• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan motivasi terhadap kinerja manajerial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan " Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan motivasi terhadap kinerja manajerial"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

PADA RSJ TAMPAN PROVINSI RIAU

SKRIPSI

OLEH:

ARNI FEBRIANTI 11573205109

JURUSAN AKUNTANSI S1

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2023

(2)

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

PADA RSJ TAMPAN PROVINSI RIAU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

OLEH:

ARNI FEBRIANTI 11573205109

JURUSAN AKUNTANSI S1

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2023

(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

PADA RSJ TAMPAN PROVINSI RIAU OLEH:

ARNI FEBRIANTI NIM. 11573205109

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan motivasi terhadap kinerja manajerial. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data primer yang didapat dari kuesioner. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh manajer atau kepala bidang dan kepala bagian yang ada di RSJ Tampan Provinsi Riau. Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan total sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 pegawai. Alat analisis yang digunakan adalah statistic deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasikdan uji hipotesis dan diolah menggunakan SPSS versi 25. Hasil penelitian ini secara parsial menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, komitmen organisasi dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Sedangkan hasil penelitian secara simultan menunjukkan bahwa pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan motivasi berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja manajerial.

Kata Kunci : Partisipasi Penyusunan Anggaran, Akuntansi Pertanggungjawaban, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, Motivasi, dan Kinerja Manajerial.

(7)

ii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF BUDGETING PARTICIPATION, ACCOUNTING RESPONSIBILITY, LEADERSHIP STYLE, ORGANIZATIONAL COMMITMENT AND MOTIVATION ON MANAGERIAL PERFORMANCE

AT RSJ TAMPAN , RIAU PROVINCE BY:

ARNI FEBRIANTI NIM. 11573205109

This study aims to determine the influence of participation in budgeting, accountability accounting, leadership style, organizational commitment and motivation on managerial performance. This study used a quantitative method using primary data obtained from questionnaires. The population in this study were all managers or heads of departments and heads of departments at the Tampan Hospital in Riau Province. Determination of the sample in this study using total sampling. The sample in this study were 31 employees. The analytical tools used were descriptive statistics, data quality testing, classical assumption testing and hypothesis testing and processed using SPSS version 25. The results of this study partially indicate that participation in budgeting, accountability accounting, organizational commitment and motivation have a significant effect on managerial performance. While the results of the study simultaneously show that the influence of participation in budgeting, accountability accounting, leadership style, organizational commitment and motivation have a joint effect on managerial performance.

Keywords : Participation in Budgeting, Accountability Accounting, Leadership Style, Organizational Commitment, Motivation, and Managerial Performance.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Akuntansi Pertanggungjawaban, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial Pada RSJ Tampan Provinsi Riau”. Shalawat serta salam tidak lupa penulis hadiahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman yang gelap gulita hingga alam yang terang benderang dengan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan, bimbingan dan nasehat dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu, yaitu sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Dr. Khairunnas, M.Ag selaku Rektor UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru beserta jajarannya.

2. Ibu Dr. Hj. Mahyarni, S.E, M.M selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

(9)

iv

3. Bapak Dr. Kamaruddin, S.Sos, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Ilmu sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Dr. Mahmuzar, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Ilmu sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

5. Ibu Dr. Juliana, S.E, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan Ilmu sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

6. Ibu Faiza Muklis, SE, M.Si, Ak selaku Ketua Prodi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

7. Ibu Harkaneri, SE, MSA, Ak, CA selaku Sekretaris Prodi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau dan selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu, membimbing, mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan ilmu yang bermanfaat selama proses perkuliahan terjadi.

9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

10. Orang tuaku tercinta Ayahanda Jamalus dan Ibunda Roida yang telah memberikan nasehat, dukungan, perhatian, kasih sayang dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

11. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian ini.

(10)

v

12. Teruntuk yang terkasih Ahmad Kholidi yang selalu memberikan semangat, dukungan, motivasi serta do’a disaat susah maupun senang sehingga selesainya penyusunan skripsi ini.

13. Sahabat netizen Lena Nursantika, S.Pd , Siti Aminah Gultom, SE dan Nela Sundari, S.Psi yamg telah memberikan semangat, nasihat dan do’anya kepada penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

14. Keluarga besar Akuntansi S1 angkatan 2015 yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu yang telah memberi semangat kebersamaan dan keceriaan selama mengikuti perkuliahan.

15. Semua pihak yang tidak mungkin bias disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis, pembaca dan bidang pendidikan pada umumnya.

Pekanbaru, Januari 2023

Penulis,

ARNI FEBRIANTI NIM. 11573205109

(11)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 11

2.1 Teori Agensi (Agency Theory) ... 11

2.2 Kinerja Manajerial ... 12

2.3 Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 14

2.3.1 Pengertian Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 14

2.3.2 Keunggulan Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran ... 16

2.3.3 Kelemahan Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran ... 17

2.4 Akuntansi Pertanggungjawaban ... 17

2.4.1 Fungsi Akuntansi Pertanggungjawaban ... 18

2.4.2 Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban ... 18

2.5 Gaya Kepemimpinan ... 19

2.5.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan ... 19

2.5.2 Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan... 20

2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan ... 21

(12)

vii

2.6 Komitmen Organisasi ... 21

2.7 Motivasi ... 24

2.7.1 Pengertian Motivasi ... 24

2.7.2 Tujuan Motivasi ... 26

2.7.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi ... 27

2.8 Pandangan Islam ... 30

2.9 Penelitian Terdahulu ... 31

2.10 Kerangka Konseptual ... 34

2.11 Pengembangan Hipotesis ... 35

2.11.1 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial ... 35

2.11.2 Pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Manajerial ... 35

2.11.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Manajerial ... 36

2.11.4 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial ... 37

2.11.5 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Lokasi Penelitian ... 39

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.4.1 Jenis Data ... 40

3.4.2 Sumber Data... 41

3.5 Populasi dan Sampel ... 41

3.5.1 Populasi ... 41

3.5.2 Sampel... 42

(13)

viii

3.6 Operasional Variabel ... 43

3.6.1 Kinerja Manajerial (Y) ... 43

3.6.2 Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1) ... 44

3.6.3 Akuntansi Pertanggungjawaban (X2) ... 44

3.6.4 Gaya Kepemimpinan (X3)... 45

3.6.5 Komitmen Organisasi (X4) ... 46

3.6.6 Motivasi (X5) ... 47

3.7 Metode Pengolahan Data ... 51

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 51

3.7.2 Uji Kualitas Data... 51

3.7.3 Uji Asumsi Klasik ... 52

3.7.4 Uji Hipotesis ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Hasil Penelitian ... 57

4.1.1 Deskripsi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

4.1.2 Deskripsi Berdasarkan Umur ... 58

4.1.3 Deskripsi Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 59

4.1.4 Deskripsi Berdasarkan Lama Bekerja ... 59

4.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 60

4.3 Hasil Pengujian Kualitas Data ... 62

4.3.1 Hasil Uji Validitas Data ... 62

4.3.2 Hasil Uji Reliabilitas Data ... 64

4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 64

4.4.1 Hasil Uji Normalitas Data ... 64

4.4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 65

(14)

ix

4.4.3 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 66

4.5 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 68

4.6 Hasil Uji Hipotesis ... 71

4.6.1 Hasil Hipotesis Secara Parsial (Uji T) ... 71

4.6.2 Hasil Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 73

4.6.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 74

4.7 Pembahasan ... 75

4.7.1 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial ... 75

4.7.2 Pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Manajerial ... 76

4.7.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Manajerial ... 76

4.7.4 Pengaruh Komitmen Organisasi Tehadap Kinerja Manajerial ... 77

4.7.5 Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Manajerial ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

