• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 4.7. Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan Industri Crumb Rubber PT. Aneka Bumi Pratama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tabel 4.7. Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan Industri Crumb Rubber PT. Aneka Bumi Pratama"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Tabel 4.7. Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan Industri Crumb Rubber PT. Aneka Bumi Pratama

Komponen

Lingkungan Sumber

Dampak Tolok Ukur

Dampak Tujuan

Pengelolaan Upaya Pengelolaan Periode

Pengelolaan Lokasi Pengelolaan

Institusi Pengelola Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Peningkatan

Bau (odor) • Pengadaan bahan baku (bahan olah)

• Penyimpanan bahan baku

Penggantungan dan penurunan blanket Pengeringan (dryer)

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep- 50 /MENLH/

II/1996 tentang Baku Mutu Kebauan yaitu dimana baku mutu lingkungan tingkat kebauan untuk

konsentrasi NH3

( Amoniak) 2 ppm, H3SH (Metil Mercaptan) 0,002 ppm, H2S (Hidrogen Sulfida) 0,02 ppm, (CH3)2 (Metil Sulfida) 0,01 ppm dan C2H3CHCH2

(stirena) 0,1 ppm.

Agar bau yang berasal dari bahan baku (bahan olah) selama kegiatan pengangkutan bahan olah/bahan baku karet ke pabrik, penyimpanan bahan baku dan penggantungan dan penurunan blanket tidak melebihi baku mutu lingkungan yang ditetapkan

1) Untuk meminimalkan bau pada waktu pengangkutan bahan olah/bahan baku karet ke pabrik adalah : pihak perusahaan menganjurkan kepada supplier (pedagang) pengumpul untuk menyiramkan deorub ke permukaan bahan olah karet 2) Untuk meminimalkan bau selama

kegiatan penyimpanan bahan baku adalah bahan baku yang disimpan di dalam gudang bahan baku di semprot dengan deorub.

3) Untuk meminimalkan bau selama kegiatan penggantungan dan penurunan blanket adalah Blanket yang di gantung di kamar jemur di semprot dengan deorub sampai dengan hari ke -5

4) Untuk meminimalkan bau selama kegiatan pengeringan adalah : bau yang berasal dari proses pengeringan di olah dengan menggunakan alat Airscrubber dengan prinsip kerjanya menghisap asap yang berasal dari Dryer kemudian disemprot dengan menggunakan air untuk memisahkan partikel padat, sehingga bau menjadi berkurang.

Periode pengelolaan selama kegiatan pengangkutan bahan baku, penyimpanan, penggantunga n dan penyimpanan serta pengeringan berlangsung

.Lokasi pengelolaan meliputi:

- Area parkir mobil pengangkut bahan baku -

Area gudang penyimpanan bahan baku -

Area penggantunga

n dan

penurunan blanket - Area

pengeringan/

dryer

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang

(2)

Tabel 3.1. Lanjutan ...

Komponen Lingkungan

Sumber Dampak

Tolok Ukur

Dampak Tujuan Pengelolaan Upaya Pengelolaan Periode Pengelolaan

Lokasi Pengelolaan

Institusi Pengelola Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Peningkatan

Bau (odor) • Pengadaan bahan baku (bahan olah)

• Penyimpanan bahan baku

Penggantungan dan penurunan blanket Pengeringan (dryer)

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep- 50 /MENLH/

II/1996 tentang Baku Mutu Kebauan yaitu dimana baku mutu lingkungan tingkat kebauan untuk

konsentrasi NH3

( Amoniak) 2 ppm, H3SH (Metil Mercaptan) 0,002 ppm, H2S (Hidrogen Sulfida) 0,02 ppm, (CH3)2 (Metil Sulfida) 0,01 ppm dan C2H3CHCH2

(stirena) 0,1 ppm.

Agar bau yang berasal dari bahan baku (bahan olah) selama kegiatan pengangkutan bahan olah/bahan baku karet ke pabrik,

penyimpanan bahan baku dan

penggantungan dan penurunan blanket tidak melebihi baku mutu lingkungan yang ditetapkan

5) M e m b u a t v e n t i l a s i u d a r a y a n g c u k u p d e n g a n m e m a s a n g w i n d turbin ventilator yang memanfaatkan sumber daya angin sehingga dapat mengurangi konsentrasi bau

yang mengganggu

kenyamanan.

6) Sistern scrubber yaitu dengan menyemprot uap panas yang keluar dengan air sehingga limbah gas/bau dapat terikat dan terbawa air. Untuk mengurangi limbah gas / bau yang dikeluarkan oleh cerobong dryer dilakukan dengan cara mendinginkan uap panas yang keluar sehingga radius bau yang dicapai dapat semakin sedikit atau berkurang.

Periode pengelolaan selama kegiatan pengangkutan bahan baku, penyimpanan, penggantunga n dan penyimpanan serta pengeringan berlangsung

.Lokasi pengelolaan meliputi:

- Area parkir mobil

pengangkut bahan baku - Area

gudang penyimpanan bahan baku - Area

penggantungan dan penurunan blanket

- Area pengeringan/

dryer

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang

(3)

Tabel 3.1. Lanjutan ...

