i
TUGAS AKHIR
TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conophomorpa cramerella Snellen) PADA BERBAGAI KLON KAKAO DI DESA TARENGGE,
KEC. WOTU, KAB. LUWU TIMUR
Oleh :
KADEK DARMAYASA 1422040022
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2017
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conophomorpa cramerella Snellen) PADA BERBAGAI KLON KAKAO DI DESA TARENGGE,
KEC. WOTU, KAB. LUWU TIMUR TUGAS AKHIR
Oleh :
KADEK DARMAYASA 1422040022
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi di Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Syatrawati , S.P., M.P. Junyah Leli isnaini,S.P., M.P.
NIP. 197208012006042001 NIP.197006012003122001 Mengetahui :
Direktur Ketua Jurusan
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Budidaya Tanaman Perkebunan
Dr. Ir. H. Darmawan, M.P. Dr. Junaedi, S.P., M.Si
NIP.196702021998031002 NIP.197208242005011002
Tanggal Lulus:
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Judul Tugas Akhir : Tingkat Serangan Hama Penggerek Buah Kakao (Conophomorpa cramerella Snellen) Dari Lima Klon Yang Berbeda di Desa Tarengge, Kec. Wotu, Kab. Luwu Timur Nama Mahasiswa : Kadek Darmayasa
NIM : 1422040022
Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan
Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Tanggal Ujian : 26 Juli 2017
Telah Diuji Oleh Tim Penguji Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Kelulusan
Disahkan Oleh Tim Penguji
1. Syatrawati, S.P., M.P. (...)
2. Junyah Leli Isnaini, S.P., M.P. (...)
3. Nildayanti, S.P., M.Si. (...)
4. Sri Muliani, S.P., M.P. (...)
iv
RINGKASAN
KADEK DARMAYASA (1422040022). Tingkat Serangan Hama Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Snellen). Di Desa Tarengge, Kec.
Wotu, Kab. Luwu Timur. Di bimbing oleh Syatrawati dan Junyah Leli Isnaini.
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017 yang berlokasi di Desa Tarengge, Kec. Wotu, Kab. Luwu Timur, Prov. Sulawesi Selatan. Metode pengamatan dilakukan secara purposif sampling. Jumlah klon kakao yang diamati ada 5 klon diantaranya klon S1 (Sulawesi 1), MCC 01, MCC 02, BB (Buntu Batu), dan THR (Tahir). Setiap klon diambil 3 tanaman, sehingga terdapat 15 unit pengamatan, dan pengamatan tingkat serangan buah kakao dilakukan dengan cara menghitung jumlah buah yang terserang. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkat serangan PBK tertinggi pada klon BB (Buntu Batu) yaitu 16%. Di tingkat serangan terendah pada klon MCC 02 yaitu 8%.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat Rahmat dan karunianya- lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul Tingkat Serangan Hama Penggerek Buah Kakao (Conophomorpa cramerella Snellen) di Desa Tarengge, Kec. Wotu, Kab. Luwu Timur.
Banyak pihak yang telah terlibat selama proses penulisan sampai Laporan Tugas Akhir ini selesai. Perkenankan penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua, yang senantiasa selalu mendoakan dan mengasuh, segenap keluarga dan teman-teman yang selalu membantu dalam dukungan baik moril maupun material, serta kepada Ibu Syatrawati, S.P.,M.P. dan Junyah Leli Isnaini,S.P.,M.P. selaku dosen pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik.
Tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa mendatang. Akhirnya, segala kesalahan dan kekurangan adalah tanggung jawab penulis, namun apabila terdapat kebenaran, semuanya karena petunjuk, tuntunan dan ridho sang pencipta. Segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dibidang pertanian.
Pangkep, 12 Juni 2017
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN... i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...viii
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Klon Kakao ... 5
2.2. Hama PBK ... 7
III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat ... 13
3.2. Alat dan Bahan ... 13
3.3. Metode Pelaksanaan ... 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ... 14
4.2. Pembahasan ... 15
V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 17 5.2. Saran ... 17
DAFTAR PUSTAKA ... 18
LAMPIRAN ... 19
RIWAYAT HIDUP ...21
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Siklus hidup hama PBK dan morfologinya ... 10 2. Rata-rata tingkat serangan hama PBK pada berbagai klon yang
berbeda ...14
viii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Tingkat serangan hama PBK pada berbagai macam klon
kakao...25
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Tingkat serangan hama PBK pada berbagai klon
kakao ...19 2.Rata-rata serangan hama PBK pada berbagai klon
kakao ...19 3. Buah yang terserang hama PBK dan buah sehat ...20 4. Telur, larva dan imago PBK ...20
1
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting bagi perekonomian nasional yang memberikan sumbangan devisa terbesar ketiga dari sub sektor perkebunan setelah karet dengan minyak sawit dengan nilai US $ 1,05 miliar (Investor Daily, 2014).
