• Tidak ada hasil yang ditemukan

E- ISSN: All Rights Reserved. P- ISSN: Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 Page: 1-13 DOI:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "E- ISSN: All Rights Reserved. P- ISSN: Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 Page: 1-13 DOI:"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

DOI: https://doi.org/10.54519/prj.v10i2.41

Jurnal Prajnaparamita 1

KAJIAN PENDAHULUAN EFEKTIVITAS DESIKAN PADA VITRIN DI RUANG PAMER LANTAI 3 GEDUNG B

MUSEUM NASIONAL

Preliminary Study of Desiccant Effectiveness at 3rd Floor Exhibition Room’s Vitrines in Building B, National Museum

Maulidha Sinta Dewi*, Baninka Azhim Askari Museum Nasional

Jalan Medan Merdeka Barat No.12, Jakarta Pusat, Indonesia Pos-el: sinta122483@gmail.com*

Received: Oct 14, 2021 Accepted: Nov 19, 2021 Published: Dec 1,2021

Abstrak

Kelembapan relatif (relative humidity [RH]) merupakan salah satu penyebab penurunan mutu (deteriorasi) koleksi di museum. RH dapat dikendalikan secara aktif menggunakan sistem tata udara (HVAC) atau secara pasif menggunakan desikan. Kajian ini menunjukkan bagaimana efektivitas desikan-desikan yang digunakan di Museum Nasional: gel silika biru lokal (baru dan rekondisi), gel silika oranye dengan pelembap, dan bentonit (Desi Pak®). Kajian dilakukan di ruang pamer lantai 3 Gedung B Museum Nasional untuk melihat kemampuan desikan dalam mengendalikan RH di dalam vitrin. Aspek-aspek, seperti kandungan bahan kimia, harga, dan kemampuan untuk penggunaan ulang menjadi beberapa faktor yang dikaji berdasarkan studi literatur dan lapangan. Kajian ini menunjukkan bahwa setiap jenis desikan efektif mengendalikan RH dalam vitrin dengan catatan jumlah yang digunakan harus dihitung sesuai kondisi lingkungan berdasarkan rumus yang dikembangkan oleh Weintraub (2002).

Kata kunci: Kelembapan Relatif; RH; Desikan; Efektivitas; Museum Nasional

Abstract

Relative humidity (RH) is one of the agent of deterioration in museum. RH can be controlled actively using an HVAC system, or passively by using a desiccant. This study shows how effective the desiccants used at the National Museum are: local blue silica gel (new and reconditioned), orange silica gel with moisturizer, and bentonite (Desi Pak®). The study was conducted in the 3rd floor exhibition room of the National Museum Building B by observing the ability of desiccants to control RH in vitrines. Aspects, such as chemical content, price, and ability to reuse are some of the factors

(2)

Jurnal Prajnaparamita Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 e-ISSN: 2807-1298

p-ISSN: 2355-5750

DOI: https://doi.org/10.54519/prj.v10i2.41

2 Jurnal Prajnaparamita

that are examined based on literature and field studies. This study shows that each type of desiccant is effective in controlling RH in the vitrine. It should be considered that the amount used must be calculated according to environmental conditions based on the formula developed by Weintraub (2002).

Keywords: Relative Humidity; RH; Desiccant; Effectivity; National Museum PENDAHULUAN

Dalam pengelolaan museum, diperlukan adanya kegiatan pencegahan penurunan mutu (deteriorasi) koleksi dengan melakukan kontrol terhadap lingkungan iklim mikro di sekitar koleksi, seperti temperatur, kelembapan, dan pergerakan udara. Salah satu faktor lingkungan iklim mikro yang memengaruhi kondisi koleksi museum adalah kelembapan relatif (Relative Humidity [RH]) yang perlu dipantau dan dikendalikan untuk mencegah munculnya agen perusak, seperti jamur atau serangga, serta menghindari kadar air yang terlalu tinggi (lembap) atau terlalu rendah (kering) pada koleksi.

Pengendalian lingkungan mikro koleksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu kontrol aktif dan pasif. Kontrol secara aktif mencakup sistem HVAC (Heating Ventilation and Air Conditioner), yaitu sistem tata udara untuk mengontrol kondisi kelembapan relatif dan temperatur lingkungan pada suatu ruangan atau area tertutup, seperti bangunan. Sistem pengaturan tata udara ini menggunakan mekanisme bertenaga elektronik untuk mengubah lingkungan iklim mikro menjadi ideal. Di sisi lain, kontrol secara pasif tidak membutuhkan perangkat elektronik, tetapi menggunakan bahan penyangga yang bersifat hidrofilik untuk menyerap atau mengeluarkan uap air di lingkungan pada vitrin atau kotak penyimpanan (storage). Kebutuhan pengendalian lingkungan pada suatu museum bergantung pada kondisi lingkungan masing- masing sehingga dapat dilakukan kontrol aktif, kontrol pasif, atau keduanya (Arenstein, 2019).

