Model Rantai Pasok Komoditas Beras: Studi Pendahuluan
Fadhil Wina Ramadhani 1, Agus Darmawan 2
1,2Departemen Teknik Mesin dan Industri, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
1[email protected], 2[email protected]
Abstrak-Beras merupakan makanan pokok yang mayoritasnya dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia.
Dimana Indonesia juga merupakan negara dengan penghasil beras peringkat tiga terbesar didunia setelah China dan India berdasarkan Food and Agriculture Organization (FAO) dengan jumlah peningkatan sejumlah 54,65 juta ton pada tahun 2020. Dalam proses produksi beras kuantitas dan kualitas beras harus sangat diperhatikan mulai dari input, produksi, penyimpanan dan pengiriman. Panjangnya proses yang diperlukan untuk menghasilkan beras yang siap jual di retailer, maka dari proses yang panjang tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan biaya logistik maupun biaya produksi dimana hal tersebut akan menjadi titik lemah rantai pasok beras. Pengolahan beras Dewi Sri merupakan salah satu pengolahan beras yang terdampak pada tingginya biaya produksi dan transportasi diakibatkan dari proses maupun alur dari supply chain yang panjang. Dimana pada alur supply chain yang ada pada pengolahan beras Dewi Sri bahan baku didatangkan dari enam tempat yang berbeda. Dari panjangnya alur dari supply chain yang ada maka hal tersebut memungkinkan terjadinya keterlambatan pengiriman bahan baku maupun barang jadi melalui transportasi yang digunakan. Faktor pada kecepatan proses produksi juga dapat mempengaruhi alur dari supply chain yang digunakan. Pada alur supply chain yang digunakan pemilihan transportasi serta management pada transportasi dapat lebih di tingkatkan untuk memaksimalkan efisiensi dari pengiriman barang serta optimalisasi pada proses produksi juga dapat mempercepat proses pada alur supply chain.
Kata Kunci: Rantai Pasok, Transportasi, Beras, Produksi Beras
I. PENDAHULUAN
Beras merupakan makanan pokok yang mayoritasnya dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan penghasil beras peringkat tiga terbesar didunia setelah China dan India berdasarkan Food and Agriculture Organization (FAO) dengan jumlah peningkatan sejumlah 54,65 juta ton pada tahun 2020 [1]. Tahapan pada rantai pasok beras biasanya dikaitkan dengan proses logistik, manajemen pergerakan, penyimpanan dan pemprosesan bahan serta informasi dalam alur rantai pasok [2].
Dalam proses produksi beras kuantitas dan kualitas beras harus sangat diperhatikan mulai dari input, produksi, penyimpanan dan pengiriman. Kuantitas padi berasal dari cara maupun metode pengolahan yang digunakan pada proses produksi yang dilakukan penggunaan sumber daya yang berlebih juga dapat meningkatkan biaya dalam proses pengolahan padi. Terdapat beberapa proses yang diperlukan sehingga beras layak dikonsumsi hingga sampai pada tangan retailler. Proses rantai pasok beras dimulai dari panen yang dilakukan petani dimana bahan baku yang dihasilkan merupakan gabah yang kemudian akan diolah kembali oleh pengepul gabah untuk dikeringkan dan dihilangkan kulit gabahnya sehingga akan menjadi beras dengan kulit ari. Bahan baku beras dengan kulit ari akan diproses pada pengolahan beras untuk dilakukan pembersihan kulit ari serta pemolesan yang nantinya akan menjadi beras yang siap dipasarkan. Tahap selanjutnya yaitu beras akan dikirimkan kepada pengepul beras untuk dilakukan penyetokan beras dan kemudian beras akan dikirimkan kepada retailler retailler sehingga beras dapat dibeli oleh masyarakat. Panjangnya proses yang diperlukan untuk menghasilkan beras yang siap jual di retailer, maka dari proses yang panjang tersebut memungkinkan terjadinya peningkatan biaya logistik maupun biaya produksi dimana hal tersebut akan menjadi titik lemah rantai pasok beras.
