SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH AUDIT TENURE, AUDIT FEE, AUDIT SWITCHING, UKURAN PERUSAHAAN, DAN INDEPENDENSI
AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI
YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH : BANI RADONA
130503201
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH AUDIT TENURE, AUDIT FEE, AUDIT SWITCHING, UKURAN PERUSAHAAN, DAN INDEPEDENSI
AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI
YANG TERDAFTAR DI BEI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh audit tenure, audit fee, audit switching, ukuran perusahaan, indepedensi auditor terhadap kualitas audit.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal, yang menggunakan data populasi dari 38 perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2013-2015. Metode yang digunakan pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan diperoleh data yang lulus uji sebanyak 20 perusahaan sampel dan 60 jumlah pengamatan. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang di publikasikan melalui situs www.idx.com
Adapun variabel yang berkaitan dengan penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Audit tenure, Audit fee, Audit switching, ukuran perusahaan, Indepedensi Auditor . sebagai variabel independen, dan kualitas audit sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dalam pengujian hipotesis.
Berdasarkan hasil penelitian, hasil uji signifikan perngaruh simultan dengan uji F, audit tenure, audit fee, audit switching, ukuran perusahaan, indepedennsi auditor, secara bersama-sama atau simultan, berpengaruh signifikan (secara statistika) bebas audit tenure, audit fee, audit switching, dan indepedensi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sementara ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
Kata kunci: Kualitas Audit, Audit Tenure, Audit Fee, Audit Switching, Ukuran Perusahaan, Indepedensi Auditor.
ABSTRACT
THE ANALYSIS ON THE EFFECT OF AUDIT TENURE, AUDIT FEES, AUDIT SWITCHING, SIZE COMPANY, AND
INDEPENDENCE OF AUDIT TO AUDIT QUALITY ON CONSUMER GOODS
COMPANIES IN BEI
This study aims to identify and analyze the effect of tenure audit, audit fees, audit switching, company size, indepency auditor to audit quality.
This research is classified as causal research, which used data from 38 population of consumer goods companies listed on the Indonesia stock exchange in the period 2013-2015. The sampling method used in this research is purposive sampling and the data obtained by 20 companies passed the test of the sample and 60 the number observations. The data used are the financial statements of each sample company, published through the site www.idx.com.
The variables associated with this study, the research object is the Audit Tenure, Audit Fee, Audit Switching, Company size, auditor indepedency. As the independence variable and quality audit as a variable dependen. This study using multiple linear regression in hypothesis testing.
Based research, the result of significance test the effect simultaneously with the F test, audit tenure, audit fees, audit switching, company size, the independen of auditors, jointly or simultaneously, have a significant effect (statistical) on audit quality. Based on the test result of the partical effect by t test, independent variables tenure audit, audit fees, audit switching, and the independence of auditor does not significantly to audit quality while the size of the companies have a significant effect on audit quality.
Keywords: Quality Audit, Audit Tenure, Audit fee, Audit switching, Company Size, Auditor indepedency.
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih Peneliti panjatkan setinggi-tingginya atas kehadiratan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia, berkah serta rahmat-Nya yang begitu melimpah hingga saat ini kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Dimana skripsi ini berjudul “ANALISIS PENGARUH AUDIT TENURE, AUDIT FEE, AUDIT SWITCHING, UKURAN PERUSAHAAN, INDEPEDENSI AUDITOR
TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA PERUSAHAAN BARANG
KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI”. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S-1 Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis sendiri mendapatkan dukungan dari segala pihak dan bantuan serta masukan sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2) Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, S.E., MAFIS., Ak. selaku Ketua Departemen/Prodi S1 Akuntansi dan Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak., Selaku Sekretaris Departemen/Prodi S1
3) Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah sangat banyak membantu saya, memberikan perhatian dan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
4) bapak Drs. Sucipto, MM, Ak. selaku Dosen Penguji dan Ibu Drs.
Hotmal jafar, MM, Ak. selaku dosen Pembanding yang telah memberikan waktu, saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. Dan kepada seluruh Dosen yang telah mendidik penulis dalam
5) Kedua orang tua saya Saiban Sidauruk SE dan Fitriani Sihaloho dan juga adik saya Jose Hardin Philindo Sidauruk dan Devini Natalie Sidauruk
6) Teman – teman saya Diva, Nita, Fandi, Patar, Vicky, Agus, Horasman, Intan
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kelemahan-kelemahan yang semata- mata merupakan keterbatasan peneliti. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan peneliti guna menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2017 Penulis,
Bani Radona NIM. 130503201
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 9
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 9
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 11
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 11
2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory) ... 13
2.1.3 Audit ... 14
2.1.4 Jenis Audit ... 17
2.1.5 Opini Audit ... 19
2.1.6 Going Concern ... 22
2.1.7 Opini Audit Going Concern ... 23
2.1.8 Profitabilitas ... 26
2.1.9 Leverage ... 28
2.1.10 Auditor Switching ... 29
2.1.11 Kualitas Audit ... 31
2.2. Penelitian Terdahulu ... 33
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 35
2.3.1 Kerangka Konseptual ... 35
2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 41
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
3.3. Batasan Operasional... 42
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
3.5. Jenis dan Sumber Data ... 45
3.6. Metode Pengumpulan Data ... 46 3.7. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian . 46
3.5.1.2 Profitabilitas ... 47
3.5.1.2 Leverage ... 47
3.5.1.3 Auditor Switching ... 48
3.5.1.4 Kualitas Audit ... 48
3.5.2 Variabel Dependen ... 49
3.8 Teknik Analisis Data... 51
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 51
3.8.2 Pengujian Model Analisis ... 52
3.8.2.1 Uji Multikolinearitas ... 52
3.8.2.2 Pengujian Koefisien Determinan (R2) ... 53
3.8.2.3 Overall Fit Model ... 53
3.8.2.4 Menilai Kelayakan Model Regresi ... 54
3.8.2.5 Analisis Regresi Logistik ... 55
3.8.3 Pengujian Hipotesis ... 56
3.8.2.5 Uji Parsial (Uji Wald) ... 56
3.8.2.6 Uji Simultan (Uji Omnibus) ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 58
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 58
4.1.2 Hasil Uji Model Analisis ... 60
4.1.2.1 Uji Multikolinearitas ... 60
4.1.2.2 Pengujian Koefisien Determinan (R2) ... 61
4.1.2.3 Overall Fit Model ... 62
4.1.2.4 Uji Kelayakan Model Regresi ... 64
4.1.2.5 Hasil Uji Regresi Logistik... 65
4.1.3 Pengujian Hipotesis ... 67
4.1.3.1 Hasil Uji Parsial (Uji Wald) ... 67
4.1.3.2 Hasil Uji Simultan (Uji Omnibus) ... 70
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71
4.2.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern... 71
4.2.2 Pengaruh Leverage terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern ... 72
4.2.3 Pengaruh Auditor Switching terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern ... 74
4.2.4 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern... 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77
5.2 Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 85
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu... 33
3.1 Tabel Daftar Populasi dan Sampel………..……….. 44
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………. 49
4.1 Statistik Deskriptif Auditor Switching……….. 58
4.2 Statistik Deskriptif kualitas audit ………..……… 58
4.3 Statistik Deskriptif penerimaan opini audit going concern……… 59
4.4 Profitabilitas dan leverage... 59
4.5 Matriks Korelasi ………...………..……… 60
4.6 Nagelkerke R Square... 61
4.7 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Awal)…….………. 62 4.8 Nilai -2 Log likelihood (-2 LL Akhir)……… 63
4.9 Hosmer and Lemeshow Test ……… 64
4.10 Hasil Uji Koefisien Regresi... 65
4.11 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial ………..……….. 68
4.12 Uji Signifikansi Model secara Simultan……….. 71
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1. Kerangka Konseptual... 36
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian...84 Lampiran 2 Nilai ROA, DER, AS, KA, dan OAGC sampel penelitian... 85
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andalan sebagai dasar pengambilan keputusan. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2013), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat para manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mengenai laporan keuangan suatu perusahaan, hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu kualitas audit merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para auditor dalam proses pengauditan.