Salah satu bentuk pengendalian dengan kontrol

pasif adalah penggunaan desikan di vitrin ruang pamer (Gambar 1) atau kotak penyimpanan (Gambar 2).

Gambar 1

Desikan (Gel Silika) dalam Kantong Belacu Digunakan dalam Vitrin Ruang Pamer

Sumber: Dokumentasi Museum Nasional

Gambar 2

Desikan (Bentonit [Desi Pak®]) Digunakan dalam Kotak Penyimpanan Koleksi

Sumber: Dokumentasi Museum Nasional

Bermulanya pandemi global Covid-19 membuat sebagian besar fasilitas publik melakukan pemberhentian operasional selama berbulan-bulan, termasuk museum seperti Museum Nasional. Berhentinya operasional museum memicu naiknya RH di ruang pamer, mengingat tidak aktifnya sistem HVAC terutama pendingin ruangan (air conditioner) yang mampu menjaga kestabilan RH. Oleh karena itu, penting bagi museum untuk menerapkan kontrol pasif khususnya

(3)

Jurnal Prajnaparamita 3 penggunaan desikan pada pengendalian iklim

mikro khususnya RH di ruang pamer.

Beberapa jenis desikan, misalnya gel silika, sebenarnya sudah umum digunakan di masyarakat sebagai bahan bahan penyerap kandungan air dan penjaga kelembapan.

Penggunaannya di dalam wadah sepatu, tas, makanan, obat, maupun koleksi museum diperuntukan untuk menjaga kondisi di dalam kemasan agar tidak lembap. Meskipun sudah umum dipakai, namun penggunaan yang kurang tepat seperti jumlah dan durasi penggunaan yang tidak sesuai dapat mengurangi efektivitas kerja desikan.

Kajian ini bertujuan untuk membandingkan desikan yang biasa digunakan pada vitrin ruang pamer Gedung B Museum Nasional, yaitu gel silika biru lokal (baru dan rekondisi), gel silika oranye dengan pelembap, dan bentonit (Desi Pak®) dalam mengendalikan kelembapan relatif di sekitar koleksi. Desikan-desikan tersebut digunakan dengan jumlah yang sudah dihitung dengan sesuai kebutuhan ruang dan waktu berdasarkan rumus yang dikembangkan oleh Weintraub (2002). Hasil kajian ini nantinya dapat digunakan sebagai perhitungan kebutuhan jumlah dan durasi penggunaan, serta pemilihan desikan yang tepat.

Landasan teori

Kelembapan relatif (Relative Humidity [RH]) adalah perbandingan tekanan parsial dari uap air pada campuran terhadap tekanan uap jenuh air pada temperatur tertentu. Nilai ini menggambarkan persentase kandungan air yang ada di udara jika dibandingkan dengan kandungan air maksimum yang mungkin ada pada udara dengan temperatur yang sama (Castillo, 2011). RH yang tidak stabil dan ideal dapat merusak struktur koleksi serta meningkatkan kemungkinan berkembangnya jamur, lumut, dan serangga yang dapat merusak koleksi dan lingkungannya, baik

secara fisik maupun kimiawi (Lord dan Piacente, 2014).

Penggunaan desikan adalah salah satu metode untuk mengontrol kondisi RH koleksi dan lingkungan penyimpanannya. Hal ini dilakukan mengingat setiap material yang terkandung pada koleksi memiliki rentang toleransi RH ideal tersendiri. Desikan merupakan bahan yang memiliki daya ikat atau afinitas yang tinggi terhadap air, biasa digunakan untuk mengontrol kelembapan atau RH. Beberapa desikan yang biasa digunakan di lingkungan museum, antara lain, adalah gel silika, bentonit, dan zeolit (Yao dan Liu, 2014).

Museum Nasional umumnya

menggunakan desikan berupa gel silika (gel silika biru lokal, gel silika oranye dengan pelembap), dan bentonit kemasan (Desi Pak®). Gel silika merupakan materi kimia yang umumnya berbentuk kristal yang tersusun dari silikon dan oksigen, sedangkan bentonit memiliki tekstur seperti tanah liat kering. Keduanya digunakan sebagai pengontrol kelembapan relatif karena kemampuannya untuk menyerap uap air (Knell, 2005; Weintraub, 2002).

