• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERSONAL GUARANTEE SEBAGAI JAMINAN PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK (STUDI PADA BANK BNI CABANG USU) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERSONAL GUARANTEE SEBAGAI JAMINAN PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK (STUDI PADA BANK BNI CABANG USU) SKRIPSI"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERSONAL GUARANTEE SEBAGAI JAMINAN PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK

(STUDI PADA BANK BNI CABANG USU)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

ZASTIAN TONI HUTAPEA NIM: 150200052

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

ABSTRAK Tan Kamello*

Puspa Melati Hasibuan**

Zastian Toni Hutapea***

Jaminan pribadi sebagai jaminan kredit bank yang dalam praktik perbankan lebih dikenal sebagai personal guarantee, adalah perjanjian penanggungan antara kreditur dengan pihak ketiga. Jaminan pribadi merupakan janji atau kesanggupan pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban debitur, apabila debitur wanprestasi dikemudian hari. Jaminan pribadi yang diberikan oleh pihak ketiga yang bertindak sebagai penjamin debitur dalam pelunasan hutang debitur merupakan salah satu alternatif sebagai jaminan penyelesaian kredit bermasalah apabila debitur cedera janji. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini mencakup 3 hal, yang merupakan tujuan penulisan skripsi ini. Pertama adalah bagaimana prosedur pemberian kredit kepada debitur dengan jaminan personal guarantee, yang kedua untuk mengetahui bagaimana akibat hukum terhadap penjamin dalam pemberian kredit dengan jaminan personal guarantee, dan yang terakhir untuk mengetahui upaya PT. Bank BNI Cabang USU dalam penyelesaian kredit bermasalah yang menggunakan jaminan personal guarantee.

Dalam menyusun skripsi ini digunakan metode penelitian hukum yuridis empiris dengan menggunakan bahan hukum primer (hasil wawancara di PT. Bank BNI Cabang USU), bahan hukum sekunder (peraturan perundang-undangan), dan bahan hukum tersier (kamus hukum).

Hasil Penelitian ini menunjukandalam prosedur pemberian kredit kepada debitur dengan jaminan personal guarantee Bank BNI Cabang USU memiliki beberapa kriteria yang harus diperhatikan baik legalitas penjamin, kemampuan penjamin, pelepasan hak istimewa, total nilai jaminan, kekuatan pembuktian jaminan, selanjutnya akibat hukum terhadap penjamin dalam pemberian kredit dengan jaminan personal guarantee ialah timbulnya tanggung jawab penjamin dalam pemberian kredit apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan debitur maka penjamin bertanggung jawab atas perbuatan debitur, dan yang terakhir upaya yang dilakukan oleh PT. BNI Cabang USU apabila penjamin wanprestasi antara lain dengan Upaya Internal dan Upaya Eksternal.

Kata Kunci : Jaminan, Kredit Bank, Personal Guarantee

*Dosen Pembimbing I

**Dosen Pembimbing II

***Mahasiswa

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu saya panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang senangtiasa memberikan kasih karunia dan anugerah selama penulis hidup. Atas perkenan-Nya juga penulis dapat mengecap studi di kampus serta menyelesaikan pembuatan skripsi ini.

Adalah sebuah kebahagiaan besar dan kesempatan yang luar biasa manakala penulis dapat merampungkan pembuatan skripsi ini. Seperti kita ketahui bahwa skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa/i pada umumnya dan mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada khususnya untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum. Merasa tertarik dengan program studi kekhususan Hukum Keperdataan, pada akhirnya penulis memilih judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERSONAL GUARANTEE SEBAGAI JAMINAN PEMBERIAN KREDIT

OLEH BANK (STUDI PADA BANK BNI CABANG USU)’’ Untuk dituangkan dalam tulisan skripsi ini.

Tak ada gading yang tak retak. Kira-kira pepatah demikianlah yang sangat ccocok untuk mendeskripsikan keadaan skripsi ini yang masih sangat jauh dari kata sempurna. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan di sana-sini dalam isi maupun bagian skripsi ini. Namun atas dasar sifat manusiawi yang bisa dan sering melakukan kesalahan, dengan segala hormat penulis meminta maaf. Oleh karenanya tak pelak bahwa saran, kritik, dan ide-ide baru yang konstruktif mengomentari bagian skripsi ini sangat penulis butuhkan dan karenanya akan diterima dengan senang hati serta penuh bijaksana.

(5)

Secara khusus Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua Penulis Alm. Zulkarnain Hutapea dan Yusmaini, yang setia membawa Penulis kedalam doanya, serta tiada hentinya memberikan perhatian, dukungan, nasihat, dan semangat serta kesabaran yang tidak ternilai harganya sehingga Penulis dapat meyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) dengan baik. Juga kepada kakak dan abang Penulis Zestian Heru Hutapea, Fauziah Hutapea dan Erwin SyahputaSiregar yang turut mendoakan serta selalu mendukung, memperhatikan dan menghibur Penulis selama pengerjaan skripsi ini.

Skripsi ini Penulis persembahkan untuk mereka.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga Penulis haturkan kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Prof. Dr.O.K. Saidin, S.H., M.Hum, selaku wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera;

3. Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum, selaku wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera dan sebagai Dosen Pembimbing II, yang telah banyak memberikan masukan selama penulisan skripsi penulis;

4. Dr. Jelly leviza, S.H., M.Hum, selaku wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera;

5. Dr. Rosnidar Sembiring S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum;

6. Syamsul Rizal, S.H., M.Hum Selaku Seketaris Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum;

(6)

7. Prof. Dr. Tan Kamello, SH., MS Selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing saya untuk terus menulis skripsi;

8. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Utara, terimakasih untuk ilmu dan didikan yang telah penulis terima;

9. Sahabat-sahabat penulis Aditya Putra Perdana, Muji Wahana, dan Porman Pakpahan, mereka yang telah bersama dengan penulis mulai dari awal perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini dan selalu mendukung Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. Serta Sarah Pratiwi Putri Siregar yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, dan bantuan kepada Penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini;

10. Yang penulis anggap seperti Abang Kangdung sendiri Eko Yudhistira, SH.

M.Kn. dan Muhammad Din Al Fajar, , SH., MH. Selalu memberikan semangat kepada penulis dalam hal apa pun termasuk dalam hal penyelesaian penulisan skripsi ini;

11. Abang Senior Khoirul Basri Sitorus, Rahmad Syafii, Beny Marlin, Dimas Odi, Aris Wahyu Berampu, Agus Tri Ichwan, Joko, Rikialazhari, Ricy Saragih dan abang-abangda lainnya Terimakasih untuk segala masukan dan dukungan. Kalian luar biasa;

12. Rekan-rekan seperjuangan Penulis di Grup B dan Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Terima kasih untuk segala masukan dan dukungan;

13. Keluarga besar PMII dan IPK Universitas Sumatera Utara. Terimakasih telah menjadi keluarga mulai dari Penulis melaksanakan pendidikan di Fakultas

(7)

Hukum Universitas Sumatera Utara ini dan untuk semua pengalaman- pengalaman berharga yang telah kita dapatkan bersama;

Penulis sadara masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap pada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran agar dapat menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Medan, Juli 2019

