1
OBJEK WISATA PANTAI SORAKE DI DESA BOTOHILI SORAKE KABUPATEN NIAS SELATAN (1980 – 2005)
Skripsi Sarjana Dikerjakan
O L E H
NAMA : NETY WIRA KHRISTIANI HAREFA NIM : 150706001
PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2019
2
3
4
5
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Walau tantangan, kesulitan, dan cobaan melintang namun penulis masih diberi kesabaran, keikhlasan, keteguhan, untuk dapat menyelesaikan skripsi ini hingga akhir sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Tanpa bantuan dan tuntunan Yang Maha Mulia, maka suatu kemustahilan skripsi ini.
Dalam perjalanan panjang melakukan penelitian dan pengumpulan data, sungguh sebuah kebahagiaan dan anugerah bagi penulis dapat menyelesaikan sebuah tulisan sejarah yang berbentuk skripsi dengan judul, OBJEK WISATA PANTAI SORAKE DI DESA BOTOHILITANO KABUPATEN NIAS SELATAN (1980 – 2005). Skripsi ini penulis ajukan untuk meraih gelar sarjana di Program Studi Ilmu Sejarah Falkultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah ilmu bagi kita semua, terkhusus bagi penulis sendiri.
Medan, September 2019 Penulis
Nety W. K. Harefa
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, kekuatan, dan kasih saying sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan tenaga, pikiran, serta bimbingan serta nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada yang penulis hormati:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, MS., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, dan kepada Wakil Dekan beserta Staf pegawai Fakultas Ilmu Budaya, USU.
2. Bapak Drs. Edi Sumarno, M. Hum., selaku Ketua Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU dan juga kepada Ibu Dra. Nina Karina, M.SP.
selaku sekretaris Program Studi Ilmu Sejarah yang turut membantu dalam kelancaran penulisan ini.
3. Ibu Dra. Ratna, M.S, dan Ibu Dra. Nina Karina, M. SP, selaku dosen pembimbing. Jasa dan bantu beliau tidak akan penulis lupakan, serta terimakasih atas kesabaran di dalam membimbing, memberikan arahan dan masukan selama pengerjaan penulisan skripsi ini
4. Seluruh Bapak/Ibu dosen staf pengajar Program Studi Ilmu Sejarah yang telah mengajar penulis, baik dari segi pengetahuan, pengalaman, serta
iii
wawasan selama penulis menjadi mahasiswa di Falkultas Ilmu Budaya USU.
tidak lupa kepada Staf Administrasi Program Studi Ilmu Sejarah, Bapak Amperawira yang telah banyak membantu penulis selama menjadi mahasiswa.
5. Kepada kedua orang tua yang ku sayangi, ayah tercinta Yudika Harefa dan ibu Rohani Gulo yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu memberikan nasehat dan dukungan materi kepada penulis. Terimakasih juga saya ucapkan kepada adik-adik saya tercinta Dian Maya Sari Harefa, Yeslina Wati Harefa, Mey Hermind Harefa, Calvinus Putra Harefa dan Yuro Fanorotodo Harefa, yang telah memberi semangat dan motivasi kepada penulis.
6. Terimakasih juga saya ucapkan kepada teman-teman Ilmu Sejarah stambuk 2015 atas kebersamaannya selama perkuliahan dan juga kepada teman saya Valensia Sihotang dan Vanny Apriella Saragih yang selalu ada di keadaan suka maupun duka selama di perkuliahan.
7. Terimakasih saya ucapkan kepada para informan yaitu, Bapak Sosial Zagoto, Bapak Dolin Wau, Bapak Fauduni Wau, Bapak Eka Wau yang turut membantu penulis dan menyelesaikan skripsi ini, serta kepada para informan lainnya yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.
iv ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Objek Wisata Pantai Sorake di Desa Botohilitano Kabupaten Nias Selatan tahun 1980 – 2005”. Skripsi ini meneliti tentang sejarah latar belakang berdirinya objek wisata Pantai Sorake serta mendeskripsikan tentang manfaat objek wisata Pantai Sorake yang dalam perkembangannya mempengaruhi pendapatan, kehidupan sosial dan pendidikan dalam masyarakat. Objek wisata Pantai Sorake ini merupakan salah satu pantai yang terdapat di Nias Selatan yang sudah dikenal oleh wisatawan lokal maupun mancanegara, karena potensi ombaknya yang besar.
Pantai Sorake sebelumnya hanya merupakan tempat perkebunan masyarakat setempat. Kemudian dikelola oleh masyarakat menjadi objek wisata yang semakin lama semakin berkembang hingga menambah lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Dengan inisiatif masyarakat yang ingin mengembangkan Pantai Sorake tersebut, maka masyarakat memenuhi sarana dan prasarana hingga menjadi objek wisata yang dikunjungi oleh banyak orang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang bersifat kualitatif melalui beberapa tahapan yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mendirikan sebuah objek wisata perlu adanya bantuan masyarakat dan pemerintah untuk bersama-sama memajukan dan membangun kawasan objek wisata. Supaya potensi yang terdapat di objek wisata Pantai Sorake dapat dimanfaatkan dengan baik.
Kata kunci: Objek Wisata, Pantai Sorake, Desa Botohili.
v DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1.4 Tinjauan Pustaka ... 7
1.5 Metode Penelitian... 9
BAB II LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA OBJEK WISATA PANTAI SORAKE ... 12
2.1 Geografis ... 12
2.2 Terbentuknya Objek Wisata Pantai Sorake... 14
2.3 Potensi Objek Wisata ... 15
2.4 Keadaan Penduduk Desa Botohili Sorake... 25
2.5 Dukungan Pemerintah ... 27
BAB III PERKEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI SORAKE TAHUN 1980-2005 ... 29
3.1 Sarana dan Prasarana... 29
vi
3.1.1 Ketersediaan Transportasi ... 31
3.1.2 Restoran dan Rumah Makan ... 35
3.1.3 Penginapan ... 37
3.2 Wisatawan ... 39
3.3 Sistem Mata Pencaharian ... 41
3.4 Pembangunan Infrastruktur ... 44
BAB IV DAMPAK OBJEK WISATA PANTAI SORAKE TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR PADA TAHUN 1980-2005 ... 47
4.1 Perubahan Ekonomi Masyarakat Desa Botohili Sorake…………. 48
4.1.1 Sebelum Adanya Objek Wisata Pantai Sorake……….50
4.1.2 Sesudah Adanya Objek Wisata Pantai Sorake………..52
4.1.3 Setelah Terjadinya Gempa dan Tsunami di Objek Wisata Pantai Sorake………55
4.2 Kehidupan Sosial ... 55
4.3 Perkembangan Pendidikan ... 57
BAB V KESIMPULAN ... 60
5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN
vii Daftar Tabel
Tabel 2.3 Peningkatan Jumlah Penduduk Desa Botohili Sorake ... 26 Tabel 3.2 Data Wisatawan/Pengunjung Objek Wisata PantaiSorake ... 40 Tabel 3.3 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Botohili Sorake ... 43
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Objek wisata merupakan suatu potensi di suatu tempat tujuan wisata yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan untuk datang. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan daerah tersebut menjadi tempat wisata yaitu daya tarik yang dimiliki objek wisata maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun serta dikelola secara profesional sehingga dapat menarik kunjungan wisatawan. 1
Objek dan daya tarik wisata merupakan segala sesuatu yang memiliki keindahan, keunikan, dan nilai yang berupa keanekaragaman potensi, budaya, kekayaan alam dan hasil buatan manusia yang menjadi tujuan atau sasaran kunjungan wisatawan ke daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi wisata.
Destinasi objek wisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, aksebilitas, fasilitas objek wisata serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.2
Berdasarkan pengertian diatas maka objek wisata adalah suatu tempat yang dapat dikunjungi dengan berbagai keindahan yang didapatkan, tempat untuk melakukan kegiatan rekreasi, tempat untuk bersenang-senang dengan waktu yang
1 Gamal Suwantoro, Dasar-dasar Pariwisata, Yogyakarta : Andi, 1997, hlm. 19
2 Pantai Sorake dan Pantai Lagundri merupakan dua pantai yang berada dalam satu garis pantai. Pantai Lagundri dan Pantai Sorake terletak di Desa Botohili Sorake, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan, Propinsi Sumatera Utara.
