• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Indikator SDGs Indonesia [10].

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Indikator SDGs Indonesia [10]."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TEORI DASAR

2.1 Sustainable Development Goals

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti Millenium Development Goals (MDGs) yang masa berlakunya 2015-2030. SDGs berupa sebuah dokumen setebal 35 halaman yang berisikan 17 tujuan dan 169 sasaran pembangunan yang disepakati oleh lebih dari 190 negara [10].

Gambar 2.1 Indikator SDGs Indonesia [10].

Dari 17 tujuan yang terdapat pada Gambar 2.1, dapat dipaparkan sebagai berikut [11]:

1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan.

2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi, dan mencanangkan pertanian berkelanjutan.

3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan penduduk di segala usia.

4. Menjamin kualitas Pendidikan yang adil dan insklusif serta meningkatkan kesempatan belajar seumur hidup untuk semua.

5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan dan anak perempuan.

6. Menjamin ketersediaan dan manajemen air dan sanitasi secara berkelanjutan.

(2)

7. Menjamin akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan berkelanjutan, dan modern.

8. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkelanjutan, kesempatan kerja penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak untuk semua.

9. Membangun infrastruktur tangguh, mempromosikan industrialisasi insklusif dan berkelanjutan dan mendorong inovasi.

10. Mengurangi ketimpangan dalam dan antar negara.

11. Membuat kota dan pemukiman manusia yang adil, merata, aman, tangguh dan berkelanjutan.

12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelnjutan.

13. Mengambil Tindakan segera untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.

14. Melestarikan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan untuk pembangunan berkelanjutan.

15. Melindungi, memulihkan dan meningkatkan pemanfaatan secara berkelanjutan ekosistem darat, mengelola hutan, memerangi desertifikasi, dan menghentikan dan memulihkan degradasi lahan dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati.

16. Meningkatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses terhadap keadilan bagi semua dan membangun institusi yang efektif, akuntabel dan inklusif di semua tingkatan.

17. Memperkuat sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

Diantara isi dari outcome document yakni 17 tujuan dan 169 sasaran, dan beberapa indikator yang kemudian memiliki mekanisme sendiri untuk dilengkapi. Penyusunan indikator dilakukan menurut masing-masing tujuan.

Adalah UN System Task Team on the Post-2015 Developtment Agenda yang memberikan masukan substantif dan melakukan analisis sehingga menghasilkan outcome document yang memuat tujuan dan sasaran SDGs.

(3)

Guna mengukur hasil pembangunan yang ada dalam SDGs, dilakukan proses tindak lanjut dan pelaporan (follow up and review) dengan mendasarkan pada rangkaian indikator. Rangkaian indikator dipersiapkan baik pada level global, regional maupun nasional. Upaya mengidentifikasi kerangka indikator global untuk tujuan dan sasaran SDGs, Komisi PBB membentuk Inter-Agency Expert Group (IAEG) on SDGs Indicators pada bulan Maret 2015 untuk membentuk usulan indikator global dan metadatanya sebagai pertimbangan untuk selanjutnya diajukan dalam pertemuan Tahunan Komisi Statistik PBB pada Maret 2016. Pada proses penyusunanya, IAEG telah melakukan beberapa pertemuan dan konsultasi dengan berbagai pihak hingga akhirnya menghasilkan 242 indikator global. Adapun jumlah target dan indikator global yang disetujui untuk tiap goal dapat dilihat dalam tabel berikut [12]:

Tabel 2.1 Jumlah Indikator dan Sasaran SDGs global [12].

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat dideskripsikan bahwa 242 indikator global yang telah disusun IAEG dan pihak-pihak terkait, lebih difokuskan lagi dalam penerapannya dengan membuat sasaran pada tiap indikator, yang menghasilkan 169 sasaran dengan tujuan agar SDGs dapat tercapai pada tahun 2030.