Gel silika biru lokal (Gambar 3) memiliki warna biru tua yang akan berubah warna menjadi merah muda pucat saat telah jenuh terhadap uap air. Setelah jenuh, gel silika ini dapat digunakan kembali setelah dilakukan rekondisi dengan dilakukan proses pemanasan menggunakan oven. Gel silika ini dibeli dengan harga Rp99.500,00/kg. Kobalt klorida yang terkandung di dalamnya merupakan bahan berbahaya pada beberapa regulasi bahan kimia (National Park Service, 2005).

(4)

Jurnal Prajnaparamita Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 e-ISSN: 2807-1298

p-ISSN: 2355-5750

DOI: https://doi.org/10.54519/prj.v10i2.41

4 Jurnal Prajnaparamita Gambar 3 Gel Silika Biru Lokal

Sumber: Dokumentasi Museum Nasional

Gel silika oranye dengan pelembap (Gambar 4) berwarna oranye yang akan berubah warna menjadi putih bening saat telah jenuh terhadap uap air. Gel silika ini dibeli dengan harga Rp3.060.000,00/kg.

Setelah jenuh, gel silika ini dapat digunakan kembali setelah dilakukan rekondisi dengan memanaskannya di dalam oven.

Gambar 4

Gel Silika Oranye dengan Pelembap

Sumber: Dokumentasi Museum Nasional

Bentonit (Desi Pak®) (Gambar 5) dikemas dalam kantong kertas berukuran 250 gr/pak. Dalam satu kaleng yang dibeli dengan

harga Rp3.800.000,00 terdapat 55 pak bentonit (Desi Pak®) (total 13,75 kg/kaleng).

Berbeda dengan gel silika biru lokal dan gel silika oranye dengan pelembap, dalam penggunaan bentonit (Desi Pak®), proses rekondisi tidak bisa dilakukan karena desikan ini bersifat sekali pakai.

Gambar 5 Bentonit

Sumber: Dokumentasi Museum Nasional

Selain kandungan bahan kimia, harga, maupun kemampuan untuk penggunaan ulang, salah satu indikator yang dapat menggambarkan efektivitas atau kemampuan desikan dalam menjaga RH adalah kapasitas penyangga (𝑀𝐻). Nilai ini menunjukkan jumlah air (dalam gram) yang diperoleh atau dilepas oleh 1 kg desikan untuk setiap perubahan RH sebesar 1%. Semakin tinggi nilai 𝑀𝐻,semakin baik suatu desikan untuk menampung atau melepas kandungan uap air.

METODE PENELITIAN

Perbandingan efektivitas dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek, seperti kebutuhan, proses preparasi, durasi penggunaan, biaya operasional, dan keamanan bahan.

Informasi ini diperoleh berdasarkan studi literatur dan lapangan yang telah dilakukan pada keempat jenis desikan yang digunakan: gel

(5)

Jurnal Prajnaparamita 5 silika biru lokal (baru dan rekondisi), gel silika

oranye dengan pelembap, dan bentonit (Desi Pak®).

Selain itu, penting pula untuk membandingkan nilai kapasitas penyangga kelembapan desikan (𝑀𝐻). Nilai ini dapat dihitung dengan rumus (Weintraub, 2002):

𝑴𝑯 =(𝑪𝒆𝒒𝑫)𝑽(𝑵𝒕) 𝑸𝑭

Keterangan:

- 𝑀𝐻 = Kapasitas penyangga kelembapan dari desikan dalam rentang RH spesifik.

- 𝐶𝑒𝑞= Konsentrasi uap air saat jenuh (gr).

- 𝐷 = Perbedaan antara RH di dalam dan di luar vitrin tanpa desikan (dalam desimal).

Nilai ini diperoleh berdasarkan pengamatan RH yang telah dilakukan sebelumnya. RH di luar vitrin didasarkan pada nilai minimal atau maksimal, sedangkan RH di dalam menggambarkan RH yang diharapkan ada di dalam vitrin, dengan nilai yang disesuaikan penggunaannya.

a. Untuk penggunaan sementara, RH di dalam vitrin didasarkan pada batas rentang RH yang diinginkan dalam vitrin.

b. Untuk penggunaan permanen, RH di dalam vitrin didasarkan pada nilai tengah RH di dalam vitrin.

- 𝑉 = Volume vitrin atau wadah yang digunakan (m3).

- 𝑁 = Jumlah pertukaran udara per hari.

- 𝑡 = Durasi maksimal bagi desikan untuk mempertahankan rentang RH yang dapat

ditoleransi, menggambarkan durasi yang diperlukan bagi desikan untuk jenuh 100%

terhadap uap air (hari).

- 𝑄 = Massa desikan yang digunakan (kg).

- 𝐹 = Rentang maksimum fluktuasi RH yang dapat ditoleransi di dalam vitrin (%).

Untuk mendapatkan nilai dari tiap-tiap besaran tersebut, diperlukan persiapan dan pengamatan penggunaan desikan dan pengaruhnya terhadap RH.