2
cukup lama demi mendapatkan pelayanan yang baik, kepuasan, serta kenangan yang indah di tempat objek wisata.
Salah satu objek wisata yang akan dibicarakan disini adalah Pantai Sorake yang berada di Pulau Nias, tepatnya di Desa Botohili Sorake, Kecamatan Luahagudre Maniamolo, Kabupaten Nias Selatan. Pantai ini terletak ±125 KM sebelah barat Pulau Sumatera, bersebelahan dengan Pantai Lagundri,3 dengan jarak 2 km. Pantai Sorake dalam bahasa masyarakat setempat memiliki arti yang dikenal dengan pantai yang berbatu karang.4
Terkadang suatu tempat yang awalnya tidak diketahui orang, bisa menjadi objek wisata yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan dari satu daerah ke daerah lain untuk menikmati destinasi wisata. Demikian halnya dengan Pantai Sorake, sebelum menjadi objek wisata pantai ini tidak banyak diketahui orang karena hanya merupakan pantai biasa. Mereka belum memanfaatkan pantai itu sebagai objek wisata dan juga sebagai objek mata pencaharian karena gelombang pantai yang dianggap tinggi. Kehidupan masyarakat di kawasan pantai ini sebelum menjadi objek wisata umumnya bertumpu pada pertanian, seperti menanam padi di ladang, serta mengusahakan tanaman lainnya seperti ubi kayu, ubi jalar, pisang, jagung, dan kacang-kacangan, sedangkan untuk perkebunan diusahakan tanaman karet, kelapa, coklat, dan lain sebagainya. Barulah pada tahun 1975 pantai ini mulai menarik
3 Pantai Sorake dan Pantai Lagundri merupakan dua pantai yang berada dalam satu garis pantai. Pantai Lagundri dan Pantai Sorake terletak di Desa Botohili Sorake, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan, Propinsi Sumatera Utara.
4 Wawancara, dengan Sosial Zagötö, Desa Botohili Sorake, tanggal 10 Februari 2019.
3
perhatian masyarakat setempat ketika tempat ini dikunjungi oleh surfer (perselancar) yang berkebangsaan Australia yaitu John Troy, Kevin Lovett dan Jhon Giesel. Mereka mendapatkan Pantai Sorake ternyata cocok sebagai tempat yang baik melakukan surfing (selancar).5
Pada tahun 1980 pantai ini mulai dijadikan tempat wisata karena pantai ini sudah mulai dikenal kemancanegara. Pada tahun 1990an, beberapa masyarakat di Desa Botohili Sorake Kecamatan Luahagudre sudah mulai membangun fasilitas- fasilitas, berupa losmen, homestay, cafe, warung-warung dan rumah makan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dan sekaligus dapat menambah penghasilan bagi penduduk setempat. Objek wisata ini, lama-kelamaan dapat mengubah kehidupan masyarakat di Desa Botohili Sorake baik dari segi ekonomi, budaya dan sosial.
Akan tetapi ketika gempa dengan kekuatan 8,7 SR dan gelombang tsunami terjadi di Nias pada tanggal 28 Maret 2005, objek wisata Pantai Sorake ini sempat tidak bisa dimanfaatkan beberapa tahun karena karena faktor bencana alam yang merusak objek wisata Pantai Sorake dan faktor psikologis masyarakat yang masih trauma. Bencana alam yang datang telah mengguncang semua sendi kehidupan masyarakat Nias, terutama bagi penduduk desa Botohili Sorake yang terkena langsung dampak bencana.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk menuliskan mengenai objek wisata di Nias Selatan dengan judul “Objek Wisata Pantai Sorake di Desa
5 Selancar adalah olahraga di atas ombak yang tinggi. Olahraga ini dillakukan dengan menggunakan papan selancar untuk bermanuver di atas ombak.
5
4
Botohili Sorake Kabupaten Nias Selatan (1980-2005)”. Alasan peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai objek wisata Pantai Sorake karena, wisata pantai ini berdiri atas inisiatif dari masyarakat Desa Botohili Sorake sendiri. Selain itu, wisata Pantai Sorake dikenal hingga kemancanegara dengan spot selancarnya yang bagus,oleh sebab itu banyak para surfer dan wisatawan berkunjung ke Pantai Sorake untuk berselancar.
Hal inilah yang membuat terjadinya banyak perubahan pada masyarakat di Desa Botohili Sorake mulai dari kehidupan sosial, pendidikan dan ekonomi.
Akan tetapi, ketika gempa dan tsunami terjadi di Nias, objek wisata Pantai Sorake ini sempat tidak bisa dipergunakan karena faktor bencana alam yang merusak objek wisata Pantai Sorake dan faktor psikologi masyarakat yang masih trauma.
Lingkup spasial dalam penelitian ini adalah kawasan objek wisata Pantai Sorake di Desa Botohili Sorake, Nias Selatan, sedangkan lingkup temporal yaitu dari tahun 1980 hingga 2005. Penulisan lingkup temporal ini didasarkan karena objek wisata Pantai Sorake yang telah dikenal hingga mancanegara yaitu pada tahun 1980, sedangkan tahun 2005 yaitu tahun terjadinya gempa bumi dengan kekuatan 8,7 SR yang menyebabkan gelombang tsunami, hingga terjadinya kerusakan parah di kawasan objek wisata Pantai Sorake, sehingga Pantai Sorake pada saat itu hancur dan tida bisa dikunjungi untuk sementara waktu.
Alasan peneliti memilih Pantai Sorake karena, Pantai Sorake ini pantai yang pertama sekali dibuka sebagai tempat objek wisata di Nias Selatan. Selain itu, Pantai
5
Sorake ini merupakan pantai yang banyak dikunjungi turis dari pada pantai yang lain dengan kelengkapan fasilitas lebih memadai.
Alasan lain peneliti tertarik dalam melakukan penelitian ini karena sejarah mengenai kawasan objek wisata Pantai Sorake belum pernah ditulis sebelumnya.
Menurut peneliti penulisan ini penting untuk diteliti menjadi sebuah karya ilmiah yang bermanfaat bagi genarasi selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan alasan mengapa peneletian diperlukan dan petunjuk untuk mengarahkan tujuan penelitian.6 Dalam melakukan suatu penelitian, maka yang menjadi landasan penelitian adalah akar masalah yang ada dalam topik yang dibahas. Hal inilah yang diungkapkan dalam pembahasannya. Akar permasalahan merupakan hal yang sangat penting karena didalamnya diajukan konsep yang dibahas dalam penelitian dan menjadi alur dalam penulisan.
Sesuai dengan judul “Objek Wisata Pantai Sorake di Desa Botohili Sorake Kabupaten Nias Selatan dari tahun 1980-2005”, maka dibuatlah batasan pokok. Untuk mempermudah permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan yang dikaji dalam penelitian ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang terbentuknya Objek Wisata Pantai Sorake?
2. Menjelaskan perkembangan Objek Wisata Pantai Sorake 1980-2005?
6 Erlina, Metodologi Penelitian, Medan : USU Press, 2011, hlm. 28.
6
3. Bagaimana dampak Objek Wisata Pantai Sorake pada masyarakat sekitar Pantai Sorake?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang hendak dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan.7
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan ini adalah:
1. Menjelaskan latar belakang terbentuknya Objek Wisata Pantai Sorake.
2. Menjelaskan proses perkembangan Objek Wisata Pantai Sorake pada tahun 1980-2005.
3. Menjelaskan pengaruh Objek Wisata Pantai Sorake terhadap kehidupan masyarakat di Pantai Sorake.
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi kepada peneliti yang akan melakukan penelitian yang sejenis.
2. Memberikan manfaat untuk masyarakat khususnya bagi masyarakat Pantai Sorake agar dapat meningkatkan pelayanan wisata terhadap pengunjung.
3. Memberikan informasi kepada masyarakat luas tentang Objek Wisata Pantai Sorake Kabupaten Nias Selatan.
7Bambang Dwiloka, Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hlm. 37.
