• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dapat dikutip untuk pemberitaan Analisis Isu Strategis Sawit Vol. IV, No. 21/06/2018 POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT. Oleh Tim Riset PASPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dapat dikutip untuk pemberitaan Analisis Isu Strategis Sawit Vol. IV, No. 21/06/2018 POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT. Oleh Tim Riset PASPI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Hasil utama kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) telah terbukti memberikan manfaat ekonomi yang besar bagi Indonesia. Namun dengan luas area perkebunan sawit Indonesia yang telah mencapai 12.3 juta hektar pada tahun 2017, dan dengan banyaknya pabrik kelapa sawit (PKS), menyebabkan melimpahnya limbah kelapa sawit baik dalam bentuk cair dan padat. Potensi limbah kelapa sawit tersebut masih bisa memiliki nilai untuk dimanfaatkan di berbagai sektor seperti ketahanan energy, sektor peternakan, dan perkebunan kelapa sawit itu sendiri. Pemanfaatan limbah untuk penghasil energy memiliki potensi menghasilkan 29.52 juta kiloliter bioethanol dan energy listrik sebesar 4336 MW.

Limbah padat kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai pakan ternak karena kandungannya cocok untuk ternak. Limbah padat dan cair dari PKS dapat juga dimanfaatkan kembali untuk menambah kandungan organik dalam tanah sehingga kesuburan tanah perkebunan tetap terjaga.

Keywords : kandungan organik, ketahanan energy, limbah kelapa sawit, pakan ternak

POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT

Oleh Tim Riset PASPI

m nitor

Analisis Isu Strategis Sawit Vol. IV, No. 21/06/2018

“Dapat dikutip untuk pemberitaan”

(2)

PENDAHULUAN

Kelapa sawit telah memberikan manfaat yang besar bagi perekonomian Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Hasil kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) telah menjadi produk ekspor andalan Indonesia dan menghasilkan devisa yang besar. Pada tahun 2017, Indonesia telah mampu mengekspor CPO sebesar 29.1 juta ton dan PKO sebesar 1.95 juta ton (Database PASPI 2018). Dengan jumlah ekspor yang besar tersebut, kelapa sawit telah memberikan devisa bagi Negara sebesar USD 23 Milyar.

Produk utama kelapa sawit tersebut telah memberikan manfaat ekonomi yang besar, potensi manfaat kelapa sawit tidak terbatas pada kedua produk tersebut.

Produk samping atau limbah dari kelapa sawit juga memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan. Dengan luas area perkebunan kelapa sawit Indonesia yang telah mencapai 12,3 juta hektar, memiliki potensi total limbah yang juga besar baik dari limbah pada perkebunan hingga limbah di pabrik kelapa sawit.

Dari tandan buah segar (TBS) hanya 20%-22% yang dikonversi menjadi produk utama kelapa sawit, sedangkan sisanya akan menjadi limbah. Hal ini menunjukkan bahwa, sebagian besar hasil pertanian kelapa sawit akan menjadi limbah di pabrik.

Selain itu, perkebunan kelapa sawit juga menghasilkan limbah pada saat budidaya yaitu limbah pelepah dan daun saat pruning dan juga batang sawit saat proses replanting dilakukan. Pemanfaatan limbah dari perkebunan kelapa sawit ini dapat memberikan manfaat ekonomi bagi petani sawit rakyat yang saat ini sedang gencar melakukan proses replanting dengan bantuan dana dari BPDP Kelapa Sawit.

Dengan pemanfaatan limbah kelapa sawit yang baik, akan semakin menunjukkan bahwa komoditas kelapa sawit Indonesia merupakan industri yang memiliki manfaat ekonomi yang besar dan dapat

berkelanjutan (sustainable). Oleh sebab itu, tulisan ini akan mendiskusikan potensi pemanfaatan limbah kelapa sawit bagi ketahanan energi Indonesia dan juga bentuk pemanfaatan lainnya baik yang sudah dilakukan ataupun yang potensial untuk dikembangkan di masa depan.

