INTENSITAS SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Sn.) PADA KEBUN KAKAO (Theobroma Cocoa L.) RAKYAT DI KECAMATAN
WOTU, KABUPATEN LUWU TIMUR
OLEH RENALDI 1322040043
BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
2016
HALAMAN PENGASAHAN
TUGAS AKHIR
INTENSITAS SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH
KAKAO (Conopomorpha cramerella Sn.) PADA KEBUN KAKAO (Theobroma Cocoa L.) RAKYAT DI KECAMATAN WOTU, KABUPATEN LUWU TIMUR
oleh:
Renaldi B.
1322040043
Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi pada Jurusan
Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan
Telah Diperiksa dan Disetujui oleh:
Mengetahui:
Ketua Jurusan
Budidaya Tanaman Perkebunan
Ir. Baso Darwisah, M.P.
NIP 1962122311988031025 Pembimbing II
Dr. Junaedi, S.P., M.Si.
NIP 197208242005011002 Pembimbing I
Syatrawati, S.P., M.P.
NIP 197304302003122001
Direktur
Politeknik Pertanian Negeri Pangkep
Dr. Ir. Darmawan, M.P.
NIP 196702021998031002
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI
Judul Laporan : Intensitas Serangan Hama Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Sn.) pada Kebun Kakao (Theobroma cocoa L.) Rakyat, di Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur
Nama Mahasiswa : Renaldi B.
NIM : 1322040043
Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan
Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Hari/Tanggal Ujian : Agustus 2016
Disahkan oleh Tim Penguji
1. Syatrawati, S.P., M.P. (...)
2. Dr. Junaedi, S.P., M.Si. (...)
3. Sri Muliani, S.P., M.P. (...)
4. Nildayanti, S.P., M.Si. (...)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir yang ber judul Intensitas Serangan Hama Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Snell.) pada Kebun Kakao (Theobroma cocoa L.) Rakyat, di
Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur.
Laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan di Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Dalam penulisan ini selalu diiringi doa dari kedua orang tua, keluarga dan kawan-kawan ang selalu membantu baik moril dan materil. Penulis mengucakan terimakasi kepada Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P.
selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep, Bapak Ir. Baso Darwisah, M.P. selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Ibu Syatrawati, S.P., M.P. dan Bapak Dr. Junaedi, S.P., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan bimbingan, Semua civitas akademik Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan khususnya dosen-dosen dan staf Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan yang telah banyak mendukung dan membantu. Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya di bidang pertanian.
Pangkep, Agustus 2016
Penulis
ABSTRAK
RENALDI B.1322040043. Intensitas serangan Hama Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Snell.) pada Kebun Kakao (Theobroma cocoa L), Rakyat di Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, di bimbingan Syatrawati dan Junaedi.
Pengamatan ini bertujuan mengetahui tingkat serangan hama PBK terhadap tanaman kakao yang dilaksanakan pada April sampai Juni 2016.
Pengamatan di lapangaan menggunakan metode survei, di mana penentuan kebun sampel dilakukan secara purposive yaitu ditujukan pada kebun yang petaninya lebih banyak membudidayakan tanaman kakao dan pemeliharaan yang sama. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 100 buah secara acak pada masing-masing lahan setiap kali panen. Selanjutnya dilakukan pembelahan buah untuk melihat kerusakan di dalam buah. Interval pengamatan dilakukan sekali dalam 2 minggu. Hasil pengamatan memperlihatkan nilai rata-rata tingkat serangan hama PBK yaitu 20.24% yang tergolong kategori sedang.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN... i
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan dan Kegunaan ... 2
II. KONDISI UMUM ... 3
A. Kondisi Umum ... 3
B. Kondisi Pertanaman ... 4
C. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Siklus Hidup Penggerek Buah Kakao ... 7
B. Gejala Serangan Penggerek Buah Kakao ... 9
D. METODOLOGI ... 11
A. Waktu dan Tempat ... 11
B. Alat dan bagan ... 11
C. Metode Pelaksanaan ... 11
E. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 13
A. Hasil ... 13
B. Pembahasan ... 13
BAB V PENUTUP ... 15
A. Kesimpulan ... 15
B. Saran ... 15
DAFTAR PUSTAKA ... 16
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Karakteristik morfologi klon buah kakao ... 5 2. Hasil pengamatan intensitas serangan hama PBK di Kec. Wotu ... 11
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Siklus hidup hama penggerek buah kakao ... 9 2. Buah kakao yang sehat (A) dan terserang hama PBK (B) ... 10
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Pengamatan intensitas serangan hama PBK pada kebun
1 DesaTarengge ... 17 2. Pengamatan intensitas serangan hama PBK pada kebun
2 DesaTarengge ... 17 3. Pengamatan intensitas serangan hama PBK pada kebun
1 Desa Cendana Hijau ... 17 4. Pengamatan intensitas serangan hama PBK pada kebun
2 Desa Cendana Hijau ... 18 5. Pengamatan intensitas serangan hama PBK pada kebun
1 Desa Kalaena ... 18 6. Pengamatan intensitas serangan hama PBK pada kebun
2 Desa Kalaena ... 18 7. Gambar Alur Pengamatan ... 19
A. Latar Belakang
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman industri yang memiliki potensi tinggi sebagai penghasil devisa Negara dari sector non migas.
