• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Definisi Stroke

Stroke adalah penyakit yang terjadi secara mendadak, cepat, dan progresif yang berlangsung 24 jam atau lebih yang mengakibatkan defisit neurologist fokal atau global yang langsung menimbulkan kematian dan disebabkan oleh gangguan darah otak non traumatic (Mansjoer, 2014).

Stroke adalah gangguan suplai darah menuju otak, biasanya disebabkan oleh perdarahan atau sumbatan didalam pembuluh darah yang menghambat aliran oksigen dan nutrisi sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak (WHO, 2018)

2.1.2 Etiologi Stroke

Stroke juga dikenal sebagai cerebrovascular accident (CVA) atau serangan otak.

Persediaan darah diinterupsi untuk bagian tertentu dari otak, menyebabkan sel otak mati, ini mengakibatkan pasien kehilangan fungsi otak di dalam area terpengaruh. Gangguan pada umumnya disebabkan oleh suatu sumbatan pada aliran darah arterial (ischemic stroke), seperti pembentukan sumbatan pada aliran darah, tetapi dapat pula disebabkan oleh kebocoran atau pecahnya pembuluh darah (hemoragic stroke). Suatu gumpalan darah dapat berkembang dari sepotong plak yang tidak stabil atau suatu embolus yang berjalan dari bagian lain tubuh dan berhenti di pembulah darah. Perdarahan mungkin terjadi sebagian hasil dari trauma atau spontan, seperti pada hipertensi tak terkendali.

Ischemia terjadi ketika darah tidak cukup mencapai jaringan otak. Ini mengakibatkan kurangnya ketersediaan oksigen (hipoksia) dan glukosa (hipoglisemia) pada otak. Ketika gizi tidak tersedia untuk periode panjang, sel otak mati, menyebabkan suatu area infaktus.

Defisit permanen diakibatkan oleh infartus (keogh, Mary, & Jackson, 2014)

(2)

2.1.3 Klasifikasi Stroke

1. Stroke diklasifikasikan menjadi 2 golongan sesuai dengan gejala klinisnya menurut (Mariza & Wijaya, 2013) yaitu :

a. Stroke Hemoragik

Merupakan jenis stroke yang terjadi akibat adanya perdarahan pada otak serebral atau subarknoid, sehingga terjadi pecah pembuluh darah pada otak. Biasanya terjadi pada saat melakukan aktivitas aktif ataupun saat sedang beristirahat. Pada umumnya stroke hemoragik akan menyebabkan kesadaran pasien menurun.

b. Stroke Non Hemoragik

Merupakan stroke yang terjadi akibat adanya emboli dan trombosis sereberal, pada stroke non hemoragik tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia sehingga dapat menimbulkan hipoksia yang dapat memicu edema sekunder tetapi kesadaran umum pasien tidak mengalami penurunan atau bisa dikatakan baik.

2. Berdasarkan waktu terjadinya

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) c. Stroke In Evolution (SIE) / Progressing Stroke d. Completed Stroke

3. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler a. Sistem karotis

1) Motorik : hemiparese kontralateral, disartria 2) Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia

3) Gangguan visual : hemianopsia homonym kontralateral, amaurosis fugaks 4) Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia

b. Sistem vertebrobasiler

1) Motorik : hemiparese alternans, disartria 2) Sensorik : hemihipestesi alterans, parestesia

3) Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopi.

(3)

2.1.4 Manifestasi Klinik Stroke

Manifestasi Klinik Stroke menurut (keogh, Mary, & Jackson, 2014)yaitu : 1. Ketidakseimbangan mental.