(15)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 31

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 42

Tabel 3.2 Defenisi Konsep Variabel ... 47

Tabel 4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 57

Tabel 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Umur ... 58

Tabel 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 59

Tabel 4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 59

Tabel 4.5 Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 60

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Data ... 62

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas Data ... 64

Tabel 4.8 Hasil Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov ... 65

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas ... 66

Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas Glejser ... 68

Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Berganda... 69

Tabel 4.12 Hasil Hipotesis Uji Parsial (T) ... 71

Tabel 4.13 Hasil Hipotesis Uji Simultan (F) ... 74

Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 75

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah organisasi manajer mempunyai peran yang sangat penting yakni mengarahkan, mengawasi dan mengkoordinasikan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Kinerja manajerial merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan kinerja manajer yang handal dapat menciptakan keunggulan daya saing suatu organisasi. Tercapainya tujuan dari sebuah organisasi tergantung pada kinerja manajerialnya, untuk memaksimalkan kinerja manajerial maka diperlukan sistem pengendalian.

Salah satu alat yang dapat membantu manajer dalam melaksanakan pengendalian manajemen adalah partisipasi penyusunan anggaran. Partisipasi penyusunan anggaran merupakan proses yang menggambarkan individu-individu yang terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran. Partisipasi penyusunan anggaran merupakan aktivitas menyusun anggaran yang melibatkan setiap tingkat manajer. Anggaran yang disusun akan berpengaruh pada pembuatan keputusan dimasa yang akan datang. Partisipasi penyusunan anggaran akan mempengaruhi kinerja manajerial, karena dengan adanya partisipasi penyusunan anggaran maka manajer yang merasa terlibat akan bertanggung jawab pada pelaksanaan anggaran sehingga bawahan diharapkan akan melaksanakan anggaran dengan lebih baik.

Menurut Ratnawati (2014) partisipasi dalam penyusunan anggaran dinilai sebagai pendekatan manajerial yang dapat meningkatkan kinerja organisasi.

(17)

Manajer yang terlibat dalam penyusunan anggaran akan lebih berusaha untuk memahami dan ber usaha untuk mencapai tujuan anggaran. Sehingga Para manajer akan lebih bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh dalam pelaksanaan anggaran dan menyebabkan kinerja manajerialnya akan meningkat.

Menurut Lubia (2010) akuntansi pertanggungjawaban adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka. Pengetahuan bagi menejer terhadap masalah- masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif mungkin dengan mengendalikan orang-orang yang bertanggungjawab menjalankan operasi produksi.

Selain akuntansi pertanggungjawaban, gaya kepemimpinan juga dapat menjadi pedoman yang baik dalam meningkatkan kinerja manajerial. Menurut Anoraga dalam Nurlia (2017) gaya Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung. Gaya Kepemimpinan dalam pengertian umum merupakan proses ketika seseorang memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol fikiran dan perasaan serta tingkah laku orang lain yang menjadi bawahannya. Maka dapat dipahami bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi orang lain yang menyebabkan seseorang berbuat atau bergerak kearah aktivitas dan tujuan tertentu.

Menurut Baihaqi (2010) dalam Ratnawati (2014) gaya kepemimpinan (leadership style) merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak

(18)

3

pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut tidak disenangi. Gaya kepemimpinan ini erat hubungannya dengan kinerja, karena sering kali betah atau tidaknya seseorang 3 terhadap pekerjaan itu ditentukan dari bagaimana cara memimpin perusahaan tersebut dan perlakuan terhadap bawahan.

Menurut Luthan (2006) komitmen organisasi adalah keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai dengan keinginan organisasi, serta keyakinan tertentu dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhsilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Agar kinerja dapat meningkat maka diperlukan motivasi seorang individu pada suatu organisasi. Motivasi erat hubungannya dengan timbulnya suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Motivasi adalah daya pendorong dari seorang pemimpin yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian dan ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dalam menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1997 dalam Handayani, 2018). Dengan begitu pegawai akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motivasi yang tinggi.

Rumah sakit merupakan bagian penting dari sistem kesehatan. Rumah sakit menyediakan pelayanan kuratif komplek, pelayanan gawat darurat, pusat alih

(19)

pengetahuan dan teknologi dan berfungsi sebagai pusat rujukan. Rumah sakit harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan untuk meningkatkan kepuasan pemakai jasa. Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Pasal 29 huruf b menyebutkan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit, kemudian pada Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal tiga tahun sekali. Dari undang-undang tersebut diatas akreditasi rumah sakit penting untuk dilakukan dengan alasan agar mutu dan kualitas diintegrasikan dan dibudayakan ke dalam sistem pelayanan di rumah sakit ( Depkes, 2009 ).

Salah satu rumah sakit yang berada di Provinsi Riau adalah RSJ Tampan Provinsi Riau. RSJ Tampan Provinsi Riau dibangun pada tahun 1980 dan beroperasi mulai tanggal 5 Juli 1984,diresmikan pada tanggal 21 Maret 1987 oleh Bapak Menteri Kesehatan Republik Indonesia Bapak dr. Soewardjono Soerjaningrat. Pada awal berdirinya rumah sakit ini bernama RS Jiwa Pusat Pekanbaru yang berstatus sebagai UPT Pusat, kemudian menjadi UPT Kanwil Depkes Provinsi Riau sampai dengan tahun 2001. Sejak tahun 2002 RSJ Tampan Provinsi Riau ditetapkan sebagai RS Jiwa Tipe A dibawah Pemerintah Provinsi Riau yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/SK/VI/2003 Tanggal 17 Juni 2003Tentang Peningkatan Kelas RS Jiwa dari Kelas B menjadi Kelas A. RSJ Tampan Provinsi Riau

(20)

5

merupakan pusat rujukan pelayanan kesehatan jiwa untuk wilayah administratif Provinsi Riau dan Kepulauan Riau.

Pada awal tahun 2014, RSJ Tampan Provinsi Riau ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) berdasarkan Keputusan Gubernur Riau Nomor 1 Tahun 2004. Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 8 Tahun 2008 tanggal 5 Desember 2008 RSJ Tampan Provinsi Riau mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang pelayanan rumah sakit khusus jiwa dan dapat ditugaskan untuk melaksanakan penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi. Tugas pokok RSJ Tampan Provinsi disamping memberikan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat terutama masyarakat miskin juga menyelenggarakan upaya pendidikan dan riset melalui kerja sama dengan institusi pendidikan di bidang kesehatan, melaksanakan koordinasi lintas sektor dan memberikan pelayanan kesehatan umum yang menunjang kesehatan jiwa.