7 1.4 Tinjauan Pustaka
Ketika menulis karya ilmiah, maka diperlukanlah beberapa literatur untuk mendukung penulisan tersebut. Literatur-literatur itulah yang peneliti sebut dengan tinjauan pustaka. Tinjauan adalah literatur yang relavan dan memiliki keterkaitan secara dekat dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Tinjauan pustaka berisi tentang uraian-uraian yang mengarahkan peneliti betapa pentingnya literatur sehingga digunakan sebagai sumber acuan yang menimbulkan ide, sumber informasi dan pendukung penelitian. Ada beberapa buku yang digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam penulisan ini sebagai acuan yang berkaitan dengan Objek Wisata Pantai Sorake.
Gamal Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata (1997) menguraikan tentang gambaran konsep awal disiplin ilmu pariwisata yang pada akhirnya akan menuju pada pola pengembangan pariwisata. Buku ini membahas tentang perencanaan produk wisata yang bertujuan untuk pengembangan pariwisata dengan melihat potensi pasaran wisata. Dalam buku ini mengupas tentang pengertian pariwisata, berbagai macam bentuk dan komponen perjalanan wisata, perencanaan produk wisata, sebagai kegiatan ekonomi. Buku ini memberikan acuan dan dapat digunakan sebagai pelengkap.
James, J. Spellane dalam bukunya Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya (1987) mengatakan bahwa, pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke ketempat lain, bersifat sementara yang dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
8
lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu, serta kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan: mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, berziarah dan lain-lain yang bukan merupakan kegiatan yang baru saja dilakukan oleh manusia masa kini. Untuk menarik perhatian wisatawan pemerintah dan swasta harus bekerja sama memenuhi prasarana dan sarana kepariwisataan dan menyajikan keamanan di lokasi wisata, dengan demikian misi kepariwisataan berdampingan dengan pembangunan daerah yang tujuannya mengarah kepada terciptanya masyarakat yang makmur. Tinjauan pustaka ini dapat memberikan acuan dan dapat digunakan sebagai pembanding.
Lucman Hakim dalam bukunya Dasar-dasar Ekowisata (2004). Buku ini mendiskusikan aspek-aspek ekoturisme yang saat ini ramai didiskusikan sebagai bagian dari strategi pencapaian pertumbuhan ekonomi dan kawasan berdasarkan penggunaan sumber daya alam secara berkesinambungan. Buku ini membahas tentang bagaimana sumbangan wisata terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti apa yang dimaksud dengan ekoturisme, bagaimana ekoturisme dijalankan dan bagaimana pengaruh sumber daya alam terhadap masyarakat sekitar kawasan wisata tersebut. Tinjauan pustaka ini sebagai panduan peneliti dalam perekonomian objek wisata Pantai Sorake.
H. Marpaung dalam bukunya Pengetahuan Kepariwisataan (2002) menjelaskan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentuk atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang kesuatu daerah atau tempat tertentu. Buku ini membantu
9
penulis dalam data kepariwisataan aktivitas dan fasilitas yang berhubungan dengan pariwisata.
Skripsi Zetro Sinaga yang berjudul Pengaruh Kepariwisataan Terhadap Kehidupan Masyarakat Parapat (1970-1980 ) dan skripsi Lorense Harold Wison yang berjudul Dampak Kepariwisataan Terhadap Kehidupan Masyarakat Sembahe (1980- 1999). Skripsi ini sebagai acuan untuk mendukung penelitian tentang Objek Wisata Pantai Sorake tahun 1980-2005 dengan cara membantu peneliti melihat kondisi yang berbeda.
1.5 Metode Penelitian
Di dalam suatu penelitian sejarah yang ilmiah pemakaian metode sejarah sangatlah penting.8 Dalam penulisan sejarah terdapat metode penulisan yang penting dalam merekonstruksi peristiwa lampau dari objek yang sedang diteliti. Namun sebelum mengolah fakta analisa kritis terhadap sumber-sumber sejarah adalah hal yang paling penting untuk mengetahui kebenaran dari permasalahan yang akan diteliti.9 Untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam penulisan sejarah, maka dilakukan langkah-langkah atau metode yang lebih dikenal dengan heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.10
Heuristik merupakan tahap awal yang dilakukan peneliti untuk mencari
sumber yang relavan terhadap penelitian yang dilakukan, dalam tahap heuristik
8 Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994, hlm. 94-97.
9 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1981, hlm. 63
10 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (terj.) Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI-Press, 1985, hlm. 18
10
sumber data penulis didapatkan melalui dua cara, yaitu 1) Studi kepustakaan (library research) dalam studi kepustakaan peneliti mengunjungi perpustakaan Museum
Pusaka Nias, perpustakaan daerah Nias Selatan, dan perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Sumber-sumber tertulis itu misalnya buku-buku, jurnal, skripsi. 2) Studi lapangan (field research), teknik yang dipergunakan adalah teknik wawancara peneliti mewawancarai informan yang terkait dengan penelitian, seperti kepala desa, masyarakat setempat. Teknik wawancara menjadi lebih dominan dalam penelitian ini karena topik yang peneliti angkat masih sedikit sumber tertulisnya. Dalam teknik wawancara ini peneliti menggunakan interview guide, sebagai pedoman wawancara yang disusun secara kronologis.
Langkah kedua ialah melakukan kritik sumber (verifkasi), tahap ini sumber- sumber relavan yang diperoleh diverifikasi kembali untuk mengetahui keabsahannya.
Peneliti dalam melakukan filterisasi fakta atau menyeleksi sumber-sumber melalui pendekatan intern dan ekstern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber itu asli,turunan, atau palsu. Kritik ekstern ini menilai ke akuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas data dalam sumber. Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta.
11
Hal ini dilakukan agar penulis dapat menghasilkan Suatu tulisan yang benar-benar objektif yang tentunya dari data-data yang terjaga ke objektifannya. Jadi dengan penulisan sejarah itu akan dapat ditentukan mutu penelitian dan penulisan sejarah itu sendiri.11
Tahapan ketiga adalah tahapan yang merupakan tahap untuk menafsirkan fakta lalu membandingkannya untuk diceritakan kembali. Pada tahapan ini sujektivitas peneliti harus dihilangkan paling tidak dikurangi agar analisis menjadi lebih akurat. Sehingga fakta sejarah yang didapat bersifat objektif. Interpretasi merupakan tahap di mana peneliti berusaha menghubungkan data-data yang didapat di lapangan dengan fakta yang ada. Interpretasi di dalam penelitian ini adalah mengenai objek wisata Pantai Sorake.
Tahapan terakhir atau penulisan terakhir yaitu historiografi. Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan secara kronologis / diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian ciri karya ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu. Di tahapan terakhir dalam metode sejarah ini, peneliti menuliskan hasil penelitiannya secara kronologis dan sistematis, mulai dari pengumpulan data, kritik sumber sehingga didapatkan penjelasan mengenai perkembangan objek wisata Pantai Sorake.
11Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logus Wacana Ilmu, 1999, hlm.
67.
12 BAB II
LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA OBJEK WISATA PANTAI SORAKE DI DESA BOTOHILI SORAKE KABUPATEN NIAS SELATAN 2.1 Geografis
Pantai Sorake merupakan salah satu objek wisata yang terletak di Kecamatan Luahagudre Maniamolo Kabupaten Nias Selatan (lihat lampiran 1).
