LAPORAN PENDAHULAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA MASALAH GIZI PADA BALITA
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Keperawatan Keluarga”
Yang diampu oleh Ibu Icca Presilia Anggreyanti, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh :
Anastasya Tuhumury 192102108 Anggraini Darmawinanti 192102111 Alfan Nuha Pambudi 192102119
Windy Angraini 192102127
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN INSTITUSI TEKNOLOGI
KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA HUSADA MALANG 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya atas anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga Masalah Gizi Pada Balita” ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa selesainya laporan ini berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran demi penyempurnaan laporan ini. Besar harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Malang, 17 Mei 2022
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, khususnya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). The United Nations Children’s Fund (UNICEF) pada tanggal 12 September 2008, menyatakan malnutrisi sebagai penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-anak di bawah usia 5 tahun di dunia. UNICEF juga memberitakan tentang terdapatnya kemunduran signifikan dalam kematian anak secara global di tahun 2007, tetapi tetap terdapat rentang yang sangat jauh antara negara-negara kaya dan miskin, khususnya di Afrika dan Asia Tenggara (CWS, 2008).
Malnutrisi dalam bentuk apapun meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit dan kematian. Malnutrisi energi-protein, misalnya, merupakan sebuah peran utama dari semua kematian anak di bawah usia 5 tahun setiap tahunnya di negara-negara berkembang (WHO, 2001). Bentuk bahaya dari malnutrisi termasuk marasmus, kretinisme, kerusakan otak yang irreversible akibat defisiensi iodin, kebutaan, peningkatan faktor risiko terhadap penyakit infeksi, dan kematian akibat defisiensi vitamin A (WHO, 2004).
World Food Programme (WFP) memperkirakan 13 juta anak di Indonesia menderita malnutrisi. Ada beberapa wilayah di Indonesia, yang sekitar 50% bayi dan anak-anak mempunyai berat badan rendah. Survei yang dipublikasi oleh Church World Service (CWS), pada suatu studi kasus di 4 daerah wilayah Timor Barat (Kupang, Timur Tengah Selatan (TTS), Timur Tengah 1 Utara (TTU), dan Belu) menunjukkan sekitar 50%
dari bayi dan anak-anak adalah underweight sedang dan/atau underweight berat. Bersama dengan Helen Keller International dan UNICEF, CWS West Timor survei menyimpulkan 13,1% dari seluruh anak di bawah usia 5 tahun menderita malnutrisi akut, sedangkan 61,1% dari bayi baru lahir
sampai umur 59 bulan menderita malnutrisi kronik (Church World Service (CWS), 2008).
Berdasarkan data Riskesdas 2015, pada penimbangan balita di posyandu, ditemukan sebanyak 26.518 balita gizi buruk secara nasional.
Kasus gizi buruk yang dimaksud ditentukan berdasarkan perhitungan berat badan menurut tinggi badan balita Zscore < -3 standar deviasi (balita sangat kurus). Sedangkan menurut hasil Riskesdas 2013 prevalensi gizi sangat kurus pada balita sebesar 5,3%. Jika diestimasikan terhadap jumlah sasaran balita (S) yang terdaftar di posyandu yang melapor (21.436.940) maka perkiraan jumlah balita gizi buruk (sangat kurus) sebanyak sekitar 1,1 juta jiwa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah
“Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga An.Ai dengan Gizi Kurang pada Keluarga Tn.CT mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi?”
C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga An.Ai pada Keluarga Tn.CT
2. Tujuan Khusus
1. Melakukan Pengkajian Keperawatan Keluarga An.Ai pada Keluarga Tn.CT
2. Menentukan Diagnosa Keperawatan Keluarga An.Ai pada Keluarga Tn.CT
3. Membuat Perencanaan Keperawatan Keluarga An.Ai pada Keluarga Tn.CT
4. Memberikan Tindakan Keperawatan Keluarga An.Ai pada Keluarga Tn.CT
5. Melakukan Evaluasi Keperawatan Keluarga An.Ai pada Keluarga Tn.CT
D. Manfaat Penulisan
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang masalah keperawatan gizi kurang dalam keluarga
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN MASALAH GIZI PADA BALITA
1. Pengertian Gizi Kurang
Gizi (nutrition) adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi (penyerapan), transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi (Pudiastuti, 2011).
Gizi kurang atau kurang gizi (sering kali tersebut malnutrisi) muncul akibat asupan energi dan makronutrien yang tidak memadai. Pada beberapa orang kurang gizi juga terkait dengan defisiensi mikronutrien nyata ataupun subklinis (Webster-Gandy, 2014).
2. Etiologi Gizi Kurang
Penyebab gizi kurang pada anak menurut Pudiastuti (2011), antara lain adalah : a. Pola makan yang salah
Asupan gizi dari makanan sangat berpengaruh besar pada pertumbuhan balita. Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh balita harus diperhatikan, pola makan yang salah dapat menyebabkan balita mengalami gizi kurang.
b. Anak sering sakit dan perhatian yang kurang
Perhatian dan kasih sayang orang tua pada anak sangat dibutuhkan pada masa perkembangan anak. Rendahnya perhatian dan kasih sayang orang tua pada anak menyebabkan makan anak tidak terkontrol.
c. Infeksi penyakit
Adanya penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan/ kondisi balita terutama pada balita yang asupan gizinya tidak terkontrol dengan baik.
d. Kurangnya asupan gizi
Rendahnya asupan gizi pada anak menyebabkan anak mengalami gizi kurang sehingga pertumbuhan tubuh dan otak anak terganggu.
e. Berbagai hal buruk yang terkait dengan kemiskinan
Status ekonomi yang terlalu rendah menyebabkan keluarga tidak mampu memberikan asupan makanan yang cukup pada anak sehingga penyakit mudah berkembang di tubuh anak.
