• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGILABORATORIUM MEDIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI TEKNOLOGILABORATORIUM MEDIK"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENUNTUN PRAKTIUM TRANSFUSI DARAH

PROGRAM STUDI

TEKNOLOGILABORATORIUM MEDIK

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRALUBUK

PAKAM

(2)

SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS FARMASI

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM Nomor : 78.B/03.3/INKES-MLP/XI/2019

TENTANG

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019 – 2020 FAKULTAS FARMASI INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

DEKAN FAKULTAS FARMASI INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

MENIMBANG : 1. Bahwa Untuk Melaksanakan Tugas Pendidikan dan Pengajaran Perlu Ditetapkan Dosen Pengampu Mata Kuliah Pada Semester Ganjil Tahun Akademik 2019 - 2020 di Lingkungan Program Studi Teknologi Laboratorium

Medik Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam;

2.

3.

Bahwa berdasarkan Kalender Akademik Semester Ganjil Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam Tahun Akademik 2019-2020 maka perkuliahan akan dimulai pada Februari 2020 dan berakhir pada Juli 2020;

Bahwa untuk keperluan dimaksud diatas maka perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Dekan Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam sebagai pengesahannya.

MENGINGAT : 1. Undang – Undang RI Nomor : 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Surat Keputusan Dirjend DIKTI Nomor : 297/KPT/I/2017, Tentang izin Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam dan 161/D/O/2001 tentang izin

penyelenggaraan Program Studi ;

3. Undang-Undang RI Nomor : 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen;

4. Undang-Undang RI Nomor : 12 Tahun 2012, Tentang Pendidikan Tinggi;

5. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 42 Tahun 2007, Tentang Sertifikasi Dosen;

Peraturan Pemerintah RI Nomor : 37 Tahun 2009, Tentang Dosen;

6. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 23 Tahun 2013, Tentang Perubahan Atas Standar Nasional Pendidikan;

7. Peraturan Pemerintah RI Nomor : 4 Tahun 2014, Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tingggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi;

8. Kalender Akademik Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam T.A 2019 - 2020.

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

FAKULTAS FARMASI

(3)

MEMPERHATIKAN : 1.

2.

Surat Keputusan Ketua Yayasan Medistra Lubuk Pakam Nomor 023/C.1/

YAY-M/VI/2016, tentang penetapan honorarium mengajar dan pemberian insentif bagi setiap kegiatan akademik yang termasuk dalam lingkup pendidikan dan pengajaran;

Hasil evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan Sistem Penjaminan Mutu Internal Fakultas Farmasi Semester Genap T.A 2019-2020.

MEMUTUSKAN MENETAPKAN

Pertama : Menugaskan Dosen untuk Menjadi pengampu Mata Kuliah bagi mahasiswa di lingkungan Program Studi Teknologi Laboratorium Medik Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam (roster dan daftar nama terlampir).

Kedua : Kepada para dosen sebagaimana dimaksud diwajibkan untuk menaati Kode Etik Dosen dan Standar Pembelajaran yang telah ditetapkan serta berhak mendapatkan honorarium mengajar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Yayasan Medistra Lubuk Pakam.

Ketiga

Keempat

:

:

Pada setiap akhir semester, akan dilakukan penilaian Indeks Keinerja Dosen (IKD) pengampu mata kuliah berdasarkan survei tingkat kepuasan mahasiswa.

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Lubuk Pakam Pada Tanggal : 12 November 2019

Dekan,

Romauli Anna Teresia Marbun, S.Farm., M.Si NPP. 06.15.12.08.1991

(4)

Lampiran Surat Keputusan :

Nomor : 017.A/03.2/INKES-MLP/II/2020

Hal : Penetapan Panitia Buku Kurikulum Program

Studi Teknologi Laboratorium Medik Program Sarjana pada Fakultas Farmasi.

Tanggal : 03 Februari 2020

TIM PENYUSUN BUKU KURIKULUM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK PROGRAM SARJANA TERAPAN

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

NO NAMA JABATAN

1 Romauli Anna Teresia Marbun, S.Farm., M.Si Ketua

2 Sa'adah Siregar, S.Si, M.Kes Sekretaris

3 Asvia Rahayu, S.ST, M.Biomed Anggota

4 Jhon Patar Sinurat, S.Pd, M.Si Anggota

Lubuk Pakam, 03 Februari 2020 Dekan,

Romauli Anna Teresia Marbun, S.Farm., M.Si NPP. 06.15.12.08.1991

(5)

TRANSFUSI DARAH

VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

VISI

Menghasilkan laboran yang unggul dan profesional dalam bidang mikrobiologi molekuler menuju tingkat Asia tahun 2028.

MISI

1) Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan sistem yang mendukung pada FF sehingga pembelajaran tersebut menghasilkan prodi yang dapat menghasilkan alumni berkarakter unggul dan profesional.

