• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS 2015 s.d. 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENCANA STRATEGIS 2015 s.d. 2019"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS 2015 s.d. 2019

SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL

KEMENTERIAN ENERGI DAN

SUMBER DAYA MINERAL

(2)

1

KATA PENGANTAR

Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) periode 2015- 2019 adalah sebagai panduan pelaksanaan tugas Sekjen DEN untuk 5 (lima) tahun kedepan, yang disusun antara lain berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan periode sebelumnya, analisa terhadap perubahan lingkungan strategis terutama yang terkait dengan kondisi keenergian nasional.Rencana Strategis ini juga disusun dalam rangka upaya mendukung pencapain sasaran dan target yang ada pada Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Untuk menjamin keberhasilan implementasinya dalam upaya mendukung Visi Pemerintah yaitu “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”, maka akan dilakukan evaluasi setiap tahun. Dengan memperhatikan kebutuhan dan perubahan lingkungan strategis, maka apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra termasuk indikator kinerjanya. Namun revisi dilakukan sesuai dengan mekanisme yang berlaku dan tanpa mengubah arti dari visi dan misi yang telah ditetapkan.

Jakarta, Desember 2014 Sekretaris Jenderal,

TTD Hadi Purnomo

(3)

2

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN 3

I.1 Kondisi Umum dan Capaian Sektor ESDM ... 3 I.2 Potensi dan Permasalahan ... 6 II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STARTEGIS 15

II.1 Visi dan Misi ... 15 II.2 Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Setjen

DEN ...

17

III ARAH KEBIJAKAN , STARTEGIS, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

23 III.1 Arah Kebijakan, Strategis dan Rencana Aksi ... 23 III.2 Kerangka Regulasi ... 24 III.3 KerangkaKelembagaan ... 25

IV Target Kinerja dan Pendanaan 28

IV.1 Target Kinerja ....………. 29 IV.2 Pendanaan ... 34

V PENUTUP 40

LAMPIRAN

(4)

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum Dan Capaian Sektor ESDM

Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi persoalan untuk mencapai target pembangunan bidang energi. Ketergantungan terhadap energi fosil, terutama minyak bumi dalam pemenuhan konsumsi di dalam negeri masih tinggi, yaitu sebesar 96% (minyak bumi 48%, gas 18%, dan batubara 30%) dari total konsumsi energi nasional, sementara upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan belum dapat berjalan sebagaimana yang direncanakan. Tingginya konsumsi energi fosil tersebut diakibatkan oleh subsidi, sehingga harga energi menjadi murah dan masyarakat cenderung boros dalam menggunakan energi. Di sisi lain, Indonesia menghadapi penurunan cadangan energi fosil dan belum dapat diimbangi dengan penemuan cadangan baru.

Keterbatasan infrastruktur energi yang tersedia juga membatasi akses masyarakat terhadap energi. Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan terhadap gangguan yang terjadi di pasar energi global, karena sebagian dari konsumsi tersebut, terutama produk minyak bumi yang dipenuhi dari impor.

Dalam sepuluh tahun terakhir (2004-2014), konsumsi energi primer mengalami peningkatan rata rata sebesar 5,5 % per tahun, dari 873 Juta BOE pada tahun 2004 menjadi 1.415 pada tahun 2014. Final di Indonesia mengalami peningkatan dari 79 juta TOE menjadi 134 juta TOE, atau tumbuh rata-rata sebesar 5,5% per tahun. Sejalan dengan meningkatnya konsumsi energi tersebut, penyediaan energi primer juga mengalami kenaikan. Namun, upaya untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri juga terkendala oleh keterbatasan infrastruktur energi, seperti pembangkit listrik, kilang minyak, pelabuhan, serta transmisi dan distribusi.

Di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), pengelolaan sumber daya alam termasuk sumber daya energi diperlukan sebagai masukan, baik itu sebagai

(5)

4 bahan bakar maupun bahan baku, untuk proses produksi yang dapat menghasilkan nilai tambah yang optimal di dalam negeri. Untuk itu pemanfaatan sumber daya energi fosil harus dilakukan seefisien mungkin dengan mempertimbangkan aspek konservasi.

Melihat kondisi pengelolaan energi nasional saat ini, diperlukan pengelolaan yang dapat menjamin sisi penyediaan energi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan mempertimbangkan keinginan untuk memperbaiki kondisi pengelolaan energi nasional, Pemerintah megeluarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, dimana pada pasal 12, menyebutkan bahwa Presiden membentuk Dewan Energi Nasional, yang memiliki tugas : a. merancang dan merumuskan kebijakan energi nasional untuk ditetapkan oleh

Pemerintah dengan persetujuan DPR;

b. menetapkan rencana umum energi nasional;

c. menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi; serta

d. mengawasi pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral.

Gambar 1.1. Struktur Organisasi DEN

Selanjutnya, dalam pelaksanaan tugasnya, Dewan Energi Nasional dibantu oleh Sekretariat Jenderal, yang secara fungsional bertanggungjawab kepada Dewan

(6)

5 Energi Nasional dan secara administratif bertanggungjawab kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Sedangkan untuk susunan organisasi dan tata kerja Sekretariat Jenderal DEN diatur lebih lanjut melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.

Gambar 1.2. Organisasi Setjen DEN

Adapun tugas Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional adalah untuk memberikan dukungan teknis dan administratif kepada Dewan Energi Nasional serta fasilitasi kegiatan Kelompok Kerja. Dalam melakukan tugasnya organisasi Sekretariat Jenderal DEN didukung oleh 3 (tiga) Biro,yaitu :

a. Biro Umum :

Mempunyai tugas membantu Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional dalam rangka penyelenggaraan administrasi umum yang meliputi perencanaan kerja, keuangan dan perbendaharaan, hukum, kepegawaian dan organisasi, kerumahtanggaan, perlengkapan, dan tata usaha di lingkungan Dewan Energi Nasional.

(7)

6 b. Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan :

Mempunyai ugas membantu Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional dalam penyelenggaraan persidangan, penyiapan dan pengelolaan bahan bahan persidangan Dewan Energi Nasional dalam rangka perancangan dan perumusan kebijakan energi nasional dan penetapan rencana umum energi nasional, penyelenggaraan hubungan kemasyarakatan serta fasilitasi kegiatan Kelompok Kerja.

c. Biro Fasilitasi Penanggulangan Krisis dan Pengawasan Energi:

Mempunyai tugas membantu Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional dalam memfasilitasi penetapan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi, serta pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral.

