• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJI TINDAK PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen) DENGAN PESTISIDA NABATI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJI TINDAK PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen) DENGAN PESTISIDA NABATI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 2087-7706

KAJI TINDAK PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO

(Conopomorpha cramerella Snellen) DENGAN PESTISIDA NABATI

Review on Reaction Control of Cocoa Pod Borer

(Conopomorpha cramerella Snellen) with Bio-Pesticide

NURIADI*), GUSNAWATY HS

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari 93232

ABSTRACT

This research aimed to know the effectivity of botanical pesticide in retarding cocoa pod borer. The study was conducted using completely randomized design, with 7 treatments and 3 replications. Total number of trial units was 21. The results of the study showed that the ingredient botanical pesticide that gave significant effect was ingredients III with interval 5 days/application which can limit attack of pod from 100 % to 24,78 % and intencity attack from 92,56 % to 11,25 %.

Keywords : botanical pesticide, cocoa pod borer, intencity attack

1

PENDAHULUAN

Kakao merupakan komoditas unggulan di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang sampai tahun 2009 luasnya telah mencapai  118.801,34 ha dengan produksi 87.607,75 ton. Salah satu masalah yang paling kritis dihadapi petani dalam peningkatan produksi kakao di Sultra adalah adanya serangan hama penggerak buah kakao (Cocoa pod borer) oleh Conopomorpha cramerella Snellen. Hama ini merupakan hama yang paling merusak dan sangat sulit ditanggulangi dan dapat mengakibatkan kehilangan hasil atau produksi biji sebesar 82 % (Disbun Prov. Sultra, 2010).

Di Sulawesi Tenggara hama penggerak buah kakao (PBK) tersebut mulai dilaporkan pada tahun 1995 yaitu seluas 34,5 ha di Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka, selanjutnya berkembang dengan cepat hingga tahun 2002 dan telah tersebar di seluruh areal pengembangan kakao di Sulawesi Tenggara yaitu Kabupaten Kolaka, Kendari, Buton dan Muna dengan intensitas kerusakan ringan sampai berat yaitu 6 - 89 %.

Untuk mengendalikan hama penggerak buah kakao (PBK) tersebut umumnya petani di Sulawesi Tenggara masih tergantung pada penggunaan

*) Alamat korespondensi:

Email : adie_95@yahoo.com

pestisida organik sintetik (kimiawi), namun penggunaan pestisida organik sintetik tersebut telah terbukti menimbulkan berbagai dampak negatif seperti : resistensi, resurgensi, terbunuhnya musuh alami (agen pengendali hayati) dan pencemaran lingkungan. Adanya residu pestisida pada produk pertanian termasuk biji kakao akan menyebabkan keracunan pada manusia dan hewan piaraan dan terjadinya bahaya lain dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini antara lain yang mendorong para ahli untuk kembali kepada pemanfaatan pestisida nabati (Saxena, 1982).

Pestisida nabati bersifat non persisten di alam sehingga diharapkan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) dengan menggunakan pestisida nabati dapat dipadukan dengan teknik pengendalian lainnya yang relatif aman terhadap organisme bukan sasaran dan lingkungan (Chin, 1989).

Saat ini telah diketahui lebih kurang 2.400 jenis tumbuhan di dunia yang mengandung bahan pestisida dan 100 jenis lainnya mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati (Secoy and Smith. 1983). Sebagai negara yang terletak di daerah tropika, Indonesia mempunyai sumber daya hayati yang melimpah termasuk di dalamnya jenis-jenis tumbuhan yang mengandung bahan aktif pestisida nabati (Heyne, 1987).

(2)

Hasil penelitian survei menunjukkan bahwa terdapat sumberdaya hayati berupa jenis tumbuhan lokal yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati di tingkat petani, sebagai contoh umbi gadung (Dioscorea hispida), Brotowali (Tinospora crispa), jeringau (Acorus calamus), Rumput kapal (Eupatorium odoratum), daun srikaya (Annona muricata) (Sulistywati et al., 1997)

Dari hasil-hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di laboratorium dan rumah kaca, telah diperoleh beberapa jenis ramuan pestisida nabati yang diketahui efektif menekan serangan hama penggerek buah kakao di Sulawesi Tenggara. Bahan pestisida nabati tersebut mudah didapat dan diperbanyak, murah, praktis dibuat oleh petani dan ramah lingkungan sehingga sangat relevan diterapkan dalam rangka pemberdayaan petani (Wardoyo, 1981).