Zastian Toni Hutapea

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan ... 10

D. Manfaat Penulisan ... 10

E. Metode Penelitian ... 11

F. Keaslian Penulisan ... 13

G. Tinjauan Pustaka ... 14

H. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT KEPADA DEBITUR DENGAN JAMINAN PERSONAL GUARANTEE ... 19

A. Jaminan dalam Kredit Perbankan ... 19

B. Pengertian dan Dasar Hukum Personal Guarantee ... 28

C. Peran Notaris Dalam Pembuatan Akta dan Kaitannya Dengan Akta Dalam Personal Guarantee ... 36

D. Prosedur Pemberian Personal Guarantee Sebagai Jaminan Kredit pada Bank BNI Cabang USU ... 40

(9)

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PENJAMIN DALAM PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PERSONAL

GUARANTEE ... 47

A. Pengertian Hukum Penjamin Dalam Pemberian Kredit ... 47

B. Fungsi Penjamin Kredit Dalam Pemberian Kredit ... 51

C. Landasan Umum Pemberian Kredit ... 54

D. Akibat Hukum Pemberian Kredit Dengan Jaminan Personal Guarantee Apabila Terjadi Wanprestasi pada Bank BNI Cabang USU ... 59

BAB IV UPAYA PT. BANK BNI CABANG USU DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH YANG MENGGUNAKAN JAMINAN PERSONAL GUARANTEE ... 64

A. Upaya Internal Bank BNI Cabang USU Dalam Penyelesaian Kredit Apabila Penjamin Wanprestasi ... 64

B. Upaya Eksternal Bank BNI Cabang USU Dalam Penyelesaian Kredit Apabila Penjamin Wanprestasi ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Oleh karena itu terdapat dua fungsi bank di Indonesia, yaitu menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan (funding) dan menyalurkan kembali pada masyarakat dalam bentuk kredit (lending).1Untuk memperlancar kegiatan perkembangan usahanya maka seorang pengusaha yang kekurangan modal akan menghubungi pihak bank atapun pihak non-bank untuk memohon fasilitas kredit.

Pengertian Bank, menurut Pasal 1 angka (2) UU Perbankan mendefinisikan bahwa bank merupakan:

“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannnya pada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.2

Dari pengertian tersebut maka sebagai lembaga kepercayaan masyarakat, pada umumnya Bank berfungsi, sebagai berikut :

1. menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat;

2. memberikan kredit, baik bersumber dari dana yang diterima dari masyarakat maupun berdasarkan atas kemampuannya untuk menciptakan tenaga beli baru;

1 Try Widiyono,Agunan Kredit dalam Financial Engineering, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), hlm.1

2Ketut Rindjin,Pengantar Dan Lembaga Keuangan Bukan Bank,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,2003), hlm.14

(11)

3. memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.3 Pemberian fasilitas kredit oleh bank idealnya mendasarkan pada faktor financial, yang tercakup pada tiga pilar, yaitu prospek usaha, kinerja, dan kemampuan calon debitur. Namun demikian, dengan memperhatikan adanya prudential banking principles, maka faktor financial saja belum cukup untuk memberikan keyakinan fasilitas kredit tersebut akan kembali dengan aman dan menguntungkan. Sekalipun pada dasarnya agunan merupakan second wayout, tetapi arah perkembangan kredit perbankan akhir-akhir ini diluar kredit komsutif telah mengarah pada faktor agunan sebagai variable dominan yang dapat memberikan keyakinan yang baik.

Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank maupun masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpan serta menjaga stabilitas sistem perbankan, program penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut perlu digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas.

Tujuan Nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 yang diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan Negara dilaksanakan dalam pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa.4 Karakter pembangunan baik arah dan langkah maupun cara manusia memanfaatkannya terutama ditentukan oleh bagaimana suatu Negara

3 Ibid

4Indonesia, Ketetapan Majelis Permusyawatan Rakyat, 1999 - 2004

(12)

mengelola investasi sumber dayanya.5 Walaupun pembangunan dilaksanakan di segala aspek kehidupan, namun pembangunan ekonomi merupakan pendorong yang sangat besar untuk kemajuan dalam bidang-bidang lain dalam keseluruhan hidup bangsa dan negara. Pembangunan ekonomi adalah usaha mentransformasikan kehidupan jutaan manusia di seluruh dunia yang sedang berkembang. Artinya keberhasilan negara dalam melaksanakan pembangunan terutama tergantung pada keberhasilan mengelola sumber dayanya secara optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh umat manusia.

Menurut Remy Sjahdeini, dana merupakan „darah‟ bagi pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usahanya. Ibarat manusia yang tidak mungkin hidup tanpa darah, pelaku usaha juga akan „mati‟ tanpa dana.6Dana untuk usaha mula- mula berasal dari modal (equity) perusahaan/ perseorangan pelaku usaha itu sendiri, dan karena tidak mencukupi maka perlu dicarikan penambahan dana, antara lain dengan cara memperoleh pinjaman atau utang (loan).

Adapun dalam hal ini yang dimaksud dengan pihak yang meminjam dana adalah debitur dan yang memberikan pinjaman dana disebut kreditor, sedangkan fasilitas pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh Bank atau badan lain disebut kredit.7

Bagi masyarakat, perorangan atau badan usaha yang berusaha meningkatkan kebutuhan komsumtif atau produktif sangat membutuhkan

5 Warren C. Baum & Staokes M. Tolbert,Investasi Dalam Pembangunan Pelajaran Dari Pengalaman Bank Dunia, (Jakarta: Grafindo Persada,1988), hlm.5

6Sutan Remy Sjahdeini,Hak Jaminan dan Kepailitan, dalam Transaksi Berjamin (Secured Transaction) Hak Tanggungan dan Jaminan Fiducia dikumpulkan oleh Arie S.Hutagalung, (Jakarta: UI,2006), hlm.641

7Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional IndonesiaEd.Rev. Cetakan 3, (Jakarta:

Kencana Prenada Media, 2007), hlm.57

(13)

pendanaan dari Bank sebagai salah satu sumber dana yang di antaranya dalam bentuk perkreditan, agar mampu mencukupi dalam mendukung peningkatan usahanya. Mengingat pentingnya kedudukan dana perkreditan dalam proses pembangunan, sudah semestinya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak lain yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat agar dapat memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berkepentingan sebagai upaya mengantisipasi timbulnya resiko bagi kreditor pada masa yang akan datang. Untuk usaha tersebut dapat menggunakan jasa perbankan.

Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah.

Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bankyang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efesien ini, maka barang hanya dapat di perdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu. Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan meningkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.8

Dalam menjalankan kegiatan usahanya di bidang penyaluran kredit, Bank di hadapkan pada permasalahan resiko yaitu: resiko pengembalian kredit sehubungan dengan adanya jangka waktu antara pencairan kredit dengan

8Kasmir,Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, 6th Ed, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002),hlm.20

(14)

pembayaran kembali. Ini berarti bahwa semakin lama jangka waktu kredit semakin tinggi pula resiko kredit tersebut. Oleh karena itu dalam menghadapi resiko tersebut, Pasal 2 UU Perbankan mengamanatkan suatu prinsip agar pihak perbankan dalam melakukan kegiatan usahanya harus berazaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip ekonomi kehati-hatian (Frudential Banking Principle).