1.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2004 tentang Kebijakan Energi Nasional (sampai dengan tahun 2050) pada tanggal 17 Oktober 2014, diharapkan dapat menjawab semua tantangan dalam pengelolaan energi pada masa mendatang,yang sekaligus dapat meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi nasional. Dengan telah selesainya tugas pertama Dewan Energi Nasional dalam merumuskan Kebijakan Energi Nasional,maka tugas selanjutnya yang harus segera diselesaikan adalah tugas penetapan Rencana Umum Energi Nasional, dengan batasan waktu paling lambat 1 tahun setelah KEN ditetapkan.

(8)

7

DEWAN ENERGI NASIONAL

4

PROSES PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RUEN

(Pasal 9 s.d. 13, Perpres Nomor 1 Tahun 2014)

Pembahasan R-RUEN memperhatikan pendapay dan masukan dari masyarakat (Asosiasi di bidang energi, perguruan tinggi, anggota masyarakat kainnya yang mempunyai kompetensi di bidang energi).

D E N

Proses Penetapan RUEN dilaksanakan sesuai dengan tata kerja persidangan DEN.

Dalam hal terdapat perbedaan pendapat dan/atau masukan atas R- RUEN, akan dilakukan pembahasan bersama dengan Kementerian ESDM.

TIM PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

(R-RUEN) MENTERI ENERGI DAN

SUMBER DAYA MINERAL

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

R- RUEN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

R-RUEN

RUEN

Ditetapkan sebagai RUEN oleh Ketua DEN Paling lambat 1 (satu) tahun setelah KEN ditetapkan

Gambar 1.3. Proses penyusunan dan penetapan RUEN

RUEN adalah kebijakan Pemerintah mengenai rencana pengelolaan energi tingkat nasional yang merupakan penjabaran dan rencana pelaksanaan KEN yang bersifat lintas sektor untuk mencapai sasaran KEN.

Melihat tugas Sekretariat Jenderal DEN ke depan semakin berat maka sangat diperlukan perencanaan dan langkah-langkah strategis dalam setiap pelaksanaan tugas.

POTENSI

A. Potensi Internal

Organisasi merupakan salah satu unsur potensi internal dalam mendukung pelaksanaan tugas Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.Potensi ini berupa dasar hukum pembentukan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional, sumber daya manusia dan organisasi.

Adapun dasar hukum pembentukan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional adalah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;

Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata

(9)

8 Kerja Dewan Energi Nasional;serta Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 14 Tahun 2009 tentang Tugas dan Fungsi Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional.

Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional dalam pelaksanaan tugasnya didukung oleh Pegawai Negeri Sipil sebanyak 97 orang. Dengan rincian pada gambar dibawah ini.

Gambar 1.4 Kekuatan Pegawai Berdasarkan Penempatan di Unit Eselon II

Gambar 1.5 Kekuatan Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

B. Potensi Eksternal

Kebijakan Energi Nasional disusun sebagai pedoman untuk memberikan arah pengelolaan energi nasional guna mewujudkan Kemandirian Energi Nasional untuk mendukung pembangunan nasional berkelanjutan. Dengan

27

26 44

Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan

Biro Fasilitasi

Penanggulangan Krisis dan Pengawasan

Biro Umum

1

16

74

5 1

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Strata 3 (S3) Strata 2 (S2) Strata 1 (S1) Diploma III (D3) Sekolah Menengah Atas

(10)

9 sasaran bahwa sumber energi dan sumber daya energi ditujukan untuk modal pembangunan guna sebesar-besar kemakmuran rakyat, dengan cara mengoptimalkan pemanfaatannya bagi pembangunan ekonomi nasional, penciptaan nilai tambah di dalam negeri dan penyerapan tenaga kerja.

Sehingga untuk menyiapkan kebijakan dan perencaaan di bidang energi sangat dibutuhkan kesiapan data dan informasi pengelolaan energi nasional dan daerah.

Salah satu data yang sangat diperlukan dalam pengelolaan energi adalah data sumber daya dan cadangan energi, yang terbagi atas 2 kelompok besar, yaitu sumber daya energi fosil dan sumber daya energi baru dan sumber daya energi terbarukan.

ENERGI FOSIL

a. Minyak dan Gas Bumi

Cadangan minyak bumi nasional, baik berupa cadangan terbukti maupun cadangan potensial mengalami peningkatan pada periode 2012-2013.

Cadangan potensial minyak pada tahun 2013 sebesar 3,85 miliar barel, sedangkan cadangan terbukti sebesar 3,69 miliar barel.

Sebaran cadangan minyak bumi Indonesia sebagian besar terdapat di wilayah Sumatera yang mencapai 62,1% dari total cadangan minyak bumi nasional atau sebesar 5,02 miliar barel. Sedangkan Jawa dan Kalimantan masing-masing memiliki cadangan minyak bumi sebesar 1,81 miliar barel dan 0,57 miliar barel. Sisanya sebesar 0,14 miliar barel terdapat di daerah Papua, Maluku, dan Sulawesi.

Pangsa cadangan minyak bumi Indonesia hanya berkisar 0,5% dari total cadangan minyak bumi dunia. Dilain sisi, laju konsumsi BBM sebagai produk hasil olahan terus mengalami peningkatan, sedangkan laju produksi dalam 18 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia rentan terhadap perubahan kondisi global yang dapat berpengaruh pada ketahanan energi nasional sebagai akibat dari tingginya ketergantungan pasokan dari luar.

(11)

10

Sumber : Kementerian ESDM, diolah oleh DEN, 2013

Gambar 1.5. Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi

Cadangan gas bumi nasional tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Total cadangan gas bumi pada tahun 2012 sebesar 150,39 TSCF, dimana cadangan terbukti berkisar 101,54 TSCF, sedangkan cadangan potensial berkisar 48,85 TSCF. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, cadangan gas bumi nasional mengalami penurunan berkisar 0,2% akibat dari laju produksi pertahun yang tidak dapat diimbangi oleh penemuan cadangan baru. Total cadangan gas bumi pada tahun 2012 berkisar 150,7 TSCF, artinya terjadi penurunan sekitar 0,2% atau sebesar 0,31 TSCF pada tahun 2013.

b. Batubara

Cadangan batubara Indonesia sampai dengan 2013 mencapai sebesar 31,36miliar ton, sedangkan sumber daya batubara mencapai 120,53miliar ton dengan rincian sumberdaya terukur sebesar 39,45 miliar ton, terindikasi sebesar 29,44 miliar ton, tereka sebesar 32,08 miliar ton dan hipotetik sebesar 19,56 miliar ton. Jika melihat tingkat produksi batubara yang mencapai 449 juta ton, dan apabila diasumsikan bahwa tidak ada peningkatan cadangan terbukti, maka produksi batubara diperkirakan dapat bertahan dalam jangka waktu 70 tahun mendatang.