Persiapan

Empat jenis desikan dipersiapkan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1

Jenis Desikan yang Digunakan dan Preparasinya

No. Jenis Desikan Preparasi 1 Gel silika biru

lokal baru

dipanaskan pada 100˚C selama 2 jam

2 Gel silika biru lokal rekondisi

dipanaskan pada 150˚C selama 5 jam

3 Gel silika oranye dengan pelembap

dapat langsung digunakan

4 Bentonit (Desi Pak®)

dapat langsung digunakan

Sebelum diletakkan dalam vitrin, ketiga jenis gel silika dimasukkan ke dalam kantong belacu yang salah satu permukaannya bersifat transparan sehingga dapat diamati perubahan warnanya dari luar. Durasi saat perubahan warna pertama kali terlihat dan saat seluruh gel silika yang tampak telah berubah warna dicatat sebagai hasil pengamatan. Pada setiap kantong diisi sebanyak 550 gr gel silika yang digunakan.

Berbeda dengan gel silika, penggunaan bentonit (Desi Pak®) tetap dalam kemasan aslinya. Sebanyak 1,1 kg dari setiap jenis desikan diletakkan dalam empat vitrin berukuran 1 m3 berisi koleksi di ruang pamer Lantai 3 Gedung B Museum Nasional.

(6)

Jurnal Prajnaparamita Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 e-ISSN: 2807-1298

p-ISSN: 2355-5750

DOI: https://doi.org/10.54519/prj.v10i2.41

6 Jurnal Prajnaparamita Pengamatan

Pengamatan dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama dilakukan pengamatan terhadap penggunaan gel silika biru lokal baru dan gel silika oranye dengan pelembap, sedangkan pada tahap kedua dilakukan pengamatan terhadap penggunaan gel silika biru lokal rekondisi dan bentonit (Desi Pak®).

Bersamaan dengan peletakkan desikan, diletakkan pula data logger di dalam vitrin berisi desikan dan di luar vitrin (tanpa desikan) untuk membandingkan apakah desikan yang digunakan memberikan dampak terhadap RH di dalam vitrin.

Pengamatan gel silika dilakukan setiap hari dengan melihat perubahan warna yang terjadi.

Jika bagian gel silika yang tampak dari luar kantong sudah berubah warna seluruhnya, hal ini menunjukkan gel silika telah jenuh 100%.

Pengamatan bentonit (Desi Pak®) dilakukan dengan menimbang kantong bentonit (Desi Pak®) setiap harinya. Jika tidak ada perubahan massa yang signifikan, hal ini menunjukkan bentonit (Desi Pak®) sudah jenuh 100%.

Jumlah hari yang diperlukan desikan hingga jenuh 100% dianggap sebagai nilai 𝑡 yang menggambarkan durasi desikan untuk mempertahankan rentang RH yang ditoleransi atau diinginkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan, berikut adalah durasi yang diperlukan oleh setiap desikan untuk mengalami kejenuhan uap air (Tabel 2).

Tabel 2

Durasi yang Diperlukan Desikan untuk Jenuh 100%

Berdasarkan Perubahan Warna/Massa

No. Jenis Desikan

Perubahan Warna Pertama

Durasi hingga Perubahan

Warna Seluruhnya (Jenuh 100%)

1 Gel silika biru lokal baru

10 hari 40 hari 2 Gel silika biru

lokal rekondisi

6 hari 21 hari

3 Gel silika oranye dengan pelembap

3 hari 14 hari

No. Jenis

Desikan Massa Akhir

Durasi hingga Perubahan

Massa Terakhir (Jenuh 100%) 4 Bentonit

(Desi Pak®)

1,7 kg 21 hari

Perhitungan Kapasitas Penyangga 𝑴𝑯 Tiap Desikan

Berdasarkan data-data yang dihasilkan dapat ditentukan kapasitas penyangga (𝑀𝐻) dengan memperhatikan aspek-aspek dengan nilai sebagai berikut:

- 𝐶𝑒𝑞= Pada 25˚C, satu m3 udara menampung 23,5 gr uap air pada saat jenuh (Engineering ToolBox, 2004).

- 𝐷 = Berdasarkan pemantauan sebelumnya, rentang RH di dalam vitrin adalah 66,72%--71% dengan rentang RH di luar vitrin adalah 57,7%--90,1%. Dari nilai tersebut diperoleh nilai tengah RH di dalam vitrin tanpa desikan adalah 68,86%

(RH yang diharapkan) dan nilai maksimal dari RH di luar adalah 90,1%, sehingga nilai 𝐷 adalah selisih keduanya, yaitu 21,24% atau 0,21.

- 𝑉 = Perhitungan distandardisasi untuk volume 1 m3.