Prinsip tersebut merupakan salah satu perwujudan dari prinsip kepercayaan dalam suatu pemberian kredit.Sebelum memberikan pinjaman kepada debitur, pihak kreditur melakukan beberapa langkah atau disebut juga sebagai prosedur pemberian kredit yaitu dengan melakukan pengumpulan informasi, penilaian (analisis) kredit, keputusan kredit, pelaksanaan (pencairan kredit).9

Kredit dari sisi bank merupakan sumber pendapatan yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan bank itu sendiri.10Untuk memperoleh kredit bank seorang debitur harus melalui beberapa tahapan yaitu tahapan pengajuan aplikasi kredit sampai dengan tahap penerimaan kredit.Sebagai pemberi kredit, bank wajib menetapkan suatu kebijakan agar dapat memelihara keseimbangan untuk memperoleh keuntungan dan menjamin semua kreditnya dapat diselesaikan dengan itikad baik dari debitur.

Pemberian pinjaman (kredit) merupakan salah satu layanan yang sangat banyak menarik minat masyarakat dan menjadi andalan suatu bank. Karena itu tidak heran jika ada yang mengatakan kredit usaha merupakan jantung bank.

Saat ini masyarakat, baik individu maupun badan/kelompok usaha sudah tidak

9Muchdarsyah Sinungan,Manajemen Dana Bank, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm.240

10Suharno, Analisa Kredit, (Jakarta: Djambatan,2003), hlm.2

(15)

ragu lagi untuk meminjam ke bank, untuk memenuhi segala kebutuhan hidup atau memperlancar usaha. Mereka menganggap bank lebih aman bila dibandingkan harus pergi ke rentenir misalnya, seperti yang dulu umum terjadi pada masyarakat kita. Melihat respon yang terjadi bank-bank pun tidak tinggal diam, mereka memberikan dan menambahkan fasilitas-fasilitas dan janji-janji yang menarik agar banyak mayarakat meminjam (kredit) ke mereka.

Sebelum memberikan kredit Bank juga harus memperoleh keyakinan dan melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, jaminan, dan prospek usaha dari calon debitur.Menurut UU Perbankan bahwa dalam memberikan kredit bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan debitur serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan hutang dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.11

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh R. Tjiptoadinugroho bahwa:

“Inti sari dari kredit sebenarnya adalah kepercayaan, suatu unsur yang harus dipegang sebagai benang merah melintasi falsafah perkreditan dalam arti sebenarnya, bagaimanapun bentuk, macam dan ragamnya dan dari manapun asalnya serta kepada siapapun diberikannya”.12

Falsafah kredit yang berlandaskan pada kepercayaan dapat dilihat pada contoh kredit-kredit antara negara dan bangsa yang dilaksanakan dalam jumlah yang besar dan jangka waktu yang panjang.13Oleh sebab itu debitur harus memberikan

11Sutarno,Aspek-Aspek Hukum Perbankan Pada Bank, (Bandung : Alfabeta, 2003), hlm.141

12 R. Tjiptoadinugroho,Perbankan Masalah Perkreditan Penghayatan, Analisis dan Penuntutan, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1994), hlm, 14

13Ibid, hal 15

(16)

jaminan guna kelancaran terhadap proses pemberian kredit. Namun kenyataan kadang tidak sesuai dengan harapan.

Banyak bank pada umumnya mengalami kesulitan dengan adanya tunggakan kredit, artinya uang yang dipinjamkan mengalami kemacetan dalam penagihan, atau lazim disebut orang sebagai kredit bermasalah. Walaupun hal ini bukan barang baru di dunia bisnis perbankan, namun apabila tidak ditangani secara professional, kredit tersebut (terutama yang berjumblah besar) akan membawa dampak yang merugikan, baik bagi bank yang sedang menghadapinya maupun kehidupan ekonomi bangsa. Oleh karena kredit adalah bagian terbesar dari aktiva produktif setiap bank umum, maka sebuah bank yang dirongrong oleh kredit bermasalah dalam jumlah besar pasti akan mengalami berbagai kesulitan operasional. Kesehatan bank yang bersangkutan di mata bank sentral juga akan bernilai rendah. Apabila jumblah bank bermasalah di suatu negara cukup besar dan pemerintah tidak mampu mengatasi problem itu dengan baik, para nasabah bank di negara itu dapat kejangkitan penyakit kurang percaya kepada bank. Mereka dapat berbondong-bondong menarik kembali dana yang mereka titipkan. Akibat selanjutnya kelancaran usaha bisnis perbankan dan perkembangan ekonomi negara tersebut akan terganggu.

Dalam praktek, bank di dalam memberikan kredit selalu meminta barang jaminan, apakah barang bergerak ataupun barang tidak bergerak. Hal ini sangat tergantung dari nilai kredit yang diminta, dan biasanya bank hanya memberikan kredit sebesar 60% sampai 70% dari nilai jaminan yang diberikan.14

14Budi Untung,Kredit Perbankan Di Indonesia, (Yogyakarta : Andi,2000), hlm.51-52

(17)

Dalam praktek, dimintanya jaminan oleh bank karena bank memperhitungkan kemungkinan kegagalan kredit yang bisa saja disebabkan oleh faktor di luar dugaan itu sendiri, adapun gunanya jaminan tersebut adalah untuk menghindarkan kerugian bagi bank atas kemungkinan kegagalan-kegagalan kredit. Dan jaminan yang sering diterima oleh kreditur (bank) bukan hanya milik debitur itu sendiri tetapi juga bisa milik pihak ke tiga yang atas kemauannya sendiri menyerahkan secara tegas harta kekayaannya untuk menjamin kredit dari debitur.

Oleh karena itu jaminan merupakan benteng terakhir bagi keselamatan kredit, maka atas semua barang-barang yang diajukan dalam permohonan kredit sebagai jaminan harus diteliti terlebih dahulu oleh bank baik dari segi yuridis maupun fisiknya, sehingga akan terjaminnya kegiatan hukum pengikatan dan taksirannya yang tepat dan cukup atas hasil terjualnya untuk melunasi jumlah kewajibannya apabila penerima fasilitas kredit tersebut ingkar janji dan tidak menyelesaikan kewajibannya sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan.

Secara garis besar, dikenal ada dua macam bentuk jaminan yaitu jaminan secara umum dan jaminan secara khusus. Pasal 1131 KUHPerdata menyatakan:

“segala kebendaan seorang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”.

Jaminan secara umum berlaku bagi semua kreditur, sehingga kalau ada banyak kreditur ada kemungkinan beberapa orang dari mereka tidak lagi mendapat bagian. Sedangkan jaminan yang bersifat khusus jaminan yang

(18)

diberikan oleh debitur kepada kreditur, yang hak-hak tagihannya mempunyai hak mendahului sehingga kedudukam kreditur privilege (hak preverent).15

Jaminan kebendaan dapat berupa Hipotik, Fidusia, Gadai, Cessie. Jaminan perorangan merupakan jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, yang hanya dapat dipertahankan oleh debitur tertentu.

Kadang kala jaminan perorangan ini hanya berupa jaminan tambahan.16

Perjanjian jaminan perorangan atau personal guarantee adalah suatu perjanjian ikutan (accesoir) dari perjanjian pokoknya, yaitu perjanjian utang piutang (kredit). Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1821 KUHPerdata yang menyatakan “Tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah.”. Oleh karena itu, pemberian Personal guarantee harus menyebut perjanjian pokok (perjanjian kredit) yang mana ditanggung oleh pemberi jaminan (peng- Guarantee) tersebut.17

Berdasarkan gambaran permasalahan diatas, hal ini telah mendorong penulis untuk mengkajinya kedalam skripsi dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERSONAL GUARANTEE SEBAGAI JAMINAN PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK (STUDI PADA BANK BNI CABANG USU).