3. Penilaian Pertumbuhan Fisik pada Balita
Penilaian pertumbuhan fisik pada anak menurut Hidayat (2008), dapat dilakukan dengan pengukuran antropometri (tabel dan kurva terlampir pada lampiran 7 dan 8), pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologi, diantaranya :
a. Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran antropometri terdapat dua cara dalam pengukuran yaitu pengukuran berdasarkan usia dan pengukuran tidak berdasarkan usia, diantaranya :
1) Pengukuran berat badan
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Adapun cara menentukan berat badan sebagai berikut :
a) Penilaian berat badan berdasarkan usia menurut WHO dengan standar NCHS (National Center for Health Statistics) yaitu menggunakan persentil sebagai berikut : persentil ke 50-3 dikatakan normal, sedangkan persentil < 3 termasuk kategori malnutrisi.
b) Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut WHO yaitu menggunakan persentase dari median sebagai berikut : antara 80 – 100 % dikatakan malnutrisi sedang dan < dari 80% dikatakan malnutrisi akut.
c) Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut standar baku NCHS yaitu menggunakan persentil sebagai berikut : persentil 75 – 25 dikatakan normal, persentil 10 – 5 dikatakan malnutrisi sedang dan < persentil 5 dikatakan malnutrisi berat.
2) Pengukuran tinggi badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penilaian tinggi badan berdasarkan usia menurut WHO dengan standar baku NCHS yaitu menggunakan perentase dari median sebagai berikut : > 90 % dikatakan normal, sedangkan < 90 % dikatakan malnutrisi kronis (abnormal).
3) Pengukuran lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala ini digunakan sebagai salah satu parameter untuk menilai pertumbuhan otak. Penilaian ini dapat mendeteksi secara dini apabila terjadi pertumbuhan otak mengecil yang abnormal yang dapat mengakibatkan adanya retardasi mental atau pertumbuhan otak membesar yang abnormal yang dapat disebabkan oleh penyumbatan pada aliran cairan secebrospinalis.
4) Pengukuran lingkar lengan atas
Klasifikasi pengukuran status gizi bayi/anak menurut Irianto (2014), berdasarkan lingkar lengan atas, yang sering dipergunakan adalah mengacu kepada standard Wolanski, klasifikasinya adalah sebagai berikut :
a) Gizi baik, apabila LILA bayi/anak menurut umurnya lebih dari 85% standard Wolanski.
b) Gizi kurang, apabila LILA bayi/anak menurut umurnya berada diantara 70,1% - 85% standard Wolanski.
c) Gizi buruk, apabila LILA bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standard Wolanski.
Pengukuran status gizi bayi/anak berdasarkan lingkar lengan atas secara terperinci adalah menggunakan tabel seperti berikut :
Tabel 2.1 Standard baku lingkar lengan atas (LILA) menurut Umur Usia Standar
(dalam cm)
85% (dalam cm)
70% (dalam Tahun Bulan cm)
0 6 – 8 14,75 12,50 10,50
0 9 - 11 15,1 13,25 11,00
1 - 16,0 13,50 11,25
2 - 16,25 13,75 11,50
b. Pemeriksaan fisik
Penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dapat juga ditentukan dengan melakukan pemeriksaan fisik, melihat bentuk tubuh, membandingkan bagian tubuh dan anggota gerak lainnya, serta memeriksa lengan atas dan melihat warna rambut (Hidayat, 2008).
4. Kategori Status Gizi
Kategori status gizi menurut DEPKES (2011), berdasarkan Z-score (Simpangan Baku) dibagi menjadi 3 diantaranya :
a. Kategori BB/U
1) Kategori Gizi Buruk ; jika Z-score < - 3,0
2) Kategori Gizi Kurang ; jika Z-score > - 3,0 s/d Z-score < - 2,0 3) Kategori Gizi Baik ; jika Z-score > - 2,0 s/d Z-score < 2,0 4) Kategori Gizi Lebih ; jika Z-score > 2,0
b. Kategori TB/U
1) Kategori Sangat Pendek ; jika Z-score < - 3,0
2) Kategori Pendek ; jika Z-score > - 3,0 s/d Z-score < -2,0 3) Kategori Normal ; jika Z-score > - 2,0
c. Kategori BB/TB-PB
Tabel 2.2 Kategori status gizi secara klinis dan antropometri (BB/TB-PB)
5. Patofisiologi
Gizi kurang biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 tahun. Tidak tercukupinya makanan dengan gizi seimbang serta kondisi kesehatan yang kurang baik dengan kebersihan yang buruk mengakibatkan balita atau anak- anak menderita gizi kurang yang dapat bertambah menjadi gizi buruk jika tidak terintervensi dengan cepat dan tepat. Karena rendahnya penghasilan keluarga
Status Gizi Klinis Antropometri (BB/TB-PB)
Gizi Buruk
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh
< - 3,0 SD **) Gizi Kurang Tampak kurus -3,0 SD - < - 2,0 SD
Gizi Baik Tampak sehat -2 SD – 2 SD
Gizi Lebih Tampak gemuk >2 SD
sehingga keluarga tidak mampu mencukupi kebutuhan balita dan keluarga tidak memberikan asuhan pada balita secara tepat dapat menyebabkan terjadinya gizi kurang (Waryana, 2016).
