ANALISIS RANTAI DISTRIBUSI KOMODITAS PADI DAN BERAS (STUDI KASUS PADA DESA PURWODADI KECAMATAN SUNGGAL
KABUPATEN DELI SERDANG)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
WINDU ANGGARA
NIM. 7121210019
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
KATA PENGANTAR
uji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. Atas berkah dan
karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Analisis Rantai Distribusi Komoditas Padi dan Beras (Studi Kasus pada Desa
Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua yang
telah membesarkan, mendidik, dan selalu sabar membimbing penulis dengan
kasih dan sayang yang tulus serta memberikan materi yang tidak sedikit sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan tidak lupa pula kepada seluruh
keluarga besar yang senantiasa selalu memberikan dukungan demi
terselesaikannya skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, dan teman – teman penulis sekalian, sehingga kendala – kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung kelancaran
kegiatan penyusunan skripsi ini, mulai dari pembuatan proposal, observasi hingga
penyusunan skripsi. Sangat disadari bahwa dalam penyusun skripsi ini bukanlah
dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sedalam – dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan
yang telah memberikan kesempatan untuk penulis menempuh pendidikan
di Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Prof. Indra Maipita, M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Negeri Medan.
3. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas
Ekonomi Negeri Medan.
4. Ibu T. Teviana, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Medan.
5. Ibu Dita Amanah, M.BA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Medan yang telah berperan serta dalam
membantu kelancaran kegiatan perkuliahan penulis selama ini
6. Bapak Hendra Saputra, SE, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi,
penulis ucapkan banyak terima kasih yang sedalam – dalamnya atas segala pengorbanan tenaga, pikiran dan waktunya untuk membimbing penulis
dengan penuh kesabaran serta memberikan dorongan moral yang kuat
sehingga penulis semangat menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Drs Ahmad Hidayat, M. Si dan Ibu Nurul Wardani Lubis, SE,
M.Si selaku Dosen Penguji, terima kasih atas kesediaannya telah
kesabaran dan ketelitian, sehingga penulis termotivasi untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.
8. Bapak/Ibu dan seluruh jajaran Dosen yang telah mengajar di Jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan membagikan pengalamannya kepada
penulis selama mengajar di kelas
9. Kak Umi selaku staff di Jurusan Manajemen yang selama proses
penyelesaian skripsi ini banyak penulis repotkan dengan banyak
pertanyaan yang cukup mengganggu di saat sibuk.
10.Seluruh responden dan narasumber baik, petani, pedagang tengkulak,
pemilik penggilingan padi, pedagang pengepul, pedagang pengecer, dan
konsumen, serta Bapak Ahmad selaku petani dan informan yang turut
membantu proses penelitian penulis di Desa Purwodadi, Kecamatan
Sunggal dan daerah sekitarnya.
11.Teman – teman seperjuangan di Kelas Manajemen A 2012 dan teman – teman di Kelas Konsentrasi Manajemen Agribisnis 2012, kalian sahabat
yang sangat luar biasa.
12.Rekan – rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada semua
pihak yang telah membantu baik secara materil maupun spiritual kepada penulis.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, waktu dan tenaga yang
penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca guna perbaikan skripsi ini kedepannya.
Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca dan peneliti selanjutnya dengan fokus kajian yang sama mengenai
analisis rantai distribusi komoditas padi dan beras. Dan skripsi ini bisa berguna
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan aktif dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Medan, Maret 2016
Hormat Penulis,
ABSTRAK
Windu Anggara, NIM. 7121210019. Analisis Rantai Distribusi Komoditas Padi dan Beras (Studi Kasus pada Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang). Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan, 2016.
Rantai distribusi komoditas padi dan beras memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan tingkat pendapatan petani padi sawah. Disparitas antara harga gabah dan harga beras yang sangat tinggi di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal menyebabkan kesejahteraan petani menurun, mengingat sebagian besar petani merupakan produsen sekaligus net consumer beras. Secara rinci, penelitian ini bertujuan untuk: 1) menggambarkan pola distribusi komoditas padi dan beras mulai dari petani sampai konsumen akhir di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal, dan 2) menganalisis seberapa besar margin keuntungan yang diterima masing-masing pelaku pemasaran dalam rantai distribusi komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal. Populasi dalam penelitian ini adalah petani dan penggarap lahan padi dan sawah yang berjumlah 231 orang dan para pelaku distribusi padi dan beras di Desa Purwodadi, dengan sampel yaitu 70 petani, 8 pedagang tengkulak, 4 penggilingan padi, 7 pedagang pengepul, dan 5 pedagang pengecer melalui teknik simple random sampling. Data dianalisis secara deskriptif terhadap pola distribusi dan margin pemasaran padi dan beras.
Hasil penelitian di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal terdapat dua pola distribusi, yaitu pertama : petani pedagang tengkulak penggilingan padi pedagang pengepul pedagang pengecer konsumen; kedua : petani penggilingan padi pedagang pengepul pedagang pengecer konsumen. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa margin pemasaran tertinggi terdapat pada penggilingan padi sebesar 34,37 persen, kemudian pedagang pengepul 10,29 persen, pedagang tengkulak 8,50 persen dan pedagang pengecer 7,52 persen dari margin pemasaran padi dan beras.
ABSTRACT
Windu Anggara, NIM. 7121210019. The Analysis of Chain Distribution Commodity Paddy and Rice (The Case in The Village of Purwodadi, District Sunggal In Deli Serdang Regency). Thesis Department of Management, Faculty of Economics, State University of Medan, 2016.