(12)

11 Pemerintah perlu mendorong peningkatan eksplorasi dan teknologi untuk meningkatkan status sumberdaya menjadi cadangan melalui pemberian insentif serta menciptakan regulasi yang dapat mengatasi hambatan dalam investasi di bidang eksplorasi batubara. Dikhawatirkan, jika permasalahan ini tidak diselesaikan, maka Indonesia akan berbalik menjadi importir batubara mengingat kebutuhan dalam negeri yang semakin meningkat.

Secara global, cadangan batubara Indonesia hanya sebesar 0,8% dari total cadangan batubara dunia (BP Statistical Review). Namun Indonesia merupakan pengekspor batubara terbesar, dimana hampir 79,5%

produksi batubara untuk keperluan ekspor.

Sumber : Kementerian ESDM, diolah oleh DEN, 2013

Gambar 1.6. Sumber Daya Batubara

ENERGI BARU TERBARUKAN

Total potensi panas bumi Indonesia mencapai 28.910 MW yang terdiri atas cadangan dan sumber daya yang tersebar di 312 lokasi (93 di Sumatera, 71 di Jawa, 12 di Kalimantan, 70 di Sulawesi, 33 di Bali dan Nusa Tenggara, 33 di Maluku dan Papua).

(13)

12 Potensi tenaga hidro di Indonesia yang tersedia saat ini mencapai 75.000 MW yang tersebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Sampai dengan saat ini, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga air(termasuk PLT-Minihidro dan PLT-Mikro Hidro) mencapai 7.573 MW. Hampir seluruh waduk di Indonesia merupakan bagian dari pembangkit listrik tenaga air yang berumur relatif tua, dimana terbatasnya anggaran perawatan, kurangnya kepedulian dari Pemerintah, dan masyarakat menyebabkan terjadinya sedimentasi waduk yang dapat mengurangi produksi listrik mencapai 30% dari produksi normalnya.

Potensi biomassa mencapai 32.654 MW, dengan kapasitas terpasang 1.716 MW yang berasal dari tanaman pangan, perkebunan dan hewan yang potensial untuk dikembangkan. Sedangkan untuk energi terbarukan lainnya seperti energi surya, energi angin, energi laut dan uranium memiliki potensi untuk di kembangkan di masa mendatang. Sumberdaya energi surya sebesar 4,80 KWh/M2/day, sedangkan energi angin sebesar 3-6 m/s, energi laut sebesar 49 GW dan potensi listrik dari uranium sebesar 3.000 MW, terlihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Sumber Daya Energi Baru Terbarukan

Sumber : Kementerian ESDM, diolah kembali oleh DEN, 2013

*) Sebagai pusat penelitian, non- energi(Pilot Project)

**) Hanya di Kalan –Kalimantan Barat

***) Sumber: Dewan Energi Nasional

****) Prototype BPPT

PERMASALAHAN

Kondisi pengelolaan energi Indonesia masih belum menunjukkan peningkatan yang berarti dari beberapa tahun sebelumnya. Beberapa permasalahan dan

(14)

13 tantangan yang dihadapi sektor energi saat ini diantaranya adalah ketergantungan pada energi fosil yang masih cukup tinggi, harga energi yang belum terjangkau, penggunaan energi yang belum efisien dan keterbatasan infrastruktur.

a. Ketergantungan Pada Energi Fosil Yang Masih Cukup Tinggi

Ketergantungan yang besar terhadap minyak bumi, disebabkan masih adanya kebijakan pemerintah tentang subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menjadikan harga BBM menjadi murah, sehingga masyarakat pengguna energi sulit untuk beralih kepada jenis bahan bakar lainnya. Kondisi ini akan berdampak pada impor minyak bumi dan BBM yang semakin tinggi,dimana permasalahan lain akan timbul dikarenakan kompetisi dan kesulitan untuk mendapatkannya. Penggunaan BBM juga dapat berdampak kepada ketahanan energi dan perubahan iklim.

b. Harga Energi Yang Belum Mencapai Harga Keekonomian

Pemberian subsidi dimaksudkan untuk membantu masyarakat agar dapat mengkonsumsi energi yang diperlukan guna mendukung kegiatan sosial- ekonomi mereka. Pertumbuhan perekonomian nasional masih sangat tergantung kepada bahan bakar fosil. Kondisi ini sangat didukung dengan adanya pemberian subsidi harga BBM. Di lain sisi ketergantungan pada energi fosil ini juga akan berdampak pada inflasi, yang disebabkan oleh ketidakstabilan harga minyak bumi.

Harga energi yang sesuai dengan keekonomian akan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap nilai energi, yang akan mendorong penghematan di dalam pemanfaatannya.

c. Penggunaan Energi Yang Belum Efisien

Sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan dan pola kualitas hidup masyarakat, konsumsi energi di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan terjadi hampir di semua sektor yang mencakup sektor industri, transportasi, komersial dan rumah tangga. Selama ini konsumsi energi final Indonesia masih didominasi oleh BBM.

Selama kurun waktu 10 tahun kebelakang terjadi in-efisiensi dalam penggunaan energi, yang diakibatkan oleh proses dan konversi sumber energi

(15)

14 menjadi energi final, serta terjadi nya rugi-rugi (losses) selama proses transmisi dan distribusi energi,khususnya energi listrik.

d. Infrastruktur Energi Yang Terbatas

Saat ini Infrastruktur energi masih sangat terbatas, yang menyebabkan proses penyediaan dan pendistribusian energi menjadi terhambat. Keterbatasan infrastruktur ini dapat mengakibatkan pasar dalam negeri menjadi kurang menarik bagi investasi di berbagai sektor, yang dapat berakibat pada pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah menjadi terhambat. Diharapkan kedepan nya prioritas pembangunan infrastruktur lebih diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri.

(16)

15

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGI

2.1. Visi dan Misi

Dalam melaksanakan tugas Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional mendukung Visi, Misi dan Program Pemerintah yang dituangkan dalam bentuk program operasional, sasaran kebijakan dan strategi. Adapun Visi Presiden dan Wakil Presiden adalah :“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”, dengan Misi Presiden dan Wakil Presiden, adalah:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya

maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jatidiri sebagai negara maritim

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Dalam upaya menterjemahkan Visi dan Misi tersebut, disusun Nawacita atau 9 (sembilan) Agenda Prioritas Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yaitu:

(17)

16 1. Menghindarkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman pada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola Pemerintah yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-

sektor strategis ekonomi domestik

8. Melakukan revolusi karakter domestik

9. Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Dari Nawacita tersebut yang berkaitan langsung dengan sektor energi adalah agenda prioritas ke-7 yaitu “mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik”, yang terdiri dari:

 Membangun kedaulatan pangan

 Mewujudkan kedaulatan energi

 Mewujudkan kedaulatan keuangan

 Mendirikan Bank Petani/Nelayan dan UMKM termasuk gudang dengan fasilitas pengolahan paska panen di tiap sentra produksi tani/nelayan.

 Mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem inovasi nasional

Untuk mewujudkan Visi dan Misi Presiden terkait sektor energi khususnya, Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional Kementerian ESDM secara operasional dalam bentuk konkrit yang tercermin dalam tujuan, sasaran, kebijakan dan strategi.

(18)

17 2.2. Tujuan dan Sasaran Strategis

Dalam rangka mendukung Sasaran Strategis yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tujuan yang akan diwujudkan oleh Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional selama periode 5 (lima) tahun adalah : “meningkatkan alokasi energi domestik melalui tersedianya bahan perumusan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektor, perencanaan energi, terselenggaranya persidangan DEN, dan penetapan peraturan tentang tata cara penetapan kondisi krisdaren serta teridentifikasinya daerah yang mengalami krisis”.

Tabel 1.2. Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

TUJUAN SASARAN

STRATEGIS INDIKATOR

KINERJA SATUAN

Meningkatkan alokasi energi domestik melalui tersedianya bahan perumusan

kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektor, perencanaan energi,

terselenggaranya persidangan DEN, dan penetapan peraturan tentang tata cara

penetapan kondisi krisdaren serta teridentifikasinya daerah yang mengalami krisis

1 Tercapainya target bauran energi dan program RUEN

1 Evaluasi pencapaian bauran energi nasional

%

2 Evaluasi pencapaian program RUEN

% 2 Terwujudnya

gambaran perencanaan energi ke depan

3 Penyusunan outlook energi

dokumen

3 Tertanggulanginya daerah krisis dan darurat energi

4 Tingkat penyelesaian rumusan

penanggulangan

%

5 Tingkat pelaksanaan identifikasi daerah krisis dan darurat energi

%

4 Mendorong

pencapaian target KEN dan RUEN serta RUED

6 Tingkat tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan

pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral

%

(19)

18 Pemilihan sasaran strategis KESDM meningkatkan alokasi energi domestik sebagai tujuan organisasi Setjen DEN, karena sejalan dengan paradigma pengelolaan energi yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 Tentang KEN, yaitu adalah menempatkan sumber daya sebagai modal pembangunan nasional dan tidak semata digunakan sebagai komoditas ekspor untuk menghasilkan devisa.

Sebagaimana diketahui bahwa tujuan adalah merupakan suatu kondisi yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu 5 tahun ke depan sesuai dengan tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional dan juga dalam rangka mendukung sasaran strategis Kementerian ESDM. Sebagai tindak lanjut dari penetapan tujuan, selanjutnya disusun sasaran dan indikator kinerja, sehingga dapat diukur upaya pencapaian tujuan organisasi.

SASARAN STRATEGIS 1

Tercapainya target bauran energi dan program Rencana Umum Energi Nasional (RUEN)

Sasaran Strategis ini merupakan pelaksanaan tugas Setjen DEN dalam memfasilitasi Dewan Energi Nasional menyiapkan rumusan Kebijakan Energi Nasional dan penetapan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

Sebagaimana diketahui bahwa Kebijakan Energi Nasional telah ditetapkan pada tanggal 17 Oktober 2014 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014. Akan tetapi tugas dari Dewan Energi Nasional tidak hanya selesai dengan telah diselesaikannya Kebijakan Energi Nasional (KEN), karena harus ditindaklanjuti dengan menyelesaikan beberapa penyiapan rumusan kebijakan energi sebagaimana yang diamanatkan didalam KEN.

Sedangkan tugas kedua DEN adalah menetapkan RUEN, dimana terkait dengan tugas ke-dua ini, Setjen DEN melaksanakan tugas penyiapan bahan perencanaan energi lintas sektor sebagai bahan masukan dalam proses penetapan dan review RUEN. Disamping itu juga sebagaiman fungsi dari Setjen DEN juga melakukan pendampingan dalam penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED).

(20)

19 Sesuai dengan Pasal 19 ayat 1 dan 2, Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Dewan Energi Nasional dan Tata Cara Penyaringan Calon Anggota DEN, bahwa DEN melakukan persidangan secara berkala, baik pelaksanaan Sidang Anggota maupun Sidang Paripurna. Pelaksanaan Sidang Anggota dilaksanakan minimal 2 bulan sekali atau sewaktu-waktu jika diperlukan. Sedangkan Sidang Paripurna dilaksanakan minimal 2 kali dalam setahun. Untuk menyiapkan dan memperlancar pelaksanaan tugas persidangan DEN diperlukan strategi dan perencanaan yang baik.

Adapun dari Sasaran Strategis-1, Setjen DEN menetapkan Indikator Kinerja sebagai berikut :

1. Evaluasi Pencapaian Bauran Energi Nasional (%), dan 2. Evaluasi Pencapaian Program RUEN (%).

SASARAN STRATEGIS 2

Terwujudnya Gambaran Perencanaan Energi ke Depan

Sasaran Strategis ini berangkat dari penugasan dari Kementerian ESDM kepada Setjen DEN untuk menyusun Outlook Energi Indonesia. Indikator Kinerja berupa tersusunnya sebuah dokumen kajian berupa Outlook Energi Indonesia (dokumen) ini, diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi dan proyeksi pengelolaan energi nasional. Sehingga setiap kalangan dan atau pemangku kepentingan di sektor energi mendapatkan informasi mencakup realisasi, proyeksi kebutuhan (demand) dan penyediaan (supply) energi berdasarkan asumsi sosial, ekonomi dan perkembangan teknologi ke depan.

SASARAN STRATEGIS 3

Tertanggulanginya Daerah Krisis dan Darurat Energi

Sasaran Strategis ini merupakan pelaksanaan tugas Setjen DEN dalam memfasilitasi DEN melaksanakan tugas yang ke-3 yaitu menetapkan langkah-langkah penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi,

(21)

20 Adapun pokok-pokok dalam penetapan langkah-langkah kondisi krisis dan darurat energi adalah sebagai berikut :

a. Menteri ESDM akan diberi kewenangan untuk menetapkan kriteria teknis operasional kondisi krisis dan darurat energi, untuk jenis energi yang dikonsumsi oleh publik secara nasional yaitu Bahan Bakar Minyak, Tenaga Listrik, LPG dan Gas Bumi;

b. Kriteria kondisi krisis dan darurat energi yang berdampak skala nasional mengikuti ketentuan dalam Pasal 6 ayat (3) UU Energi yaitu terganggunya fungsi pemerintahan, kehidupan sosial masyarakat dan/atau kegiatan perekonomian, penetapannya dilakukan oleh Dewan Energi Nasional dimana Presiden sebagai Ketua;

c. Pemerintah wajib melakukan tindakan penanggulangan kondisi krisis dan darurat energi sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007;

d. Pemerintah Daerah diminta untuk mengalokasikan anggaran tersendiri yang menjadi kewajibannya apabila terjadikondisi krisis dan darurat energi, untuk antara lain melakukan tindakan koordinasi, perbaikan sarana dan prasarana sebatas yang menjadi tanggungjawabnya;

e. Badan usaha energi diwajibkan menyediakan anggaran tersendiri untuk penyediaan energi dalam rangka menanggulangi kondisi krisis dan darurat energi di wilayah usahanya.