Menurut DeAngelo (1981) dalam Sartika (2015) kualitas ditentukan oleh kompetensi dan independensi auditor. Auditor yang kompeten adalah auditor yang bisa menemukan adanya pelanggaran sedangkan auditor yang independen adalah auditor yang bersedia melaporkan pelanggaran tersebut. Kualitas ditentukan dari sisi suplai audit saja, yaitu dari sisi auditor. Tidak dari sisi permintaan yaitu klien, dan kualitas audit ditentukan oleh penilaian pasar.
Persepsi atas kualitas jasa audit yang dihasilkan oleh KAP akan sangat bermanfaat bagi investor dan pemakai laporan keuangan yang terkait dengan manfaat audit dalam pelaporan keuangan. Oleh karena itu, kemampuan menyediakan jasa audit yang berkualitas tinggi menjadi fokus penting yang harus diperhatikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). Audit yang dilakukan secara efektif akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, relevan dan dapat dipercaya (reliable). Dimana faktor-faktor kepuasan klien yang digunakan adalah kualitas audit yang terdiri dari reliability, responsiveness, assurance, empaty dan tangibles. Kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan, kesetiaan klien adalah suatu komponen yang penting dari persepsi pelanggan.
Audit laporan keuangan diharapkan dapat mengurangi resiko informasi dan memperbaiki pengambilan keputusan. Proses audit didesain untuk menentukan apakah gambaran yang dilaporkan dalam laporan keuangan menunjukkan hasil operasional perusahaan dan posisi keuangan yang sebenarnya dalam cara yang jujur (Al – Thuneibat et.al., 2011).
Peningkatan kualitas adalah fungsi tidak hanya deteksi auditor dalam hal salah saji material, tetapi juga deteksi terhadap perilaku auditor. Oleh karena itu, jika auditor menemukan salah saji material, menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi, sedangkan kegagalan untuk memperbaiki salah saji material melalui deteksi dan sebelum mengeluarkan laporan audit (atau terlebih kegagalan yang tidak mengungkap salah saji material) menghalangi peningkatan kualitas audit (Al – Thuneibat et.al., 2011).
Dalam penelitian ini, kualitas audit dihubungkan dengan audit tenure, audit fee, audit switching, , ukuran perusahaan dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Masa perikatan audit yang panjang dapat mempengaruhi independensi audit yang berdampak pada keakuratan audit dalam menjalankan tugas pengauditan sehingga berdampak pada kegagalan audit. Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan yang terjalin antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan auditee yang sama. Kecemasan akan kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan keraguan bagi auditor untuk menyatakan opini audit. Dengan demikian independensi auditor akan terpengaruh dengan lamanya hubungan dengan auditee yang sama. Oleh karena itu, diberlakukan adanya rotasi yang bersifat mandatory supaya mengurangi hubungan spesial yang terjalin antara klien dengan auditor Penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) menemukan bahwa audit tenure berpengaruh positif pada penerimaan opini audit going concern.
Penelitian yang dilakukan oleh Carey dan Simnett (2006) membuktikan bahwa audit tenure yang panjang berhubungan negatif terhadap kualitas audit.
Penelitian dari Fitriany (2011) tentang pengaruh tenure dan spesialisasi audit terhadap kualitas audit. Hasilnya Fitriany menemukan adanya hubungan kuadratik antara tenure audit dengan kualitas audit.
Yuniarti (2011) membuktikan bahwa audit fee berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan kualitas audit, karena audit fee yang diperoleh dalam satu tahun dan estimasi biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses audit dapat meningkatkan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Nindita dan Siregar (2012) bahwa manajer perusahaan yang rasional tidak akan memilih auditor yang berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila kondisi perusahaan yang tidak baik. Gammal (2012) membuktikan bahwa perusahaan multinasional dan bank-bank di Lebanon lebih memilih untuk membayar audit fee yang bernominal besar dengan alasan yaitu mereka lebih mencari auditor yang dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas.