Tabel I.1

Laporan Pelaksanaan Kegiatan APBD Provinsi Riau Anggaran Belanja Langsung s/d Desember 2018-2021 RSJ Tampan Provinsi Riau

TAHUN

Target Realisasi SPJ

Rp Rp %

2018 45.990.405.668,56 44.962.373.814,92 85,31 2019 73.114.583.640,00 64.701.002.398,08 88,03 2020 84.393.592.556,00 73.261.261.804,76 80,59 2021 121.161.287.251,38 53.073.325.026,00 50,90 (Sumber: RSJ Tampan Provinsi Riau)

(21)

Fenomena yang terjadi di RSJ Tampan Provinsi Riau adalah realisasi anggaran RSJ Tampan Provinsi Riau pada tahun 2018 sebesar 85,31%, tahun 2019 88,03% dan tahun 2020 sebesar 80,59%, dan turun pada tahun 2021 sebesar 50,90%. Capaian tersebut menurun jauh dibandingkan dengan capaian tahun 2018, 2019, dan 2020. Sehingga terdapat beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan, dimana pada tahun 2021 realisasi turun menjadi sebesar 50,90%.

Hal ini menunjukkan bahwa kurang adanya penerapan partisipasi anggaran dalam penyusunan anggaran di RSJ Tampan Provinsi Riau.

Tidak hanya itu, banyaknya keluhan masyarakat masalah harga tes kejiwaan di RSJ Tampan yang tiba-tiba naik. Terlebih pada saat momen pemilihan legislatif ratusan orang ingin melengkapi persyaratan maju menjadi caleg yakni bukti pemeriksaan kejiwaan. Ternyata ramainya peminat pemeriksaan jiwa disertai dengan keluarnya kebijakan biaya tes di RSJ Tampan Riau. Menurut Haznelli (Direktur RSJ Tampan) kenaikan tarif tersebut sudah sesuai dengan Peraturan Gubernur NO.6 Tahun 2015. Harga Rp. 145.000 yang beberapa waktu lalu diterapkan merupakan kesalahan pihak RSJ. “Dimana itu kesalahan karyawan kami yang salah menaruh harga yang seharusnya sesuai Peraturan Gubernur yakni sebesar Rp. 400.000” ulas Haznelli.

Dari fenomena-fenomena diatas telah kita ketahui permasalahan yang terjadi di RSJ Tampan Riau maka dapat disimpulkan bahwa kurangnya pengendalian yang dilakukan pihak pegawai level manajerial, dan menjadikan permasalahan yang terjadi di RSJ Tampan Provinsi Riau. Rumah sakit dituntut untuk mempertahankan pangsa pasarnya dimana memiliki kapasitas sumber daya

(22)

7

manusia yang didukung tingkat pendidikan, pengalaman dan keterampilan yang memadai agar dapat meningkatkan kinerja manajerial.

Umami (2020) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Namun, hasil penelitian sebelumnya berpendapat berbeda. Putri (2014) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan justru negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja manajerial. Umami (2020) juga menyatakan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Namun, hasil penelitian Handayani (2018) membantah pernyataan tersebut, Handayani (2018) menyatakan bahwa motivasi justru negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja manajerial.

Supheni (2017), Rachmaningtyas (2018) dan Badu (2019) menyatakan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial. Hasil Penelitian selanjutnya, belum ditemukan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja manajerial.

Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk dilakukan penelitian terbaru terkait akan hal tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Akuntansi Pertanggungjawaban, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial Pada RSJ Tampan Provinsi Riau”.

(23)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial di RSJ Tampan Provinsi Riau?

2. Apakah akuntansi pertanggungjawaban berpengaruh terhadap kinerja manajerial di RSJ Tampan Provinsi Riau?

3. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja manajerial di RSJ Tampan Provinsi Riau?

4. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial di RSJ Tampan Provinsi Riau?

5. Apakah motivasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial di RSJ Tampan Provinsi Riau?

6. Apakah partisipasi penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan motivasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial di RSJ Tampan Provinsi Riau?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial di RSJ Tampan Provinsi Riau.

2. Untuk mengetahui pengaruh akuntansi pertanggungjawaban terhadap kinerja manajerial di RSJ Tampan Provinsi Riau.

(24)

9

3. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinann terhadap kinerja manajerial di RSJ Tampan Provinsi Riau.

4. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial di RSJ Tampan Provinsi Riau.

5. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja manajerial di RSJ Tampan Provinsi Riau.

6. Untuk mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan motivasi terhadap kinerja manajerial di RSJ Tampan Provinsi Riau.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan dari tujuan penelitian yang sudah dipaparkan diatas, maka penelitian ini memberikan manfaat penelitian bagi:

1. Bagi Institusi pendidikan, dapat menjadi referensi bagi calon peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian menyangkut masalah yang dibahas.

2. Bagi Instansi Terkait, diharapkan dapat menjadi acuan bagi RSJ Tampan Provinsi Riau dalam meningkatkan kinerja manajerialnya.

3. Bagi Penulis, penelitian ini merupakan pelatihan intelektual yang

diharapkan dapat lebih memahami dan meningkatkan pemahaman terkait dengan kinerja manajerial.

1.5 Sistematika Penulisan

Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan diatas maka dari itu peneliti menyusun sistematika proposal ini. Penulisan proposal ini terdiri dari 3 (Tiga)

(25)

bab, antara satu bab dengan bab lainnya saling berhubungan. Untuk memberikan gambaran tentang penulisan proposal, berikut ini disajikan gambaran umum dari setiap bab.

BAB I : Pendahuluan

Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Merupakan bab yang menguraikan tentang beberapa konsep dasar sebagai landasan teori dan tinjauan kepustakaan yang diperlukan sehubungan dengan pembahasan masalah.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini menguraikan tentang lokasi penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, serta metode analisis yang digunakan dalam penulisan proposal ini.

(26)

11 BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi merupakan teori yang mempelajari hubungan atau keterkaitan pihak-pihak yang memiliki jalinan hubungan fungsional dan strutural, yaitu antara atasan (principal) dan bawahan (agent). Pihak prinsipal adalah pihak yang memberikan perintah kepada pihak lain, yaitu agen, untuk melakukan semua kegiatan atas nama prinsipal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan.

Teori keagenan merupakan teori yang mempelajari hubungan atau keterkaitan pihak-pihak yang memiliki hubungan fungsional dan strutural, yaitu antara prisipal dan agen.

Teori keagenan berfokus pada orang atau individu yang ada di dalam organisasi dan bagaimana mereka berperilaku dan mencoba untuk menjelaskan perbedaan antara kepentingan agen dan prinsipal yang mungkin dapat menimbulkan sebuah konflik. Konflik ini dapat terjadi karena adanya kemungkinan agen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal karena terdapat perbedaan tujuan dari masing-masing pihak berdasarkan posisi dan kepentingannya. Agen sebagai atasan memiliki informasi yang lebih, sementara itu prinsipal sebagai atasan memiliki kekuasaan (Latifah, 2010:84).

Dari sudut pandang teori agensi prinsipal membawahi agen agar dapat melaksanakan tugas yang didelegasikan dengan efektif. Teori ini merupakan

(27)

konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen. Pihak prinsipal adalah pihak yang memberikan perintah kepada pihak lain yaitu agen, untuk melaksanakan semua kegiatan atas nama prinsipal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan.