Komponen Lingkungan

Sumber Dampak

Tolok Ukur Dampak

Tujuan

Pengelolaan Upaya Pengelolaan Periode

Pengelolaan

Lokasi Pengelolaan

Institusi Pengelola Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Peningkatan Bau (odor)

i. Pengadaan bahan baku (bahan olah) ii.

iii. Penyimpanan bahan baku iv.

Penggantunga n dan penurunan blanket Pengeringan (dryer)

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep- 50 /MENLH/

II/1996 tentang Baku Mutu Kebauan yaitu dimana baku mutu lingkungan tingkat kebauan untuk

konsentrasi NH3

( Amoniak) 2 ppm, H3SH (Metil Mercaptan) 0,002 ppm, H2S (Hidrogen Sulfida) 0,02 ppm, (CH3)2 (Metil Sulfida) 0,01 ppm dan C2H3CHCH2

(stirena) 0,1 ppm.

Agar bau yang berasal dari bahan baku (bahan olah) selama kegiatan pengangkutan bahan

olah/bahan baku karet ke pabrik, penyimpanan bahan baku dan penggantungan dan penurunan blanket tidak melebihi baku mutu lingkungan yang ditetapkan

7) Pemanfaatan Deorub (liquid smoke) pada

berbagai tahapan

dengan cara :

a.Proses penggilingan yaitu dengan meneteskan cairan Deorub ke blanket melalui mangel terakhir.

b. Proses kerja scrubber yaitu dengan mencampurkan

deorub dengan persediaan air yang ada di bak scrubber.

c. Proses kamar jemur yaitu dengan menyemprotkannya ke blanket yang sedang di jemur.

8) Penanaman pohon (penghijauan) di dalam dan sekitar lokasi pabrik serta pembuatan taman yang berguna untuk mengurangi penyebaran bau antara lain : bunga tanjung, mahoni, golodokan tiang, sengon, beringin, bambu pancing dan lain sebagainya

9) Menjaga kebersihan lingkungan kerja (house keeping) dioptimalkan dan pekerja diberikan alat pelindung dari debu berupa masker.

10)M e n i n g k atk a n p e n e r a p an p r o g r a m b o k a r b e rs i h d e n g a n melakukan peningkatan seleksi bokar yang dibeli/disimpan/diolah.

11) Meningkatkan efektivitas penggunaan deorub di tempat-tempat penerimaan dan penyimpanan bokar, lingkungan kerja, halaman pabrik, kantor dan perumahan.

Periode pengelolaan selama kegiatan pengangkutan bahan baku, penyimpanan, penggantunga n dan penyimpanan serta pengeringan berlangsung

.Lokasi pengelolaan meliputi:

- Area parkir mobil pengangkut bahan baku -

Area gudang penyimpanan bahan baku -

Area penggantunga

n dan

penurunan blanket - Area

pengeringan/

dryer

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang

(4)

Tabel 3.1. Lanjutan ...

Komponen

Lingkungan Sumber

Dampak Tolok Ukur

Dampak Tujuan

Pengelolaan Upaya Pengelolaan Periode

Pengelolaan Lokasi Pengelolaan

Institusi Pengelola Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Limbah Cair Proses bongkar muat bahan baku, penyimpanan bahan baku, proses pengolahan karet basah menjadi blanket dan dari proses pengolahan karet kering (blanket) menjadi karet remah (crumb rubber).

Peraturan

Gubernur Propinsi Sumatera Selatan No.18 tahun 2005 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) Bagi Kegiatan Industri, Hotel, Restoran, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan Batubara, dimana konsentrasi TSS, BOD, COD, pH, NH3 (ammoniak) dan N –total tidak boleh melibihi baku mutu yang sudah ditetapkan yaitu konsentrasi TSS Max 100 mg/l, BOD Max 60 mg/l, COD Max 200 mg/l, pH 6-9 dan NH3

maksimum 5 mg/l dan N-total maksimum 10 mg/l.

Agar limbah cair yang berasal dari kegiatan bongkat muat, penyeleksian dan penyimpanan bahan olah, pembersihan dan penyeragaman awal dan kegiatan peremahan dan pengisian trolley tidak melebihi baku mutu lingkungan yang ditetapkan

1) Pada waktu kegiatan bongkar muat, penyeleksian dan penyimpanan bahan olah untuk meminimalkan limbah cair adalah : limbah cair di siram dan alirkan di parit gudang bahan baku untuk di proses ke IPAL.

2) Pemisahan limbah cair dan limbah padat dengan menggunakan alat Vibrating Screen pada waktu kegiatan pembersihan dan penyeragaman awal bahan olah.

3) Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan peremahan dan pengisian trolley di alirkan di parit di sekitar proses tersebut untuk di proses ke IPAL

4) Meningkatkan penerapan program bokar bersih dengan melakukan peningkatan seleksi bokar yang dibeli/disimpan/diolah.

5) Menampung limbah olie bekas, terpentin bekas (sesuai dengan petunjuk yang ada) agar tidak tersalur ke dalam IPAL dan atau tidak mencemari lingkungan kerja.