2) Menyelenggarakan proses praktik laboratorium yang kondusif dan handal di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.

3) Mengoptimalkan dan mengimplementasikan penelitian mikrobiologi molekuler klinis dengan menggunakan pendekatan riset.

4) Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan teknologi laboratorium medik.

5) Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan, organisasi, dan stakeholders baik dalam maupun luar negeri

iv MODUL

PROGRAM STUDI TEKNOLOGivI LABORATORIUM MEDIK (DIV) INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

(6)

MODUL TRANSFUSI DARAH

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) v INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas Karunia dan izin-Nya, sehingga Kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum

“Transfusi Darah”. Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang mendukung dan mengarahkan kami sehingga Modul ini dapat diselesaikan dengan baik dan bermanfaat dalam pembelajran, Kami menyadari bahwa dalam penyusunan modul ini, masih banyak kekurangan yang ditemui. Untuk itu, kami mengharapkan adannya saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Modul ini . Akhir kata, semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua terutama bagi para pembaca dan pelajar dibidang Laboratorium.

Lubuk Pakam,

Tim Penulis

(7)

MODUL TRANSFUSI DARAH

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) v INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

DAFTAR ISI

COVER ...i

SK DEKAN ...ii

VISI MISI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI...vi

TEEKNIK PENGAMBILAN DARAH VENA ... 1

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO METODE SLIDE ... 7

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH METODE TABUNG... 9

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH SISTEM RHESUS ... 11

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH METODE CROSSMATCH ... 14

PEMERIKSAAN INFEKSI MENULAR SYPHILISS ... 21

PEMERIKSAAN INFEKSI MALARIA ... 24

PEMERIKSAAN INFEKSI MENULAR HEPATITIS ... 26

PEMERIKSAAN INFEKSI MENULAR HIV ... 27

INFEKSI PASCA TRANSFUSI ... 30

DAFTAR PUSTAKA... 31

(8)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 7 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM 1. Teknik pengambilan darah vena

Pada pemeriksaan, darah diambil dari vena atau kapiler tergantung pada kebutuhannya. Pada umumnya tidak ada perbedaan hasil antara pemeriksaan darah kapiler dengan deras. Bila darah kapiler kurang deras keluarnya dan ujung jarinya ditekan-tekan dapat menimbulkan percampuran antara kapiler dengan darah intertitel.

I. Peralatan:

-Torniquet

-Tabung vakum tutup merah, kuning, birumuda, ungu.

-Alcohol swab

-Kapaskering/ kasakering -Plesterin

-Tabung sampel II. Prosedur

1. Pilih vena dengan cara melihat, meraba, merasakan.

2. Pasang tourniquet 5-7 cm daiatas lekukan fossa cubiti (4 jari), kencangkan secukupnya

3. 3.Lakukan desinfeksi pada lokasi untuk penusukan dengan cara melingkar dari dalam keluar rmenggunakan alcohol swab.

4. Lakukan penusukan kearah vena terpilih dengan sudut 15 derajat, secara perlahan, sampai tampak darah pada jendela control,

5. Tarik piston perlahan-lahan seirama masuknya darah kedalam badan spuit disposable hingga volume yang ditetapkan

6. Kendor kan toeniquet, Tarik jarum perlahan, tekan bekas tusukan dengan kapas/ kasa kering

7. Pindahkan darah dari spuit disposable kedalam tabung sampel primer, homogenisasi.

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ABO METODE SLIDE DAN TABUNG

2. Pemeriksaan golongan darah ABO metode slide

(9)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 8 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM I. Prinsip pemeriksaan

adalah apabila sel darah merah mengandung antigen yang sesuai dengan jenis antibodi yang ditambahkan pada reagen, maka akan terjadi aglutinasi atau hemolisis. Aglutinasi adalah penggumpalan sel darah merah yang disebabkan oleh ikatan mengandung beberapa sel secara bersama-sama. Ada 2 tahapan untuk pembentukan aglutinasi, yaitu:

 Tahap 1: Antibodi mengikat antigen sel darah merah segera setelah terjadi kontak antigen antibodi, ikatan tersebut belum menimbulkan aglutinasi. Hanya sebatas melapisi atau mensensitisasi sel.

 Tahap 2 : Pembentukan lattice yang menghasilkan gumpalan atau aglutinasi, merupakan kelanjutan dari tahap 1.

Hemolisis sel darah merah dapat disebabkan oleh antibodi jenis igM dan hanya sedikit yang disebabkan oleh igG, setelah antigen berkaitan dengan antibodi, jalur komplemen akan diaktivasi sehingga menyebabkan sel darah merah ruptur atau lisis.