Nilai ekonomi kakao cukup signifikan dalam kontribusi pada ekonomi rakyat dan sumber devisa, maka pengembangan kakao terus digalakkan baik aspek budidaya maupun pasca panen. Beberapa literatur menjelaskan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan tropis Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian utara. Penduduk yang pertama kali mengusahakan sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek (Aztec). Tanaman kakao menghasilkan produk olahan yang disebut coklat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia karena mengandung lemak serta protein dan nilai gizi lainnya dan merupakan bahan makanan dan minuman yang banyak disukai dari berbagai usia terutama anak-anak dan remaja (Anonim, 2014).
Usaha pengembanga kakao sering mengalami berbagai hambatan terutama oleh hama dan penyakit. Salah satu kendala utamanya adalah adanya beberapa jenis hama/penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Hama penggerek buah kakao (PBK) merupakan salah satu hama yang paling sering dijumpai dalam budidaya kakao. Hama ini menyerang buah dan menyebabkan kualitas dan kuantitas hasil menurun. Nama ilmiah hama ini adalah Conopomorpha cramerella. Hampir semua wilayah penanaman kakao di
Indonesia mengenal PBK. Serangan hama PBK sering kali berdampak besar terhadap bisnis budidaya kakao. Biasa menggorogoti produktivitas hingga 80%.
Oleh karena itu, pengenalan siklus hidup, gejala serangan dan teknik pengendalian hama ini perlu dipahami agar serangganya tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Sumatra Utara, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, dan beberapa tempat lainnya. Buah kakao terserang dengan gejala belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tiak berkemang dan ukuranya menjadi lebih kecil. Karena biji-biji saling melekat menyebabkan buah terserang jika dikocok tidak berbunyi, sedangkan buah yang sehat akan berbunyi. Tanaman selain kakao yang dapat terserang yaitu Rambutan.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pengamatan tentang tingkat serangan hama PBK pada tanaman kakao dan pengendlian yang baik.
B. Tujuan dan Kegunaan
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat serangan hama PBK terhadap tanaman kakao guna sebagai bahan infomasi bagi petani kakao dan mengetahui teknik yang baik dalam pengendalian hama PBK.
A. Keadaan Wilayah
Secara geografis Kabupaten Luwu Timur terletak sebelah selatan katulistiwa. Tepatnya diantara 2003’00” - 3003’25’’ Lintang Selatan dan 119028’56’’ - 121047’27’’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 6.944,88 km2. Sekitar 11,14 persen Provinsi Sulawesi Selatan merupakan luas wilayan Kabupaten Luwu Timur. Kabupaten Luwu Timur merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Selama tahun 2011, tercatat rata-rata curah hujan mencapai 258 mm, dengan rata-rata jumlah hari hujan perbulan mencapai 17 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, yakni 393 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 23 hari.
Kabupaten Luwu Timur yang beribukota di Malili, secara administrasi dibagi menjadi 11 kecamatan yaitu Kecamatan Burau, Wotu, Tomoni, Tomoni Timur, Angkona, Malili, Towuti, Nuha, Wosuponda, Mangkutana, dan Kalaena.