6) Melakukan review dan menyempurnakan sistem operasi kerja dari IPAL yang ada sekarang, untuk memperoleh kualitas limbah cair yang memenuhi persyaratan mutu limbah air; pemakaian air yang lebih efisien (misalnya melalui upaya reuse dan recycle).

Periode pengelolaan selama kegiatan bongkar muat, penyeleksian dan

penyimpanan bahan baku, pembersihan dan penyeragama n awal dan peremahan dan pengisian trolley berlangsung

Lokasi pengelolaan saluran yang mengalirkan limbah cair dari area bongkar muat, penyeleksian dan

penyimpanan

bahan baku, Area

pembersihan dan penyeragama n awal dan Area peremahan dan pengisian trolley serta IPAL

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang

(5)

Tabel3.1. Lanjutan ...

Komponen

Lingkungan Sumber

Dampak Tolok Ukur

Dampak Tujuan

Pengelolaan Upaya Pengelolaan Periode

Pengelolaan Lokasi Pengelolaan

Institusi Pengelola Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Limbah Cair Proses bongkar muat bahan baku, penyimpanan bahan baku, proses pengolahan karet basah menjadi blanket dan dari proses pengolahan karet kering (blanket) menjadi karet remah (crumb rubber).

Peraturan

Gubernur Propinsi Sumatera Selatan No.18 tahun 2005 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) Bagi Kegiatan Industri, Hotel, Restoran, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan Batubara, dimana konsentrasi TSS, BOD, COD, pH, NH3 (ammoniak) dan N –total tidak boleh melibihi baku mutu yang sudah ditetapkan yaitu konsentrasi TSS Max 100 mg/l, BOD Max 60 mg/l, COD Max 200 mg/l, pH 6-9 dan NH3

maksimum 5 mg/l dan N-total maksimum 10 mg/l.

Agar limbah cair yang berasal dari kegiatan bongkat muat, penyeleksian dan penyimpanan bahan olah, pembersihan dan penyeragaman awal dan kegiatan peremahan dan pengisian trolley tidak melebihi baku mutu lingkungan yang ditetapkan

7) Memberikan pelatihan kepada karyawan di bagian pengelolaan limbah (kalau perlu melibatkan instansi terkait ) agar mereka termotivasi untuk memperbaiki kinerja pengelolaan limbah dan dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan.

8) Meningkatkan peranan divisi

lingkungan dengan

penyempurnaan struktur organisasi, penegasan tugas dan kewajiban dad personel dan didukung oleh penerapan sistem dokumentasi dalam pelaksanaan pengelolaan limbah cair sebagai bentuk pertanggungan jawab dalam pengelolaan oleh bagian- bagian di divisi lingkungan.

9) Meningkatkan kegiatan pengendalian dan pengawasan, antara lain dengan pengendalian dan pengawasan yang terdokumentasi untuk meyakinkan bahwa proses pengelolaan berjalan seperti yang ditetapkan.

Periode pengelolaan selama kegiatan bongkar muat, penyeleksian dan

penyimpanan bahan baku, pembersihan dan penyeragama n awal dan peremahan dan pengisian trolley berlangsung

Lokasi pengelolaan saluran yang mengalirkan limbah cair dari:

Area bongkar muat, penyeleksian dan

penyimpanan

bahan baku, Area

pembersihan dan penyeragama n awal dan Area peremahan dan pengisian trolley serta IPAL

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang

(6)

Tabel 3.1. Lanjutan ...

Komponen

Lingkungan Sumber

Dampak Tolok Ukur

Dampak Tujuan

Pengelolaan Upaya Pengelolaan Periode

Pengelolaan Lokasi Pengelolaan

Institusi Pengelola Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Limbah Padat Limbah padat yang ditimbulkan dari proses produksi pabrik crumb rubber berasal dari berberapa sumber dampak yaitu dari proses pencacahan menimbulkan limbah tatal, proses penggilingan menimbulkan limbah pasir, proses IPAL menimbulkan limbah lumpur dan proses pengemasan produk menimbulkan limbah plastik dan kayu

Tolok ukur dampak limbah padat berupa tatal yang dihasilkan dalam proses produksi mengacu pada Surat Walikota No.660/901972/Ba pedalda tentang Program Karet Bersih.

Agar limbah padat yang berasal dari kegiatan bongkat muat, penyeleksian dan penyimpanan bahan baku, pembersihan dan penyeragaman

awal dapat

diminimalkan.

1) Limbah padat yang berupa pasir dan tanah ditampung di dalam parit dan di angkat setiap hari untuk di landfill ke dalam lokasi yang sudah di sediakan.

2) Limbah padat berupa kayu dan karung dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam wadah yang sudah di siapkan dan di buang ke tempat pembuangan sampah.

3) Limbah padat yang berasal dari proses pencacahan bahan baku pada bak pencucian (washing tank) di alirkan bersama air limbah ke kolam IPAL 1

4) Limbah padat berupa pasir yang berada disekitar proses penggilingan dialirkan melalui selokan ikut bersama air limbah menuju kolam IPAL 1 (kolam penyaringan dan pengendapan).