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini yang selanjutnya akan dibahas dalam bab-bab berikutnya adalah :

15Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, (Bandung : P.T Citra Aditya Bakti,2005), hlm.207

16 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak-Hak Kebendaan,(Bandung: P.T Citra Aditya Bakti,2007), hlm.17

17Try Widiyono, Op.Cit, hlm.268.

(19)

1. Bagaimana prosedur pemberian kredit kepada debitur dengan jaminan personal guarantee?

2. Bagaimana akibat hukum terhadap penjamin dalam pemberian kredit dengan jaminan personal guarantee?

3. Bagaimana upaya PT. Bank BNI Cabang USU dalam penyelesaian kredit bermasalah yang menggunakan jaminan personal guarantee?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini, selain sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana hukum adalah :

1. Untuk mengetahui prosedur pemberian kredit kepada debitur dengan jaminan personal guarantee.

2. Untuk mengetahui akibat hukum terhadap penjamin dalam pemberian kredit dengan jaminan personal guarantee.

3. Untuk mengetahui upaya PT. Bank BNI Cabang USU dalam penyelesaian kredit bermasalah yang menggunakan jaminan personal guarantee.

D. Manfaat Penulisan

Sementara manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini diantaranya adalah :

a. Manfaat secara teoritis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum sehingga dapat semakin dikembangkan, terutama mengenai tinjauan yuridis terhadap personal guarantee sebagai jaminan pemberian kredit oleh bank.

(20)

Selain itu juga untuk mengetahui secara konkrit bagaimana upaya Bank dalam menghadapi kredit bermasalah dengan personal guarantee sebagai jaminan.

b. Manfaat secara praktis, penulisan skripsi ini secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembaca, terutama bagi masyarakat khususnya yang berniat mengajukan kredit ke bank dengan jaminan personal guarantee, terutama yang tinggal di daerah Medan dan sekitarnya. Bagi pihak Bank, dengan adanya skripsi ini diharapkan mampu memberi pengetahuan mengenai prosedur pemberian kredit dengan jaminan personal guarantee, dan dengan demikian masyarakat bisa mengajukan kredit dan dapat semakin meningkatkan usahanya.

Bagi mahasiswa terkhusus mahasiswa hukum, skripsi ini diharapkan semakin menambah luas pengetahuan hukum bagi mahasiswa sehingga dapat mengembangkan pemikirannya tentang hukum dan juga tentang dunia usaha. Dapat juga sebagai bahan diskusi tentang kredit dengan jaminan personal guarantee, serta menjadi bahan acuan bagi peneliti lain yang memiliki topik yang sama atau berkaitan.

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, digunakan metode pengumpulan data dan bahan-bahan yang berkaitan dengan materi skripsi ini. Dengan maksud agar tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan nilai ilmiahnya, maka diusahakan memperoleh dan mengumpulkan data-data dengan mempergunakan metode sebagai berikut :

(21)

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Yuridis Empiris.

Penelitian ini digunakan untuk memperjelas kesesuaian antara teori dan praktik dengan menggunakan data primer mengenai tinjauan yuridis terhadap personal guarantee sebagai jaminan pemberian kredit oleh bank. Dalam memperoleh data- data dilakukan dengan cara wawancara secara langsung dengan narasumber Bapak Kamaluddin selaku Unit Umum pada PT.BNI Cabang USU yang berhubungan langsung dengan materi penelitian yang ingin peneliti teliti tentang Tinjauan yuridis terhadap personal guarantee sebagai jaminan pemberian kredit oleh bank. dan telaah pustaka serta dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara lansung melalui wawancara dengan pejabat yang berkompeten, narasumber, dan pihak-pihak terkait dengan penulisan skripsi ini.

b. Data sekunder, yaitu data atau dokumen yang diperoleh dari instansi lokasi penelitian, literatur, serta peraturan-peraturan yang ada releansinya dengan materi yang dibahas. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tertier yang dikumpulkan berdasarkan topik permasalahan yang telah dirumuskan.18

18Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:

Bayumedia Publishing, 2006),hlm.392

(22)

c. Data tersier, berupa hasil-hasil penelitian, internet, buku, artikel ilmiah, dan lain-lain yang berkaitan dengan data primer dan sekunder.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Dalam hal ini penulis mencari, mengumpulkan, dan mempelajari data dengan melakukan penelitian dan pengembangan atas sumber- sumber atau bahan-bahan tertulis berupa buku-buku karangan para sarjana dan ahli hukum yang bersifat teoretis ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penulis melakukan studi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pemberian kredit oleh bank dengan jaminan personal guarantee, sebagai melengkapi bahan yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan di atas.

F. Keaslian Penulisan

Menurut informasi (sumber) yang diperoleh dari Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, judul skripsi ini belum pernah ditemukan dan permasalahan yang diajukan juga belum pernah diteliti.Penulis juga menelusuri judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang dilakukan penulis, belum ada penulis lain yang pernah mengangkat topik tersebut. Permasalahan dan pembahasan yang diangkat dalam penulisan

(23)

merupakan hasil pemikiran penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis yakin bahwa materi penelitian ini masih aktual mengingat perkembangan personal guarantee dalam praktek perkreditan perbankan masih eksis. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa skripsi ini asli.Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

G. Tinjauan Pustaka

Pengertian jaminan dalam Pasal 1131 KUHPerdata mengandung arti secara umum bahwa seluruh harta kekayaan seseorang yang berutang merupakan jaminan atas utangnya baik yang sudah ada maupun yang akanada dikemudian hari. Walaupun dalam perjanjian utang piutang atau perjanjian kredittidak disebutkan secara khusus, namun menurut ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata tersebut seluruh harta kekayaan debitur baik yang ada pada saat perjanjian kredit dibuat maupun yang ada di kemudian hari termasuk sebagai jaminan atas utang yang bersangkutan.

Dalam Pasal 8 Undang Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan berikut penjelasannya dapat disimpulkan bahwa pengertian jaminan pemberian kredit dapat diartikan sebagai keyakinan akan kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasinyasesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari debitur. Bila terhadap unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan debitur mengembalikan utangnya, agunan dapat hanya berupa

(24)

barang, proyek atau hak tagihan yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan.

Bank tidak wajib meminta agunan yang tidak berkaitan langsung dengan obyek yang dibiayai, lazim disebut agunan tambahan.

Begitu besarnya risiko yang mungkin diterima bank sebagai akibat dari penyaluran kredit, bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, yaitu diantaranya :19

1. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis;

2. Bank tidak diperkenankan memberikan kepada usaha yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan akan membawa kerugian;

3. Bank tidak diperkenankan memberi kredit untuk pembelian saham, dan modal kerja dalam rangka kegiatan jual beli usaha, atau

4. Memberikan kredit melampaui batas maksimum pemberian kredit (legal lending limit).

Walaupun bank telah menerapkan asas perkreditan yang sehat, risiko kegagalan debitur memenuhi kewajibannya mungkin saja terjadi. Bila hal ini terjadi tentunya akan menjadi kredit bermasalah bagi bank dan berakibat menimbulkan kerugian.

Fungsi jaminan bagi bank sangat penting karena hasil penjualan jaminan merupakan sumber pelunasan kredit setelah debitur mengalami kegagalan pembayaran kewajibannya. Jaminan kredit juga berfungsi untuk meminimalisir kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari pemberian kredit kepada

19Muhammad Djumharan, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : P.T.Citra Aditya Bakti,2002), hlm.392.