Hubungan agensi timbul ketika satu atau lebih individu yang disebut sebagai prinsipal mempekerjakan individu lainnya yang kemudian disebut sebagai agen untuk bekerja atau melaksanakan apa yang diinginkan. Dari penelitian ini, pendekatan agensi akan digunakan untuk mengevaluasi keefektifan partisipasi penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan motivasi dalam kinerja manajerial.

2.2 Kinerja Manajerial

Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan memenuhi tanggung jawab sosialnya, sebagian besar tergantung pada manajer. Kinerja adalah hasil yang diperoleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu.

Secara lebih tegas Amstrong dan Baron (1998:15) dalam Fahmi (2013:2) kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.

Umam (2010) menjelaskan bahwa kinerja adalah sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu sesuai dengan peran atau tugasnya dalam periode tertentu, yang dihubungkan dengan ukuran nilai atau standar tertentu dari organisasi tempat individu tersebut bekerja. Jadi, kinerja merupakan hasil dari suatu pekerjaan yang dilakukan atau keberhasilan yang dicapai dalam pekerjaan.

(28)

13

Menurut Mardiyah dan Listianingsih (2005) dalam Umami (2020) menyatakan kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keefektifan organisasi.

(Narsa dan Yuniawati, 2003:24 dalam Hasanah, 2013) menyatakan kinerja manajerial adalah kinerja para individu dalam kegiatan manajerial. Kinerja personel meliputi delapan dimensi yaitu:

1. Perencanaan, dalam hal ini berarti kemampuan untuk menentukan suatu tujuan, kebijakan dan tindakan/ pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, merancang prosedur, dan pemrograman.

2. Investigasi, yaitu kemampuan mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan, laporan, dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan analisis pekerjaan.

3. Pengkoordinasian, yaitu kemampuan melakukan tukar menukar informasi dengan orang lain di bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitahu bagian lain, dan hubungan dengan manajer lain.

4. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian 14 laporan keuangan, pemeriksaan produk.

(29)

5. Pengawasan (supervision), yaitu kemampuan untuk mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan, memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan.

6. Perwakilan (representative), yaitu kemampuan dalam menghadiri pertemuan pertemuan dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara-acara kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan,mempromo- sikan tujuan umum perusahaan.

Manajemen kinerja adalah suatu ilmu yang memadukan seni di dalamnya untuk menerapkan suatu proses manajemen yang memiliki tingkat fleksibilitas yang representatif dan aspiratif guna mewujudkan visi dan misi perusahaan dengan cara mempergunakan orang yang ada di organisasi tersebut secara maksimal. Suatu organisasi yang profesional tidak akan mampu mewujudkan suatu manajemen kinerja yang baik tanpa ada dukungan yang kuat dari seluruh komponen manajemen perusahaan dan juga tentunya para pemegang saham (Fahmi, 2013:3).

2.3 Partisipasi Penyusunan Anggaran

2.3.1 Pengertian Partisipasi Penyusunan Anggaran

Partisipasi adalah keterlibatan individu yang bersifat mental dan emosional dalam situasi kelompok bagi pencapaian tujuan bersama dan berbagi tanggung jawab bersama. Partisipasi yang diberikan oleh individu bukan hanya aktivitas fisik tetapi 15 juga sisi psikologis, yaitu seberapa besar pengaruh yang dianggap

(30)

15

dimiliki oleh seseorang dalam pengambilan keputusan. Partisipasi anggaran merupakan suatu proses yang melibatkan individu-individu secara langsung dan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan tujuan anggaran yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan dihargai atas dasar pencapaian tujuan anggaran (Brownell,1982 dalam Nurcahyani, 2010). Melalui adanya partisipasi anggaran tersebut, dapat terlihat bahwa adanya interaksi antara para karyawan dengan atasannya. Oleh kerena itu, para karyawan tersebut dapat melakukan aktivitas yang diperlukan mulai dari awal penyusunan anggaran, negosiasi, penetapan anggaran akhir, dan revisi anggaran yang diperlukan. Seseorang karyawan yang terlibat dalam pengambilan keputusan penganggaran, maka ia akan termotivasi dalam situasi kelompok karena telah diberi kesempatan untuk mewujudkan inisiatif dan daya kreatifitas, sehingga tujuan bersama akan ebih mudah tercapai karena adanya keterlibatan secara pribadi dan kesediaan untuk menerima tanggung jawab masing-masing. Rasa tanggung jawab ini pada akhirnya akan memperkuat kreativitas manajer yang bersangkutan.

Garrison (2013:385) mengartikan anggaran partisipasif sebagai berikut:

“Anggaran partisipatif merupakan anggaran yang disusun dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari seluruh manajer pada segala tingkatan. ”Menurut Hansen/Mowen (2013:223) mendefinisikan partisipasi anggaran sebagai berikut:

“Partisipasi anggaran adalah pendekatan penganggaran yang memungkinkan para manajer yang akan bertanggung jawab atas kinerja anggaran, untuk bepartisipasi 16 dalam pengembangan anggaran, partisipasi anggaran mengkomunikasikan rasa tanggung jawab kepada para manajer tingkat bawah dan mendorong kreativitas.”

(31)

2.3.2 Keunggulan Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran

(Siegel dan Macaroni, 1989 : 139 dalam Sari, 2015) menyatakan bahwa keuntungan dari partisipasi adalah memacu peningkatan moral dan inisiatif bagi mereka untuk mengembangkan ide dan informasi pada seluruh tingkat manajemen, meningkatkan ide dan informasi pada seluruh tingkat manajemen, menghindari tekanan dan kebingungan dalam melaksanakan pekerjaan dan manajer menjadi tangga terhadap masalah-masalah sub unit tertentu serta memiliki pemahaman yang lebih baik tentang ketergantungan antar departemen.

(Garrison dan Noreen, 2000 dalam Sari, 2015) menyatakan bahwa keunggulan partisipasi adalah menghargai pendapat dan pandangan tingkat menengah dan bawah sehingga mereka lebih cenderung terdorong untuk mencapai anggaran. Selain itu, dalam penganggaran partisipasi terdapat sistem kendali yang unik, yaitu kesalahan dan tanggung jawab terdapat pada penyusunan anggaran itu sendiri sehingga mereka tidak dapat berdalih bahwa anggarannya tidak masuk akal untuk dicapai.

Sementara Govindarajan dan Anthony (2005:3) dalam Sari (2015) menyatakan bahwa partisipasi penganggaran memiliki dua keunggulan yaitu:

Tujuan anggaran akan dapat lebih mudah diterima apabila anggaran tersebut berada di bawah pengawasan manajer dan partisipasi penganggaran menghasilkan pertukaran informasi yang efektif antara pembuat anggaran dan pelaksana anggaran yang dekat dengan produk dan pasar.

(32)

17

2.3.3 Kelemahan Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran

(Hansen dan Mowen, 2005:90 dalam Sari, 2015) menyatakan bahwa partisipasi penganggaran dapat menyebabkan pembuatan standar yang terlalu tinggi sejak tujuan yang dianggarkan menjadi tujuan manajer. Menurut Hansen dan Mowen (2005:362) dalam Sari (2015) ada 3 masalah yang timbul yang menjadi kelemahan dalam partisipasi anggaran yaitu:

1. Pembuatan standar yang terlalu tinggi atau rendah, sejak yang dianggarkan menjadi tujuan manajer.

2. Slack anggaran, yakni perbedaan antara jumlah sumber daya yang sebenarnya diperlakukan untuk menyelesaikan tugas secara efisien dengan jumlah yang di ajukan oleh manajer yang bersangkutan untuk mengerjakan tugas yang sama.