5) Limbah padat yang berasal dari proses kolam IPAL 2 adalah berupa Lumpur. Lumpur yang dihasilkan dari kolam IPAL 2 akibat proses sendimentasi zat padatan terlarut selama di dalam kolam IPAL 2.

Periode pengelolaan selama kegiatan bongkar muat, penyeleksian dan

penyimpanan bahan baku, pembersihan dan penyeragama n awal bahan baku berlangsung.

Lokasi pengelolaan meliputi: area bongkar muat, penyeleksian dan

penyimpanan bahan baku serta area pembersihan dan penyeragama n awal bahan baku.

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kebersihan dan keindahan Kota

Palembang Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kebersihan dan keindahan Kota

Palembang

(7)

Tabel 3.1. Lanjutan ...

Komponen

Lingkungan Sumber

Dampak Tolok Ukur

Dampak Tujuan

Pengelolaan Upaya Pengelolaan Periode

Pengelolaan Lokasi Pengelolaan

Institusi Pengelola Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Limbah Padat Limbah padat yang ditimbulkan dari proses produksi pabrik crumb rubber berasal dari berberapa sumber dampak yaitu dari proses pencacahan menimbulkan limbah tatal, proses penggilingan menimbulkan limbah pasir, proses IPAL menimbulkan limbah lumpur dan proses pengemasan produk menimbulkan limbah plastik dan kayu

Tolok ukur dampak limbah padat berupa tatal yang dihasilkan dalam proses produksi mengacu pada Surat Walikota No.660/901972/Ba pedalda tentang Program Karet Bersih.

Agar limbah padat yang berasal dari kegiatan bongkat muat, penyeleksian dan penyimpanan bahan baku, pembersihan dan penyeragaman

awal dapat

diminimalkan.

6) Tindakan pencegahan untuk mengurangi timbulnya dampak limbah padat yang berupa plastik dan kayu adalah (1). Menggunakan bahan penolong tersebut dengan cara yang baik dan benar (2). Bahan penolong tersebut disimpan secara baik.

7) Selain itu berbagai upaya menjamin keberlanjutan pengelolaan maka juga akan dilakukan dalam bentuk :

• M e n in gk at k a n p e n e r a p a n p r o g r a m b o k a r b e r s i h d e n g a n melakukan peningkatan

seleksi bokar yang

dibeli/disimpan/diolah.

• Memberikan pelatihan kepada karyawan di bagian pengelolaan limbah dengan berkoordinasi dengan instansi terkait

• Melakukan review dan menyempurnakan system operasi kerja dari system penampungan limbah padat yang ada sehingga efektivitas dan efisiensi yang optimal dapat tercapai.

8) Bekerjasama dengan Dinas DKK Kota Palembang untuk secara rutin mengangkut timbulan sampah domestic yang berasal dari kegiatan kantor dan Mess karyawan

Periode pengelolaan selama kegiatan bongkar muat, penyeleksian dan

penyimpanan bahan baku, pembersihan dan penyeragama n awal bahan baku berlangsung.

Lokasi pengelolaan meliputi: area bongkar muat, penyeleksian dan

penyimpanan bahan baku serta area pembersihan dan penyeragama n awal bahan baku.

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kebersihan dan keindahan Kota

Palembang

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kebersihan dan keindahan Kota

Palembang

(8)

Tabel 3.1. Lanjutan ...

Komponen Lingkungan

Sumber Dampak

Tolok Ukur Dampak

Tujuan

Pengelolaan Upaya Pengelolaan Periode

Pengelolaan

Lokasi Pengelolaan

Institusi Pengelola Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Limbah B3 Kegiatan pembersihan dan

penyeragaman awal bahan baku akan menghasilkan oli bekas berasal dari sisa pakai beberapa mesin produksi dan terpentin bekas yang ada di pabrik berasal dari bekas pakai pada tahapan proses analisa kotoran (dirt) laboratorium SIR pabrik.

Tidak ada ceceran minyak pelumas

bekas di

dalam areal maupun di Iuar areal.

pabrik yang mengacu kepada Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 1999 Jo PP No.

85 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Agar limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan pembersihan dan

penyeragaman awal dapat dikelola sesuaia dengan peraturan yang berlaku.

Pengelolaan Oli Bekas :

• M e n y i a p k a n w a d a h ( e m b e r ) p e n a m p u n g a n s e m e n t a r a m i n y a k p e l u m a s bekas sebelum olieman mengganti minyak pelumas yang baru pada mesin produksi.

• Menempatkan minyak pelumas bekas tersebut yang keluar dari mesin produksi ke dalam wadah (ember) yang telah dipersiapkan.

• Setelah selesai penggantian minyak pelumas, minyak pelumas bekas yang berada di dalam ember ke dalam drum penampungan yang letaknya jauh dari tempat produksi dengan kondisi tempat yang baik dan aman.