Lisis juga mengindikasikan adanya reaksi antara antigen dan antibodi seperti pada aglutinasi.

II. Jenis sampel

Jenis sampel yang dipakai disesuaikan dengan rekomendasi sampel yang tercantum pada insert kit reagen yang digunakan. Ada reagen yang direkomendasikan sampel whole blood atau suspensi sel.

III. Reagen

Reagen yang digunakan mengandung anti-A, anti-B, dan anti-AB yang bersifat opsional.

IV. Prosedur Pemeriksaan

Sebelum melakukan pemeriksaan, baca secara detail prosedur pemeriksaan yang tertera pada petunjuk penggunaan reagen. Berikut adalah salah satu contoh prosedur pemeriksaan

golongan darah ABO menggunakan slide test.

 Teteskan 1 tetes anti-A pada objek gelas yang bersih dan kering, label objek gelas.

 Teteskan 1 tetes anti-B pada objek gelas yang bersih dan kering, terpisah dari objek gelas pertama kemudian label objek gelas.

 Teteskan 1 tetes anti-AB pada objek gelas ketiga, lakukan pelabelan. Bila tidak menggunakan reagen anti-AB dapat digantikan dengan pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan meneteskan anti-D.

 .Prosedur 1, 2, 3 dapat dilakukan dalam satu objek gelas.

 Tambahkan pada masing-masing tetesan reagen 1 tetes sel darah merah yang akan

(10)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 9 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM diperiksa.

 Lakukan pencampuran reagen dan sel darah merah menggunakan batang pengaduk, sebarkan campuran tersebut pada area sekitar 20 mm x 40 mm.

 Miringkan slide secara perlahan dari sisi ke sisi selama kurang lebih 2 menit.

Jangan menempatkan slide di atas permukaan panas

 Baca dan interpretasi hasil serta lakukan pencatatan hasil reaksi

Gambar terjadi aglutinasi dan tidak terjadi aglutinasi 3. Pemeriksaan Golongan Darah dengan Tube Test

I. Prinsip pemeriksaan

adalah apabila sel darah merah mengandung antigen yang sesuai dengan jenis antibodi yang ditambahkan pada reagen maka akan terjadi aglutinasi

II. Jenis sampel Umumnya, menggunakan sampel darah beku atau dengan antikoagulan. Sel darah merah dapat disuspensi secara autologous dengan serum, plasma, salin atau membutuhkan pencucian terlebih dahulu kemudian diresuspensi dalam salin. Jenis sampel disesuaikan dengan rekomendasi insert kit reagen yang digunakan.

III. Metode pemeriksaan yang digunakan pada percobaan ini adalah metode aglutinasi,

 Tabung I :- A 2 tetes – A + 1 tetes SDM 5%

 Tabung II : - B 2 tetes –B + 1 tetes SDM 5%

 Tabung III : SA 1 tetes SA + 2 tetes plasma

 Tabung IV : 1 tetes SB + 2 tetes plasma

 Tabung V : SO 1 tetes SO + 2 tetes plasma

 Tabung VI : AK 2 tetes plasma + 1 tetes SDM %

 Tabung VII : -D 2 tetes –D + 1 tetes SDM

 Tabung VIII : BA 2 tetes BA + 1 tetes SDM

(11)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 10 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

 Ditetesi masing-masing SDM 1% dari plasma sesuai petunjuk diatas

 Dihomogenkan semua tabung hingga tercampur pada sentrifus dengan 2 menit dan dengan kecepatan 3000rpm

 Lalu diinkubasi pada inkubator dengan waktu 15 menit lalu dibaca hasil

 Kemudian mengvalidasi hasil dan distrifus kembali 2 menit lalu dibaca hasilnya

Keterangan : (+) terjadi aglutinasi (-) tidak terjadi aglutinasi

Gambar 3.4 prosedur pemeriksaan cell grouping dengan metode tube test.

4. Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

I. Prinsip Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus

Prinsip pemeriksaan golongan darah Rhesus sama dengan golongan darah ABO yaitu apabila antigen direaksikan dengan antibodi yang sesuai maka akan terjadi aglutinasi.

Sistem Rhesus merupakan golongan darah dengan tingkat imunogenitas yang tinggi dan komplek serta memiliki nilai klinis yang signifikan. Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus dengan Metode Slide Test

II. Alat

Beberapa peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan metode slide test antara:

1. objek gelas, 2. Rh viewbox 3. stik aplikator

(12)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 11 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM III. Bahan

Sampel untuk pemeriksaan golongan darah Rhesus dapat menggunakan sampel darah beku atau sampel darah dengan antikoagulan.

Saat ini ada 2 jenis reagen untuk pemeriksaan golongan darah Rhesus yang banyak dipakai, yaitu:

1) Polyclonal human anti-D serum, antisera ini membutuhkan potensiator seperti albumin, enzim atau Coomb’s (AHG) serum yang bereaksi dengan IgG anti-D.