Secara keseluruhan dokumen indikator dibagi menjadi tiga kategori Tier sebagai berikut:

1) Tier I merupakan kategori indikator yang secara konseptual sudah jelas, dengan metodologi dan standar yang telah tersedia dan data yang secara rutin dikeluarkan oleh negara;

Goal 1 Goal 2 Goal 3 Goal 4 Goal 5 Goal 6 Goal 7 Goal 8 Goal 9 Goal 10 Goal 11 Goal 12 Goal 13 Goal 14 Goal 15 Goal 16 Goal 17 Jumlah

Sasaran

7 8 13 10 9 8 5 12 8 10 10 11 5 10 12 12 19 169

Indikator

12 14 27 11 14 11 6 17 12 11 15 13 7 10 14 23 25 242

(4)

2) Tier II merupakan kategori indikator yang seara konseptual sudah jelas, dengan memiliki metodologi dan standar namun negara tidak mengeluarkan data secara rutin; dan

3) Tier III merupakan kategori indikator yang masih belum memiliki metodologi dan/atau standar, dalam artian masih dalam tahap penyusunan ataupun percobaan.

Meskipun telah disetujui, indikator global ini masih memungkinkan mengalami perubahan terutama dalam pembahasan metodologi pada indikator global yang berada di Tier III [12].

Penelitian ini fokus pada SDGs tujuan 14 “Life Bellow Water”, Adapun target dan tujuan Sustainable Development Goals nomor 14 seperti Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2 Target SDGs nomor 14 [13].

(5)

Pada Gambar 2.2 terdapat tujuan dan indikator SDGs No. 14. Adapun isi Gambar 2.2 dapat dideskripsikan seperti Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Target dan Indikator SDGs nomor 14 [14].

TARGET INDIKATOR KETERANGAN

14.1 Pada tahun 2025, mencegah dan secara signifikan mengurangi semua jenis

pencemaran laut, khususnya dari

kegiatan berbasis lahan termasuk laut dan polusi nutrisi.

14.1.1 Indeks eutrofikasi pesisir (ICEP) dan kepadatan sampah plastik terapung.

Indikator global yang akan dikembangkan.

14.2 Pada tahun 2020, mengelola dan

melindungi ekosistem laut dan pesisir secara berkelanjutan untuk menghindari dampak buruk yang signifikan, termasuk dengan memperkuat ketahanannya, dan melakukan restorasi untuk mewujudkan lautan yang sehat dan produktif.

14.2.1 Proporsi Zona Ekonomi Eksklusif nasional yang dikelola menggunakan pendekatan

berbasis ekosistem.

Indikator global yang memiliki proksi dan akan dikembangkan

14.2.1.(a) Tersedianya kerangka kebijakan dan instrumen terkait penataan ruang laut nasional.

Indikator nasional sebagai proksi indikator global (ada di dalam lampiran perpres).

14.2.1.(b) Terkelolanya 11 wilayah

pengelolaan perikanan (WPP) secara

berkelanjutan

Indikator nasional sebagai proksi indikator global (ada di dalam lampiran perpres).

14.3 Meminimalisasi dan mengatasi dampak pengasaman laut, termasuk melalui kerjasama ilmiah yang lebih baik disemua tingkatan.

14.3.1 Rata-rata keasaman laut (pH) yang diukur pada jaringan stasiun sampling yang disetujui dan memadai.

Indikator global yang akan dikembangkan.

(6)

TARGET INDIKATOR KETERANGAN 14.4 Pada tahun 2020,

secara efektif

mengatur pemanenan dan menghentikan penangkapan ikan yang berlebihan, penangkapan ikan ilegal dan praktek penangkapan ikan yang merusak, serta melaksanakan rencana penglolaan berbasis ilmu pengetahuan, untuk memulihkan persediaan ikan secara layak dalam waktu yang paling singkat yang memungkinkan, setidaknya ke tingkat yang dapat

memproduksi hasil maksimum yang berkelanjutan sesuai karakteristik

biologisnya.

14.4.1 Proporsi tangkapan jenis ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman.

Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global (ada di dalam lampiran perpres)

14.5 Pada tahun 2020, melestarikan

setidaknya 10 persen dari wilayah pesisir dan laut, konsisten dengan hukum nasional dan internasional dan berdasarkan informasi ilmiah terbaik yang tersedia.

14.5.1 Jumlah luas kawasan konservasi perairan.

Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global (ada di dalam lampiran perpres)

(7)

TARGET INDIKATOR KETERANGAN 14.6 Pada tahun 2020,

melarang bentuk- bentuk subsidi perikanan tertentu berkontribusi terhadap kelebihan kapasitas dan penangkapan ikan belebihan,

menghilangkan subsidi yang

berkontribusi terhadap penangkapan ikan ilegal, yang tidak dilaporkan & tidak diatur dan menahan jenis subsidi baru, dengan mengakui bahwa perlakuan khusus dan berbeda yang tepat dan efektif untuk negara

berkembang & negara kurang berkembang harus menjadi bagian integral dari negosiasi subsidi perikanan pada the World Trade Organization.