Untuk lebih jelasnya mengenai mekanisme penetapan kondisi krisis energi dapat dilihat pada gambar 4.1 pada di bawah ini :

(22)

21 Gambar 4.1. Mekanisme Penetapan Kondisi Krisis Energi

Disamping 4 tugas utama DEN, terdapat satu tugas lainnya sebagaimana ketentuan pasal 5 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang energi, yaitu pengaturan mengenai cadangan penyangga.

Untuk mencapai Sasaran Strategis ke-3, Indikator Kinerja yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Penyelesaian Rumusan Penanggulangan (%), dan

2. Tingkat Pelaksanaan Identifikasi Daerah Krisis dan Darurat Energi (%)

SASARAN STRATEGIS 4

Mendorong Pencapaian Target KEN, RUEN dan RUED

Sasaran Strategis ke-4 ini merupakan pelaksanaan tugas Setjen DEN dalam memfasilitasi DEN yaitu mengawasi pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektor. Dengan telah ditetapkannya arah kebijakan dan target-target pengelolaan energi nasional dalam Kebijakan Energi Nasional, maka selanjutnya Pemerintah diamanahkan untuk menyusun penjabarannya dalam dokumen RUEN, dan kelak kemudian

(23)

22 Pemerintah Daerah diamanahkan menyusun penjabaran RUEN dalam pengelolaan energi daerah (RUED). Sesuai tugasnya, DEN diharapkan mampu mengawasi pelaksanaan kebijakan pengelolaan energi nasional, sehingga KEN, RUEN dan RUED diharapkan menjadi suatu living document, yaitu dokumen yang termonitor implementasinya, terevaluasi sehingga target-target yang direncanakan dapat dicapai.

Adapun untuk mencapai Sasaran Strategis Mendorong Pencapaian Target KEN, RUEN dan RUED, maka ditetapkan indikator kinerja berupa tingkat tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral (%).

(24)

23

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan

Arah kebijakan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional adalah : a. Mengintensifkan pelaksanaan sosialisasi Kebijakan Energi Nasional;

b. Penetapan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN);

c. Pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral;

d. Identifikasi pada daerah yang berpotensi mengalami krisis energi;

e. Penyusunan ketentuan mengenai jenis, jumlah, waktu, dan lokasi cadangan penyangga energi;

f. Pelaksanaan Sidang Anggota DEN dan Sidang Paripurna DEN dapat dilaksanakan dengan ketentuan yang ada.

g. Penguatan kelembagaan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Energi Nasional,

3.2. Strategi

Strategi yang dilakukan dalam mewujudkan arah kebijakan yang diambil adalah sebagai berikut :

a. Program Sosialisasi KEN dilakukan melalui media massa, dialog dengan stakeholders yang dilakukan dengan bekerjasama berbagai Perguruan Tinggi, Instansi Pemerintah Pusat/ Daerah, Organisasi Masyarakat serta Lembaga Swadaya Masyarakat.

b. Dalam proses Penetapan RUEN, dilakukan penyelarasan dengan substansi Kebijakan Energi Nasional dan, menjaring pendapat dari berbagai unsur yang terkait agar semua kepentingan dapat diakomodasikan dalam RUEN.

c. Pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral dilakukan dengan berpedoman pada target – target yang tercantum pada Dokumen KEN/ RUEN/ RUED secara koordinatif.

(25)

24 d. Identifikasi pada daerah yang berpotensi mengalami krisis energi dilakukan dengan memetakan permasalahan – permasalahan di bidang keenergian di berbagai daerah.

e. Penyusunan ketentuan mengenai jenis, jumlah, waktu, dan lokasi cadangan penyangga energi dilakukan dengan melibatkan stakeholders terkait.

f. Pelaksanaan Sidang Anggota DEN dan Sidang Paripurna DEN dilakukan dengan penyiapan bahan materi sidang dan berkoordinasi dengan instansi terkait.

g. Penguatan kelembagaan Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional dilakukan dengan, dilakukan reorganisasi Sekretariat Jenderal DEN, rekruitmen SDM yang berkualitas serta penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.

3.3. Kerangka Regulasi

Untuk mendukung kebijakan dan strategi Sekretariat Jenderal DEN, perlu didukung oleh peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Dewan Energi Nasional. Beberapa peraturan-perundangan yang direncanakan untuk diselesaikan pada periode 5 tahun kedepan, antara lain:

1. Pengaturan mengenai Rencana Umum Energi Nasional, sebagai penjabaran dari Kebijakan Energi Nasional

2. Pengaturan mengenai perubahan organisasi Sekretariat Jenderal DEN, yang saat ini dirasa sudah sangat mendesak, mengingat tugas dan fungsi pengaturan pengelolaan energi nasional

3. Pengaturan mengenai Pedoman Penetapan langkah-langkah penanggulangan krisis dan darurat energi

4. Pengaturan tentang tata cara/pedoman pengawasan pelaksanaan kebijakan energi yang bersifat lintas sektor

5. Pengaturan pengelolaan energi lainnya sebagaimana yang tertuang di dalam Kebijakan Energi Nasional.

6. Pengaturan Tentang Cadangan Penyangga Energi (CPE).

(26)

25 3.4. Kerangka Kelembagaan

KONDISI SAAT INI

Setjen DEN merupakan unsur pembantu DEN, yang secara fungsional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada DEN dan secara administratif bertanggung jawab kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Menteri ESDM). Setjen DEN dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal (selanjutnya disebut Sekjen). Tugas Setjen DEN adalah memberikan dukungan teknis dan administratif kepada DEN serta fasilitasi kegiatan Kelompok Kerja. Berikut adalah struktur organisasi Setjen DEN saat ini :

Dalam melaksanakan tugasnya, Sekjen, Kepala Biro, Kepala Bagian dan Kepala Subbagian serta pejabat lainnya, saling menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik di lingkungan Setjen DEN maupun dengan instansi lain sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Setjen DEN bertanggung jawab memimpin dan

(27)

26 mengkoordinasikan bawahannya masing-masing serta arahan bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

Namun demikian, masih terdapat satuan organisasi yang ruang lingkupnya tidak dipisahkan antara yang sifatnya administratif (supporting) maupun teknis (core).