Pantai ini merupakan kawasan wisata yang cukup terkenal, dan karena posisi pantai yang dekat dengan samudera membuat pantai memiliki ombak dengan ketinggian 15 meter. Di bulan April hingga September ombak di pantai ini bisa bergulung dengan sempurna sampai ke bibir pantai dan memiliki 11 kali gelombang sebelum pecah dengan ketinggian gelombang antara 3-5 meter. 12
Sesuai dengan kondisi iklim di wilayah Indonesia pada umumnya, di daerah kawasan wisata Pantai Sorake ini juga dikenal dengan hanya dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan April hingga Oktober, dan hal ini dipengaruhi oleh letak wilayah Indonesia yang terletak antara dua benua dan dua samudera yang mengakibatkan pergantian arah angin setiap enam bulan sekali, yakni angin musom barat dan angin musom timur.13
Iklim juga dapat dijadikan sebagai sumber informasi wisata terhadap para wisatawan yang akan berkunjung ke suatu tempat wisata. Wilayah Pantai Sorake yang sebagian besar berbatasan dengan lautan sehingga berpengaruh pada suhu udara
12 Arsip, Kantor Desa Botohili Sorake, 13 juni 2019.
13 Ibid.
13
yang tergolong beriklim tropis dari periode bulan Januari-Desember, suhu udara maksimum 31,50 dan suhu minimum 21,50C.14
Luas wilayah Kawasan Pantai Sorake yaitu 800.000 m2 . Berdasarkan posisi geografisnya, Pantai Sorake terletak pada 0,940 LU – 0,860 LS dan 97,060 BTdengan batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Botohilisilambo - Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Sorake
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Hilifatema
- Sebalah Barat : Bersebelahan dengan Simpang Empat desa Botohilitano (desa induk).
Di kawasan wisata Pantai Sorake keadaan alamnya relatif datar dengan ketinggian maksimum 0-9 diatas permukaan laut dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Bentuk morfologi dasar laut yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, dapat menimbulkan aktivitas gelombang, terutama gelombang pasang, sehingga menyebabkan adanya zona-zona abrasi yang luas. Pola umum arus permukaan antara bulan Juni sampai Oktober di perairan tersebut adalah dari sebelah barat dan barat laut menuju kearah timur dan berbelok ke arah selatan sehingga sejajar dengan garis pantai Pulau Nias.15
14 Ibid.
15 Ibid.
14 2.2 Terbentuknya Objek Wisata Pantai Sorake
Pantai Sorake adalah nama salah satu pantai di Desa Botohili Sorake Kecamatan Luahagudre Maniamolo Kabupaten Nias Selatan. Sebelum menjadi satu desa, kawasan ini masih disebut dengan Pantai Sorake. Akan tetapi setelah kawasan ini mulai banyak penduduknya, kawasan ini dijadikan menjadi satu desa dengan nama Desa Botohili Sorake. Disepanjang Pantai Sorake ini pada tahun 1975 hanya ada dua puluh enam kepala keluarga, pemilik perkebunan pohon kelapa yang bermukim,16 dari jembatan simpang Pantai Sorake sampai Bawalala.17
Pada tahun 1955 keluarga pertama yang mendirikan rumah kecil (pondok) di Pantai Sorake adalah Mae’o (suami) dan Gado’I (istri). Dipondok inilah para turis pertama asal Australia (1975) menginap. Para turis tersebut bernama Jhon Troy, Kevin Lovett, dan Jhon Giesel. Mereka datang dari Negara Australia untuk mencari spot selancar dan menemukan Pantai Sorake sebagai tempat yang cocok untuk berolahraga selancar. Kehadiran para turis tersebut menyadarkan seorang pemuda dari Desa Botohili Sorake yang bernama Bambowo Laia akan potensi Pantai Sorake, sehingga ketika ia menjadi Kepala Dinas Pariwisata pada tahun 1976 ia mempromosikan dan mengajak turis untuk datang ke Pantai Sorake. Pada tahun 1973 datang turis yang kedua dan menginap digubuk pengering kelapa milik salah satu warga yang bernama Tuyu Zisokhi Wau.
16 Wawancara, dengan Yuniaris Wau, Desa Botohili Sorake, tanggal 21 Juni 2019.
17 Bawalala adalah nama sebuah desa.
15
Oleh karena jumlah turis yang semakin hari semakin bertambah, maka pada tahun 1974 Bambowo Laia mengajak saudara-saudara, Samaigi Wau, Uti Wau, Ali Dakhi pemilik kebun kelapa untuk bekerjasama mendirikan sebuah penginapan (losmen).18 Akan tetapi beberapa bulan kemudian Ali Dakhi berhenti untuk membangun losmen karena ketidak mampuannya dan kemudian digantikan oleh Gumi Dakhi. Hal yang sama juga terjadi kepada Gumi Dakhi yang hanya bertahan beberapa bulan saja untuk meneruskan kegiatan mendirikan losmen dan kemudian diganti oleh Bahauni Wau. Setelah losmen selesai dibangun, losmen itu diberi nama losmen Zamburae In. Losmen ini adalah penginapan pertama yang dibangun dipertapakan perkebunan pohon kelapa dipantai Sorake milik Bahauni Wau.19
2.3 Potensi Objek Wisata
Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia bahwa potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan daya.20 Faktor-faktor lokasional yang mempengaruhi pengembangan potensi objek wisata adalah kondisi fisis, aksesibilitas, pemilikan dan penggunaan lahan, hambatan dan dukungan serta faktor-faktor yang lain seperti upah tenaga kerja dan stabilitas politik. Selain itu unsur-unsur pokok yang harus diperhatikan meliputi
18 Losmen adalah sejenis penginapan komersial yang menawarkan tarif yang lebih murah dari pada hotel.
19 Wawancara, dengan Amosi Zagoto, Desa Botohili Sorake, tanggal 21 juni 2019.
20 W.J.S Poerwadarminta, op. cit., hlm. 127.
16
objek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana wisata, infrastruktur dan masyarakat/lingkungan.21
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi potensi objek wisata diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Kondisi Fisik
Aspek fisik yang berpengaruh terhadap objek wisata berupa iklim (atmosfer), tanah batuan dan morfologi, hidrosfer, flora dan fauna.
b. Atraksi dan Objek Wisata
Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu, misalnya adalah tari-tarian,nyayian, kesenian daerah, upacara adat dan lain-lain.22
c. Aksesibilitas
Aksesibilitas berkaitan dengan usaha pencapaian di tempat objek wisata, jika aksesibilitas di tempat wisata memadai maka minat pengunjung yang datang akan bertambah.
d. Pemilikan dan Penggunaan Lahan
Variasi dalam pemilikan dan penguasaan lahan dapat mempengaruhi lokasi tempat wisata, bentuk pengembangannya, dan terhadap arah pengembangannya.
21 Gamal Suwantoro, Dasar-dasar Pariwisata, Yogyakarta : Kencana, 1997, hlm. 19.
22 Yoeti Oka, Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung : Angkasa, 1996, hlm. 172.
17
Bentuk penguasaan lahan antara lain : lahan negara/pemerintah, lahan masyarakat dan lahan pribadi.23
e. Sarana dan Prasarana Wisata
Sarana wisata adalah usaha-usaha yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung. Prasarana wisata ini berupa prasarana perhubungan, komunikasi, instalasi listrik, persediaan air minum, sistem irigasi, sistem perbankan dan pelayanan kesehatan.24
f. Masyarakat
Pemerintah melalui instalasi-instalasi terkait telah menyelenggarakan penyuluhan kepada masyarakat dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata. 25
Potensi suatu objek wisata terjadi karena suatu proses, yang dapat disebabkan oleh proses alam maupun karena disebabkan oleh budidaya manusia.26 Suatu tempat yang menjadi objek wisata harus mempunyai potensi yang dapat menarik minat pengunjung. Potensi tersebut dapat berupa panorama alam yang indah atau suatu objek yang dibuat oleh manusia.
Potensi yang termasuk dalam suatu wilayah tempat wisata adalah sebagai berikut:
23 Pearce Douglas, Pengembangan wisata: Topik Dalam Geografi Terapan, Yogyakarta : Andi, 1983, hlm. 34.
24 Yoeti Oka, op. cit., hlm. 181.
25 Ibid.
26 Sujali, Geografi pariwisata dan kepariwisataan, Yogyakarta : Falkutas Geografi UGM, 1989, hlm. 11.
18
a. Potensi wisata panorama alam terkait pada pemandangan yang indah dengan cagar alam, suaka alam dan juga termasuk flora dan fauna. pemandangan alam, misalnya: lahan yang datar, danau, pegunungan, air terjun dan pantai.
b. Potensi objek wisata yang bersifat avounturir, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan ke suatu tempat wisata dengan menggunakan berbagai transportasi termasuk, pendaki gunung, wisata safari, olahraga dan selancar.
c. Potensi wisata bisnis/ekonomi, merupakan hal yang berkaitan dengan usaha penjualan/perdagangan, diplomatik dan lain-lainya.
d. Potensi wisata bersifat hiburan, budaya, alamiah dan sosial yaitu berhubungan dengan warisan nilai-nilai budaya tradisional atau menyaksikan tarian-tarian modern, hasil kerajinan penduduk setempat serta arsitektur budaya Indonesia.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, semua potensi yang merupakan sumber daya alam perlu untuk dikembangkan sebagai daya tarik dalam pembangunan suatu objek wisata. Potensi yang merupakan daya tarik dari objek wisata membutuhkan perhatian khusus baik dari masyarakat maupun pemerintah daerah.