(25)

debitur. Menurut Siswanto Sutojo fungsi jaminan adalah sebagai sumber dana keduapelunasan kredit, disamping keuntungan. Terhadap debitur yang mengalami kerugian, maka untuk mencegah bank menanggung kerugian total, setelah melalui prosedur hukum tertentu, bank dapat menjual lelang (mengeksekusi) harta jaminan dan hasilnya dipergunakan untuk membayar tunggakan kredit.20

Hasanuddin Rahman mengatakan bahwa mengenai pentingnya suatu jaminan oleh kreditur (bank) atas suatu pemberian kredit, tidak lain adalah salah satu upaya untuk mengantisipasi risiko yang mungkin timbul dalam tenggang waktu antara pelepasan dan pelunasan kredit.21

Personal guarantee adalah jaminan yang bersifat perorangan yang menimbulkan hubungan langsung dengan orang tertentu. Personal guarantee adalah perjanjian antara kreditur (berpiutang) dengan seorang pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur (siberutang). Perjanjian antara kreditur dengan pihak ketiga (penjamin) dapat dilakukan dengan sepengetahuan si debitur (siberutang) atau bahkan tanpa sepengetahuan si debitur sendiri.

Personal guarantee \berasal dari bahasa Inggris atau yang lebih sering disebut dengan guaranty, yang orangnya dinamakan guarantor. Sedangkan dalam KUHPerdata digunakan istilah borgtocht yang berasal dari bahasa Belanda yang artinya penanggungan atau penjaminan. Penjaminan adalah perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang (kreditur)

20Siswanto Sutojo,Strategi Manajemen Kredit BankUmum-Konsep, Teknik dan Kasus, (Jakarta: P.T.Danar Mulia Pustaka,2000), hlm.213

21Hasanuddin Rahman,Pendekatan Teknis dan Filosofis Legal Audit Operasional Perbankan, (Bandung : P.T.Citra Aditya,2000), hlm.108.

(26)

mengikatkan diri untuk memenuhi perjanjian si berutang (debitur) manakala si debitur sendiri tidak memenuhinya (wanprestasi).

Menurut Pasal 1820 KUHPerdata penjaminan ataupenanggungan adalah

“suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya”.

H. Sistematika Penulisan

Pembahasan secara sistematis sangat diperlukan dalam penulisan karya tulis ilmiah. Untuk memudahkan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang dibagi dalam beberapa bab yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar dari pembahasan selanjutnya yang terdiri dari 8 (delapan) sub bab yaitu: Latar Belakang Penulisan, Rumusan Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT KEPADA DEBITUR DENGAN JAMINAN PERSONAL GUARANTEE

Pada bab ini berisikan uraian dari 4 (empat) sub bab yaitu yang pertama menjelaskan jaminan dalam kredit perbankan, yang kedua menjelaskan tentang pengertian dan dasar hukum personal guarantee, ketiga menjelaskan tentang peranan notaris dalam pembuatan akta dan kaitannya dalam akta personal guarantee, dan yang terakhir menjelaskan tentang Prosedur Pemberian Personal guarantee sebagai jaminan kredit.

(27)

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PENJAMIN DALAM PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN PERSONAL GUARANTEE

Pada Bab ini berisikan uraian dari 4 (empat) sub bab yang pertama menguraikan tentang Pengertian Hukum Penjamin dalam Pemberian Kredit, yang kedua menguraikan tentang Fungsi Penjamin Kredit dalam Pemberian Kredit, yang ketiga menguraikan tentang Landasan Umum Pemberian Kredit, dan yang terakhir yang keempat menjelaskan tentang Akibat Hukum Pemberian Kredit Dengan Jaminan Personal guarantee Apabila Terjadi Wanprestasi.

BAB IV UPAYA PT. BANK BNI CABANG USU DALAM PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH YANG MENGGUNAKAN JAMINAN PERSONAL GUARANTEE

Pada Bab ini berisikan uraian 2 (dua) sub bab yang pertama menjelaskan tentang Upaya Internal Bank BNI Cabang USU Dalam Penyelesaian Kredit Apabila Penjamin Wanprestasi, dan yang kedua menjelaskan tentang Upaya eksternal Bank BNI Cabang USU dalam Penyelesaian Kredit Apabila Penjamin Wanprestasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dalam skripsi ini, disertai dengan saran.

(28)

BAB II

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT KEPADA DEBITUR DENGAN JAMINAN PERSONAL GUARANTEE

A. Jaminan Dalam Kredit Perbankan 1. Pengertian dan Fungsi Jaminan Kredit

Istilah Jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu

“Zakerheid”, sedangkan istilah “Zakerheidsrecht” digunakan untuk hukum jaminan atau hak jaminan. Namun istilah hukum jaminan ternyata mempunyai makna yang lebih luas dan umum serta bersifat mengatur dibandingkan dengan hak jaminan seperti halnya hukum kebendaan yang mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan mempunyai sifat mengukur dari pada hak kebendaan.

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Credere”, yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Kredit, yang artinya ialah kepercayaan. Seseorang atau badan hukum yang memberikan kredit percaya bahwa si penerima dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dasar kredit ialah kepercayaan. Maksud dari penundaan pembayaran ialah pengembalian atas penerimaan uang atau barang yang tidak dilakukan bersama pada saat menerimanya tetapi pengembaliannya dilakukan pada masa yang telah ditentukan.

Ada beberapa pengertian jaminan dan kredit yang terdapat di dalam literatur hukum, yaitu :

(29)

1. Mariam Darus Badrulzaman merumuskan jaminan sebagai suatu tanggungan yang diberikan oleh seseorang debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditur untuk meminjam kewajibannya dalam suatu perikatan.22 2. Sri Soedewi Masjhoen Sofwan berpendapat bahwa hukum jaminan adalah

keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberli dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.23

3. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan pada Pasal 1 ayat 11 yang berbunyi kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga.

Dari bebrapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian jaminan kredit adalah bentuk penanggungan dimana seseorang penanggung (perorangan) menanggung untuk memenuhi hutang debitur sebesar sebagaimana tercantum dalam perutangan pokok. Sedangkan dalam praktek perbankan, jaminan kredit disebut dengan istilah jaminan perorangan /orang, personal guaranty adalah perjanjian antara kreditur dan penanggung, dimana seseorang mengikatkan diri sebagai penanggung untuk memenuhi hutang debitur, baik itu karena ditunjuk oleh kreditur (tanpa sepengetahuan atau persetujuan debitur) maupun yang diajukan oleh debitur atas perintah dari kreditur.

22 Mariam Darus Badrulzaman,Aneka Hukum Bisnis, Cet. 2,(Bandung: PT. Alumni,2005), hlm.12

23 Indrawati Soewarso,Aspek Hukum Jaminan Kredit, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia,2002), hlm. 9

(30)

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan, selain itu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut :24

a. Fungsi kredit untuk meningkatkan daya guna uang, dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.

Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

b. Fungsi kredit untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

c. Fungsi kredit untuk meningkatkan daya guna barang, kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

d. Meningkatkan peredaran barang, kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.

e. Sebagai alat stabilitas ekonomi, dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi kerena dengan adanya kredit

24Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2013), hlm.89-90

(31)

yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membatu dalam mengekspor barang dari dalam negeri keluar negeri sehingga meningkatkan devisa negara.

f. Fungsi kredit untuk meningkatkan kegairahan berusaha, bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.

g. Fungsi kredit untuk meningkatkan pemerataan pendapatan, semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan, jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatkan seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.

h. Fungsi kredit untuk meningkatkan hubungan internasional, dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.