Perdana (2014) melakukan penelitian pengaruh rotasi kantor akuntan publik dan rotasi akuntan publik (partner auditor) terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan rotasi kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan rotasi akuntan publik (partner auditor) tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Auditor switching didefinisikan sebagai pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Perusahaan klien harus memperhatikan kualitas auditor pengganti yang dipilih karena kualitas auditor akan menentukan kualitas audit. Pernyataan ini didukung dengan penelitian Salsabila dan Prayudiawan (2011) yang menemukan
bahwa pengetahuan audit yang dimiliki auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor. Pernyataan ini didukung penelitian Marsellia, et.al., (2012) yang menemukan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Auditor switching pada kenyataannya dilakukan perusahaan karena beberapa fakt or. Pemberhentian auditor dapat terjadi karena hubungan yang tidak baik antara auditor dan klien, perputaran staf audit yang tinggi, dan ketidaksepakatan akuntansi. Chadegani et al. (2011) menemukan bahwa perusahaan-perusahaan melakukan auditor switching karena adanya pergantian manajemen, kondisi financial distress, audit fee, dan upaya untuk meningkatkan kualitas audit. Auditor switching dapat terjadi karena adanya ketidakpuasan terhadap KAP lama, ketidaksesuaian biaya, untuk meningkatkan kualitas audit, ketidaksepakatan akuntansi, reputasi auditor, dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan.
Kwak et al. (2011) menemukan bahwa financial distress dapat digunakan untuk memprediksi auditor switching yang dilakukan oleh perusahaan klien.
Choi et.al (2010) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara ukuran perusahaan audit (KAP) terhadap kualitas audit. Hasil analisis mereka mendukung pandangan yang menyatakan bahwa kantor audit yang lebih besar menyediakan audit yang lebih berkualitas dibandingkan dengan kantor audit yang berukuran kecil.
Dong Yu (2007) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan audit (KAP) dengan kualitas audit. Dia berpendapat bahwa kantor akuntan yang besar
secara sistematis pasti akan menghasilkan audit yang berkualitas lebih tinggi. Dia mendasarkan penelitiannya atas dua argumen yang dibuatnya berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya. Pertama, auditor yang berkerja di perusahaan yang lebih besar memiliki pengalaman pertemuan yang lebih banyak dengan klien yang berbeda -beda, dan membuat mereka memiliki pengalaman yang kolektif sehingga mereka mampu untuk menyediakan audit yang lebih berkualitas. Kedua, ketergantungan ekonomi dapat mengancam objektivitas dan independensi auditor.
Independensi merupakan sikap yang bebas dari pengaruh pihak lain (tidak dikendalikan dan tidak bergantung pada pihak lain), secara intelektual bersikap jujur, dan objektif (tidak memihak) dalam mempertimbangkan fakta dan menyatakan opininya (Mulyadi, 2008). Sikap independen sangat dibutuhkan oleh seorang auditor eksternal dalam memberikan jasa audit yang disediakan untuk para pemakai laporan keuangan. Selain itu, independensi auditor eksternal juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai kualitas atau mutu dari jasa audit yang dihasilkan.
Independensi merupakan salah satu komponen etika selain integritas dan objektivitas yang harus dijaga oleh seorang auditor. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari konflik kepentingan yang signifikan yang mengancam objektivitas dimana ancaman akan objektivitas tersebut harus dikelola pada level individu maupun level organisasi (Moeller, 2005:169). Seorang auditor yang independen adalah mereka yang dapat bekerja bebas tanpa benturan dan tekanan apapun dan dari manapun, dan objektif.
Pada penelitian terdahulu menekankan objek penelitiannya pada internal auditor yang bekerja pada suatu perusahaan, sedangkan pada penelitian ini objek penelitiannya adalah eksternal auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP). Independensi auditor di KAP adalah suatu hal yang menarik untuk diteliti
karena merupakan faktor utama dan paling penting yang menjadi penentu kualitas dalam pelaksanaan audit KAP tersebut untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Kepercayaan masyarakat atas kualitas jasa profesional akan semakin besar bila profesi mendorong standar kinerja dan perilaku yang tinggi di pihak seluruh praktisi (Arens,Randal& Mark,2003).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Audit Tenure, Audit Fee, Audit Switching, Ukuran Perusahaan dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2013-2015”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis ingin merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah audit tenure, audit fee, audit switching, ukuran perusahaan dan independensi auditor berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015 ?
2. Apakah audit tenure, audit fee, audit switching, ukuran perusahaan dan independensi auditor berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015 ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Apakah audit tenure, audit fee, audit switching, ukuran perusahaan dan independensi auditor berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015.
2. Apakah audit tenure, audit fee, audit switching, ukuran perusahaan dan independensi auditor berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dihrapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai pengaruh audit tenure, audit fee, audit switching, ukuran perusahaan dan independensi auditor terhadap kualitas audit.
2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi di dalam melakukan penelitian sejenis mengenai kualitas audit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Bagi akademisi, dapat menjadi tambahan wawasan untuk penelitian- penelitian selanjutnya dan dapat juga memberikan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit.
4. Bagi investor, memberikan informasi agar mengetahui faktor – faktor
yang mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan barang konsumsi sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 1.2. Landasan Teori
2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (agency theory) merupakan implementasi dalam organisasi modern. Teori agensi menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga- tenaga profesional yang disebut agen yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional.
Mereka, para tenaga-tenaga profesional, bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan manajemen perusahaan. Sehingga dalam hal ini para profesional tersebut berperan sebagai agen-nya pemegang saham. Semakin besar perusahaan yang dikelola memperoleh laba, semakin besar pula manfaat yaqng didapatkan agen. Sementara pemilik perusahaan (pemegang saham) hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh manajemen serta mengembangkan sistem insentif bagi pengelola manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan perusahaan.
Teori agensi dari Jensen dan Meckling (1976) dalam Sartika (2015) yang memandang suatu versi dari game theory yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak tersebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati.
Teori keagenan menyatakan perlunya jasa independen auditor dapat dijelasakan dengan dasar teori keagenan yaitu hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agent). Manajemen memiliki kepentingan pribadi yang bertentangan dengan kepentingan pemilik perusahaan sehingga muncul masalah yang disebut dengan masalah agensi (agency problem) akibat adanya asymmetric information. Untuk mengurangai adanya masalah agensi ini diperlukan adanya pihak independensi yang dapat menjadi pihak penengah dalam menangani konflik tersebut yang dikenal sebagai independen auditor (Auditor's Independen).
Agency Problem, dari Parker dan Peters (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor corporate governance mempengaruhi penilaian auditor tentang perencanaan manajemen dan kemampuan untuk menghindari financial distress. Abidin, Beattie dan Goodacre (2006) juga menyatakan auditing memiliki peran penting dalam proses corporate governance. Proses audit terkait dengan harapan akan adanya pertumbuhan perusahaan yang lebih
baik dari pada kondisi sebelumnya. Keberadaan auditor eksternal pada suatu perusahaan terkait dengan harapan pertumbuhan perusahaan yang lebih baik dimasa yang akan datang dak kualitas auditornya.