• Limbah B3 di simpan di Tempat Penampungan sementara (TPS limbah B3) dalam kurun waktu maksimal 90 hari

• Menyediakan bangunan gudang Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 ukuran 9 m x 8 m dengan rincian : limbah B3 daya tampung sebesar 4000 liter (20 drum) dan B3 (bukan limbah) dengan daya tampung sebesar 4000 liter (20 drum)

• Pengiriman limbah B3 ke pihak yang memiliki izin pengangkutan/

pengolahan/pemanfaatan dari Kementrian Lingkungan Hidup.

Periode pengelolaan selama kegiatan pembersihan dan penyeragama n awal bahan baku berlangsung

Lokasi pengelolaan meliputi: area pembersihan dan penyeragama n awal bahan baku

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kebersihan dan keindahan Kota

Palembang

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kebersihan dan keindahan Kota

Palembang

(9)

Tabel 3.1. Lanjutan ...

Komponen Lingkungan

Sumber Dampak

Tolok Ukur Dampak

Tujuan

Pengelolaan Upaya Pengelolaan Periode

Pengelolaan

Lokasi Pengelolaan

Institusi Pengelola Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Limbah B3 Kegiatan pembersihan dan

penyeragaman awal bahan baku akan menghasilkan oli bekas berasal dari sisa pakai beberapa mesin produksi dan terpentin bekas yang ada di pabrik berasal dari bekas pakai pada tahapan proses analisa kotoran (dirt) laboratorium SIR pabrik.

Tidak ada

ceceran minyak pelumas bekas di dalam areal maupun di Iuar areal. pabrik yang mengacu kepada Peraturan

Pemerintah RI No.

18 Tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Agar limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan pembersihan dan penyeragaman

awal dapat

dikelola sesuaia dengan peraturan yang berlaku.

Pengelolaan Terpentin Bekas :

• Melakukan penghematan

pemakaian terpentin pada laboratorium SIR dan menyimpannya ditempat yang benar.

• Tempat/wadah penyaringan disiapkan sebelum limbah terpentin dialirkan melalui selang karet ke dalam drum penampungan sementara.

• Setelah proses penyaringan untuk analisa kotoran (dirt), terpentin bekas d i a l i r k a n m e l a l u i p i p a / s e l a n g k a r e t k e d a l a m d r u m p e n a m p u n g a n sementara.

• T e r p e n t i n b e k a s y a n g t e l a h p e n u h d i d a l a m d r u m p e n a m p u n g a n sementara dipindahan ke dalam drum lain yang telah disiapkan dan drum yang penuh berisi terpentin bekas diletakkan di satu tempat yang aman untuk kemudian dijual.

• Upaya penanganan dan penanggulangan keadaan darurat bila sistem pencegahan dan pengelolaan terpentin bekas tidak berfungsi adalah dengan menyimpannya sementara di dalam gudang.

Periode pengelolaan selama kegiatan pembersihan dan penyeragama n awal bahan baku berlangsung

Lokasi pengelolaan meliputi: area pembersihan dan penyeragama n awal bahan baku

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kebersihan dan keindahan Kota

Palembang

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kebersihan dan keindahan Kota

Palembang

(10)

Tabel 3.1. Lanjutan ...

Komponen Lingkungan

Sumber Dampak

Tolok Ukur Dampak

Tujuan

Pengelolaan Upaya Pengelolaan Periode

Pengelolaan

Lokasi Pengelolaan

Institusi Pengelola Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Penurunan Kualitas Udara, Peningkatan Debu dan Kebisingan

Dampak penurunan kualitas udara, peningkatan debu dan kebisingan yang akibat aktivitas mesin produksi pabrik crumb rubber pada waktu kegiatan pembersihan dan penyeragama n awal bahan baku.

Peningkatan debu berasal dari kamar jemur dan cerobong pengering (Dryer) yang mengeluarkan debu

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep.50/MEN- LH/11/1996 tentang Baku Mutu Kebauan dan Peraturan

Gubernur Provinsi Sumatera Selatan Nomor 15 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak dan Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

Tolok ukur penurunan kualitas udara ambient dan tingkat kebisingan adalah Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 17 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat kebisingan

Tujuan

pengelolaan adalah agar kualitas udara, debu dan tingkat kebisingan di dalam pabrik dan sekitar lingkungan pabrik tetap berada di bawah baku mutu lingkungan

1) Untuk mengurangi penurunan kualitas udara dan tingkat kebisingan yang dihasilkan dari mesin produksi

• Memperlambat putaran poly pada mesin Hammermill dari 2100 rpm menjadi 1900 rpm.

• Penggantian mata pisau mesin breaker dan cutter secar rutin

• Penggantian bearing yang telah aus dengan yang baru.

• Perawatan mesin secara teratur.

• Pengisian bahan baku yang seimbang sesuai dengan kemampuan/kapasitas mesin

• Melakukan rotasi pekerja setiap 2 jam untuk daerah kerja yang memiliki kebisingan >85 dBA.

2) Melakukan perawatan terhadap mesin produksi secara ruitn

3) Debu yang berasal dari proses penurunan blanket di hisap dengan menggunakan blower penghisap debu.

4) Penanaman pohon pelindung disekitar lokasi pabrik serta pembuatan taman-taman yang berfungsi sebagai filter pollutan.