Hal ini disebabkan adanya keterbatasan lingkup tugas sehingga ada satuan organisasi yang belum dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal.

Mengingat lingkup tugas dan fungsi Setjen DEN dalam memberikan dukungan teknis dan administratif kepada DEN, maka perlu melakukan pemetaan pola struktur organisasi agar terdefinisi dengan baik. Pemetaan serta penyusunan pola struktur yang belum terdefinisi dengan baik membawa konsekuensi terhadap fungsi yang ada, terutama yang masuk dalam kategori tugas dukungan teknis terbatas hanya pada kegiatan fasilitasi, namun dalam pelaksanaannya dituntut untuk menyiapkan bahan-bahan yang telah diolah untuk pengambilan keputusan DEN. Sebagai contoh, pada Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan, melaksanakan tugas administrasi dan tugas teknis keenergian yang dilaksanakan dalam 1 (satu) Biro, yaitu tugas teknis terkait perumusan kebijakan energi dan perencanaan energi nasional juga melakukan tugas adminstrasi dalam rangka koordinasi pelaksanaan persidangan, kehumasan, keprotokolan dan dokumentasi.

Selain itu masih adanya tumpang tindih tugas dan fungsi dari unit kerja, yang pada akhirnya dapat berpotensi sebagai sumber masalah dikemudian hari (misalnya terkait tugas dan fungsi perencanaan serta monitoring evaluasi yang dilakukan oleh satu biro yang sama). Hal ini juga berkaitan dengan peran pengawasan serta tanggung jawab dari tiap unit kerja dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Dengan pemetaan serta terdefinisinya penyusunan pola struktur organisasi Setjen DEN dengan baik, diharapkan masalah-masalah terkait hal tersebut dapat teratasi serta koordinasi dari setiap unit kerja dapat dilaksanakan dengan baik.

KONDISI YANG DIHARAPKAN

Sekretariat Jenderal DEN diharapkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan dapat mempunyai peran dan posisi bukan hanya sebagai supporting unit saja, namun dapat juga berperan sebagai “think tank”serta berperan dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan pengelolaan energi nasional. Kondisi

(28)

27 ini akan membawa konsekuensi, bahwa struktur organisasi yang ada sekarang harus disesuaikan, mengingat struktur organisasi saat ini belum memadai untuk menjalankan peran tersebut.

Dalam rangka mendukung kegiatan fasilitasi terhadap pelaksanaan tugas DEN sekaligus menjalankan perannya sebagai lembaga think tank, diperlukan adanya penambahan sejumlah fungsi penting dalam organisasi seperti data dan informasi, pusat kajian, cadangan penyangga energi serta kerja sama. Hal ini sangat penting, mengingat posisi strategis dari Setjen DEN dalam membantu tugas DEN yang bersifat lintas sektoral. Dengan kata lain, dibutuhkan unit atau satuan organisasi yang secara eksplisit bertanggung jawab terhadap fungsi sebagaimana tersebut di atas.

Khusus untuk kerja sama terdapat 2 (dua) aspek penting yaitu :

a. pemberian dukungan teknis dan administrasi serta analisis dalam penyelenggaraan hubungan dengan lembaga negara, lembaga daerah, lembaga non struktural, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan;

b. penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan kerja sama di bidang energi antara pemerintah Indonesia dengan pihak luar negeri.

Selain itu, penyelenggaraan dalam rangka kerja sama juga sudah dilaksanakan, hal ini dapat tergambar dari beberapa aktivitas kerja sama yang dilakukan terkait dengan pelaksanaan dari Keputusan Menteri ESDM Nomor 2522 K/05/MEM/2015 tentang Unit Koordinator (Focal Point) Penanganan Forum Dialog/Kerja Sama Luar Negeri di Lingkungan KESDM, dimana Setjen DEN merupakan unit koordinator forum dialog/kerja sama sebagai berikut:

1. Asia Cooperation Dialogue (ACD) Energy Forum;

2. Regional Energy Policy and Planning Sub Sector Network (REPP-SSN);

3. ASEAN + 3 Energy Policy Governing Group (EPGG);

4. Energy Charter (EC);

5. World Summit on Sustainable Development (WSSD/CSD); dan 6. Indonesia-Swedia

Dengan penambahan sejumlah fungsi tersebut di atas, diharapkan Setjen DEN dapat menjalankan perannya bukan hanya sebagai supporting unit, melainkan juga sebagai prime mover dengan melaksanakan fungsi think tank.

(29)

28

BAB IV

TARGET KINERJA DAN PENDANAAN

Untuk mencapai tujuan dan sasaran kinerja Setjen DEN maka dibutuhkan target kinerja yang sudah ditetapkan khususnya untuk 5 tahun kedepan. Target Kinerja ini merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Setjen DEN sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2015 Tentang Penetapan IKU di Lingkungan KESDM. Pada renstra ini target kinerja telah ditetapkan sesuai dengan perecanaan dan perkiraan yang telah dibuat selama tahun 2015-2019, sehingga kemungkinan besar akan terdapat perubahan perencanaan pada tahun berjalan seiring dengan penetapan APBN dan APBN-P.

Gambar IKU Sekretariat Jenderal DEN

dalam Peraturan Menteri ESDM Tentang IKU 2015 s.d. 2019

(30)

29 4.1. Target Kinerja

Target kinerja merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang harus dicapai oleh Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional. Pada dokumen Renstra ini, target kinerja telah ditetapkan berdasarkan perencanaan dan perkiraan yang dibuat pada periode tahun 2014/2015, sehingga tidak menutup kemungkinan dalam pelaksanaannya terdapat perubahan sesuai dengan penetapan APBN tahun berjalan, Rencana Umum Energi Nasional serta dokumen perencanaan lainnya.