Adanya asimetri informasi dapat menciptakan kebutuhan akan adanya pihak ketiga yang independen untuk memeriksa dan memberikan assurance pada laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen, yaitu seorang auditor. Tujuan dari assurance yang merupakan bagian dari audit yaitu untuk mengurangi asimetri informasi yang terjadi antara manajemen dan prinsipal. Oleh karena itu, prinsipal perlu menempatkan mekanisme dengan cara menyewa auditor sebagai pihak independen untuk mengaudit laporan keuangan guna untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yang dapat membuat kepercayaan publik terhadap laporan keuangan tersebut (Ittonen, 2010).
Dalam hal keagenan, auditor juga dapat dilanda masalah ketika berkaitan dengan kepentingan keagenan auditor. Gravious (2007) dalam Wiboso dan Rossieta (2009) mengatakan bahwa masalah keagenan auditor bersumber pada mekanisme kelembagaan antara auditor dan manjemen.
Manajemen menunjuk auditor untuk melakukan audit bagi kepentingan prinsipal. Dilain sisi, manajer yang membayar dan menanggung jasa audit.
Masalah keagenan tersebut dapat menimbulkan ketergantungan auditor pada kliennya. Ketergantungan auditor menyebabkan timbulnya pertentangan dengan prinsip auditor selaku pihak ketiga yang dituntut untuk independen dalam menjalankan audit dan dalam memberikan pendapat atas
laporan keuangan klien, hal ini disebabkan karena ketergantungan auditor melakukan akomodasi keinginan-keinginan manajemen dengan harapan perikatannya dengan klien tidak terputus, maka dapat menimbulkan mulai kehilangan independensinya dari seorang auditor.
2.1.2. Kualitas Audit
Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus tidaknya suatu pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi ketentuan atau standar pengauditan.
Standar pengauditan mencakup mutu professional, auditor independen, pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit.
Kualitas audit akan berpengaruh pada laporan audit yang dikeluarkan auditor. Terdapat empat kategori laporan audit menurut Arens et al. (2009) yaitu wajar tanpa pengecualian, wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat, wajar dengan pengecualian dan tidak wajar atau menolak memberikan pendapat. Masing-masing dari laporan audit tersebut dikeluarkan dengan kondisi yang berbeda-beda. Auditor dituntut untuk menggunakan kompetensi dan independensinya semaksimal mungkin dalam melakukan proses audit agar menghasilkan opini yang sesuai karena reputasi auditor juga ikut dipertaruhkan ketika opini ternyata tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.
Laporan keuangan menjadi sumber informasi keuangan yang penting bagi investor dan kreditur. Salah satu unsur laporan keuangan yang sering diperhatikan adalah laporan laba rugi dimana informasi mengenai laba akan dilaporkan. Namun pelaporan laba tersebut belum tentu menunjukkan laba yang sesungguhnya, karena laba tersebut mungkin mengandung unsur akrual yang dapat menjadi risiko informasi akibat manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Auditor dituntut untuk menilai kewajaran penyajian laba tersebut.
Audit quality oleh Kane dan Velury (2005) dalam Simanjuntak (2008), didefinisikan sebagai tingkat kemampuan kantor akuntan dalam memahami bisnis klien. Banyak faktor yang memainkan peran tingkat kemampuan tersebut seperti nilai akuntansi yang dapat menggambarkan keadaan ekonomi perusahaan, termasuk fleksibilitas penggunaan dari generally accepted accounting principles (GAAP) sebagai suatu aturan standar, kemampuan bersaing secara kompetitif yang digambarkan pada laporan keuangan dan hubungannya dengan risiko bisnis, dan lain sebagainya.
Audit sendiri dalam arti luas didefinisikan sebagai suatu proses sistimatis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasil kepada para pengguna yang berkepentingan (Taylor dan Glezen, 1991) .
DeAngelo (1981), mendefinisikan audit quality sebagai penilaian oleh pasar dimana terdapat kemungkinan auditor akan memberikan penemuan mengenai suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien dan adanya pelanggaran dalam pencatatannya. Kemungkinan bahwa auditor akan melaporkan adanya laporan yang salah saji telah dideteksi dan didefinisikan sebagai independensi auditor.
Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat. Tidak hanya bergantung pada klien saja, auditor merupakan pihak yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan menguji apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Kualitas merupakan komponen profesionalisme yang benar–benar harus dipertahankan oleh Akuntan Publik profesional. Independen disini berarti akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan manajemen atau kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan. Oleh sebab itu, keberpihakan auditor dalam hal ini seharusnya lebih diutamakan pada kepentingan publik (IAI, 2001).
Apapun tugas yang dilakukan oleh auditor, yang dibutuhkan adalah sebuah hasil kerja yang berkualitas. Kualitas audit telah didefinisikan dengan berbagai cara. Watkins et al. (2004) mengidentifikasi beberapa definisi kualitas audit. Di dalam literatur praktis, kualitas audit adalah seberapa sesuai audit dengan standar pengauditan. Di sisi lain, peneliti
akuntansi mengidentifikasi berbagai dimensi kualitas audit. Dimensi- dimensi yang berbeda-beda ini membuat definisi kualitas audit juga berbeda-beda.
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 316 tahun 2013 menyatakan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan dalam audit atas laporan keuangan. Dimana auditor dituntut dapat menemukan salah saji dalam laporan keuangan yang bisa saja merupakan salah satu kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan klien. Oleh karena itu, auditor memiliki peran yang penting dalam mengungkap kecurangan tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas audit.
Tujuan dari kualitas audit ini yaitu meningkatkan hasil kinerja audit pelaporan keuangan klien yang dapat digunakan oleh para pemakai laporan keuangan auditan dengan sikap independensi auditor dalam menjalankan tugasnya memeriksa salah saji material yang terkandung laporan keuangan dan melaporkan secara transparan beserta bukti-bukti yang diperoleh.
Karena disatu sisi manajemen perusahaan menginginkan audit yang berkualitas tinggi agar investor dan pemakai laporan keuangan mempunyai keyakinan terhadap realibilitas angka-angka akuntansi dalam laporan keuangan.