PEMANFAATAN UNTUK KETAHANAN ENERGI INDONESIA

Ketahanan energi Indonesia sejauh ini belum dapat dikatakan berkelanjutan. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan yang diantaranya: Pertama, sekitar 94 persen penyediaan dan konsumsi energi nasional merupakan energi fosil yang tak dapat diperbarui (non renewable energy) seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara, yang suatu saat akan habis terkuras (depletion).

Kedua, sebagian besar minyak bumi (premium, solar, avtur) bersumber dari impor, sehingga selain rentan terhadap harga minyak bumi dunia juga menguras devisa negara dan ketergantungan tinggi pada negara lain. Dan ketiga, minyak bumi, gas alam, batubara merupakan sumber energi "kotor" yang menghasilkan emisi gas- gas rumah kaca (green house gas, GRK) ke atmosfer. Emisi energi fosil tersebut merupakan penyumbang terbesar emisi GRK dunia maupun di Indonesia (PASPI 2016).

Ketahanan energi yang demikian tidak dapat dijadikan basis pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Indonesia telah memulai mengubah sumber ketahanan energi dengan mulai memproduksi sumber energy terbarukan (renewable energy) yang salah satunya adalah biodiesel berbahan baku kelapa sawit melalui kebijakan mandatori biodiesel. Langkah tersebut perlu diapresiasi karena akan menjadi memperbesar penyerapan CPO di dalam negeri dan mendukung upaya pencapaian ketahanan energi, meskipun sejauh ini kebijakan mandatori biodiesel ini belum berjalan sesuai target yang ditetapkan.

(3)

Biodiesel yang diproduksi dari CPO yang disebut sebagai biofuel generasi pertama, sering dianggap tidak berkelanjutan karena akan menyebabkan trade off pemanfaatan CPO untuk minyak goreng dan produksi biodiesel. Hal ini terkonfirmasi melalui penelitian Rambe (2017), dimana pengembangan biodiesel sawit memberikan dampak pada peningkatan harga minyak goreng sawit meskipun peningkatannya kecil karena produksi biodiesel Indonesia juga belum terlalu besar. Jika pengembangan biodiesel sawit masih dianggap tidak berkelanjutan, Indonesia masih bias menghasilkan biofuel lainnya dengan pemanfaatan biomassa kelapa sawit yang disebut sebagai biofuel generasi kedua. Pemanfaatan biomassa ini tidak akan terjadi trade off seperti halnya pada pengembangan biodiesel sehingga Masyarakat Uni Eropa (European Union Renewable Energy Directives, RED) maupun di Amerika Serikat (US Renewable Fuels Standard, RFS) merekomendasikan penggunaan energi biofuel generasi kedua (second generation biofuel) seperti biomas sebagai energi paling berkelanjutan dunia (Naik, et al. 2010).

Biomassa kelapa sawit dapat diperoleh pada saat pruning berupa pelepah daun dan batang sawit saat replanting. Selain itu

biomassa juga dapat diperoleh dari limbah pabrik kelapa sawit berupa tandan kosong, serat dan cangkang buah. Hasil penelitian Foo-Yuen Ng (2011) di perkebunan sawit Malaysia mengungkapkan bahwa perkebunan kelapa sawit dapat menghasilkan biomas dari tandan kosong (empty fruit bunch) sekitar 1.4 ton bahan kering/hektar/tahun, biomas dari serat buah dan cangkang (oil palm fibre and shell) sekitar 2.4 ton bahan kering/ hektar/tahun, biomas dari pelepah/daun (oil palm frond) sekitar 9.3 ton bahan kering/hektar/tahun dan bahan biomas dari batang sawit (oil palm trunk) sekitar 2.9 ton bahan kering/hektar/tahun.