Pengolahan beras Dewi Sri merupakan salah satu pengolahan beras yang terdampak pada tingginya biaya produksi dan transportasi diakibatkan dari proses maupun alur dari supply chain yang panjang. Dimana pada alur supply chain yang ada pada pengolahan beras Dewi Sri bahan baku didatangkan dari enam tempat yang berbeda. Pada proses produksi nya sendiri beras akan melalu beberapa tahap pengolahan dari mulai pemisahan biji padi dengan batang gabah hingga proses pengayakan beras untuk memisahkan beras utuh dan beras patah sehingga beras siap di pasarkan. Beras yang sudah jadi dan siap untuk dipasarkan akan dikirim kepada empat supplier dan dua perusahaan pengolahan lebih lanjut. Dalam proses yang ada juga terdapat beberapa kendala yang tidak diduga seperti kelangkaan bahan baku dan pembelian bahan bakar yang harus dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari
untuk mematuhi peraturan pembalian bahan bakar bahwa pembelian bahan bakar menggunakan jerigen hanya dapat dibeli maksimal 20 liter.
Dikarenakan proses yang panjang maka biaya dari pengiriman serta biaya dari produksi juga akan meningkat. Permasalahan tersebut mendasari bahwa alur dari rantai pasok serta alur dari proses produksi harus dirancang sebaik mungkin dari mulai proses awal yaitu petani hingga sampai pada retailer retailer. Proses optimasi dilakukan untuk menemukan perencanaan supply chain yang optimal dari mulai proses penjualan padi oleh petani lalu di proses dan di olah oleh perusahaan hingga proses penjualan padi dari perusahaan ke supplier. Pembuatan model optimasi dilakukan untuk menemukan solusi optimal pada penggabungan proses pengolahan padi serta proses logistik yang dilakukan sehingga dapat menghasilkan penyelesaian permasalahan yang dapat berguna sebagai saran pemilihan strategi terbaik dalam proses management pengolahan padi.
II. RANTAIPASOK A. Rantai Pasok Beras
Beras merupakan suatu komoditas utama yang memiliki nilai strategis dari segi ekonomi, lingkungan, sosial dan politik.
Stabilitas pasokan beras serta harga jual beras dalam ketahanan pangan merupakan salah satu unsur terpenting guna mencapai tujuan ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional [3].
Dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 19/M-DAG/PER/3/2014 menyebutkan bahwa beras merupakan biji bijian berkulit, tidak berkulit, diolah atau tidak diolah yang berasal dari spesies oriza sativa. Beras merupakan bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam [4]. Salah satu pemprosesan yang hasil panen padi dimana gabah akan ditumbuk maupun digiling sehingga bagian kuliat luarnya akan terlepas dari isinya dan bagian isi tersebut yang berwarna putih yang biasa disebut beras [5].
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penentu guna mempertimbangkan kualitas gabah yang akan digunakan yaitu varietas, kadar air, kadar kotoran dan butir hijau [6].
Indonesia termasuk kedalam tiga produsen dan konsumen beras terbesar di negara asia selain Tiongkok dan India yang dimana sebagian dari populasi global sangat bergantung terhadap beras [7] [8].Salah satu rantai pasokan beras terdapat pada pengolahan beras Dewi Sri dimana alur rantai pasok dimulai dari pengiriman gabah hasil panen dari petani yang dikirim kepada pengepul gabah dimana gabah yang ada akan dilakukan pemisahan dengan kulit gabah sehingga menjadi beras setengah jadi yang masih memiliki kulit ari.Setelah dilakukan pemisahan gabah maka beras setengah jadi akan dikirim kepadapengolahan beras untuk dilakukan pembersihan beras setengah jadi dan akan dilakukan proses pemolesan beras. Beras yang sudah selesai diproses akan dipacking dan dilakukan pengiriman kepada retailer retailer yang nantinya konsumen dapat langsung membeli hasil beras yang ada di retailer tersebut. Alur rantai pasok beras dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Alur Rantai Pasok Beras B. Rantai Pasok Beras Klaten