Fungsi kredit memiliki berbagai peningkatan ekonomi baik secara nasional maupun internasional mampu meningkatan pendapatan bagi pelaku usaha baik dalam skala kecil, menengah dan atas.

(32)

2. Jenis Jaminan Kredit dan Pengikatannya

Dalam perjanjian kredit, masing-masing jenis kebendaan diikat oleh lembaga jaminan dengan cara yang berbeda-beda antara satu dan lainnya. Hal tersebut terjadi, karena demikian diatur menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga sebelum kita mengetahui lembaga jaminan yang dapat mengikat objek jaminan dalam perjanjian kredit, maka sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis kebendaan yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan dalam perjanjian kredit.

Pengaturan benda dalam KUHPerdata pada prinsipnya memuat pengertian benda, jenis-jenis benda, dan jenis-jenis hak kebendaan. Secara yuridis, yang diartikan sebagai benda (zaak) adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek hak milik.25 Pengertian benda yang dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang adalah meliputi barang berwujud dan tidak berwujud (hak), barang bergerak dan barang tidak bergerak. Barang tidak berwujud juga ditentukan sebagai barang bergerak dan barang tidak bergerak. Hal ini menunjukkan bahwa istilah benda bukan saja berada dalam lingkup hukum benda, tetapi juga berada dalam lapangan hukum harta kekayaan.Pengertian ini memberikan makna yang luas dari benda, sehingga ada yang berpendapat bahwa sebaiknya benda diartikan sebagai barang yang berwujud saja.26

Dalam perkembangannya, timbul pula istilah „barang‟ yang memiliki arti yang lebih luas dari benda, dimana dikatakan dalam KUHPerdata bahwa barang adalah bagian dari benda, sehingga barang meliputi selain benda, juga adalah objek dari suatu hak yaitu hak-hak kekayaan, sedangkan benda merupakan

25Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, (Bandung : Alumni, 2006), hlm.33

26Ibid

(33)

sesuatu yang berobjek fisik (materi). Selain pengertian benda, suatu hal yang penting dalam kaitannya dengan jaminan adalah cara membedakan benda.

Menurut KUHPerdata, benda dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu benda bergerak dan tidak bergerak, benda berwujud dan benda tidak berwujud, benda yang diperdagangkan dan tidak diperdagangkan, benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi, benda yang sudah ada dan benda yang masih akan ada. Dari pembagian benda tersebut, yang paling penting adalah pembagian benda bergerak dan tidak bergerak.27

Dalam KUHPerdata, diberikan pengertian benda yaitu sesuatu yang berobjek fisik (materi), yang memiliki hubungan yang erat dengan hak milik yang kemudian menjadikan pula hak milik adalah titik sentral dari hukum benda, hal tersebut diungkapkan dalam Pasal 570, Pasal 584 dan Pasal 588 KUHPerdata, sedangkan barang meliputi selain benda juga adalah objek dari suatu hak yaitu hak-hak kekayaan. Dimana dalam Pasal 570 KUH Perdata diungkapkan bahwa hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tidak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi.28

Dalam Pasal 584 KUHPerdata diungkapkan cara-cara memperoleh hak milik, yaitu bahwa hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan

27Tan Kamelo, Op.Cit hal. 140

28Subekti,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Edisi Revisi, (Jakarta: Pradnya Paramita,1987), hlm.171

(34)

cara lain, melainkan dengan pemilikan karena perlekatan, karena daluwarsa, karena pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat, dan karena penunjukan atau penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu. Dalam Pasal 588 KUHPerdata diungkapkan azas perlekatan dari suatu benda, bahwa segala apa yang melekat pada sesuatu kebendaan, atau yang merupakan sebuah tubuh dengan kebendaan itu, adalah milik dari orang yang menurut ketentuan-ketentuan tercantum dalam pasal-pasal berikut, dianggap sebagai pemiliknya.

Keterangan di atas maka dapat kita ketahui bahwa benda-benda yang dapat dijadikan sebagai objek jaminan di dalam perjanjian kredit, yaitu :

1. Benda Bergerak, yaitu benda yang karena sifatnya dapat dipindahkan atau karena ditentukan undang-undang.

Dalam hal ini benda tersebut dibagi lagi ke dalam beberapa kategori, yaitu benda bergerak terdaftar dan benda bergerak tidak terdaftar. Perlunya pembagian tersebut dilakukan, karena pembagian tersebut mempengaruhi jenis lembaga jaminan apakah yang akan dipakai dalam mengikat benda tersebut dalam perjanjian kredit.

Untuk benda bergerak yang terdaftar, lembaga jaminan yang dipakai adalah lembaga jaminan fidusia, dan pendaftarannya dilakukan di tempat pendaftaran umum fidusia, untuk memenuhi aspek publisitas dan sebagai bukti kepemilikan atas benda tersebut. Benda-benda yang tergolong pada benda bergerak yang terdaftar antara lain kendaraan bermotor (Sepeda Motor, Mobil) Pesawat Udara, Kapal Laut, dan lain sebagainya.

(35)

Fidusia adalah pengalihan hak kemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan si pemilik benda, sedangkan Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tak berwujud, dan bangunan/rumah di atas tanah orang lain baik yang terdaftar atau tidak terdaftar, yang tidak dapat dibebani hak tanggungan, yang tetap dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima fidusia terhadap Kreditur lainnya.

Benda jaminan fidusia adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tak berwujud, yang terdaftar maupun yang tak terdaftar, yang bergerak maupun yang tak bergerak, yang tidak dapat dibebani hak tanggungan atau hipotik.

Lembaga jaminan fidusia ini juga dapat dipakai untuk menjamin Benda bukan tanah yang terdaftar, baik benda bukan tanah tersebut adalah benda bergerak maupun benda tidak bergerak misalnya bangunan tertentu/rumah yang memiliki bukti kepemilikan berupa sertifikat.Bukti kepemilikan ini diperlukan sebagai konsekuensi yuridis (akibat hukum) dari prinsip horisontal.

3. Produk Kredit Perbankan

Pada mulanya kredit didasarkan atas kepercayaan murni yaitu berbentuk kredit perorangan karena kedua belah pihak saling mengenal. Dengan berkembangnya waktu maka berkembang pula jenis-jenis Produk kredit seperti yang ada sekarang.Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria.