Penggunaan tumbuhan/tanaman sebagai pestisida nabati di tingkat petani di lapangan dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu membuat campuran bahan-bahan tumbuhan tersebut dalam bentuk ramuan dengan menggunakan air sebagai pelarut. Dengan cara sederhana ini diharapkan petani dapat membuat sendiri ramuan pestisida nabati untuk mengendalikan hama yang terdapat dipertanamannya. Melihat besarnya potensi sumberdaya hayati jenis-jenis tumbuhan lokal tersebut untuk dikembangkan sebagai sumber pestisida nabati di masa yang akan datang maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan jenis-jenis tumbuhan lokal tersebut menjadi ramuan pestisida nabati untuk pengendalian hama penggerek buah kakao dalam skala industri baik industri rumah tangga di tingkat petani maupun skala industri menengah oleh pihak Pemerintah Daerah dan pengusaha swasta.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diteliti pemanfaatan tumbuhan sumber pestisida nabati yang ada di Kecamatan Landono untuk menekan kerusakan buah kakao yang disebabkan oleh hama penggerek buah kakao.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilaksanakan

di Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan yang berlangsung dari bulan Januari sampai dengan April 2012.

Bahan dan Alat. Dalam penelitian ini

digunakan bahan yang meliputi: umbi gadung,

daun sirsak, daun komba-komba, brotowali, jeringau, detergen dan air. Alat yang dipakai meliputi: kamera, saringan, Blender, gelas ukur, meteran, knapsack sprayer, timbangan, alat tulis, tali, ember dan pisau.

Rancangan Penelitian. Percobaan ini disusun

berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan tujuh perlakuan dan tiga ulangan sehingga diperoleh 21 unit pengamatan perlakuan yang dicobakan adalah :

Ro : Kontrol ( tanpa perlakuan )

R1 : Ramuan I dengan penyemprotan tiap 5 hari R2 : Ramuan I dengan penyemprotan tiap 10 hari R3 : Ramuan II dengan penyemprotan tiap 5 hari R4 : Ramuan II dengan penyemprotan tiap 10 hari R5 : Ramuan III dengan penyemprotan tiap 5 hari R6 : Ramuan III dengan penyemprotan 10 hari.

Setiap Plot terdiri dari enam pohon, banyaknya buah yang diamati diambil 10 % dari keseluruhan buah pada tanamam sampel panjang buah kakao yang menjadi sampel adalah pentil dengan ukuran 8 – 10 cm yang diperkirakan bebas pengerek buah kakao (PBK). Jarak antar petak 2 larikan pohon. Aplikasi mulai dilakukan pada buah kakao 8 – 10 cm ( pentil).

Prosedur Penelitian. Penentuan Lokasi

Penelitian. Lokasi Penelitian ditentukan dengan

terlebih dahulu dilakukan survei lapangan untuk mendapatkan areal pertanaman kakao yang sudah produktif dan terserang hama Penggerek Buah Kakao. Lokasi sebagai tempat Penelitian dibagi dalam petak-petak sesuai dengan perlakuan. Jarak antara petak perlakuan adalah 10 m dengan harapan perlakuan yang satu tidak mempengaruhi perlakuan yang lain.

Pembuatan Ramuan Pestisida nabati. Bahan

yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati pada ramuan I adalah : Umbi Gadung, Brotowali, Daun sirsak dan Deterjen, Ramuan II : Umbi Gadung, Rumput kapal, Brotowali dan Detergen sedangkan Ramuan III bahannya terdiri dari : Umbi Gadung, Jeringau, Brotowali dan Detergen.

Aplikasi. Masing-masing cairan perasan

tersebut disemprotkan pada buah pada bagian bawah dari cabang-cabang yang letaknya rendah (< 1/2 dari tinggi tanaman) diulang setiap 5 hari dan 10 hari sesuai dengan perlakuan.

