• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS HUJAN DAN PENUTUP LAHAN (LAND COVER) TERHADAP NILAI KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN (C) MENGGUNAKAN RAINFALL SIMULATOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS HUJAN DAN PENUTUP LAHAN (LAND COVER) TERHADAP NILAI KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN (C) MENGGUNAKAN RAINFALL SIMULATOR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTENSITAS HUJAN DAN PENUTUP LAHAN (LAND COVER) TERHADAP NILAI KOEFISIEN ALIRAN PERMUKAAN (C)

MENGGUNAKAN RAINFALL SIMULATOR

1 2,* Agus Lestari Yuwono3

1,2,3)Jurusan Teknik Sipil FT UNSRI, Jl. Raya Prabumulih – Indralaya Km 32, Ogan Ilir, Sumsel

Abstract

The influence of land cover and intensity is one of the factors that influence the value of surface flow coefficient (C).

The coefficient value will affect the surface flow occurs during peak discharge. In this research, calculate surface coefficient (C) with variation intensity 40 mm/h, 50 mm/h, 60 mm/h, 70 mm/h for land cover paving block (brick pattern and matting pattern), grass block , mini elephant grass, sand and concrete pavement. This test is expected to be the solution in choosing the right type of land cover as a substitute for concrete pavement in the parking lot, park, or home or office yard. The implementation methodology was carried out by laboratory testing with rainfall simulator, 4 cm high base layer of sand and various land cover around 4 cm. The test that carried out in this study include filter analysis, rain intensity and surface coefficient value (C) testing. Testing value of coefficient including the test using rational formulas and testing by definition (Scwab, 1981 and Mc Guen, 1989). The result of this research obtained coefficient of land cover paving block pattern of stacking brick 0,857-0,891, in land cover paving block matting pattern 0,825-0,856, while at grass block 0,677-0,765. The coefficient of surface flow (C) for concrete pavement cover is 0.961-0,997, mini elephant grass cover is 0,483-0,538, while without land cover is 0,559-0,639. The value of surface flow coefficient (C) is getting bigger with increased rain intensity and land cover that has fewer gaps, in this case there is a significant difference in the paving block and grass block.

Key Words: land cover, surface flow coefficient, paving block, grass block

Pa

per 1

1. PENDAHULUAN

Berkembangnya sebuah kota memicu pembangunan kawasan aktivitas sehari-hari, dimana lahan terbuka menjadi lapisan aspal dan beton pada jalan. Air hujan kemudian mengalir ke permukaan tanah tanpa adanya proses penyerapan, membuat aliran permukaan menjadi berlebih dan menyebabkan banjir.

Kurangnya lahan resapan terjadi di kota-kota besar yang berkembang di Indonesia menyebabkan masalah genangan, ini terjadi adalah karena menurunnya infiltrasi karena lahan tertutup, intensitas hujan yang tinggi dan kemiringan lahan pada suatu lokasi, sehingga memicu permasalahan genangan, salah satunya adalah di Palembang.

Solusi penyelesaian masalahgenangan tersebut dengan cara mempercepat resapan air hujan kedalam tanah, yaitu memperbesar laju resapan kedalam tanah, membuka pori pada lahan-lahan yang telah di beton dengan cara mengganti dengan tutupan lahan yang berpori. Sehingga dapat mengurangi aliran permukaan. Adanya pengaruh tutupan lahan, intensitas hujan dan kemiringan lahan, nilai aliran permukaan menjadi besar ataupun kecil.

Sehingga dengan masalah tersebut akan dilakukan penelitian suatu uji model laboratorium pengaruh variasi intensitas hujan dan tutupan lahan terhadap nilai koefisien aliran permukaan (C) menggunakan rainfall simulator. Guna merangsang perubahan tata guna lahan pada kota Palembangyang kurang mempunyai lahan resapan.

2. TINJAUAN PUSTAKA (1) Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah rangkaian proses perjalanan air laut menuju ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi. Dimana makhluk hidup dapat memanfaatkan air yang tertahan sementara dalam tanah, sungai dan danau (Suripin, 2004).

Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian mengalir di atas permukaan tanah, aliran ini biasa disebut aliran permukaan (surface run-off). Aliran tersebut mengalir memasuki cekungan tanah, danau, sungai dan laut. Sedangkan air yang meresap ke dalam tanah mengalir dan menjadi air tanah (groundwater), lalu ada yang keluar sebagai mata air

(2)

ataupun mengalir ke sungai dan laut. Tapi, sejumlah besar air kembali ke atmosfer melalui proses evaporasi (penguapan) dan trasnpirasi sebelum sampai ke laut (Suripin, 2004)

(2) Koefisien Aliran Permukaan (C)

Koefisien C didefinisikan sebagai nisbah antara laju puncak aliran permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah, tanaman penutup tanah dan intensitas hujan (Arsyad, 2006). Suripin (2004) mengemukakan faktor utama yang mempengaruhi nilai C adalah laju infiltrasi tanah atau persentase lahan kedap air, kemiringan lahan, tanaman penutupan tanah dan intensitas hujan. Adapun nilai koefisien aliran permukaan (C) dari definisi diatas dapat diterjemahkan dalam rumussebagai berikut :

C = Aliran Permukaan (mm/jam)

Intesitas Hujan (mm/jam) (1)

dimana :

Aliran Permukaan = Volume Tampungan (mm3) Luas area uji (mm3) x waktu (jam)

(2) Rumus Rasional :

Q = C x I x A

C = Q (mm3/jam)

Intesitas Hujan (mm/jam) x Luas area uji (mm3)

(3) Koefisien aliran permukaan (C) merupakan salah satu komponen hidrologi yang berpengaruh terhadap Daerah Aliran Sungai (DAS). Nilai C yang kecil menunjukkan suatu DAS masih dalam kondisi yang baik, sebaliknya nilai C yang besar menunjukkan DAS yang sudah rusak. Nilai C dikatakan besar apabila C = 1 (Suripin, 2002).

(3) Proses Terjadinya Aliran Permukaan

Menurut Arsyad (2010) proses terjadinya aliran permukaan adalah curah hujan yang jatuh di atas permukaan tanah pada suatu wilayah, pertama hujan akan masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi.

Infiltrasi akan berlangsung secara terus-menerus selama air masih berada di bawah kapasitas jenuh.

Apabila hujan terus berlangsung, dan kapasitas jenuh telah terpenuhi, maka kelebihan air hujan tersebut akan tetap terinfiltrasi yang selanjutnya akan menjadi air perkolasi dan sebagian digunakan untuk mengisi cekungan permukaan tanah sebagai simpanan permukaan (depresion storage), selanjutnya setelah simpanan permukaan terpenuhi, kelebihan air tersebut akan menjadi genangan air yang disebut tambatan permukaan (detention storage). Sebelum menjadi aliran permukaan (over land flow), kelebihan air hujan diatas sebagian menguap (evaporation) walaupun jumlahnya sangat sedikit.

Selanjutnya aliran permukaan ini akan menuju saluran-saluran dan akhirnya akan menuju sungai

sebelum mencapai danau atau laut. Aliran permukaan tidakakan terjadi sebelum evaporasi, intersepsi, infiltrasi, simpanan depresi, tampungan aliran permukaan, dan tampungan saluran terjadi (Schwab dkk. 1981 dalam Haridjaja dkk. 1991).

(4) Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan pada jangka waktu tertentu. Intensitas hujan menunjukkan tingginya curah hujan per satuan waktu, yang dinyatakan dalam mm/menit, mm/jam atau mm/hari. Jumlah hujan akan menunjukkan banyaknya air hujan selama terjadi hujan dalam kurun waktu tertentu. Distribusi hujan akan menunjukkan penyebaran waktu terjadinya hujan.