Chain distribution of commodities paddy and rice with a fairly closely with the farmers ' income of rice paddies. Disparity between price of rice and rice prices so high in the village of Purwodadi, Sunggal to welfare of farmers is decreasing, given that most farmers is a producer as well as net consumer of rice. In detail, this study aims to : 1) described distribution of commodities paddy and rice from farmers until the final consumer in the village of Purwodadi, Sunggal, and 2) analyze how much profit margins received by each marketing in the distribution of commodities paddy and rice in the village of Purwodadi, Sunggal. Population in this study is a farmer and tiller rice and rice fields, amounting to 231 people and perpetrators of distribution paddy and rice in Purwodadi, with sample which is 70 farmers, 8 merchant middleman, 4 rice mills, 7 merchants collectors, and 5 merchant retailers. Through techniques simple random sampling. The data analyzed in descriptive to pattern of distribution and the marketing rice and paddies.
The results in the village of Purwodadi, Sunggal there are two patterns distribution, which is the first : farmers merchant middleman rice mills merchant collectors merchant retailers the consumer ; second : farmers rice mills merchant collectors merchant retailers the consumer. Therefore, in this study can be concluded that marketing of the rice mills by 34,37%, then merchant collectors 10,29%, then merchant middleman 8,50%, and merchant retailers 7,52% of the marketing paddy and rice.
DAFTAR ISI
JUDUL ... ...i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ...ii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ..iii
SURAT PERNYATAAN... ..iv
1.2. Identifikasi Masalah ... 12
1.3. Pembatasan Masalah ... 13
1.4. Perumusan Masalah ... 14
1.5. Tujuan Penelitian ... 14
1.6. Manfaat Penelitian ... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16
2.1. Kerangka Teori... 16
2.1.1Konsep Distribusi ... 16
2.1.1.1Pengertian Distribusi ... 16
2.1.1.2 Rantai Distribusi ... 21
2.1.1.3 Fungsi Rantai Distribusi ... 25
2.1.1.5 Faktor Pengaruh Pemilihan Rantai Distribusi ... 35
2.1.1.6 Rantai Distribusi Produk Pertanian ... 42
2.1.2. Nilai Rantai Distribusi (Margin Pemasaran) ... 44
2.2. Penelitian yang Relevan ... 49
2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 53
3.3 Populasi dan Sampel ... 53
3.3.1Populasi ... 53
3.3.2 Sampel ... 54
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 56
3.4.1Variabel Penelitian ... 56
3.4.2Definisi Operasional... 57
3.4.2.1 Rantai Distribusi ... 57
3.4.2.2 Margin Pemasaran ... 57
3.5 Teknik Pengambilan Data ... 57
3.6 Teknik Analisis Data ... 58
3.6.1 Analisis Deskriptif Persentase... 59
3.6.2 Analisis Margin Pemasaran... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63
4.1 Hasil Penelitian ... 63
4.1.1 Gambaran Umum Desa Purwodadi ... 63
4.1.2 Potensi Dasar Desa Purwodadi ... 63
4.1.3 Deskripsi Responden ... 64
4.1.3.1 Karakteristik Petani Padi di Desa Purwodadi ... 64
4.1.3.2 Karakteristik Pedagang Tengkulak ... 70
4.1.3.4 Karakteristik Pedagang Pengepul ... 77
4.1.3.5 Karakteristik Pedagang Pengecer ... 80
4.1.4 Analisis Deskriptif Persentase... 82
4.1.4.1 Distribusi Hasil Panen Petani ... 83
4.1.4.2 Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Tengkulak ... 84
4.1.4.3 Distribusi Hasil Pembelian Penggilingan Padi ... 85
4.1.4.4 Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Pengepul ... 86
4.1.4.5 Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Pengecer ... 87
4.1.5Analisis Margin Pemasaran... 88
4.2. Pembahasan ... 94
4.2.1 Pola Distribusi Padi dan Beras di Desa Purwodadi ... 94
4.2.2 Nilai Rantai Distribusi Padi dan Beras di Desa Purwodadi .. 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104
5.1 Kesimpulan ... 104
5.2 Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jenis Padi Sawah dan Tingkat Harga Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani Tahun 2014 – 2015 ... 9
Tabel 1.2 Data Luas Panen, Kapasitas Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Tahun 2015 ... 10
Tabel 3.1 Penentuan Sampel Berdasarkan Luas Panen, Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ... 56
Tabel 4.1 Karakteristik Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 65 Tabel 4.2 Karakteristik Usia Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 68 Tabel 4.3 Karakteristik Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah di Desa
Purwodadi ... 69
Tabel 4.4 Karakteristik Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi ... 70 Tabel 4.5 Karakteristik Usia Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi ... 73 Tabel 4.6 Karakteristik Tingkat Pendidikan Pedagang Tengkulak di Desa
Purwodadi ... 73
Tabel 4.7 Karakteristik Penggilingan Padi di Desa Purwodadi dan Sekitarnya 74 Tabel 4.8 Karakteristik Usia Responden Pemilik Penggilingan Padi di Desa
Purwodadi dan Sekitarnya ... 75
Tabel 4.9 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Pemilik Penggilingan Padi di Desa Purwodadi ... 76
Tabel 4.10 Karakteristik Responden Pedagang Pengepul di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 77
Tabel 4.11 Karakteristik Usia Pedagang Pengepul di Desa Purwodadi dan
Sekitarnya ... 78
Tabel 4.12 Karakteristik Tingkat Pendidikan Pedagang Pengepul di Desa
Purwodadi dan Sekitarnya ... 79
Tabel 4.13 Karakteristik Responden Pedagang Pengecer di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 80
Tabel 4.14 Karakteristik Usia Pedagang Pengecer di Desa Purwodadi dan
Sekitarnya ... 81
Tabel 4.15 Karakteristik Tingkat Pendidikan Pedagang Pengecer di Desa
Tabel 4.16 Distribusi Hasil Panen Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 84 Tabel 4.17 Distribusi Pembelian Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi ... 85 Tabel 4.18 Distribusi Pembelian Penggilingan Padi di Desa Purwodadi dan
Sekitarnya ... 85
Tabel 4.19 Distribusi Pembelian Pedagang Pengepul di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 86
Tabel 4.20 Distribusi Pembelian Pedagang Pengecer di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 87
Tabel 4.21 Margin Pemasaran Komoditas Padi dan Beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal pada Rantai Distribusi Pertama ... 90
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rantai Distribusi Secara Umum ... 31 Gambar 2.2 Rantai Distribusi Pertanian Secara Khusus (Padi dan Beras) ... 34 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 52 Gambar 4.1 Persentase Mengenai Pemilihan Rantai Distribusi Padi dan Beras
di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ... 83
Gambar 4.2 Pola Distribusi Komoditas Padi dan Beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ... 95
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran – 2.1 Karakteristik Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 124
Lampiran – 2.2 Karakteristik Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi ... 127
Lampiran – 2.2 Karakteristik Penggilingan Padi di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 127
Lampiran – 2.3 Karakteristik Pedagang Pengepul di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 128
Lampiran – 2.3 Karakteristik Pedagang Pengecer di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 128
Lampiran – 3 Persentase Varietas Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 129
Lampiran – 4 Kegiatan Distribusi Padi dan Beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ... 130
Lampiran – 4.1 Distribusi Hasil Panen Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 131
Lampiran – 4.2 Kegiatan Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Tengkulak.. 133
Lampiran – 4.2 Kegiatan Distribusi Hasil Pembelian Penggilingan Padi ... 133
Lampiran – 4.3 Kegiatan Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Pengepul .... 134
Lampiran – 4.3 Kegiatan Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Pengecer .... 134
Lampiran – 5 Distribusi Hasil Panen Petani Padi Per Musim Panen ... 135
Lampiran – 6 Margin Pemasaran Pedagang Tengkulak ... 137
Lampiran – 7 Margin Pemasaran Penggilingan Padi ... 138
Lampiran – 9 Margin Pemasaran Pedagang Pengecer ... 140
Lampiran – 10 Identitas Responden ... 141
Lampiran – 10.1 Identitas Responden Petani Padi di Desa Purwodadi ... 142
Lampiran – 10.2 Identitas Responden Pedagang Tengkulak... 144
Lampiran – 10.2 Identitas Responden Penggilingan Padi ... 144
Lampiran – 10.2 Identitas Responden Pedagang Pengepul ... 144
Lampiran – 10.2 Identitas Responden Pedagang Pengecer ... 144
Lampiran – 11 Sketsa Peta Kecamatan Sunggal Secara Administratif ... 145
Lampiran – 12 Dokumentasi Selama Penelitian ... 146
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan
dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan
mampu menjadi andalan pembangunan ekonomi tanpa adanya peningkatan nilai
tambah, perbaikan dalam pengelolaan pertanian, maupun perbaikan kebijakan
dalam pembangunan pertanian. Sektor pertanian yang tangguh dan handal
merupakan prasyarat yang harus terpenuhi bagi pembangunan sektor industri dan
jasa yang tangguh.
Pembangunan sektor pertanian yang tangguh diarahkan untuk
meningkatkan produktivitas hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat, kebutuhan bahan baku industri dalam negeri, meningkatkan ekspor,
meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja serta mendorong
kesempatan berusaha.
Pembangunan ekonomi Indonesia yang masih berorientasi pada sektor
pertanian, dengan tujuan agar produksi pertanian dapat meningkat secara terus
menerus dan salah satu upaya yang dilakukan untuk pemulihan ekonomi bangsa
ditentukan oleh kemajuan pembangunan pertaniannya. Visi pembangunan
pertanian yaitu mewujudkan usahatani tanaman pangan yang tangguh, modern
dan efisien serta menyejahterakan petani dan masyarakat tani. Salah satu ciri
mampu menghasilkan produk pertanian yang mengacu pada selera pasar domestik
maupun internasional.
Sebagai negara agraris, Indonesia menghasilkan komoditas pertanian yang
potensial dan cukup tinggi. Hasil pertanian yang diunggulkan di Indonesia terdiri
dari berbagai komoditas, diantaranya adalah komoditas tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan. Dengan berbagai sumberdaya alam yang kaya,
Indonesia dapat dikatakan sebagai negara besar dengan potensi sebagai negara
agribisnis.
Salah satu komoditas utama sub sektor tanaman pangan dalam sektor
pertanian di Indonesia adalah padi atau beras. Beras merupakan komoditi strategis
yang paling penting bagi masyarakat Indonesia sebagai sumber makanan pokok
karena mengandung sumber energi dan protein serta karbohidrat yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia (Astawan, 2004).
Peningkatkan akan permintaan beras di Indonesia yang seringkali tidak
berjalan dengan optimal dikaitkan dengan kurangnya penganekaragaman bahan
pangan dan inovasi pengolahan berbagai bahan makanan yang dihasilkan. Padahal
salah satu fakta penting yang selama ini menghambat pemanfaatan berbagai jenis
bahan pangan adalah kurang efisiennya interaksi antarpelaku bisnis dalam proses
distribusi produk atau komoditas pangan tertentu.
Menurut Badan Litbang Pertanian (2005) mengungkapkan bahwa beras
yang merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian
dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisiasi
akan beras dalam periode 2005 – 2025 diproyeksikan masih akan terus meningkat.
Dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta jiwa dengan angka
pertumbuhan 1,7% per tahun. Angka tersebut mengindikasikan besarnya bahan
pangan yang harus tersedia di Indonesia.
Kebutuhan akan sumber pangan terutama beras, jika tidak diimbangi
dengan peningkatan produksi yang signifikan akan menghadapi masalah apabila
produksi di dalam negeri yang terus menurun. Hal ini akan berdampak serius
terhadap kebutuhan dan ketersediaan pangan serta menyebabkan kesenjangan
hidup semakin melebar.
Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk
Indonesia, maka usaha pertanian yang terpadu perlu digalakkan petani Indonesia.
Dalam upaya membangun pertanian Indonesia agar menghasilkan kualitas dan
kuantitas produk pertanian yang baik dapat ditingkatkan dengan peranan aktif
pemerintah dalam hal pembuatan kebijakan dan pemberian fasilitas pertanian
yang mendukung, guna tercapainya pemerataan swasembada pangan yang
diharapkan pemerintah dapat terlaksana dengan baik.
Untuk itu, diperlukan usaha – usaha dalam meningkatkan hasil produksi
pertanian, terutama beras dengan cara : 1) membangun gudang penyimpanan
gabah, dan pabrik penggilingan padi, 2) menetapkan harga dasar gabah yang
memihak kepada petani, 3) memberikan berbagai subsidi dan insentif modal
kepada para petani agar petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya, 4)
menyempurnakan sistem kelembagaan usahatani gabah/beras melalui dibentuknya
bertujuan untuk memberikan motivasi peningkatan produksi padi dan mengatasi
segala hambatan yang dihadapi para petani.
Selain untuk mendukung peningkatan hasil produksi padi tersebut,
diperlukan juga inovasi dalam meningkatkan efektivitas aliran distribusi melalui
kinerja yang lebih baik antarpelaku bisnis dengan menggunakan pendekatan
manajemen rantai pasok (Supply Chain Management). Dan padi atau beras
merupakan salah satu komoditas pangan yang memiliki potensi pasar yang cukup
besar di dalam negeri.
Untuk mencukupi kebutuhan akan produksi padi di Indonesia dan
meningkatkan kesejahteraan petani dengan pemberian pendapatan yang layak
merupakan tujuan yang hendak dicapai pemerintah. Namun usaha peningkatan
produktivitas padi akan terganggu mengingat sulitnya mencari lahan pertanian
dan semakin sempitnya lahan pertanian padi serta laju pertumbuhan penduduk
yang cukup pesat akan berdampak pada produksi dan pendapatan petani.
Masalah lain yang sering muncul yaitu saat gabah melimpah pada musim
panen raya berlangsung, sering kali timbul permasalahan dalam hal penetapan
harga pasca panen untuk didistribusikan. Guna mengatur stabilitas harga gabah
dipasaran, pemerintah telah menetapkan kebijakan harga dasar gabah dan harga
atap gabah sebagai jaminan harga kepada petani agar tetap bergairah dalam
mengusahakan tanaman padi dan terpacu untuk meningkatkan produksinya. Harga
dasar (floor price) diperlukan untuk menjaga harga pasar pada saat panen tidak
turun, supaya produsen bisa menerima hasilnya sesuai dengan harga yang
sementara pembeli dan permintaan tetap maka harga akan tertekan. Buruknya
penetapan harga ini bisa dijadikan bola bagi pedagang tengkulak atau pemodal
nakal untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan harga atap
(celling price) tetap diperlukan, khususnya pada musim – musim paceklik, saat
persediaan produksi padi terbatas, sehingga dengan demikian kebijaksanaan harga
dikatakan sangat efektif apabila harga pasar berada di antara harga dasar dan
harga atap (Daniel, 2004).
Kebijakan harga pasar gabah yang dimaksudkan tertuang dalam Instruksi
Presiden (Inpres) berupa penetapan harga pembelian pemerintah (HPP). Inpres
Nomor 3 Tahun 2012 memuat tentang ketentuan kenaikan harga pembelian
pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 3.300,- per
kilogram di tingkat petani (semula Rp 2.640,- per kilogram), gabah kering giling
(GKG) di penggilingan padi Rp 3.300,- per kilogram menjadi Rp 4.150,- per
kilogram, sedangkan untuk beras naik dari Rp. 5.060,- per kilogram menjadi Rp
6.600,- per kilogram di gudang Perum Bulog (Bulog, 2012).
Penetapan kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) tersebut tentu
ditunggu petani karena membayangkan kesejahteraan mereka akan ikut naik.
Namun jika melihat pengalaman pada 2009 produksi nasional memecahkan rekor
selama beberapa dekade sebesar 63,84 juta ton gabah kering giling (GKG), tetapi
angka nilai tukar petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga
yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan
dalam persentase, nilai tukar petani terhadap tanaman pangan pada Agustus 2009
yang dijalankan karena seluruh pendapatannya habis menjadi modal usahatani.
Hal ini di sebabkan akibat harga agroinput seperti pupuk, benih, pestisida, dan
sewa alat pertanian mengalami peningkatan harga sehingga mengakibatkan
kenaikan indeks biaya yang dibayar oleh petani. Kenyataan ini mengindikasikan
bahwa pembangunan pertanian dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani
belum sepenuhnya berhasil. Peningkatan produktivitas yang diupayakan petani
melalui penerapan teknologi tidak diimbangi dengan nilai yang memadai, karena
harga yang diterima petani relatif rendah (Subandriyo, 2010).