(36)

Ditinjau dari penggunaannya, pemberian kredit bank dapat berbentuk sebagai berikut :29

a. Kredit Modal Kerja, yaitu kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan. Karakter yang melekat pada kredit jenis ini yaitu

1) Kredit pada umumnya disediakan dalam bentuk rekening koran;

2) Kebutuhan modal dihitung atas dasar perputaran usaha (siklus produksi);

3) Agunan lebih ditekankan pada barang yang lebih mudah dicairkan dalam waktu singkat;

4) Persyaratan kredit dan penentuan jatuh tempo dinegosiasikan sedemikian rupa dengan memperhatikan perkembangan usaha, sebab modal usaha itu dipergunakan untuk berusaha jangan sampai penarikan total kredit tersebut akan mematikan usaha yang bersangkutan.

b. Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengah dan jangka panjang dalam rangka membiayai pengadaan aktiva tetap suatu perusahaan, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Umumnya berjangka waktu menengah atau panjang

2) Kebutuhan kredit investasi itu dihitung dari barang modal yang diperlukan, rehabilisasi dan modernisasi;

3) Kebutuhan kredit juga diperhitungkan kemampuan debitor menyediakan biaya sendiri;

29M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007), hlm.77

(37)

4) Penetapan jangka waktu umumnya disesuaikan dengan jadwal mulai menghasilkan dengan diberikan tenggang waktu untuk mulai mengangsur pokok atau bunga.

c. Kredit Konsumsi, yaitu kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan kepada debitor untuk membiayai barang-barang kebutuhan atau konsumsi dalam skala kebutuhan rumah tangga yang pelunasannya dari penghasilan bulanan debitor yang bersangkutan, dan kredit konsumsi biasanya digunakan untuk membiayai kredit pemilikan rumah, pembelian mobil atau barang konsumsi lainnya, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Nilai kredit tergantung pada nilai barang yang dibeli;

2) Sumber pengembalian tidak dari barang yang dibeli, tetapi dari penghasilan/profesi yang bersangkutan;

3) Penilaian kredit sangat ditekankan pada penilaian atas agunan.

B. Pengertian dan Dasar Hukum Personal Guarantee

Personal guarantee berasal dari Bahasa Inggris atau lebih sering disebut dengan guaranty, yang orangnya dinamakan guarantor. Sedangkan dalam KUHPerdata digunakan istilah Borgtocht yang berasal dari bahasa belanda yang artinya penanggung atau penjamin. Selain jaminan yang bersifat kebendaan (zakelijk) seperti yang telah diuraikan, ada juga djaminan yang bersifat perorangan (persoonlijk). Didalam proses pemberian kredit, biasanya ada jaminan perorangan atau borgtocht dan/atau personal guarantee. Borgtocht atau Personal Guarantee

(38)

diatur dalam KUHPerdata pada Buku III bab XVII Pasal 1820-1850. Maka sesuai dengan Pasal 1820 KUHPerdata:

“Penanggung adalah suatu perjanjian, dimana pihak ketiga, demi kepentingann kreditur, mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur tidak memenuhi perikatnnya.”

Menurut Soebakti, bahwa maksud adanya jaminan ini adalah untuk pemenuhan kewajiban si berhutang, yang dijamin pemenuhannya seluruhnya atau sampai suatu bagian tertentu, harta benda si penanggung (penjamin) dapat disita dan dilelang menurut ketentuan perihal pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan.30

Dalam praktek biasanya yang menjadi borg atau penjamin adalah orang atau perusahaan yang ada hubungan kepentingan dibidang bisnis antara debitur dengan borg atau penjamin hutang tersebut. Misal Debitur PT.BANK BNI maka yang menjadi penjamin adalah para pengurus peruasahaan tersebut yaitu komisaris atau debitur atau salah satu pemegang saham mayoritas perusahan.

Orang-orang yang menjadi penjamin itu ada hubungan kepentingan dibidang bisnis (ekonomi) dengan debiturnya PT. BANK BNI sekali terjadi seorang penjamin tidak mempunyai hubungan atau kepentingan dengan debitur. Tujuan adanya penjamin adalah untuk menjamin agar hutang yang telah diberikan kreditur kepada debitur dapat terjamin pengembaliannya.31

Jaminan perorangan (personal gurantee) adalah jaminan berupa pernyataan kesanggupan yang diberikan oleh seseorang pihak ketiga, guna

30Hukumjaminan:jaminan

perorangan,http://kuliahade.wordpress.com/2010/04/18/hukum-jaminan-pengertiandan-macam- macam-jaminan/, diakses pada tanggal 5 Mei 2019 pukul 16:30.

31 Sutarno, SH, MM, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Bandung : Alfabeta,, 2005), hlm.236-237

(39)

menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada pihak kreditur, apabila debitur yang bersangkutan cidera janji (wanprestasi).32

Jaminan dalam bentuk perorangan (borgtocht) yang diatur untuk KUHPerdata mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

1. Jaminan borgtocht mempunyai sifat accesoir.

Seperti sifat-sifat jaminan pada umumnya, borgtocht bersifat accesoir (tambahan) artinya jaminan borgtocht bukan hak yang berdiri sendiri tetapi lahirnya, keberadanya atau hapusnya tergantung dari perjanjian pokoknya yaitu perjanjian kredit atau perjanjian hutang.Tidak mungkin ada borgtocht tanpa adanya perjanjian pokok yaitu perjanjian kredit yang menimbulkan kewajiban bagi debitur untuk melunasi hutangnya.

2. Borgtocht tergolong Jaminan Perorangan.

Borgtocht atau penjamin tergolong pada jaminan yang bersifat perorangan yaitu adanya pihak ketiga (orang pribadi atau badan hukum) yang menjamin untuk memenuhi atau melunasi utang debitur apabila debitur cidera janji.Karena borgtocht termasuk jaminan yang bersifat perorangan maka pemenuhan presentasi hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu yaitu debitur atau penjaminnya.

Kalau dalam jaminan kebendaan seperti gadai, fidusia dan hak tanggungan yang terjadi adalah ikatan antara kreditur dengan benda- benda tertentu sehingga kreditur memperoleh hak atas benda-benda tertentu yang dijaminkan. Sedangkan dalam jaminan perorangan ini ikatan antara kreditur dengan orangnya yang menjamin (ikatan orang).

32H.R Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, (Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2005),hlm.210

(40)

Orang yang menjamin inilah yang harus memenuhi atau melunasi hutang seseorang debitur cidera janji.Apabila seseorang penjamin yang telah mengikatkan diri untuk menjamin hutang debitur tidak memenuhi kewajibannya maka harta kekayaan orang itu yang akhirnya dijual untuk memenuhi hutang debitur.

3. Borgtocht tidak memberikan hak preferent (diutamakan).

Borgtocht tidak memberikan hak preferent artinya apabila seorang Penjamin tidak dengan sukarela melunasi hutang debitur maka harta kekayaan penjamin itu yang harus dieksekusi. Tetapi harta kekayaan si penjamin (borg) bukan semata-mata untuk menjamin hutang debitur kepada kreditur tertentu saja tetapi secara yuridis harta kekayaan penjamin menjadi jaminan atas hutang-hutang kepada semua kreditur.

Kalau harta kekayaan si penjamin dilelang maka hasilnya dibagi kepada para kreditur yang ada secara proposional, kecuali penjamin tidak memiliki kreditur lain.

4. Besarnya penjamin tidak melebihi atau syarat-syarat yang lebih berat perikatan pokok.

Pasal 1822 menentukan bahwa seorang penjamin atau borg tidak dapat mengikatkan diri atau lebih, maupun dengan syarat-syarat yang lebih berat dari perikatan si berutang (perjanjian kredit). Seorang penjamin dapat mengikatkan diri untuk menjamin sebagian hutang pokok debitur atau sebesar hutang pokok saja atau hutang okok dan sebagian bunga atau syarat-syarat yang lebih berat dari perjanjian pokok maka hanya sah untuk perjanjian pokok.

(41)

Dalam praktek di perbankan seorang penjamin biasanya secara tegas menyatakan mengikatkan diri untuk menjamin pelunasan hutang debitur yang besarnya telah ditegaskan dalam perjanjian penjaminan.