Jika potensi itu tidak dilestarikan maka objek wisata tersebut tidak berkembang karena daya tarik atau potensi yang dimiliki oleh daerah objek wisata tidak terlihat atau tidak di ketahui kelebihannya.
Daerah Nias Selatan memiliki berbagai potensi wisata yang sangat beragam.
Keberagaman potensi wisata di daerah ini yaitu mulai dari keberadaan peninggalan megalitikum, budaya, pantai dan keindahan panorama alam. Daya tarik utama pariwisata Kabupaten Nias Selatan adalah wisata budaya dan wisata bahari. Daya
19
tarik wisata pantai yang terkenal di Kabupaten Nias Selatan adalah Pantai Sorake.
Pantai ini memiliki ombak yang bertingkat-tingkat sehingga sangat cocok digunakan untuk olahraga surfing.
Dilihat dari latar belakangnya objek wisata Pantai Sorake sebelumnya merupakan tempat perkebunan masyarakat, tetapi karena masyarakat yang tinggal di daerah ini banyak bekerja sebagai petani dan dekat dengan Pantai Sorake tersebut sehingga masyarakat berusaha, bagaimana membuat pantai tersebut menjadi suatu tempat yang bisa dikunjungi orang. Setelah Pantai Sorake mulai dikunjungi oleh wisatawan, maka masyarakat mulai membangun rumah dekat dengan Pantai Sorake ini dengan tujuan untuk membuka usaha dan menambah penghasilan.27 Dikarenakan keberadaan objek wisata Pantai Sorake semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan, sehingga masyarakat membuka usaha seperti penginapan, home stay, berjualan dan lain sebagainya.
Keunikan objek wisata Pantai Sorake menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara. Wisatawan yang berkunjung ke pantai ini dapat menikmati sejukya udara di sekitar Pantai Sorake, berolahraga selancar, berjemur, atau untuk menikmati pemandangan. Potensi objek wisata pantai Sorake adalah ombaknya yang besar sehingga cocok untuk wisatawan yang suka berolahraga surfing . Selain itu, pantai ini memiliki karakteristik yang berbeda dari pantai yang lain yaitu pesisir pantai yang berbatu karang serta lautannya yang berbatasan langsung dengan batu karang tersebut.
27 Wawancara dengan Defa Froditus Wau , Desa Botohili Sorake, tanggal 22 juni 2019.
20 A. Potensi Internal Objek Wisata
Potensi internal adalah potensi yang dimiliki objek wisata itu sendiri yang meliputi komponen kondisi fisik objek, kualitas objek dan dukungan bagi pengembangan. Upaya pengembangan potensi internal adalah suatu usaha yang dilakukan dalam mengembangkan, merawat objek wisata yang telah tersedia sebelumnya demi kemajuan objek wisata tersebut. Dalam hal ini pengembangan yang dilakukan harus sesuai dengan dengan selera wisatawan agar wisatawan tersebut dapat tinggal lebih lama dan tidak merasa cepat bosan.28
Objek wisata di suatu daerah dikatakan sudah maju tergantung pada potensi internal dan eksternal serta kondisi wisata yang berada didaerah tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan keadaan potensi internal yang ada di objek wisata Pantai Sorake adalah sebagai berikut:
a. Daya Tarik Utama Objek Wisata
Daya tarik dan objek wisata adalah elemen terpenting dalam pengembangan suatu destinasi atau daerah tujuan wisata. Dikatakan demikian karena secara primer wisatawan yang bermaksud berkunjung ke daerah tujuan wisata karena termotivasi oleh objek dan daya tarik wisata yang berbeda dari yang biasa dilihat. Objek dan daya tarik ideal harus diterapkan oleh keamanan, ketertiban, kesejukan, keramahtamahan, kebersihan, keindahan, dan kenangan. Suasana aman dengan ketertiban lingkungan, mampu memberikan kesejukan kepada wisatawan ditunjukkan oleh keramahtamahan masyarakat yang hidup dilingkungan yang bersih dan memberikan nuansa keindahan
28 Happy Marpaung, Pengetahuan Kepariwisataan, Bandung : Alfabeta, 2002, hlm. 11.
21
yang menjadi kenangan tersendiri bagi wisatawan yang akan dibawa kembali ke daerah/negara asalnya sehingga nantinya bisa menjadi daya tarik penahan wisata.29
Pada umumnya objek wisata Pantai Sorake belum bisa menjadi daya tarik penahan wisata. Hal ini dikarenakan fasilitas wisata yang masih kurang seperti fasilitas umum wisata yang meliputi sarana toilet umum yang terbatas, sarana wisata bahari, sarana bermain, pos keamaan, tempat parkir dan tempat peribadatan. Objek dan daya tarik yang ideal yaitu 7 k telah diterapkan sepenuhnya sesuai dengan kemampuan masyarakat di kawasan objek wisata.
Daya tarik objek wisata Pantai Sorake, antara lain:
a. Keindahan objek wisata Pantai Sorake adalah pemandangan pantai dan laut. Di tepi pantai pengunjung dapat memandang ke laut yang berhadapan dengan Samudra Hindia.
b. Ombak laut yang besar di Pantai Sorake membuat pengunjung tertarik untuk datang berolahraga selancar.
c. Sumber daya alam yang menonjol adalah adanya ekosistem pantai dengan air lautnya yang jernih, batu karang, pasir pantai dan tanaman-tanaman di sepanjang pantai.
d. Objek wisata dapat digunakan sebagai tempat rekreasi dengan nilai pengetahuan, kebudayaan, dan sosial.
e. Pilihan kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan di Pantai Sorake adalah seperti surfing, berenang, dan piknik.
29 Ibid., hlm 13.
22
b. Kekuatan Atraksi Komponen Objek Wisata
Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukan yang khusus diselenggarakan untuk wisatawan. Jadi atraksi wisata dibedakan dengan objek wisata, karena objek wisata dapat disaksikan tanpa membayar. Selain itu dalam atraksi wisata untuk menyaksikannya harus dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan objek wisata dapat dilihat tanpa dipersiapkan lebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai, gunung, candi, monumen. Atraksi wisata juga tidak hanya terbatas pada kesenian tradisional saja, tetapi banyak atraksi lain yang cukup menarik untuk disuguhkan pada wisatawan. Komponen ini memegang peranan yang sangat penting, mengingat potensi wisata yang dijual, sedangkan komponen lain merupakan pendukungnya. Tanpa adanya persiapan yang matang maka atraksi tersebut tidak dapat menjadi daya tarik pada wisatawan. 30
Di objek wisata Pantai Sorake kekuatan atraksi komponen objek wisatanya baik alami maupun buatan, sudah cukup mampu meningkatkan kualitas dan kesan objek, karena objek wisata ini bisa disaksikan dan dipertunjukkan tanpa membayar.
Objek wisata Pantai Sorake merupakan objek wisata yang masih alami dengan ombaknya yang besar. Untuk menuju ke pantai ini jalan yang dilalui berliku-liku, jalan yang naik turun, dan dihiasi panorama alam, yang meliputi pinggiran pantai yang terlihat dari sisi pinggir jalan, persawahan masyarakat, dan bukit-bukit. Di daerah ini wisatawan juga bisa melihat objek wisata yang lain, seperti hombo batu di Desa Bawomataluo, Pantai Lagundri yang bersebelahan dengan Pantai Sorake, desa
30 Ibid., hlm. 14.
23
adat yang masih kental dengan budaya. Objek wisata ini terletak tidak jauh dari Pantai Sorake sehingga wisatawan yang berkunjung ke Pantai Sorake bisa mengunjungi objek wisata yang lain.