3. Pseudoparticipation yakni yang mempunyai arti bahwa perusahaan menggunakan partisipasi dalam partisipasi pengangguran padahal sebenarnya tidak. Dalam hal ini bawahan terpaksa menyatakan persetujuan terhadap keputusan yang akan diterapkan karena perusahaan membutuhkan persetujuan mereka.

2.4 Akuntansi Pertanggungjawaban

Rudianto (2013) mendefinisikan akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu system akuntansi yang mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan organisasi itu dengan rencana dan tindakan setiap pusat pertanggungjawaban itu dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu bagi pusat yang memiliki tanggungjawab bersangkutan.

(33)

Garrison, Noreen dan Brewer (2008) mendefinisikan akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu system akuntansi dimana manajer dibebani pendapatan dan biaya yang menjadi tanggung jawab dan yang berada dalam kendalinya. Manajer bertanggungjawab atas perbedaan antara anggaran dan realisasi.

2.4.1 Fungsi Akuntansi Pertanggungjawaban

Raiborn dan Kinney (2012) Akuntansi pertanggungjawaban memiliki fungsi yaitu:

a. Membuat rencana misalkan menggunakan anggaran dan standar dan menggunakannnya untuk mengkomunikasikan ekspetasi hasil dan mendelegasikan wewenang.

b. Mengumpulkan data actual yang dikelompokan berdasarkan aktivitas dan kategori yang dikhususkan dalam rencana tersebut. Akuntansi pertanggungjawaban dapat digunakan untuk mencatat dan merangkum data untuk setiap unit organisasi.

c. Memonitor perbedaan antara data yang direncanakan dan data actual pada interval yang dijadwalkan.

d. Menggunakan pengaruh manajerial sebagai respon terhadap perbedaan signifikan.

2.4.2 Tujuan dan Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban Mulyadi (2007) manfaat akuntansi pertanggujawaban yaitu:

a. Sebagai penyusunan anggaran.

b. Sebagai penilaian kinerja manajer pusat pertanggungjawaban.

(34)

19

c. Pemotivasian manajer.

d. Bermanfaat sebagai pengelola aktivitas dengan cara mengarahkan usaha manajemen dalam mengurangi dan akhirnya menghilangkan biaya bukan penambahan nilai.

e. Dapat membantu manajer dalam memantau efektifitas program pengelolaan aktivitas.

2.5 Gaya Kepemimpinan

2.5.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dilakukan dalam proses kepemimpinan yang diimplementasikan melalui perilaku kepemimpinan seseorang 18 untuk mempengaruhi orang lain/bawahan agar bertindak sesuai dengan apa yang dia inginkan dalam upaya mencapai tujuan sebagai ciri organisasi yang memberikan pengendalian atau membedakan bagian- bagiannya (Badu, 2019).

Sedangkan menurut Umami (2020) Gaya kepemimpinan adalah sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Dengan adanya gaya kepemimpinan seorang pemimpin yang tegas dan bijak dapat mempengaruhi kemajuan suatu perusahaan, karena dengan pemimpin seperti itu akan disegani oleh bawahannya dan dapat memberikan motivasi kepada bawahannya untuk dapat memberikan yang terbaik untuk perusahaan tersebut. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik dalam perusahaan maka dibutuhkan kerjasama yang baik antara bawahan dengan pemimpin, karena dengan adanya kerjasama yang

(35)

baik antara pemimpin dengan bawahan maka akan dapat mempengaruhi perusahaan berkembang lebih baik.

Gaya kepemimpinan dapat menuntun pegawai untuk bekerja lebih giat, lebih baik, lebih jujur dan bertanggungjawab penuh atas tugas yang diembannya sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Dalam suatu organisasi yang besar, efektivitas seorang pemimpin tergantung pada kekuatan pengaruh gaya kepemimpinannya terhadap atasan, rekan sejawat, dan pengaruhnya terhadap bawahan (Yukil, 2005:174). Gaya kepempimpinan yang baik dan terkoordinasi akan menciptakan fungsi kerja pada pegawai. Dengan adanya kerjasama dalam organisasi maka akan tercipta hubungan kerja yang serasi antara pimpinan dan bawahan nya.

2.5.2 Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan

Thoha (2013) menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan terbagi menjadi dua kategori gaya yang ekstrem yaitu:

1. Gaya kepemimpinan otokratis, gaya ini dipandang sebagai gaya yang di dasarkan atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas.

2. Gaya kepemimpinan demokratis, gaya ini dikaitkan dengan kekuatan personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi kondisi kerja, dimana akan berhubungan dengan bagaimana karyawan menerima suatu gaya kepemimpinan, senang atau tidak, suka atau tidak (Rosmiyati, 2013).

(36)

21

2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan

Dalam upaya mempengaruhi individu atau sekelompok individu (Luthans, 2009 dalam Parashakti, 2019) mengemukakan adanya empat faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu:

1. Karisma: memberikan visi dan misi, memunculkan rasa bangga, mendapatkan respek dan kepercayaan.

2. Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan simbol- simbol untuk memfokuskan usaha, mengekspresikan ada tujuan penting dalam cara yang sederhana.

3. Simulasi intelektual dapat: menunjukkan intelegensi, rasional, pemecahan masalah secara hati-hati.

4. Memerhatikan staf secara individu: bisa menunjukkan perhatian terhadap pribadi, memperlakukan karyawan secara individual, melatih, menasehati.

2.6 Komitmen Organisasi

Luthan mendefenisikan komitmen organisasi sebagai hasrat untuk tetap bertahan sebagai anggota organisasi, keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan organisasi yang lebih tinggi, percaya menerima nilai dan tujuan organisasi dengan kata lain komitmen organisasi menunjukkan daya loyalitas karyawan kepada organisasi. Susan dan Finnicombe menegaskan beberapa makna komitmen yang dapat disimpulkan bahwa dalam dunia kerja ada beberapa konsep yang dapat mewakili komitmen misalnya inovasi, keterlibatan dan kualitas kerja seseorang.

(37)

Komitmen ketika dihubungkan dengan penerapan manajemen mutu (total quality management) maka komitmen mempunyai pengaruh besar. Terlebih komitmen yang muncul dari level manajemen puncak. Ahine dan O’Shaugnessy menegaskan bahwa komitmen mempunyai pengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan manajemen kualitas. Menurut Shaleh (2018:49-50) komitmen dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu : a) Komitmen afektif yang merupakan bentuk emosi karyawan seperti identifikasi dan keterlibatan pada organisasi. b) Komitmen kontinyu berupa keterlibatan mendasarkan pada keuntungan dan biaya. c) Komitmen normatif yang berupa keterikatan pada aturan dan keharusan.