Selain itu, tanaman kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan agroindustri. Sejak dekade 1990-an, perkebunan kakao merupakan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) khususnya daerah Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan, (Deptan 2014).
Tanaman kakao merupakan tanaman perkebunan berprospek menjanjikan dan diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit dan karet. Semakin besarnya permintaan pasar dunia akan kakao, menjadikan tanaman kakao sebagai tanaman primadona dikalangan masyarakat. Bagi Indonesia hal ini menjadikan peluang yang sangat baik untuk menghasilkan banyak buah kakao, (Siregar, 2014).
Luas perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Luas areal tanaman kakao Indonesia tahun 2014 mencapai 1,94 juta hektar dengan produksi 817.322 ton. Jumlah produksi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara produsen terbesar ketiga dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Kinerja industri pengolahan kakao nasional belum sesuai harapan, realisasi kapasitas sekitar 42% dari kapasitas terpasang, (Daily, 2014).
Provinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu wilayah yang berada di Kawasan Timur Indonesia dalam penataan perekonomian wilayah banyak bertumpu pada komoditas hasil pertanian, terutama komoditas kakao. Komoditas kakao telah dijadikan sebagai “komoditas-citra-unggulan” di wilayah ini, karena selain memberi kontribusi yang besar dalam struktur perekonomian daerah, juga telah berperan sebagai penyedia lapangan kerja sebagian besar penduduk di
2 daerah ini. Luas area pertanaman kakao di Provinsi Sulawesi selatan mencapai 257.313,20 ha dengan total produksi sebesar 110.009,45 ton biji kering per tahun.
Kakao dibudidayakan petani dan tersebar di berbagai Kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan saat ini, salah satunya adalah Kabupaten Luwu Timur.
(Mars Cocoa Clinic, 2011).
Hama PBK merupakan hama paling penting untuk dilakukan eradikasi dalam proses budidaya tanaman kakao. Adapun dampak dari serangan hama PBK antara lain, kerusakan buah yang dihasilkan dapat menyebabkan kurangnya berat biji (menurunnya volume biji hingga 40%), kurangnya kandungan lemak pada biji, biji menjadi pipih dan biji saling melengket, sehingga petani sulit ketika memisahkan biji dari kulitnya. Hama PBK umumnya menyerang pada saat umur buah 2 bulan sehingga buah masak sebelum waktunya, buah yang terserang berwarna hijau kekuningan tidak merata. (Mars Cocoa Clinic, 2011).
Salah satu cara untuk menekan pertumbuhan hama ini adalah dengan menerapkan prinsip P3S (Pemangkasan, Pemupukan, Panen Teratur dan Sanitasi) pada tanaman kakao. Pedoman untuk pelaksanaan P3S adalah tersedianya data tingkat serangan hama PBK pada lokasi pertanaman kakao. Tingkat serangan tertentu akan menentukan teknik P3S yang akan diterapkan. (Mars Cocoa Clinic, 2011).
Serangan PBK telah ditemukan di pertanaman kakao petani di daerah Luwu Timur, namun belum diketahui tingkat serangannya khusus di desa Tarengge, Kec. Wotu, Kab. Luwu Timur, Prov. Sulawesi Selatan. Oleh karena itu untuk mengetahui tingkat serangan dan kegiatan pengendalian hama utama tanaman kakao yang dilakukan oleh petani di desa Tarengge maka dilakukan kegiatan pengamatan sehingga dapat dilakukan kegiatan perbaikan ataupun rekomendasi untuk dapat meningkatkan produksi tanaman kakao.
3 I.2 Tujuan dan Kegunaan
Untuk mengetahui persentase tingkat serangan hama PBK pada berbagai klon kakao di kebun petani di Desa Tarengge, Kec. Wotu, Kab. Luwu Timur.