Mengacu pada hasil penelitian tersebut, maka dengan luas area perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2017 yang telah mencapai 12,3 juta hektar akan mampu menghasilkan biomas total 196.8 juta ton bahan kering/tahun (Gambar 1). Biomas tersebut terdiri dari tandan kering 17,22 juta ton bahan kering/tahun, serat buah dan cangkang 29,52 juta ton bahan kering/tahun, pelepah dan daun 114,39 juta ton bahan kering/tahun, serta biomas dari batang saat proses replanting yang sedang gencar dilakukan sebesar 35,67 juta ton bahan kering/tahun.

Gambar 1 Produksi Biomas Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia Menurut Sumber

Perkebunan kelapa sawit (12,3 juta Ha)

Produksi biomas total (196.8 juta ton bahan

kering/tahun)

Biomas dari tandan kering (17.22 juta ton bahan

kering/tahun)

Biomas dari serat buah dan cangkang (29.52 juta ton

bahan kering/tahun)

Biomas dari pelepah/daun (114.39 juta ton bahan

kering/tahun)

Biomas batang replanting (35.67 juta ton bahan

kering/tahun)

(4)

Biomas kebun sawit dapat diolah menjadi bioetanol (pengganti premium/gasoline). Menurut pengalaman KL Energy Corporation (2007) setiap ton bahan kering biomas dapat menghasilkan 150 liter etanol. Dengan demikian apabila biomas kelapa sawit Indonesia digunakan untuk produksi bioethanol, maka dengan 196,8 juta ton bahan kering akan mampu menghasilkan 29.52 juta kiloliter bioethanol.

Selain itu biomass kelapa sawit juga dapat digunakan untuk pembangkit listrik tenaga biomass dimana berdasarkan perhitungan, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas 60 ton/jam mampu menghasilkan energi listrik dari pemanfaatan cangkang sekitar 2 MW, serat sekitar 1.5 MW, dan tandan kosong sekitar 1.5 MW (PASPI 2018).

Dengan demikian potensi pemanfaatan biomass dari PKS dapat menghasilkan energi listrik 4336 MW. Dan berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa setiap 1 MW setara dengan 4 ribu kilo liter solar dan dapat memenuhi kebutuhan listrik 1050 rumah tangga di pedesaan.

Limbah kelapa sawit tidak hanya berbentuk padat atau biomass, namun PKS juga menghasilkan limbah cair yaitu Palm Oil Mill Effluent (POME) dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan limbah padat.

POME dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dengan mekanisme methane capture dengan potensi energi sebesar 25.3 - 40.6 kWh/ton TBS. Dengan demikian, pemanfaatan POME dari PKS dengan kapasitas 45 ton TBS/jam dapat menghasilkan energi listrik sebesar 0.95 – 1.52 MW. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi manfaat lain dari kelapa sawit selain sebagai penghasil devisa negara yaitu mampu mendukung pencapaian ketahanan energi nasional yang berkelanjutan.

RAGAM PEMANFAATAN LAIN LIMBAH KELAPA SAWIT

Pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan sebenarnya sudah mampu menunjukkan bahwa kelapa sawit tepat dikategorikan sebagai komoditas strategis untuk dikembangkan secara berkelanjutan di

Indonesia. Indonesia telah menjadi produsen utama minyak sawit di dunia yang merupakan hasil utama kelapa sawit, ke depan Indonesia diharapkan mampu memenuhi kebutuhan energinya dengan pengoptimalan manfaat limbah kelapa sawit.

Namun limbah kelapa sawit memiliki potensi untuk dimanfaatkan pada sektor lainnya selain sebagai sumber energy terbarukan. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengkaji potensi pemanfaatan limbah kelapa sawit yang melimpah di sekitar 190 kabupaten di Indonesia. Limbah kelapa sawit berupa limbah cair dan limbah padat dapat dimanfaatkan kembali untuk perkebunan kelapa sawit itu sendiri atau digunakan pada sektor pertanian lainnya seperti sebagai pakan pada sektor peternakan.

