• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. desa mewakili semangat Undang-Undang Desa (UU Desa Nomor 6 Tahun 2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. desa mewakili semangat Undang-Undang Desa (UU Desa Nomor 6 Tahun 2014)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kewajiban dari desa yaitu mengembangkan kehidupan demokrasi. Demokrasi desa mewakili semangat Undang-Undang Desa (UU Desa Nomor 6 Tahun 2014) yang mengakui desa sebagai subjek dalam asas rekognisi dan subsidiaritas. Rekognisi merupakan pengakuan negara terhadap hak asal-usul desa. Artinya negara mengakui keberadaan desa atas keunikan yang dimiliki oleh desa. Sedangkan asas subsidiaritas merupakan kewenangan dan pengambilan keputusan berskala lokal dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan untuk kepentingan masyarakat desa (Darwis

& Sabri, 2020). Demokrasi desa tidak lepas dengan otoritas yang dimiliki oleh pemerintah desa. Otoritas pemerintah desa meliputi orientasi dan pertanggungjawaban pejabat, proses penggunaan kewenangan desa serta efektivitas struktur pemerintahan bagi kesejahteraan masyarakat desa. Adapun sejumlah kebutuhan untuk mewujudkan demokrasi desa yaitu peningkatan aksesbilitas dari pelayanan umum, peningkatan partisipasi masyarakat, pemilihan pejabat publik desa secara demokratis, dan pengembangan otonomi desa (Tokan & Ola, 2020).

Maka dari itu dengan adanya undang-undang desa kehidupan demokrasi di desa lebih tercipta.Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 1 ayat 3 yang menyatakan pemerintah desa ialah pelaksana urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat yang didalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara pelaksanaan pemerintah desa kewenangannya

(2)

2 dibawah pemerintah kabupaten/ kota. Kewenangan desa ialah komponen yang sangat penting sebagai hak yang dimiliki masyarakat desa guna mengelola rumah tangga desa namun kewenangan tersebut tidak hanya semata-mata hanya untuk memperoleh kekuasaan yang dimiliki penguasa. Sehingga kewenangan pemerintah desa meliputi kewenangan di sektor penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaaan pembangunan desa, pembinaaan kemasyarakatan desa, pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan gagasan atau ide masyarakat, hak asal usul serta adat istiadat desa (Musung dkk, 2018).

Untuk penyelenggaran pemerintahan desa yang baik biasanya tidak terlepas dari tuntutan pelayanan publik yang diterima oleh masyarakat. Tuntutan pelayanan publik dari masyarakat, tentu membuat pemerintah desa melakukan perubahan yang lebih baik daripada sebelumnya. Pemerintah desa sesuai Undang-undang Desa Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1 inti dari pemerintahan desa ialah penyelenggara urusan desa yang terdiri dari Kepala Desa beserta perangkatnya, Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Kepala Desa bersama kepala desa dalam pemerintahan desa yang menetapkan kebijakan. BPD memiliki kewenangan untuk membentuk panitia pemilihan kepala desa (Nurzaen, 2019). Kepala desa dipilih oleh rakyat secara langsung. Dan diperkuat dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2017 tentang perubahan Pemendagri No 112 tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa (Fatmawati & Suparto, 2020). Adapun untuk memperkuat pemilihan dengan menggunakan e-voting yaitu dengan adanya keputusan Mahkamah Konstitusi 147/PUU-VII/2009.

(3)

3 Di Indonesia pemilihan kepala desa secara elektronik telah dilakukan sebanyak 981 Desa, 18 Kabupaten dan 11 Provinsi (BPPT, 2019). Pemilihan kepala desa secara e-voting ini pertama kali dengan sistem verifikasi e-ktp dilaksanakan di Jembrana Bali. BPPT melakukan pengembangan pada sistem e-voting kemudian pelakasanaan pemilihan e-voting ini diikuti kabupaten lainnya seperti halnya di Kabupaten Brebes, Pemalang, Gresik, Jembrana, Boyolali, Bogor, Sleman, Sidoarjo, Bantaeng (Sulawesi Selatan), Banyuasin dan Musi Rawas (Sumatra Selatan) dan lain sebagainya. Daerah tersebut tidak semua berhasil dalam penerapan namun memiliki persoalan yang berbeda-beda yang dihadapi. Pemilihan e-voting ini diharapkan mampu menyelenggarakan pemilihan jujur, adil dan mengurangi permasalahan- permasalan yang terjadi pada pemilihan konvensional atau manual. Salah satu permasalahan pemilihan secara e-voting yang dihadapi Kabupaten Boyolali dibeberapa desa melakukan unjuk rasa pada pilkades tahun 2019. Di Desa Butuh Kecamatan Mojosongo, Boyolali warga desa unjuk rasa di Kantor Sekda Boyolali dengan membawa keranda. Hal ini disebabkan masyarakat mencurigai proses penghitungan perolehan suara yang tidak transparan yang dilakukan oleh panitia.