Adapun kegunaannya yaitu sebagai informasi untuk penyusun strategi pengendalian.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai US $ 1,05 miliar. (Investor Daily, 2014)
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2014 areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 1,94 juta ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lendak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. (Daily, 2014)
Besarnya minat masyarakat untuk mengembangkan kakao, baik skala kecil maupun besar, sangat terasa oleh pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari besarnya permintaan akan benih kakao serta pelatihan dalam budidaya tanaman kakao. Tanaman kakao sebagai salah satu penopang pertumbuhan devisa Negara dan bahan ekspor yang mutu dan kualitasnya telah dikenal dunia, maka perlu ada penalaran yang khusus untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kakao yang baik dan benar. (Daily, 2014)
5 II.1 Karakteristik Klon Kakao
A. Klon M 01 atau MCC 01
Karakteristik Klon M 01:
1. Bobot biji kering > 1 gram, 2. Kadar lemak > 50 %
3. Rata-rata produksi + 1,2 kg/pohon/tahun Ketahanan terhadap hama penyakit:
4. Penyakit busuk buah, agak tahan 5. Penyakit VSD, agak rentan
6. Hama Penggerek Buah Kakao, agak rentan
7. Buah berwarna hijau, agak bulat dan ukuran buah lebih besar 8. Ujung buah runcing
B. Klon MCC 02 atau 45
Karakteristik Klon 45:
1. Rata-rata produksi 2 ton/ha/tahun, 2. Produksi buah per pohon + 6 kg 3. Dalam satu buah bisa diperoleh 45 biji 4. Relatif tahan terhadap penyakit VSD
5. Buah berwarna merah dan bentuk buah bulat 6. Ujung buah tumpul
6 C. Klon S1 atau Sulawesi 1
Karakteristik Klon S1:
1. Rata-rata produksi 1,8-2,5 ton/ha/tahun 2. Kadar lemak > 53%
3. Relatif tahan terhadap penyakit VSD 4. Buah berwarna merah dan lonjong 5. Ujung buah runcing
D. Klon THR atau Tahir
Karakteristik Klon THR:
1. Buah berwarna merah dan ukuran buah lebih kecil 2. Ukuran biji lebih kecil dibanding klon lainnya 3. Ujung buah tumpul
E. Klon BB atau Buntu Batu
7 Karakteristik Klon BB:
1. Buah berwarna hijau dan bentuk buah bulat
2. Terdapat warna merah di permukaaan atas kulit buah 3. Ujung buah tumpul
4. Ukuran biji lebih besar dibanding klon THR
II.2 Hama PBK
Tanaman kakao merupakan tanaman yang disukai oleh berbagai jenis organisme. Kelompok serangga merupakan salah satu jenis hama yang paling banyak menyerang tanaman kakao. Di Indonesia, jumlah serangga merupakan hama yang paling banyak. Akan tetapi beberapa spesies yang merupakan hama utama yaitu Penggerek Buah Kakao (PBK). Penggerek Buah Kakao atau yang nama latinnya Conophomorpa cramerella Snellen ini sangat merugikan.
Serangga merusak hampir semua hasil buah kakao, Penggerek Buah Kakao dapat menyerang buah sebesar 3 cm, tetapi umumnya lebih menyukai buah yang berukuran sekitar 8 cm. Ulatnya merusak dengan cara menggerek buah, memakan kulit buah, daging buah dan saluran ke biji. Hama ini sangat meresahkan para petani karena dapat menurunkan produktivitas hasil buah kakao, (Wirdadiputra, 1994).
A. Klasifikasi Hama PBK
Klasifikasi PBK (Conophomorpa cramerella Snellen), memiliki determinasi sebagai berikut (Sulistyowati, 2005).
Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Family : Gracillariidae Genus : Conophomorpa
Species : Conophomorpa cramerella Snellen
Metamorfosa sempurna, yaitu dari telur, larva, kepompong, dan serangga dewasa. Telur berbentuk oval dan berwarna kuning orange pada saat baru
8 diletakkan. Panjang telur 0,45-0,50 mm dan lebar telur 0,25-0,30 mm. Larva yang baru keluar dari telur berwarna putih transparan dengan panjang 1 mm.
Dalam kondisi pertumbuhan penuh, panjang larva dapat mencapai 12 mm dan berwarna hijau muda. Pupa berwarna kecoklatan panjang 7-8 mm dan lebar 1 mm. Ngengat (serangga dewasa) memiliki panjang tubuh 7 mm dan lebar 2 mm, dengan panjang rentang sayap 12 mm. Warna dasar ngengat adalah cokelat dengan warna putih berpola zig-zag sepanjang sayap depan dan spot orange pada ujung sayap (Wardoyo, 1994).
B. Gejala Serangan
Buah kakao yang dominan diserang pada umur 2-3 bulan, Buah kakao yang diserang berukuran 8 cm, buah masak sebelum waktunya ditandai dengan warna kuning tidak merata pada permukaan buah serta perkembangan buah tidak normal, pada saat buah dibelah biji saling berdempetan dan berwarna kehitaman, terdapat lubang masuk dan keluarnya hama pada buah, jika buah digoyangkan tidak terdengar adanya gerakan biji, dan biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Serangga PBK menyebabkan kematian jaringan plasenta biji sehingga biji tidak dapat berkembang sempurna lalu menjadi lengket. Serangga pada buah muda mengakibatkan kehilangan hasil yang lebih besar sebab buah akan mengalami masak dini sehingga buah tidak dapat dipanen, (Soekadaret, 1994).