5) Penggunaan alat pelindung diri (APD) terutama masker dan ear plug bagi para pekerja terutama jika berada dalam lingkungan pabrik

.

Periode pengelolaan selama kegiatan operasional pabrik pengembang- an

berlangsung.

Lokasi pengelolaan adalah dalam dan sekitar lingkungan pabrik

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kesehatan Kota

Palembang

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kesehata Kota

Palembang

(11)

Tabel 3.1. Lanjutan ...

Komponen Lingkungan

Sumber Dampak

Tolok Ukur Dampak

Tujuan

Pengelolaan Upaya Pengelolaan Periode Pengelolaan

Lokasi Pengelolaan

Institusi Pengelola Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Penurunan Kualitas Air sungai

Limbah cair dihasilkan dari proses bongkar muat bahan baku, penyimpanan bahan baku, proses pengolahan karet basah menjadi blanket dan dari proses pengolahan karet kering (blanket) menjadi karet remah (crumb rubber) merupakan sumber utama penurunan kualitas air sungai.

Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan No. 16 Tahun 2005 tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Sungai di Provinsi

Sumatera Selatan untuk kelas 1 yaitu bahan baku air minum, yang meliputi

parameter pH (6-9); TSS (50

mg/I); TDS

(1.000 mg/l), DO (6 mg/I);

temperature (normal), BOD5 (2 mg/1); COD (10 mg/l), Amoniak bebas (0,5 mg/1) dan Besi (0,3 mg/1).

Agar limbah cair dihasilkan dari proses bongkar muat bahan baku, penyimpanan bahan baku, proses

pengolahan karet basah menjadi blanket dan dari proses

pengolahan karet kering (blanket) menjadi karet remah (crumb rubber) tidak menyebabkan penurunan kualitas air sungai Musi, Sungai Danu dan Sungai Tenang

• Meningkatkan kinerja pengawasan secara ruitn terhadap sistem pembuangan limbah cair.

• Mengoptimalkan fungsi IPAL yang ada sehingga outlet yang dihasilkan dapat memenuhi baku mutu yang ditetapkan.

• Penyimpanan bahan kimia bekas khususnya yang merupakan limbah B3 mengacu kepada Keputusan Kepala Bapedal Nomor 68/Bapedal/

05/1994 dan mengacu kepada Keputusan Kepala Bapedal Nomor 04/Bapedal/09/1994 tentang Tata Cara Persyaratan Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan dan Lokasi Bekas Peninbunan Limbah B3.

• Penyedotan secara berkala pada kolam pengendap untuk membuang sedimen yang terbentuk, sedimen tersebut selanjutnya dapat ditimbunkan pada lahan yang sudah disediakan.

Periode pengelolaan selama kegiatan operasional pabrik berlangsung.

Lokasi pengelolaan adalah sungai Musi, Sungai Danu dan Sungai Tenang

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kesehatan Kota

Palembang

Badan

Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Palembang Dinas Kesehata Kota Palembang

(12)

Tabel 6.1. Matrik Upaya Pemantauan Lingkungan Industri Crumb Rubber PT. Aneka Bumi Pratama

Komponen

Lingkungan Sumber

Dampak Tolok Ukur

Dampak Tujuan

Pemantauan Metode Pemantauan Periode

Pemantauan Lokasi Pemantauan

Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Peningkatan

Bau (odor) • Pengadaan bahan baku (bahan olah)

• Penyimpanan bahan baku

Penggantungan dan penurunan blanket Pengeringan (dryer)

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. Kep- 50 /MENLH/

II/1996 tentang Baku Mutu Kebauan yaitu dimana baku mutu lingkungan tingkat kebauan untuk

konsentrasi NH3

( Amoniak) 2 ppm, H3SH (Metil Mercaptan) 0,002 ppm, H2S (Hidrogen Sulfida) 0,02 ppm, (CH3)2 (Metil Sulfida) 0,01 ppm dan C2H3CHCH2

(stirena) 0,1 ppm.

untuk mengetahui apakah bau yang ditimbulkan dari proses industri crumb rubber tersebut dapat memenuhi baku mutu yang ditetapkan

Metode pamantauan adalah melakukan pengukuran secara lansung di lapangan pada lokasi yang menjadi sumber dampak, kemudian dianalisis laboratorium yang terakreditasi.

periode pemantauan dilakukan setiap 4 (empat) bulan sekali selama kegiatan operasional pabrik

pengembangan berlangsung

Lokasi pemantauan tingkat kebauan pada lokasi Industri Crumb

Rubber PT. Aneka Bumi Pratama adalah area parkir mobil pengangkut bahan baku, area gudang penyimpanan bahan baku, area penggantunga n dan penurunan blanket serta area pengeringan/d ryer

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Badan Lingkung an Hidup Kota Palemba ng Dinas Perindust rian, Perdaga ngan dan Koperasi Kota Palemba ng

(13)

Tabel 6.1 Lanjutan ...