2. Disorientasi, bingung.

3. Perubahan emosional, perubahan kepribadian.

4. Afasia (kesulitan berbicara, mungkin reseptif, ekspresif).

5. Kata-kata tidak jelas.

6. Perubahan sensori (paresthesia, perubahan visual, perubahan pendengaran.

7. Kekebasan unilateral atau kelemahan pada wajah dan kaki tangan.

8. Serangan.

9. Sakit kepala parah karena naiknya intrakranial akibat perdarahan.

10. Gejala-gejala TIA serupa, namun durasinya singkat dan sembuh.

2.1.5 Patofisilogi Stroke

Patofisiologi stroke menurut (Caplan, J. Goldszmidt, & Adrian, 2013)yaitu : 1. Stroke iskemik

80-85% dari stroke, aterotrombosis arteri besar, emboli otak, aterosklerosis intracranial, ipohialosis pembuluh darah kecil yang menembus. Iskemia terjadi karena disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah ke otak oleh thrombus atau emboli. Sehingga arteri di aliran darah menjadi tersumbat, sehingga aliran darah menuju thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.

2. Stroke hemoragik

15-20% dari stroke, hipertensi berat, perdarahan diatesis, trauma. Pembuluh darah otak yang mengalami masalah misalnya pecah pembuluh darah akan menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

(4)

2.1.6 Komplikasi Stroke

Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalami :

1. Berhubungan dengan immobilisasi : infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tekanan, konstipasi dan dekubitus.

2. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsy dan sakit kepala.

3. Hidrocepalus

Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak (Mariza & Wijaya, 2013).

2.1.7 Penatalaksanaan Tindakan Stroke

Menurut (Keogh,2014) penatalaksanaan tindakan pasien stroke yaitu :

1. Memberikan TPA (thromoblytic agent) dalam 3 jam setelah gejala serangan, kecuali kontraindikasi.

2. Memberikan antikoagulan untuk pasien dengan ischemic stroke setelah penggunaan TPA.

3. Memberikan medikasi antiplatelet untuk mengurangi adesivitas keping darah, digunakan untuk mencegah terjadinya stroke kembali.

4. Memberikan kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan.

5. Terapi fisik untuk membantu menjaga kekencangan otot atau pengembalian fungsi.

6. Terapi bicara untuk membantu berbicara dan menelan.

7. Occupational therapy untuk membantu mendapatkan kembali fungsi.

8. Istirahat total untuk mengurangi kemungkinan cedera.

9. Nutrisi yang tepat dengan jenis makanan yang tepat untuk pasien.

10.Carotid artery endarterectomy untuk menghilangkan plak dari dalam nadi kepala jika ada stenosis.

11. Stenting arteri kepala (karotid) untuk menjaga aliran darah.

12.Koreksi bedah arteriovenous malformation, aneurisme, perdarahan intrakranial.

(5)

2.2 Paralisis

2.2.1 Definisi paralisis

Paralisis adalah suatu kondisi yang terjadi karena gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan sehingga fungsi tubuh tertentu tidak berfungsi. Paralisis juga menyebabkan tubuh mengalami gangguan mobilisasi. Kondisi paralisis paling sering dialami oleh seseorang yang menderita stroke atau orang yang mengalami cedera saraf tulang belakang (Statland, 2018)

2.2.2 Macam-macam paralisis

1. Monoplegia, yaitu kelumpuhan pada salah satu lengan atau tungkai.

2. Hemiplegia, yaitu kelumpuhan pada lengan dan tungkai pada satu sisi tubuh.

3. Diplegia, yaitu kelumpuhan pada kedua lengan atau kedua sisi wajah.

4. Paraplegia, yaitu kelumpuhan pada kedua tungkai.

5. Quadriplegia, yaitu kelumpuhan pada kedua lengan dan kedua tungkai. (Statland, 2018)

2.2.3 Penyebab paralisis

1. Stroke

Beberapa gejala stroke yang sering terjadi yakni tangan berasa kaku secara tiba- tiba kemudian lumpuh di salah satu bagaian tubuh atau sisi wajah, disertai bicara yang tidak jelas atau terbata bata dan kelemahan pada bagian tubuh terutama anggota gerak tubuh.