14.6.1 Kemajuan negara-negara di tingkat pelaksanaan instrumen internasional yang bertujuan untuk memerangi penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur (IUU FISHING).

Indikator global yang memiliki proksi dan akan dikembangkan.

14.7 Pada tahun 2030, meningkatkan manfaat ekonomi bagi negara berkembang

kepulauan kecil dan negara kurang berkembang dari pemanfaatan

berkelanjutan sumber daya laut, termasuk melalui pengelolaan perikanan, budidaya air dan pariwisata yang berkelanjutan.

14.7.1 Perikanan berkelanjutan sebagai presentase dari PDB pada negara-negara berkembang kepulauan kecil, negara-negara kurang berkembang dan semua negara.

Indikator global ini tidak relevan untuk Indonesia.

(8)

TARGET INDIKATOR KETERANGAN 14.a Meningkatkan pengetahuan

ilmiah, mengembangkan kapasitas penelitian dan alih teknologi kelautan, dengan mempertimbangkan the Intergoernmental

Oceanographic Commission Criteria and Guidelines, tentang ahli Teknologi Kelautan, untuk meningkatkan kesehatan laut dan meningkatkan kontribusi

keanekaragaman hayati laut untuk pembangunan negara berkembang, khususnya negara berkembang kepulauan kecil dan negara kurang berkembang.

14.a.1 Proporsi dari total anggaran penelitian yang dialokasikan untuk penelitian di bidang teknologi kelautan.

Indikator global yang akan dikembangkan.

14.b Menyediakan akses untuk nelayan skala kecil(small-scale artisanal fisher) terhadap sumber daya laut dan pasar.

14.b.1 Ketersediaan kerangka hukum/regulasi/

kebijakan/

kelembagaan yang mengakui dan melindungi hak akses untuk perikanan skala kecil.

Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global (tidak ada di dalam lampiran perpres).

14.b.1.(a) Jumlah provinsi dengan

peningkatan akses pendanaan usaha nelayan.

Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global (tidak ada di dalam lampiran perpres).

14.b.1.(b) Jumlah nelayan yang

terlindungi.

Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global (tidak ada di dalam lampiran perpres).

(9)

TARGET INDIKATOR KETERANGAN 14.c Meningkatkan pelestarian

dan pemanaatan berkelanjutan lautan dan sumber dayanya dengan menerapkan hukum internasional yang tercermin dalam the United Nations Convention on the Law of the sea, yang menyediakan kerangka hukum untuk pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan lautan dan sumber dayanya, seperti yang tercantum dalam ayat 158 dari"The future We Want".

14.c.1 Tersedianya kerangka kebijakan dan instrumen terkait pelaksanaan UNCLOS (the United Nations Convention on the Law of the Sea).

Indikator nasional yang sesuai dengan indikator global (tidak ada di dalam lampiran perpres).

Dari Tabel 2.2 yang berisi mengenai Target dan indikator SDGs No. 14 dapat dideskripsikan sebagai berikut [15]:

14.1 Pada tahun 2025, mencegah dan secara signifikan mengurangi segala jenis polusi kelautan, terutama dari aktivitas daratan, termasuk serpihan sisa barang laut dan polusi bahan makanan.

14.2 Pada tahun 2020, secara berkelanjutan mengelola dan melindungi ekosistem laut dan pesisir untuk menghindari dampak buruk yang signifikan, termasuk dengan memperkuat daya tahannya, dan melakukan aksi restorasi agar dapat mencapai kelautan yang sehat dan produktif.

14.3 Meminimalisir dan mengatasi dampak dari bertambahnya keasaman air laut, termasuk memperbanyak kerjasama ilmiah pada setiap level.

14.4 Pada tahun 2020, secara efektif meregulasi panen dan pengambilan ikan secara berlebihan, pemancingan illegal, tidak terlaporkan dan tidak teregulasi, juga praktek-praktek pemancingan yang dakstruktif serta mengimplementasi perencanaan manajemen berbasis ilmiah agar dapat mengembalikan persediaan ikan secepat mungkin, setidaknya pada level dimana dapat memproduksi hasil maksimum yang berkelanjutan sebagaimana karakteristik biologis masing-masing ikan.