C. Siklus Hidup dan Penyebaran Hama PBK
Siklus hidup PBK merupakan siklus hidup yang sempurna yaitu telur, larva, pupa, imago. Siklus hidup PBK terdiri dari stadium telur 3-7 hari, larva 14- 18 hari, pupa 3-7 hari dan imago 5-7 hari. Sekurangnya dibutuhkan waktu 35-45 hari oleh hama PBK untuk berkembang dari telur menjadi imago (serangga dewasa). Sehingga wajar dalam waktu yang cukup singkat perkembangan hama PBK ini sangat cepat. Siklus hidup serangga PBK ini sama seperti umumnya serangga lainnya yaitu: telur, larva, pupa dan imago.
9 a. Telur
Pada fase telur, PBK akan bertelur dengan telur berwarna orange. Telur- telur tersebut akan diletakkan pada alur buah. Bentuk telur itu sendiri sulit di identifikasi saking kecilnya dan susah dilihat dengan mata telanjang. Telurnya berukuran panjang 0,3 mm dan lebar 0,5 mm. Serangga dewasa dapat bertelur antara 100-200 butir telur, telur-telur tersebut akan menetas antara 3-7 hari setelah diletakkan.
b. Larva atau Ulat
Setelah telur menetas, telur berubah dan keluar menjadi larva. Larva tersebut akan bergerak dan mulai membuat lubang kedalam kulit selanjutnya masuk kedalam buah kakao. Lubang gerekan berada tepat dibawah tempat meletakkan telur. Selanjutnya akan menggerek daging buah, diantara biji dan plasenta. Panjang larva sekitar 1,2 cm dan berwarna hijau, lama hidup larva dalam buah kakao antara 14-18 hari, kemudian berubah menjadi kepompong atau pupa. Biasanya larva berkepompong pada daun atau alur buah, pada fase ini larva membuat lubang keluar dengan benang-benang sutra yang keluar dari mulutnya.
Melalui benang itulah larva turun ketanah dan menggulung menjadi kepompong.
Oleh sebab itu kepompong sering kali ditemukan pada daun atau kantong plastik yang ada disekitar pohon atau lantai kebun.
c. Pupa atau Kepompong
Setelah 6-7 hari menjadi kepompong, akan keluar pupa berwarna abu-abu gelap dengan panjang 8 mm. Ketika setengah badan pupa keluar dari kepompong, pupa melepaskan kulitnya lalu muncul sebagai imago.
d. Imago atau Serangga Dewasa
Imago atau serangga dewasa dari hama PBK ini panjangnya sekitar 7 mm dan lebar 2 mm, memiliki sayap depan berwarna hitam bergaris putih, pada setiap ujungnya terdapat bintik kuning dan sayap belakang berwarna hitam, memiliki antena yang panjang serta runcing. serangga ini aktif pada malam hari. Pada siang hari biasanya berlindung ditempat lembab dan tidak terkena sinar matahari.
Serangga dewasa ini bertahan hidup hanya 5-7 hari, setelah imago betina bertelur dan langsung mati. (Mars Cocoa Clinic, 2011)
10 Hama PBK dapat menyebar melalui:
1. Kebun yang tidak terawat.
2. Membawa buah yang terserang kelokasi yang tidak terserang.
3. Angin, penyebarannya dapat berpindah dengan jarak yang cukup jauh yaitu mencapai 800 m dan pupa yang menempel pada daun kering diterbangkan oleh angin.
4. Kulit buah yang terserang dibiarkan berserakan dalam kebun.
5. Pupa menempel pada baju manusia.
Saat ini penyebaran hama PBK hampir menyeluruh di Provinsi penghasil kakao, meliputi Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Sumatera, Papua, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat. Selain di Indonesia, PBK juga menyerang kebun kakao di Mindanao (Filipina), serta Sabah Serawak (Malaysia).
(Wiryadiputra, 1994).