Variabel Pengamatan. Untuk mengetahui

keefektifan pestisida nabati terhadap Hama Penggerak Buah Kakao (PBK) maka dilakukan pengamatan terhadap :

(3)

Persentase buah yang terserang. Persentase buah yang terserang adalah nisbah antara buah yang terserang hama PBK dengan keseluruhan buah yang diamati dan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

a

P = x 100 % b

Keterangan :

P = Persentase buah terserang a = Jumlah buah yang terserang PBK b = Jumlah keseluruhan buah yang diamati

Intensitas Kerusakan. Intensitas Kerusakan

adalah suatu besaran yang menggambarkan tingkat kerusakan biji akibat serangan hama penggerak buah kakao (PBK). Untuk menghitung intensitas kerusakan dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

biji rusak

I = x 100 %

biji keseluruhan

Buah yang diamati adalah buah kakao yang sebelum aplikasi ditandai dengan tali berwarna. Banyaknya buah yang diamati diambil 10 % dari keseluruhan buah pada tanaman sampel. Masing-masing variabel pengamatan dilakukan dengan cara :

Pengamatan persentase buah terserang dilakukan dengan cara buah yang telah masak di petik (panen) kemudian dibelah untuk memastikan adanya gejala serangan dalam buah tersebut dan melihat bekas gerekan yang ada pada buah.

Pengamatan intensitas kerusakan dilakukan dengan mengamati semua biji yang ada dalam buah terserang. Biji-biji yang lengket pada kulit buah maupun lengket satu sama lain dikategorikan terserang.

Pengamatan dilakukan setelah aplikasi selama 3 (tiga) bulan yaitu pada saat panen setelah buah-buah sampel matang atau masak sempurna. Panen dilakukan tiap 4 hari, hal ini dilakukan karena buah sampel masak tidak bersamaan. Pengamatan berlangsung selama 3 minggu sampai buah-buah sampel masak semua.

Analisis Data. Dari hasil pengamatan dianalisis

dengan menggunakan analisis varian. Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka pengujian akan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf kepercayaan 95 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Buah Terserang. Rata-rata

persentase buah terserang hama penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) pada semua perlakuan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata persentase buah yang terserang hama PBK ( % ).

Perlakuan Rata – Rata P UJBD 0,05

R0 100,00 e (2) 9,61 R1 54,23 b (3) 10,08 R2 85,37 d (4) 10,39 R3 62,47 c (5) 10,48 R4 83,42 d (6) 10,61 R5 24,78 a (7) 10,67 R6 78,21 d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf UJBD 0,05.

Berdasarkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan R5 menunjukkan persentase kerusakan buah yang terendah dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan R0 menunjukkan persentase kerusakan buah yang tertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuan R1,R2, R3, R4, R5 dan R6.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan yang dicobakan memberikan pengaruh nyata terhadap persentase buah terserang hama penggerek buah kakao.

Rata-rata penekanan persentase buah terserang penggerek buah kakao setelah aplikasi ramuan pestisida nabati tertinggi diperoleh pada ramuan dua dengan penyemprotan tiap 10 hari yaitu persentase serangan 83,42 % yang berbeda nyata dengan kontrol dan tidak berbeda nyata dengan ramuan satu dan ramuan tiga dengan penyemprotan tiap 10 hari yaitu persentase serangan sebesar 85,37 % dan 78,21 %, sedangkan rata-rata penekenan persentase buah terserang penggerek buah kakao yang terendah diperoleh pada ramuan tiga dengan penyemprotan tiap 5 hari sebesar 24,78 % , yang berbeda nyata dengan kontrol dan ramuan satu dengan penyemprotan tiap 5 hari yaitu sebesar 54,23 %. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya aplikasi ramuan pestisida nabati tiap 5 hari memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap penekanan persentase serangan penggerek buah kakao.