2. Cedera

Cedera pada area saraf tulang belakang dan cedera akibat benturan pada area kepala dapat menyebabkan paralisis.

3. Tumor

Tumor otak juga bisa menimbulkan gejala lain, seperti sakit kepala, kejang, mual muntah, kesulitan bicara, sulit menelan, dan gangguan psikologis.

(6)

4. Sindrom pascapolio

Kelumpuhan yang terjadi bertahun-tahun setelah terserang polio.

5. Cerebral palsy

Paralisis sejak lahir. Kondisi ini terjadi karena cacat bawaan lahir.

(Cavel-Greant, 2012).

2.2.4 Komplikasi

Menurut (Cavel-Greant, 2012). kelumpuhan dapat menyebabkan penderitanya mengalami:

1. Depresi

2. Gangguan bicara dan menelan

3. Disfungsi seksual

4. Ulkus dekubitus

2.3 Decubitus

2.3.1 Pengertian Decubitus

Decubitus adalah kerusakan jaringan yang disebabkan karena adanya tekanan yang terlalu lama dan terjadi kompresi pada area jaringan yang lunak.

Kompresi ini mengakibatkan terganggunya aliran darah dan apabila ini berlangsung lama akan menyebabkan anoksia, iskemi dan mengakibatkan kematian jaringan. (Nursalam, 2014).

2.3.2 Penyebab

Luka dekubitus mulai pada kulit dan sering menjalar ke jaringan lebih dalam, disebakan oleh buruknya sirkulasi akibat tekanan setelah jangka waktu tertentu. Tanpa aliran darah dan nutrisi yang cukup jaringan akan mati. Mereka yang sering mengalami ini adalah mereka yang osisisisnya terbatas di kursi roda atau tempat tidur dan tidak mampu bergerak sendiri, sehingga tidak mampu sesering mungkin mengurangi tekanan (keogh, Mary, & Jackson, 2014)

(7)

kelemahan ekstermitas yang mengakibatkan gangguan mobilitas fisik. Hal ini dapat menimbulkan salah satu komplikasi pada pasien, apabila pasien tidak mendapatkan perawatan yang baik oleh keluarga. Komplikasi yang muncul akibat perawatan pada pasien yang kurang baik adalah ulkus dekubitus. Ulkus dekubitus merupakan suatu penyakit akibat posisi penderita tidak berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam (Sunaryanti, 2014).

2.3.3 Faktor Resiko

Menurut (Nursalam, 2014) faktor resiko terjadinya decubitus antara lain:

1. Mobilitas dan aktivitas.

Mobilitas adalah kemampuan untuk megubah dan mengontrol posisi tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemempuan untuk berpindah. Pasien yang mengalami imobilisasi atau berbaring secara lama akan beresiko terjadi dekubitus. Imobilisasi adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian dekubitus.

2. Penurunan persepsi sensoris persepsi.

Pasien dengan penurunan sensoris persepsi akan mengalami penurunan kemampuan untuk merasakan sensasi nyeri akibat tekanan di atas tulang yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi lama, pasien akan mudah terkena dekubitus.

3. Kelembaban.

Kelembaban yang disebabkan karena inkontenensia dapat mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang mengalami manserasi akan mudah mengalami erosi.

4. Tenaga yang merusak (shear).

Merupakan kekuatan mekanis yang meregangkan dan merobek jaringan, pembuluh darah, serta struktur jaringan yang lebih dalam berdekatan dengan tulang yang menonjol.

5. Pergesekan (friction).

pergesekan yang kuat antara kulit dan perantara misal sprei atau alas tempat tidur lain sangat rentang terjadi abrasi sehingga harus selalu hati hati.

(8)

6. Nutrisi.

Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan dan malnutrisi umumnya diidentifikasikan sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya dekubitus.

Stadium tiga dan empat dari dekubitus pada orang tua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin dan asupan makanan yang tidak mencukupi.

7. Usia.

Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terjadi dekubitus karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan.