Bungkil inti , ampas minyak dan limbah padat kelapa sawit sangat potensial digunakan sebagai pakan ternak meskipun relatif tidak efisien karena masih perlu mendapat perlakuan pendahuluan sebelum digunakan sebagai pakan ternak. Pengunaan solid sawit, pelepah sawit dan daun sawit tidak dapat diberikan secara tunggal karena tidak disukai ternak, oleh karenanya perlu digunakan sebagai pakan campuran dengan jenis pakan yang disukai ternak. Penggunaan limbah dan industri sawit dapat menekan biaya pakan dan meningkatkan keuntungan usaha ternak kambing pada skala komersial (Sianipar et al. 2003).

Hasil penelitian Utomo dan Wijaya (2004), menunjukkan bahwa limbah padat kelapa sawit berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi untuk ternak karena mengandung protein kasar 12,63% dan energi 154 kal/100 g. Selain karena kandungan gizinya, ketersediaan limbah padat kelapa sawit ini juga melimpah, berkelanjutan, dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Peningkatan produksi ternak melalui pemanfaatan limbah padat kelapa sawit merupakan salah satu usaha untuk mengoptimumkan pemanfaatan sumber daya lokal melalui penerapan teknologi yang sesuai. Pemanfaatan tersebut potensial dilakukan sehingga petani dapat memegang peranan utama dalam ekonomi pedesaan. Untuk mewujudkan hal itu, petani harus mempunyai akses ke sumber daya ekonomi yaitu kapital, sumber daya alam,

(5)

dan teknologi. Dengan memiliki akses tersebut, petani dapat melakukan kegiatan ekonomi produktif. Namun pemanfaatan limbah sebagai pakan tambahan dipengaruhi oleh sistem produksi, dan menguntungkan pada pemeliharaan ternak dengan orientasi komersial atau penggemukan.

Selain itu, menurut Mathius dan Sinurat (2001), limbah bungkil inti kelapa sawit merupakan sumber energi dan protein yang cukup baik untuk ternak ruminansia karena memiliki kandungan protein sekitar 16%, lemak 6%, dan serat kasar sekitar 20%.

Beberapa penelitian di Malaysia juga menunjukkan penggunaan bungkil inti sawit sampai 20% dalam ransum ayam pedaging maupun petelur masih dapat dilakukan, dengan catatan kandungan gizi (terutama energi) ransum dibuat cukup. Belum banyak penelitian mengenai penggunaan bungkil ini sebagai bahan makanan itik. Akan tetapi, pemberian hingga 20% dalam ransum itik petelur dapat memberi hasil yang baik.

Penggunaan lumpur sawit sebagai pakan domba juga sudah dilaporkan oleh Handayani et al. (1987). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa domba yang diberi pakan yang terdiri dari rumput lapang secara ad libitum, dan diberi tambahan lumpur sawit sebanyak 0,9% dari bobot hidupnya menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik.

Balai Penelitian Ternak melakukan upaya untuk meningkatkan penggunaan limbah sawit dengan teknologi fermentasi.

Fermentasi bungkil inti sawit maupun lumpur sawit ternyata dapat meningkatkan kadar protein dan menurunkan kadar serat kasar. Protein kasar bungkil inti sawit meningkat dari 14,19% menjadi 25,06%, sedangkan kandungan serat kasar menurun dari 21,70 menjadi 19,75%. Bungkil inti sawit yang belum dan sudah terfermentasi dapat digunakan sampai dengan kadar 15%

pada pakan itik,tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap penampilan pertumbuhan itik jantan sampai umur 8 minggu, persentase karkas yang dihasilkan dan organ dalam yaitu hati dan ampela (Bintang et al.

1998)

Tandan kosong kelapa sawit biasanya digunakan kembali sebagai bahan organik bagi tanaman kelapa sawit baik secara langsung atau tidak langsung. Pemanfaatan

secara langsung yaitu dengan menjadikan tandan kosong sebagai mulsa sedangkan secara tidak langsung dengan mengomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organik.