Pada hasil print out pertama terdapat tulisan desa x dan kecamatan x, kemudian print out kedua terdapat tulisan Desa Butuh Kecamatan Mojosongo. Artinya terdapat kesalahan dalam menginput data pada sistem (Perdana, 2019).

Sistem pemilihan pilkades secara manual, pemilih masih dengan cara mencoblos pada bagian gambar dan nama calon pemimpin. Pemilihan manual menimbulkan beberapa permasalahan seperti banyaknya suara yang tidak sah, karena

(4)

4 pada saat mencoblos pemilih belum memahami gambar yang akan dicoblos, sehingga pemilih mencoblos bukan pada tempat yang ditentukan. Selain itu juga membutuhkan waktu yang lama untuk menghitung surat suara bahkan dapat dikategorikan pemborosan pada anggaran. Seperti halnya di Desa Madusari, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo menjelang pilkades, anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mencurigai mengenai surat suara yang akan digunakan tersebut. Anggota BPD menduga bahwa sebagian surat suara sudah tercoblos dalam proses pelipatan.

Sedangkan dalam proses pelipatan surat suara anggota BPD tidak diundang, sehingga meminta proses pelipatan ulang (Pebrianti, 2019). Menurut peneliti proses pemilihan secara manual ini membutuhkan waktu yang lama. Ketidaksalingan kepercayaan antara anggota BPD dan Panitia mengakibatkan kecurigaan dari masing-masing pihak.

Diera reformasi ini perkembangan teknologi sangat masif, masyarakat dalam menyampaikan pendapat lebih modern seperti penggunaan dengan internet dan media sosial lainnya. Masyarakat lebih memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan aspirasinya atau kritiknya. Selain modern terhadap menyalurkan aspirasi dan kritik bahkan pemerintah juga menyediakan pemilihan menggunakan elektronik. Seperti halnya di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah diselenggarakannya pemilihan kepala desa secara elektronik, hasil pelaksanaannya memberikan keefektifan dan keefisienan, menghemat anggaran dan partisipasi masyarakatnya cukup tinggi (Nurzaen, 2019). Sehingga dengan adanya teknologi tidak mengurangi partisipasi masyarakat dalam pemilihan. Dan di era sekarang mungkin lebih mudah, efisien dan

(5)

5 tergolong canggih yaitu dengan cara menggunakan elektronik.Perkembangan yang sangat masif membawa perubahan yang besar bagi sistem pemerintahan di Indonesia termasuk di desa-desa. E-voting ialah suatu metode pemungutan suara dan perhitungan suara dalam pemilihan umum dengan menggunakan perangkat elektronik. E-voting ialah memilih dengan hanya menggunakan ktp dan sidik jari yang discan oleh komputer. Tujuan dari e-voting ini ialah untuk memberikan efisiensi dan efektif dalam proses pemilihan umum. Saat ini pemerintah terus mengupayakan agar semua pemilih dapat memilih dengan e-voting. Teknologi yang semakin memberikan kemudahan tentu akan memiliki dampak positif dan negatif untuk masyarakat. Meskipun begitu dengan adanya e-voting pemilihan umum harus dilaksanakan dengan asas langsung, umum, bebas, jujur dan adil (LuberJurdil).

Partisipasi masyarakat sangat menentukan untuk terwujudnya pelaksanakan demokrasi yang efektif.