2) Monoclonal anti-D reagen, antisera ini lebih disukai dan lebih umum dipakai karena lebih spesifik dan mampu bereaksi pada suhu 20-37 o C baik dengan metode slide test maupun tube test. Beberapa jenis reagen anti-D monoclonal, antara lain: a. IgM anti-D monoclonal b. IgG anti-D monoclonal c. Campuran reagen anti-D IgM dan IgG monoklonal d. Campuran reagen anti-D IgM monoklonal dan IgG poliklonal.

IV. Prosedur pemeriksaan

Teknik pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan metode slide test bersifat sederhana, mudah, tetapi kurang terpercaya.

Teknik ini paling memungkinkan digunakan di lapangan. Teknik ini juga dapat digunakan dalam keadaan emergency jika sentrifus tidak tersedia.

Slide test tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin karena reaksi yang lemah sering memberikan hasil negatif. Reagen IgM anti-D monoklonal dapat bekerja dengan baik pada metode slide test.

 Ada pun prosedur pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan metode slide test adalah sebagai berikut:

i. Lakukan pemanasan objek gelas menggunakan Rh viewbox pada suhu 40-50 o C sebelum dilakukan pemeriksaan,

ii. Teteskan 1 tetes anti-D pada objek gelas yang bersih dan sudah dilabel,

iii. Tetekan 1 tetes reagen kontrol, jika diperlukan teteskan pada objek gelas kedua yang sudah diberi lebel, gunakan reagen sesuai dengan petunjuk penggunaan reagen dari perusahaan reagen,

iv. pada masing-masing objek gelas, tambahkan 2 tetes suspensi sel darah merah 40-50% yang disuspensi dalam serum atau plasma, v. gunakan stik aplikator yang bersih untuk mengaduk campuran

(13)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 12 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

suspensi sel dan reagen pada area sekitar 20-40 mm

vi. letakkan objek gelas pada viewbox dan lanjutkan pencampuran dengan memiringkan objek gelas dengan lembut sambil melihat ada tidaknya aglutinasi. Baca aglutinasi secara makroskopis dalam waktu 2 menit. Jangan melakukan pembacaan bila campuran reaksi sudah kering karena sering keliru dengan agutinasi.

vii. lakukan interpretasi dan pencatatan hasil’

V. Interpretasi hasil a. Aglutinasi positif pada objek gelas yang ditambahkan anti-D dan aglutinasi negatif pada kontrol menunjukkan hasil pemeriksaan positif atau sampel dengan D positif. b. Tidak adanya aglutinasi baik pada objek gelas dengan penambahan anti-D maupun kontrol, mengindikasikan hasil negatif. Lanjutkan dengan pemeriksaan Indirect Coomb’s Test (ICT) untuk mendeteksi adanya weak D karena tidak terdeteksi pada metode slide test. c. Jika dijumpai aglutinasi pada kontrol, hasil pemeriksaan pada anti-D tidak bisa diinterpretasikan positif tanpa melakukan pemeriksaan lanjutan.

Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus dengan Metode Tube Test

 Alat

Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan metode tube test adalah tabung reaksi dan sentrifus

 Bahan

Sampel untuk pemeriksaan dapat berupa darah beku atau darah dengan antikoagulan.

Sel darah merah dapat disuspensi secara autologous pada serum, plasma atau salin.

Cuci sel darah merah dengan salin kemudian diresuspensi kembali dalam medium salin.

Reagen yang digunakan dapat berupa reagen monoklonal maupun poliklonal.

Reagen digunakan sesuai dengan instruksi penggunaan dari perusahaan reagen.

 Prosedur Pemeriksaan Ada pun prosedur pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan metode tube test adalah sebagai berikut:

a. Teteskan 1 tetes anti-D ke dalam tabung yang bersih dan sudah diberi label. Penambahan reagen ke dalam tabung dilakukan sebelum penambahan suspensi sel darah merah dengan tujuan untuk menghindari adanya hasil yang negatif palsu akibat lupa menambahkan reagen,

b. tambahkan 1 tetes reagen kontrol pada tabung kedua yang

(14)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 13 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

sudah dilabel,

c. tambahkan masing-masing 1 tetes suspensi sel darah merah 2- 5%,

d. campur dengan lembut dan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 1 menit atau sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan yang memproduksi reagen,

e. resuspensi dengan lembut endapan sel yang ada pada bagian bawah tabung untuk melihat ada tidaknya aglutinasi,

f. tentukan derajat reaksi dan lakukan pencatatan hasil .