Pengembalian bahan organik kelapa sawit ke tanah akan menjaga kelestarian kandungan bahan organik lahan kelapa sawit demikian pula hara tanah. Namun limbah tandan kosong kelapa sawit yang memiliki komponen utama berupa selulosa dan lignin juga dapat dijadikan sebagai media tanam jamur. Hal tersebut dikarenakan jamur merang mampu mendegradasi lignin sebagai sumber pertumbuhannya. Sehingga limbah tandan kosong yang melimpah di pabrik kelapa sawit masih memiliki nilai ekonomi untuk dijual pada petani jamur.

Hal yang menarik adalah hasil penelitian Widiastuti & Tripanji (2007) menunjukkan bahwa tandan kosong kelapa sawit yang telah dimanfaatkan sebagai medium jamur merang dapat digunakan kembali sebagai pupuk organik untuk bibit kelapa sawit. Pemanfaatan tandan kosong bekas medium jamur tersebut dapat memeberikan pengaruh pada peningkatan tinggi, bobot basah, dan serapan K dan Mg pada bibit dengan pemberian tandan kosong bekas medium jamur 25%. Pemberian tandan kosong beks medium jamur pada jumlah tinggi (75%) tidak menurunkan berbagai peubah pertumbuhan dan serapan hara bibit sedangkan pemupukan pada dosis tinggi yaitu 100% cenderung menurunkan berbagai peubah pertumbuhan dan serapan hara bibit.

Selain limbah padat kelapa sawit, limbah cair juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dan berpengaruh pada peningkatan sifak fisik dan kimia tanah. Menurut Widhiastuti et al. (2006), pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit dapat meningkatkan biodiversitas tumbuhan penutup tanah dan menurunkan kehadiran gulma pada perkebunan kelapa sawit.

Temuan lainnya yaitu pemanfaatan limbah cair dapat meningkatkan total bakteri tanah,

namun menurunkan bakteri

Enterobacteriaceae yang merupakan kelompok bakteri penyebab penyakit.

Ragam pemanfaatan limbah kelapa sawit menunjukkan bahwa manfaat kelapa sawit tidak hanya berfokus pada minyak

(6)

sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Namun dengan ketersediaan yang melimpah, banyak pemanfaatan limbah kelapa sawit yang sudah dilakukan pada perkebunan kelapa sawit itu sendiri atau pemanfaatan pada sektor lain. Ke depan pemanfaatan limbah kelapa sawit akan semakin banyak dengan penelitian- penelitian yang terus dilakukan melalui universitas dan balai penelitian di Indonesia.

KESIMPULAN

Kelapa sawit telah memberikan manfaat ekonomi yang besar bagi Indonesia melalui hasil utamanya berupa minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Namun di sisi lain, perkebunan dan pabrik kelapa sawit memiliki limbah dengan jumal yang sangat besar dalam bentuk padat ataupun cair. Pemanfaatan limbah kelapa sawit berupa biomass dapat menghasilkan 29,52 juta kiloliter bioethanol dan energy listrik 4336 MW. Selain itu limbah cair kelapa sawit melalui proses methane capture dapat menghasilkan energy listrik 0.95 – 1.52 MW.

Pemanfaatan limbah kelapa sawit ini dapat mendukung upaya mencapai ketahanan energi Indonesia yang berkelanjutan.

Selain sebagai sumber energi, limbah kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan gizi yang baik. Tandan kosong kelapa sawit masih memiliki nilai ekonomi karena dapat digunakan sebagai media tanam jamur merang. Limbah padat kelapa sawit dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan organik yang menambah unsur hara pada perkebunan kelapa sawit. Selain limbah padat, limbah cair juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk yang dapat meningkatkan biodiversitas tumbuhan penutup tanah dan menurunkan kehadiran gulma pada perkebunan kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan.

2017. Statistik Perkebunan Indonesia 2015- 2017 :Kelapa Sawit. Jakarta (ID):

Kementerian Pertanian.