Berikut klasifikasi intensitas hujan yang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Intensitas Hujan (Martono, 2004)

No Intensitas Hujan

(mm/jam) Klasifikasi

1 0-5 Sangat kecil

2 6-10 Kecil

3 11-25 Sedang

4 26-50 Agak besar

5 51-75 Besar

6 > 75 Sangat besar

Intensitas hujan yang didapat pada alat simulasi hujan dapat diperoleh dengan persamaan2.4 berikut ini :

I =V/(A×t) (4)

Keterangan :

I = Intensitas Hujan (mm/jam)

V = Volume air yang tertampung (mm3) A = Luas daerah tangkapan hujan (mm²) t = waktu (jam)

(5) Paving Block dan Grass Block

Paving block merupakan produk bahan bangunan yang digunakan sebagai alternatif pengerasan permukaan jalan yang dibuat dari campuran semen, air dan agregat dengan atau tanpa campuran bahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton tersebut (Sebayang, 2011). Paving block sendiri mempunyai beberapa variasi bentuk untuk memenuhi kebutuhan, misalnya saja digunakan sebagai tempat parkir, terminal, jalan setapak dan juga perkerasan jalan di kompleks-kompleks perumahan serta keperluan lainnya. Jenis lain yang sering digunakan untuk halaman restoran atau perkantoran, jalan pada taman dan tempat parkir.

Sama fungsinya dengan paving block namun grass block memiliki perbedaan dalam bentuk. Grass block ialah paving block dengan bentuk segi banyak dan memiliki lubang. Kelebihannya saat hujan grass block dapat membantu proses penyerapan lebih

(3)

mudah, dapat mengurangi aliran permukaan dan menambah estetika dalam pembangunan berwawasan lingkungan. Lokasi pengunaan grass blockbiasanya pada lokasi dengan kapasitas beban ringan seperti pada taman dan lapangan parkir.

Castro et al. (2007) telah melakukan penelitian tentang pengaruh bentuk paving block pada kapasitas infiltrasi lapisan permeabel. Bentuk paving block persegiyang digunakan berupa paving dengan variasi lubang pada sisi paving block. Untuk intensitas hujan yang digunakan sebesar 50 mm/jam dan variasi kemiringan sebesar 0%, 2%, 5% dan 10%. Hasil yang didapat pada penelitian Castro et al. (2007) bahwa meski daerah infiltrasi dari semua paving block setara, namun paving block dengan panjang dan lubang yang lebih besar memiliki tingkat infiltrasi yang lebih besar.

Pola pemasangan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Pola yang umum digunakan adalah susun bata (stretcher), anyaman tikar (basket weave) dan tulang ikan (herringbone). Dalam proses pemasangannya, paving block harus berpinggul dan pada tepi susunan paving block biasanya ditutup dengan pasak yang berbentuk uskup.

Gambar 1. Pola pemasangan paving block (Sedyowati dan Susanti, 2017)

Bentuk paving yang digunakan lainnya adalah paving persegi semi-porous, tri-hexagonal dan segi enam berlubang (hexagonal-hollow).

Gambar 2. Empat tipe CBP (Sedyowati dan Susanti, 2017)

(6) Tanah

Keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan

fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah disebut tekstur tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut, partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0,05 mm, debu dengan ukuran 0,05 – 0,002 mm dan liat dengan ukuran < 0,002 mm.

Tanah disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85% pasir, bertekstur debu apabila berkadar minimal 80% debu, dan bertekstur liat apabila berkadar minimal 40% liat. Tanah yang berkomposisi ideal yaitu 22.5 – 52.5% pasir, 30 – 50% debu dan 10 – 30% liat disebut bertekstur lempung (Hanafiah, 2005).

(7) Rumput

Rumput (grass)adalahtumbuhan monokotilyang memiliki daun berbentuk sempit meruncing yang tumbuh dari dasar batang. Rumput seringkali ditanam sebagaitanaman hias,tanaman obat, dan pakan ternak. Namun di sisi lain, rumput yang tumbuh di lahan pertanian bersifat mengganggu pertumbuhan tanaman utama sehingga sering disebut sebagai tanaman pengganggu (gulma). Beberapa contoh rumput yang biasa ditanam di Indonesia antara lain rumput jepang, rumput gajah mini, rumput peking, rumput manila, rumput teki, rumput kucai, dan rumput ilalang.

3. METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan pengujian laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrolika Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya. Pada penelitian analisa saringan pengujian dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas teknik, Universitas Sriwijaya.