B. Potensi Eksternal Objek Wisata
Potensi eksternal objek wisata adalah potensi wisata yang mendukung pengembangan suatu objek wisata yang terdiri dari aksebilitas, fasilitas penunjang dan fasilitas pelengkap potensi eksternal kepariwisataan tersebut meliputi keterkaitan antar objek, dukungan paket wisata, pengembangan dan promosi objek wisata, waktu tempuh terhadap ibukota kabupaten, ketersediaan angkutan umum menuju objek wisata, ketersediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan fisik/dasar wisatawan (makan/minum, penginapan, bangunan untuk menikmati objek).31
a. Promosi Objek wisata
Perkembangan objek wisata Pantai Sorake juga tak terlepas dari faktor promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola. Promosi merupakan suatu upaya pengenalan produk bagi wisatawan untuk menarik minat pengunjung dalam menikmati produk wisata yang akan ditawarkan. Kegiatan promosi ini dilakukan secara berkesinambungan melalui beberapa media yang dianggap dapat menjangkau pasar, baik cetak maupun elektronik. Promosi objek wisata dapat dilakukan dari dua arah, dalam arti bukan hanya pemerintah yang dapat melakukan promosi tetapi pengunjung juga dapat melakukan promosi saat merasakan kenyamanan dam manfaat dating ke objek wisata tersebut. Faktor yang mendorong seseorang mengunjungi
31 Ibid.
24
suatu tempat wisata karena ingin mengetahui lebih atas informasi yang didapatkan baik melalui media elektronik brupa iklan maupun media cetak.
Dari informasi yang diperoleh tersebut, pengunjung akan melakukan promosi ulang ke pihak yang lain, sehingga daerah tersebut akan selalu dikunjungi.
Nilai tinggi bagi pemerintah dari satu sisi dan disisi lain bagi masyarakat disekitar objek wisata. Keberhasilan suatu promosi objek wisata akan tergambar dari peningkatan grafik wisatawan.
Dalam meningkatkan promosi objek wisata Pantai Sorake pihak pengelolah telah mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengembangkan koordinasi dengan stakeholder32 dibidang pariwisata.
Dalam hal ini program-program yang dilakukan di objek wisata Pantai Sorake dirancang bersama.
2. Menciptakan destination image atau daerah tujuan wisata. Dalam hal ini, objek wisata Pantai Sorake dipromosikan sebagai objek wisata yang menawarkan pengalaman yang berbeda dengan tempat wisata lainnya..
3. Pengembangan materi informasi wisata. Usaha promosi objek wisata Pantai Sorake disebarkan melalui brosur/spanduk, internet dan dapat diperbaharui sesuai perkembangan.
32 Stakeholder adalah suatu kelompok, masyarakat atau individu yang memiliki hubungan dengan suatu organisasi atau perusahaan
25
4. Menciptakan sistem informasi pasar sehingga dapat menyajikan database wisata yang cukup akurat dan dapat diperbaharui sesuai perkembangan waktu.33
Tujuan dari kegiatan promosi ini yaitu membentuk dan meningkatkan image dan citra objek wisata Pantai Sorake, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara, sehingga jumlah kunjungan wisatawan akan sangat berpengaruh pada perkembangan objek wisata Pantai Sorake dari segi fisik maupun pelayanan.34
2.4 Keadaan Penduduk Desa Botohili Sorake
Penduduk di Desa Botohili Sorake secara keseluruhan yaitu suku Nias yang terdiri dari berbagai marga. Marga yang paling mendominasi desa ini yaitu marga Wau. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa yang digunakan adalah bahasa Nias.
Berdasarkan informasi kepala Desa Botohili Sorake hampir setiap tahunnya jumlah penduduk di Desa Botohili Sorake mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk di Desa Botohili Sorake ini dapat diketahui dengan membandingkan jumlah kematian dan kelahiran serta penduduk yang pindah atau masuk setiap tahunnya.35
` Menurut Kepala Desa Botohili Sorake setiap tahunnya jumlah kelahiran lebih besar dibandingkan dengan jumlah kematian. Namun, beberapa jumlah kematian dan jumlah kelahiran setiap tahunnya tidak dapat diketahui secara data
33 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Nias Selatan, 14 juni 2019.
34 Yoeti, Perencanaan Dan Pembangunan Pariwisata, Jakarta: Pradnya paramita, 1997, hlm.
211.
35 Wawancara, dengan Pilipus Zagoto, Desa Botohili Sorake, tanggal 21 juni 2019.
26
kuantitatif, disebabkan tidak ada data secara tertulis sebagai inventaris kantor kepala desa. Berikut ini tabel jumlah penduduk Desa Botohili Sorake berdasarkan wawancara kepala desa di Kantor Kepala Desa Botohili Sorake.
Tabel I
Peningkatan jumlah penduduk Desa Botohili Sorake
Sumber : Kantor Kepala Desa Botohilli Sorake 1996-2005
Data kependudukan Desa Botohili Sorake tahun 1980 sebagai awal penelitian sampai tahun 1995, tidak dapat diperoleh secara kuantatif. Hal ini karena kesulitan peneliti memperoleh data yang disebabkan tidak ada arsip surat menyurat
No Tahun Jumlah penduduk
1 1996 600
2 1997 689
3 1998 765
4 1999 835
5 2000 900
6 2001 961
7 2002 1054
8 2003 1092
9 2004 1122
10 2005 1158
27
sebagai inventaris kantor kepala desa Botohili Sorake. Jumlah penduduk tahun 1996 sampai tahun 1998, diperoleh berdasarkan perkiraan Kepala Desa Botohili Sorake dengan menghitung jumlah setiap rumah tangga. Rata-rata jumlah anggota keluarga setiap rumah tangga di Desa Botohili Sorake sebanyak 5 (lima) sampai 7 (tujuh) orang. Di tahun ini pertumbuhan penduduk berjalan dengan lambat yang ditandai dengan adanya tingkat kelahiran dan kematian yang rendah. Selain itu pada tahun 1999 sampai tahun 2000 jumlah penduduk mengalami peningkatan yang ditandai dengan kurangnya angka kematian pada periode tahun tersebut. Tahun 2001 sampai tahun 2005 jumlah pertumbuhan penduduk semakin meningkat tiap tahunnya karena banyak masyarakat yang bermigrasi di kawasan Pantai Sorake untuk menetap.
2.5 Dukungan Pemerintah
Dinas Parwisata dan kebudayaan Nias Selatan, selaku pemerintah yang bertanggungjawab atas tujuan wisata Pantai Sorake memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan potensi tempat wisata objek wisata Pantai Sorake.
Pemerintah daerah Kabupaten Nias Selatan telah melakukan berbagai cara untuk memperkenalkan objek wisata Pantai Sorake kepada masyarakat lokal maupun mancanegara dengan mengadakan event seperti Nias surfing contest, festival lagu daerah, budaya dan tradisi Kabupaten Nias Selatan yang secara tidak langsung mendatangkan wisatawan dari berbagai daerah.
Pemerintah sebagai pemilik otoritas kewilayahan memiliki peran yang sangat penting dalam menfasilitasi objek wisata agar dapat meningkatkan arus kunjungan wisatawan. Pemerintah daerah Kabupaten Nias Selatan telah berperan
28
dalam mengembangkan objek wisata walaupun masih belum sepenuhnya. Fasilitas yang dibangun oleh pemerintah seperti, mendirikan gapura selamat datang, gazebo, toilet, jalan.
Pemerintah setempat juga melakukan usaha untuk mengembangkan potensi Pantai Sorake sebagai objek wisata di Kabupaten Nias Selatan, seperti:
1. Memotivasi dan mendorong masyarakat di kawasan objek wisata agar menjadi tuan rumah yang ramah dan baik bagi wisatawan.
2. Memotivasi dan mendorong masyarakat setempat untuk meningkatkan daya tarik wisata.
3. Mengumpulkan dan memberikan pemahaman pelayanan wisata kepada masyarakat.
4. Menciptakan sumber daya manusia yang terampil melalui sarana pendidikan, sehingga terciptanya tenaga kerja yang terampil dalam mengembangkan potensi objek wisata Pantai Sorake.