Terdapat beberapa alur dari rantai pasok yang didapatkan yang berpusat pada proses pengolahan beras Dewi Sri. Padi yang sudah siap panen akan dikirimkan kepada beberapa pengepul gabah yang memasok beras setengah jadi kepada pengolahan beras Dewi Sri. Pengepul gabah yang memasok beras kepada pengolahan beras Dewi Sri berjumlah enam pengepul yang berasal dari Delanggu, Karanganyar, seragen, purwodadi ngawi dan purworejo. Proses produksi yang dilakukan pengepul gabah yaitu
menyimpan serta mengolah gabah menjadi beras setengah jadi. Beras setengah jadi yang masih memiliki kulit ari akan dikirimkan kepada perusahaan beras Dewi Sri untuk diolah menjadi beras jadi. Produk beras pada pengolahan beras Dewi Sri terbagi menjadi dua yaitu ada beras utuh dan beras patah dimana beras utuh merupakan beras yang akan langsung di jual kepada retailer retailer sedangkan untuk beras patah akan dilakukan proses lebih lanjut untuk diolah kembali menjadi tepung maupun akan diolah menjadi makanan sebagai salah satu contohnya yaitu akan diolah sebagai bahan makanan serabi. Terdapat satu produk sampingan yang juga dihasilkan oleh tempat pengolahan beras Dewi Sri yaitu adalah produksi dedak yang diperuntukan untuk bahan pangan hewan ternak. Terdapat empat retailer yang berasal dari Jakarta, Bekasi, Bandung dan Gombong serta terdapat dua perusahaan yang membeli beras patah yang akan dilakukan pengolahan lanjut yaitu berasal dari klaten yang akan diolah menjadi tepung dan diolah langsung sebagai serabi. Proses alur rantai pasok pengolahan beras di tunjukan pada Gambar 2.
Gambar 2 Rantai Pasok Pengolahan Beras di Klaten III. STUDITERKAIT
Penggunaan metode optimasi melalui sistem Radio Frequency Identification (RFID) pada lokasi penanaman dan pada area pemasaran yang berfungsi untuk mendapatkan pendapatan tertinggi yang berasal dari penanaman dengan metode basah dan penanaman dengan metode kering [2]. Dimana area penelitian yang dilakukan mencakup dari petani, distributor, pabrik pengolahan beras, customer dan pabrik shampo. Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, terbukti dapat meminimalkan biaya transportasi dari padi di Thailand. Metode optimasi menggunakan mixed integer linear programming menjadi opsi dimana tujuan dari optimasi adalah untuk mengetahui dari setiap bisnis yang dilakukan bagian manakah yang akan mendapatkan surplus terbesar dari serangkaian bisnis yang ada [8]. Hasil yang diharapkan adalah untuk mengetahui penggunaan dari metaheuristic insect bioconversion yang dapat terjadi pada lokasi tertentu dan tidak dapat di asumsikan lagi bahwa hal penggunaan insect bioconversion merupakan pilihan yang layak untuk mengetahui surplus dari sebuah bisnis.
Penggunaan metode optimasi dalam grain supply chain di India dengan tujuan untuk meminimasi transportasi, penyimpanan dan biaya oprasional untuk pengiriman makanan. Penggunaan Chemical Reaction Optimization (CRO) berfungsi untuk menguji model yang telah dibuat agar dapat membuktikan bahwa penggunaan metode lebih unggul dibandingkan dengan metode metaheuristik yang lainnya [9]. Penerapan metode bi-level optimization dengan penggabungan dari dua pengambilan keputusan metaheuristic yaitu Genetic Algorithm (GA) and Particle Swarm Optimization (PSO) [10]. Skala yang di ambil dalam supply chain beras yang berada di Iran dilakukan dimulai dari supply awal yaitu petani hingga kepada retailer - retailer. Tujuan dari penggabungan kedua metode metaheuristic adalah untuk meminimalkan total biaya berdasarkan hasil dari kedua pengambilan keputusan tersebut.
Permasalahan supply chain juga harus memperhatikan permasalahan dalam pengadaan dan nantinya baru dilakukan usulan dalam perancangan ulang model [11]. Penggunaan metode Radio Frequency Identification (RFID) dengan milk run routing system [2].