Berdasarkan pendekatan multidimensional dari (Mayer dan Allen dalam Mardiana, Ria dan Darman, 2018:21-23) ada tiga komponen komitmen organisasi, sehingga pegawai memilih menetap atau meninggalkan organisasi berdasarkan norma yang dimilikinya, yang ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1

Typology Of Organizational Commitment

Hal yang umum dari ketiga bentuk komitmen tersebut adalah pandangan bahwa komitmen merupakan kondisi psikologis yang mencirikan hubungan antara

(38)

23

karyawan dengan organisasi dan memiliki implikasi bagi keputusan individu untuk tetap berada atau meninggalkan organisasi.

Menurut Mayer dan Herscovitch dalam Mardiana, Ria dan Darman

(2018:22) menggambarkan ketiga bentuk komitmen organisasi dan factor-faktor yang mendasarinya dalam gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.2 Organizational Comitment

Setiap karyawan memiliki dasar dan tingkah laku yangb berbeda berdasarkan komitmen organisasi yang dimilikinya. Karyawan dengan affective commitment yang tinggi memiliki kedekatan emosional. Hal ini berarti bahwa individu tersebut akan memiliki motivasi dan keinginan untuk berkonstribusi secara berarti terhadap organisasi.

(39)

Pegawai dengan continuance commitment yang tinggi akan bertahan dalam organisasi, bukan karena alasan emosional, tapi Karen adanya kesadaran dalam individu tersebut akan kerugian besar yang dialami jika meninggalkan organisasi. pegawai terpaksa menjadi anggota akan menghindari kerugian finansial dan kerugian lain, sehingga memungkinkan melakukan usaha yang tidak maksimal. Berkaitan dengan hal ini, maka individu tersebut kurang atau tidak dapat diharapkan untuk memiliki keinginan yang kuat untuk berkonstribusi secara berarti pada organisasi.

Sementara itu, komopene normatif yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan kewajiban yang dimiliki pegawai. Komitmen normatif yang telah diinternalisasikan agar individu bertindak sesuai dengan tujuan dan keinginan organisasi. Komponen normatif menimbulkan perasaan kewajiban pada pegawai untuk memberi balasan atas apa yang telah diterimanya dari organisai. Pegawai dengan normative commitment yang tinggi akan tetap bertahan dalam organisasi karena merasa adanya sesuatu kewajiban atas tugas yang memang sudah sepantasnya dilakukan atas benefit yang telah diberikan organisasi.

2.7 Motivasi

2.7.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata lain yaitu “movere” yang berarti “dorongan atau daya penggerak”. Dalam konteks sekarang ini motivasi adalah “proses-proses psikologis meminta mengarahkan, arahan, dan menetapkan tindakan suka rela yang mengarah pada tujuan”. Para manajer perlu memenuhi proses psikologis ini

(40)

25

jika mereka ingin berhasil memandu karyawan dalam mencapai sasaran organisasi. Umami (2010:160) motivasi adalah sekelompok pendorong yang mempunyai ciri-ciri: berasal dari dalam atau pun dari luar individu, dapat menimbulkan perilaku kerja, dan dapat menentukan bentuk, tujuan intensitas, dan lamanya perilaku bekerja. Mengacu pada teori motivasi hireraki kebutuhan Maslow, maka definisi konseptual variabel penelitian motivasi adalah kondisi dinamis kebutuhan pegawai pegawai dalam bekerja dan melaksanakan tugas yang terungkap dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan berkelompok, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri (Abraham Maslow, 1943:1970 dalam Supheni, 2017).

Motivasi merupakan suatu proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, arah dan ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan. Motivasi secara umum adalah berkaitan dengan upaya menuju setiap tujuan organisasi.Motivasi erat hubungannya dengan timbulnya suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan (Robbins, 2015:127-128 dalam Dewi, 2017).

Motivasi timbul karena adanya suatu kebutuhan dan karenanya kebutuhan terebut terarah pada pencapaian tujuan tertentu. Apabila tujuan telah tercapai, maka akan tercapai kepuasan dan cenderung untuk diulang kembali, sehingga akan lebih kuat (Narmodo dan Wajdi, 2007 dalam Dewi, 2017). Manusia berusaha untuk memuaskan kebutuhannya dan mereka memahami bahwa memenuhi tujuan tersebut harus ada keinginan yang sangat kuat untuk mencapainya.Ini mengindikasikan bahwa tujuan harus ditetapkan secara jelas dan pasti. Untuk

(41)

mencapai tujuan diperlukan suatu usaha, agar bisa mengembangkan pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan kemampuan untuk mencapainya. Apabila usaha tersebut berhasil (tujuan dapat tercapai), maka kebutuhan akan menjadi kurang kuat dan motivasi seseorang juga akan berkurang.

Motivasi terbentuk dari kebutuhan manusia. Manusia berusaha untuk memuaskan kebutuhannya dan mereka memahami bahwa memenuhi tujuan tersebut harus ada keinginan yang sangat kuat untuk mencapainya.Ini mengindikasikan bahwa tujuan harus ditetapkan secara jelas dan pasti. Untuk mencapai tujuan diperlukan suatu usaha, agar bisa mengembangkan pengetahuan, keterampilan, keahlian, dan kemampuan untuk mencapainya. Apabila usaha tersebut berhasil (tujuan dapat tercapai), maka kebutuhan akan menjadi kurang kuat dan motivasi seseorang juga akan berkurang.

2.7.2 Tujuan Motivasi

Menurut Siska (2017) dalam Carolina (2019) tujuan motivasi antara lain sebagai berikut:

1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan Kepuasan kerja karyawan merupakan kunci pendorong moral, kedisipinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung tercapainya tujuan perusahaan.

2. Meningkatkan produktivitas karyawan Dengan produktivitas yang tinggi, aktivitas yang dilakukan akan terselesaikan dengan baik, sehingga akan memberikan keuntungan pada perusahaan.

(42)

27

3. Meningkatkan kedisiplinan karyawan Kedisiplinan menjadi kunci keberhasilan perusahaan. Dengan disiplin yang baik, berarti karyawan sadar akan tanggung jawabnya.

4. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. Atasan serta rekan kerja yang ramah, memahami, dan menghargai akan menciptakan hubungan yang baik.

5. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi. Karyawan ikut berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk mengajukan ide-ide rekomendasi dalam mengambil keputusan.

6. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya

2.7.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas faktor internal dan eksternal 23 yang berasal dari karyawan (Carolina, 2019) :

a. Faktor Internal

1) Keinginan Untuk Dapat Hidup. Keinginan untuk dapat hidup merupakan kebutuhan setiap manusia yang hidup di muka bumi ini.

Untuk mempertahankan hidup ini orang mau mengerjakan apa saja, apakah pekerjaan itu baik atau jelek, apakah halal atau haram, dan sebagainya.

2) Keinginan Untuk Dapat Memiliki. Keinginan untuk dapat memiliki benda dapat mendorong seseorang untuk mau melakukan perkerjaan.

Hal ini banyak kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari, bahwa

(43)

keinginan yang keras untuk dapat memiliki itu dapat mendorong orang untuk mau bekerja.

3) Keinginan Untuk Memperoleh Penghargaan. Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui, dihormati oleh orang lain.