14.5 Pada tahun 2020, mengkonservasi setidaknya 10 persen dari area pesisir laut, konsisten dengan hukum nasional dan internasional berdasarkan informasi ilmiah terbaik yang tersedia.

(10)

14.6 Pada tahun 2020, melarang bentuk tertentu dari subsidi perikanan yang berkontribusi terhadap kapasitas berlebih dan pengambilan ikan yang berlebihan, menghilangkan subsidi yang berkontribusi terhadap penangkapan ikan yang ilegal, tidak terlaporkan dan tidak teregulasi dan menahan diri dari memperkenalkan bentuk subsidi yang demikian, dengan kesadaran bahwa perlakuan khusus dan diferensial yang layak dan efektif untuk negara-negara berkembang dan kurang berkembang harus menjadi bagian integral dari negosiasi subsidi World Trade Organization (WTO) 2.

14.7 Pada tahun 2030, meningkatkan keuntungan ekonomi bagi negara berkembang kepulauan kecil dan negara berkembang dari penggunaan yang berkelanjutan terhadap sumberdaya kelautan, termasuk melalui manajemen yang berkelanjutan dari perikanan, budidaya pariwisata perairan.

14.A Meningkatkan pengetahuan ilmiah, mengembangkan kapasitas penelitian dan mentransfer teknologi kelautan, dengan mempertimbangkan Kriteria Komisi Oseanografi antar pemerintah dan Pedoman tentang Transfer Teknologi Kelautan, dalam rangka meningkatkan Kesehatan laut dan untuk meningkatkan kontribusi keanekaragaman hayati laut untuk pengembangan negara berkembang, khususnya negara berkembang pulau kecil dan negara berkembang.

14.B Menyediakan akses untuk nelayan skala kecil (small-scale artisanal fishers) terhadap sumber daya laut dan pasar.

14.C Meningkatkan konservasi dan penggunaan laut secara berkelanjutan dan sumber danyanya dengan menerapkan hukum internasional sebagaimana tercermin dalam UNCLOS, yang menyediakan kerangka hukum untuk konservasi dan penggunaan laut secara berkelanjutan.

2.2 Landasan Hukum

Penelitian ini mengkaji peraturan-peraturan terkait Sustainable Development Goals No. 14 dan penerapannya di Provinsi Lampung. Adapun peraturan-peraturan yang menjadi landasan hukum dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

(11)

1. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) [16].

2. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 19 Tahun 2018-2019 tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/ Sustainable Development Goals (SDGs) Provinsi Lampung Tahun 2018-2019 [17].

3. Peraturan Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia NO. 25 / PERMEN-KP / 2016 tentang renstra Kementrian Kelautan dan Perikanan tahun 2015-2019 [18].

4. Undang-Undang No. 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan [19].

5. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil [20].

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah [21].

7. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) [22].

8. Peraturan Gubernur Lampung No. 20 Tahun 2019 Tentang Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan Dan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Lampung [23].

9. Keputusan Gubernur No. 855 Tahun 2019 Tentang Pembentukan Forum Koordinasi Penanganan Tindak Pidana Bidang Kelautan Dan Perikanan Provinsi Lampung [24].

10. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2019 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam [25].

11. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 80 Tahun 2016 tentang Kedudukan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tatakerja Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung [26].

12. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 88 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tatakerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Lampung [27].

2.3 Rencana Aksi Daerah

Rencana Aksi Daerah (RAD) adalah dokumen yang memuat sasaran, strategi, dan fokus kegiatan prioritas yang digunakan sebagai acuan Lembaga, dan pemerintah daerah dalam melaksanakan suatu tema kebijakan tertentu.

(12)

Definisi tersebut merupakan wujud kesepakatan dari para pemangku kepentingan suatu tema kebijakan tertentu untuk mencapai suatu perubahan konkret yang disepakati bersama. Dalam penyusunan RAD perlu mengacu pada beberapa dokumen yang terkait, antara lain [28]:

1. RPJMN 2020-2024.

2. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang pelaksanaan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

3. RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD yang berlaku.

4. Permendagri nomor 90 tahun 2019 tentang klasifikasi, kodifikasi dan nomenklatur perencanaan pembangunan dan keuangan daerah.