Dimana framework yang dibentuk mempertimbangkan sumber yang efisien, pemprosesan, distribusi dan ritell yang efisien yang bertujuan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan tanpa harus menghadapi situasi yang dapat mengakibatkan hilangnya pelanggan.
Maka dari beberapa metode yang dilakukan pada proses supply chain penggunaan metode optimasi metaheuristic sangat sering dilakukan untuk memecahkan permasalahan pada food supply chain dimana hasil yang di dapatkan untuk meminimalkan biaya [12]
[2] [10]. Penggunaan sistem Radio Frequency Identification (RFID) banyak digunakan dalam permasalahan supply chain sistem yang digunakan untuk tracking informasi seperti sumber produksi, praktik budidaya, sistem logistik, kualitas produk dan pada penggilingan [2] [11].
IV. DATAPENDAHULUAN A. Transportasi
Transportasi yang digunakan dalam pengiriman yang akan dilakukan adalah mobil pick up dan mobil truk 6 roda dimana pada mobil pick up kapasitas maksimal yang dapat di angkut adalah 1 ton sedangkan pada mobil pick up kapasitas maksimal yang dapat dilakukan pengangkutan adalah 5 ton. Pada konsumsi bahan bakar mobil pick up menggunakan bensin pertalite sedangkan untuk mobil truk 6 roda menggunakan solar. Pada konsumsi bahan bakar mobil pick up memiliki konsumsi bahan bakar 9,4 kilometer perliter sedangkan pada truk 6 roda memiliki konsumsi bahan bakar sebanyak 1,5 kilometer per liter. Maintenance merupakan biaya perawatan mobil per kilometernya seperti penggantian oli penggantian suku cadang dan service. Pada pengolahan beras di klaten memiliki 2 unit pick up dan 3 unit mobil truk 6 roda. Rekapan data dapat dilihat pada Tabel .
Total biaya dari transportasi yang digunakan dalam proses pengiriman barang dari pengolahan beras kepada retailer retailer maupun perusahaan yang menggunakan hasil produksi pengolahan beras tersebut mencapai Rp 15.226.075 dalam satu minggu dimana jika dalam satu bulan biaya tersebut akan mencapai Rp 60.904.244. Dikarenakan biaya yang tinggi tersebut maka perlunya dilakukan efisiensi kembali dalam penggunaan transportasi yang akan dipakai agar dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan transportasi pada alur rantai pasok pengolahan beras.
B. Penggilingan padi
Terdapat tiga bahan baku yang digunakan pada tempat proses pengolahan beras Dewi Sri dimana bahan baku itu adalah mentik wangi, ir 64 dan bramo dengan jumlah bahan baku yang dibutuhkan setiap minggu nya secara berurutan adalah 22.500 Kg, 19.400 Kg dan 17500 Kg. Rekapan data dapat dilihat pada Tabel .
Jenis Bahan Baku Jumlah Bahan Baku (Kg) Harga
Mentik Wangi 22500 Rp 10.200
Ir 64 19400 Rp 8.200
Bramo 17500 Rp 8.700
Maka total dari keseluruhan biaya yang digunakan untuk melakukan pembelian bahan baku yang dilakukan oleh pengolahan beras Dewi Sri sebesar Rp 540.830.000 dalam satu minggu sehingga jika dalam satu bulan maka tempat pengolahan beras Dewi Sri membutuhkan biaya sebesar Rp 2.163.320.000. Dimana jumlah bahan baku yang tinggi dimungkinkan dari tempat maupun daerah bahan baku tersebut yang sedang mengalami keterbatasan stok maupun jumlah cadangan bahan baku yang menipis dimana pada titik ini tempat pengolahan beras Dewi Sri dapat melakukan re-routing kembali untuk mendapatkan bahan baku dengan harga yang lebih baik lagi dari tempat penjualan bahan baku yang memiliki cadangan yang melimpah.
Beras setengah jadi yang sudah diproses pada tempat pengolahan beras Dewi Sri menghasilkan empat produk utama yaitu mentik wangi, ir 64, beras patah dan bramo dimana produksi tiap minggunya secara berurutan sebanyak 19000 Kg, 16000 Kg, 9000Kg dan 14000 Kg. Rekapan data dapat dilihat pada Tabel .