- 𝑁 = 1 per hari untuk vitrin tertutup (Thomson, 1977).

- 𝑡 = Durasi yang diperlukan desikan hingga jenuh 10% dapat dilihat pada Tabel 2.

- 𝑄 = 1,1 kg.

(7)

Jurnal Prajnaparamita 7 - 𝐹 = Pada bahan organik (sensitif), rentang

yang diterima adalah 45--60%, sehingga nilai 𝐹 adalah 15 (Al-Saad, 2013).

Dengan demikian, nilai 𝑀𝐻 untuk setiap desikan adalah

a. Gel silika biru lokal baru

𝑀𝐻=(𝐶𝑒𝑞𝐷)𝑉(𝑁𝑡) 𝑄𝐹

𝑀𝐻=(23,5 × 0,21) × 1 × (1 × 40) 1,1 × 15

𝑀𝐻=11,96

b. Gel silika biru lokal rekondisi

𝑀𝐻=(𝐶𝑒𝑞𝐷)𝑉(𝑁𝑡) 𝑄𝐹

𝑀𝐻=(23,5 × 0,21) × 1 × (1 × 21) 1,1 × 15

𝑀𝐻= 6,28

c. Gel silika oranye dengan pelembap

𝑀𝐻=(𝐶𝑒𝑞𝐷)𝑉(𝑁𝑡) 𝑄𝐹

𝑀𝐻=(23,5 × 0,21) × 1 × (1 × 14) 1,1 × 15

𝑀𝐻= 4,19

d. Bentonit (Desi Pak®)

𝑀𝐻=(𝐶𝑒𝑞𝐷)𝑉(𝑁𝑡) 𝑄𝐹

𝑀𝐻=(23,5 × 0,21) × 1 × (1 × 21) 1,1 × 15

𝑀𝐻= 6,28

Perhitungan nilai 𝑀𝐻 dapat menghasilkan nilai yang berbeda untuk desikan yang sama apabila rentang RH yang terpantau di dalam vitrin menunjukkan hasil yang berbeda. Nilai 𝑀𝐻 berbanding terbalik dengan jumlah desikan yang diperlukan (𝑄) sehingga semakin kecil nilai 𝑀𝐻, semakin besar jumlah desikan yang diperlukan untuk ruang dengan volume dan rentang RH yang sama.

Perbandingan RH di Dalam Vitrin (dengan Desikan) dan di Luar Vitrin (tanpa Desikan)

Berdasarkan data pengamatan RH yang diperoleh dengan data logger di dalam vitrin berisi desikan dan di luar vitrin (tanpa desikan), berikut efektivitas tiap desikan dalam menjaga RH di dalam vitrin:

a. Pengamatan RH Tahap 1: Gel Silika Biru Lokal Baru dan Gel Silika Oranye dengan Pelembap (Lampiran 1)

- Gel silika biru lokal baru

Pada penggunaan gel silika biru lokal baru, RH yang teramati berkisar antara 53,3--74,2

% dengan rata-rata 63,02%. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan RH maksimal dan RH rata-rata di luar vitrin (tanpa desikan), yakni 79,5% dan 64,95%. Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan gel silika biru lokal baru mampu menurunkan RH dari lingkungan iklim mikro vitrin.

Terlihat pula bahwa selisih antara RH maksimal dan minimal di dalam vitrin tersebut adalah 20,9%. Nilai ini lebih rendah daripada selisih RH maksimal dan minimal di luar vitrin, yaitu 25,8%. Hal itu menunjukkan bahwa gel silika biru lokal baru dapat menjadi penyangga RH sehingga perubahan RH yang terjadi tidak terlalu drastis jika dibandingkan dengan keadaan tanpa desikan.

- Gel silika oranye dengan pelembap Pada penggunaan gel silika oranye dengan pelembap, RH yang teramati berkisar antara 51,6--65,2% dan nilai rata-rata 59,71%. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan RH maksimal dan RH rata-rata di luar vitrin (tanpa desikan), yakni 79,5% dan 64,95%.

Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan gel silika oranye dengan pelembap mampu menurunkan RH dari lingkungan iklim mikro vitrin.