Pasir untuk lapisan dasar pemodelan yang digunakan telah terlebih dahulu diuji karakteristiknya. Sedangkan penelitian ini dilakukan pemodelan menggunakan advanced hydrology system dengan ukuran bak uji 200 cm x 100 cm.

Tutupan lahan rumput yang digunakan pada pengujian adalah jenis gajah mini (Pennisetum purpureum schamach). Pada pengujian ini paving block berdimensi 100 mm x 50 mm dengan tebal 30 mm, sedangkan untuk grass blockdengan segi 8 dengan masing-masing sisi 40 mm dengan lubang tengah berbentuk persegi. Dimensi paving block dan grass block dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4 dibawah ini.

(4)

Gambar 3. Dimensi Paving block

Gambar 4. Dimensi Paving block

Pengujian pertama dengan mengambil contoh pasir yang telah disediakan dan tanah yang terdapat pada rumput gajah mini, untuk dilakukan analisa saringan agar dapat diketahui karakteristiknya.

Selanjutnya dilakukan pengujian intensitas hujan untuk mendapatkan intensitas yang telah direncanakan yaitu sebesar 40 mm/jam, 50 mm/jam, 60 mm/jam dan 70 mm/jam. Adapun tahap selanjutnya dengan pembuatan model pengujian sebagai berikut :

1) Memasukkan lapisan dasar pasir 40 mm

2) Memasukkan tutupan lahan(paving block pola susun bata, paving block anyam tikar, rumput gajah mini, grass block, perkerasan beton, dan tanpa tutupan)

Dilakukan running dengan intensitas hujan 40 mm/jam, 50 mm/jam, 60 mm/jam, 70 mm/jam, kemiringan lahan 3% dan durasi hujan selama 10 menit. Pencatatan dilakukan selama 20 menit mulai dari hujan dihidupkan. Data aliran limpasan permukaan yang tertampung di analisis untuk mendapatkan perhitungan nilai koefisien aliran permukaan (C), selanjutnya dilakukan perbandingan intensitas hujan dan tutupan lahan terhadap nilai koefisien aliran.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian pendahuluan

Berikut adalah hasil pengujian pendahuluan yang dilakukan terhadap sampel material dan alat agar dapat memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengujian nilai koefisien aliran.

Analisa Saringan

Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan pembagian ukuran butiran sampel pasir dan tanah agar dapat memenuhi syarat untuk digunakan pada alat rainfall simulator. Adapun hasil dapat dilihat pada Gambar 5 sampel pasir dan sampel tanah.

Gambar 5. Grafik hasil analisis saringan sampel pasir

Pada Gambar 5. grafik hasil analisis saringan sampel pasir didapat nilai ukuran butir materialnya yaitu D10= 0,255 mm, D30= 0,48 mm, D50= 0,61 mm, D60 = 0,7 mm. Setelah didapat hasil tersebut, maka dilanjutkan perhitungan koefisien keseragaman(Cu) dan koefisien gradasi(Cc) seperti dibawah ini :

Cu = ୈ଺଴ୈଵ଴ Cc = ୈଵ଴୶ୈ଺଴ୈଷ଴²

=଴ǡଶହହ଴ǡ଻ =଴ǡଶହହ୶଴ǡ଻଴ǡସ଼²

= 2,745 = 1,29

Hasil perhitungan koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien gradasi (Cc) di atas, pasir termasuk dalam jenis tanah SP yaitu pasir kerikil, bersih dengan sedikit atau tidak sama sekali mengandung butiran halus.

Pengujian Intensitas Hujan

Untuk mendapatkan intensitas hujan, dilakukan uji coba alat advanced hydrology system di laboratorium. Waktu menyesuaikan volume tampungan dengan dimensi 12 cm x 10 cm x 17 cm, maka saat tampungan penuh stopwatch pun dimatikan. Setelah didapat lama waktu yang dibutuhkan dalam detik, maka dibagi dengan 3600 untuk mengetahui berapa jumlah intensitas perjam nya. Luas benda uji adalah luas lahan yang dihujani yaitu test bath yang berukuran 2 m x 1 m. Pengujian dilakukan sebanyak 5 kali percobaan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil rekapitulasi pengujian intensitas hujan