Bintang IAK, Sinurat AP, Murtisari T, Pasaribu T, Purwadaria T, Haryati T. 1998. Penggunaan Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya dalam Ransum Itik Sedang Bertumbuh. Balai Penelitian Ternak.

Foo-Yuen Ng, Foong–Kheong Yew, Y. Basiron, K.

Sundram. 2011. A Renewable Future Driven with Malaysian Palm Oil-based Green Technology. Journal of Oil Palm & The Environment 2011, 2:1-7.

Handayani SW, Ginting SP, Ketaren PP. 1987.

Effect of palm oil mill effluent to sheep fed a basal diet of native grass. Proc. 10th nn. Conf.

MSAP. University Pertanian Malaysia, Selangor. pp.292-294.

Mathius & Sinurat. 2001. Pemanfaatan Bahan Pakan Inkonvensional Untuk Ternak.

WARTAZOA. 11(2): 20-31.

Naik, S. N, V. V. Goud, P. K. Rout, A. K. Dalai. 2010.

Production of First and Second Generation Biofuels: A comprehensive review.

Renewable and Sustainable Energy 14 (2010) 578-597.

Rambe KR. 2017. Dinamika Pengembangan Biodiesel Berbahan Baku Minyak Kelapa Sawit Indonesia [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sianipar, Batubara JLP, Ginting SP, Simanihuruk K, Tarigan A. 2003. Analisis potensi ekonomi limbah dan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit sebagai pakan kambing potong.

[laporan hasil penelitian]. Loka Penelitian Kambing Potong Sungai Putih, Sumatera Utara.

PASPI. 2016. Perkebunan Kelapa Sawit : Industri Strategis Energi Terbarukan yang Berkelanjutan. Jurnal Monitor. 2(2): p. 287- 292.

PASPI. 2018. Biofuel Generasi Kedua dari Kebun Sawit Indonesia. Jurnal Monitor. 4(2): p.

1065-1070.

Utomo BN, Widjaja E. 2004. Limbah Padat Pengolahan Minyak Sawit Sebagai Sumber Nutrisi Ternak Ruminansia. Jurnal Litbang Pertanian. 23(1): 22-28.

Widhiastuti R, Suryanto D, Mukhlis, Wahyuningsih H. 2006. Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Sebagai Pupuk Terhadap Biodiversitas Tanah. Jurnal Ilmiah Pertanian KULTURA. 41 (1): 1-8.

Widiastuti H, Tripanji. 2007. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sisa Jamur Merang (Volvariella volvacea) (TKSJ) sebagai Pupuk Organik pada Pembibitan Kelapa Sawit. Menara Perkebunan. 75 (2):

70-79.

Referensi

Dokumen terkait

Baby Hamster Kidney Fibroblast (BHK-21) banyak digunakan dalam produksi vaksin, L yaitu cell line fibroblas dari tumor jaringan ikat mencit banyak digunakan dalam

Reproduksi merupakan hal yang sangat penting dari suatu siklus hidup organisme, dengan mengetahui biologi reproduksi ikan dapat memberikan keterangan yang berarti mengenai

Contoh : jika site-site gagal dalam sebuah sistem terdistribusi, site lainnya dapat melanjutkan operasi jika data telah direplikasi pada beberapa sitev. —

Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jambi Halaman 43 dengan nilai SDR gulma setelah pengendalian diketahui jenis gulma yang

dapat dilakukan dengan cara: (1) menentukan berapa besar data point pertama dan terakhir pada suatu kondisi atau fase, (2) kurangi data yang besar dengan data yang

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat

Strategi yang dibuat oleh Peace Generation Indonsia dilakukan dan disesuaikan dengan tujuan dari penggunaan media sosial itu sendiri yaitu media sosial

40 tentang system jaminan social nasional menjelaskan bahwa JKN menjamin biaya pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan nasional secara gotong royong wajib oleh seluruh