Pada anak gizi kurang dapat mengakibatkan lapisan lemak di bawah kulit berkurang, daya tahan tubuh balita menurun, dan produksi albumin juga menurun sehingga balita mudah terkena infeksi dan mengalami terlambatan perkembangan. Balita dengan gizi kurang juga mengalami peningkatan kadar asam basa pada saluran pencernaan menyebabkan balita mengalami diare sehingga masalah keperawatan yang muncul ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Waryana, 2016).
6. Pathway Terlampir
7.Faktor Pendukung Terjadinya Gizi Kurang
Menurut Webster-Gandy (2012), dalam kebanyakan kasus, ada berbagai faktor penyebab kurang gizi. Kesadaran akan beberapa faktor pendukung tertentu merupakan langkah pertama dalam pencegahan yang sangat berharga. Berikut penjelasan singkatnya.
a. Asupan gizi menurun
1) Ketersediaan makanan yang tidak memadai (kuantitatif ataupun kualitatif) :
a) Pasien diasuh di ruang isolasi sehingga baki makanan mungkin saja ditinggalkan di luar kamar atau di tempat yang tidak terjangkau pasien.
b) Kelaparan berulang yang disengaja , mis., harus berpuasa peroral karena menjalani berbagai macam pemeriksaan atau terapi
c) Koordinasi motorik lambat sehingga perlu bantuan saat makan d) Hidangan yang tidak sesuai dengan budaya pasien, mis
menyediakan makanan yang tidak halal bagi orang islam atau bukan kosher bagi orang Yahudi.
e) Makanan tidak menggugah selera atau berkualitas buruk
2) Anoreksia (kehilangan nafsu makan) :
a) Dampak penyakit, mis. akibat kanker, infeksi, inflamasi.
b) Mual dan muntah.
c) Masalah psikologi, mis. akibat depresi, kecemasan, kesepian.
d) Dampak pengobatan, mis. akibat kemoterapi.
3) Gangguan makan :
a) Gangguan gigi-geligi
b) Perubahan pengecap dan pembau c) Mulut kering atau nyeri
d) Sesak napas
e) Gangguan menelan 4) Absorpsi nutrien menurun
a) Sekresi saluran cerna tidak mencukupi, termasuk empedu dan semua enzim saluran cerna, mis. akibat kekurangan enzim pankreas.
b) Kerusakan permukaan absorptif di saluran cerna, mis. Akibat penyakit Crohn.
c) Reseksi + fistula saluran cerna.
d) Komplikasi terapi obat.
5) Kebutuhan meningkat
a) Hipermetabolisme terkait penyakit, misalnya akibat sirosis hati, beberapa kanker.
b) Infeksi
c) Akibat terapi, misalnya setelah pembedahan.
d) Peningkatan kehilangan, misalnya melalui saluran cerna, urine, kulit, napas, atau drainase bedah.
e) Peningkatan aktivitas, baik sadar maupun tidak sadar, mis. akibat penyakit Parkinson.
8. Akibat Gizi Kurang
Menurut Webster-Gandy (2012), dampak kurang gizi bervariasi mulai dari subklinis, yakni tidak ada gangguan klinis sama sekali, sampai kematian, dan bergantung pada jenis, lama, dan derajat keparahan ketidakcukupan gizi, usia, serta status gizi dan kesehatan pasien.
Menurut Webster-Gandy (2012), selain tingginya risiko mortalitas, kurang gizi juga terkait dengan morbilitas yang lebih besar :
a. Berat badan turun (utamanya lemak dan otot) b. Fungsi otot terganggu :
1) Otot rangka – mobilitas buruk, tingginya risiko jatuh
2) Pernapasan – tingginya resiko infeksi paru-paru, penurunan kapasitas olahraga penyapihan ventilasi tertunda
3) Jantung – bradikardia, hipotensi, penurunan curah jantung 4) Saluran cerna – penurunan integritas dinding usus berpotensi
menambah akses masuk mikroorganisme c. Fungsi imun melemah :
1). Penurunan fagositosis, penurunan kemotaksis, penurunan penghancuran bakteri intrasel, penurunan limfosit T 2) Peningkatan angka infeksi
3) Respons yang buruk terhadap vaksinasi d. Sintesis protein baru terganggu :
1) Penyembuhan luka kurang baik, tingginya risiko ukserasi 2) Perlambatan masa pulih dari pembedahan
3) Perlambatan atau penghentian pertumbuhan anak 4) Penurunan fertilitas pada wanita dan pria
e. Gangguan psikologis :
1) Depresi, anoreksia, penurunan motivasi 2) Penurunan kualitas hidup
3) Gangguan intelektual jika kurang gizi terjadi pada masa bayi
f. Beban ekonomi bertambah : 1) Peningkatan komplikasi
2) Peningkatan lama rawat inap di rumah sakit dan unit perawatan intensif (ICU)
3) Tingginya angka rawat inap kembali setelah sebelumnya dipulangkan dari rumah sakit
4) Rehabilitasi lebih lama 5) Tingginya ongkos obat
6) Meningkatnya kunjungan ke dokter umum.
9. Kebutuhan Gizi Balita
Menurut Proverawati dan Wati (2011), menjelaskan kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a) Kebutuhan energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.
Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Menurut Almatsier (2013), kebutuhan energi pada anak umur 0 – 6 bulan 350 kkal, umur 7 – 11 bulan 650 kkal, 1 – 3tahun 1000 kkal dan 4 – 6 tahun 1550 kkal.
b) Kebutuhan zat pembangun (protein)
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar dari pada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil. Menurut Almatsier (2013), kebutuhan protein pada anak umur 0 – 6 bulan 10 gr, umur 7 – 11 bulan 16 gr, 1 – 3 tahun 25 gr dan 4 – 6 tahun 39 gr.
c) Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Almatsier (2013), kebutuhan zat pengatur anak yaitu :
Untuk pertumbuhan dan perkembangan, balita memerlukan enam zat gizi utama, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi tersebut dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Agar balita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, makan makanan yang dimakannya tidak boleh hanya sekedar mengenyangkan perut saja.