Kecamatan Wotu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Luwu Timur. Luas wilayahnya 130,52 km2 atau meliputi 1,88 persen dari luas Kabupaten Luwu Timur. Wotu terbagi menjadi 16 desa yaitu Desa Lera, Bawalipu, Lampenai, Bahari, Kalaena, Karambua, Kanawatu, Maramba, Tarengge, Cendana Hijau, Balo-Balo, Pepuro Barat, Rinjani, Madani, Tarengge Barat, dan Tabaroge. Secara topografi wilayah Kecamatan Wotu merupakan daerah datar, karena keenam belas desanya merupakan daerah datar dan tidak ada daerah yang tergolong berbukit. Luas wilayah pada desa yang dijadikan tempat pengambilan data yaitu Desa Tarengge 9,14 km2, Cendana Hijau 3,65 km2, dan Kalaena 11,70 km2.
Pada tahun 2012, di sub sector perkebunan, Kecamatan Wotu memiliki potensi tiga komoditi perkebunan antara lain, kelapa sawit, kelapa dan kakao.
Tanaman kakao merupakan tanaman paling potensial dengan luas lahan tanam sebesar 3.340,5 ha yang menghasilkan produksi sebesar 1.667,11 ton selama tahun 2012.
Disetiap desa yang ada di Kecamatan Wotu telah menerapkan Good Agricultural Practic (GAP). GAP merupakan praktik budidaya yang baik, yang
diterapkan oleh petani kakao. GAP meliputi pemangkasan, pemupukan, panen teratur, dan sanitasi serta dibarengi dengan penyemprotan yang biasa disebut P3S+P. GAP juga merupakan salah satu pengendalian efektif yang mampu mengendalikan hama dan penyakit. Salah satunya adalah pengendalian hama PBK. Pemangkasan mampu merubah lingkungan yang tidak disenangi oleh hama PBK, karena mengurangi kelembaban pada tanaman, intensitas cahaya masuk secara merata dan sirkulasi udara terjaga. Sedangkan pemupukan menyuplai hara bagi tanaman agar kuat terhadap serangan hama. Sedangkan panen teeratur membantu untuk memutus siklus hidup hama PBK pada fase larva. Selanjutnya adalah sanitasi, fungsinya hampir sama dengan panen teratur, karena dapat memutuskan siklus hidup hama PBK pada fase telur, larva, dan pupa, hal ini disebabkan sisa dari panen akan dibenamkan dalam rorak, sehingga telur, larva dan pupa yang masih tertinggal dari sisa panen akan mati.
Terakhir yaitu penyemprotan merupakan pengendalian secara kimiawi, karena menggunakan Insektisida.
Petani yang ada di tiga desa yang dijadikan kebun sampel melakukan GAP yang telah diterapkan oleh PT. Mars Cacao Development Center kepada petani, mulai dari pemangkasan higga penyemprotan yang mencakup
petani meliputi pemangkasan teratur dan produksi, karena tanaman sudah menjadi tanaman menghasikan (TM). Pemangkasan teratur dilakukan setiap kali, ketika para petani masuk ke kebun, minimal dua kali sebulan. Sedang pemangkasan produksi dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun sesuai musim buah setelah panen raya dan pemangkasan dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan. Kedua adalah Pemupukan, para petani melakukan pempukan sebanyak empat kali selama setahun dengan interval waktu tiga bulan. Adapun pupuk yang digunakan adalah NPK phonska, KCl, SP36, dan Nitrabor. Ketiga yaitu panen teratur yang dilakukan dua kali dalam subulan dengan interval waktu dua minggu. Selanjutnya adalah sanitasi yang dilakukan oleh petani yaitu sanitasi sisa pemangkasan dan sisa panen teratur maupun panen raya. Terakhir yang dilakukan oleh petani dalam pemiliharan yaitu penyemprotan dengan mengikuti kalender kakao. Penyemprotan yang menggunakan insektisida efektifnya dilakukan dua belas kali dalam semusim.