Tabel 1.3 Target Kinerja 2015-2019

PROGRAM SASARAN

INDIKATOR KINERJA

UTAMA (IKU) / TARGET

INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN (IKK) 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8

PROGRAM DUKUNG MANAJEMEN DAN

PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DEWAN ENERGI NASIONAL

TERCAPAINYA TARGET BAURAN ENERGI DAN PROGRAM RUEN

1 Evaluasi

pencapaian bauran energi nasional (%)

100% 100% 100% 100% 100%

a. Rumusan rekomendasi dan atau rumusan regulasi dalam rangka perumusan kebijakan energi

1 1 1 1 1

b. Penyelenggaraan

Dialog Energi 1 1 1 1 1

c. Melaksanakan kajian kebijakan energi lintas sektor

1 1 1 1 1

d. Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan

kelompok kerja Dewan Energi Nasional

1 1 1 1 1

e. Menyiapkan bahan rancangan peraturan tindak lanjut kebijakan energi nasional

1 1 1 1 1

f. Melakukan penelaahan neraca energi nasional

1 1 1 1 1

(31)

30

PROGRAM SASARAN

INDIKATOR KINERJA

UTAMA (IKU) / TARGET

INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN (IKK) 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8

2

Evaluasi pencapaian

program RUEN (%) 100% 100% 100% 100% 100%

a. Meyiapkan data dan informasi untuk penetapan dan review RUEN

1 1 1 1 1

b. Melakukan asistensi penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED)

1 1 1 1 1

c. Menyusun kajian terkait

perencanaan energi nasional dan daerah

2 2 2 2 2

d. Melakukan pemantauan pelaksanaan RUEN dan RUED

1 1 1 1 1

e. Menyiapkan penyelenggaraan kerja sama Dalam Negeri dan Luar Negeri

2 2 2 2 2

TERWUJUDNYA GAMBARAN PERENCANAAN ENERGI KE DEPAN

3

Terwujudnya gambaran

perencanaan energi ke depan (dokumen)

1 1 1 1 1

a. Tersusunnya

Outlook Energi 1 1 1 1 1

TERTANGGULA NGINYA

DAERAH KRISIS DAN DARURAT ENERGI

4 Tertanggulanginya daerah krisis dan darurat energi

100% 100% 100% 100% 100%

a. Tingkat penyelesaian rumusan penanggulangan

2 2 2 2 2

(32)

31

PROGRAM SASARAN

INDIKATOR KINERJA

UTAMA (IKU) / TARGET

INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN (IKK) 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8

b. Tingkat pelaksanaan identifikasi daerah krisis dan darurat energi

2 2 2 2 2

c. Penyusunan Ketahanan Energi Nasional

1 1 1 1 1

d. Pengembangan Pemetaan Penanggulangan Krisis Energi

1 1 1 1 1

e. Review Pelaksanaan Tanggap Darurat (ERR/ERA) di Indonesia

1 1 1 1 1

5

Tingkat pelaksanaan identifikasi daerah krisis dan darurat energi

100% 100% 100% 100% 100%

a. Identifikasi daerah berpotensi krisis dan darurat energi

1 1 1 1 1

b. Penyusunan daerah potensi rawan kekurangan energi

1 1 1 1 1

MENDORONG PENCAPAIAN TARGET KEN DAN RUEN

SERTA RUED 6

Tingkat tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sectoral (%)

100% 100% 100% 100% 100%

a. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Energi Fosil yang Bersifat Lintas Sektoral

1 1 1 1 1

(33)

32

PROGRAM SASARAN

INDIKATOR KINERJA

UTAMA (IKU) / TARGET

INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN (IKK) 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8

b. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Listrik Nasional

1 1 1 1 1

c. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Energi Non Fosil yang Bersifat Lintas Sektoral

1 1 1 1 1

d. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan yang Bersifat Lintas Sektoral

1 1 1 1 1

e. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Pemanfaatan Energi Fosil yang Bersifat Lintas Sektoral

1 1 1 1 1

f. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Energi Daerah

1 1 1 1 1

g. Sistem Pengelolaan Dokumentasi Hasil

Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Energi yang Bersifat Lintas Sektoral

1 2 2 2 2

(34)

33

PROGRAM SASARAN

INDIKATOR KINERJA

UTAMA (IKU) / TARGET

INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN (IKK) 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8

H

. Rancangan Pedoman Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Energi yang bersifat Lintas Sektoral dan Sosialiasi

4 2 2 2 2

TERWUJUDNYA PENGELOLAAN ADMINISTRASI UMUM UNTUK MENDUKUNG KELANCARAN PELAKSANAAN TUGAS DEWAN ENERGI

NASIONAL SERTA FASILITASI KEGIATAN KELOMPOK KERJA

7 Tingkat Kelancaran Kegiatan

Pengeloaan dan Penyelenggaraan Bidang Personil, Pendanaan, Peralatan dan Dokumen (%)

100% 100% 100% 100% 100%

a. Dokumen/laporan perencanaan program dan rencana kerja, perencanaan anggaran, pengelolaan keuangan serta evaluasi dan laporan

17 3 3 3 3

b. Laporan Pengelolaan Kepegawaian dan Hukum

16 2 2 2 2

c. Dokumen Pengelolaan Administrasi Perlengkapan, Persuratan Dan Kearsipan Serta Kerumahtanggaa n

14 9 9 9 9

d. Layanan

Perkantoran 12

bulan 12

bulan 12 bulan 12

bulan 12 bulan e. Pengadaaan

Barang dan Jasa 156 Unit/

400M2

1 1 1 1

(35)

34 4.2. Pendanaan

Dalam rangka pelaksanaan program untuk pencapaian target organisasi di lingkungan KESDM, telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian ESDM. Adapun kebutuhan anggaran pelaksanaan Program dari organisasi Setjen DEN adalah sebagai berikut:

Tabel 1.6 Kebutuhan Anggaran Setjen DEN

PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DEWAN ENERGI NASIONAL

Kebutuhan Anggaran (Milyar Rp)

62,7 76,5 84,5 90,8 100,2

Meningkatkan alokasi energi domestik melalui tersedianya bahan perumusan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektor, perencanaan energi,

terselenggaranya persidangan DEN, dan penetapan peraturan

tentang tata cara penetapan kondisi krisdaren serta

teridentifikasinya daerah yang mengalami krisis

1

Evaluasi pencapaian bauran energi

nasional (%) 100 100 100 100 100 2 Evaluasi pencapaian

program RUEN (%) 100 100 100 100 100 3 Penyusunan outlook

energi (dokumen) 1 1 1 1 1

4

Tingkat penyelesaian rumusan

penanggulangan (%) 100 100 100 100 100

5

Tingkat pelaksanaan identifikasi daerah krisis dan darurat energi (%)

100 100 100 100 100

6

Tingkat tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sectoral (%)

100 100 100 100 100

Sumber : RENSTRA KESDM 2015 s.d. 2019 (halaman 218)

Untuk mencapai tujuan dan sasaran Sekretariat Jenderal DEN, didukung oleh pendanaan yang bersumber dari APBN.Pendanaan ini diakomodir melalui program

(36)

35 dan kegiatan yang ada di lingkungan Sekretariat Jenderal DEN. Adapun rincian rencana pendanaan program adalah sebagaimana pada tabel 1.5

Tabel 1.5 Rincian Kebutuhan Anggaran Setjen DEN 2015-2019

PROGRAM SASARAN

INDIKATOR KINERJA

UTAMA (IKU) / Anggaran (Milyar Rp) INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN (IKK) 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8