Di Kabupaten Magetan untuk pertama kalinya menyelenggarakan pemilihan kepala desa dengan menggunakan e-voting. Penyelenggaraan e-voting tercantum pada Peraturan Bupati (Perbup) Magetan Nomor 34 Tahun 2019 tentang Pedoman Tata Cara Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa (P. B. Magetan, 2019). Dalam pemilihan e-voting terdiri dari 4 tahap yaitu tahap sosialiasi, tahap pencalonanan, tahap pemungutan suara dan yang terakhir tahap penetapan kepala desa. Dari 184 desa melakukan pilkades serentak, kemudian 18 desa dari 18 kecamatan menggunakan pemilihan e-voting. 18 desa tersebut ialah Desa Selotinah (Kec. Ngariboyo), Desa Baron (Kec. Magetan), Desa Pacalan (Kec. Plaosan), Desa

(6)

6 Klagen (Kec. Barat), Desa Sayutan (Kec. Parang), Desa Kedungpanji (Kec.

Lembeyan), Desa Mantren (Kec. Karangrejo), Desa Kartoharjo (Kec. Kartoharjo), Desa Sugihwaras (Kec. Maospati), Desa Tulung (Kec. Kawedanan), Desa Turi (Kec.

Panekan), Desa Sidomulyo (Kec. Sidorejo), Desa Madigondo (Kec. Takeran), Desa Gonggang (Poncol), Desa Pojoksari (Kec. Sukomoro), Desa Simbatan (Kec.

Nguntoronadi), Desa Belotan (Kec. Bendo), Desa Temboro (Kec. Karas). Desa-desa tersebut dipilih menggunakan sistem e-voting karena salah satunya memiliki jumlah penduduk yang banyak dibandingkan desa lainnya. Hal tersebut merupakan bentuk kerjasama pemerintah daerah melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Magetan, Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Kabupaten Magetan dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Tekonogi (BPPT) RI (Norik, 2019).

Dalam sistem pemilihan e-voting ini merupakan kegiatan baru bagi Kabupaten kecil seperti Magetan. Pada proses pemilihan Desa Selotinatah memperoleh 38 surat suara yang tidak sah. Dari semua desa yang melakukan e-voting Desa Selotinatah memperoleh cukup banyak surat suara tidak sah. Selain itu juga terdapat permasalahan yang lain yaitu alat e-voting pada pengecekan E-KTP terjadi keeroran sehingga mengakibatkan terjadinya antrian yang panjang bagi pemilih. Penyelenggara terutama pemerintah desa harus ada pertimbangan bagi pihak yang memutuskan dan menangani regulasi kebijakan apakah dengan menggunakan sistem pemilihan elektronik mampu meningkatkan kualitas pelayanan pilkades atau justru sebaliknya menimbulkan beban yang dapat menimbulkan masalah apalagi pelaksanaan pilkades

(7)

7 ini dilakukan secara serentak yang membutuhkan biaya, tenaga, alat dalam waktu singkat dan bersamaan. Selain itu juga harus memperhatikan pemilih yang menyandang disabilitas. Melihat dari beberapa aspek memang seharusnya melakukan percobaan terlebih dahulu agar tahu metode mana yang paling efektif, efisien dan terjamin keamanannya. Berdasarkan latarbelakang diatas maka peneliti mengambil judul tentang E-Voting Di Pilkades Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa melalui E-Voting di Desa Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan?

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka dapat disampaikan bahwa tujuan penulisan ialah :

1.3.1 Untuk mengetahui pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa melalui E-Voting di Desa Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

1.4 Manfaat

Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis :

1.4.1 Manfaat teoritis

Dapat menambah wawasan bagi peneliti serta mengimplementasikan ilmu yang didapat diperkuliahan terutama pada mata kuliah “Sistem Politik, Kepartaian dan Pemilu di Indonesia” dalam membahas tentang Penerapan

(8)

8 E-Voting di Pilkades Studi Kasus Desa Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

1.4.2 Manfaat praktis

Peneilitian diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi instansi pemerintahan baik di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Magetan maupun Kantor Desa Selotinatah dalam menerapkan e-voting agar lebih maksimal dalam pelaksanaan kedepannya.

1.5 Definisi Konseptual

Definisi konseptual merupakan merupakan hal yang sangat penting, disamping memberikan kejelasan dan arah bagi jalannya riset, juga memberikan batasan-batasan pengertian pada istilah-istilah yang ada didalam judul penelitian ini. Adapun konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Pemerintahan Desa

Pemerintahan Desa pada pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peratauran Pelaksana UU Desa ialah pelaksana penyelenggaraan urusan pemerintahan desa untuk kepentingan masyarakat setempat. Sedangkan pada pasal 25 UU Nomor 6 Tahun 2014, Pemerintahan desa dipimpin oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa.