Untuk memperoleh status sosial yang lebih tinggi, orang mau mengeluarkan uangnya, untuk memperoleh uang itu pun ia harus bekerja keras. Jadi, harga diri, nama baik, kehormatan yang ingin dimiliki itu harus diperankan sendiri, mungkin dengan bekerja keras memperbaiki nasib, mencari rezeki, sebab status untuk diakui sebagai orang yang terhormat tidak mungkin diperoleh bila yang bersangkutan termasuk pemalas, tidak mau bekerja, dan sebagainya.

4) Keinginan Untuk Berkuasa. Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk bekerja. Kadang-kadang keinginan untuk berkuasa ini dipenuhi dengan cara tidak terpuji, namun cara-cara yang dilakukannya itu masih termasuk bekerja juga. Apalagi keinginan untuk berkuasa atau menjadi pimpinan itu dalam arti positif, yaitu ingin dipilih menjadi ketua atau kepala, tentu sebelumnya si pemilih telah melihat dan menyaksikan sendiri bahwa orang itu benar-benar mau bekerja, sehingga ia pantas untuk dijadikan penguasa dalam unit organisasi atau kerja.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal juga tidak kalah peranannya dalam melemahkan motivasi kerja seseorang. Faktor-faktor ekstern itu adalah:

(44)

29

1) Kondisi Lingkungan Kerja Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat memengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja ini, meliputi tempat bekerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja antara orangorang yang ada di tempat tersebut.

2) Kompensasi yang Memadai Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi para karyawan untuk menghidupi diri beserta keluarganya. Kompensasi yang memadai merupakan alat motivasi yang memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para karyawan bekerja dengan baik.

3) Supervisi yang Baik. Fungsi supervise dalam suatu pekerjaan adalah memberikan pengarahan, membimbing kerja para karyawan agar dapat melaksanakan kerja dengan baik tanpa membuat kesalahan. Dengan demikian, posisi supervise sangat dekat dengan para karyawan dan selalu menghadapi para karyawan dalam melaksanakan tugas seharihari.

4) Adanya Jaminan Pekerjaan. Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang ada pada dirinya untuk perusahaan, kalau yang bersangkutan merasa ada jaminan karier yang jelas dalam melakukan pekerjaan. Mereka bekerja

(45)

bukan untuk hari ini saja tetapi mereka berharap akan bekerja sampai tua cukup dalam satu perusahaan saja (Edy Sutrisno, 2009:116- 119 dalam Carolina, 2019).

2.8 Pandangan Islam

Kinerja manajerial tidak lepas dari kinerja dari individu-individu di dalam setiap struktural manajerial. Menurut pandangan Islam, setiap individu yang berkontribusi tentu memperoleh balasan atas pekerjaan mereka seperti dalam surah Al-Ahqaf ayat 19 dan surah Al-A’raaf ayat 39 berikut ini:

Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ahqaaf ayat 19:

ٍّ لُكِلَو

ٍّ تاَجَرَد اَّمِم

اوُلِمَع

ٍّ مُهَيِّفَوُيِلَو ٍّ ۖ

ٍّ مُهَلاَم عَأ

ٍّ مُهَو

ٍَّنوُمَل ظُي ٍَّل

Artinya : “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang Telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaanpekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan”.

Penjelasan dari ayat tersebut bahwasanya Allah pasti akan membalas setiap amal perbuatan manusia berdasarkan apa yang telah mereka kerjakan. Artinya jika seseorang melaksanakan pekerjaan dengan baik dan menunjukkan kinerja yang baik pula bagi organisasinya maka ia akan mendapat hasil yang baik pula dari kerjaannya dan akan memberikan keuntungan bagi organisasinya.

Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Araf ayat 39 :

ٍّ تَلاَقَو

ٍّ مُهٮٰل وُا

ٍّ مُهٮ ٰر خُ ِل اَمَف

ٍَّناَك

ٍّ مُكـَل اَن يَلَع

ٍّ نِم

ٍّ ل ضَف اوُق وُذَف

ٍَّباَذَع لا اَمِب

ٍّ مُت نُك

ٍَّن وُبِس كَت

Artinya : ”Dan Berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian: “Kamu tidak mempunyai kelebihan

(46)

31

sedikitpun atas kami, Maka rasakanlah siksaan Karena perbuatan yang Telah kamu lakukan”.

Ayat di atas menjelaskan bahwasanya segala kelebihan hanya milik Allah, oleh karena itu bekerja tidak hanya sebatas ubuddiyah saja, karena pekerjaan merupakan proses yang frekuensi logisnya adalah pahala (balasan) yang akan kita terima. Dalam konteks ini, pekerjaan tidak hanya bersifat ritual dan ukhrowi, akan tetapi juga merupakan pekerjaan sosial yang bersifat duniawi.

2.9 Penelitian Terdahulu

Tabel dibawah ini menjelaskan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Sebagian besar penelitian terdahulu meneliti hubungan Partisipasi penyusunan anggran, akuntansi pertanggungjawaban, gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan motivasi terhadap kinerja manajerial.

Tabel 2.1

Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel

Penelitian Hasil Penelitian 1 Roza

Umami (2020).

Jurnal Akuntansi : Kajian Ilmiah Akuntansi Vol.7 No.1 Januari 2020

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Gaya Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kinerja Manajerial

Independen (X):

Partisipasi Penyusunan Anggaran, Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Dependen (Y) : Kinerja

Manajerial

Partisipasi Penyusunan Anggaran, Gaya Kepemimpinan dan Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial pada Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Jambi.

2 Irman Badu Jurnal Progres Ekonomi Pembangun

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Komitmen

Independen (X):

Partisipasi Penyusunan Anggaran, Komitmen

Partisipasi Penyusunan Anggaran, Komitmen Organisasi,

(47)

an (JPEP) Vol 4. No.1 Tahun 2019

Organisasi, Profesionalisme, Gaya

Kepemimpinan, dan Struktur Organisasi terhadap Kinerja Manajerial.

Organisasi, Profesionalisme, Gaya

Kepemimpinan, dan Struktur Organisasi Dependen (Y):

Kinerja Manajerial

Profesionalisme, Kepemimpinan dan Struktur Organisasi terhadap Kinerja Manajerial Pemerintahan Kota Kendari berpengaruh Positif dan Signifikan.

3 Sarah Husada Lubis (2019)

Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja

Manajerial Pada PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan

Independen (X):

Partisipasi Anggaran

Dependen (Y):

Kinerja Manajerial

Pengujian yang dilakukan

memberikan hasil yang mendukung bahwa partisipasi anggaran

berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial pada PT.

Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan.

Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,000

< 0,05 dan dapat disimpulkan juga bahwa pengaruh partisipasi

anggaran terhadap kinerja manajerial menunjukkan ada pengaruh positif.

(48)

33

4 Ayu Intani Rachmanin gtyas, Rini Lestari &

Nurleli.

Jurnal Akuntansi Vol.4 .No.2 Tahun 2018

Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Gaya

Kepemimpinan terhadap Kinerja Manajerial

Independen (X):

Partisipasi penyusunan anggaran dan Gaya

kepemimpinan Dependen (Y):

Kinerja Manajerial

Hasil Penelitian adalah Partisipasi Penyusunan Anggaran, Gaya Kepemimpinan dan Kinerja Manajerial pada Badan

Pengelolaan Pendapatan Daerah Kota Bandung dinilai Baik dan

Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Gaya

Kepemimpinan berpengaruh Terhadap Kinerja Manajerial.