 Interpretasi hasil

 Aglutinasi positif pada tabung yang ditambahkan anti-D dan aglutinasi negatif pada kontrol mengindikasikan hasil pemeriksaan positif atau sampel dengan D positif

 Tidak adanya aglutinasi pada tabung dengan anti-D maupun kontrol menunjukkan hasil pemeriksaan negatif. Bila sampel berasal dari pasien, dianggap sebagai Rhesus negatif. Bila sampel berasal dari donor perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menentukan ada tidaknya weak D antigen.

 Aglutinasi positif pada kontrol menunjukkan hasil pemeriksaan invalid. Pemeriksaan perlu diulang atau dibutuhkan pemeriksaan lanjutan untuk membuang IgM atau IgG antibody pada sel darah merah.

a. Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus dengan Metode Microwell Plate atau Microplate

1. Alat Alat

 Alat alat yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan metode microplate antara lain:

 microplate,

 micropipette,

 microplate centrifuge dan

 microplate shaker.

(15)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 14 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM 2. Bahan

Sampel yang digunakan disesuaikan dengan jenis sampel yang direkomendasikan oleh perusahaan yang memproduksi reagen. Untuk pemeriksaan dengan metode microplate otomatis dapat membutuhkan sampel dengan antikoagulan spesifik.

3. Prosedur Pemeriksaan

Adapun prosedur pemeriksaan golongan darah Rhesus dengan metode microplate adalah sebagai berikut:

 Teteskan 1 tetes reagen anti-D pada sumuran microplate. Jika dibutuhkan, gunakan bahan kontrol dan teteskan kontrol pada sumuran kedua dari microplate.

 tambahkan 1 tetes suspensi sel darah merah 2-5% yang disuspensi dalam medium salin.

 campur dengan baik dengan cara mengyoyangkan microplate dengan lembut.

 lakukan sentrifugasi pada microplate centrifuge dengan kecepatan tertentu sesuai dengan rekomendasi perusahaan pembuat reagen.

 resuspensi endapan sel darah merah pada bagian bawah tabung dengan menggoyang microplate secara lembut atau gunakan microplate shaker.

 periksa ada tidaknya aglutinasi, lakukan interpretasi dan pencatatan,

 untuk meningkatkan reaksi yang lemah, lakukan inkubasi pada hasil yang negatif pada suhu 37 o C selama 15-30 menit dan ulangi langkah keempat sampai keenam.

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH METODE CROSSMATCH

1. Prinsip pemeriksaan Prinsip dari pemeriksaan immediate-spin crossmatch adalah reaksi antara antigen dan antibodi yang sesuai menghasilkan aglutinasi.

2. Metode Pemeriksaan Immediate-spine crossmatch umumnya dilakukan dengan metode tube test

3. Alat dan Bahan

Peralatan yang dibutuhkan antara lain: tabung reaksi, sentrifus, dan pipet tetes. Bahan yang dibutuhkan adalah sel darah merah donor, serum atau plasma pasien. Sampel donor diambil langsung

(16)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 15 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

dari kantong darah atau salah satu segmen dari selang yang terhubung dengan kantong darah. Nomor kantong darah harus selalu dicatat untuk melakukan dengan benar.

4. Prosedur pemeriksaan Berikut adalah ilustrasi prosedur pemeriksaan immediate-spin crossmatch

Ada pun tahapan pemeriksaan immediate-spine crossmatch adalah sebagai berikut:

a. Siapkan suspensi sel darah merah donor 2-5% yang disuspensi dalam larutan normal salin atau Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) salin. Beberapa ahli serologi menggunakan sampel serum yang direaksikan dengan sel darah merah donor yang disuspensi dalam larutan EDTA salin karena titer anti-A atau anti-B yang tinggi dapat menginisiasi pelapisan komplemen sehingga menghalangi aglutinasi. Penggunaan sampel pasien yang ditampung dalam tabung EDTA dapat digunakan sebagai alternatif untuk mencegah fenomena tersebut,

b. label tabung untuk masing-masing suspensi sel darah merah donor yang akan dites dengan serum pasien,

c. tambahkan 2 tetes serum atau plasma pasien ke dalam masingmasing tabung, d. tambahkan 1 tetes suspensi sel darah merah donor pada tabung sesuai dengan

label.

e. campur isi tabung dan lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 1 menit.

f. baca ada tidakya hemolisis, resuspensi endapan eritrosit pada bagian bawah

g. tabung dan baca ada tidaknya aglutinasi,

h. lakukan interpretasi dan catat hasil pemeriksaan.

