• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TINJAUAN DATA Tinjauan Kabupaten Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV TINJAUAN DATA Tinjauan Kabupaten Bekasi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

45

BAB IV

TINJAUAN DATA

Tinjauan data terkait gambaran umum dan data fisik Kabupaten Bekasi serta Kecamatan Muara Gembong akan dipaparkan pada bab ini. Data diperoleh melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi dan Kecamatan Muara Gembong, observasi lapangan, dan wawancara dengan masyarakat setempat. Data juga diperoleh melalui tinjauan peta dan data statistika.

Tinjauan Kabupaten Bekasi 1. Tinjauan Data Fisik

a. Gambaran Umum

Kabupaten Bekasi memiliki luas wilayah sebesar 127.388 Ha yang terdiri dari 3.763.886 penduduk terhitung pada tahun 2019. Kabupaten Bekasi terdiri dari 23 kecamatan dan berbatasan dengan Laut Jawa pada bagian utara, pada bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, bagian barat berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kota Bekasi, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Kerawang (BPS Kabupaten Bekasi, 2020). Kabupaten Bekasi memiliki lahan tambak seluas 8.000 Ha (Newsroom Diskominfosantik, 2020).

Lahan tambak merupakan milik Perum Perhutani yang dikelola menggunakan skema perhutanan sosial untuk mewujudkan pemerataan ekonomi. Perhutanan sosial pada lahan tambak di Kabupaten Bekasi diwujudkan dengan melakukan elaborasi antara pemerintah, BUMN, dan masyarakat. Lahan dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat dengan BUMN merupakan stakeholder yang berperan dalam memberikan beih dan bibit udang kepada petambak serta membangun infrastruktur disekitar tambak (Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, 2016).

b. Kondisi Geografis dan Topografis

Letak Kabupaten Bekasi secara geografis yaitu 6º 10’ 53” - 6º 30’ 6” Lintang Selatan dan 106º 48’ 28” -107º 27’ 29” Bujur Timur. Topografi Kabupaten Bekasi terbagi menjadi dua, yaitu bagian utara memiliki dataran rendah dan bagian selatan memiliki dataran bergelombang (Pemerintah Kabupaten Bekasi, 2021).

Bagian utara Kabupaten Bekasi berbatasan langsung dengan Laut Jawa, oleh karena itu karakteristik tanahnya berlumpur. Umumnya, lahan pada bagian

(2)

46 utara di Kabupaten Bekasi digunakan sebagai pertambakkan, persawahan, dan hutan konservasi. Pembangunan pada daerah tersebut perlu mempertimbangkan struktur bangunan yang sesuai dengan karakteristik tanah. Berdasarkan data, kemiringan Kabupaten Bekasi berada di 0-25%, sehingga aman untuk pembangunan berbagai jenis kegiatan. Pada bagian utara, keadaan topografinya sesuai untuk difungsikan sebagai wilayah pengembangan industri, pemukiman warga, pariwisata, dan pertanian. Sedangkan bagian selatan sesuai apabila diperuntukkan untuk industri manufaktur, pariwisata, dan perdagangan (Pemerintah Kabupaten Bekasi, 2015).

c. Kondisi Klimatologi

Kabupaten Bekasi memiliki rata-rata suhu udara 28 -32 derajat celcius. Data curah hujan tahunan di Kabupaten Bekasi rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun, sehingga termasuk kedalam kategori tropis basah (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, 2010). Rata-rata kecepatan angin di Muara Gembong selama satuh tahun yaitu 3,6 m/detik dan intensitas radiasi mataharinya sebesar 4,187 kWh/m2 /hari (Dangkua, 2011)