2.1.3. Audit Tenure
Tenure adalah masa perikatan antara auditor dan klien terkait jasa audit yang disepakati sebagai jangka waktu hubungan auditor dengan klien.
Tenure menjadi perdebatan pada saat tenure audit yang dilakukan secara singkat dan tenure audit yang dilakukan dalam jangka waktu lama. Tenure sendiri dapat berdampak pada kinerja auditor pada perusahaan klien seperti hubungan emosional auditor-klien, independensi, fee audit, profesionalisme kerja, kompetensi, dsb (Hamid, 2013).
Di Indonesia, ketentuan mengenai audit tenure telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturut – turut. Keputusan Menteri tersebut juga membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun berturut – turut untuk klien yang sama.
Pada tahun 2008, dikeluarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 yaitu tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama 6 tahun berturut – turut dan untuk auditor paling lama 3 tahun berturut – turut. Keputusan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kecurangan karena kedekatan antara auditor dengan klien.
Pembatasan masa perikatan (audit tenure) merupakan usaha untuk mencegah adanya perilaku auditor terlalu dekat berinteraksi dengan klien sehingga tidak mengganggu sikap independensi auditor dalam melaksanakan
tugasnya melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan klien. Oleh karena itu, diberlakukan peraturan pemerintah mengenai rotasi maupun masa perikatan (audit tenure) untuk mengurangi tanggapan masyarakat tentang adanya hubungan emosional yang terjalin antara auditor dengan klien dan dapat memulihkan kepercayaan masyarakat.
Di indonesia, dengan adanya peraturan yang mengatur tentang audit tenure dikarenakan sikap independensi dari seorang auditor sangat penting dalam hal pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Oleh karena itu, pihak pemerintah sebagai regulator diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak, baik dari pihak akuntan, pihak perusahaan dan pihak eksternal. Bentuk campur tangan dari pemerintah inilah yang dapat mempertahankan sikap independensi auditor yaitu dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan pemerintah mengenai rotasi auditor maupun masa kerja audit (audit tenure).
Audit Tenure biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap independensi auditor. Al-Thuneibat et.al. (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Namun, Jackson et.al. (2008) memiliki pandangan yang berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan Al- Thuneibat et.al. (2011). Mereka menyimpulkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan antara auditor dan klien.
Dalam investigasi yang dilakukan oleh American Institute of Certified Accontants (AICPA) dalam Al-Thuneibat et al., 2011, ditemukan bahwa kegagalan audit tiga kali lebih mungkin pada dua tahun pertama dari ikatan yang dibuat dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Penelitian tersebut melakukan survei terhadap 406 kasus kegagalan audit.
2.1.4. Audit Fee
Audit fee adalah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pihak klien
kepada auditor, dimana tergantung kepada resiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan dalam melaksanakan jasa tersebut. Menurut Agoes (2012:18) audit fee adalah besarnya biaya tergantung antara lain penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutandan pertimbangan professional lainnya.
Menurut Halim (2015:38), fee audit dibagi menjadi dua yaitu besaran fee dan fee kontinjen. Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain, resiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
Sedangkan, fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa prosfesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur dalam hal perpajakan, jika
dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur.
Besaran fee audit juga ditentukan oleh spesialisasi auditor disatu industri tertentu. Hogan dan Jeter (1999) menyatakan bahwa
kantor akuntan besar berinvestasi lebih banyak untuk bisa meningkatkan level spesialisasi mereka. Bahkan, istilah spesialisasi dihubungkan dengan kualitas audit yang lebih tinggi karena diekspektasi bahwa auditor yang spesialis diindustri tertentu akan bisa memberikan audit dengan kualitas yang lebih tinggi. Namun, karena untuk menjadi spesialis membutuhkan biaya yang tidak sedikit, maka fee audit yang dikenakan oleh auditor yang spesialis disatu industri akan lebih tinggi dibandingkan dengan yagn tidak.
Biaya investasi untuk bisa mencapai spesialisasi tersebut dibebankan kepada klien. Pertama, auditor bisa menyebar biaya investasi tersebut antara fee audit dengan fee non audit. Kedua, Spesialisasi menurunkan potensi biaya litigasi atas auditor karena kualitas audit yang lebih tinggi.
Pada tanggal 2 Juli 2008, ketua umum Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menerbitkan Surat Keputusan No.KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit. Surat Keputusan ini diterbitkan untuk tujuan sebagai panduan bagi profesi Akuntan Publik maupun Kantor Akuntan Publik dalam menetapkan fee audit. Dalam lampiran 1 menjelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktek sebagai akuntan publik dalam menetapkan besarnya imbalan yang wajar atas jasa profesional yang diberikan.
Insitut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada tanggal 25 Agustus 2015 menyatakan akan merevisi Surat Keputusan Fee Audit tahun 2008. SK Fee Audit tahun 2008 ini direvisi untuk mendorong penerapan ketentuan fee
audit tersebut, termasuk pengenaan sanksi atas pekerjaan anggota yang tidak sesuai standar. Fee audit yang rendah akan sangat memungkinkan menerapkan prosedur yang dibawah standar, sehingga dikhawatirkan mempengaruhi kualitas jasa audit dan pada akhirnya dapat merusak citra profesi akuntan publik itu sendiri. Memperhatikan situasi yang berkembang saat ini, seperti yang terkait dengan adopsi ISA yang memerlukan penyesuaian, atau adanya perubahan harga-harga, serta perubahan besaran salary di setiap level profesional, oleh karena itu perlu dipikirkan untuk mencari alternatif formula agar fee audit yang reasonable dapat diterapkan dengan baik.
2.1.5 Audit Switching
Dalam menjaga sikap professional dan etis dalam hal ini independensi seorang auditor, maka auditor diharapkan tidak memiliki hubungan yang lebih dalam hal pekerjaan. Hubungan yang lebih ini mengacu pada sikap tidak independen karena telah merasa dekat setelah mengaudit selama sekian tahun dan akhirnya berpengaruh pada pemberian opini audit yang tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya. Untuk itu perlu adanya suatu regulasi mengenai kewajiban pergantian KAP.
Peraturan Pemerintah tentang adanya rotasi wajib (mandatory) di Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 adalah Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5
(lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Kemudian peraturan tersebut di revisi dengan KMK No.