Terlihat pula bahwa selisih antara RH maksimal dan minimal di dalam vitrin adalah 8,11%. Nilai ini lebih rendah daripada selisih

(8)

Jurnal Prajnaparamita Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 e-ISSN: 2807-1298

p-ISSN: 2355-5750

DOI: https://doi.org/10.54519/prj.v10i2.41

8 Jurnal Prajnaparamita

RH maksimal dan minimal di luar vitrin (tanpa desikan), yaitu 25,8%. Hal itu menunjukkan bahwa gel silika oranye dengan pelembap dapat menjadi penyangga RH sehingga perubahan RH yang terjadi tidak terlalu drastis jika dibandingkan dengan keadaan tanpa desikan.

b. Pengamatan RH Tahap 2: Gel Silika Biru Lokal Rekondisi dan Bentonit (Desi Pak®) (Lampiran 2)

- Gel silika biru lokal rekondisi

Pada vitrin yang berisi gel silika biru lokal rekondisi, RH yang teramati berkisar antara 51,5--78,4%, dengan rata-rata 64,99%. Nilai RH maksimal di luar vitrin (tanpa desikan) tercatat lebih rendah, yaitu, 76,6%. Namun, RH rata-rata di luar vitrin terpantau lebih tinggi, yaitu 65,37%. Hal ini menunjukkan bahwa gel silika biru lokal rekondisi sudah tidak begitu efektif untuk mengendalikan RH di dalam vitrin. RH rata-rata di dalam vitrin secara umum dapat diturunkan, tetapi RH maksimal masih terpantau lebih tinggi.

Terlihat pula selisih antara RH maksimal dan minimal di dalam vitrin adalah 26,9%, lebih rendah daripada selisih RH maksimal dan minimal di luar vitrin, yaitu 29,3%. Hal tersebut menunjukkan bahwa gel silika biru lokal rekondisi dapat menjadi penyangga RH sehingga perubahan RH yang terjadi tidak terlalu drastis jika dibandingkan dengan keadaan tanpa desikan di luar vitrin.

- Bentonit (Desi Pak®)

Pada penggunaan bentonit (Desi Pak®), RH yang teramati berkisar antara 49,2--67,4%

dan nilai rata-rata 59,99%. Nilai ini lebih rendah dibandingkan dengan RH maksimal dan RH rata-rata di luar vitrin (tanpa desikan), yakni 76,6% dan 65,37%. Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan bentonit (Desi Pak®) mampu menurunkan RH dari lingkungan iklim mikro vitrin. Terlihat pula bahwa selisih antara RH maksimal dan minimal pada di dalam vitrin adalah 18,2%.

Angka tersebut lebih rendah daripada selisih RH maksimal dan minimal di luar vitrin, yaitu 29,3%. Hal ini menunjukkan bahwa bentonit (Desi Pak®) menjadi penyangga RH sehingga perubahan RH yang terjadi tidak terlalu drastis jika dibandingkan dengan keadaan tanpa desikan di luar vitrin.

RH dan Faktor Lain yang Memengaruhinya

Berdasarkan hasil kajian ini, pengendalian iklim mikro di Gedung B Museum Nasional sebaiknya tidak dilakukan hanya dengan menggunakan kontrol pasif berupa desikan untuk menjaga iklim mikro di sekitar koleksi, tetapi juga dibutuhkan kontrol aktif dengan menggunakan sistem HVAC.

Desain vitrin juga memengaruhi efektivitas desikan, yaitu desikan akan bekerja semakin baik pada vitrin yang kedap udara. Selain itu, RH juga dapat dipengaruhi oleh kelembapan permukaan vitrin dan dinding ruangan. Kandungan air pada material vitrin dan jenis dinding yang berbeda dapat menghasilkan RH lingkungan yang berbeda pula (Larsen, 2011).

Pemantauan RH bersama dengan temperatur dan faktor lainnya dapat dijadikan sebagai parameter dalam menentukan kebijakan maupun penilaian risiko terhadap lingkungan iklim mikro di museum.

Pemahaman yang tepat dapat menentukan penggunaan desikan yang sesuai dengan kebutuhan terkini (Cosaert dan Beltran, 2021).

SIMPULAN

Kajian ini menunjukkan bahwa gel silika biru lokal baru memiliki nilai kapasitas penyangga (𝑀𝐻) paling tinggi diikuti dengan bentonit dan gel silika oranye dengan pelembap, lalu gel silika biru yang telah direkondisi. Keempat desikan ini dianggap

(9)

Jurnal Prajnaparamita 9 mampu mengendalikan RH di dalam vitrin,

tetapi gel silika biru rekondisi adalah desikan yang kurang efektif dibandingkan dengan ketiga desikan lain.

Perbandingan efektivitas desikan juga harus memperhatikan berbagai kelebihan dan kekurangan desikan masing-masing sehingga dalam pemilihan penggunaan harus disesuaikan dengan kandungan bahan kimia, harga, dan kemampuan untuk penggunaan ulang desikan.

Gel silika biru lokal sebagai desikan dengan harga yang relatif murah cukup efektif menyangga RH dalam durasi yang cukup lama. Meskipun dapat direkondisi, penggunaannya tidak cukup efektif jika dibandingkan dengan penggunaan pertama.

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui prosedur yang ideal untuk merekondisi gel silika ini tanpa mengurangi kemampuan kapasitas penyangganya.