HASIL PRODUKSI
Jenis Beras Jumlah Beras (kg) Harga (Rp) Mentik Wangi 19000 Rp 11.500
Ir 64 16000 Rp 9.800
Beras Patah 9000 Rp 5.000
Bramo 14000 Rp 10.200
Dari hasil pengolahan beras yang dilakukan oleh pengolahan beras Dewi Sri mendapatkan hasil dari penjulan beras sebesar Rp 563.100.000 dalam satu minggu sehingga jika hasil penjualan selama satu bulan didapatkan jumlah sebesar Rp 2.252.400.000 dimana jumlah tersebut dapat lebih dimaksimalkan dari proses produksi yang dapat lebih dimaksimalkan serta penggunaan transportasi yang tepat sehingga dapat meminimalkan biaya pengeluaran serta memaksimalkan pendapatan yang didapatkan.
Pengolahan beras Dewi Sri juga menghasil produk sampingan berupa dedak yang biasa digunakan untuk campuran pakan ternak.
Produksi dedak yang dihasilkan dari proses pengolahan beras yaitu sebanyak 4.200 Kg setiap minggu dengan harga jual dedak sebesar Rp 4.000 per kg nya jika dalam satu bulan maka didapatkan Rp 67.200.000 dari jumlah penjualan dedak dimana dedak juga dapat menjadi produk sampingan yang sangat menguntungkan bagi perusahaan beras dikarenakan permintaan yang cukup tinggi dari peternak.
C. Biaya Oprasional
Biaya oprasional merupakan biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan aktivitas yang dilakukan pada tempat pengolahan beras Dewi Sri dimana terdapat biaya yang dimasukan kedalam biaya oprasional pada tempat pengolahan beras Dewi sri seperti yang ditunjukan pada Tabel .
Biaya Produksi Mingguan
Gaji Karyawan Rp 3.500.000 Bahan Bakar Mesin Rp 1.442.000 Biaya Oprasional Pegawai Rp 700.000 Biaya Listrik Rp 2.500.000 Bahan Bakar Mesin Rp 1.854.000 Maintenance Mesin Rp 1.000.000 Penunjang Produksi (Sak, Benang, dll) Rp 3.375.000
Biaya oprasional yang dikeluarkan selama satu minggu sebesar Rp 14.371.000 sedangkan untuk pengeluaran perbulannya sebesar Rp 64.848.000 dimana pengeluaran untuk oprasional cukup besar. Biaya oprasional dapat lebih diminimalkan dengan melakukan efisiensi di sektor produksi seperti memaksimalkan penggunaan mesin yang dimana penggunaan mesin saat ini masih dapat di tingkatkan. Maka keseluruhan total dari biaya yang dikeluarkan untuk rantai pasok beras pada saat ini ditempat pengolahan beras Dewi Sri dalam satu bulan sebesar Rp 2.288.708.299 Dimana jumlah tersebut dapat lebih diminimalkan agar dapat memaksimalkan keuntungan yang didapatkan.
V. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa biaya yang diperlukan untuk menjalankan alur supply chain beras masih cukup besar dimana hal tersebut disebabkan oleh alur dari rantai pasok yang cukup panjang dimulai dari petani, pengepul beras, pengolahan beras hingga ke retailer. Dimana rantai pasok yang dilakukan dimulai dari pengiriman padi dari petani kepada pengepul gabah yang kemudian beras diolah hingga setengah jadi dan menghasilkan beras ari dan diolah oleh pengolahan beras Dewi Sri kemudian dikirimkan kepada retailer retailer. Dari proses yang panjang tersebut maka dihasilkan jumlah pengeluaran yang dibutuhkan untuk menjalankan rantai pasok beras sebesar Rp 2.288.708.299. Dimana jumlah tersebut merupakan jumlah yang cukup besar dan masih dapat dilakukan optimalisasi di sektor transportasi serta produksi yang akan dilakukan.