2.3.4 Derajat Ulkus Dekubitus Pasien Stroke

Derajat ulkus dekubitus menurut (Damayanti, 2012) adalah sebagai berikut : a) Derajat I

Derajat ini ditandai dengan terbentuknya abrasi yang mengenai epidermis, luka tampak merah, hangat dan mengeras.

b) Derajat II

Ulserasi terjadi pada area epidermis, dermis dan meluas sampai ke area jaringan adiposa. Stadium ini dapat sembuh dalam waktu 10-15 hari. Cirinya antara lain melepuh, dan membentuk lubang yang dangkal.

c) Derajat III

Luka meluas sampai ke jaringan lapisan lemak subkutis, infeksi, edema dan hilangnya struktur fibril. Kadang-kadang terdapat anemia dan infeksi sistemik.

Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu. Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringan subkutan atau lebih dalam, akan tetapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam.

d) Derajat IV

Luka yang terjadi dan nekrosis meluas sampai pada area otot, tulang dan sendi.

Dapat sembuh dalam 3-6 bulan. Cirinya lapisan kulit rusak secara luas, terjadi nekrosis, terjadi kerusakan pada area otot dan tulang. Terdapat area yang berlubang.

(9)

2.3.5 Pencegahan dan Intervensi Awal Pasien Dengan Dekubitus

Pencegahan dan intervensi awal pasien dengan dekubitus menurut (Nursalam, 2014) yaitu :

1. Kaji resiko individu terhadap kejadian dekubitus.

2. Kaji faktor resiko pada saat pasien memasuki RS dan diulang dengan pola yang teratur atau ketika ada perubahan yang signifikan pada pasien seperti pada pembengkakan atau penurunan status kesehatan.

3. Identifikasi kelompok-kelompok beresiko tinggi kejadian dekubitus.

4. Kaji keadaan kulit secara teratur setidaknya sehari sekali.

5. Kaji status mobilitas.

6. Minimalkan terjadinya tekanan.

7. Kaji dan minimalkan pergeseran (friction) dan tenaga yang merobek (shear).

8. Kaji inkotinensia.

9. Kaji status nutrisi.

10. Kajilah faktor yang menunda status penyembuhan.

11. Evaluasi penyembuhan luka.

2.4 Peran Serta Keluarga 2.4.1 Peran Serta Keluarga

Peran adalah tingkah laku yang menggambarkan seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam sebuah sistem. peran yang menjelaskan apa yang seseorang harus lakukan untuk memenuhi harapan diri sendiri atau harapan orang lain yang menyangkut peran tersebut (Harmoko, 2012).

2.4.2 Keluarga

Keluarga adalah suatu instansi yang diikat dengan suatu perkawinan antara orang dewasa yang berlawanan jenis laki laki dan perempuan yang mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga (Riadi, 2012).

(10)

2.4.3 Tugas Kesehatan Keluarga

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan adalah suatu kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi karena tanpa kondisi yang sehat segala sesuatu menjadi tidak berarti dan kesehatan merupakan kekuatan dan sumber daya bagi keluarga dan semua orang.

2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Biasanya keluarga sudah mengerti mengenai tindakan yang tepat dan benar untuk mengatasi masalah keluarga yang di rawat, tetapi keluarga juga memiliki keterbatasan pengetahuan.

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar keluarga (Harmoko, 2012)

2.4.4 Bentuk Dukungan Keluarga

(KHAN, 2010) terdapat empat tipe dukungan keluarga yaitu:

a. Dukungan Emosional

Keluarga adalah tempat yang aman dan damai untuk beristirahat dan juga menenangkan pikiran. Individu yang menghadapi personal atau masalah akan merasa terbantu jika ada keluarga yang memperhatikan dan membantu dalam penyelesaian masalah yang sedang dihadapinya.

b. Dukungan Penilaian

Keluarga merupakan perangkat yang bertindak sebagai pemberi masukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh keluarga.