359/KMK.06/2003 dan direvisi kembali KMK No.17/KMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik yaitu, Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Pergantian auditor dapat dibagi menjadi 2 yaitu pergantian auditor yang terjadi karena regulasi pemerintah yang mengikat (mandatory) dan pergantian auditor yang terjadi dikarenakan alasan lain diluar regulasi (voluntary), auditor switching secara sukarela dilakukan apabila klien mengganti auditornya ketika tidak ada peraturan yang mewajibkannya melakukan auditor switching. Perusahaan melakukan audit switching secara mandatory umumnya dikarenakan kewajiban ataupun peraturan yang membatasi masa jabatan auditor. Sedangkan Perusahaan melakukan audit switching secara voluntary pada saat industri sedang berlomba – lomba dalam mempekerjakan auditor yang mempunyai reputasi tinggi dengan tujuan untuk menaikkan nilai perusahaan di mata pengguna laporan keuangan.
Peratuaran rotasi auditor dibuat dengan tujuan meningkatkan kualitas audit, dengan asumsi bahwa semakin lama hubungan antara auditor (baik partner Auditor maupun Kantor Akuntan Publik) dengan kliennya akan
mengurangi independensi auditor. Namun demikian, dari segi kompentensi adanya rotasi dapat menyebakan penurunan kualitas audit. Ketika auditor harus menghadapi perusahaan baru sebagai kliennya maka akan diperlukan lebih banyak waktu baginya untuk mempelajari terlebih dahulu klien barunya daripada ketika auditor melanjutkan penugasan dari klien terdahulu.
Hubungan antara rotasi auditor dengan kualitas audit adalah dimana rotasi audit dapat meningkatkan kualitas audit. Karena dengan adanya rotasi auditor secara bertahap dapat menjadi independensi auditor dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manajemen perusahaan.
2.1.6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain (Suwito dan Herawaty, 2005:138).
Ukuran perusahaan klien dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Ukuran perusahaan klien dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah, dan perusahaan besar.
Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1995, ukuran perusahaan dikelompokkan atas:
• Perusahaan kecil yaitu perusahaan yang memiliki asset kurang dari Rp 200.000.000,- diluar tanah dan bangunan.
• Perusahaan menengah yaitu perusahaan yang memiliki asset lebih dari Rp 200.000.000,- dan kurang dari Rp 5.000.000.000,- diluar tanah dan bangunan.
• Perusahaan besar yaitu perusahaan yang memiliki aset lebih dari Rp 5.000.000.000,-
Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian internal perusahaan yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit. Dalam penelitian ini penulis menggunakan proksi total assets untuk menilai ukuran perusahaan.
2.1.7. Independensi Auditor
Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26). Dalam SPAP (IAI, 2001: 220) auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern).
Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut.
1. Independence in fact
2.
(independensi dalam fakta), artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.
Independence in appearance
3.
(independensi dalam penampilan), artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
Independence in competence
Wilcox (1952) di dalam Mautz dan Sharaf (1961) menekankan bahwa independensi adalah standar pengauditan yang esensial untuk menunjukkan kredibilitas laporan keuangan yang menjadi tanggung jawab manajemen. Jika akuntan tidak bersikap independen, maka opini yang diberikannya tidak akan memberi tambahan nilai apapun.
(independensi dari sudut keahliannya), artinya independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.
Mautz dan Sharaf (1961: 206-207) mengusulkan tiga dimensi independensi auditor. Pertama adalah independensi dari kontrol atau pengaruh yang tidak diinginkan dalam pemilihan teknik dan prosedur audit dan luas penerapannya. Kedua adalah independensi dari kontrol atau pengaruh yang tidak diinginkan dalam pemilihan area, aktivitas, hubungan personal, dan kebijakan manajerial yang ingun diuji. Terakhir adalah
independensi dari kontrol atau pengaruh yang tidak diharapkan dalam penyampaian fakta yang ditemukan dari pengujian atau dalam penyampaian dalam rekomendasi atau opini sebagai hasil dari sebuah pengujian.
1.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Peneliti dan Tahun
Judul
Penelitian Variab el Hasil Penelitian 1. Michael
Dong Yu (2007)
The Effect of Big Four Office Size on Audit Quality
Ukuran KAP dan Kualitas Audit
Ukuran Kantor Audit yang berkualifikasi Big Four memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kualitas audit .
2. Andrew B.
Jackson, Michael, Moldrich, dan Peter Roebuck (2008)
Mandatory
Audit Firm Rotation and Audit Quality
Rotasi KAP dan Kualitas Audit
Kualitas audit akan meningkat seiring adanya hubungan antar
auditor–klien jika menggunakan proksi kemungkinan penerbitan opini
going concern, namun tidak berdampak jika menggunakan proksi tingkat diskresioner akrual.
3 Sinaga, Daud (2012)
Analisi
Pengaruh Audit Tenure,
Ukuran KAP, dan Ukuran Perusahaan
Klien terhadap Kualitas Audit
Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien dan Kualitas
Audit
Hasil penelitian membuktikan bahwa Audit Tenure tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan ukuran KAP dan ukuran perusahaan klien berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
4 Ardianing sih, Arum (2013)
Pengaruh
Komite Audit, Lama Perikatan Audit, dan Audit Capacity Stress terhadap Kualitas Audit
Komite
Audit, Lama Perikatan Audit, Audit Capacity
Stress, dan Kualitas
Audit
Hasil penelitian membuktikan bahwa Komite audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit.
5 Kursiasih, Margih (2014)
Pengaruh Fee Audit, Audit Tenure, dan Rotsi Audit Terhadap
Kualitas Audit.
Fee audit, audit tenure, rotasi audit dan kualitas audit
Hasil penelitiannya membuktikan secara simultan dan parsial fee audit, audit tenure, dan rotasi audit tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
6 Rahminda dan Agoes (2014)
Influence of Auditor
Independence, audit tenure, and audit fee on audit quality of members of capital market accountant
forum in Indonesia
Auditor independence , audit tenure, audit fee dan audit quality.
Hasil penelitian membuktikan bahwa auditor independen, audit tenure dan audit fee berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hasil Uji Koefisien determinasi menyatakan bahwa 21,4%
kualitas audit dapat dijelaskan oleh variabel auditor independen, audit tenure dan audit fee, sedangkan sisanya 78,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini, seperti ukuran auditor, spesialisasi industri auditor, dan risiko audit
7 Windi Astuti (2014)
Analisi
Pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan
Klien, dan Rotasi Audit Terhadap
Kualitas Audit.