PROGRAM DUKUNG MANAJEMEN DAN

PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA DEWAN ENERGI NASIONAL

TERCAPAINYA TARGET BAURAN ENERGI DAN PROGRAM RUEN

1 Evaluasi

pencapaian bauran

energi nasional (%) 4,3 5,2 5,8 9,1 10,0 a. Rumusan

rekomendasi dan atau rumusan regulasi dalam rangka perumusan kebijakan energi

0,6 0,7 0,8 1,4 1,6

b. Penyelenggaraan

Dialog Energi 0,6 0,7 0,8 1,4 1,6 c. Melaksanakan

kajian kebijakan energi lintas sektor

1,2 1,5 1,6 1,8 1,9

d. Melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan

kelompok kerja Dewan Energi Nasional

0,8 1,0 1,1 1,9 2,1

e. Menyiapkan bahan rancangan peraturan tindak lanjut kebijakan energi nasional

0,6 0,7 0,8 1,4 1,6

f. Melakukan penelaahan neraca energi nasional

0,5 0,6 0,7 1,2 1,3

2

Evaluasi pencapaian

program RUEN (%) 4,3 12,2 11,4 8,9 9,7 a. Meyiapkan data

dan informasi untuk penetapan dan review RUEN

1,0 1,2 1,3 1,5 1,6

(37)

36

PROGRAM SASARAN

INDIKATOR KINERJA

UTAMA (IKU) / Anggaran (Milyar Rp) INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN (IKK) 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8

b. Melakukan asistensi penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED)

0,5 8,0 7,0 2,0 2,2

c. Menyusun kajian terkait

perencanaan energi nasional dan daerah

0,5 0,6 0,7 1,2 1,3

d. Melakukan pemantauan pelaksanaan RUEN dan RUED

0,3 0,4 0,4 0,7 0,8

e. Menyiapkan penyelenggaraan kerja sama Dalam Negeri dan Luar Negeri

2,0 2,0 2,0 3,5 3,9

TERWUJUDNYA GAMBARAN PERENCANAAN ENERGI KE DEPAN

3

Terwujudnya gambaran

perencanaan energi ke depan (dokumen)

0,5 0,5 0,5 0,6 0,6

a. Tersusunnya

Outlook Energi 0,5 0,5 0,5 0,6 0,6 TERTANGGULA

NGINYA

DAERAH KRISIS DAN DARURAT ENERGI

4 Tertanggulanginya daerah krisis dan

darurat energi 4,0 4,9 5,4 7,6 8,4

a. Tingkat penyelesaian rumusan penanggulangan

1,0 1,2 1,3 1,5 1,6

b. Tingkat pelaksanaan identifikasi daerah krisis dan darurat energi

1,0 1,2 1,3 1,5 1,6

c. Penyusunan Ketahanan Energi

Nasional 0,5 0,6 0,7 1,2 1,3

d. Pengembangan Pemetaan Penanggulangan Krisis Energi

1,0 1,2 1,3 2,3 2,6

(38)

37

PROGRAM SASARAN

INDIKATOR KINERJA

UTAMA (IKU) / Anggaran (Milyar Rp) INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN (IKK) 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8

e. Review Pelaksanaan Tanggap Darurat (ERR/ERA) di Indonesia

0,5 0,6 0,7 1,2 1,3

5

Tingkat pelaksanaan identifikasi daerah krisis dan darurat energi

1,5 1,8 2,0 3,5 3,9

a. Identifikasi daerah berpotensi krisis

dan darurat energi 0,7 0,9 0,9 1,6 1,8 b. Penyusunan

daerah potensi rawan kekurangan energi

0,8 1,0 1,1 1,9 2,1

MENDORONG PENCAPAIAN TARGET KEN DAN RUEN

SERTA RUED 6

Tingkat tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang energi yang bersifat lintas sektoral (%)

4,6 5,6 6,2 10,8 11,9

a. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Energi Fosil yang Bersifat Lintas Sektoral

0,6 0,7 0,8 1,4 1,6

b. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Listrik Nasional

0,6 0,7 0,8 1,4 1,6

c. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Energi Non Fosil yang Bersifat Lintas Sektoral

0,6 0,7 0,8 1,4 1,6

(39)

38

PROGRAM SASARAN

INDIKATOR KINERJA

UTAMA (IKU) / Anggaran (Milyar Rp) INDIKATOR KINERJA

KEGIATAN (IKK) 2015 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8

d. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan yang Bersifat Lintas Sektoral

0,6 0,7 0,8 1,4 1,6

e. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Pemanfaatan Energi Fosil yang Bersifat Lintas Sektoral

0,6 0,7 0,8 1,4 1,6

f. Fasilitasi Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Energi Daerah

1,0 1,2 1,3 2,3 2,6

g. Sistem Pengelolaan Dokumentasi Hasil

Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Energi yang Bersifat Lintas Sektoral

0,3 0,4 0,4 0,7 0,8

h .

Rancangan Pedoman Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Energi yang bersifat Lintas Sektoral dan Sosialiasi

0,3 0,4 0,4 0,7 0,8

TERWUJUDNYA PENGELOLAAN ADMINISTRASI UMUM UNTUK MENDUKUNG KELANCARAN PELAKSANAAN TUGAS DEWAN

7 Tingkat Kelancaran Kegiatan

Pengeloaan dan Penyelenggaraan Bidang Personil, Pendanaan, Peralatan dan Dokumen (%)

43,5 46,2 53,3 50,3 55,7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan perkembangan pesat lalu lintas barang dan penumpang yang melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta dan Bandara Halim Perdana Kusuma, maka potensi ancaman yang dapat

Dalam rencana strategis Sekretariat Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2015-2019 bahwa untuk mendukung pencapaian sasaran strategis KLHK, Sekretariat Jenderal

Pertambahan penduduk mendorong perubahan tak terbatas pada jumlah pen- duduk, Penelitian Tujuan dari penelitian; mengetahui potensi pemanenan air hu- jan melalui embung, sumur

6.Sesudah menerapkan Balanced Scorecard, bagaimana kinerja perusahaan secara keseluruhan dilihat dari keempat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis

Selain itu, evaluasi hasil pelaksanaan Renja Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul Tahun 2019 dilakukan untuk memastikan bahwa indikator kinerja program dan kegiatan Renja Dinas

A.   Modal apa saja yang harus dimiliki konselor atau pendidik yang melakukan konseling anak?  1.  Modal  Umum.  Adanya  pemahaman  komprehensif  tentang 

Dari hasil wawancara dengan orang tua yang memiliki anak usia 0 – 3 tahun, mereka merasa senang dengan diakannya penelitian ini karena selama ini orang tua tidak pernah

Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada