• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RANTAI DISTRIBUSI KOMODITAS PADI DAN BERAS (STUDI KASUS PADA DESA PURWODADI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS RANTAI DISTRIBUSI KOMODITAS PADI DAN BERAS (STUDI KASUS PADA DESA PURWODADI KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG)."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RANTAI DISTRIBUSI KOMODITAS PADI DAN BERAS (STUDI KASUS PADA DESA PURWODADI KECAMATAN SUNGGAL

KABUPATEN DELI SERDANG)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

WINDU ANGGARA

NIM. 7121210019

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

uji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT. Atas berkah dan

karunia–Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Analisis Rantai Distribusi Komoditas Padi dan Beras (Studi Kasus pada Desa

Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan

Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang tua yang

telah membesarkan, mendidik, dan selalu sabar membimbing penulis dengan

kasih dan sayang yang tulus serta memberikan materi yang tidak sedikit sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan tidak lupa pula kepada seluruh

keluarga besar yang senantiasa selalu memberikan dukungan demi

terselesaikannya skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.

Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidak

lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, dan teman – teman penulis sekalian, sehingga kendala – kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung kelancaran

kegiatan penyusunan skripsi ini, mulai dari pembuatan proposal, observasi hingga

penyusunan skripsi. Sangat disadari bahwa dalam penyusun skripsi ini bukanlah

(6)

dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sedalam – dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan

yang telah memberikan kesempatan untuk penulis menempuh pendidikan

di Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Indra Maipita, M.Si., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas

Ekonomi Negeri Medan.

4. Ibu T. Teviana, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Medan.

5. Ibu Dita Amanah, M.BA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen, Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Medan yang telah berperan serta dalam

membantu kelancaran kegiatan perkuliahan penulis selama ini

6. Bapak Hendra Saputra, SE, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi,

penulis ucapkan banyak terima kasih yang sedalam – dalamnya atas segala pengorbanan tenaga, pikiran dan waktunya untuk membimbing penulis

dengan penuh kesabaran serta memberikan dorongan moral yang kuat

sehingga penulis semangat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Drs Ahmad Hidayat, M. Si dan Ibu Nurul Wardani Lubis, SE,

M.Si selaku Dosen Penguji, terima kasih atas kesediaannya telah

(7)

kesabaran dan ketelitian, sehingga penulis termotivasi untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.

8. Bapak/Ibu dan seluruh jajaran Dosen yang telah mengajar di Jurusan

Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan membagikan pengalamannya kepada

penulis selama mengajar di kelas

9. Kak Umi selaku staff di Jurusan Manajemen yang selama proses

penyelesaian skripsi ini banyak penulis repotkan dengan banyak

pertanyaan yang cukup mengganggu di saat sibuk.

10.Seluruh responden dan narasumber baik, petani, pedagang tengkulak,

pemilik penggilingan padi, pedagang pengepul, pedagang pengecer, dan

konsumen, serta Bapak Ahmad selaku petani dan informan yang turut

membantu proses penelitian penulis di Desa Purwodadi, Kecamatan

Sunggal dan daerah sekitarnya.

11.Teman – teman seperjuangan di Kelas Manajemen A 2012 dan teman – teman di Kelas Konsentrasi Manajemen Agribisnis 2012, kalian sahabat

yang sangat luar biasa.

12.Rekan – rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada semua

pihak yang telah membantu baik secara materil maupun spiritual kepada penulis.

(8)

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, waktu dan tenaga yang

penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun dari pembaca guna perbaikan skripsi ini kedepannya.

Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca dan peneliti selanjutnya dengan fokus kajian yang sama mengenai

analisis rantai distribusi komoditas padi dan beras. Dan skripsi ini bisa berguna

bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan aktif dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang

Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Medan, Maret 2016

Hormat Penulis,

(9)

ABSTRAK

Windu Anggara, NIM. 7121210019. Analisis Rantai Distribusi Komoditas Padi dan Beras (Studi Kasus pada Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang). Skripsi Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan, 2016.

Rantai distribusi komoditas padi dan beras memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan tingkat pendapatan petani padi sawah. Disparitas antara harga gabah dan harga beras yang sangat tinggi di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal menyebabkan kesejahteraan petani menurun, mengingat sebagian besar petani merupakan produsen sekaligus net consumer beras. Secara rinci, penelitian ini bertujuan untuk: 1) menggambarkan pola distribusi komoditas padi dan beras mulai dari petani sampai konsumen akhir di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal, dan 2) menganalisis seberapa besar margin keuntungan yang diterima masing-masing pelaku pemasaran dalam rantai distribusi komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal. Populasi dalam penelitian ini adalah petani dan penggarap lahan padi dan sawah yang berjumlah 231 orang dan para pelaku distribusi padi dan beras di Desa Purwodadi, dengan sampel yaitu 70 petani, 8 pedagang tengkulak, 4 penggilingan padi, 7 pedagang pengepul, dan 5 pedagang pengecer melalui teknik simple random sampling. Data dianalisis secara deskriptif terhadap pola distribusi dan margin pemasaran padi dan beras.

Hasil penelitian di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal terdapat dua pola distribusi, yaitu pertama : petani  pedagang tengkulak  penggilingan padi  pedagang pengepul  pedagang pengecer  konsumen; kedua : petani  penggilingan padi  pedagang pengepul  pedagang pengecer  konsumen. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa margin pemasaran tertinggi terdapat pada penggilingan padi sebesar 34,37 persen, kemudian pedagang pengepul 10,29 persen, pedagang tengkulak 8,50 persen dan pedagang pengecer 7,52 persen dari margin pemasaran padi dan beras.

(10)

ABSTRACT

Windu Anggara, NIM. 7121210019. The Analysis of Chain Distribution Commodity Paddy and Rice (The Case in The Village of Purwodadi, District Sunggal In Deli Serdang Regency). Thesis Department of Management, Faculty of Economics, State University of Medan, 2016.

Chain distribution of commodities paddy and rice with a fairly closely with the farmers ' income of rice paddies. Disparity between price of rice and rice prices so high in the village of Purwodadi, Sunggal to welfare of farmers is decreasing, given that most farmers is a producer as well as net consumer of rice. In detail, this study aims to : 1) described distribution of commodities paddy and rice from farmers until the final consumer in the village of Purwodadi, Sunggal, and 2) analyze how much profit margins received by each marketing in the distribution of commodities paddy and rice in the village of Purwodadi, Sunggal. Population in this study is a farmer and tiller rice and rice fields, amounting to 231 people and perpetrators of distribution paddy and rice in Purwodadi, with sample which is 70 farmers, 8 merchant middleman, 4 rice mills, 7 merchants collectors, and 5 merchant retailers. Through techniques simple random sampling. The data analyzed in descriptive to pattern of distribution and the marketing rice and paddies.

The results in the village of Purwodadi, Sunggal there are two patterns distribution, which is the first : farmers merchant middleman rice mills merchant collectors merchant retailers the consumer ; second : farmers rice mills merchant collectors merchant retailers the consumer. Therefore, in this study can be concluded that marketing of the rice mills by 34,37%, then merchant collectors 10,29%, then merchant middleman 8,50%, and merchant retailers 7,52% of the marketing paddy and rice.

(11)

DAFTAR ISI

JUDUL ... ...i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ...ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ..iii

SURAT PERNYATAAN... ..iv

1.2. Identifikasi Masalah ... 12

1.3. Pembatasan Masalah ... 13

1.4. Perumusan Masalah ... 14

1.5. Tujuan Penelitian ... 14

1.6. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

2.1. Kerangka Teori... 16

2.1.1Konsep Distribusi ... 16

2.1.1.1Pengertian Distribusi ... 16

2.1.1.2 Rantai Distribusi ... 21

2.1.1.3 Fungsi Rantai Distribusi ... 25

(12)

2.1.1.5 Faktor Pengaruh Pemilihan Rantai Distribusi ... 35

2.1.1.6 Rantai Distribusi Produk Pertanian ... 42

2.1.2. Nilai Rantai Distribusi (Margin Pemasaran) ... 44

2.2. Penelitian yang Relevan ... 49

2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 53

3.3 Populasi dan Sampel ... 53

3.3.1Populasi ... 53

3.3.2 Sampel ... 54

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 56

3.4.1Variabel Penelitian ... 56

3.4.2Definisi Operasional... 57

3.4.2.1 Rantai Distribusi ... 57

3.4.2.2 Margin Pemasaran ... 57

3.5 Teknik Pengambilan Data ... 57

3.6 Teknik Analisis Data ... 58

3.6.1 Analisis Deskriptif Persentase... 59

3.6.2 Analisis Margin Pemasaran... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1 Hasil Penelitian ... 63

4.1.1 Gambaran Umum Desa Purwodadi ... 63

4.1.2 Potensi Dasar Desa Purwodadi ... 63

4.1.3 Deskripsi Responden ... 64

4.1.3.1 Karakteristik Petani Padi di Desa Purwodadi ... 64

4.1.3.2 Karakteristik Pedagang Tengkulak ... 70

(13)

4.1.3.4 Karakteristik Pedagang Pengepul ... 77

4.1.3.5 Karakteristik Pedagang Pengecer ... 80

4.1.4 Analisis Deskriptif Persentase... 82

4.1.4.1 Distribusi Hasil Panen Petani ... 83

4.1.4.2 Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Tengkulak ... 84

4.1.4.3 Distribusi Hasil Pembelian Penggilingan Padi ... 85

4.1.4.4 Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Pengepul ... 86

4.1.4.5 Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Pengecer ... 87

4.1.5Analisis Margin Pemasaran... 88

4.2. Pembahasan ... 94

4.2.1 Pola Distribusi Padi dan Beras di Desa Purwodadi ... 94

4.2.2 Nilai Rantai Distribusi Padi dan Beras di Desa Purwodadi .. 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

5.1 Kesimpulan ... 104

5.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis Padi Sawah dan Tingkat Harga Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani Tahun 2014 – 2015 ... 9

Tabel 1.2 Data Luas Panen, Kapasitas Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Tahun 2015 ... 10

Tabel 3.1 Penentuan Sampel Berdasarkan Luas Panen, Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ... 56

Tabel 4.1 Karakteristik Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 65 Tabel 4.2 Karakteristik Usia Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 68 Tabel 4.3 Karakteristik Tingkat Pendidikan Petani Padi Sawah di Desa

Purwodadi ... 69

Tabel 4.4 Karakteristik Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi ... 70 Tabel 4.5 Karakteristik Usia Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi ... 73 Tabel 4.6 Karakteristik Tingkat Pendidikan Pedagang Tengkulak di Desa

Purwodadi ... 73

Tabel 4.7 Karakteristik Penggilingan Padi di Desa Purwodadi dan Sekitarnya 74 Tabel 4.8 Karakteristik Usia Responden Pemilik Penggilingan Padi di Desa

Purwodadi dan Sekitarnya ... 75

Tabel 4.9 Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden Pemilik Penggilingan Padi di Desa Purwodadi ... 76

Tabel 4.10 Karakteristik Responden Pedagang Pengepul di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 77

Tabel 4.11 Karakteristik Usia Pedagang Pengepul di Desa Purwodadi dan

Sekitarnya ... 78

Tabel 4.12 Karakteristik Tingkat Pendidikan Pedagang Pengepul di Desa

Purwodadi dan Sekitarnya ... 79

Tabel 4.13 Karakteristik Responden Pedagang Pengecer di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 80

Tabel 4.14 Karakteristik Usia Pedagang Pengecer di Desa Purwodadi dan

Sekitarnya ... 81

Tabel 4.15 Karakteristik Tingkat Pendidikan Pedagang Pengecer di Desa

(15)

Tabel 4.16 Distribusi Hasil Panen Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 84 Tabel 4.17 Distribusi Pembelian Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi ... 85 Tabel 4.18 Distribusi Pembelian Penggilingan Padi di Desa Purwodadi dan

Sekitarnya ... 85

Tabel 4.19 Distribusi Pembelian Pedagang Pengepul di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 86

Tabel 4.20 Distribusi Pembelian Pedagang Pengecer di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 87

Tabel 4.21 Margin Pemasaran Komoditas Padi dan Beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal pada Rantai Distribusi Pertama ... 90

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rantai Distribusi Secara Umum ... 31 Gambar 2.2 Rantai Distribusi Pertanian Secara Khusus (Padi dan Beras) ... 34 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 52 Gambar 4.1 Persentase Mengenai Pemilihan Rantai Distribusi Padi dan Beras

di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ... 83

Gambar 4.2 Pola Distribusi Komoditas Padi dan Beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ... 95

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran – 2.1 Karakteristik Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 124

Lampiran – 2.2 Karakteristik Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi ... 127

Lampiran – 2.2 Karakteristik Penggilingan Padi di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 127

Lampiran – 2.3 Karakteristik Pedagang Pengepul di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 128

Lampiran – 2.3 Karakteristik Pedagang Pengecer di Desa Purwodadi dan Sekitarnya ... 128

Lampiran – 3 Persentase Varietas Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 129

Lampiran – 4 Kegiatan Distribusi Padi dan Beras di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal ... 130

Lampiran – 4.1 Distribusi Hasil Panen Petani Padi Sawah di Desa Purwodadi ... 131

Lampiran – 4.2 Kegiatan Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Tengkulak.. 133

Lampiran – 4.2 Kegiatan Distribusi Hasil Pembelian Penggilingan Padi ... 133

Lampiran – 4.3 Kegiatan Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Pengepul .... 134

Lampiran – 4.3 Kegiatan Distribusi Hasil Pembelian Pedagang Pengecer .... 134

Lampiran – 5 Distribusi Hasil Panen Petani Padi Per Musim Panen ... 135

Lampiran – 6 Margin Pemasaran Pedagang Tengkulak ... 137

Lampiran – 7 Margin Pemasaran Penggilingan Padi ... 138

(18)

Lampiran – 9 Margin Pemasaran Pedagang Pengecer ... 140

Lampiran – 10 Identitas Responden ... 141

Lampiran – 10.1 Identitas Responden Petani Padi di Desa Purwodadi ... 142

Lampiran – 10.2 Identitas Responden Pedagang Tengkulak... 144

Lampiran – 10.2 Identitas Responden Penggilingan Padi ... 144

Lampiran – 10.2 Identitas Responden Pedagang Pengepul ... 144

Lampiran – 10.2 Identitas Responden Pedagang Pengecer ... 144

Lampiran – 11 Sketsa Peta Kecamatan Sunggal Secara Administratif ... 145

Lampiran – 12 Dokumentasi Selama Penelitian ... 146

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan

mampu menjadi andalan pembangunan ekonomi tanpa adanya peningkatan nilai

tambah, perbaikan dalam pengelolaan pertanian, maupun perbaikan kebijakan

dalam pembangunan pertanian. Sektor pertanian yang tangguh dan handal

merupakan prasyarat yang harus terpenuhi bagi pembangunan sektor industri dan

jasa yang tangguh.

Pembangunan sektor pertanian yang tangguh diarahkan untuk

meningkatkan produktivitas hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan

masyarakat, kebutuhan bahan baku industri dalam negeri, meningkatkan ekspor,

meningkatkan pendapatan petani, memperluas kesempatan kerja serta mendorong

kesempatan berusaha.

Pembangunan ekonomi Indonesia yang masih berorientasi pada sektor

pertanian, dengan tujuan agar produksi pertanian dapat meningkat secara terus

menerus dan salah satu upaya yang dilakukan untuk pemulihan ekonomi bangsa

ditentukan oleh kemajuan pembangunan pertaniannya. Visi pembangunan

pertanian yaitu mewujudkan usahatani tanaman pangan yang tangguh, modern

dan efisien serta menyejahterakan petani dan masyarakat tani. Salah satu ciri

(20)

mampu menghasilkan produk pertanian yang mengacu pada selera pasar domestik

maupun internasional.

Sebagai negara agraris, Indonesia menghasilkan komoditas pertanian yang

potensial dan cukup tinggi. Hasil pertanian yang diunggulkan di Indonesia terdiri

dari berbagai komoditas, diantaranya adalah komoditas tanaman pangan,

hortikultura, dan perkebunan. Dengan berbagai sumberdaya alam yang kaya,

Indonesia dapat dikatakan sebagai negara besar dengan potensi sebagai negara

agribisnis.

Salah satu komoditas utama sub sektor tanaman pangan dalam sektor

pertanian di Indonesia adalah padi atau beras. Beras merupakan komoditi strategis

yang paling penting bagi masyarakat Indonesia sebagai sumber makanan pokok

karena mengandung sumber energi dan protein serta karbohidrat yang dibutuhkan

oleh tubuh manusia (Astawan, 2004).

Peningkatkan akan permintaan beras di Indonesia yang seringkali tidak

berjalan dengan optimal dikaitkan dengan kurangnya penganekaragaman bahan

pangan dan inovasi pengolahan berbagai bahan makanan yang dihasilkan. Padahal

salah satu fakta penting yang selama ini menghambat pemanfaatan berbagai jenis

bahan pangan adalah kurang efisiennya interaksi antarpelaku bisnis dalam proses

distribusi produk atau komoditas pangan tertentu.

Menurut Badan Litbang Pertanian (2005) mengungkapkan bahwa beras

yang merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian

dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisiasi

(21)

akan beras dalam periode 2005 – 2025 diproyeksikan masih akan terus meningkat.

Dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta jiwa dengan angka

pertumbuhan 1,7% per tahun. Angka tersebut mengindikasikan besarnya bahan

pangan yang harus tersedia di Indonesia.

Kebutuhan akan sumber pangan terutama beras, jika tidak diimbangi

dengan peningkatan produksi yang signifikan akan menghadapi masalah apabila

produksi di dalam negeri yang terus menurun. Hal ini akan berdampak serius

terhadap kebutuhan dan ketersediaan pangan serta menyebabkan kesenjangan

hidup semakin melebar.

Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk

Indonesia, maka usaha pertanian yang terpadu perlu digalakkan petani Indonesia.

Dalam upaya membangun pertanian Indonesia agar menghasilkan kualitas dan

kuantitas produk pertanian yang baik dapat ditingkatkan dengan peranan aktif

pemerintah dalam hal pembuatan kebijakan dan pemberian fasilitas pertanian

yang mendukung, guna tercapainya pemerataan swasembada pangan yang

diharapkan pemerintah dapat terlaksana dengan baik.

Untuk itu, diperlukan usaha – usaha dalam meningkatkan hasil produksi

pertanian, terutama beras dengan cara : 1) membangun gudang penyimpanan

gabah, dan pabrik penggilingan padi, 2) menetapkan harga dasar gabah yang

memihak kepada petani, 3) memberikan berbagai subsidi dan insentif modal

kepada para petani agar petani dapat meningkatkan produksi pertaniannya, 4)

menyempurnakan sistem kelembagaan usahatani gabah/beras melalui dibentuknya

(22)

bertujuan untuk memberikan motivasi peningkatan produksi padi dan mengatasi

segala hambatan yang dihadapi para petani.

Selain untuk mendukung peningkatan hasil produksi padi tersebut,

diperlukan juga inovasi dalam meningkatkan efektivitas aliran distribusi melalui

kinerja yang lebih baik antarpelaku bisnis dengan menggunakan pendekatan

manajemen rantai pasok (Supply Chain Management). Dan padi atau beras

merupakan salah satu komoditas pangan yang memiliki potensi pasar yang cukup

besar di dalam negeri.

Untuk mencukupi kebutuhan akan produksi padi di Indonesia dan

meningkatkan kesejahteraan petani dengan pemberian pendapatan yang layak

merupakan tujuan yang hendak dicapai pemerintah. Namun usaha peningkatan

produktivitas padi akan terganggu mengingat sulitnya mencari lahan pertanian

dan semakin sempitnya lahan pertanian padi serta laju pertumbuhan penduduk

yang cukup pesat akan berdampak pada produksi dan pendapatan petani.

Masalah lain yang sering muncul yaitu saat gabah melimpah pada musim

panen raya berlangsung, sering kali timbul permasalahan dalam hal penetapan

harga pasca panen untuk didistribusikan. Guna mengatur stabilitas harga gabah

dipasaran, pemerintah telah menetapkan kebijakan harga dasar gabah dan harga

atap gabah sebagai jaminan harga kepada petani agar tetap bergairah dalam

mengusahakan tanaman padi dan terpacu untuk meningkatkan produksinya. Harga

dasar (floor price) diperlukan untuk menjaga harga pasar pada saat panen tidak

turun, supaya produsen bisa menerima hasilnya sesuai dengan harga yang

(23)

sementara pembeli dan permintaan tetap maka harga akan tertekan. Buruknya

penetapan harga ini bisa dijadikan bola bagi pedagang tengkulak atau pemodal

nakal untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan harga atap

(celling price) tetap diperlukan, khususnya pada musim – musim paceklik, saat

persediaan produksi padi terbatas, sehingga dengan demikian kebijaksanaan harga

dikatakan sangat efektif apabila harga pasar berada di antara harga dasar dan

harga atap (Daniel, 2004).

Kebijakan harga pasar gabah yang dimaksudkan tertuang dalam Instruksi

Presiden (Inpres) berupa penetapan harga pembelian pemerintah (HPP). Inpres

Nomor 3 Tahun 2012 memuat tentang ketentuan kenaikan harga pembelian

pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 3.300,- per

kilogram di tingkat petani (semula Rp 2.640,- per kilogram), gabah kering giling

(GKG) di penggilingan padi Rp 3.300,- per kilogram menjadi Rp 4.150,- per

kilogram, sedangkan untuk beras naik dari Rp. 5.060,- per kilogram menjadi Rp

6.600,- per kilogram di gudang Perum Bulog (Bulog, 2012).

Penetapan kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) tersebut tentu

ditunggu petani karena membayangkan kesejahteraan mereka akan ikut naik.

Namun jika melihat pengalaman pada 2009 produksi nasional memecahkan rekor

selama beberapa dekade sebesar 63,84 juta ton gabah kering giling (GKG), tetapi

angka nilai tukar petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga

yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan

dalam persentase, nilai tukar petani terhadap tanaman pangan pada Agustus 2009

(24)

yang dijalankan karena seluruh pendapatannya habis menjadi modal usahatani.

Hal ini di sebabkan akibat harga agroinput seperti pupuk, benih, pestisida, dan

sewa alat pertanian mengalami peningkatan harga sehingga mengakibatkan

kenaikan indeks biaya yang dibayar oleh petani. Kenyataan ini mengindikasikan

bahwa pembangunan pertanian dalam upaya peningkatan kesejahteraan petani

belum sepenuhnya berhasil. Peningkatan produktivitas yang diupayakan petani

melalui penerapan teknologi tidak diimbangi dengan nilai yang memadai, karena

harga yang diterima petani relatif rendah (Subandriyo, 2010).

Untuk mewujudkan peningkatan ketahanan pangan dan peningkatan

kesejahteraan petani, pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjamin

ketersediaan pangan terutama beras, melalui berbagai langkah kebijakan. Di

samping itu, dalam rangka mengurangi beban penderitaan petani, kebijakan

perberasan di Indonesia hendaknya harus melingkupi bukan hanya pada persoalan

produksi beras saja, tetapi juga pada proses pendistribusiannya hingga ke tangan

konsumen.

Menurut Rasahan (dalam Sutrisno, 2010) mengemukakan bahwa

permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian sub sektor tanaman

pangan terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan produksi beras

meliputi: 1) lahan – lahan pertanian umumnya semakin berkurang tanpa

diimbangi dengan pengembangan bahan pangan yang seimbang terutama di

sekitar kota – kota besar baik di Jawa maupun di luar Jawa, 2) penguasaan lahan

sempit rata – rata kurang dari 0,5 Ha sehingga tidak ekonomis dalam usahatani,

(25)

harga dasar tidak berjalan dengan baik, 4) kebijakan makroekonomi kurang

mendukung dan kurang berpihak pada petani dalam menciptakan tanaman pangan

yang berkelanjutan, 5) aplikasi teknologi ditingkat usahatani banyak yang tidak

sesuai dengan anjuran yang disebabkan oleh tingginya harga sarana produksi dan

rendahnya kemampuan permodalan petani, 6) kondisi cuaca kurang mendukung

menyebabkan penurunan produksi, dan 7) kurangnya peranan penyuluh pertanian.

Pengamatan yang dilakukan Arifin (2007) menunjukkan bahwa harga

gabah dan beras yang semakin melebar sejak kejatuhan Presiden Soeharto

menjadi persoalan tersendiri bagi ekonomi perberasan. Badan Pusat Statistik

menginformasikan bahwa pada tanggal 1 Februari 2006, harga rata – rata gabah

kering panen (GKP) di tingkat petani bulan Januari 2006 tercatat Rp 1.990,- per

kg, sementara harga rata – rata beras kualitas premium seluruh Indonesia

Rp 3.615,- per kg, dengan variasi yang cukup tajam antara Rp 3.500,- per kg dan

Rp 3.850,- per kg atau bahkan lebih tinggi lagi di daerah pedalaman dan terisolasi.

Sedangkan pada tanggal 1 Januari 2010 harga rata – rata gabah kering panen

(GKP) di tingkat petani tercatat Rp 2.640,- per kg, sementara harga rata – rata

beras kualitas premium seluruh Indonesia saat itu Rp 4.200,- per kg.

Menurut Syahza (2003) disparitas harga yang terjadi antara gabah dan

beras yang tinggi merupakan akibat dari panjangnya rantai distribusi komoditas

pertanian. Keadaan ini menyebabkan besarnya biaya distribusi margin pemasaran

yang tinggi, sehingga ada bagian yang harus dikeluarkan sebagai keuntungan

pedagang. Kendatipun pada umumnya petani tidak terlibat dalam rantai distribusi

(26)

hanya dinikmati oleh pedagang. Hal ini cenderung memperkecil bagian yang

diterima petani dan memperbesar biaya yang harus dibayarkan oleh konsumen.

Menurut Rachman (dalam Agustian dan Setiadjie, 2008) antar daerah dan

komoditas, kelembagaan yang terlibat dalam distribusi produk pertanian

seringkali terdapat perbedaan. Mereka yang terlibat dalam pendistribusian adalah

pedagang pengumpul, para penyalur, pedagang besar yang beroperasi di pusat –

pusat pasar, dan akhirnya pengecer di daerah konsumsi itu sendiri yang

berhadapan langsung dengan konsumen.

Secara umum, pendistribusian produk tanaman pangan selama ini

dilakukan oleh pedagang besar, menengah, kecil dan operasi dalam rantai

distribusi sesuai kemampuan dan lingkungannya. Rantai distribusi adalah rute dan

status kepemilikan yang ditempuh suatu produk, ketika produk mengalir dari

penyedia bahan mentah melalui produsen sampai konsumen akhir.

Pendistribusian komoditas padi dan beras tidak terlepas dari peranan

lembaga pemasaran dalam menyalurkan padi dan beras kepada konsumen.

Masalah yang timbul adalah semakin banyak lembaga pemasaran maka harga

yang diterima para petani padi sawah menjadi rendah sedangkan para konsumen

harus membayar dengan harga yang cukup mahal. Perbedaan harga beli dan harga

jual antara petani dan pelaku pemasaran menunjukkan adanya margin pemasaran

antara petani dengan konsumen. Margin pemasaran yang semakin besar akan

menyebabkan persentase bagian yang diterima petani akan semakin kecil.

Desa Purwodadi merupakan salah satu daerah sentra penghasil padi sawah

(27)

harga gabah kering giling di tingkat petani padi sawah di Desa Purwodadi dapat

dilihat pada tabel 1.1. berikut ini :

Tabel 1.1.

Jenis Padi Sawah dan Tingkat Harga Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani Tahun 2014 – 2015

No. Dusun Jenis Padi

distribusi komoditas padi dan beras yang mempengaruhi pendapatan usahatani di

daerah tersebut. Berdasarkan tabel 1.1 pada tahun 2014 – 2015 di Dusun XI harga

gabah kering giling lebih rendah dibandingkan dengan Dusun yang lain yaitu

sekitar Rp 490,- sampai Rp 735,- per kg. Dusun XI dengan jenis padi IR–64 harga

jual Rp 2.925,- (2014) dan Rp 3.415,- (2015) per kg di tingkat petani. Keadaan

tersebut disebabkan musim penghujan yang menyebabkan banjir dan irigasi yang

mengaliri lahan persawahan Dusun XI tersumbat, sehingga padi tergenang dan

(28)

menjadi terhambat. Selain itu, lahan sawah yang sempit kurang mendukung dalam

usahatani padi sawah tersebut.

Sementara itu, dusun lain mengalami kenaikan harga gabah kering giling

berkisar antara Rp 500,- per kg sampai Rp 750,- per kg. Dari data di atas dapat

Desa Purwodadi, Kecamatan Sunggal umumnya tidak dikelola dengan sistem

manajemen yang baik. Hasil usaha dan keperluan rumah tangga untuk keperluan

sehari – hari seringkali disatukan, sehingga pendapatan bersih dari kegiatan usaha

menanam sampai memanen padi tidak diketahui dengan jelas. Hal ini membuat

petani tidak mengetahui dengan pasti pendapatan usaha yang mereka hasilkan dari

kegiatan menanam sampai memanen padi sawah.

Tabel 1.2.

(29)

9. Dusun IX 6.725,50 44,84 Rp 3.756.566,-

10. Dusun X 4.671,80 31,15 Rp 3.270.559,-

11. Dusun XI 3.605,75 24,03 Rp 2.052.522,-

12. Dusun XII 7.932,80 52,89 Rp 4.157.550,-

13. Dusun XIII 12.057,30 80,38 Rp 3.412.238,-

Jumlah 89.831,35 598,95 Rp45.013.202,-

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016

Berdasarkan tabel 1.2. diatas dari luas lahan keseluruhan Desa Purwodadi

sekitar 216 Ha yang dimanfaatkan sebagai lahan sawah adalah 8,9 Ha (4,2%) dan

sekitar 207 Ha (95,8%) dimanfaatkan sebagai perkebunan, sarana dan prasarana

umum, pemukiman serta pembangunan berbagai jenis pabrik. Sementara itu,

produksi rata – rata gabah kering giling (GKG) yang dihasilkan para petani di

Desa Purwodadi adalah 8,56 Kw/GKG. Sedangkan rata – rata pendapatan petani

yang dihasilkan dari setiap 1 (satu) kali panen, yaitu sekitar Rp 3.462.554,-/musim

panen tergantung luasnya lahan yang dimiliki setiap petani. Pendapatan petani

padi sawah yang paling rendah di Desa Purwodadi, terdapat di Dusun XI jika

dibandingkan dengan dusun – dusun yang lain. Hal ini dikarenakan produksi yang

berkurang akibat lahan sawah yang digunakan untuk menanam padi mengalami

alih fungsi lahan menjadi pemukiman penduduk.

Selain itu, petani padi sawah di Desa Purwodadi sering kali menghadapi

beberapa kendala distribusi, seperti : 1) kesinambungan produksi, 2) panjangnya

rantai pemasaran, 3) kurang memadainya pasar, 4) kurang tersedianya informasi

pasar, 5) rendahnya kemampuan tawar – menawar di saat panen raya, 6)

berfluktuasinya harga, 7) rendahnya kualitas produksi, dan 8) rendahnya kualitas

(30)

sehingga petani sering mengalami penurunan harga dan pemasaran hasil panen

padi yang di dominasi oleh pedagang tengkulak.

Hasil studi awal yang dilakukan di Desa Purwodadi yang merupakan salah

satu daerah penghasil komoditas padi di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang, dalam mendistribusikan hasil panennya para petani menggunakan

pedagang tengkulak. Dalam melaksanakan pembelian pedagang tengkulak

menggunakan sistem tebasan yang mana penetapan harga ditentukan dengan

tawar – menawar antara petani dan pedagang tengkulak. Kesepakatan harga yang

terjadi sering kali membuat petani jatuh pada harga yang ditetapkan oleh

pedagang tengkulak karena lemahnya posisi tawar petani pada saat panen raya.

Dengan kondisi demikian petani harus mengikuti mekanisme pasar, sehingga

dalam hal ini petani hanya berperan sebagai penerima harga.

Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong penulis untuk melakukan

penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Analisis Rantai Distribusi

Komoditas Padi dan Beras” (Studi Kasus pada Desa Purwodadi Kecamatan

Sunggal Kabupaten Deli Serdang).

1.2. Identifikasi Masalah

Secara umum pendapatan yang diterima petani belum memadai jika

dibandingkan dengan jerih payah yang telah dikeluarkannya ditambah dengan

resiko kegagalan panen. Rendahnya pendapatan petani disebabkan oleh beberapa

kebiasaan yang tidak tepat, khususnya dalam hal penyimpangan harga padi dan

beras. Sebagian petani ada yang langsung menjual seluruh hasil panennya dan

(31)

lain dijual langsung kepada tengkulak ataupun dikonsumsi sendiri seluruhnya.

Pola penyimpanan gabah yang dipilih petani, berkaitan dengan beberapa hal

seperti tingkat harga gabah yang berlaku di pasaran, kemampuan penanganan

pasca panen, dan kebutuhan uang kontan untuk keperluan sehari – hari termasuk

untuk membiayai usahataninya.

Dari pernyataan yang telah dikemukakan di atas, maka masalah mengenai

rantai distribusi komoditas padi dan beras dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Apakah efisien rantai distribusi komoditas padi dan beras dari petani sampai

ke konsumen akhir di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang ?

2. Apakah wajar margin keuntungan yang diterima masing – masing pelaku

pemasaran dalam penambahan nilai rantai distribusi komoditas padi dan beras

di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang ?

1.3. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada kegiatan yang

berhubungan dengan pertanian, baik terhadap pihak – pihak yang berperan dalam

proses produksi maupun pendistribusiannya. Mengingat disparitas antara harga

gabah dan beras yang sangat tinggi menyebabkan kesejahteraan petani menurun,

karena sebagian besar petani adalah produsen sekaligus net consumer beras.

Dalam upaya mempersempit disparitas harga padi di tingkat petani dan konsumen

di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, maka

(32)

1.4. Perumusan Masalah

Di samping masalah tersebut di atas, salah satu sumber penyebab

rendahnya harga jual gabah yang diterima petani adalah panjangnya mata rantai

pemasaran gabah. Oleh karena itu, untuk membantu petani mendapatkan harga

yang layak perlu dilakukan suatu kajian tentang pola rantai distribusi beras untuk

melihat secara lebih mendalam mengenai fungsi masing – masing tingkat

perdagangan padi dan beras.

Berdasarkan uraian masalah di atas maka yang menjadi perumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pola rantai distribusi komoditas padi dan beras mulai dari petani

sampai ke konsumen akhir di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten

Deli Serdang ?

2. Berapa besar margin keuntungan yang diterima masing – masing pelaku

pemasaran dalam penambahan nilai rantai distribusi komoditas padi dan beras

di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang ?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalahan yang akan diambil, maka tujuan

penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pola rantai distribusi komoditas padi dan beras di Desa

Purwodadi Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

2. Untuk mengetahui tingkat margin keuntungan yang diterima pada setiap

tingkatan lembaga pemasaran komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi

(33)

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan kajian dalam perbaikan pola

rantai distribusi komoditas padi dan beras nasional, terutama di Desa Purwodadi

Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Selain itu,

hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak

diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Merupakan suatu pengalaman yang berharga dan langkah awal dalam

penerapan ilmu pengetahuan. Mengingat keterbatasan dalam penelitian ini,

maka diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.

2. Bagi Pihak Terkait

Yaitu petani dan Kelompok Tani di Desa Purwodadi, Kecamatan Sunggal

yang dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan

lanjutan dalam penentuan proses pengolahan dan penetapan strategi distribusi

komoditas padi dan beras.

3. Bagi Universitas Negeri Medan

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk

memperkuat penelitian sebelumnya, serta menambah informasi dan

sumbangan serta bahan kajian bagi penelitian selanjutnya khususnya

mengenai ekonomi pertanian yang berkaitan dengan Manajemen Argibisnis.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Merupakan sumber referensi bagi peneliti selanjutnya dengan fokus kajian

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Rantai distribusi komoditas padi dan beras di Desa Purwodadi

Kecamatan Sunggal ada dua pola rantai distribusi yaitu : pertama,

Petani  Pedagang Tengkulak  Penggilingan Padi  Pedagang

Pengepul  Pedagang Pengecer  Konsumen; kedua, Petani

Penggilingan Padi  Pedagang Pengepul  Pedagang Pengecer 

Konsumen. Dengan pola distribusi yang ada para pelaku distribusi padi

dan beras dapat memperoleh keuntungan.

2. Dari kedua pola distribusi yang ada, petani menghadapi beberapa

permasalahan dalam pemasaran hasil padi yang sudah diproses

menjadi beras. Permasalahan yang ditemui pada petani yaitu

terbatasnya informasi harga padi yang sudah menjadi beras. Selain

permasalahan tersebut, pembayaran menunggak yang dilakukan oleh

pedagang tengkulak masih ditemui pada petani padi sawah di Desa

Purwodadi Kecamatan Sunggal.

3. Margin pemasaran (marketing margin) yang paling tinggi berturut

turut terjadi pada penggilingan padi (34,37%), pedagang pengepul

(10,29%), pedagang tengkulak (8,50%) dan pedagang pengecer

(35)

pemilik penggilingan padi yang memproses gabah hingga menjadi

beras sekaligus menjualnya memperoleh keuntungan sebesar Rp 15,-

per kilogram beras. Pedagang tengkulak yang tidak mengubah gabah

kering giling (GKG) memperoleh margin keuntungan sebesar Rp 50,-

per kilogram. Para pedagang perantara, mereka mengutip margin

keuntungan Rp 10,- untuk pedagang pengepul dan Rp 25,- untuk

pedagang pengecer per kilogram beras.

5.2 Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian diatas

adalah sebagai berikut :

1. Petani harus memaksimalkan peran kelompok tani dalam kegiatan

pasca menanam dan pemasaran hasil gabah dan beras tersebut secara

terpadu dan terkoordinir. Bersatunya petani dalam kelompok tani akan

memperkuat bargaining power terhadap pelaku distribusi beras.

Dengan berfungsinya kelompok tani, maka rantai distribusi dapat

diperpendek sehingga akan menguntungkan bagi petani maupun

konsumen.

2. Ketidakterlibatan petani secara langsung ke dalam distribusi padi dan

beras membuat petani tidak dapat menangkap insentif dari nilai

tambah perdagangan padi dan beras. Dalam jangka pendek hendaknya

pemerintah mendorong petani untuk dapat menjual padi atau gabah

dalam bentuk beras. Agar komoditas padi dan beras mempunyai nilai

(36)

raya. Oleh karena itu, dibutuhkan keterlibatan pemerintah melalui

penyuluhan dan pengembangan kelompok tani untuk membuat

lumbung padi dan fasilitas jemur dan penggilingan padi di pedesaan.

Hal ini akan memperpendek rantai distribusi, sehingga diharapkan

dapat memperkecil disparitas antara harga padi dan harga beras.

3. Berdasarkan analisis margin pemasaran dapat diketahui bahwa melalui

proses produksi yang ada di Desa Purwodadi Kecamatan Sunggal,

rantai distribusi yang terjadi yaitu Petani  Pedagang Tengkulak Rp

875,-/Kg  Penggilingan Padi Rp 3.540,-/Kg  Pedagang Pengepul

Rp 1.060,-/Kg  Pedagang Pengecer Rp 775,-/Kg dengan margin total

sebesar Rp 6.250,- per Kg. Keuntungan yang seharusnya diperoleh

petani jika menjual padi dan sudah menjadi beras langsung ke

konsumen. Sehingga salah satu alternatif agar petani padi sawah dapat

memperoleh nilai tambah dalam pemasaran hasil panen padi sawah

adalah dengan menjual padi menjadi beras secara langsung kepada

konsumen.

4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar lebih memperluas jangkauan

lokasi penelitian, sehingga lebih mampu mengetahui secara umum

pola rantai distribusi dan margin pemasaran yang diperoleh pelaku

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Adang dan Iwan Setiadjie. 2008. “Analisis Perkembangan Harga dan

Rantai Pemasaran Cabai Merah di Jawa Barat”. Bogor: Pusat Analisis

Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian.

Anindita, R. 2003. “Dasar – dasar Pemasaran Hasil Pertanian”. Malang : Universitas Brawijaya.

Arifin, Bustanul. 2007. “Disparitas Harga Gabah dan Harga Beras”. Jakarta : Unisosdem, UNILA.

Ariwibowo, Agus. 2013. “Analisis Saluran Pemasaran Komoditas Padi dan Beras di Kecamatan Pati Kabupaten Pati”. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Aroning, R., 2008. “Analisis Saluran dan Hasil Margin Pemasaran Kakao di Desa

Timbuseng, Kecamatan Pattalasang, Kabupaten Gowa”.

http://www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015

Astawan, 2004. Budidaya Padi. http://web.php.html. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015.

Badan Pusat Statistik. 2015. Kecamatan Sunggal dalam Angka.

Balai Pengembangan Mekanisasi Pertanian. 2005. “Pengembangan Revitalisasi Penggilingan Padi”. Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Basu, Swasta dan Irawan. 1998. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta : Liberty.

Bulog. 2012. Kebijakan Pengadaan Gabah dan Beras. Jakarta : Intruksi Presiden Nomor 3.

Departemen Pertanian RI. 2007. Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani. Jakarta : Departemen Pertanian RI

Ekasari dkk, 2007. “Analisis Margin Pemasaran Telur Itik di Kelurahan

Borongloe Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa”.

http://www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember 2015

Hanafiah dan Saepuddin. 1983. Tinjauan Pustaka. Institut Pertanian Bogor. Bogor : IPB

(38)

Istiyanti, Eni. 2010. “Efisiensi Pemasaran Cabai Merah Keriting di Kecamatan

Ngemplak Kabupaten Sleman”. Mapeta, 12(2): 116-124.

Kotler dan Amstrong. 2001. Prinsip – prinsip Pemasaran. Jilid 1, Alih Bahasa Damos Sihombing dan Wisnu Chandra Kristiaji. Jakarta : Erlangga.

Lakasana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran Pendekatan Praktis. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Mardianto, Sudi, Yana Supriatna,dan Nur K. Agustin. 2005. “Dinamika Pola

Pemasaran Gabah dan Beras di Indonesia”. Bogor : Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol 23, No. 2.

Margono, 2004. Metodologi Penelitian Pendidika, Jakarta: Rineka Cipta.

Martodireso, S dan Suryanto, AW. 2002. Agribisnis Kemitraan. Yogyakarta : Usaha Bersama

Mears, L. 1982. Era Baru Ekonomi Perberasan Indonesia. UGM Press. Yogyakarta

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LPES.

Natawidjaja, R.S. 2001. Dinamika Pasar Beras Domestik. Dalam A Suryana dan S. Maerdianto (Ed). Bunga Rampai Ekonomi Beras. LPEM – FEUI. Jakarta.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta : Ghalia Indonesia

Pamungkas, Septian Bagas. 2013. “Analisis Rantai Distribusi Komoditas Ikan Tangkap Perikanan Laut di Kota Tegal”. Semarang : Universitas Negeri Semarang

Pearce dan Robinson. 2011. Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Rahayu, Endang. 2009. “Mereposisi Peran Pemasaran Pertanian dalam

Revitalisasi Pertanian”. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta.

Saifullah, A.. 2001. Peran Bulog dalam Kebijakan Perberasan Nasional. Dalam A. Suryana dan S. Mardianto (Ed). Bunga Rampai Ekonomi Beras. LPEM – FEUI. Jakarta

Sidik, M. dan S. Purnomo. 1981. “Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten

Karawang, Jawa Barat Melalui Identifikasi Saluran Pemasaran”. Majalah

(39)

Sobirin. 2009. “Efisiensi Pemasaran Pepaya di Kecamatan Subang Kabupaten

Banyumas”. http://www.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Desember

2015

Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Bandung : CV Rajawali.

Subandriyo, Toto. 2010. “Pasang Surut Kesejahteraan Petani”. Suara Merdeka. Edisi Cetak. 21 Januari.

Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Malang : Universitas Muhamadyah Malang.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, Ade. 2003. “Analisis Sistem Pemasaran Gabah dan Beras (Studi Kasus Petani Padi di Sumatera Utara)”. Bogor : Puslitbang Sosek Pertanian.

Surono, S. 1999. “Arah Kebijakan Perberasan Nasional di Masa Mendatang”. Makalah pada Seminar Future Direction of Indonesia Rice Policy di Jakarta, 09 Maret 1999. Biro Perencanaan Departemen Pertanian, Jakarta.

Sutarno. 2014. “Analisis Efisiensi Pemasaran Kedelai di Kabupaten Wonogiri”.

e-Journal Agrineca. 14 (1): 1-10

Syahza, Almasdi. 2003. Paradigma Baru: Pemasaran Produk Pertanian

Berbasis Agribisnis”. Jakarta: Jurnal Ekonomi, TH.VIII/01/Juli, PPD&I

Fakultas Ekonomi Tarumanegara

Gambar

Tabel 4.17 Distribusi Pembelian Pedagang Tengkulak di Desa Purwodadi  .....  85
Gambar 2.1    Rantai Distribusi Secara Umum ................................................
Tabel 1.1. Jenis Padi Sawah dan Tingkat Harga Gabah Kering Giling (GKG)
Tabel 1.2.

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik

Dalam perkembangannya, ilmu forensik tidak semata-mata bermanfaat dalam penegakkan hukum, tetapi juga bermanfaat dalam segi kehidupan bermasyarakat lain, misalnya dalam

Aplikasi ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan proses belajar bagi para pelajar karena penulis melihat para pelajar masih sangat sulit untuk mempelajari rumus bangun apalagi

TENTANG : BAKU MUTU EMISI PABRIK PUPUK FOSFAT (SP-36,TSP) TANGGAL : 12 AGUSTUS 2004. BAKU MUTU EMISI UNTUK PABRIK PUPUK FOSFAT

[r]

Bagi peserta yang berkeberatan dengan keputusan ini, diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahan kepada Panitia Pengadaan Barangpasa MTs N lebus Tahun. Anggaran zln

Dari eksperimen sederhana pada tes penentuan posisi pada titik kontrol N0005 dan pengukuran detil planimetrik didapat dua hasil yang agak berbeda dimana pada tes

Berangkat dari permasalahan yang ada pada teks iklan McDonald’s versi ”kelaparan tengah malam”, peneliti menangkap adanya permasalahan di dalam pelayanan kepada konsumen dalam