Audit Tenure, Ukuran Perusahaan Klien, dan Rotasi Audit, Ukuran KAP, Perusahaan Klien, Rotasi Audit dan Kualitas
Audit.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa audit tenure, ukuran KAP dan Rotasi Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, ukuran perusahaan klien berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap kualitas audit
Sumber : Hasil Olahan Peneliti (2016)
Dong Yu (2007) melakukan penelitian pengaruh ukuran kantor audit Big Four terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara ukuran perusahaan audit (KAP) dengan kualitas audit.
Jackson et.al (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh dari kewajiban yang dibuat untuk melakukan rotasi KAP terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan yang dekat antara auditor – klien ketika diproksikan dengan kecenderungan menerbitkan opini going concern dan tidak berpengaruh ketika diproksikan dengan tingkat kebijaksanaan akrual.
Sinaga (2012) melakukan penelitian analisis pengaruh audit tenure, ukuran kap, ukuran perusahaan, klien terhadap kualitas audit. Hasil penelitian membuktikan bahwa audit tenure tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan ukuran kap dan ukuran perusahaan klien berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Ardianingsih (2013) melakukan penelitian pengaruh komite audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress terhadap kualitas audit. Hasil penelitian
H1
H2
H3
H4
H5
H6
membuktikan bahwa komite audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Kursiasih (2014) melakukan penelitian pengaruh fee audit, audit tenure, dan rotasi audit terhadap kualitas audit. Hasil penelitian membuktikan secara simultan dan pasrial fee audit, audit tenure, dan rotasi audit tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus tidaknya suatu pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara para manager dan
Audit Tenure (X1)
Audit Fee (X2)
Audit Switching (X3)
Ukuran Perusahaan (X4)
Independensi Audit (X5)
KUALITAS AUDIT (Y)
para pemegang saham dengan memberikan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor mengenai laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu, kemampuan menyediakan jasa audit yang berkualitas tinggi menjadi fokus penting yang harus diperhatikan oleh KAP. Audit yang dilakukan secara efektif akan menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, relevan dan dapat dipercaya atau reliable.
Masa perikatan audit yang panjang dapat mempengaruhi independensi audit yang berdampak pada keakuratan audit dalam menjalankan tugas pengauditan sehingga berdampak pada kegagalan audit. Kecemasan akan kehilangan sejumlah fee yang cukup besar akan menimbulkan keraguan bagi auditor untuk menyatakan opini audit, karena adanya faktor kepentingan antara auditor dengan auditee akan mempengaruhi hasil audit yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dengan dmikian, kualitas auditor akan menurun. Biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan kualitas audit, karena biaya audit yang diperoleh dalam satu tahun dan estimasi biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses audit dapat meningkatkan kualitas audit.
Auditor switching adalah pergantian auditor. Pergantian auditor dapat dibagi
menjadi 2 yaitu pergantian auditor yang terjadi karena regulasi pemerintah yang mengikat (mandatory) dan pergantian auditor yang terjadi dikarenakan alasan lain diluar regulasi (voluntary), auditor switching secara sukarela dilakukan apabila klien mengganti auditornya ketika tidak ada peraturan yang mewajibkannya melakukan
Ukuran perusahaan menyangkut tentang operasi ketersediaan informasi yang terpublikasi. Jumlah informasi yang terpublikasi untuk perusahaan meningkat sesuai dengan peningkatan ukuran perusahaan. Fernando et.al (2010) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi perusahaan kecil, jika laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan saji material, maka dapat memberikan kepercayaan pengguna laporan serta dapat meningkatkan investasi mereka dan menjadi lebih disorot publik.
Independensi merupakan sikap yang bebas dari pengaruh pihak lain (tidak dikendalikan dan tidak bergantung pada pihak lain), secara intelektual bersikap jujur, dan objektif (tidak memihak) dalam mempertimbangkan fakta dan menyatakan opininya (Mulyadi, 2008). Sikap independen sangat dibutuhkan oleh seorang auditor eksternal dalam memberikan jasa audit yang disediakan untuk para pemakai laporan keuangan. Selain itu, independensi auditor eksternal juga merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai kualitas atau mutu dari jasa audit yang dihasilkan.
2.4. Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2011: 41), hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk di uji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenaranya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.
Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku,
fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
2.4.1 Pengaruh Audit Tenure Secara Parsial Terhadap Kualitas Audit Lama perikatan audit diartikan sebagai periode keterikatan antara auditor dengan klien, yaitu lamanya waktu seorang auditor mengaudit pada perusahaan klien. Lama perikatan audit antara auditor dengan klien terkadang menyebabkan auditor terlalu percaya diri dengan pendekatan audit yang digunakan. Dampaknya auditor tidak melakukan inovasi pada strategi audit yang digunakan, sehingga menjadikan kualitas audit yang diberikan menjadi turun.
Pengetahuan auditor akan kinerja perusahaan akan semakin baik ketika masa perikatan terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Pengetahuan akan kinerja perusahaan yang lebih baik tentu saja dapat membantu auditor untuk memberikan jasa audit yang berkualitas. Oleh karena itu, semakin lama masa perikatan antara auditor dan klien, maka kualitas audit akan semakin meningkat (Jackson et.al., 2008). Berdasarkan uraian di atas
H1 : Audit tenure berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit
2.4.2 Pengaruh Audit Fee Secara Parsial Terhadap Kualitas Audit Yuniarti (2011) membuktikan bahwa biaya audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Biaya yang lebih tinggi akan meningkatkan kualitas audit, karena biaya audit yang diperoleh dalam satu tahun dan estimasi biaya operasional yang dibutuhkan untuk melaksanakan proses audit dapat meningkatkan kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Nindita dan Siregar (2012) bahwa manajer perusahaan yang rasional tidak akan memilih auditor yang berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila kondisi perusahaan yang tidak baik. Hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa auditor yang berkualitas tinggi akan mampu mendeteksi kondisi perusahaan yang tidak baik dan menyampaikan kepada publik.