Dukungan serta perhatian yang diberikan keluarga adalah suatu bentuk apresiasi positif bagi individu.

(11)

c. Dukungan instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pengawasan dalam kebutuhan individu. Keluarga turut mencari dan member solusi yang dapat membantu individu dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

d. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi yang baik dan benar. Dalam hal ini juga diharapkan bantuan informasi yang disediakan keluarga dapat digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah- masalah yang sedang dihadapi.

2.4.5 Fungsi Keluarga

fungsi keluarga secara umum adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Afektif adalah fungsi pokok keluarga untuk mempersiapkan anggotanya dalam berhubungan dengan orang lain. Fungsi afektif dibutuhkan untuk proses perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi adalah fungsi adalah fungsi yang berperan dalam mengembangkan dan melatih anggota keluarga dalam hidup bersosial sebelum mereka meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan hidup

d. Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhannya secara ekonomi dan tempat bagi individu untuk mengembangkan kemampuan dalam meningkatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga

e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk mencapai dan mempertahankan kondisi sehat seluruh anggota keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan berpengaruh terhadap status kesehatan keluarga (Friedman, 2010)

(12)

2.4.6 Peran Serta Keluarga Pasien Stroke Mencegah Dekubitus

Beberapa prinsip yang harus dipahami oleh keluarga penderita stroke untuk mencegah decubitus menurut (Setiadi, 2017) yaitu :

1. higiene dan perawatan kulit

2. pengaturan posisi tidur atau duduk digunakan untuk mengurangi tekanan dan gaya gesek pada kulit

3. posisi alas pendukung yang mana posisi klien mobilisasi diubah sesuai tingkat aktivitasnya, kemampuan persepsi rutinitasnya sehari–hari dan alas pendukung, kenyamanan, kontrol postur tubuh dan manajemen tekanan.

4. menjaga kulit klien tetap bersih dan kering

2.4.7 Fungsi Pemeliharaan Kesehatan Keluarga

a. Dapat mengenal masalah kesehatan disetiap anggotanya yang mengalami masalah

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga yang bermasalah dengan kesehatannya

c. Memberikan keperawatan terhadap anggota keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan dan dapat membantu dirinya sendiri yang cacat atau usianya yang masih teralu muda

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan anggota keluarga lainnya

e. Mempertahankan hubungan timbak balik antara keluarga dan Lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Friedman, 2010)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis meneliti yakni: 1) Motivasi Yudas Iskariot dalam mengikut Yesus berdasarkan Injil Sinoptik. 2) Kerasulan Yudas ada

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata antara perlakuan pupuk cair dan pupuk kandang sapi terhadap jumlah daun tanaman selada, begitu

Selain mitos, ritual-ritual dan simbol-simbol yang mereka kenal, masyarakat primitif atau leluhur telah mengambil tindakan yang tepat dalam membangun

Dengan kualitas yang didapatkan setelah hasil pengujian dan adanya penurunan cost tersebut, dengan menggunakan metode value analysis terjadi peningkatan value

Tulungagung GURU KELAS RA Lulus 163 13051602820220 BINTI MASLIHAH MI Swasta TARBIYATUL ISLAMIYAH Kab.. Trenggalek GURU KELAS RA Lulus 176 13051702820183 INAKA DWI MARDIYANI

PENGARUH BERMAIN VIDEO GAME TIPE FIRST PERSON SHOOTER TERHADAP ATENSI YANG DIUKUR DENGAN ATTENTION NETWORK TEST... Apakah anda memiliki kelainan muskulo skeletal

Unlevered beta rata-rata perusahaan pembanding yang diperoleh dari perhitungan ini kemudian di-relever dengan tingkat leverage yang berlaku pasar untuk memperoleh beta

Setelah penulis melakukan penelitian tentang nilai-nilai pendidikan multikultural dalam kearifan lokal masyarakat Maluku berdasarkan hasil pengadaan atau pengumpulan