5. Peraturan Gubernur tentang TPB/SDGs Provinsi masing-masing daerah.

6. Laporan pencapaian TPB/SDGs di Indonesia tahun 2019.

7. Laporan pencapaian TPB/SDGs 2019 di daerah masing-masing.

8. Rencana Aksi Nasional TPB/SDGs.

9. Dokumen yang terkait dengan tugas fungsi pemerintah daerah.

10. dokumen kebijakan lain yang terkait: (a) Dokumen global: Transforming Our World: the 2030 Agenda for Sustainable Development Goals, (b) Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) 2014-2020, (c) Rencana Aksi Daerah Adaptasi Perubahan Iklim (RAD- API) 2014-2024, (d) JAKSTRA PB, (e) Rencana Aksi Daerah Hak Asasi Manusia (RAD-HAM) 2020-2024, (f) Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (STRANAS PPK) 20122025, (g) Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) 2015-2019, dan (h) IBSAP 2015-2020.

Penyusunan Renaksi TPB/SDGs di tingkat nasional dan daerah dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut [28]:

1. Menetapkan tim pelaksana dan kelompok kerja yang didasarkan atas Keputusan Menteri PPN terkait Tim Koordinasi Nasional TPB/SDGs untuk tingkat nasional dan Peraturan Gubernur atau Keputusan Kepala Daerah/Kepala Bappeda untuk tingkat daerah;

2. Melakukan sidang pleno pertama untuk membahas tahapan dan tata cara penyusunan Renaksi TPB/SDGs;

(13)

3. Masing-masing kelompok kerja yaitu kelompok kerja pilar pembangunan sosial, pilar pembangunan ekonomi, pilar pembangunan lingkungan, pilar pembangunan hukum dan tata kelola, menyusun Renaksi TPB/SDGs, dengan tahapan:

1. Melakukan analisis situasi dan tantangan pelaksanaan TPB/SDGs 2. Melakukan perumusan kebijakan, target, program, kegiatan dan

indikator, serta keluaran (output) terkait dengan pencapaian TPB/SDGs 3. Mengidentifikasi alokasi pagu indikatif, sumber pendanaan dan

instansi pelaksana

4. Merumuskan sistem monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan TPB/SDGs.

4. Melaksanakan pembahasan draf Renaksi TPB/SDGs (narasi dan matriks) masing-masing kelompok kerja;

5. Melaksanakan pleno konsolidasi lintas goal dan penyempurnaan draf I oleh masing-masing kelompok kerja berdasarkan masukan hasil pembahasan dari masing-masing kelompok kerja untuk menjadi draf II;

6. Melakukan konsultasi publik atas draf II untuk menggali masukan dan penyempurnaan dari publik;

7. Melakukan penyempurnaan draf final renaksi TPB/SDGs oleh Tim Pelaksana TPB/SDGs;

8. Mengesahkan Renaksi TPB/SDGs oleh koordinator pelaksana (Menteri PPN/Kepala Bappenas) dan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota di tingkat daerah; dan

9. Melakukan sosialisasi dan diseminasi Renaksi TPB/SDGs kepada seluruh pemangku kepentingan.

(14)

Berikut adalah Rencana Aksi Daerah (RAD) Provinsi Lampung terkait Sustainable Development Goals (SDGs):

Tabel 2.3 RAD SDGs No. 14 Provinsi Lampung [29].

Program/Kegiatan/Output Kegiatan Satuan Baseline (2015)

Target Tahunan Indikasi Alokasi Anggaran

5 Tahun (Rp Juta)

Sumber pendanaa

n

Instansi 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

TUJUAN 14. Melakukan Konservasi Dan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Samudera Untuk Pembangunan Berkelanjutan INDIKATOR TPB. 14.2.1(a) Tersedianya kerangka kebijakan, dan instrumen terkait penataan ruang laut nasional

PROGRAM 1: Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Kegiatan 1:

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan

Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif

Lokasi Pemberdyaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha (Kab/Kota)

Kab/Kota 0 0 0 7 7 2.000 APBD Dinas

Kelautan dan Perikanan Kegiatan 2:

Penyebarluasan mitigasi bencana

Sosialisasi tentang mitigasi bencana

(Kab/Kota)

Kab/Kota 2 3 5 6 7 270 APBD

(15)

Program/Kegiatan/Output Kegiatan Satuan Baseline (2015)