Makanan yang dikonsumsi balita seharusnya : 1) Beragam jenisnya
2) Jumlah atau porsi cukup (tidak kurang atau berlebihan)
3) Higienis dan aman (bersih dari kotoran dan bibit penyakit serta tidak mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan) 4) Makan dilakukan secara teratur
5) Makan dilakukan dengan cara yang baik
Menurut Proverawati dan Wati (2011), keenam zat gizi utama digunakan oleh tubuh anak untuk :
1) Menghasilkan tenaga yang digunakan oleh anak untuk melakukan berbagai kegiatan seperti belajar, berolah raga, bermain, dan aktivitas
Keb Zat
Pengatur 0 – 6
Bulan 7 – 11
Bulan 1 – 3
Tahun 4 – 6 Tahun
Vit. A (RE) 375 400 400 450
Vit. D (mcg) 5 5 5 5
Vit. E (mg) 4 5 6 7
Vit. K (mcg) 5 10 15 20
As. Folat (mcg) 65 80 150 200
Vit. B12 (mcg) 0,4 0,5 0,9 1,2
Vit. C (mg) 40 40 40 45
Kalsium (mg) 200 400 500 500
Fosfor (mg) 100 225 400 400
Magnesium
(mg) 25 55 50 90
Fe (mg) 0,5 7 8 9
Iodium (mcg) 90 120 120 120
Seng (mg) 1,3 7,9 8,3 10,3
lain (disebut zat tenaga). Zat makanan yang merupakan sumber tenaga utama adalah karbohidrat dan lemak. Makanan yang banyak mengandung karbohidrat adalah beras, jagung, singkong, ubi jalar, kentang, talas, gandum dan sagu. Makanan yang banyak mengandug lemak adalah lemak hewani (gajih), mentega, minyak goreng, kelapa dan keju.
2) Membangun jaringan tubuh dan mengganti jaringan tubuh yang aus/rusak. (disebut zat pembangun). Zat makanan yang merupakan zat pembangun adalah protein. Makanan yang banyak mengandung protein adalah tahu, tempe oncom, kacang-kacangan, telur, daging, ikan, udang dan kerang.
3) Mengatur kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam tubuh (disebut zat pengatur). Zat makanan yang merupakan zat pengatur adalah vitamin, mineral dan air. Makanan yang banyak mengandung vitamin, mineral dan air adalah sayur-sayuran dan buah-buahan.
Kebutuhan tubuh balita akan keenam macam gizi untuk melakukan tiga fungsi tersebut tidak bisa dipenuhi hanya dari satu macam makanan saja karena tidak ada satu pun makanan dari alam yang mempunyai kandungan gizi lengkap. Jika makanan anak beragam, maka zat gizi yang tidak terkandung atau kurang dalam satu jenis makanan akan dilengkapi oleh zat gizi yang berasal dari makanan jenis lain. Agar makanan yang dimakan anak beraneka ragam, maka kita harus selalu ingat bahwa makanan yang dimakan anak harus mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Ketiga zat ini dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
10. Komplikasi
Menurut Suariadi dan Rita (2010), komplikasi gizi kurang diantaranya : a. Kwashiorkor (kekurangan karbohidrat) : diare, infeksi, anemia, gangguan
tumbuh kembang, hipokalemia, dan hipernatremia.
b. Marasmus (kekurangan protein) : infeksi, tuberculosis, parasitosis, disentri, malnutrisi kronik, gangguan tumbuh kembang.
c. Marasmus-kwashiorkor (kekurangan karbohidrat dan protein) : terjadi edema, kelainan rambut dan kelainan kulit
11. Penatalaksanaan Gizi Kurang
Gizi kurang terjadi akibat kurangnya asupan gizi pada anak, yang bila tidak ditangani secara cepat, tepat dan komprehensif dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk. Perawatan gizi kurang dapat dilakukan dengan cara : a. Terapi Kurang Gizi
Menurut Webster-Gandy (2012), ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa bantuan gizi mampu menambah asupan protein dan energi, memperbaiki berat badan dan mengurangi penurunan berat badan diantaranya adalah :
1) Penilaian
Disaat kurang gizi didiagnosis, penilaian gizi secara menyeluruh harus dilakukan guna mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan menjadi dasar terapi.
2) Akses makanan
Setelah penilaian, jelas terlihat bahwa diperlukan beberapa tindakan nonteknis yang relatif mudah untuk membantu mereka yang kurang gizi mendapat makanan yang sesuai.
3) Pemberian suplemen menggunakan makanan
Modifikasi dan/atau penyediaan makanan dan minuman menggunakan bahan makanan yang sudah umum dapat meningkatkan asupan energi dan zat gizi yang besar bagi banyak pasien. Langkah ini relatif jelas dan lugas serta harus dicoba terlebih dulu sebelum intervensi yang rumit dimulai. Status pasien harus rutin dipantau.
Kelebihan langkah ini antara lain : fleksibel, makanan memiliki cita rasa, perilaku makan diperbaiki tanpa ada intervensi obat-obatan, dan terjangkau. Kelemahannya antara lain : memerlukan motivasi dan upaya yang tinggi dan + keterampilan kuliner dari sang pasien, pengasuh dan profesional kesehatan, terbatasnya persediaan bahan-
bahan makanan yang sesuai di institusi dan berpotensi memerlukan suplemen mikronutrien tambahan.
4) Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus per oral Suplemen gizi per oral siap-guna sering disebut sip feeds dapat digunakan bersama fortifikasi makanan untuk menutupi kekurangan jika seseorang tidak dapat mengasup cukup makanan.