Pemerintah menurut Kansil (Kansil, 2005:21) ialah :

“Pemerintahan adalah cara/perbuatan memerintah yang dilakukan pemerintah tersebut akan menghasilkan tujuan pemerintahannya. Pemerintahan desa berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 72 Tahun 2005 adalah penyelenggaraan

(9)

9 urusan pemerintahan oleh Pemerintahan Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan hak asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”(Wijaya dkk, 2019).

Dalam pemerintahan desa terdapat peraturan desa, dimana perdes ini dibuat oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD).Pemimpin pemerintahan desa dipilih langsung oleh penduduk desa setempat.

1.5.2 E-voting

Dasar adanya e-voting ini karena banyaknya persoalan pada pemilihan umum secara manual. Adanya e-voting ini dapat memberikan keefisienan dan keefektifan instansi penyelenggara maupun masyarakat. Menurut Cetinkaya & Cetinkaya (2007) yang mengungkapkan bahwa :

“E-voting mengacu pada penggunaan komputer atau peralatan voting yang terkomputerisasi untuk memberikan suara dalam pemilihan umum” (Habibi & Nurmandi, 2018).

Artinya pemilihan menggunakan sebuah pemilihan atau referendum yang mempergunakan cara -cara elektronik dalam melakukan pemungutan suara akan mempercepat proses penghitungan suara, menghasilkan data yang akurat, serta mencegah terjadinya kesalahan (error) dan menekan potensi kecurangan.

(10)

10 1.5.3 Implementasi Kebijakan

Proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh beragam aktor, dimana keluaran akhirnya ditentukan oleh baik materi program yang telah dicapai maupun melalui interaksi para pembuat keputusan dalam konteks politik administrative. Menurut Merilee S. Grindle menyatakan bahwa :

“Ada 2 variabel besar yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu isi kebijakan dan lingkungan implementasi”(Alvina.K & Lituhayu, 2017).

Dua variable ini dapat melihat bagaimana pengaruh implementasi kebijakan bagi implementator dan penerima implementasi.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional komponen penelitian yang memberikan pedoman bagaimana caranya mengukur variabel. Hal ini berhubungan dengan kegiatan apa yang harus dilakukan untuk memperoleh data atau indikator yang merujuk pada konsep. Definisi operasional ini berasal dari turunan rumusan masalah, menjawab pertanyaan-pertanyaan secara keseluruhan dengan mengambil suatu indikator sebagai bahan yang akan dibahas pada pembahasan. Maka dalam penelitian definisi operasional terdiri dari :

1.6.1 Tahap-Tahap Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Secara Elektronik di Desa Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan Dalam tahap pelaksanaan pemilihan kepala desa meliputi :

a. Tahap persiapan pada E-voting di Pilkades Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

(11)

11 b. Tahap sosialisasi pada E-voting di Pilkades Selotinatah Kecamatan

Ngariboyo Kabupaten Magetan.

c. Tahap pelaksanaan pada E-voting di Pilkades Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

1.6.2 Faktor Penghambat E-Voting di Pilkades Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan

a. Kendala bagi panitia pemilihan e-voting di Pilkades Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

b. Kendala bagi masyarakat e-voting di Pilkades Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

Dari variable diatas dapat melihat bagaimana pelaksanaan dan hambatan pilkades menggunakan e-voting di Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegiatan tertentu. Ini berarti untuk mendapatkan data yang valid dalam penelitian haruslah berlandaskan keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis.

Maka dari itu, untuk mendapatkan dan menggunaan data yang valid dalam penelitian maka, dalam bab ini penulis akan menjelaskan metode yang akan digunakan dalam memperoleh data. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, Lembaga, masyarakar dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta pada tahap permulaan tertuju pada usaha

(12)

12 mengemukakang gejala-gejala secara lengkap di dalam aspek yang diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Oleh karena itu pada tahap ini metode deskriptif tidak lebih dari pada penelitian yang bersifat penemuan(Creswell, 2016). Penemuan gejala-gejala itu berarti juga tidak sekedar menunjukkan hubungannya satu dengan yang lain didalam aspek-aspek yang diselidiki itu.