2. Tinjauan Data Non-Fisik a. Regulasi Kabupaten Bekasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 12 Tahun 2011 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011-2031, bahwa pengembangan wilayah dibagi menjadi empat, yaitu wilayah pengembangan I, II, III, dan IV. Wilayah pengembangan dikelompokkan berdasarkan lokasi dan fungsi wilayah yang akan dikembangkan. Kecamatan Muara Gembong masuk kedalam wilayah pengembangan IV yang fungsinya akan diarahkan menjadi simpul transportasi laut dan udara, pertambangan, industri, perumahan dan permukiman, pertanian lahan basah dan pelestarian kawasan hutan. Beberapa wilayah di Kecamatan Muara Gembong juga diarahkan untuk pengembangan pariwisata alam. Dalam pasal 52 ayat 3, disebutkan ketentuan umum mengenai peraturan zonasi untuk kawasan sempadan pantai dan pantai berhutan bakau dengan memperhatikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan tugas akhir ini, yaitu sebagai berikut:

a) Pemanfaatan ruang untuk kegiatan yang mampu melindungi atau memperkuat perlindungan sempadan pantai dari abrasi dan ilfitrasi air laut kedalam tanah;

(3)

47 b) Menjadi kawasan lindung sepanjang pantai yang memiliki nilai ekologis

sebagai objek wisata dan penelitian;

c) Rehabilitas ekosistem mangrove yang mengalami degradasi

d) Perlindungan ekosistem mangrove dari perusakan, gangguan, ancaman, hama dan penyakit;

e) Koefisien dasar kegiatan budidaya terhadap luas hutan bakau maksimum 30%.

Peraturan terkait bangunan Gedung diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 10 Tahun 2014, yaitu sebagai berikut:

a) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 30%

b) Koefisien Lantai Bangunan (KLB): 2

c) Koefisien Daerah Hijau (KDH) sebesar 40%

d) Ketinggian Bangunan (KB): Maksimal 4 lantai

e) Garis Sempadan Bangunan (GSB) minimal 1,5 meter (Kabupaten Bekasi, 2002)

f) Denah bangunan berbentuk diusahakan sederhana dan simetris untuk mengantisipasi dan meminimalisasi akibat bencana alam

g) Bentuk bangunan mempertimbangkan karakteristik dan bentuk lingkungan sekitar guna menciptakan ruang yang selaras dengan lingkungan sekitar dan nyaman.

h) Penghawaan dan pencahayaan alami dioptimalkan pada setiap ruang, kecuali ruang yang memerlukan sistem buatan.

i) Garis sempadan Pantai (GSP) minimal 100 meter kearah darat (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2018)

B. Tinjauan Tapak 1. Tinjauan Data Fisik

a. Gambaran Umum

Secara geografis, tapak berada di titik koordinat 6°01’20”S107°01’14”E di Kecamatan Muara Gembong. Lokasi tapak yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa berpotensi banjir pada musim hujan atau saat intensitas curah hujan tinggi dan rawan bencana alam lainnya seperti gempa bumi dan tsunami.

Rata-rata ketinggian muka air laut pada Pantai Muara Gembong adalah 0,60 m. Surut terendah air laut adalah 0,49 m dan pasang tertinggi air laut 0,62 m

(4)

48 (Alimuddin, 2020).

Tapak berbentuk tidak beraturan dengan luas 273.719,35 m² dan area eksisting hutan mangrove sebesar 130.538,98 m². Pada utara, timur, dan selatan berbatasan langsung dengan hutan mangrove dan pertambakkan ikan, pada sisi barat berbatasan dengan hutan mangrove dan Laut Jawa. Orientasi tapak berdasarkan akses utama menuju tapak yaitu menghadap timur. Pada bagian barat, utara, timur, dan selatan tapak berbatasan langsung dengan hutan mangrove.

Jenis tanaman mangrove di Patai Muara Gembong yaitu jenis api-api atau Avicennia Marina spp dan Rhizophora spp dengan ketinggian rata-rata 10-15 meter (Asyiawati & Akliyah, 2011). Jenis mangrove tersebut mengalami penyerbukan dengan dua cara yaitu, penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang. Penyerbukan silang terjadi melalui bantuan hewan dan angin (Mulyatun, 2018). Jenis ikan dan biota laut yang hidup dalam perairan di Muara Gembong adalah ikan bandeng, mujair, kakap, kepiting dan udang.