Untuk mewujudkan peningkatan ketahanan pangan dan peningkatan
kesejahteraan petani, pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjamin
ketersediaan pangan terutama beras, melalui berbagai langkah kebijakan. Di
samping itu, dalam rangka mengurangi beban penderitaan petani, kebijakan
perberasan di Indonesia hendaknya harus melingkupi bukan hanya pada persoalan
produksi beras saja, tetapi juga pada proses pendistribusiannya hingga ke tangan
konsumen.
Menurut Rasahan (dalam Sutrisno, 2010) mengemukakan bahwa
permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian sub sektor tanaman
pangan terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan produksi beras
meliputi: 1) lahan – lahan pertanian umumnya semakin berkurang tanpa
diimbangi dengan pengembangan bahan pangan yang seimbang terutama di
sekitar kota – kota besar baik di Jawa maupun di luar Jawa, 2) penguasaan lahan
sempit rata – rata kurang dari 0,5 Ha sehingga tidak ekonomis dalam usahatani,
harga dasar tidak berjalan dengan baik, 4) kebijakan makroekonomi kurang
mendukung dan kurang berpihak pada petani dalam menciptakan tanaman pangan
yang berkelanjutan, 5) aplikasi teknologi ditingkat usahatani banyak yang tidak
sesuai dengan anjuran yang disebabkan oleh tingginya harga sarana produksi dan
rendahnya kemampuan permodalan petani, 6) kondisi cuaca kurang mendukung
menyebabkan penurunan produksi, dan 7) kurangnya peranan penyuluh pertanian.
Pengamatan yang dilakukan Arifin (2007) menunjukkan bahwa harga
gabah dan beras yang semakin melebar sejak kejatuhan Presiden Soeharto
menjadi persoalan tersendiri bagi ekonomi perberasan. Badan Pusat Statistik
menginformasikan bahwa pada tanggal 1 Februari 2006, harga rata – rata gabah
kering panen (GKP) di tingkat petani bulan Januari 2006 tercatat Rp 1.990,- per
kg, sementara harga rata – rata beras kualitas premium seluruh Indonesia
Rp 3.615,- per kg, dengan variasi yang cukup tajam antara Rp 3.500,- per kg dan
Rp 3.850,- per kg atau bahkan lebih tinggi lagi di daerah pedalaman dan terisolasi.
Sedangkan pada tanggal 1 Januari 2010 harga rata – rata gabah kering panen
(GKP) di tingkat petani tercatat Rp 2.640,- per kg, sementara harga rata – rata
beras kualitas premium seluruh Indonesia saat itu Rp 4.200,- per kg.
Menurut Syahza (2003) disparitas harga yang terjadi antara gabah dan
beras yang tinggi merupakan akibat dari panjangnya rantai distribusi komoditas
pertanian. Keadaan ini menyebabkan besarnya biaya distribusi margin pemasaran
yang tinggi, sehingga ada bagian yang harus dikeluarkan sebagai keuntungan
pedagang. Kendatipun pada umumnya petani tidak terlibat dalam rantai distribusi
hanya dinikmati oleh pedagang. Hal ini cenderung memperkecil bagian yang
diterima petani dan memperbesar biaya yang harus dibayarkan oleh konsumen.
Menurut Rachman (dalam Agustian dan Setiadjie, 2008) antar daerah dan
komoditas, kelembagaan yang terlibat dalam distribusi produk pertanian
seringkali terdapat perbedaan. Mereka yang terlibat dalam pendistribusian adalah
pedagang pengumpul, para penyalur, pedagang besar yang beroperasi di pusat –
pusat pasar, dan akhirnya pengecer di daerah konsumsi itu sendiri yang
berhadapan langsung dengan konsumen.
Secara umum, pendistribusian produk tanaman pangan selama ini
dilakukan oleh pedagang besar, menengah, kecil dan operasi dalam rantai
distribusi sesuai kemampuan dan lingkungannya. Rantai distribusi adalah rute dan
status kepemilikan yang ditempuh suatu produk, ketika produk mengalir dari
penyedia bahan mentah melalui produsen sampai konsumen akhir.
Pendistribusian komoditas padi dan beras tidak terlepas dari peranan
lembaga pemasaran dalam menyalurkan padi dan beras kepada konsumen.
Masalah yang timbul adalah semakin banyak lembaga pemasaran maka harga
yang diterima para petani padi sawah menjadi rendah sedangkan para konsumen
harus membayar dengan harga yang cukup mahal. Perbedaan harga beli dan harga
jual antara petani dan pelaku pemasaran menunjukkan adanya margin pemasaran
antara petani dengan konsumen. Margin pemasaran yang semakin besar akan
menyebabkan persentase bagian yang diterima petani akan semakin kecil.
Desa Purwodadi merupakan salah satu daerah sentra penghasil padi sawah
harga gabah kering giling di tingkat petani padi sawah di Desa Purwodadi dapat
dilihat pada tabel 1.1. berikut ini :
Tabel 1.1.
Jenis Padi Sawah dan Tingkat Harga Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani Tahun 2014 – 2015
No. Dusun Jenis Padi
distribusi komoditas padi dan beras yang mempengaruhi pendapatan usahatani di
daerah tersebut. Berdasarkan tabel 1.1 pada tahun 2014 – 2015 di Dusun XI harga
gabah kering giling lebih rendah dibandingkan dengan Dusun yang lain yaitu
sekitar Rp 490,- sampai Rp 735,- per kg. Dusun XI dengan jenis padi IR–64 harga
jual Rp 2.925,- (2014) dan Rp 3.415,- (2015) per kg di tingkat petani. Keadaan
tersebut disebabkan musim penghujan yang menyebabkan banjir dan irigasi yang
mengaliri lahan persawahan Dusun XI tersumbat, sehingga padi tergenang dan
menjadi terhambat. Selain itu, lahan sawah yang sempit kurang mendukung dalam
usahatani padi sawah tersebut.