Gel silika oranye dengan pelembap memiliki sifat penyangga terbaik dalam menjaga RH, tetapi durasi penggunaannya lebih singkat dan harganya yang relatif lebih mahal.

Bentonit (Desi Pak®) juga dapat digunakan dalam menjaga RH di sekitar koleksi. Persiapan dalam penggunaannya pun cukup mudah, tetapi sebaiknya digunakan untuk koleksi yang sedang dalam proses pemindahan (transportasi) dan bersifat sementara karena penggunaannya yang sekali pakai.

Tabel 3 menunjukkan rangkuman efektivitas setiap desikan berdasarkan kelebihan dan kekurangannya.

Tabel 3

Efektivitas Desikan yang Digunakan di Museum Nasional

Jenis

Desikan Kelebihan Kekurangan 𝑴𝑯

Gel silika biru lokal baru

Cukup efektif dalam pengendalian RH; dapat direkondisi;

relatif murah

Mengandung timbal yang berbahaya bagi lingkungan 11,96

Gel silika biru lokal rekondisi

Tidak begitu efektif dalam pengendalian RH;

dapat direkondisi;

relatif murah

Butuh prosedur khusus dalam rekondisi agar lebih efektif dalam pengendalian RH

6,28

Gel silika oranye dengan pelembap

Efektif dalam pengendalian RH; dapat direkondisi

Durasi penggunaan cukup singkat;

relatif lebih mahal

4,19

Bentonit (Desi Pak®)

Efektif dalam pengendalian RH; preparasi mudah

Tidak dapat diamati secara visual; tidak dapat direkondisi

6,28

Berdasarkan hal-hal tersebut gel silika biru lokal dapat menjadi pilihan desikan yang ekonomis dengan catatan perlu pengelolaan limbah yang dikelola dengan baik. Museum dapat bekerjasama dengan perusahaan pengelolaan limbah, untuk memastikan limbah gel silika terkelola sesuai standar. Di sisi lain, bentonit dapat menjadi pilihan yang tepat dan praktis, ketika desikan dibutuhkan sesegera mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Saad, Z. (2013). CM 310 Preventive Conservation. Diakses 19 September 2021, dari Yarmouk University:

http://faculty.yu.edu.jo/zalsaad/Lists/

Taught%20Courses/DispForm.aspx?

ID=31

(10)

Jurnal Prajnaparamita Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 e-ISSN: 2807-1298

p-ISSN: 2355-5750

DOI: https://doi.org/10.54519/prj.v10i2.41

10 Jurnal Prajnaparamita

Arenstein, R. P. (2019). Demystifying Silica Gel for Effective Microclimates. C2C Care Webinar.

Castillo, J. M. (2011). Relative Humidity:

Sensors, Management, and Environmental Effects. New York:

Nova Science Publishers.

Cosaert, A., dan V. Beltran. (2021).

Comparison of Temperature and Relative Humidity Analysis Tools to Address Practitioner Needs and Improve Decision-Making. J.

Bridgland (Ed.). Transcending Boundaries: Integrated Approaches to Conservation. ICOM-CC 19th Triennial Conference Preprints.

Beijing: International Council of Museums.

Engineering ToolBox. (2004). Water Vapor and Saturation Pressure in Humid Air.

Diakses 21 September 2021, dari

Engineering ToolBox:

https://www.engineeringtoolbox.com /water-vapor-saturation-pressure-air- d_689.html.

Knell, S. (2005). Care of Collections.

London: Routledge.

Larsen, P. K. (2011). The Moisture Equilibrium in Kippinge Church, Denmark. Cultural Heritage/Culture Identity: The Role of Conservation.

ICOM-CC 16th Triennial Conference Preprints. Lisbon: ICOM Committee for Conservation.

Lord, B., dan M. Piacente. (2014). Manual of Museum Exhibitions. Maryland:

Rowman & Littlefield.

National Park Service. (2005). Cobalt Indicating Silica Gel Health and Safety Update. Washington, D. C.:

National Park Service Museum Management Program.

Thomson, G. (1977). Stabilization of RH in Exhibition Cases: Hygrometric Half- Time. Studies in Conservation. 22(2), 85-102.

Weintraub, S. (2002). Demystifying Silica Gel. Objects Specialty Postprints. 9, 169-194.

Yao, Y., dan Liu, S. (2014). Ultrasonic Technology for Desiccant Regeneration.

Singapore: John Wiley & Sons Singapore Pte. Ltd.