Gambar 1. Siklus Hidup Hama PBK dan Morfologinya (Mars Cocoa Clinic, 2011)
D. Pengendalian
Upaya pencegahan sejak awal melalui kegiatan pemeliharaan tanaman kakao merupakan komponen terpenting dalam mengendalikan serangan hama dan penyakit tanaman kakao, dengan penerapan konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang memadukan berbagai jenis pengendalian dengan memperhatikan keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan. Pengendalian hama PBK dapat dilakukan dengan cara melakukan Praktek perkebunan yang baik/GAP, pengembangan musuh alami dari hama PBK, sarungisasi buah. Konsep tersebut
Telur 3-7 hari
Larva (Ulat) 14-18 Hari Imago (Serangga
Dewasa)5-7 hari
Pupa (Kepompong) 3-7 hari
11 dalam budidaya tanaman kakao dikenal dengan P3S (Pemangkasan, Pemupukan, Panen Teratur dan Sanitasi).
1. Pemangkasan
Pemangkasan adalah pemotongan cabang atau ranting tanaman yang bisa mengganggu produktifitas tanaman, bentuk tanaman dan pertumbuhan tanaman.
Selain bertujuan untuk memudahkan panen dan pelaksanaan pengendalian lainnya, pemangkasan juga bertujuan untuk mengurangi kelembaban kebun. Hal ini mengingat bahwa PBK sangat menyukai tempat yang rimbun atau gelap dan juga lembab. Pemangkasan juga dilakukan pada pohon pelindung dengan tujuan mengurangi kelembaban kebun. (Wahyudi, 2008)
2. Pemupukan
Pemupukan merupakan bagian terpenting dalam budidaya tanaman kakao sejak awal penanaman sampai tanaman berproduksi. Pemupukan adalah proses pemberian pupuk kepada tanaman yang dibutuhkan oleh tanaman, yang bertujuan untuk mengganti unsur hara yang telah diserap oleh tanaman dan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, sesuai kebutuhan tanaman. Selain itu pemupukan juga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tanaman dan produksi buah serta diharapkan penurunan intensitas serangan dan tingkat kerusakan biji.
Aplikasi pemupukan untuk tanaman kakao dilakukan setiap empat bulan sekali, pemupukan dilakukan diawal musim hujan dan akhir musim hujan. (Untung, 1993)
3. Panen Teratur
Panen teratur merupakan kegiatan memetik buah yang masak secara fisiologis yang dilakukan dengan interval waktu tertentu atau setiap dua minggu sekali secara serentak dan teratur. Panen teratur pada saat buah masak awal yang diikuti dengan sanitasi bisa menekan populasi PBK karena pada buah yang masak awal, ulat PBK belum keluar sehingga ulat yang ada di dalamnya akan mati jika kulit buah dan plasenta langsung dibenam. (Baharuddin, 2004)
4. Sanitasi
Sanitasi merupakan kegiatan pembersihan areal kebun yang dapat/bisa menyebabkan sumber inang/sarang H & P yang dikhawatirkan dapat mengganggu. Kegiatan sanitasi antara lain pembenaman kulit buah, plasenta,
12 buah busuk dan semua sisa panen kedalam lubang pada saat panen yang kemudian ditutup dengan tanah. Hal ini bertujuan untuk membunuh larva PBK yang terdapat didalam kulit buah kakao. (Wahyudi, 2008)
13
III. METODOLOGI
3.1. Waktu Dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan April 2017, di kebun PT Mars Cocoa Development Center (MCDC), Desa Tarengge, Kec. Wotu, Kab. Luwu Timur, Prov. Sulawesi Selatan.
3.2. Alat & Bahan
Alat yang digunakan yaitu: Alat tulis menulis dan Kamera Bahan yang digunakan yaitu: Buah kakao, tali rapiah 3.3. Metode Pelaksanaan
Klon yang diamati dalam penelitian ini diantaranya: S1 (Sulawesi 1), MCC 01/M 01 (Masamba Cacao Clon 01/Muchtar 01), MCC 02 (Masamba Cacao Clon 02), BB (Buntu Batu), THR (Tahir).
Pengamatan ini dilakukan dengan cara meneliti atau mengecek satu persatu buah kakao yang ada di pohon kakao tersebut, kemudian apa bila terdapat serangan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada buah yang berupa lubang kecil bekas masuk dan keluarnya hama PBK tersebut dan diberi tanda pada buah yang terserang dengan cara mengikat tali rapiah pada tangkai buah. kemudian setelah itu dilakukan penghitungan berapa banyak buah yang terserang hama PBK dan kemudian mencatat jumlah banyak buah yang terserang hama PBK tersebut.
Dan pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali dan dilakukan empat kali pengamatan.
Rumus tingkat serangan Hama PBK (MCDC):
TS = (Buah terserang) x 100%
JB Keterangan :
TS = Tingkat Serangan
B = Serangan Berat ( > 50% ) R = Serangan Ringan ( 1% - < 10% ) S = Serangan Sedang ( 10% - 50% ) JB = Jumlah Buah