Sementara itu, dusun lain mengalami kenaikan harga gabah kering giling
berkisar antara Rp 500,- per kg sampai Rp 750,- per kg. Dari data di atas dapat
Desa Purwodadi, Kecamatan Sunggal umumnya tidak dikelola dengan sistem
manajemen yang baik. Hasil usaha dan keperluan rumah tangga untuk keperluan
sehari – hari seringkali disatukan, sehingga pendapatan bersih dari kegiatan usaha
menanam sampai memanen padi tidak diketahui dengan jelas. Hal ini membuat
petani tidak mengetahui dengan pasti pendapatan usaha yang mereka hasilkan dari
kegiatan menanam sampai memanen padi sawah.
Tabel 1.2.
9. Dusun IX 6.725,50 44,84 Rp 3.756.566,-
10. Dusun X 4.671,80 31,15 Rp 3.270.559,-
11. Dusun XI 3.605,75 24,03 Rp 2.052.522,-
12. Dusun XII 7.932,80 52,89 Rp 4.157.550,-
13. Dusun XIII 12.057,30 80,38 Rp 3.412.238,-
Jumlah 89.831,35 598,95 Rp45.013.202,-
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016
Berdasarkan tabel 1.2. diatas dari luas lahan keseluruhan Desa Purwodadi
sekitar 216 Ha yang dimanfaatkan sebagai lahan sawah adalah 8,9 Ha (4,2%) dan
sekitar 207 Ha (95,8%) dimanfaatkan sebagai perkebunan, sarana dan prasarana
umum, pemukiman serta pembangunan berbagai jenis pabrik. Sementara itu,
produksi rata – rata gabah kering giling (GKG) yang dihasilkan para petani di
Desa Purwodadi adalah 8,56 Kw/GKG. Sedangkan rata – rata pendapatan petani
yang dihasilkan dari setiap 1 (satu) kali panen, yaitu sekitar Rp 3.462.554,-/musim
panen tergantung luasnya lahan yang dimiliki setiap petani. Pendapatan petani
padi sawah yang paling rendah di Desa Purwodadi, terdapat di Dusun XI jika
dibandingkan dengan dusun – dusun yang lain. Hal ini dikarenakan produksi yang
berkurang akibat lahan sawah yang digunakan untuk menanam padi mengalami
alih fungsi lahan menjadi pemukiman penduduk.
Selain itu, petani padi sawah di Desa Purwodadi sering kali menghadapi
beberapa kendala distribusi, seperti : 1) kesinambungan produksi, 2) panjangnya
rantai pemasaran, 3) kurang memadainya pasar, 4) kurang tersedianya informasi
pasar, 5) rendahnya kemampuan tawar – menawar di saat panen raya, 6)
berfluktuasinya harga, 7) rendahnya kualitas produksi, dan 8) rendahnya kualitas
sehingga petani sering mengalami penurunan harga dan pemasaran hasil panen
padi yang di dominasi oleh pedagang tengkulak.
Hasil studi awal yang dilakukan di Desa Purwodadi yang merupakan salah
satu daerah penghasil komoditas padi di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang, dalam mendistribusikan hasil panennya para petani menggunakan
pedagang tengkulak. Dalam melaksanakan pembelian pedagang tengkulak
menggunakan sistem tebasan yang mana penetapan harga ditentukan dengan
tawar – menawar antara petani dan pedagang tengkulak. Kesepakatan harga yang
terjadi sering kali membuat petani jatuh pada harga yang ditetapkan oleh
pedagang tengkulak karena lemahnya posisi tawar petani pada saat panen raya.
Dengan kondisi demikian petani harus mengikuti mekanisme pasar, sehingga
dalam hal ini petani hanya berperan sebagai penerima harga.
Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong penulis untuk melakukan
penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Analisis Rantai Distribusi
Komoditas Padi dan Beras” (Studi Kasus pada Desa Purwodadi Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang).
1.2. Identifikasi Masalah
Secara umum pendapatan yang diterima petani belum memadai jika
dibandingkan dengan jerih payah yang telah dikeluarkannya ditambah dengan
resiko kegagalan panen. Rendahnya pendapatan petani disebabkan oleh beberapa
kebiasaan yang tidak tepat, khususnya dalam hal penyimpangan harga padi dan
beras. Sebagian petani ada yang langsung menjual seluruh hasil panennya dan
lain dijual langsung kepada tengkulak ataupun dikonsumsi sendiri seluruhnya.
Pola penyimpanan gabah yang dipilih petani, berkaitan dengan beberapa hal
seperti tingkat harga gabah yang berlaku di pasaran, kemampuan penanganan
pasca panen, dan kebutuhan uang kontan untuk keperluan sehari – hari termasuk
untuk membiayai usahataninya.
Dari pernyataan yang telah dikemukakan di atas, maka masalah mengenai
rantai distribusi komoditas padi dan beras dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Apakah efisien rantai distribusi komoditas padi dan beras dari petani sampai
ke konsumen akhir di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang ?
2. Apakah wajar margin keuntungan yang diterima masing – masing pelaku
pemasaran dalam penambahan nilai rantai distribusi komoditas padi dan beras
di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang ?