5. melakukan kegiatan promosi dan event kepariwisataan yang berkesinambungan.36 Peran pemerintah dalam mengembangkan objek wisata Pantai Sorake juga tidak lepas dari kerjasamanya dengan masyarakat setempat.
36 Wawancara, dengan anggraeni Dakhi, Jl. Lagundri Km. 7 Luahagundre, tanggal 21 Juni 2019.
29 BAB III
PERKEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI SORAKE (1980-2005) Suatu daerah yang dikembangkan menjadi suatu objek wisata perlu adanya sarana dan prasarana yang mendukung dan tidak hanya dapat mengandalkan keindahan alam dan akomodasinya saja. Sarana dan prasarana wisata yang baik merupakan salah satu indikator perkembangan suatu objek wisata yang diartikan sebagai proses tanpa hambatan dari pengadaan dan peningkatan hotel, tempat hiburan, restoran, rumah makan, biro perjalanan, jaringan dan alat transportasi yang lancar dan terjangkau oleh wisatawan.
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. 37
3.1 Sarana dan Prasarana
Sarana objek wisata yang dimaksudkan disini adalah segala jenis peralatan, kelengkapan yang dibutuhkan wisatawan dalam menikmati perjalanan wiasatanya.38 Sarana pokok kepariwisataan, yang dimaksud adalah perusahaan hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan
37 A.S Moenir, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara, 1992, hlm. 119.
38 Ibid.
30
perjalanan wisata. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah perusahaan-perusahaan angkutan wisata, hotel, dan restoran, rumah makan, serta sarana olahraga.39
Adapun prasarana wisata adalah sumber daya alam manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya ke daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan.40 Perkembangan suatu tempat wisata tidak akan maju, tanpa adanya prasarana dan sarana, begitu pula dengan transportasi yang memungkinkan pengunjung dapat mencapai tempat objek wisata.
Para wisatawan dapat sampai di daerah tujuan wisata dan menikmati keindahan alam dengan cara menggunakan jasa transportasi darat, laut maupun udara.
Berdasarkan pengertian di atas maka prsarana dan sarana pada dasarnya memiliki fungsi utama sebagai berikut.
a. Meningkatkan proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menghemat waktu.
b. Suatu hasil pekerjaan lebih terjamin dan berkualitas.
c. Ketepatan stabilitas pekerja lebih terjamin.
d. Meningkatkan produktifitas, baik barang maupun jasa.
e. Lebih sederhana dalam gerak para pelaku.
f. Menimbulkan rasa nyaman dan puas bagi orang berkepentingan yang mempergunakannya.41
39 Yoeti, op. cit., hlm. 197.
40 Suwantoro, op. cit., hlm. 21.
41 Ibid.
31 3.1.1 Ketersediaan Transportasi
Transportasi merupakan kendaraan tertentu yang digunakan dalam kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain melalui rute- rute pelayanan transportasi antar wilayah.42 Bentuk fisik dari sistem transportasi tersusun atas 4 elemen dasar, yaitu:
1. Sarana perhubungan : Jalan raya atau jalur yang menghubungkan dua titik atau lebih pipa, jalur, darat, jalur laut, dan jalur penerbangan juga dapat dikategorikan sebagai sarana perhubungan.
2. Kendaraan : Alat yang memindahkan manusia dan barang dari satu titik ke titik lainnya di sepanjang sarana perhubungan. Mobil, bus, kapal, dan pesawat terbang adalah contohnya.
3. Terminal : Titik dimana perjalanan orang dan barang dimulai atau berakhir.
Contoh: garasi mobil, lapangan parkir, gedung bongkar muat, terminal bis, dan bandara udara.
4. Manajemen dan tenaga kerja : Orang yang membuat,mengoperasikan, mengatur, dan memelihara sarana perhubungan, kendaraan dan terminal. Keempat elemen di atas berinteraksi dengan manusia, sebagai pengguna, maupun non pengguna sistem, dan berinteraksi pula dengan lingkungan.43
Kondisi geografis wilayah di Kabupaten Nias Selatan yang merupakan gugusan pulau-pulau, transportasi menjadi pilihan utama untuk melakukan kegiatan
42 Abbas Salim, Dasar-dasar Asuransi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1993, hlm. 6.
43 Khisty dan B. Kent Lall, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 2003, hlm. 23.
32
sehari-hari, ketersediaan transportasi sangat penting, baik dalam angkutan penumpang maupun angkutan barang dan jasa dari satu tempat ke tempat yang lain.
Wisatawan yang berkunjung ke tempat ini dapat memilih alternatif perjalanan yang dilakukan baik melalui perjalanan laut maupun perjalanan udara yang siap mengangkut para wisatawan menuju lokasi objek wisata. Jaringan transportasi yang digunakan untuk menuju objek wisata Pantai Sorake adalah sebagai berikut :
1. Transportasi Darat
Transportasi menjadi salah satu hal yang penting dari kegiatan wisata untuk menuju daerah tempat pariwisata. Ketersediaan transportasi menuju objek wisata Pantai Sorake tahun 1980 hanya bisa dilalui oleh kendaraan beroda dua (motor).
Kondisi jalan yang belum memadai menyebabkan keterbatasan transportasi pada jenis kendaraan roda dua saja. Transportasi menuju Pantai Sorake mengalami perkembangan pada tahun 1992, karena pada saat itu infrakstruktur jalan sudah diperbaiki oleh pemerintah setempat sehingga transportasi menuju Pantai Sorake mulai bertambah. Beberapa kendaraan tersebut seperti bus jenis Toyota berkapasitas 10-17 orang, mini bus jenis Daihatsu, Suzuki Carry, yang berkapasitas 8-10 orang, truk Mitsubishi dan mobil pribadi jenis Toyota Kijang, Dahaitsu, Isuzu.
Jika perjalanan darat dari Medan menuju daerah objek wisata Pantai Sorake yaitu Pulau Nias, pertama yang harus ditempuh yaitu perjalanan sekitar 10 sampai 12 jam dengan jarak tempuh ±342 km menuju Sibolga, ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah. Kemudian dari Sibolga menuju Gunung Sitoli adalah perjalanan laut yang
33
melewati Samudera Hindia sejauh ±120 kilometer. Sesampainya di pelabuhan Gunungsitoli untuk menuju Nias Selatan bisa menggunakan transportasi mobil pribadi atau minibus. Akses jalan menuju Teluk Dalam dari Gunung Sitoli cenderung baik, namun masih terdapat beberapa jalan yang sempit dan berlobang, sehingga jarak tempuhnya sekitar 3 jam (+125 km).
2. Transportasi Laut
Sebagai wilayah kepulauan, Nias sangat tergantung pada aksesibiltas laut penggunaan palabuhan sebagai pintu masuk dan pintu keluar barang maupun manusia. Pada tahun 1980-an wisatawan yang datang berkunjung ke Pulau Nias masih menggunakan 4 (empat) kapal kayu dan 1 (satu) kapal besi. Kapal-kapal tersebut yaitu kapal kayu: Gunung Kawi, Sutareja, sumber rejeki dan sember makmur dan kapal besi: Agape.
Barulah Pada tahun 1993 mulai ada perkembangan transportasi penyeberangan ke Pulau Nias dari kapal kayu ke kapal motor (KM) yang dilayani oleh PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Indonesia (ASDP) Ferry (persero) seperti kapal KM Belanak, kapal KM Barau, dan KM Poncan Moale melayani setiap harinya. Untuk jadwal keberangkatan kapal ini dari Sibolga ke Pulau nias biasanya malam hari sekitar pukul 21.00 dan akan tiba di Gunungsitoli sekitar pukul 07.30 pagi dengan jarak tempuh ±85 mil.