Lampiran

Lampiran 1

Hasil Pengamatan RH dan Temperatur Tahap 1 (19/06/2019--01/08/2019) No. Jenis Desikan RH

Min (%)

RH Maks (%)

RH Rata- Rata (%)

Δ RH (%)

T Min (˚C)

T Maks (˚C)

T Rata- Rata (˚C)

Δ T (˚C)

1 Tanpa Desikan (Luar Vitrin)

53,7 79,5 64,95 25,8 23,1 28,1 25,64 5

(11)

Jurnal Prajnaparamita 11 2

Gel silika biru

lokal Baru 53,3 74,2 63,02 20,9 24,2 26,8 25,6 2,6

3

Gel silika oranye dengan pelembap

51,6 65,2 59,71 8,11 22,4 26 25,6 3,6

40%

45%

50%

55%

60%

65%

70%

75%

80%

10 15 20 25 30 35 40 45 50

18-06-19/00:27:13 26-06-19/08:27:13 04-07-19/16:27:13 13-07-19/00:27:13 21-07-19/08:27:13 29-07-19/16:27:13

Temp RH

40%

45%

50%

55%

60%

65%

70%

75%

80%

10 15 20 25 30 35 40 45 50

19-06-19/09:59:31 27-06-19/17:59:31 06-07-19/01:59:31 14-07-19/09:59:31 22-07-19/17:59:31 31-07-19/01:59:31

Temp RH

40%

45%

50%

55%

60%

65%

70%

75%

80%

10 15 20 25 30 35 40 45 50

19-06-19/10:27:38 23-06-19/14:27:38 27-06-19/18:27:38 01-07-19/22:27:38

Temp RH

(12)

Jurnal Prajnaparamita Volume 10 Nomor 2, Desember 2021 e-ISSN: 2807-1298

p-ISSN: 2355-5750

DOI: https://doi.org/10.54519/prj.v10i2.41

12 Jurnal Prajnaparamita

Lampiran 2

Hasil Pengamatan RH dan Temperatur Tahap 2 (29/08/2019--19/09/2019) No. Jenis Desikan RH

Min (%)

RH Maks (%)

RH Rata- Rata (%)

Δ RH (%)

T Min (˚C)

T Maks (˚C)

T Rata- Rata (˚C)

Δ T (˚C)

1

Tanpa Desikan (Luar Vitrin)

47,3 76,6 65,37 29,3 24,3 28,1 26,1 3.8

2

Gel Silika Biru Lokal Rekondisi

51,5 78,4 64,99 26,9 24,8 26,7 25,46 1,9

3 Bentonit (Desi Pak®)

49,2 67,4 59,99 18,2 24,7 26,4 25,37 1,7

40%

45%

50%

55%

60%

65%

70%

75%

80%

10 15 20 25 30 35 40 45 50

29-08-19/00:27:13 04-09-19/06:27:13 10-09-19/12:27:13 16-09-19/18:27:13

40%

45%

50%

55%

60%

65%

70%

75%

80%

10 15 20 25 30 35 40 45 50

29-08-19/09:54:48 04-09-19/15:54:48 10-09-19/21:54:48 17-09-19/03:54:48

Temp RH

(13)

Jurnal Prajnaparamita 13

40%

45%

50%

55%

60%

65%

70%

75%

80%

10 15 20 25 30 35 40 45 50

29-08-19/10:35:02 04-09-19/16:35:02 10-09-19/22:35:02 17-09-19/04:35:02

Temp RH

Referensi

Dokumen terkait

DAFTAR NAMA - NAMA MAHASISWA KKN PPL TERPADU ANGKATAN XX DI KABUPATEN POLMAN TAHUN 20201. MA

Jurnal Konseling Andi Matappa Volume 4 Nomor 1 Februari 2020 Hal 28 34 p ISSN 2549 1857; e ISSN 2549 4279 (Diterima Oktober 2019; direvisi Desember 2019; dipublikasikan Februari 2020)

Berdasarkan hasil analisis pada lirik-lirik lagu dalam album Pejantan Tangguh karya Sheila on 7 ditemukan adanya penggunaan beberapa bentuk bahasa kiasan atau

Dari hasil pengujian secara parsial, variabel leverage menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 1,906 dengan nilai probabilitas (Sig.) 0,146 yang lebih besar dari

RINGKASAN: Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis pengaruh perputaran kas, perputaran piutang, rasio hutang dan modal kerja bersih terhadap profitabilitas

Sumber: (Museum Nasional, 2019) Seperti terlihat pada Gambar di atas, bagian kerangka atap Rumah Nias Utara dan Selatan ini disusun berdasarkan pengulangan bentuk dan pola

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Vol. Adanya penerapan strategi-strategi proaktif dalam pembelajaran yang mendukung pelaksanaan Gerakan Literasi

"Kau kan sudah tahu segala perbuatan terkutuk yang dilakukan Partai Tengkorak, kenapa tidak kau hancurkan saja dengan prajuritmu?" tanya Dewi Naga Hitam lagi ingin