H2 : Audit fee berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit
2.4.3 Pengaruh Audit Switching Secara Parsial Terhadap Kualitas Audit
Perlu tidaknya aturan kewajiban rotasi auditor masih diperdebatkan sampai saat ini. Di satu sisi, banyak bukti empiris yang menolak aturan tersebut, sementara di sisi lain banyak juga yang mendukung aturan rotasi tersebut. Knechel (2007) menemukan bukti bahwa tidak ditemukan perbedaan reaksi pasar atas audit tenure dan audit switching. Selain itu kualitas audit tidak terpengaruh oleh berapa lama hubungan yang terjalin
antara auditor dengan klien.
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar, dkk. (2012) menemukan bukti bahwa sebelum adanya peraturan mengenai rotasi mandatory auditor, audit partner rotation berpengaruh negatif, tetapi ketika adanya peraturan mengenai audit firm rotation menunjukkan pengaruh positif. Ini merupakan indikasi dimana perusahaan mengikuti perusahaan mengenai audit partner rotation mempunyai kualitas yang lebih tingi daripada perusahaan yang diaudit tidak mengikuti peraturan mengenai audit partner rotation.
H3 : Audit switching berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit
2.4.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Secara Parsial Terhadap Kualitas Audit
Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi yaitu besar kecilnya perusahaan dapat dinilai dari total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya. Semakin besar nilainya maka mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan. Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Nasser et.al., 2006). Semakin besar perusahaan, semakin meningkat pula agency cost yang terjadi.
Sehingga perusahaan berukuran besar akan cenderung memilih jasa auditor besar yang profesional, independen, dan bereputasi baik untuk
menghasilkan kualitas audit yang lebih baik (Watts dan Zimmerman, 1986).
H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit
2.4.5 Pengaruh Independensi Auditor Secara Parsial Terhadap Kualitas Audit
Penelitian yang dilakukan oleh Gosh dan Moon (2003) dalam Kusharyati (2003) menghasilkan temuan bahwa kualitas audit meningkat dengan semakin lamanya audit tenure. Deis dan Giroux (1992) dalam Indah (2010) menemukan bahwa semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin menurun. Hubungan yang lama antara auditor dengan klien mempunyai potensi untuk menjadikan auditor puas atas apa yang telah dilakukan, melakukan prosedur audit yang kurang tegas dan selalu tergantung pada pernyataan manajemen.
Kondisi keuangan klien berpengaruh juga terhadap kemampuan auditor untuk mengatasi tekanan klien (Knopp,1985) dalam Harhinto (2004). Klien yang mempunyai kondisi keuangan yang kuat dapat memberikan fee audit yang cukup besar dan juga dapat memberikan fasilitas yang baik bagi auditor. Selain itu probabilitas terjadinya kebangkrutan klien yang mempunyai kondisi keuangan baik relatif lebih kecil sehingga auditor kurang memperhatikan hal-hal tersebut
H5 : Independensi auditor berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit
H6 : Audit tenure, audit fee, audit switching, ukuran perusahaan dan independensi auditor berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kausal – komparatif.
Menurut Suryabrata (2012 : 84) penelitian kausal – komparatif adalah penelitian untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facto artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang menjadi permasalahan sudah berlangsung.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan seluruh karakteristik yang menjadi objek penelitian, dimana karakteristik tersebut berkaitan dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti (Sarjono, 2011:21). Dengan kata lain, populasi adalah himpunan keseluruhan objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013 sampai dengan 2015 yang berjumlah 38 perusahaan.
Menurut Sugiyono (2010:73), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi. Oleh sebab itu, sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
1. Perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tidak delisting selama periode 2013-2015.
2. Perusahaan barang konsumsi yang mempublikasikan laporan keuangan secara berturut-turut dari tahun 2013-2015.
3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah periode 2013-2015.
4. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode penelitian tahun 2013-2015.
Jumlah perusahaan manufaktur pada subsektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama periode 2013-2015 adalah sebanyak 38 perusahaan.
Berdasarkan kriteria yang dikemukakan diatas maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria No.
Kriteria Jumlah
Total perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI
tahun 2013-2015 38
1. Perusahaan barang konsumsi yang tidak terdaftar dan
delisting di BEI selama periode 2013-2015 (2) 2. Perusahaan barang konsumsi yang tidak
mempublikasikan laporan keuangan secara berturut- turut dari tahun 2013-2015
(6) 3. Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan
dalam mata uang Rupiah periode 2013-2015 (0) 4. Perusahaan yang mengalami kerugian periode 2013-
2015 (10)
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria penelitian 20
Berdasarkan kriteria tersebut, perusahaan yang menjadi sampel penelitian terdiri dari 20 perusahaan dengan periode penelitian selama 3 tahun, sehingga total unit analisis sebanyak 60 amatan (dapat dilihat Lampiran 1 hal 77).
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan dan diolah pihak lain sehingga tidak perlu lagi digali/ dicari oleh peneliti bersangkutan tetapi hanya mengumpulkan (Sinulingga, 2015 : 171). Data sekunder diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu dan ditunjang dengan literatur-literatur lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode tahun 2013- 2015 dan dapat diakses dari www.idx.co.id atau dari situs resmi dari masing- masing perusahaan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah yaitu metode studi pustaka dan dokumentasi. Metode studi pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini. Sedangkan metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan sumber data dokumenter seperti laporan keuangan perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI pada periode 2013- 2015.
3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Menurut Erlina (2011), definisi operasional yaitu menjelaskan karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian. Sedangkan variabel adalah suatu atribut atau nilai atau sifat dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:32). Pada penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel dependen dan variabel independen.
3.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilai atau valuenya dipengaruhi atau ditentukan oleh oleh nilai variabel lain. Bagi para peneliti, variabel dependen merupakan variabel utama karena fokus penelitian pada umumnya ditekankan pada perubahan yang terjadi pada variabel ini (Sinulingga, 2015:85). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Proses audit yang berkualitas sangatlah penting untuk menghasilkan informasi akuntansi yang berkualitas yang sangat relevan bagi para pengguna laporan keuangan. Namun proses audit hanya dapat dihasilkan apabila proses audit dilakukan oleh auditor yang benar- benar kompeten dan independen. Pengukuran kualitas audit dalam penelitian ini dilihat dari kualitas akrual klien yang disajikan dalam laporan keuangan.
Nilai akrual dikresioner absolut digunakan sebagai proksi untuk melihat besarnya manajemen laba di perusahaan. Semakin besar ukuran akrual diskresioner, semakin besar manajemen laba (Widhiastika, 2012). Terdapat