1.3. Pembatasan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada kegiatan yang
berhubungan dengan pertanian, baik terhadap pihak – pihak yang berperan dalam
proses produksi maupun pendistribusiannya. Mengingat disparitas antara harga
gabah dan beras yang sangat tinggi menyebabkan kesejahteraan petani menurun,
karena sebagian besar petani adalah produsen sekaligus net consumer beras.
Dalam upaya mempersempit disparitas harga padi di tingkat petani dan konsumen
di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, maka
1.4. Perumusan Masalah
Di samping masalah tersebut di atas, salah satu sumber penyebab
rendahnya harga jual gabah yang diterima petani adalah panjangnya mata rantai
pemasaran gabah. Oleh karena itu, untuk membantu petani mendapatkan harga
yang layak perlu dilakukan suatu kajian tentang pola rantai distribusi beras untuk
melihat secara lebih mendalam mengenai fungsi masing – masing tingkat
perdagangan padi dan beras.
Berdasarkan uraian masalah di atas maka yang menjadi perumusan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana pola rantai distribusi komoditas padi dan beras mulai dari petani
sampai ke konsumen akhir di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten
Deli Serdang ?
2. Berapa besar margin keuntungan yang diterima masing – masing pelaku
pemasaran dalam penambahan nilai rantai distribusi komoditas padi dan beras
di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang ?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalahan yang akan diambil, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pola rantai distribusi komoditas padi dan beras di Desa
Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
2. Untuk mengetahui tingkat margin keuntungan yang diterima pada setiap
tingkatan lembaga pemasaran komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan kajian dalam perbaikan pola
rantai distribusi komoditas padi dan beras nasional, terutama di Desa Purwodadi
Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Selain itu,
hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak
diantaranya sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Merupakan suatu pengalaman yang berharga dan langkah awal dalam
penerapan ilmu pengetahuan. Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini,
maka diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
2. Bagi Pihak Terkait
Yaitu petani dan Kelompok Tani di Desa Purwodadi, Kecamatan Sunggal
yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan
lanjutan dalam penentuan proses pengolahan dan penetapan strategi distribusi
komoditas padi dan beras.
3. Bagi Universitas Negeri Medan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk
memperkuat penelitian sebelumnya, serta menambah informasi dan
sumbangan serta bahan kajian bagi penelitian selanjutnya khususnya
mengenai ekonomi pertanian yang berkaitan dengan Manajemen Argibisnis.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Merupakan sumber referensi bagi peneliti selanjutnya dengan fokus kajian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Rantai distribusi komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi
Kecamatan Sunggal ada dua pola rantai distribusi yaitu : pertama,
Petani Pedagang Tengkulak Penggilingan Padi Pedagang
Pengepul Pedagang Pengecer Konsumen; kedua, Petani
Penggilingan Padi Pedagang Pengepul Pedagang Pengecer
Konsumen. Dengan pola distribusi yang ada para pelaku distribusi padi
dan beras dapat memperoleh keuntungan.
2. Dari kedua pola distribusi yang ada, petani menghadapi beberapa
permasalahan dalam pemasaran hasil padi yang sudah diproses
menjadi beras. Permasalahan yang ditemui pada petani yaitu
terbatasnya informasi harga padi yang sudah menjadi beras. Selain
permasalahan tersebut, pembayaran menunggak yang dilakukan oleh
pedagang tengkulak masih ditemui pada petani padi sawah di Desa
Purwodadi Kecamatan Sunggal.
3. Margin pemasaran (marketing margin) yang paling tinggi berturut –
turut terjadi pada penggilingan padi (34,37%), pedagang pengepul
(10,29%), pedagang tengkulak (8,50%) dan pedagang pengecer
pemilik penggilingan padi yang memproses gabah hingga menjadi
beras sekaligus menjualnya memperoleh keuntungan sebesar Rp 15,-
per kilogram beras. Pedagang tengkulak yang tidak mengubah gabah
kering giling (GKG) memperoleh margin keuntungan sebesar Rp 50,-
per kilogram. Para pedagang perantara, mereka mengutip margin
keuntungan Rp 10,- untuk pedagang pengepul dan Rp 25,- untuk
pedagang pengecer per kilogram beras.
5.2 Saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian diatas
adalah sebagai berikut :
1. Petani harus memaksimalkan peran kelompok tani dalam kegiatan
pasca menanam dan pemasaran hasil gabah dan beras tersebut secara
terpadu dan terkoordinir. Bersatunya petani dalam kelompok tani akan
memperkuat bargaining power terhadap pelaku distribusi beras.
Dengan berfungsinya kelompok tani, maka rantai distribusi dapat
diperpendek sehingga akan menguntungkan bagi petani maupun
konsumen.
2. Ketidakterlibatan petani secara langsung ke dalam distribusi padi dan
beras membuat petani tidak dapat menangkap insentif dari nilai
tambah perdagangan padi dan beras. Dalam jangka pendek hendaknya
pemerintah mendorong petani untuk dapat menjual padi atau gabah
dalam bentuk beras. Agar komoditas padi dan beras mempunyai nilai
raya. Oleh karena itu, dibutuhkan keterlibatan pemerintah melalui
penyuluhan dan pengembangan kelompok tani untuk membuat
lumbung padi dan fasilitas jemur dan penggilingan padi di pedesaan.
Hal ini akan memperpendek rantai distribusi, sehingga diharapkan
dapat memperkecil disparitas antara harga padi dan harga beras.