Rendahnya persentase serangan dan intensitas serangan hama penggerek buah kakao disebabkan

(4)

karena penyemprotan ramuan pestisida nabati dapat mempengaruhi peletakan telur dan penetasan telur penggerek buah kakao serta aktivitas makan larva yang disebabkan oleh adanya kandungan racun dan bau dari bahan yang digunakan (Ahmad and Grainge, 1988). Bahan ramuan yang digunakan telah diketahui bahwa ekstrak kasar jeringau mengandung asarone yang baunya tidak disenangi oleh hama untuk meletakkan telur. Demikian pula brotowali mengandung zat pahit pikroretin, alkaloid, berberin dan kolomein serta thioporan yang berupa kristal jarum yang terasa pahit sehingga tidak disenangi oleh larva hama penggerek buah kakao. Umbi gadung mengandung dioskorin dan sianida yang bersifat menyerang langsung dan penghambat sistem antara ruang sel yaitu menghambat sistem sitokrom oksidase. Daun sirsak mengandung senyawa annonain dan polifenol yang telah diketahui dapat menyebabkan aktivitas biologi yaitu menghambat makan dan merusak jaringan serangga (Smith and Secoy, 1981)

Intensitas Kerusakan. Rata – rata persentase

intensitas kerusakan biji yang terserang seperti pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Rata-rata intensitas kerusakan pada biji kakao (%)

Perlakuan Rata – Rata P UJBD 0,05

R0 92,56 f (2) 4,77 R1 13,53 ab (3) 5,01 R2 22,31 de (4) 5,16 R3 18,00 bc (5) 5,21 R4 26,00 e (6) 5,27 R5 11,25 a (7) 5,30 R6 21,73 cd

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf UJBD 0,05.

Hasil uji Duncan menunjukkan perlakuan R0 berbeda nyata dengan perlakuan R1, R2, R3, R4, R5 dan R6. Perlakuan R1 tidak berbeda nyata dengan R3 danR5 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan R2, R4 dan R6. Rata-rata intensitas serangan hama PBK yang terendah pada perlakuan R5 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan R1 dan intensitas serangan tertinggi pada perlakuan R0 yang berbeda nyata dengan semua perlakuan yang dicobakan, sedangkan rata–rata intensitas serangan penggerek buah kakao setelah aplikasi ramuan aplikasi pestisida nabati memberikan pengaruh

sangat nyata dengan tingkat kerusakan 10 – 30 % berarti tingkat kerusakan tergolong ringan sampai sedang. Dari data awal intensitas serangan hama penggerek buah kakao yang diperoleh sebelum penelitian yaitu sebesar 93 %.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa intensitas kerusakan hama PBK pada biji tertinggi pada kontrol sebesar 92,56 %. Intensitas serangan terendah ditemukan pada ramuan 3 dengan penyemprotan tiap 5 hari sebesar 11,25 % yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan ramuan satu dengan penyemprotan tiap 5 hari dengan intensitas serangan 13,53 %. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian ramuan pestisida nabati tiap 5 hari memberi pengaruh yang lebih baik terhadap intensitas kerusakan hama PBK pada biji dibandingkan dengan aplikasi setiap 10 hari, hal ini menggambarkan bahwa interval waktu penyemprotan sangat berperan dalam pengendalian hama penggerek buah kakao.

Proses penekanan persentase buah terserang dan intensitas serangan serangan penggerek buah kakao akibat aplikasi ramuan pestisida nabati disebabkan terjadi pada saat tahap peletakan telur, penetasan telur hingga pada tingkat aktivitas makan larva dalam buah. Bau dari ramuan yang digunakan mempengaruhi ngengat penggerek buah kakao dalam meletakkan telurnya. Telur–telur yang sempat diletakkan pada buah kakao mengalamai proses penghambatan perkembangan jaringan sel sehingga telur penggerek buah kakao tidak dapat menetas. Akibatnya tingkat kerusakan yang ditimbulkan kecil. Selain itu proses penekanan dapat terjadi karena ramuan pestisida nabati yang disemprotkan dapat mencapai daging buah melalui inti sel pada buah, yang telah diketahui kandungan racun bahan ramuan dapat menghambat aktivitas makan. Dengan terhambatnya aktivitas makan larva penggerek buah kakao dapat mengakibatkan tingkat kerusakan tidak bertambah (Soekandar, 1993).

Kandungan racun yang dapat menghambat penetasan telur disebabkan oleh dioscorine dan asarone yang terdapat pada umbi gadung dan rumput kapal, sedangkan yang berpengaruh terhadap aktivitas makan disebabkan oleh racun dari daun sirsak, brotowali dan jeringau.

Di lapangan ramuan yang sangat berpengaruh terhadap penekanan persentase buah terserang dan intensitas serangan adalah ramuan tiga (umbi gadung, jeringau dan brotowali). Hal ini disebabkan karena dari semua ramuan yang

(5)

digunakan jeringau adalah bahan yang mengeluarkan bau yang menyengat dan dapat bertahan lama pada buah kakao sehingga ngengat hama penggerek buah kakao tidak senang untuk meletakkan telur pada buah tersebut.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ramuan pestisida nabati yang memberikan pengaruh lebih baik adalah Ramuan 3 dengan komposisi bahan ramuan Umbi Gadung, Jeringau dan Brotowali dengan interval penyemprotan 5 hari dapat menekan persentase buah terserang dari 100, 00 % menjadi 27,78 % dan menekan intensitas kerurasakan biji kakao dari 91,33 % menjadi 11,33 %.

Saran. Untuk memaksimalkan penggunaan

pestisida nabati perlu dilakukan pemangkasan dan sanitasi serta perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh bahan ramuan pestisida nabati terhadap musuh alami dari hama Penggerek Buah Kakao.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, S and Grainge, M. 1988. Hand Book of Plant with Pest Control Properties. John Willey and Sons, New York. 470 pp.

Chin, S.F. 1989. Recent Advances in research an botanical insecticides in China. Insecticides of plant origin ACS symposium series 387 : 69 – 72.

Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara, 2010. Statistik Perkebunan Sulawesi Tenggara. Heyne, 1987. Plant Spesies Reportedly Prosessing

Pest Control Properties. An EWC/UH Data Base. Resource System Institut E.W. Censer, Univ. Of Hawaii, Honolulu, 249 hal.

Saxena, B.C. 1982. Naturally Occuring Pesticides and Their Potential. Chemistry and world food supplies Newa Frontiers Chenbrawn 11 : 143- 161.

Smith A.E and DM. Secoy. 1981. Plants Used for agricultural pest control in westerm Europe before 1850. Chem ind No. 1 : 12 - 17.

Secoy D.M and AE. Smith. 1983. Use of Plant in Control of Agriculture and domestics pest econ Bot. 37 : 28 - 57.

Sulistywati, E; D. Pardede. S. Wiryadiputra A.A Prawoto T. Sukmaraganda, dan C.U Ginting. 1995. Pedoman teknis penanggulangan hama penggerek buah kakao di Indonesia. Edisi I puslit kopi dan kakao, 1995. 21 p.

Soekandar, M.M., 1993. Kajian Aspek Biologis dan Metode Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Jember.

Wardoyo, S., 1981. Strategi Penelitian dan Pemberantasan Penggerek Buah Kakao. Menara Perkebunan, 49 (3) : 69 - 74.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata persentase buah yang terserang hama  PBK ( % ).
Tabel 2.   Rata-rata intensitas kerusakan pada biji kakao  (%)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kapasitas penyimpanan pesan rahasia ini lebih baik dari metode steganografi teks berbasis emoticon pada chat yang telah ada.. Hasil

Kec. Sambeng ProsentaseLaporan capaian kinerja dan keuangan yang tepat waktu 2 Item 70.000.000 Program : Peningkatan pengembangan system pelaporan capaian kinerja

Berdasarkan Rajah di bawah, semua wad yang dinyatakan dalam rajah tersebut mencatatkan peningkatan dalam peratusan pematuhan membasuh tangan pada tahun 2019 berbanding

2 Sistem OSS Persetujuan Lingkungan (PL) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) &amp; Sertifikat Laik Fungsi (SLF) • 4 UU, 51

jumlah perjalanan minimum dan armada bus optimum yang dibutuhkan sehingga dapat memperbaiki sistem penjadwalan bus existing.Selanjutnya, penelitian ini fokus

Argha Karya Prima Industri adalah banyaknya produk cacat yang dihasilkan serta kapabilitas proses yang tinggi untuk bersaing dengan perusahaan sejenis yang berasal dari negara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kerusakan Biji Kakao Oleh Hama Penggerek Buah (C. Cramerella Snellen) Pada Pertanaman Kakao Di Desa Muntoi dan Desa