Misalnya sebesar hutang pokok saja, atau sebesar hutang pokok ditambah sebagian bunga atau hutang pokok atau seluruh hutang pokok dan seluruh bunganya. Adanya sifat ini adalah sebagai konsekuensi perjanjian penjamianan yang bersifat accesoir yang artinya penjanjian penjamiann sebagai perjanjian tambahan yang mengabdi pada perjanjian pokok yaitu perjanjian kredit, sehingga perjanjian penjaminan tidak bisa melebihi syarat-syarat dari perjanjian kreditnya.

5. Penjamin memilik hak-hak istimewa dan tangkisan-tangkisan.

Seorang penjamin adalah cadangan artinya seorang penjamin itu baru membayar hutang debitur jika debitur tidak memiliki kemampuan lagi.

Karena sifatnya sebagai cadangan maka undang-undang memberikan hak-hak istimewa kepada seorang penjamin yang tercantum dalam Pasal 1832 KUHPerdata yaitu :

a. Hak untuk menuntut agar harta kekayaan debitur disita dan dieksekusi terlebih dahulu untuk melunasi hutangnya. Bila hasil eksekusi tidak cukup untuk melunasi hutangnya maka baru kemudian harta kekayaan penjamin yang dieksekusi.

b. Hak tidak mengikatkan diri bersama-sama dengan debitur secara tanggung menanggung, maksud hak ini adalah ada kemungkinan penjamin telah mengikatkan diri bersama-sama debitur dalam satu perjanjian secara jamin-menjamin. Ini disebut penjamin soldier

(42)

(soldaire borgatau hoofdelijke borg). Penjamin yang telah mengikatkan diri bersama-sama debitur dalam satu akta perjanjian dapat dituntut oleh kreditur untuk tanggung-menanggung bersama debiturnya masing-masing untuk seluruh hutangnya,

c. Hak untuk mengajukan tangkisan (pasal 1849, 1850 KUHPerdata).

Penjamin mempunyai hak untuk mengajukan tangkisan yang dapat dipakai debitur kepada kreditur kecuali tangkisan yang hanya mengenai pribadinya debitur (1847 KUHPerdata). Hak mengajukan tangkisan merupakan hak penjamin yang lahir dari perjanjian penjamian. Tangkisan dapat diajukan misalnya perjanjian terjadi karena kesesatan.

d. Hak untuk membagi hutang.

Bila dalam perjanjian penjaminan ada beberapa penjaminan yang mengikatkan diri untuk menjamin satu debitur dan hutang yang sama maka masing-masing penjamin terikat untuk seluruh hutang.

Artinya penjamin bertanggung jawab untuk menjamin seluruh hutang (1836 KUHPerdata). Namun undang-undang memberikan bagian masing-masing piutang yang dijamin oleh penjamin (1837 KUHPerdata). Hak ini harus diajukan pertama kali pada saat penjamin menjawab tuntutan kreditur.

e. Hak untuk diberhentikan dari penjamin.

Seorang penjamin berhak minta kepada kreditur untuk diberhentikan atau dibebaskan dari kedudukannya sebagai seorang penjamin jika ada alasan untuk itu.Alasan yang bisa digunakan

(43)

sebagai dasar hukum meminta diberhentikan atau dibebaskan dari kedudukan sebagai seorang penjamin ialah kemungkinan. Hak subrogasi timbul setelah penjamin mambayar atas hutang debitur.

Hak subrogasi tidak dapat dilaksanakan karena penjamin telah meneliti bahwa jaminan seperti hak tanggungan, hipotik, fidusia dan lainnya yang menjamin hutang tersebut telah hapus atau tidak ada lagi. Tidak adanya jaminan hipotik, hak tanggungan dikarenakan kreditur membiarkan debitur menjula atau menghilangkan jaminan. Dengan kata lain kreditur tidak mengamankan jaminan-jaminan atas hutang debitur ittu sehingga bila penjamin membayar hutang debitur, penjamin yang demi hukum menggantikan hak kreditur (subrogasi) tidak memperoleh jaminan hipotik, hak tanggungan dan jaminan lainnya (1848 KUHPerdata).

6. Kewajiban penjamin bersifat subside.

Sifat perjanjian borgtocht seperti yang dijelaskan diatas bersifat accesoir tetapi dari sudut pemenuhan kewajiban bersifat subsider artinya bahwa kewajiban penjamin untuk memenuhi hutang debitur terjadi manakala debitur tidak memenuhi hutangnya. Bila debitur sendiri telah memenuhi kewajiban utangnya maka penjamin tidak perlu memenuhi kewajiban sebagai seorang penjamin (Pasal 1820 KUHPerdata).

7. Perjanjian borgtocht bersifat tegas, tidak dipersangkakan.

(44)

Perjanjian borgtocht harus dinyatakan secara tegas artinya seorang penjamin harus menyatakan secara tegas dalam perjanjian borgtocht tidak dipersangkakan. Pernyataan secara tegas dari seorang penjamin untuk menjamin utang seseorang debitur adalah untuk melindungi kepentingan penjamin sendiri yaitu apa yang ditanggung atau dijamin oleh penjamin dan berapa besarnya yang ditanggung penjamin. Bagi kreditur tidakperlu ada pernyataan secara tegas tetapi yang penting kreditur menerima perjanjian borgtocht.

8. Penjaminan beralih kepada ahli waris.

Seorang yang telah mengikatkan diri sebagai penjamin hutang seorang debitur berkewajiban untuk melunasi hutang debitur manakala debitur tidak memenuhinya. Kewajiban seorang penjamin yang menjamin pelunasan hutang debitur akan berpindah kepada ahliwaris manakala penjamin tersebut meninggal dunia. Ketentuan ini sesuai dengan azas hukum pewarisan yang menetukan bahwa ahliwaris akan mewarisi semua hutang-hutang (pasiva) dan hutang-hutang (aktiva) dari seorang pewaris. Kewajiban penjamin untuk memenuhi atau melunasi hutang debitur termasuk hutang (pasiva) dari seorang pewaris.33

KUHPerdata memberikan kebebasan untuk melakukan pengikatan personal guarantee, namun dalam praktek perkreditan perbankan, pengikatan personal guarantee dilakukan secara tegas dan tertulis. Hal ini dilakukan pihak bank agar memudahkan pembuktian jika terjadi wanprestasi.

33Sutarno,op.cit, hlm. 238-239

Referensi

Dokumen terkait

Jika debitur lalai atau beritikad tidak baik dengan tetap membiarkan kredit bermasalah, maka pihak kreditur dapat melakukan penjualan atas barang jaminan sesuai dengan peraturan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pemberian asuransi sebagai cover jaminan kredit yang diajukan oleh nasabah calon debitur dan bentuk

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah: (1) Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara baik dan berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat, sebagaimana tertuang dalam

” Oleh karena itu, pemberian Personal Guarantee harus menyebut perjanjian pokok (perjanjian kredit) yang mana ditanggung oleh pemberi jaminan.. (peng- Guarantee)

Orang-orang seperti ini dianggap tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum.Untuk dapat melakukan perbuatan hukum berupa meminjam kredit maka harus diwakili oleh

Bahsan M, 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta.. Djumhana, Muhammad, 2000, Hukum Perbankan di Indonesia , Citra Aditya Bakti,

Nilai barang yang dijadikan jaminan kredit sangat mempengaruhi besarnya kredit yang diterima debitur, misalkan nilai barang dalam resi gudang itu lebih rendah

Bank BNI terhadap benda/barang jaminan fidusia yaitu penjualan secara di bawah tangan yang dilakukan atas dasar kesepakatan antara pihak bank dengan pihak debitur dengan tujuan