3. Berdasarkan analisis margin pemasaran dapat diketahui bahwa melalui
proses produksi yang ada di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal,
rantai distribusi yang terjadi yaitu Petani Pedagang Tengkulak Rp
875,-/Kg Penggilingan Padi Rp 3.540,-/Kg Pedagang Pengepul
Rp 1.060,-/Kg Pedagang Pengecer Rp 775,-/Kg dengan margin total
sebesar Rp 6.250,- per Kg. Keuntungan yang seharusnya diperoleh
petani jika menjual padi dan sudah menjadi beras langsung ke
konsumen. Sehingga salah satu alternatif agar petani padi sawah dapat
memperoleh nilai tambah dalam pemasaran hasil panen padi sawah
adalah dengan menjual padi menjadi beras secara langsung kepada
konsumen.
4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar lebih memperluas jangkauan
lokasi penelitian, sehingga lebih mampu mengetahui secara umum
pola rantai distribusi dan margin pemasaran yang diperoleh pelaku
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Adang dan Iwan Setiadjie. 2008. “Analisis Perkembangan Harga dan
Rantai Pemasaran Cabai Merah di Jawa Barat”. Bogor: Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian.
Anindita, R. 2003. “Dasar – dasar Pemasaran Hasil Pertanian”. Malang : Universitas Brawijaya.
Arifin, Bustanul. 2007. “Disparitas Harga Gabah dan Harga Beras”. Jakarta : Unisosdem, UNILA.
Ariwibowo, Agus. 2013. “Analisis Saluran Pemasaran Komoditas Padi dan Beras di Kecamatan Pati Kabupaten Pati”. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Aroning, R., 2008. “Analisis Saluran dan Hasil Margin Pemasaran Kakao di Desa
Timbuseng, Kecamatan Pattalasang, Kabupaten Gowa”.
http://www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015
Astawan, 2004. Budidaya Padi. http://web.php.html. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Sunggal dalam Angka.
Balai Pengembangan Mekanisasi Pertanian. 2005. “Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi”. Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Basu, Swasta dan Irawan. 1998. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta : Liberty.
Bulog. 2012. Kebijakan Pengadaan Gabah dan Beras. Jakarta : Intruksi Presiden Nomor 3.
Departemen Pertanian RI. 2007. Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Jakarta : Departemen Pertanian RI
Ekasari dkk, 2007. “Analisis Margin Pemasaran Telur Itik di Kelurahan
Borongloe Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa”.
http://www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015
Hanafiah dan Saepuddin. 1983. Tinjauan Pustaka. Institut Pertanian Bogor. Bogor : IPB
Istiyanti, Eni. 2010. “Efisiensi Pemasaran Cabai Merah Keriting di Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Sleman”. Mapeta, 12(2): 116-124.
Kotler dan Amstrong. 2001. Prinsip – prinsip Pemasaran. Jilid 1, Alih Bahasa Damos Sihombing dan Wisnu Chandra Kristiaji. Jakarta : Erlangga.
Lakasana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran Pendekatan Praktis. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Mardianto, Sudi, Yana Supriatna,dan Nur K. Agustin. 2005. “Dinamika Pola
Pemasaran Gabah dan Beras di Indonesia”. Bogor : Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol 23, No. 2.
Margono, 2004. Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.
Martodireso, S dan Suryanto, AW. 2002. Agribisnis Kemitraan. Yogyakarta : Usaha Bersama
Mears, L. 1982. Era Baru Ekonomi Perberasan Indonesia. UGM Press. Yogyakarta
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LPES.
Natawidjaja, R.S. 2001. Dinamika Pasar Beras Domestik. Dalam A Suryana dan S. Maerdianto (Ed). Bunga Rampai Ekonomi Beras. LPEM – FEUI. Jakarta.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta : Ghalia Indonesia
Pamungkas, Septian Bagas. 2013. “Analisis Rantai Distribusi Komoditas Ikan Tangkap Perikanan Laut di Kota Tegal”. Semarang : Universitas Negeri Semarang
Pearce dan Robinson. 2011. Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Rahayu, Endang. 2009. “Mereposisi Peran Pemasaran Pertanian dalam
Revitalisasi Pertanian”. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta.
Saifullah, A.. 2001. Peran Bulog dalam Kebijakan Perberasan Nasional. Dalam A. Suryana dan S. Mardianto (Ed). Bunga Rampai Ekonomi Beras. LPEM – FEUI. Jakarta
Sidik, M. dan S. Purnomo. 1981. “Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten
Karawang, Jawa Barat Melalui Identifikasi Saluran Pemasaran”. Majalah
Sobirin. 2009. “Efisiensi Pemasaran Pepaya di Kecamatan Subang Kabupaten
Banyumas”. http://www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember
2015
Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Bandung : CV Rajawali.
Subandriyo, Toto. 2010. “Pasang Surut Kesejahteraan Petani”. Suara Merdeka. Edisi Cetak. 21 Januari.
Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Malang : Universitas Muhamadyah Malang.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriatna, Ade. 2003. “Analisis Sistem Pemasaran Gabah dan Beras (Studi Kasus Petani Padi di Sumatera Utara)”. Bogor : Puslitbang Sosek Pertanian.
Surono, S. 1999. “Arah Kebijakan Perberasan Nasional di Masa Mendatang”. Makalah pada Seminar Future Direction of Indonesia Rice Policy di Jakarta, 09 Maret 1999. Biro Perencanaan Departemen Pertanian, Jakarta.
Sutarno. 2014. “Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai di Kabupaten Wonogiri”.
e-Journal Agrineca. 14 (1): 1-10
Syahza, Almasdi. 2003. “Paradigma Baru: Pemasaran Produk Pertanian
Berbasis Agribisnis”. Jakarta: Jurnal Ekonomi, TH.VIII/01/Juli, PPD&I
Fakultas Ekonomi Tarumanegara