No

Intensitas Volume Luas Benda Waktu Intensitas Rencana Tampungan Uji (A) Rata-rata Rata-rata

(mm/jam) (mm3) (mm2) (detik) (mm/jam)

1 40 2040000 2000000 91,65 40,06

2 50 2040000 2000000 73,38 50,06

3 60 2040000 2000000 61,14 60,06

4 70 2040000 2000000 52,51 69,94

(5)

Pengujian Pengaruh Tutupan Lahan dan Intensitas hujan terhadap Koefisien Aliran Permukaan

Koefisien aliran permukaan dipengaruhi oleh intensitas hujan, dalam penelitian ini menggunakan variasi intensitas hujan 40 mm/jam, 50 mm/jam, 60 mm/jam dan 70 mm/jam, kemiringan yang digunakan 3%. Pengujian dilakukan dengan durasi hujan 10 menit dan pencatatan dilakukan selama 20 menit setelah hujan berhenti. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 6 berikut :

Tabel 3. Hasil rekapitulasi perhitungan nilai koefisien aliran permukaan (C)

Variasi Koefisien

Aliran Permukaan

(C) Tutupan Intensitas Kemiringan

(mm/jam) (%)

Grass block

40 3 0,678

50 3 0,694

60 3 0,742

70 3 0,766

Paving block Susun bata

40 3 0,859

50 3 0,855

60 3 0,871

70 3 0,893

Paving block Anyam tikar

40 3 0,827

50 3 0,839

60 3 0,845

70 3 0,858

Perkerasan beton

40 3 0,963

50 3 0,979

60 3 0,996

70 3 0,999

Rumput Gajah mini

40 3 0,484

50 3 0,49

60 3 0,502

70 3 0,539

Media pasir

40 3 0,56

50 3 0,567

60 3 0,626

70 3 0,641

Gambar 6. Grafik rekapitulasi koefisien aliran permukaan setiap variasi tutupan lahan menggunakan variasi kemiringan lahan untuk intensitas hujan 70 mm/jam

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa koefisien aliran permukaan (C) untuk kemiringan lahan 3%

dengan variasi intensitas hujan 40 mm/jam, 50 mm/jam, 60 mm/jam dan 70 mm/jam, pada tutupan lahan perkerasaan beton (cor-an) memiliki nilai 0,963-0,999 tertinggi dari tutupan lahan lain, karena hujan yang turun langsung menjadi aliran permukaan dengan hanya sedikit menyerap melalui pori-pori beton.

Nilai Koefisien Aliran Permukaan menggunakan Rumus Rasional

Pengujuan menggunakan variasi intensitas hujan 40 mm/jam, 50 mm/jam, 60 mm/jam dan 70 mm/jam, kemiringan yang digunakan 3%. Pengujian dilakukan dengan durasi hujan 10 menit. Dengan mengetahui volume limpasan maka didapat debit limpasan yang kemudian dicari koefisien limpasan menggunakan rumus rasional. Adapun hasil perhitungan nilai koefisien limpasan menggunakan rumus rasional dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 7 dibawah ini.

Tabel 4. Hasil rekapitulasi perhitungan nilai koefisien aliran permukaan (C) menggunakan rumus rasional

Variasi Koefisien

Aliran Permukaan

(C) Tutupan Intensitas Kemiringan

(mm/jam) (%)

Grass block

40 3 0,677

50 3 0,693

60 3 0,741

70 3 0,765

Paving block Susun bata

40 3 0,857

50 3 0,859

60 3 0,869

70 3 0,891

Paving block Anyam tikar

40 3 0,825

50 3 0,838

60 3 0,843

70 3 0,856

Perkerasan beton

40 3 0,961

50 3 0,977

60 3 0,994

70 3 0,997

Rumput Gajah mini

40 3 0,483

50 3 0,489

60 3 0,501

70 3 0,538

Media pasir

40 3 0,559

50 3 0,565

60 3 0,625

70 3 0,639

Gambar 7. Grafik rekapitulasi koefisien aliran permukaan (C) dengan variasi tutupan lahan dan intensitas menggunakan rumus rasional

Dilihat pada Gambar 7 didapat semakin terbuka lahan maka nilai koefisien semakin kecil, terlihat pada tutupan rumput yang memiliki koefisien yang kecil. Intensitas hujan berpengaruh terhadap nilai koefisien aliran, terlihat pada Grafik semakin tinggi intensitas hujan maka koefisien semakin besar.