Kelebihannya antara lain : komposisinya sudah diketahui, sebagian besar menyajikan energi, makro- dan mikronutrien yang seimbang, tersedia dalam bentuk siap-guna. Kelemahannya antara lain : penggunaan produk-produk siap pakai yang cepat dan praktis tanpa menilai kebutuhan pasien seutuhnya, rasa bosan terhadap cita rasa produk setelah dipergunakan sekian lama.
Pathway
Malabsorbsi, infeksi, anoreksia
Reaksi infeksi
Keadaan umum lemah
Daya tahan tubuh menurun
Hilangnya lemak dibantaklan kulit
Kerusakan Integritas Kulit
Kegagalan melakukan sintesa
kalori dan protein
Intake kurang dari kebutuhan
Defisiensi kalori dan protein
G3 periltastik dan penyerapan usus
Fungsi saluran cerna terganggu
Periltastik meningkat, air dan garam terbawa
ke usus
Cairan elektrolit terbuang
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kurang asupan makanan bergizi
Anoreksia, diare
Asam amino esensial menurun dan produksi
albumin menurun Defisiensi pengetahuan
Atropi otot
Keterlambatan pertumbuhan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA MASALAH GIZI KURANG PADA KELUARGA BPK.CT
1. FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA DATA UMUM KELUARGA
a. Nama kepala keluarga: Bpk. CT
b. Umur : 35 tahun
c. Agama : islam
d. Pendidikan : tidak tamat SD
e. Pekerjaan : buruh
f. Suku / Bangsa : jawa/ Indonesia
g. Alamat : badran JT I / 1061
h. Komposisi keluarga :
No Nama umur Sex Tgl
Lahir
Pendidikan Pekerjaan Ket.
1 Bpk
CT
35 14 04
1987
Tidak tamat SD
Buruh KK
2 Ny. N 29 06 02
1993
SLTA IRT IRT
3 An. Ai 3 09 05
2020
- - Anak
i. Tipe keluarga : Keluarga Inti
j. Genogram :
Bpk. CT
Ny.N An. Ai
Keterangan :
: laki-laki hidup : garis pernikahan : perempuan hidup : garis keturunan : laki-laki meninggal : Pasien
k. Sifat Keluarga
1). Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan di lakukan oleh kepala keluarga 2). Kebiasaan Hidup Sehari-hari
a) Kebiasaan tidur / istirahat
Keluarga Bpk CT rata-rata tidur mulai pukul 23.00 sampai 05.00 WIB. Bp CT bangun lebih pagi pukul 04.00 WIB untuk mempersiapkan Pekerjaannya. An. Ai tidak memiliki siklus tidur.
An Ai tidur rata-rata 8 jam perhari b) Kebiasaan rekreasi
Keluarga Bp. CT memiliki Tv ,Radio dan HP c) Kebiasaan makan keluarga
Keluarga Bp.CT. makan sehari 3 kali dengan nasi, kadang dengan sayur, lauk, kadang –kadang dengan buah, Kel.Bp.CT. untuk makan masak sendiri. An Ai berusia 3 tahun,kurang selera makan,jarang minum kalau minum susu sering diare,minum teh manis. Dan kadang kadang minum rebusan kacang hijau,untuk meningkatkan berat badan An.Ai sudah mendapat makanan tambahan dari Puskesmas Jetis selama 2 bulan dan sudah di periksakan di rumah perbaikan gizi
l. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Faktor Sosial: Bp. CT. dan keluarga memiliki hubungan baik dengan tetangga dan masyarakat ,Bp.CT, dan Ny.N. aktif mengikuti kegiatan di lingkunganya baik yang di selenggarakan oleh kampong maupun yang di selenggarakan oleh masjid. Bp.CT.
dan keluarga termasuk individu dan keluarga dengan strata social tingkat bawah. Bp.CT. sebagai buruh bangunan mempunyai
penghasilan rata – rata Rp. 1.600.000 sebulan Faktor Ekonomi:
Anggota keluarga yg memiliki penghasilan hanya Bp.CT m. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)
Keluarga klien berasal dari suku Jawa. Bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu bahasa Jawa.
n. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)
Bp. CT sering mengikuti acara keagamaan seperti tahlil sholawatan untuk menjalin silatuhrohmi.
2. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga CT. termasuk keluarga dengan anak prasekolah tugas perkembangan keluarga salah satunya memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak mengintegrasikan anak yang baru, dan mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tidak di kaji
c. Riwayat keluarga inti
An Ai lahir dengan berat badan 2500 gram. Saat ini AN. AI berat badan berada pada bawah merah dilihat melalui KMS Balita. An. Ai minum ASI selama 2 tahun ,An.Ai mulai berumur 2 tahun 3 bulan sering batuk pilek dan meriang, di periksakan di RS.Panti Rapih mendapat terapi profilaksis dengan INH 100 Mg/BB selama 6 bulan. Saat ini an.Ai sudah berobat selama 5 bulan dengan lama pengobatan yang di tentukan 6 bulan. saat ini An. AI,tidak selera makan susu formula juga tidak senang An.Ai kurus BB 9 Kg,Tinggi badan 102 cm giginya sudah tumbuh dua. Tubuh An. AI terlihat kurus untuk anak usia 3 tahun
d. Riwayat keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami) Tidak mempunyai riwayat penyakit menular
3. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Rumah Bp.CT. berukuran 8 x 4 meter. Ventilasi rumah < 10% dari luas rumah. Pencahayaan kurang. Kebersihan kurang. lembab , tidak tertata dengan rapi.