Prosedur pemeriksaan crossmatch mayor dan minor

Pada setiap pemeriksaan crossmatch mayor dan minor selalu sertakan autokontrol. Pemeriksaan tersebut terdiri dari 3 fase, yaitu:

 Fase I. Medium salin (salin room temperature technique)

a. Siapkan tiga buah tabung gelas yang bersih dan kering, masingmasing tabung berisi komponen berikut: • tabung I (crossmatch mayor): 2 tetes serum pasien + 1 tetes suspensi sel donor 2-5%, • tabung II(crossmatch minor): 2 tetes plasma donor + 1 tetes suspensi sel pasien 2-5%, • tabung III (autokontrol): 2 tetes

(17)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 16 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM serum pasien + 1 tetes suspensi sel pasien 2-5%

b. Campur masing-masing tabung dan inkubasi selama 45-60 menit.

c. Lakukan sentrifugasi selama satu menit pada kecepatan 1000 rpm. 87 d. Amati adanya aglutinasi atau hemolisis pada tabung.

e. Jika terjadi hemolisis atau aglutinasi pada semua atau salah satu tabung pada tahap ini, maka hasil croosmatch dinyatakan tidak cocok atau incompatible dan fase berikutnya tidak perlu dilanjutkan. Bila reaksi negatif atau kompatibel,

 lanjutkan ke fase II. Fase II. Fase albumin

a. Tambahkan 2 tetes bovin albumin 22% ke dalam semua tabung pada fase I yang memberikan hasil negatif.

b. Inkubasi semua tabung pada suhu 37 o C selama 30 menit.

c. Lakukan sentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 1 menit.

d. Baca ada tidaknya hemolisis atau aglutinasi.

Pemeriksaan infeksi menular syphilis

Treponema Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA)

Prinsip : Antibodi spesifik untuk T.pallidum yang ada di dalam serum pasien akan beraglutinasi dengan awetan eritrosit burung yang terdapat dalam reageant Plasmatec TPHA yang telah dilapisi komponen antigenik patogen Alat : Mikropipet 190 µl, 10 µl, 25 µl, dan 75 µl Microplate Yellow tip

Reagen : Plasmatec TPHA Test Kit mengandung: R1 : Test sel R2 : Control sel R3 : Diluent R4 : Control positif R5 : Control negatif

Bahan : Serum Cara kerja :

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Setiap komponen kit dan sampel dikondisikan pada suhu kamar.

3. Semua reagen dihomogenkan perlahan

4. Diluents ditambahkan sebanyak 190 µl dan sampel ditambahkan sebanyak 10µl pada sumur 1 lalu dihomogenkan

(18)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 17 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM 5. Campuran pada sumur 1 dipipet sebanyak 25 µl dan ditambahkan pada sumur 2 dan 3 6. Control sel sebanyak 75 µl ditambahkan pada sumur 2 lalu dihomogenkan

7. Test sel sebanyak 75 µl ditambahkan pada sumur 3 lalu dihomogenkan 8. Sumur diinkubasi pada suhu ruang selama 45 – 60 menit.

9. Aglutinasi yang terjadi diamati

10. Sampel yang menunjukan hasil aglutinasi positif dilanjutkan ke uji semi kuantitatif.

Note : control positif dan negatif selalu disertakan dalam setiap uji tanpa perlu T.pallidum (Nichol Strain) dan menunjukkan pola aglutinasi pada sumur mikrotitrasi.

Infeksi menular malaria

Prosedur Pemeriksaan Immunochromatographic Test

 Keluarkan kartu tes dari bungkusnya, buka kartu tes dan letakkan pada permukaan yang datar.

 Lepaskan lapisan kertas penutup perekat dan pastikan perekat yang berada di sebelah kanan kartu sudah terbuka.

 Tusuk dengan lanset ujung jari penderita setelah sebelumnya disterilkan dengan alkohol 70% dan isi pipa kapiler yang telah disediakan dengan darah dari ujung jari tabung darah vena sekurang-kurangnya ¾ penuh dengan daya kapiler.

 Secara hati-hati teteskan darah dari pipa kapiler pada area penetesan yang berwarna ungu hingga merata. Penetesan ini dilakukan dengan cara memegang pipa kapiler secara vertikal dan perlahan-lahan tekan ujungnya menyilang di beberapa tempat banatalan sampel. Tes ini tidak membutuhkan semua sampel darah pada kapiler, ketika bantalan sampel penuh angkatlah pipa kapiler.

(19)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 18 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

 Keringkan ujung botol reagen A dengan kertas tissue sebelum penetesan, pegang botol secara vertikal dan segera teteskan satu tetes reagen A disebelah atas bantalan ungu.

 Tambahkan 2 tetes reagen A di sebelah bawah area dimana sampel darah telas di teteskan.

 Tambahkan 4 tetes reagen A dibantalan putih di sebelah kiri atas kartu tes.

 Biarkan sampel mengalir di sepanjang membran, ketika bagian depan aliran darah

Pemeriksaan infeksi menular hepatitis B

I. Metode: Rapid test ICT (Immunochromatografi) II. Prinsip HbsAg

adalah kualitatif imunologi secara aliran lateral untuk mendeteksi HbsAg pada serum atau plasma. Membran dilapisi dengan anti antibodi HbsAg poliklonal di garis test.

