan Model Quantum Teaching SD Inpres  1 Toddopuli Sebelum perlakuan (Pretest) dan Setelah Perlakuan  (Posttest)  Statistik Deskriptif  Nilai  Pretest  Posttest  Mean  50  60  Median  50  60  Modus  50  80  Minimum  20  4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, jual beli jarak jauh yang berlaku di dunia bisnis dewasa ini sebagai konsekuensi logis dan kemajuan ilmu pengetahuan, komunikasi dan informasi,

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa: (1) peran guru sebagai fasilitator dalam pemanfaatan perpustakaan di SDN 1 Karangan adalah guru berusaha membantu

Bidang Keilmuan dan Bimbingan Belajar (Total JKEM minimal 600menit) TIDAK MELAKSANAKAN KEGIATAN

Selanjutnya sebelum membuat gulungan kumparan terlebih dahulu dibuat rancangan sesuai kondisi motor yang telah dibongkar sehingga akan diperoleh kebutuhan material,

Nilai koefisien korelasinya yaitu sebesar 0,743 menunjukkan pengaruh hubungan antara merchandising, basic principles,services dan loyalitas pelanggan adalah kuat, artinya

Para investor dan calon investor yang hendak melakukan investasi sebaiknya melihat dan menganalisis terlebih dahulu dalam memilih perusahaan dengan mempertimbangkan rasio

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemetaan baik pada pemerintah kota maupun pada masyarakat dalam hal prosedural pendirian rumah ibadah yang sesuai dengan

8 Upaya untuk meraih hal tersebut, antara lain adalah meningkatkan dan mengembangkan budaya kewirausahaan di masyarakat sejak dini, menciptakan iklim dan budaya