b. Ventilasi dan penerangan
Kurang adanya pencahayaan yang cukup di rumah Bp CT c. Persediaan air bersih
Sumber air diambil dari sumur gali. Dan merupakan sumur bersama dengan tetangga. Kondisi air bersih, kedalaman sumur sekitar 12 meter, jarak dengan jamban 12 meter
d. Pembuangan sampah
Sampah rumah Tangga Diambil oleh petugas kebersihan, sampah diambil setiap hari pada siang hari.
e. Pembuangan air limbah
Pembuangan air limbah rumah tangga di salurkan menggunakan saluran pembuangan limbah perkotaan.
f. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
Keluarga Bp. CT menggunakan jamban bersama, jamban menggunakan jamban leher angsa.
g. Denah rumah Tidak di kaji
h. Lingkungan sekitar rumah
Lingkungan sekitar rumah bapak CT cukup bersih dan Ny N biasaya menyapu halaman rumahnya duakali setiap hari pada pagi hari dan sore hari
i. Sarana komunikasi dan transportasi
Sarana komunikasi yang digunakan oleh Bp.CT adalah hp dan sarana transportasi beliau dengan menggunakan sepeda motor
j. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.)
Fasilitas hiburan yang dimiliki oleh Bp.CT adalah TV,radio dan Hp k. Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan terdekat adalah puskesmas yang jaraknya kurang lebih sekitar 20 meter dari rumah Bapak CT .
4. SOSIAL
a. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga bapak CT cukup bersosialisai dengan tetangganya sehingga menjalin hubungan yang sangat baik
b. Mobilitas geografis keluarga Tidak di kaji
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga bapak CT selalu mengikuti acara perkumpulan yang diadakan oleh masyarakat sekitar
d. Sistem pendukung keluarga
Keluarga bapak CT saling mendukung satu sama lain. Keluarga bapak CT juga mendapat dukungan dari keluarga
5. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Bp. CT sangat akrab antar satu dengan yang lain tidak ada perselisihan antar keluarga
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Struktur Kekuatan Keluarga sangat kokoh dengan pengambilan keputusan yang diambil oleh kepala keluarga
c. Struktur Peran (formal dan informal)
Peran yang di lakukan sudah sesuai yang ada di rumah tangga pada umumnya
d. Nilai dan Norma Keluarga Norma di keluarga Bp.CT sudah baik 6. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit dan langsung dibawa ke puskesmas
b. Fungsi sosialisasi
Bpk CT dan Ny.N mengatakan selalu mengajarkan dan mendidik An. Ai tentang nilai, norma, moral dan cara untuk menjalin komunikasi dengan
orang lain di luar keluarga. Bp.Ct juga mengatakan keluarganya sangat peduli dan sangat perhatian terhadap kesehatannya An.Ai
c. Fungsi perawatan kesehatan
Penapisan masalah berdasarkan 5 tugas perawatan kesehatan:
1). Mengenal masalah kesehatan
Ny,N. mengatakan tahu bahwa anaknya mengalami gizi kurang. Ny N dan Bp. CT. ketika ditanya mengatakan tidak memahami tentang arti garis merah pada KMS.
2). Memutuskan untuk merawat
Bp.CT dan Ny.N. menyatakan bahwa AN. AI perlu dilakukan perawatan agar status gizinya baik
3). Mampu merawat
Ny. N mengatakan ketika usia AN. Ai berumur 2 tahun, anak sering batuk, pilek dan meriang berat badan sulit naik, nafsu makan berkurang,anak sulit makan,Ny.N mengatakan tidak tahu cara menambah berat badan An.Ai sudah mendapat makanan tambahan dari puskesmas dan di periksakan di rumah perbaikan gizi,Ny.N mengatakan tidak mengetahui jenis makanan yang dapat menaikan berat badan An.Ai.
4). Modifikasi lingkungan
Linkungan rumah Bp.CT kurang bersih. Lingkungan tidak ada barang tajam atau membahayakan anak
5). Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
An. Ai selalu dibawa ke posyandu untuk dilakukan pengukuran dan ke puskesmas bila sakit.
c. Fungsi reproduksi
Bp.CT dan Ny.N tidak menggunakan kontrasepsi. Ny N juga mengatakan selalu memberikan informasi kepada anggota keluarganya tentang hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas.
d. Fungsi ekonomi
Bpk CT dan Ny N dapat memenuhi kebutuhan makan yang cukup, pakaian dan biaya untuk berobat.
7. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
1). Stresor jangka pendek : Bp.CT mengatakan anaknya mengalami masalah gizi kurang.
2). Stresor jangka panjang : Bp.CT mengatakan anaknya mengalami gizi kurang sejak berusia 2 tahun dan ia ingin agar anaknya sembuh.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor Keluarga selalu memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke puskesmas maupun rumah sakit terdekat.
c. Strategi koping yang digunakan
Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Jika ada masalah dengan anggota keluarganya, Bp.CT menyampaikan atau membicarakan dengan anggota keluarganya.
8. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
a. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga a). Ayah
Tidak mempunyai riwayat penyakit menular b). Ibu
Tidak mempunyai riwayat penyakit menular c). Anak
An. Ai mulai berumur 2 tahun 3 bulan sering batuk pilek dan meriang.
Saat ini An. Ai tidak selera makan, juga tidak senang dengan susu formula. Tubuh An.Ai terlihat kurus untuk anak usia 3 tahun.
b. Keluarga berencana
Bp.CT dan Ny.N tidak menggunakan kontrasepsi. Bp.CT masih menginginkan anak untuk adik An.Ai
c. Imunisasi
Ny. N mengatakan sejak lahir An.Ai selalu mengikuti imunisasi di posyandu.
d. Tumbuh kembang
a). Pemeriksaan tumbuh kembang anak
- Anak I : An.Ai lahir dengan berat badan 2500 gram. Saat ini berat badan An.Ai berada pada bawah merah dilihat melalui KMS Balita.
b). Pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang anak
Bpk.CT dan Ny.N mengatakan kurang begitu paham terhadap tumbuh kembang anak.
9. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA a. Pemeriksaan fisik Bapak
1). Keadaan umum : Baik
2). Kesadaran : Compos mentis
3). Tanda-tanda vital : a) TD : 120 mmhg b) N : 90 x/menit c) RR : 24 x/menit d) TB : 175 cm
4). Kepala : Tidak ada nyeri tekan, kulit kepala bersih a) Rambut : hitam dan bersih
b) Mata : isokor, sklera tidak ikterik
c) Hidung : bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada sumbatan
d) Telinga : bentuk simetris, tida ada lesi, pendengaran normal e) Mulut : simetris, tidak ada lesi, tidak ada luka, mukosa
bibir kering 5). Dada / Thorax
- Inspeksi : Pergerakan dada simetris, tidak ada lesi tidak ada jejas
- Palpasi : pergerakan simetris, tidak ada nyeri tekan - Perkusi : sonor
- Auskultasi : tidak ada ronchi 6). Perut / Abdomen :
- Inspeksi : tidak ada lesi
- Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan - Perkusi : tidak ada nyeri tekan
- Auskultasi : bising usus normal 7). Genetalia / Anus : -
8). Ekstremitas : Tidak ada odema, masih dapat gerak aktif
b. Pemeriksaan fisik Ibu 1). Keadaan umum : Baik
2). Kesadaran : Compos mentis
3). Tanda-tanda vital : a) TD : 110 mmHg b) N : 80 x/menit c) RR : 22 x/menit d) TB : 160 cm
4). Kepala : oval
a) Rambut : hitam panjang dan bersih b) Mata : tidak ada konjungtiva
c) Hidung : Mancung, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan d) Telinga : Bentuk simetris, tidak ada lesi
e) Mulut : Tidak ada luka, mukosa bibir kering 5). Dada / Thorax
- Inspeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada lesi - Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : tidak ada ronchi 6). Perut / Abdomen :
- Inspeksi : tidak ada lesi - Palpasi : tidak teraba massa - Perkusi : tidak ada nyeri tekan - Auskultasi : bising usus normal 7). Genetalia / Anus : Tidak dikaji
8). Ekstremitas : Tidak ada odema, masih dapat gerak aktif c. Pemeriksaan fisik Anak
1). Keadaan umum : baik
2). Kesadaran : compos mentis 3). Tanda-tanda vital :
a) TD : -
b) N : 92 x/menit c) RR : 20
d) TB : -
4). Kepala : oval
a) Rambut : hitam dan bersih
b) Mata : simetris, tidak ada nyeri tekan
c) Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret
d) Telinga : bersih, tidak ada lesi
e) Mulut : bersih, tidak ada luka, tidak ada sianosis 5). Dada / Thorax :
- I : dada simetris
- P : letak ictus cordis (intra costa 6 midclavicula) - P : Batas jantung (atas intracosta4, midclvicula
sinstra,kanan midpapila dextra, bawah, intracosta 6)
- A : BJ 1 dan 2 normal, tidak ada kelainan pada bunyi 6). Perut / Abdomen :
- I : tidak terdapat pembesaran abnormal - P : tidak ada pembengkakan
- P : tidak ada nyeri tekan
- A : bising usus normal
7). Genetalia / Anus : bersih tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
8). Ekstremitas : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri
10. HARAPAN KELUARGA
Harapan keluarga yaitu keluarga berharap agar anaknya lekas cepat sembuh dan dapat kembali beraktivitas seperti teman yang lainnya.
ANALISA DATA
NO TGL DATA MASALAH
1. DS:
Ny.N mengatakan berat badan An.Ai sulit Naik. Ibu menyatakan sudah mendapat PMT dari puskesmas dan di periksakan di RPG
DO:
Usia Ai : 3 tahun Berat Badan : 10 kg
Lingkar Lengan Atas: 12,8 cm
Status Gizi An . Ai pada KMS Balita pada bawah garis merah
Tinggi badan : 102 CM, IMT : 9,1
ketidak seimbangan nutrisi An. AI pada
keluarga Bp.CT kurang dari kebutuhan Tubuh
2. DS: Ibu menyatakan berat badan bayinya sulit naik. Ibu mengatakan tidak
mengetahui makna dari garis merah pada KMS balita.
DO: Ketika ditanya perawat, ibu tidak dapat menjawab dengan benar tentang masalah gizi kurang dan interpretasi garis merah pada KMS
Ketidakmampuan keluarga megenal
masalah
3. DS: Ibu menyatakan sering tidak sabar bila menyuapi an.Ai karena tidak selera makan dan perlu waktu yang lama dalam menyuapi anak AI. DO: anak 3 tahum Berat Badan: 10 kg Lingkar Lengan Atas: 12 cm Status Gizi An. Ai pada KMS Balita di bawah garis merah Bayi tampak kurus
Ketidakmampuan keluarga merawat
anak
SKALA PRIORITAS MASALAH
Masalah 1: ketidak seimbangan nutrisi An. AI pada keluarga Bp.CT kurang dari kebutuhan Tubuh
KRITERIA NIL
AI
BOB
OT PERHITUNGAN PEMBENARAN
1. Sifat masalah
Aktual
Resiko
Potensial
3 2 1
1
Skor x bobot = skala masalah Skala tertinggi
2/3 x 1 = 0,6
An. Ai sudah berada pada garis
bawah merah, dan 8 bulan tidak
naik. BB anak 10 Kg.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2 1 0
2
Skor x bobot = skala masalah Skala tertinggi
½ x 2 = 1
Ny. N bertugas mengurus anak
sepenuhnya. Dengan focus pada
mngurus anak diharapkan dapat
mengubah kondisi An. Ai
3. Kemungkinan masalah dapat dicegah
Tinggi
Cukup
Rendah
3 2 1
1
Skor x bobot = skala masalah Skala tertinggi
2/3 x 1 = 0,6
An. Ai merupakan anak yang sehat
dengan berat lahir normal.