III. Peralatan

a. APD

b. Tabung serologis c. Mikropipet 200µL IV. Bahan pemeriksaan

d. Serum V. Prosedur kerja:

e. Diamkan reagen pada suhu kamar terlebih dahulu f. Masukkan 200µL kedalam tabung serologi

(20)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 19 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

g. Arahkan strip kebawah sampai teercelup, sampel tidak boleh mengenai timah biru.

h. Baca hasil setelah 20 menit.

VI. Interpretasi hasil

i. Hasl positif (+) dua garis pada alat menunjukkan adanya HBsAg

j. Hasil negatif (-) satu garis berwarna muncul pada garis C.

pemeriksaan infeksi menular hepatitis C I. : Immunochromatography

II. Reagensia : Right SignAnti-HCV

III. Prinsip :Teteskan sampel pada bantalan sampel dan sampel akan masuk melalui bantalan konjugat, larut dan bercampur dengan selenium colloid antigen konjugat, kemudian masuk melalui benda padat dan bereaksi dengan antigen pada pasien window site. Bila pada sampel tersebut mengandung HCV, antigen akan mengikat antibody window, dan membentuk garis merah pada patient window site

IV. Peralatan : Adjustable Mikropipet ukuran 5-50µl V. Bahanpemeriksaan : serum, plasma,

VI. Cara Kerja :

 Diamkan sampel dan reagensia pada suhu kamar, hingga suhu nya sama dengan suhu kamar

 Buka aluminium pembungkus, keluarkan card dan letakkan ditempat yang permukaannya kering

 Beri identitas sampel pada card

(21)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 20 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

 Teteskan 1 tetes (25 ul) sampel serum/plasma kedalam lubang sampel card tersebut

 Tambahkan 2 tetes buffer (80 ul )

 Inkubasi selama 10 menit

 Baca hasil pemeriksaan

 Pembacaan hasil lebih dari 20 menit dianggap Invalid

VII. Pembacaan Hasil :

 Reaktif (R) : Tampak 2 garis berwarna merah muda/pink pada garis test dan garis kontrol

 Non Reaktif (NR) : Tampak hanya 1 garis berwarna merah muda / pink Pada garis kontrol

 Invalid : Test dinyatakan invalid apabila pada garis kontrol tidak tampak garis berwarna merah muda/pink

Pemeriksaan infeksi menular HIV

I. Reagensia : Right Sign

II. Metoda : Immunochromatography Rapid Test III. Prinsip Test :

 Anti-HIV (1&2) Tri-Line Test Intec dapat mendeteksi semua isotype (IgG, IgM, IgA) yang spesifik terhadap HIV1 termasuk subtype O dan HIV2 secara bersamaan

 Test terdiri atas 2 garis test dan 1 garis kontrol

 Garis test T1 mengandung: recombinant gp41, p24 dan gp120. Kebanyakan sampel yang reaktif terhadap HIV1 atau HIV2 akan bereaksi positip pada garis test T1 tersebut.

 Garis test T2 mengandung : recombinant gp36, yang spesifik terhadap HIV2

(22)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 21 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

 Garis kontrol merupakan kontrol terhadap prosedur kerja yang telah dilakukan dan sekaligus sebagai kontrol terhadap Colloidal Gold Conjugate

IV. Bahan Pemeriksaan : serum, plasma atau whole blood.

V. Peralatan :

VI. sudah tersedia didalam kit Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah II | 57 VII. Cara Kerja : Sampel Serum/Plasma

Buka Card test dari penutup 1. Beri identitas

2. Teteskan 1 tetes (25 ul) sampel pada card

a. Tambahkan 1 tetes buffer (40 ul)

b. Tunggu sekurang-kurangnya 10 menit

c. Baca Hasil , Jangan mambaca hasil lebih dari 20 menit.

Infeksi pasca transfusi

Reaksi Akut Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat dan reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang- berat ditandai dengan adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna kemerahan di kulit, urtikaria, demam, takikardia, kaku otot. Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh

hipersensitivitas sedangberat, demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau bakteri. Pada reaksi yang

membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri di sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan dispnea. Terdapat pula

(23)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 22 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM tanda-tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun ≥2 0% tekanan darah sistolik), takikardia (naik ≥20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas. Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri, syok septik, kelebihan cairan.

Reaksi anafilaksis 5,6 Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam plasma merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada resipien tertentu. Selain itu, defisiensi IgA dapat menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat. Hal itu dapat disebabkan produk darah yang banyak mengandung IgA. Reaksi ini terjadi dalam beberapa menit awal transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps kardiovaskular), distress pernapasan dan tanpa demam. Anafilaksis dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan agresif. I.

Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion-associated acute lung injury = TRALI) 5,6,7,8 Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang mengandung antibodi yang melawan leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru biasanya timbul dalam 1-4 jam sejak awal transfusi, dengan gambaran foto toraks kesuraman yang difus. Tidak ada terapi spesifik, namun diperlukan bantuan pernapasan di ruang rawat intensif.

I. Penularan Infeksi

Universitas Sumatera Utara Risiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah bergantung pada berbagai hal, antara lain prevalensi penyakit di masyarakat, keefektifan skrining yang digunakan, status imun resipien dan jumlah donor tiap unit darah.8 Saat ini dipergunakan model matematis untuk menghitung risiko transfusi darah, antara lain untuk penularan HIV, virus hepatitis C, hepatitis B dan virus human T-cell lymphotropic (HTLV).

Model ini berdasarkan fakta bahwa penularan penyakit terutama timbul pada saat window period (periode segera setelah infeksi dimana darah donor sudah infeksius tetapi hasil skrining masih negatif)

(24)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 23 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

DAFTAR PUSTAKA

Raharjo E, Sunatrio A, Mustafa I, Mz M, Gatot D, Sungkar A, et al. Transfusi komponen darah indikasi dan skrining. Available from: HTA Indonesia_2003_Transfusi Komponen Darah: Indikasi dan Skrining_hlm 36/36. 2. Djoerban Z. Dasar-dasar transfusi darah: Sudoyo Aru, Setiohadi Bambang, Alwi Idrus et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, 2006.p672. 3. Sumanni R, Supandiman I, Fadjan TH, Fianza PI, Dehadian A. Pedoman diagnosis hematologi onkologi medik 2008, Bandung, 2008.p341. 4. Blumberg N, Heal J, Chuang C, Murphy P, Agarwal M. Further evidence supporting a cause and effect relationship between blood transfusion and earlier cancer recurrence. Ann Surga

1988;207:410-5. 5. WHO. The clinical use of blood: handbook. Geneva, 2002. Didapat dari URL:

http://www.who.int/bct/Main_areas_of_work/Resource_Centre/CUB/English/Handbook.pdf. 6. National Blood Users Group. A guideline for transfusion of red blood cells in surgical patients. Irlandia, Januari 2001.

Didapat dari URL: http://www.doh.ie/pdfdocs/blood.pdf. 7. 16. Panitia Medik Transfusi RSUP Dr. Soetomo.

Pedoman pelaksanaan transfusi darah dan komponen darah. Edisi 3. Surabaya: RSUP Dr. Soetomo-Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2001. h. 18-31. 8. 17. Scottish Intercollegiate Guidelines Network.

Perioperative blood transfusion for elective surgery: a national clinical guideline. Skotlandia, Oktober 2001.

Didapat dari URL: http://www.sign.ac.uk 9. Carson JL, Duff A, Berlin JA, Lawrence VA, Poses RM, Huber EC, dkk. Perioperative blood transfusion and postoperative mortality. JAMA 1998;279:199-205. 10. Moore FA, Moore EE, Sauaia A. Blood transfusion. An independent risk factor for

(25)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV) 24 INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

Referensi

Dokumen terkait

Kajian ini penting dan perlu dijalankan bagi melihat kesan terhadap prestasi pencapaian dan pengetahuan geografi serta motivasi pelajar, jika pendekatan

Tentukanlah nilai optimum ( maksimum dan minimum) f(x,y)= 5x+2y dari daerah penyelesaian di atas2. Badrun ingin membeli 25 sandal

Dengan kondisi industri manufaktur Australia yang mengalami kemunduran dewasa ini, sebagai akibat dari tidak kompetitifnya struktur biaya produksi, menguatnya nilai

Dengan kata lain, penerapan media software Geogebra yang diintegrasikan dengan kegiatan diskusi kelompok dapat membantu siswa memahami topik lingkaran, sehingga hasil belajar

Penyimpangan yang terjadi antara anggaran biaya operasional dengan realisasi pengeluarannya berdampak pada perolehan laba perusahaan, dimana perolehan laba perusahaan lebih kecil Rp

Faktor yang terbukti berhubungan dengan praktik penggunaan kondom adalah pengetahuan WPS tentang IMS dan HIV/AIDS, sikap WPS terhadap penggunaan kondom, akses informasi tentang

Sehingga dengan adanya proses dan strategi penataan lingkungan diharapkan dapat menjadikan suatu wedding venue yang memiliki kualitas unggul baik secara

Penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa tutupan lahan penting pada wilayah perkotaan seperti ruang terbuka hijau berkayu, ruang terbuka hijau pertanian, badan air, permukiman