Komponen Lingkungan

Sumber Dampak

Tolok Ukur Dampak

Tujuan

Pemantauan Metode Pemantauan Periode

Pemantauan

Lokasi Pemantauan

Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

OPERASI

Limbah Cair Proses bongkar muat bahan baku, penyimpanan bahan baku, proses pengolahan karet basah menjadi blanket dan dari proses pengolahan karet kering (blanket) menjadi karet remah (crumb rubber).

Peraturan

Gubernur Propinsi Sumatera Selatan No.18 tahun 2005 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) Bagi Kegiatan Industri, Hotel, Restoran, Rumah Sakit, Domestik dan Pertambangan Batubara, yaitu konsentrasi TSS Max 100 mg/l, BOD Max 60 mg/l, COD Max 200 mg/l, pH 6- 9 dan NH3

maksimum 5 mg/l dan N-total maksimum 10 mg/l.

Untuk mengetahui kualitas limbah cair yang dihasilkan dari proses industri crumb rubber pada inlet dan kualitas limbah cair setelah melalui proses pengolahan dalam IPAL (outlet)

Metode pemantauan dilakukan dengan pengambilan sampel limbah cair di bagian inlet dan outlet dari IPAL sesuai dengan SOP yang standar dan kemudian dilakukan analisis laboratoium yang terakreditasi

periode pemantauan dilakukan setiap bulan (1 x bulan) selama kegiatan pabrik beroperasi

Lokasi pemantauan kualitas limbah cair adalah limbah cair pada bagian inlet dan outlet dari IPAL

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Badan Lingkunga n Hidup Kota Palemban g Dinas Perindustri an, Perdagan gan dan Koperasi Kota Palemban g

(14)

Tabel 6.1 Lanjutan ...

Komponen

Lingkungan Sumber

Dampak Tolok Ukur

Dampak Tujuan

Pemantauan Metode Pemantauan Periode

Pemantauan Lokasi Pemantauan

Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Limbah Padat Limbah padat yang ditimbulkan dari proses produksi pabrik crumb rubber berasal dari berberapa sumber dampak yaitu dari proses pencacahan menimbulkan limbah tatal, proses penggilingan menimbulkan limbah pasir, proses IPAL menimbulkan limbah lumpur dan proses pengemasan produk menimbulkan limbah plastik dan kayu

Tolok ukur dampak limbah padat berupa tatal yang dihasilkan dalam proses produksi mengacu pada Surat Walikota No.660/901972/Ba pedalda tentang Program Karet Bersih.

Untuk mengetahui timbunan volume limbah padat di dalam lokasi pabrik dan IPAL

Metode pemantauan untuk mengetahui ketebalan lumpur sedimentasi pada IPAL dilakukan pengukuran dengan cara mengukur ketebalan lumpur

dalam IPAL dengan

menggunakan tongkat penduga yang sudah di beri tanda (ukuran cm).

periode pemantauan dilakukan setaip 6 (enam) bulan sekali selama kegiatan pabrik beroperasi

Lokasi pemantauan adalah area bongkar muat, penyeleksian dan

penyimpanan bahan baku serta area pembersihan dan

penyeragaman awal bahan baku

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kebersihan dan keindahan Kota

Palembang Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kebersihan dan keindahan Kota

Palembang

(15)

Tabel 6.1. Lanjutan ...

Komponen Lingkungan

Sumber Dampak

Tolok Ukur Dampak

Tujuan

Pemantauan Metode Pemantauan Periode

Pemantauan

Lokasi Pemantauan

Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Limbah B3 Kegiatan pembersihan dan

penyeragaman awal bahan baku akan

menghasilkan

oli bekas

berasal dari sisa pakai beberapa mesin produksi dan terpentin bekas yang ada di pabrik berasal dari bekas pakai pada tahapan proses analisa kotoran (dirt) laboratorium SIR pabrik.

Tidak ada

ceceran minyak pelumas bekas di dalam areal maupun di Iuar areal. pabrik yang mengacu kepada Peraturan

Pemerintah RI No.

18 Tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

untuk mengetahui apakah limbah B3 yang dihasilkan dari proses operasional pabrik sudah dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan mengetahui volume oli bekas dan terpentin bekas yang disimpan dalam gudang Limbah B3

Metode pemantauan dilakukan metoda observasi dan pencatatan jumlah volume serta teknik pewadahan yang dilakukan serta pengamatan gudang limbah B3.

.

periode pemantauan dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali

Lokasi pemantauan adalah areal mesin dan bengkel serta Laboratorium SIR dan Gudang penyimpanan bahan penolong yang ada di pabrik

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kebersihan dan keindahan Kota

Palembang

Badan Lingkunga n Hidup Kota Palemban g Dinas Perindustri an, Perdagan gan dan Koperasi Kota Palemban g Dinas Kebersiha

n dan

keindahan Kota Palemban g

(16)

Tabel 6.1 Lanjutan ...

Komponen

Lingkungan Sumber Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan

Pemantauan Metode Pemantauan Periode Pemantauan

Lokasi Pemantauan

Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Penurunan Kualitas Udara, Peningkatan Debu dan Kebisingan

Dampak

penurunan kualitas udara, peningkatan debu dan kebisingan yang akibat aktivitas mesin produksi pabrik crumb rubber pada waktu kegiatan

pembersihan dan penyeragaman awal bahan baku.