Gambar 4. 1 Lokasi Tapak

Sumber: Diakses Penulis dari Google Earth, 2020

Akses menuju tapak dapat dilalui melalui darat dan laut. Akses darat berupa jalan dari tanah urug dan bebatuan dengan lebar ±4 meter yang dapat dilalui oleh mobil dan motor. Akses laut umumnya digunakan oleh nelayan Muara Gembong ke Jakarta untuk menjual tangkapan ikannya. Perjalanan dari Muara

(5)

49 Gembong menuju Pelabuhan Marunda Jakarta ditempuh selama ±50 menit (hasil wawancara dengan Bramantio Soewano,S.IP., M.M.).

Gambar 4. 2 Akses Laut Muara Gembong Sumber: Diakses Penulis dari Google Earth, 2021

Secara topografis, tapak berada diketinggian yang berkisar antara 5 sampai -2 meter. Karakteristik tanah pada tapak yaitu basah dan berlumpur, sehingga daya tekan tanah rendah.

Gambar 4. 3 Topografi Tapak Sumber: Diolah Penulis dari Google Earth, 2020

SITE

PELABUHAN MARUNDA

(6)

50 2. Tinjauan Data Non-Fisik

a. Kondisi Demografis

Secara demografis, Kecamatan Muara Gembong memiliki jumlah penduduk sebanyak 38.818 jiwa terhitung hingga tahun 2017 (Adinugroho, 2018).

Masyarakat Kecamatan Muara Gembong mayoritas berprofesi sebagai nelayan dan petani, karena tataguna lahan pada wilayah tersebut sebagian besar digunakan sebagai persawahan dan pertambakan. Berikut uraian mengenai beberapa aspek kehidupan masyarakat Kecamatan Muara Gembong.

1) Aspek Sosial dan Budaya

Masyarakat di Kecamatan Muara Gembong berperan aktif dalam kegiatan kelembagaan dan organisasi dalam suatu kegiatan, seperti adanya kelompok PKK, karang taruna, kelompok tani, kelompok masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, organisasi partai politik, dan organisasi keagamaan (Adinugroho, 2018). Terdapat Aliansi Pemuda Bahagia Tangguh (Alipbata) yang menginisiasi kegiatan dalam pemulihan Hutan Mangrove Muara Gembong. Alipbata mendapat dukungan dari pemerintah melalui binaan dari Kelompok Sadar Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bekasi.

Berdasarkan data Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Bekasi Tahun 2007-2012, diketahui jumlah ketenagakerjaan menurut sektor atau lapangan usaha Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi

No Jenis

Sektor/Lapangan Usaha

Jumlah Perusahaan

Tenaga Kerja Jumlah

WNI WNA

L P L P

1. Pertanian, kehutanan, perikanan, dan peternakan

6 467 77 1 - 544

2. Pedagang besar, eceran rumah, makanan dan hotel

324 7.430 3.150 103 13 10.696

3. Angkutan, pergudangan dan komunikasi

65 5.064 667 - - 5.731

(7)

51

4. Jasa kemasyarakatan sosial dan perorangan

162 8.994 6.761 12 - 15.767

5. Kegiatan yang belum jelas batasannya

1 30 1 - - 31

Sumber: RPJM Kabupaten Bekasi, 2007

Data tersebut menunjang kegiatan konservasi hutan mangrove, dimana tenaga kerja dalam sektor pertanian dan kehutanan dapat dilibatkan untuk kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian hutan mangrove.

Masyarakat yang bekerja disektor perikanan dapat dilibatkan untuk kegiatan budidaya biota laut dan lainnya dapat dilibatkan dalam kegitan penunjang, seperti usaha persewaan dapat menjual jasa persewaan kapal untuk mengelilingi hutan mangrove bagi para wisatawan, pedagang makanan dapat berjualan di kafetaria, dan lainnya. Objek rancang menjadi wadah kegiatan belajar bagi wisatawan, pelesetarian hutan mangrove dengan didukung oleh tenaga kerja yang sesuai dengan bidangnya dan menjadi wadah kegiatan jual beli bagi masyarakat sekitar, sehingga dapat membantu perekonomian lokal.