Luas wilayah pada desa yang dijadikan tempat pengambilan data yaitu Desa Tarengge 9,14 km2 dengan mengambil dua kebun sampel, dimana keduanya memiliki luas lahan yang sama yaitu 1 Ha. Keadaan setiap lahan hampir sama, karena keadaan kebun yang terawat dan klon yang digunakan juga sama yaitu Sulawesi 2 (S2) dan topografinya terbilang datar. Pada Desa Cendana Hijau 3,65 km2 dengan mengambil dua kebun sampel, dimana keduanya memiliki luas lahan yang berbeda pada kebun 1 yaitu 1 Ha, sedang kebun 2 yaitu 1.5 Ha. Keadaan setiap lahan hampir sama, karena keadaan kebun yang terawat. Hanya saja klon yang digunakan berbeda, pada kebun 1 yaitu klon Masamba Cacao Clone 02 (MCC02) dan S2, sedangkan pada kebun 2 yaitu menggunakan klon Masamba Cacao Clone 01 (MCC01) dan tofografi pada
mengambil dua kebun sampel, dimana keduanya memiliki luas lahan yang berbeda pada kebun 1 yaitu 1.5 Ha, sedang kebun 2 yaitu 1 Ha. Keadaan setiap lahan hampir sama, karena keadaan kebun yang terawat. Hanya saja klon yang digunakan berbeda, pada kebun 1 yaitu klon Sulawesi 1 (S1), sedangkan pada kebun 2 yaitu menggunakan klon S2 dan tofografi pada kedua lahan juga terbilang datar.
Adapun untuk melihat perbedaan setiap klon yang dibudidayakan oleh petani yang ada di Kecamatan Wotu yaitu:
Tabel 1. Karakteristik morfologi klon buah kakao
Klon Ukuran buah
Bentuk buah
Ujung buah
Permukaan buah
Alur buah
Warna kulit buah
Ketebalan kulit buah
S2 Sedang Agak bulat
Runcing Halus Kurang tegas,
Merah kecoklatan, buah masak orange
Tebal
S1 Sedang Agak bulat
Tumpul Kasar Kurang tegas,
Merah kecoklatan, buah masak orange
Sangat tipis
MCC 01
Besar Elips Agak bulat
Tumpul Kasar dangkal Hijau muda, buah masak hijau kekuningan
Tipis
MCC 02
Besar Elips membulat
Runcing Agak halus dangkal Merah tua mengkilap,
Tipis
Buah masak merah kekuningan Sumber: Dokumen PT Mars Cocoa Developmennt Center.
A. Siklus Hidup Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Sn.)
Klasifikasi PBK (Conopomorpha cramerella sn.) memiliki determinasi sebagai berikut (Sulistyowati at. all.2005).
Kingdom : Animalia
Phylum : Anthropoda
Class : Insekta Ordo : Lepidoptera Family : Gracillariidae
Genus : Conopomorpha
Spesies : C. cramerella Sn.
Penggerek buah kakao (PBK) dengan bahasa latin Conopomorpha
cramerella Sn. adalah salah satu hama penting yang menimbulkankehilangan hasil hingga 80%. Perkembangan dari telur menjadi imago (serangga dewasa) selama 35-45 hari. Siklus hidup hama PBK tergolong metamorfosa sempurna yaitu; telur, larva, pupa, dan imago. Hama PBK berkembang biak dengan cara meletakkan telur-telurnya dialur kulit buah.
Larva yang keluar dari telur biasanya langsung meggerek kedalam buah dengan cara membuat lubang kecil pada kulit buah (Darwis, 2012).
Serangga betina yang telah berkopulasi biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao. Telur PBK berbentuk lonjong, permukaan atas cembung dan permukaan bawahnya rata yang menempel di permukaan kulit buah. Telur berwarna jingga, diletakkan satu persatu pada permukaan kulit buah. Ulat berwarna putih kekuningan atau
selanjutnya berkepompong pada permukaan buah,daun, serasah, karung atau keranjang tempat buah. Kepompong berwarna putih. Ngengat aktif pada malam hari yaitu sejak matahari terbenam sampai dengan pukul 20.30. Pada siang hari berlindung di tempat yang teduh dan panjang 7 mm. Seekor ngengat betina mampu bertelur 50-100 butir. Telur yang tidak subur berwarna keputihan. Hama PBK lebih menyukai buah yang memiliki alur-alur yang dalam sedangkan yang alurnya dangkal kurang disukai tapi masih terdapat peletakan telur (Taufik, 2001;
Hase, 2007).