Target Tahunan Indikasi Alokasi Anggaran

5 Tahun (Rp Juta)

Sumber pendanaa

n

Instansi 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kegiatan 3:

Perencanaan Penataan Ruang dan Pengelolaan

Wilayah Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Tersedianya dokumen perencanaan wilayah

pesisir dan pulau- pulau kecil

Kab/Kota 0 1 1 2 2 2.069 APBD

INDIKATOR TPB. 14.2.1(b) Terkelolanya 2 wilayah pengelolaan perikanan (WPP) secara berkelanjutan PROGRAM 1: Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

Kegiatan 1:

Restocking ikan di perairan umum daratan

Restocking ikan di

perairan umum Kab/Kota 2 2 2 2 2 485.9 APBD

Dinas Kelautan

dan Perikanan Kegiatan 2:

WKOPP pada pelabuhan perikanan

jumlah pelabuhan yang telah menetapkan WKOPP

lokasi 0 0 0 1 1 700 APBD

Kegiatan 3:

Operasional Kegiatan di UPTD Pelabuhan Perikanan Wilayah I, II,

dan III

Jumlah UPTD pelabuhan Perikanan

yang dikelola

PPP 3 3 3 3 3 3.500 APBD

INDIKATOR TPB. 14.5.1* Jumlah luas kawasan konservasi perairan PROGRAM 1: Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

(16)

Program/Kegiatan/Output Kegiatan Satuan Baseline (2015)

Target Tahunan Indikasi Alokasi Anggaran

5 Tahun (Rp Juta)

Sumber pendanaa

n

Instansi 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kegiatan 1:

Pengelolaan dan pengembangan Kawasan Konservasi

Perairan dan Jenis Biodata

Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara

berkelanjutan

Ha 50.000 60.000 70.000 80.000 90.000 600 APBD

Dinas Kelautan

dan Perikanan

INDIKATOR TPB.

14.b.1* Ketersediaan kerangka hukum / regulasi / kebijakan / kelembagaan yang mengakui dan melindungi hak akses untuk perikanan skala kecil

14.b.1(a) Jumlah Kabupaten / Kota dengan peningkatan akses pendanaan usaha nelayan PROGRAM 1: Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

Kegiatan 1:

Pendampingan Sertifikat Hak Atas

Nelayan

Jumlah kegiatan pendampingan yang

dilaksanakan

Kegiatan 1 1 1 1 1 174,2 APBD

Dinas Kelautan

dan Perikanan Kegiatan 2:

Pendaftaran dan penandaan Kapal

Nelayan

Jumlah kapal perikanan yang telah

dilengkapi dengan buku kapal

Unit 0 0 0 50 50 200 APBD

INDIKATOR TPB. 14.b.1(b) Jumlah nelayan yang terlindungi (asuransi nelayan) PROGRAM 1: Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir

(17)

Program/Kegiatan/Output Kegiatan Satuan Baseline (2015)

Target Tahunan Indikasi Alokasi Anggaran

5 Tahun (Rp Juta)

Sumber pendanaa

n

Instansi 2016 2017 2018 2019

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kegiatan 1:

Sosialisasi Kartu Nelayan

Jumlah nelayan yang tersosialisasikan

program kartu nelayan

Orang 30 30 30 30 30 169,5 APBD

Dinas Kelautan

dan Perikanan

(18)

2.4 Kelembagaan Terkait Penerapan Sustainable Development Goals Nomor 14 di Provinsi Lampung

Aspek kelembagaan adalah instansi yang terkait dengan penerapan Sustainable Development Goals No. 14 di Provinsi Lampung. Aspek kelembagaan memiliki peran penting sebagai instansi yang berwenang untuk memberikan izin atau hak dalam memanfaatkan ruang perairan pantai, laut, dasar laut dan tanah dibawahnya [30]. Pada penelitian kelembagaan yang terkait dengan penerapan SDGs No. 14 di Provinsi Lampung yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Lampung dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung. Adapun tugas pokok dan fungsi kelembagaan tersebut sebagai berikut:

2.4.1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Lampung Tugas pokok dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Lampung terkandung dalam Peraturan Gubernur Lampung Nomor 88 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tatakerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Lampung, pada pasal 3 tentang tugas pokok dan fungsi sebagai berikut berikut [27]:

− Pasal 3

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.

2. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menyelenggarakan fungsi:

a. pengkajian, pengkoordinasian, dan perumusan kebijakan dibidang perencanaan pembangunan daerah serta pemantauan, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pembangunan daerah;

b. pengkoordinasian dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah;

c. penyusunan rencana pembangunan daerah yang terintegrasi dalam penetapan program dan kegiatan nasional;

(19)

d. penyusunan PPA berkoordinasi dengan TPAD;

e. pengkoordinasian dan pengendalian rencana pembangunan daerah dalam rangka senegritas antara Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

f. pengkoordinasian kelancaran dan percepatan pelaksanaan rencana pembangunan daerah;

g. pemantauan, evaluasi, dan pengendalian atas pelaksanaan rencana pembangunan daerah;

h. pengkoordinasian, fasilitasi, dan pelaksanaan pencarian sumber- sumber pembiayaan, serta pengalokasian dana untuk pembangunan daerah;

i. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh perangkat daerah Provinsi;

j. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi pada Bappeda;

k. pengelolaan barang milik daerah yang menjadi tanggung jawab Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

2.4.2 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung

Tugas pokok dan fungsi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung seperti yang terkandung dalam Peraturan Gubernur Lampung Nomor 80 Tahun 2016 tentang Kedudukan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tatakerja Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung sebagai berikut [26]:

− Pasal 3

1. Dinas Kelautan dan Perikanan mempunyai tugas menyelenggarakan Sebagian urusan pemerintah di bidang kelautan dan perikanan berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan pembantuan serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinas Perikanan dan Kelautan mempunyai fungsi:

a. perumusan kebijakan, pengaturan dan penetapan standar/pedoman skala provinsi;

(20)

b. penyediaan dukungan, pengembangan perekayasaan teknologi perikanan serta sumberdaya perikanan lainnya;

c. pengendalian terhadap pelaksanaan pemberantasan dan eradikasi penyakit ikan di darat;

d. penataan dan pengelolaan perairan di wilayah laut provinsi;

e. pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut provinsi;

f. pelaksanaan konservasi dan pengelolaan plasma nutfah sefesifik lokasi serta swaka perikanan di wilayah laut urusan provinsi;

g. pelayanan usaha pembudidayaan dan penangkapan ikan pada perairan laut diwilayah laut urusan provinsi;

h. pengawasan, pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah laut urusan provinsi;

i. pembinaan, pengendalian, pengawasan dan koordinasi;

j. pelayanan administratif; dan

k. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai tugas dan fungsinya [31].

2.5 Wawancara

Wawancara adalah metode yang digunakan untuk mencari data primer dan merupakan metode yang banyak dipahami dalam penelitian interpretif maupun penelitian kritis. Metode wawancara memiliki ciri khas yaitu adanya pertukaran informasi secara verbal dengan satu orang atau lebih. Jika hanya dilihat sebagai alat maka wawancara dapat diilustrasikan sebagai berikut:

− Responden dihubungi untuk menentukan jadwal, lokasi, dan aturan wawancara.

− Pertanyaan didesain untuk memperoleh jawaban yang sudah dapat diduga hingga protokol wawancara terpenuhi.

− Tugas responden adalah menjawab pertanyaan dan mereka menunggu pertanyaan disampaikan.

− Responden tidak mempunyai wewenang untuk bertanya balik dan jika mereka bertanya itu merupakan bentuk dari klarifikasi.

(21)

Wawancara memiliki perbedaan mencolok dibandingkan dengan percakapan biasa yaitu adanya pemahaman mengenai peran pewawancara dan peran responden. Menurut Mishler (1991) menyarankan bahwa wawancara sebaiknya dilihat sebagai “interactional accomplishment” yang melihat kedua actor wawancara terlibat dalam perbincangan. Pada saat melakukan wawancara disarankan ada komunikasi dua arah dan juga kolaborasi sebagai berikut:

1. Pelaku wawancara hendaknya aktif dan responsive tidak hanya diam dan pasif.

2. Masing-masing aktor dalam wawancara adalah subjek untuk kerja interaksi, aktivitas yang bertujuan menghasilkan data wawancara.

3. Lebih banyak pertanyaan terbuka, interupsi yang minimal, dan mendorong elaborasi dari pengalaman si responden.

4. Mendorong elaborasi, pewawancara biasanya menggunakan alat naratif seperti “lanjutkan,” lalu apa yang terjadi? pewawancara mendorong munculnya sebuah cerita bukan sekedar jawaban singkat.