3. Transportasi Udara
Untuk menuju daerah objek wisata Pantai Sorake dapat juga dicapai melalui transportasi udara. Pulau Nias memanfaatkan Bandara Binaka sebagai kegiatan
34
transportasi umum maupun transportasi pariwisata. Bandara binaka berdiri pada tahun 1976 dan merupakan bandara satu-satunya di kepulauan Nias. Pada tahun 1980-2005 ada dua maskapai penerbangan yang melayani Medan-Gunungsitoli dan Gunugsitoli- Medan yaitu pesawat Merpati Air Lines dan Sabang Merauke Raya Air Carter (SNAC). Jadwal penerbangan maskapai ini setiap hari dengan jam keberangkatan pukul 08.00, 10.00, 11.00, dan 13.00 wib. Perjalanan udara dari Medan menuju Pulau Nias ditempuh dalam waktu ±60 menit menggunakan pesawat seperti Fokker F-50 dan CN 235. 44
Peta Aksesibilitas Kabupaten Nias Selatan Menggunakan Udara dan Laut.
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kabupaten Nias Selatan.
44 Wawancara, dengan Youce Harefa, Gunungsitoli, tanggal 29 Juni 2019.
35 3.1.2 Restoran dan rumah makan
Restoran atau rumah makan merupakan hal-hal yang menjadi penunjang dalam meningkatkan usaha wisata, salah satunya dalam penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan perlengkapan dan peralatan yang memadai bagi wisatawan. Makanan dan minuman merupakan hal yang sangat penting bagi wisatawan.45 Makanan dan minumam saling berhubungan dengan kegiatan wisatawan. Pertumbuhan suatu usaha jasa, seperti restoran dan rumah makan, di daerah objek wisata sangat dipengaruhi dengan semakin meningkatnya arus kunjungan wisatawan yang datang ke daerah objek wisata.
Fasilitas makanan dan minuman itu bermacam-macam sebutannya, menurut bentuk dan mutu fasilitasnya serta pelayanan dan apa yang di hidangkan. Ada makanan yang di edarkan dalam pikulan atau alat-alat lain, ada kedai atau warung makan, ada restoran, dan sebagainya. Juga ada tempat-tempat yang hanya dihidangkan minuman dan makanan sederhana. Namanya bermacam-macam menurut apa yang di hidangkan.46
Jenis tempat makan yang ada dikawasan Pantai Sorake terbatas pada jenis rumah makan dan restoran. Restoran dan rumah makan pertama di objek wisata ini berdiri pada tahun 1992. Di objek wisata ini pada tahun 1992 terdapat dua restoran yaitu restoran yang berada di hotel Sorake Beach Internasional, dan restoran Zita.
Restoran ini terbuka untuk umum dan menyajikan berbagai makanan untuk
45 Summeng, Cakrawala wisata, Jakarta: PT Balai Pustaka, 2001, hlm. 112.
46 R.G. Soekadijo, Anatomi Pariwisata, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997, hlm.
124.
36
wisatawan lokal maupun mancanegara. Jenis makanan yang disediakan di tempat ini seperti sandwich, omlete, pancake, scrambled egg, dan hashbrown. Di tempat ini juga menyediakan makanan lokal seperti nasi goreng, berbagai macam jenis seafood, ayam, sayur, dan daging. Di tahun yang sama terdapat juga rumah makan Jamburae khas Nias yang menyajikan makanan seperti, kofo-kofo (ikan gulai), hambae nititi (daging kepiting yang dicampur dengan santan kelapa), silio guro (pepes bakar), harinake (daging babi cincang), dan lain sebagainya.47
Dalam jangka kurun 1995-2004 sudah ada beberapa pertambahan restoran dan rumah makan milik masyarakat setempat. Dalam kurun waktu tersebut terdapat 4 (empat) restoran yaitu restoran Shady Palm, restoran Crucoes Sorake, restoran Dane- Dane, restoran Paradise dan 12 rumah makan yaitu rumah makan Riky, rumah makan Cahaya, rumah makan Aman, rumah makan Harus Damai, rumah makan Sederhana, rumah makan Arif, rumah makan Vivi, rumah makan Nellys, rumah makan Yonnas, rumah makan Damai, rumah makan Sekedar, rumah makan Dera.
Harga makanan di rumah makan ini sangat beragam untuk satu kali makan. Biasanya pengunjung yang makan di tempat ini adalah wisatawan-wisatawan daerah sekitar dan pengunjung dari luar kota yang tidak membawa bekal selama melakukan kunjungan ke daerah ini.48
Perkembangan restoran dan rumah makan di tempat wisata ini tidak terlalu banyak jumlahnya dikarenakan objek wisata Pantai Sorake tidak jauh dari ibukota
47 Wawancara, dengan Sosial Zagoto, Desa Botohili Sorake, Tanggal 21 juni 2019
48 Wawancara, dengan Nobahati Wau, Desa Botohili Sorake, tanggal 22 juni 2019.
37
kabupaten dan banyak wisatawan yang memilih makan di tempat penginapan.
Dengan ketersediaan rumah makan di daerah objek wisata, maka lebih memudahkan wisatawan dalam memenuhi kebutuhan makan dan minumnya, terlebih jika rumah makan memiliki ciri khas khas atau keunggulan yang menarik bagi pengunjung wisata.
3.1.3 Penginapan
Penginapan merupakan sarana akomodasi terpenting didalam berwisata sebagai tempat untuk beristrahat atau menginap di daerah tujuan wisata. Di daerah objek wisata ini ada berbagai macam tempat yang disediakan untuk kebutuhan wisatawan seperti hotel, home stay, dan losmen/penginapan. Sarana ini disediakan untuk mendorong wisatawan datang berkunjung menikmati objek dan daya tarik wisata dengan waktu yang lebih lama.
Seperti yang telah dijelaskan di kawasan objek wisata Pantai Sorake penginapan pertama dibangun pada tahun 1974 yang diberi nama losmen Zamburae In. Jumlah hotel berbintang yang ada di Pantai Sorake dari tahun 1980-an sampai
2005 berjumlah 1 (satu) hotel yaitu Sorake Beach Internasional dibawah naungan Management Accor Hotel group, sedangkan hotel yang non berbintang home stay ada
6 (enam) yaitu Sun Beach home stay, Owner home stay, Tanozin home stay, Molani home stay, New Raya Inn, Volunteer home stay, Slty Dog home stay.
Losmen/penginapan berjumlah 31, yaitu Marlynto losmen, Raffiel Surf Camp, Barriga Feliz Surf Camp, Nias Surf View House, Surf Guest House, Pleasure Surf camp, Kwalitas, Kabunohi, Lilys Surf Camp, Hash and Family Surf Camp Nias,
38
Oseda Nias Surf House, Jamburae Lodge, Nias Keyhole Surf Camp, Yohanes, Sosui, Lisa losmen, aris losmen, penginapan Imanuel, Home Nias, Dolin Cottage, Sanali’s Place, Damien’s Place, Paradise Losmen, Ranika Surf Camp, Serius Surf Camp, Baluse Guest House, Nias Kristov Surf Camp, Aloha Surf Camp, Oichoda Surf Camp, Sinarli losmen. Pemilik home stay dan losmen/penginapan yang berada di kawasan Pantai Sorake adalah penduduk setempat yang sudah tinggal dan menetap di Desa Botoholi Sorake. 49
Di Pantai Sorake, wisatawan yang ingin menginap menggunakan tempat yang secara khusus agar dapat beristrahat, makan, mendapatkan fasilitas dan memproleh pelayanan dengan pembayaran. Jenis kamar yang disediakan kelas VIP, standar, dan ekonomi. Fasilitas kamar ekonomi dan standar hanya disediakan tempat tidur dan kipas sedangkan, fasilitas kamar VIP disediakan tempat tidur, lemari, tv, ac, dan kamar mandi dalam. Biasanya biaya untuk penginapan di pantai ini sekitar Rp 100.000 sampai Rp 400.000 ditentukan oleh fasilitas yang disediakan.50 Informasi mengenai akomodasi ini mempengaruhi penilaian wisatawan terhadap pilihan jenis akomodasi, seperti jenis fasilitas dan pelayanan yang diberikan, tingkat harga, jumlah kamar yang tersedia dan sebagainya. Akan tetapi, standar pelayanan yang ada di daerah objek wisata Pantai Sorake masih kurang memadai. Hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga kerja yang terampil di bidang usaha kepariwisataan.
49 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias Selatan, 14 Juni 2019.
50 Wawancara, dengan Dolin Wau, Desa Botohili Sorake, tanggal 22 Juni 2019.