(6)

Perbandingan Koefisien Aliran Permukaan (C) Perbandingan menggunakan rumus rasional dan rumus berdasrkan definisi* agar didapat nilai yang tepat untuk semua variasi tutupan, intensitas hujan dan kemiringan, disijakan dalam tabel berikut :

Tabel 5. Hasil perbandingan nilai koefisien aliran permukaan (C)

Variasi Koefisien Aliran

Permukaan (C) Perbedaan Tutupan Intensitas Berdasarkan

Definisi*

Rumus C (%)

(mm/jam) Rasional

Grass block 40 0,678 0,677 0,1681

50 0,694 0,693 0,131

60 0,742 0,741 0,1345

70 0,766 0,765 0,1756

Paving block 40 0,859 0,857 0,2166

Susun bata 50 0,855 0,859 0,5177

60 0,871 0,869 0,1751

70 0,893 0,891 0,1914

Paving block 40 0,827 0,825 0,2584

Anyam tikar 50 0,839 0,838 0,1421

60 0,845 0,843 0,1820

70 0,858 0,856 0,2463

Perkerasan 40 0,963 0,961 0,1719

Beton 50 0,979 0,977 0,2306

60 0,996 0,994 0,1618

70 0,999 0,997 0,2024

Rumput 40 0,484 0,483 0,2592

Gajah mini 50 0,49 0,489 0,1062

60 0,502 0,501 0,2458

70 0,539 0,538 0,1836

Media pasir 40 0,560 0,559 0,2100

50 0,567 0,565 0,2713

60 0,626 0,625 0,2231

70 0,641 0,639 0,2609

* Scwab, et al, 1981 dalam Arsyad, 2006 dan Mc Guen, 1989 dalam Suripin, 2004

Dilihat pada Tabel 5 bahwa selisih dari hasilpenggunaan rumus rasional dan berdasarkan defisini memiliki selisih 0,1062% - 0,5177 % atau 0,001 – 0,004 yang menunjukkan bahwa penggunaan rumus rasional untuk mencari nilai koefisien aliran permukaan (C) dapat digunakan.

5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Adapun kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Nilai koefisen aliran permukaan (C) untuk variasi tutupan lahan dan intensitas hujan 40 mm/jam 50 mm/jam 60 mm/jam dan 70 mm/jam, dengan kemiringan lahan 3%.

a) Paving block dengan pola susun bata sebesar 0,857 – 0,891, sedangkan pola anyam tikar 0,825 – 0,856.

b) Grass block nilai koefisien aliran permukaan (C) sebesar 0,677 – 0,765.

c) Rumput gajah mini memiliki nilai koefisien aliran permukaan (C) sebesar 0,483 – 0,538.

d) Media pasir memiliki nilai koefisien aliran permukaan (C) sebesar 0,559 – 0,639.

e) Perkerasan beton (cor) memiliki nilai koefisien aliran permukaan (C) sebesar 0,961 – 0,997.

f) Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien aliran permukaan (C) terendah didapatkan dengan penggunaan penutup rumput gajah mini dan pekerasan beton (cor) sebagai nilai tertinggi. Namun untuk mengurangi penggunaan perkerasan beton dapat menggunakan perkerasan paving block dan grass block sebagai penutup lahan pada lokasi tempat parkir/trotoar jalan. Karena membutuhkan kekuatan untuk menahan beban yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan rumput gajah mini.

2) Nilai koefisien aliran permukaan (C) semakin besar dengan intensitas hujan yang meningkat dan tutupan lahan yang memiliki celah lebih sedikit.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut :

1) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berbagai variasi pola susun, pola bentuk terhadap paving block dan grass block untuk mengetahui tutupan dan pola yang paling efektif untuk memperkecil nilai koefisien aliran permukaan (C).