2) Aspek Pendidikan

Pendidikan menjadi salah satu faktor penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Berdasarkan data Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Bekasi Tahun 2007- 2012, jumlah parstisipan yang putus sekolah adalah sebagai berikut;

1. Tingkat pendidikan SD: 239 murid 2. Tingkat pendidikan SMP: 367 murid 3. Tingkat pendidikan SMA: 86 murid 4. Tingkat pendidikan SMK: 0 murid

Masyarakat memiliki peran penting dalam pelestarian hutan mangrove yang berkelanjutan. Oleh karena itu, tingkat pengetahuan masyarakat terhadap hutan mangrove juga menjadi penting untuk ditingkatkan (Sari et al., 2018). Data tersebut menjadi acuan dalam analisis perencanaan dan perancangan untuk mengklasifikasikan kegiatan edukasi dengan menyesuaikan tingkat pendidikannya.

3) Aspek Ekonomi

(8)

52 Masyarakat Kecamatan Muara Gembong sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2018, Kecamatan Muara Gembong merupakan wilayah dengan jumlah produksi industri yang rendah. Beberapa produk yang dihasilkan di Kecamatan Muara Gembong yaitu berupa kerajinan dari kulit, kerajinan dari kayu, kain, gerabah, makanan, minuman, dan lainnya (Adinugroho, 2018).

Mangrove dapat diolah menjadi makanan, minuman, dan material bangunan. Jumlah fasilitas umum seperti restaurant, minimarket, dan penginapan juga masih terbilang sedikit. Kecamatan Muara Gembong memiliki wisata alam yang berpotensi menjadi penggerak perekonomian masyarakat. Salah satu wisata alam yang terdapat di Kecamatan Muara Gembong adalah yang menjadi objek rancang tugas akhir yaitu Pusat Konservasi Hutan Mangrove di Pantai Muara Gembong sebagai Sarana Eduwisata, dimana dapat mewadahi kegiatan masyarakat yang mampu meningkatkan perekonomian lokal, seperti toko souvenir untuk menjual produk lokal berupa kerajinan atau kuliner.

4) Aspek Keamanan

Aspek keamanan dikategorikan menjadi;

a) Kriminalitas

Berdasarkan data, jumlah kriminalitas dan kekerasan di Kecamatan Muara Gembong terbilang rendah terhitung pada tahun 2018. Terdapat Pos keamanan di setiap desa dan dua pos polisi (Adinugroho, 2018).

Bentuk keamanan untuk mencegah dan menanggulangi kriminalitas pada tapak dapat dilakukan dengan sistem keamaanan CCTV dan kontrol petugas keamanan.

b) Mitigasi secara struktural terhadap bencana alam (Departement Kelautan Dan Perikanan, 2004).

• Banjir

- Reboisasi.

- Perencanaan dan perancangan poulder yang bertujuan untuk memindahkan dan mengumpulkan air yang berasal dari tempat dengan elevasi lebih tinggi dengan bantuan pompa.

• Gempa Bumi

(9)

53 - Merencanakan dan merancancang bangunan tahan gempa bumi.

- Meningkatkan mutu bangunan melalui pemilihan material, sistem struktur dan pekerja bangunan yang berkualitas.

• Tsunami

- Alami melalui penanaman mangrove sebagai greenbelt di sepanjang kawasan pantai.