1.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk pendekatan deskriptif terhadap sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan teknik wawancara. Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in-depth interview), yaitu wawancara yang dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat mengarah pada kedalaman informasi. Hal ini dilakukan guna menggali pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasi secara lebih jauh dan mendalam. Dalam hal ini subjek yang diteliti posisinya lebih berperan sebagai informan daripada sebagai responden. Wawancara ini dilakukan dalam waktu dan kondisi- kondisi yang paling tepat guna mendapat kejelasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan implementasi sistem pemilihan E-Voting di Desa Selotinatah Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

Dalam hal ini yang akan diwawancarai yaitu Panitia Pelaksana

(13)

13 Pilkades E-voting, Masyarakat, Pegawai Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.

b. Dokumentasi

Mencatat data-data, dokumen, arsip dan peraturan-peraturan yang berkaitan pada saat observasi dengan di Desa Selotinatah, Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan.

1.7.2 Sumber Data

Data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian.

Betapapun menariknya suatu masalah penelitian, bila sumber data tidak tersedia maka ia tidak punya arti karena tidak akan bisa diteliti. Dalam jenisnya sumber data dapat dibagi menjadi :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari keterangan secara langsung dari informan yang telah ditunjuk oleh peneliti. Informan diantaranya pihak dari Kantor Desa Selotinatah dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Magetan.

b. Data Sekunder, sumber data ini berupa dokumen-dokumen yang dapat berbentuk literasi jurnal, buku peraturan, gambar yang berkaitan dengan penelitian.

1.7.3 Lokasi Riset

Lokasi yang digunakan untuk riset ialah

a. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Magetan terletak di Jl Tripandita No.3 Magetan. Dipilihnya lokasi ini karena Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa sebagai salah satu tim

(14)

14 yang dibentuk untuk membantu penyelenggaraan kegiatan Pilkades E-voting.

b. Desa Selotinatah, peneliti memilih desa ini karena merupakan salah satu wilayah yang melaksanakan e-voting.

1.7.4 Subjek Penelitian

Untuk memperoleh kelengkapan data, maka peneliti memperhatikan responden yang akan dijadikan subjek penelitian yaitu :

a. Kepala atau Pegawai Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Magetan.

b. Panitia Pemilihan Kepala Desa di Desa Selotinatah.

c. Masyarakat Desa Selotinatah.

d. Tokoh Masyarakat, Agama dan lain-lain.

e. Tokoh Pemuda di Desa Selotinatah.

1.7.5 Teknik Analisis Data

Analisis data sering dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara langsung. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Reduksi Data

Penelitian merangkum, memilih hal-hal dan memfokuskan pada hal-hal yang mengenai Pelaksanaan kegiatan pilkades e-voting

(15)

15 di Desa Selotinatah. Dengan demikian nantinya data yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Secara teknis, pada kegiatan reduksi data yang akan dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini meliputi perekapan hasil wawancara kemudian pengamatan hasil pengumpulan dokumen yang berhubungan pilkades e-voting

b. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian teks, tabel, foto, dan bagan. Penelitian melaksanakan pengamatan untuk memperoleh data baik berupa tabel, foto, maupun bagan sesuai dengan informasi yang dibutuhkan (Moleong, 2017).

c. Penarikan Kesimpulan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Sehingga kesimpulan dalam peneliatian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal penulisan laporan tugas akhir, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian dilapangan dilaksanakan.

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh subjek penelitian, yaitu rekan-rekan mahasiswa BEM Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah bersedia dan rela meluangkan waktunya

Berbuat baik kepada kedua orangtua ialah dengan cara mengasihi, memelihara, dan menjaga mereka dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan, atau data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif dapat disebut sebagai data berupa angka dalam arti

Salah satu dari tiga fakultas tersebut adalah mahasiswi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Hasil wawancara dengan mahasiswi FISIP UNS yang

Berdasarkan hasil penelitian ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti yaitu terdapat hubungan positif antara harga diri dengan kecenderungan

Pihak pengembang dalam menawarkan unit rumah bersubsidi pun tidak ada yang menonjolkan bahwa rumah yang dibangun adalah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Seiring dengan namanya, maka aktiviti yang dijalankan menerusi kelab ini adalah berlandaskan kepada kelima-lima prinsip Rukun Negara yang bermatlamat agar ianya dihayati dan

Nije proveravao zavoje samo zbog toga što je to bilo neophodno, već i zato što nije bio u stanju da naĊe reĉi za nešto. Posmatram ga