5. Rekonseptualisasi wawancara penelitian untuk lebih mendorong responden menceritakan kisah mereka sendiri.

Panduan singkat untuk mengembangkan pertanyaan wawancara yang diadopsi dan dimodifikasi dari Harvard Departement of Sociology (2017) sebagai berikut:

1. Pertanyaan harus sederhana dan jangan mengajukan lebih dari satu pertanyaan sekaligu.

2. Pertanyaan terbaik adalah pertanyaan yang mendapatkan jawaban terpanjang dari responden. Jangan mengajukan pertanyaan yang jawabannya amat singkat tanpa diikuti pertanyan lanjutan.

3. Jangan ajukan pertanyaan yang mengharuskan responden Anda melakukan analisis untuk Anda.

4. Jangan meminta bagaimana pendapat orang lain atau kelompok lain di lingkungan responden. Sebagai contoh pertanyaan “Apa yang dipikirkan orang di sini tentang isu ……?” Anda jarang mendapatkan sesuatu yang menarik. Coba ajukan pertanyaan yang sama ke si responden mengenai pendapat dia sendiri.

(22)

5. Jangan takut untuk mengajukan pertanyaan yang sederhana. Jika Anda tidak bertanya, mereka tidak akan memberi tahu.

6. Jenis pertanyaan dalam wawancara misalnya [31]:

Tabel 2.4 Jenis pertanyaan dalam wawancara [31].

No Jenis Pertanyaan Contoh

1 Pertanyaan langsung Apakah Anda merasa mudah dalam mengalokasikan anggaran?

Apakah Anda senang dengan cara tim anggaran mengalokasikan anggaran untuk unit Anda?

Catatan: Pertanyaan semacam itu mungkin sebaiknya diberikan di akhir wawancara wawancara, agar tidak memengaruhi arah wawancara.

2 Pertanyaan tidak langsung

‘Apa yang kebanyakan orang di sini pikirkan tentang cara unit internal audit melakukan pengawasan?’ mungkin ditindaklanjuti dengan ‘Demikiankah apa yang Anda rasakan juga?’ untuk mendapatkan pandangan responden.

3 Pertanyaan terstruktur Saya sekarang ingin beralih ke topik yang berbeda'

4 Pertanyaan penelusuran (probing)

Menindaklanjuti apa yang telah

dikatakan melalui pertanyaan langsung 5 Menafsirkan

pertanyaan

Apakah maksud anda adalah peran anda amat signifikan dalam penerapan sistem pengendalian management yang baru di perusahaan ini?'

Gambar

Gambar 2.1 Indikator SDGs Indonesia [10].
Tabel 2.1 Jumlah Indikator dan Sasaran SDGs global [12].
Gambar 2.2 Target SDGs nomor 14 [13].
Tabel 2.2 Target dan Indikator SDGs nomor 14 [14].
+3

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan kolektor surya pada penelitian ini akan menggunakan pelat seng sebagai pelat penyerap dan pembuat arah alur aliran fluida (udara) yang disusun pararel

Sebagai contoh untuk penelitian diambil maksimum toleransi 2 % bila diinginkan nilal lendutan sebagai perbandingan tujuan atau sasaran, kemudian bila diinginkan nilai

Pengukuran pada metode seismik adalah suatu proses konvolusi antara gelombang sumber (source) hasil dari koefisien refleksi yang menghasilkan suatu trace seismik kemudian

M1632 merupakan modul LCD matrix dengan konfigurasi 16 karakter dan 2 baris dengan setiap karakternya dibentuk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (1 baris pixel terakhir

Berdasarkan Tabel 2.3 di atas, maka timer/counter 1 dapat dinon-aktifkan, digunakan sebagai timer dengan frekuensi kerja yang dapat diatur, atau sebagai counter di mana sinyal

Hal mendasar terkait dengan deteksi target yang terkubur adalah pencapaian kedalaman penetrasi dan resolusi sasaran tersebut secara bersamaan, karena untuk level

Tabel 2.1 Penelitian Terkait Backpropagation for Multi Label Learning Penelitian Task Domain Data Zhang dan Zhou 2006 Memberi topik multi label pada artikel berita Teks artikel

Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya No Peneliti Hasil 1 Suamita, I Wayan 2010 Judul : Karakteristik Beton Ringan Dengan Menggunakan Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Pengganti Agregat