- Buatan melalui pembuatan pemecah gelombang dan area evakuasi.

c) Jalur dan tempat evakuasi

Jalur evakuasi menjadi salah satu aspek keamanan dalam mengantisipasi dan menanggulangi keadaan darurat, seperti bencana alam dan kebakaran. Jalur dan tempat evakuasi memiliki standard yang mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya;

- Aspek peruangan; tempat evakuasi membutuhkan ruang pendukung, seperti kamar mandi dan gudang peralatan darurat

- Aspek lokasi dan aksesibilitas; lokasi tempat evakuasi dimilki oleh pemerintah, mudah dicapai semua orang, jauh dari sumber sumber Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), berada di dataran tinggi dan di atas genangan tsunami ditambah dengan freeboard ( 3 m + 30%

ketinggian genangan)

- Aspek tinggi bangunan; tinggi bangunan harus ditambah freeboard.

Ruang evakuasi dapat dirancang terbuka/tertutup dan dapat menggunakan atap berupa plat beton bertulang/dak.

Gambar 4. 4 Ketinggian TES

Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004

- Aspek sirkulasi vertikal; sirkulasi vertikal dapat berupa tangga dan ramp dengan lebar tangga min. 120 cm dan kemiringan maks. 40 derajat serta dilengkapi dengan pegangan rambat setinggi 65-80cm dari anak tangga. Sedangkan, ramp memiliki lebar 120-140 cm

(10)

54 dengan kemiringan tidak melebihi 7 derajat dan panjang mendatar tidak lebih dari 900 m. bordes memiliki panjang min. 120 cm dan ramp dilengkapi dengan pegangan rambat setinggi 80-85 cm dari lantai.

Gambar 4. 5 Ilustrasi ramp

Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004

- Aspek gubahan massa bangunan; bentuk bangunan harus stabil, kontekstual dengan lingkungan sekitar tapak, disarankan menggunakan atap dak karena dapat difungsikan sebagai area evakuasi, meminimalisir penggunaan kaca lebar untuk menghidari kecelakaan akibat pecahan kaca, menggunakan matrial bangunan yang kokoh seperti baja galvanisir dan beton bertulang, dilengkapi dengan penerangan yang menggunakan sumber listrik dari solar panel, serta memasang rambu-rambu yang menunjukkan arah evakuasi.

Gambar 4. 6 Contoh Desain Tampilan TES Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004

- Aspek struktur; Sistem struktur kuat dalam menahan beban dan terbuka agar air dapat mengalir diantara struktur bangunan.

Gambar

Gambar 4. 1 Lokasi Tapak
Gambar 4. 2 Akses Laut Muara Gembong  Sumber: Diakses Penulis dari Google Earth, 2021
Tabel 4. 1 Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi
Gambar 4. 4 Ketinggian TES
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari fenomena tersebut, penelitian ini diajukan untuk meneliti tentang Aplikasi Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) sebagai Model Diagnosis Konsentrasi

Apabila pedoman ini merujuk lebih kepada sistem informasi AGRIS dan CARIS, tak lain karena pedoman ini memang utamanya untuk membantu indekser dalam menganalisis

Apabila ada sanggahan, maka dapat disampaikan secara tertulis kepada Pokja Pengadaan Konstruksi Pokja Pengadaan Konstruksi ULP MIN Mila / Ilot Kantor

Temuan dalam penelitian ini adalah Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut membolehkan adanya putusan tentang calon independen dalam mencalonkan sebagai Kepala Daerah

! 8engan bantuan presentasi komputer, guru menayangkan apa yang telah dipelajari dan disimpulkan mengenai rangkaian atau tayangan pembelajaran atau paparan tentang

Pengujian selanjutnya yaitu melakukan komputasi perkalian matriks dengan menjalankan program matrixMul serta matrix.c pada GPU server untuk mendapatkan tolak ukur performa kompu-

Sebelumnya telah ditulis bahwa pada saat terjadi tumbukan yang mengakibatkan patahan selalu menghasilkan tiga jenis gelombang dengan spesifikasinya masing-masing dan gelombang primer

Brecklin dan Chambers [2], memperkenalkan analisis Regresi M-kuantil yang merupakan suatu analisis regresi yang mempelajari cara mengetahui hubungan antara variabel bebas