5 Elfa Fitrika Dewi Handaya ni (2018)

Pengaruh Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi, Motivasi Dan Akuntansi Pertanggungjaw a ban Terhadap Kinerja

Manajerial (Studi Empiris Pada Opd Kota Magelang

Independen (X):

Partisipasi Penyusunan Anggaran, Komitmen Organisasi, Motivasi dan Akuntansi Pertanggungjaw a ban

Dependen (Y):

Kinerja Manajerial

Hasil penelitian bahwa hasil pengujian partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan akuntansi

pertanggungjawa ban memberikan pengaruh

terhadap kinerja manajerial. Untuk motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial, karena

seorang karyawan merasa bahwa apresianya belum diperhatikan oleh atasannya dengan baik.

Sumber: Penulis

(49)

2.10 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk menjelaskan dan menunjukkan keterkaitan antara variable-variabel dalam penelitian ini. Maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

= Penelitian secara parsial Sumber : Penulis, 2022

PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN (X1)

AKUTANSI

PERTANGGUNGJAWABAN (X2)

GAYA KEPEMIMPINAN (X3)

KINERJA MANAJERIAL

(Y)

KOMITMEN ORGANISASI (X4)

MOTIVASI (X5)

(50)

35

2.11 Pengembangan Hipotesis

2.11.1 Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial

Anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk financial, meliputi usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode waktu, serta usulan cara-cara memenuhi pengeluaran tersebut (Abdul dan Muhammad, 2014:47). Adanya partisipasi anggaran, akan meningkatkan tanggung jawab serta kinerja dari manajer level bawah dan menengah.

Manajer dapat menyampaikan ide-ide kreatif yang dimilikinya kepada manajer atas, yang mana ide tersebut mempunyai tujuan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari adanya keikut sertaaan para manajer level menengah dan bawah dalam penentuan anggaran, maka akan didapatkan keputusan yang lebih realistis sehingga tercipta kesesuaian tujuan perusahaan yang lebih besar (Oktavia, 2009).

Rumusan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Penerapan Anggaran Berpengaruh Terhadap Kinerja Manajerial

2.11.2 Pengaruh Akuntansi Pertanggungjawaban Terhadap Kinerja Manajerial

Akuntansi pertanggungjawaban adalah sutu system akuntansi yang mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan organisasi itu dengan rencana dan tindakan setiap pusat pertanggungjawaban itu dengan menetapkan penghasilan dan biaya tertentu bagi pusat yang memiliki tanggungjawab bersangkutan. Garrison, Noreen dan Brewer (2008) mendefinisikan akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi

(51)

dimana manajer dibebani pendapatan dan biaya yang menjadi tanggung jawab dan yang berada dalam kendalinya. Manajer bertanggungjawab atas perbedaan antara anggaran dan realisasi.

H2: Akuntansi Pertanggungjawaban Berpengaruh Terhadap Kinerja Manajerial

2.11.3 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Mnajerial

Menurut Alberto, dkk (2005) dalam Shinta (2016) Gaya kepemimpinan merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi orang lain atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut mau melakukan kehendak pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi. Kepemimpinan berpengaruh kuat terhadap kinerja manajerial.

Temuan ini memberikan indikasi bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahannya, disamping itu untuk mendapatkan kinerja yang baik diperlukan juga adanya pemberian pembelajaran terhadap bawahannya. Dapat dilihat bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Penelitian yang dilakukan (Syafriadi, 2015) tentang pengaruh partisipasi anggaran, gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial (studi kasus pada universitas pembangunan pancabudi) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial, dan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rachmaningtyas, 2018) dan (Rozzy, 2018) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

H3: Gaya Kepemimpinan Berpengaruh Terahadap Kinerja Manajerial

(52)

37

2.11.4 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial

Berdasarkan teori goal-setting, pegawai yang didukung dengan komitemen organisasi maka akan lebih memetingkan kepentingan organisasi dari pada kepentingan pribadi. Menurut Mowday, dkk dalam Nurjanah (2015), komitmen organsasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi. komitmen organisasi setidaknya memiliki tiga karakteristik. Pertama, memiliki kepercayaan yang kuat dan menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi. kedua, kemauan yang kuat untuk berusaha atau kerja keras untuk organisasi. ketiga, keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi.

Komitmen organisasi yang tinggi maka akan meningkatkan kinerja manajerial. Komitmen yang kuat didalam diri individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi dan memiliki pandangan positif serta berusaha berbuat yang terbaik untuk kepentingan perusahaan tersebut.

Dengan demikian komitmen yang terdapat didalam diri manajer telah menyebabkan mereka bekerja keras demi kelangsungan hidup perusahhan, maka semakin tinggi komitmen organisasi yang terdapat dalam diri individu akan semakin meningkatkan semangat mereka dalam peningkatan kinerja kearah yang lebih baik.

H4 : Penerapan Komitmen Organisasi Berpengaruh Terhadap Kinerja Manajerial

(53)

2.11.5 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Manajerial

Handayani (2018) motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang atau dorongan yang diberikan pihak tertentun untuk melakukan kegiatankegiatan dalam mencapai anggaran yang efektif. Menurut Machfoedz (2007) dalam Handayani (2018) motivasi ialah dorongan yang timbul dari diri sendiri manusia untuk berbuat dan berperilaku tertentu. Dalam organisasi motivasi digunakan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan semua itu tidak akan terlepas dari dorongan,kemampuan, dan keinginan dari individu itu sendiri. Karena, tanpa motivasi dalam diri individu sebuah pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan baik. Keberhasilan seorang manajer ditentukan oleh kemampuannya memotivasi orang lain (bawahan, sejawat, maupun setiap orang yang diharapkan dapat menerima motivasi yang disampaikan). Sejalan dengan penelitian Ni Ketut (2017), Supheni (2017) dan Situmeang (2017) yang menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial, artinya semakin tinggi motivasi kerja individu dalam organisasi maka kinerja manajerial yang diperoleh akan tinggi.

H5 : Motivasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Maka dari itu dengan melihat tingginya prevalensi kasus demam tifoid yang terjadi di Indonesia mendorong dilakukannya penelitian ini untuk menelusuri berbagai

Dari semua simulasi yang dilakukan pada sistem IEEE 30 bus dengan 6 unit pembangkit, terlihat bahwa terdapat selisih biaya pembangkitan antara UC, SCUC Normal, dan SCUC

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif terjadi pada partisipan karena pemberian uang saku dari orang tua yang dapat dibelikan sesuatu

Dalam waktu paruh 4-7 jam sebanyak 10% dari Hb dapat terisi oleh karbonmonoksida (CO) dalam bentuk COHb ( Carboly Haemoglobin ), dan akibatnya sel darah merah akan kekurangan

Lalu sekarang kita test dari client lewat browser dengan cara : ftp:ip-address anda, contoh ftp:192.168.1.1 dan masukkan user dan password

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Komposisi Foto Digital melalui penerapan model pembelajaran Online Project Based Learning

Berdasarkan hasil observasi penulis di lapangan terkait korban pornografi dan situasi darurat dalam perlindungan khusus sudah sepenuhnya ditindaki oleh badan pemberdayaan