2) Perlu adanya penambahan variasi intensitas hujan, variasi kemiringan lahan dan variasi tutupan lahan untuk melihat pengaruhnya terhadap nilai koefisien aliran permukaan (C) mengingat pada pengujian ini hanya menggunakan intensitas 40 mm/jam, 50 mm/jam, 60 mm/jam, 70 mm/jam dan kemiringan 3%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Sarino dan bapak Agus Lestari Yuono sebagai pendamping dan pembimbing penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan Skripsi Sarjana;

juga ucapan terima kasih kepada segala pihak yang membantu dalam teknis laboratorium.

REFERENSI

1. Abdulgani, Hamdani., 2015. Efektifitas Model Sistem Resapan Horizontal dengan Parit Infiltrasi dalam

Menggurangi Limpasan Permukaan. Indramayu: Universitas Wiralodra.

2. Arsyad Sitanala, 2006. Konservasi Tanah dan Air.

Bandung: Penerbit IPB (IPB Press)

3. Arsyad Sitanala, 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi Kedua, IPB Press. Bogor

4. Asdak, C, 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Cetakan Kelima. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta. 630 hal. (Dalam jurnal Volume dan Koefisian Aliran Permukaan pada Areal Pertanaman Wortel di Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon Timur oleh Yudi C.L. Pakpakhan).

5. Castro, D., Angullo, G., Rodriuez, J., and Calzada, M, A., 2007. The Influence of Paving-Block Shape on the Infiltration Capacity of Permeable Paving. Departemento de Transportes,Universidad de Cantabria Spain.

(7)

6. Hassing,J. M. 1995. Hydrology In Highway And Traffic Engineering Developing Countries. Thegesen. London.

7. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 hlm.

8. Lucke, Terry., Beecham, Simon., 2013. An Investigation Into the Differences in Infiltration Capacity between Porous and Permeable Concrete Pavers Installed on Sloping Sub- catchments. School of Science and Engineering, University ot the Sunshine Coast, Australia.

9. Martono, 2004 Pengaruh Intensitas Hujan dan Kemiringan Lereng Terhadap Laju Kehilangan Tanah Pada Tanah Regosol Kelabu. Masters thesis, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

10. Oemar, Bakrie, dkk. Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah, Universitas Sriwijaya, Palembang.

11. Rahim SE. 2006. Pengendalian Erosi Tanah: Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

12. Rakhim, Abd., M, Ahmad., T, Arsyad, M., and Marciar,F., 2016. Pengaruh Tutupan Vegetasi pada Tanah Timbunan terhadap Infiltrasi dan Aliran Permukaan. Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin.

13. Sedyowati, L., Suhardjono, S., Suhartanto, E., and Sholichin, M., 2017. Runoff Velocity Behaviour on Smooth Pavement and Paving Blocks Surface Measured by A Tilted Plot. Faculty of Engineering, Unversity of Merdeka Malang.

14. Sedyowati, L., Susanti, Eko I., 2017. Effect of Concrete Block Pavement on Flow Retardation Factor. Faculty of Engineering, Unversity of Merdeka Malang

15. Suripin, Dr. Ir. M.Eng., 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi, Yogyakarta.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan jumlah penduduk membuat banyaknya alih fungsi lahan, terutama kebutuhan lahan untuk permukiman dan bangunan pendukung lainnya. Alih fungsi lahan yang

[r]

Studi yang dilakukan pada nelayan penyelam tradisional kompresor udara menunjukkan kejadian barotrauma membran timpani dengan kedalaman penyelaman dan lama menyelam

Hasil menunjukkan bahwa bawang putih, lada hitam dan cabai segar memiliki aroma dan rasa pedas menyengat, yang disebabkan bawang putih mengandung allicin, lada hitam

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta innayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

Takikardi yang disebabkan juga tidak terjadi pada hari kedua sehingga disimpulkan bahwa pemberian ekstrak belum memberikan efek yang signifikan terhadap sistem

Apabila terjadi kesalahan penyerahan perbekalan farmasi kepada pasien rawat jalan maka kepada petugas Instalasi Farmasi segera lapor kepada Kepala Instalasi Farmasi dan

Jika auditor memperoleh bukti audit bahwa saldo awal mengandung kesalahan penyajian yang dapat secara material berdampak terhadap laporan keuangan periode