Dengan
pola asuh yang baik, keadaan An.
Ai dapat membaik dan tidak terjadi
gizi kurang lagi.
4. Menonjolnya masalah
Segera
Tidak segera
Tidak dirasakan
2 1
0 1
Skor x bobot = skala masalah Skala tertinggi
2/2 x 1 = 1
Bp.CT menyatakan bahwa anaknya harus dirawat agar gizinya
kembali baik.
Skor 3,2
FORMAT INTERVENSI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Diagnosis
keperawatan
Tujuan Evaluasi Intervensi
TUM TUK Kriteria Standar
Ketidakseimbangan nutrisi An.Ai pada
Setelah dilakukan
Bp.CT dan keluarga
Bp.CT dan keluarga
Keluarga dapat menjelaskan
1. Berikan pengetahuan
keluarga Bp.CT
kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan :
a. Ketida
kmampuan keluarga mengenai
masalah Gizi Kurang
b. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
asuhan keperawatan selama 1 hari
diharapkan keluarga Bp.CT mampu mengenal masalah berat badan kurang pada An.Ai
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 hari
diharapkan keluarga Bp.CT mampu merawat An.Ai dengan benar
mampu menyatakan paham dengan penjelasan perawat tentang berat badan kurang
Bp.CT dan keluarga mampu memenuhi nutrisi An.Ai sesuai umurnya
mampu mengulangi penjelasan meliputi definisi, penyebab, penatalaksanaan gizi kurang
An.Ai memakan makanannya minimal 3 kali sehari dengan porsi cukup
definisi, penyebab dan penatalaksanaan
gizi kurang secara lisan
Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang mengalami gizi kurang secara tepat
keluarga tentang karakteristik Gizi Kurang 2. Bimbing keluarga untuk mengulangi penjelasan yang sudah diberikan 3. Berikan pujian bila keluarga mampu menjawab dengan baik
1. Kaji
ulang cara perawatan nutrisi An.Ai tiap hari
2. Berikan pengetahuan kepada keluarga diet bayi dan balita sesuai umurnya 3. Ajarkan kepada Bp.CT dan Ny.N cara menyiapkan diet anak usia 3 tahun 4. Ajarkan kepada keluarga tentang PHBS (cuci tangan 6 langkah
dengan sabun).
1.
FORMAT
CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
N
o. Diagnosis keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Ketidakseimbangan nutrisi An.Ai pada keluarga Bp.CT kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenai masalah Gizi Kurang
b. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
Selasa, 17 Mei 2022 pukul 10.00 WIB
1. Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang karakteristik Gizi Kurang meliputi definisi, penyebab, akibat dan penatalaksanaan.
2. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengulangi penjelasan yang sudah diberikan.
3. Memberikan pujian apabila keluarga mampu menjawab dengan baik dan benar.
Selasa, 17 Mei 2022 pukul 11.00 WIB
1. Mengkaji ulang cara perawatan nutrisi An.Ai 2. Memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang diet bayi dan balita sesuai
umurnya
3. Mengajarkan kepada Bp.Ct dan Ny.N cara menyiapkan diet anak usia 3 tahun 4. Mengajarkan kepada keluarga tentang cara cuci tangan 6 langkah dengan sabun (PHBS).
S : Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang masalah gizi kurang O: keluarga tampak mengerti dan antusias A: Masalah teratasi sepenuhnya
P: Lanjutkan
Intervensi
S :
- Bp.Ct dan Ny.N mengatakan cukup mengerti dalam pemberian nutrisi pada An.Ai - Keluarga mengatakan akan menerapkan cara cuci tangan 6 langkah dengan sabun O : Bp.Ct dan Ny.N tampak mengerti dan cukup antusias A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi - Ajarkan cara pemberian nutrisi anak sesuai dengan umur
- Ajarkan cara
menyiapkan diet anak usia 3 tahun
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu (Supariasa,2012).
Malnutrisi dalam bentuk apapun meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit dan kematian. Malnutrisi energi-protein, misalnya, merupakan sebuah peran utama dari semua kematian anak di bawah usia 5 tahun setiap tahunnya di negara-negara berkembang (WHO,2001). Bentuk bahaya dari malnutrisi termasuk marasmus, kretinisme, kerusakan otak yang irreversible akibat defisiensi iodin.
B. SARAN
1. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga dapat mampu untuk menjaga dan merawat anggota keluarganya dengan baik serta mampu untuk memenuhi dan memperhatikan pola nutrisi anak sesuai dengan umurnya sehingga anak-anak tidak mengalami masalah gizi kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Behrman, Richard E. 2010. Esensi Pediatri Nelson. Jakarta: EGC.
Berman, Audrey. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb.
Jakarta: EGC.
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta:
EGC.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2011. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Pers.
Direktorat Bina Gizi. 2013. Rencana Kerja Bina Gizi Masyarakat Tahun 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Effendi, F & Makhfudli (2007). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Heriyanto, Bambang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Putra Media Nusantara. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Utama. Alpers, Ann. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta: EGC.