Penelitian selanjutnya dari data pendahuluan didapatkan bahwa proses pengiriman beras dapat lebih dioptimalkan yaitu dengan melakukan optimasi pada jenis transportasi yang ada dengan memilih maupun menggunakan kendaraan yang tepat pada jarak maupun beban yang diangkut oleh kendaraan maka akan berdampak pada minimasi biaya yang digunakan dalam melakukan pengiriman beras. Jika jenis transportasi yang memiliki spesifikasi terbaik dalam pengiriman sudah didapatkan maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memaksimalkan keuntungan yang akan didapatkan dari proses produksi yang berlangsung.
Proses tersebut diperlukan untuk menghasilkan pendapatan yang maksimal dan mengurangi pengeluaran yang tidak diperlukan dalam proses yang ada. Maka optimasi sangat diperlukan dalam rantai pasok beras agar dapat meminimalkan biaya yang dihasilkan dari proses rantai pasok beras sehingga dari proses yang efisien diharapkan akan meminimalkan biaya yang akan dikeluarkan dalam proses transportasi maupun proses produksi. Maka pada penelitian selanjutnya perlunya dilakukan penelitian yang dapat membuat model optimasi untuk meminimalkan dari biaya transportasi dan dapat memaksimalkan keuntungan dengan mempertimbangkan jenis transportasi yang digunakan dan proses produksi yang akan dilakukan pada komoditas beras.
DAFTARPUSTAKA
[1] Machmudi, M. A. (2021, Maret 25). Ekonomi. Retrieved from Media Indonesia: https://mediaindonesia.com/ekonomi/393247/indonesia-peringkat-ketiga- penghasil-beras-terbesar-di-dunia
[2] Wilasinee, S., Imran, A., & Athapol, N. (2010). Optimization of Rice Supply chain in Thailand: A Case Study of Two Rice Mills (pp. 263 280).
https://doi.org/10.1007/978-90-481-9914-3_27
[3] Bappenas. (2007). Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006 2007. Jakarta: Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
[4] Tarwotjo, S. (2008). Dasar - dasar gizi kuliner. Jakarta : Grasindo.
[5] Pristiwanto, A. E., & Subagyo, R. (2019). ROTARY. Analisis Hasil Fermentasi Pembuatan Bioetanol Dengan Variasi Massa Ragi Menggunakan Bahan (Beras Ketan Hitam, Beras Ketan Putih dan Singkong), 157-172.
[6] Setyono, A., Kusbiantoro, B., Jumali, Wibowo, P., & Guswara, A. (2008). Seminar Nasional Padi. Evaluasi Mutu Beras Di Beberapa Wilayah Sentra Produksi Padi.
[7] Awika, J.M., Piironen, V., Bean, S., 2011. Advances in Cereal Science: Implications to Food Processing and Health Promotion. American Chemical Society.
[8] GRiSP (Global Rice Science Partnership), 2013. Rice almanac. In: International Rice Research Institute, fourth ed., p. 283 Los Banos (Philippines).
[9] Suckling, J., Druckman, A., Small, R., Cecelja, F., & Bussemaker, M. (2021). Supply chain optimization and analysis of Hermetia illucens ( black soldier fly ) bioconversion of surplus foodstuffs. Journal of Cleaner Production, 321(March), 128711. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2021.128711
[10] Krishna, S., & Kumar, K. (2016). ScienceDirect Two Stage Transportation- Allocation Transportation-Allocation Transportation-Allocation Transportation- Allocation. IFAC-PapersOnLine, 49(12), 1767 1772. https://doi.org/10.1016/j.ifacol.2016.07.838
[11] Cheraghalipour, A., Paydar, M. M., & Hajiaghaei-Keshteli, M. (2019). Designing and solving a bi-level model for rice supply chain using the evolutionary algorithms. Computers and Electronics in Agriculture, 162, 651 668. https://doi.org/10.1016/j.compag.2019.04.041
[12] Sharma, V., Giri, S., & Shankar Rai, S. (2013). Supply chain
of Managing Value and Supply chains, 4(1), 25 36. https://doi.org/10.5121/ijmvsc.2013.4103
[13] Kristianto, Y., & Zhu, L. (2017). Techno-economic optimization of ethanol synthesis from rice-straw supply chains. Energy, 141, 2164 2176.
https://doi.org/10.1016/j.energy.2017.09.077