Peningkatan debu berasal dari kamar jemur dan cerobong pengering (Dryer) yang

mengeluarkan debu

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep.50/MEN- LH/11/1996 tentang Baku Mutu Kebauan Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan Nomor 15 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak dan Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 17 Tahun 2005 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat kebisingan

Untuk

mengetahui kualitas emisi gasi

buang yang

dihasilkan, konsentrasi debu yang dihasilkan, kualitas udara ambien di dalam lingkungan pabrik dan pemukiman terdekat serta dan tingkat kebisingan

Untuk

mengetahui tingkat kepatuhan para pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri (APD)

Metoda pemantauan kualitas udara emisi gas buang dan udara ambient dilakukan dengan pengkuran di lapangan dan analisis laboratorium dan tingkat kebisingan dilakukan pengukuran secara in-situ di lokasi pemantauan.

Periode pemantauan dilakukan 4 (empat) bulan sekali selama operasi pabrik berlangsung

Lokasi pemantauan dilakukan pada areal penggilingan dan pengeringan dan sekitar lingkungan pabrik

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kesehatan Kota

Palembang

Badan Lingkunga n Hidup Kota Palemban g Dinas Perindustri an, Perdagan gan dan Koperasi Kota Palemban g Dinas Kesehata Kota Palemban g

(17)

Tabel 6.1. Lanjutan ...

Komponen

Lingkungan Sumber

Dampak Tolok Ukur Dampak Tujuan

Pemantauan Metode Pemantauan Periode

Pemantauan Lokasi Pemantauan

Institusi Pemantauan Lingkungan Pelaksana Pengawas Penerima

Laporan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHAP OPERASI

Penurunan Kualitas Air sungai

Limbah cair dihasilkan dari proses bongkar muat bahan baku, penyimpanan bahan baku, proses pengolahan karet basah menjadi blanket dan dari proses pengolahan karet kering (blanket) menjadi karet remah (crumb rubber) merupakan sumber utama penurunan kualitas air sungai.

Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan No. 16 Tahun

2005 tentang

Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Sungai di Provinsi Sumatera Selatan untuk kelas 1 yaitu bahan baku air minum, yang meliputi parameter pH (6-9);

TSS (50 mg/I); TDS (1.000 mg/l), DO (6 mg/I); temperature (normal), BOD5 (2 mg/1); COD (10 mg/l), Amoniak bebas (0,5 mg/1) dan Besi (0,3 mg/1).

untuk mengetahui kualias air sungai di sekitar lokasi pabrik, apakah semua parameter air sungai dapat memenuhi baku mutu yang ditetapkan

Metode pemantauan dilakukan melalui pengambilan contoh dilapangan yang dilanjutkan dengan analisis pada laboratorium yang terakreditasi sesuai koordinat awal pengukuran, kemudian dibandingkan dengan standar baku yang ada sehingga terlihat perubahannya

Perioda pemantauan adalah setiap 6 (enam) bulan sekali selama tahap konstruksi berlangsung

Lokasi pemantauan kualitas air sungai adalah sungai-sungai yang terdapat di sekitar lokasi yaitu sungai Musi, Sungai Danu dan Sungai Tenang

PT. Aneka Bumi Pratama

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kesehatan Kota

Palembang

Badan Lingkungan Hidup Kota Palembang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota

Palembang Dinas Kesehata Kota

Palembang

(18)

Gambar

Tabel 4.7. Matrik Upaya Pengelolaan Lingkungan             Industri Crumb  Rubber PT. Aneka Bumi Pratama
Tabel 3.1. Lanjutan .....  Komponen  Lingkungan   Sumber  Dampak  Tolok Ukur
Tabel 3.1. Lanjutan .....
Tabel 3.1. Lanjutan .....
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan perpustakaan dalam rangka mening- katkan efektifitas perpustakaan jurusan PG PAUD sebagai sumber belajar bagi dosen dan mahasiswa dilakukan dengan memberikan

Pengaruh kualitas layanan dan citra insititusi terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan (Studi pada Universitas Muhammadiyah di Jawa Timur).. Jember: Jurnal

Citra Merek dan Fasilitas merupakan hal penting bagi perusahaan agar dapat terus bertahan dalam persaingan, perusahaan harus dapat membina citra perusahaan dan

Tanggal Kurir Alamat Qty Berat Time 5 Bank International Indonesia KCP Jelambar, Komp Ruko Duta Mas,.. Blok E 1 No

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu induksi, waktu pulih dan waktu keluar dari celah karang pada ikan Injel Biru Kuning (C. bicolor) dalam penggunaan minyak

51 BIANA HASTARI,S.Pd TK DHARMA WANITA SENDANGHAJI MERAKURAK 52 NISWATIL ELYA, S.Pd,S.PdI TK TUNAS HARAPAN KORO MERAKURAK 53 ZUMROTUL AINI LAILATUL. FITRI,S.Pd TK BINA

Hasil estimasi dengan dan tanpa variabel kontrol menunjukkan hanya variabel tingkat pendidikan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang konsisten memiliki pengaruh negatif