Telur hama PBK merah jingga dan diletakkan pada kulit buah, terutama pada alur buah. Telur berukuran sangat kecil (sulit dilihat) dengan panjang 0.8 mm dan lebar 0.5 mm. Serangga dewasa bertelur 50-100 butir. Terus akan mentas 5-7 hari (Balai Besar Pelatihan Pertanian, 2013)
Ulat atau larva berwarna putih kuning atau hijau muda. Panjang sekitar 11 mm selama 14-18 hari larva hidup didalam buah. Larva serangga hama ini memakan plasenta buah yang merupakan saluran makanan menuju biji sehingga mengakibatkan penurunan hasil dan mutu biji kakao. Kehilangan hasil terjadi karena buah kakao yang terserang PBK bijinya menjadi lengket dan kandungan lemaknya menurun. Serangan pada buah kakao muda mengakibatkan kehilangan hasil yang lebih besar karena buah akan mengalami kerusakan dini dan tidak dapat dipanen (Limbongan, 2012).
Setelah mengakhiri perkembangannya di dalam buah, larva akan berhenti makan dan keluar dari buah melalui lubang-lubang gerekan pada kulit buah, selanjutnya larva akan melekat pada buah yang sama atau menjatuhkan diri dan melekat pada buah lainnya. Selama prapupa dan pupa, PBK akan melekat pada bahan apa saja yang ada di kebun. Setelah 7 hari, akan keluar imago (Depparaba, 2002). Siklus hidup PBK dapat dilihat pada gambar yang terterah.
Gambar 1. Siklus hidup hama penggerek buah kakao
B. Gejala Serangan Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Sn.)
Penggerek buah kakao suka menyerang buah yang masih muda dengan ukuran panjang ± 8 cm (Sukamto et al, 2003). Serangan hama PBK ini ditandai dengan adanya lubang masuk ke dalam buah dan mengakibatkan semua buah muda masak lebih awal berwarna pudar atau berwarna kuning tidak merata dan timbul belang-belang berwarna jingga dan apabila digoyang tidak berbunyi (Sulistyowati, 2003)
Apabila buah dibelah daging buah menunjukkan gerekan dan goresan spesifik, dimana tampak bewarna hitam, bijji melekat satu sama lain, tidak berkembang, ukuran kecil tidak bernas, biji keriput dan ringan (Sri Sukamto, et al.
2003 dan Sulistyowati, 2003). Akibat serangan PBK kerugian yang ditimbulkannya dapat mencapai 80% daari biiji kakao kering. Menurut Direktur Proteksi Tanaman (2000), luas serangan hama PBK mencapai 60.007 ha dengan kehilangan hasil Rp. 405.643.680.000-/tahun. Luas serangan hama PBK di Indonesia tahun 2003 telah meningkat menjadi 70.000 ha dan kerugian mencapai miliaran rupiah (Sulistyowati, 2003).
Apabila buah muda yang terserang masih dapat berkembang menjadi buah dewasa, pada permukaan kulit luar buah terdapat bercak besar berwarna
kakaonya. Jika buah tersebut dibelah akan terlihat jalur-jalur gerekan larva dan daging buah berwarna kecoklatan. Pertumbuhan biji terganggu, dan biji satu sama lain lengket (Susanto, 1997).
Gejala serangan yang terlihat pada kulit luar buah masak secara kasat mata yaitu adanya bercak besar berwarna kuning. Pada tipe kakao dengan kulit buah berwarna merah, ada bercak-bercak berwarna oranye, sedang pada yang hijau ada bercak-bercak berwarna kuning-oranye. Jika buah buah tersebut dipetik terasa lebih berat dan apabila diguncang tidak terdengar bunyi ketukan biji-biji dengan dinding buah. Hal ini terjadi karena pada biji-biji yang rusak terbentuk lendir yang dapat memenuhi ruangan dalam buah, sedangkan biji-biji kakao menjadi rusak, dan melekat satu dengan yang lainnya. Jika buah tersebut dibelah terlihat daging buah berwarna coklat kehitaman sampai hitam, biji saling menempel dan apabila diproses lebih lanjut biji akan menjadi keriput (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008). Gejala serangan PBK dapat dilihat pada gambar 2.
(A) (B)
Gambar 2. Buah kakao yang sehat (A) dan terserang hama PBK (B) (Sumber: kebun petani, 2016).