• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERMASALAHAN KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DI SWEDIA. seksual yang terjadi terhadap anak memiliki beragam bentuk kejahatan seperti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II PERMASALAHAN KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DI SWEDIA. seksual yang terjadi terhadap anak memiliki beragam bentuk kejahatan seperti"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

46 BAB II

PERMASALAHAN KEJAHATAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DI SWEDIA

Pada bab ini penulis akan membahas terkait permasalahan kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak di negara Swedia. Membahas terkait kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak memiliki beragam bentuk kejahatan seperti perdagangan manusia, pelacuran prostitusi, serta pornografi online. Bentuk – bentuk kejahatan tersebut cenderung melakukan aksinya tidak hanya berkutat di satu negara saja, untuk itu penulis mengaitkannya dengan eksistensi kawasan sebagai bagian penyebaran dari kejahtan seksual yang ada di Swedia. Berdasarkan hal tersebut, penulis membahas kasus kejahatan yang terjadi terhadap anak di negara Swedia dan Eropa.

2.1 Kasus Kejahatan Seksual terhadap Anak di Kawasan Eropa

Sejak ditetapkannya pembentukan Konvensi PBB terkait Hak Anak pada tahun 1989, kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak menjadi fokus yang terus dikembangkan dalam kebijakan nasional serta internasional, tidak terkecuali dengan Eropa. Telah banyak laporan, resolusi, konferensi yang bahasannya terkait permasalahan kejahatan seksual. Tingkat Internasional juga menempatkan lebih banyak perhatiannya pada kasus eksploitasi seksual anak, serta isu pelecahan seksual. Konvensi PBB menjadi salah satu instrumen hukum dalam pengakuannya untuk anak – anak sebagai kelompok kepentingan khusus yang menghubungkan banyak dokumen berbeda di forum – forum atau konferensi berbeda sebelumnya,

(2)

47

konvensi internasional ini juga menjadi toleransi dan konsekuensi untuk menegaskan kecamannya atau pertentangannya terhadap pelecehan seksual serta eksploitasi seksual yang mengancam pada anak.52

Konvensi PBB menempatkan kejahatan seksual terhadap anak sebagai bentuk kejahatan kemanusiaan yang serius. Akan tetapi, ditinjau atas hal tersebut pada beberapa konferensi di Eropa sampai pada Stockholm World Congress pada tahun 1996, masih sedikit negara yang menempatkan eksploitasi seksual sebagai prioritas, dasar – dasar konvensi (perlindungan), penyediaan (sumber daya material dan layanan kepada anak – anak) serta partisipasi aktor nasional/internsional yang masih sangat sedikit.53 Eksploitasi seksual dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti prostitusi pelacuran, penyebaran materi pelecehan seksual anak, serta perdagangan anak untuk tujuan eksploitasi seksual.

Perdagangan manusia sendiri menjadi kejahatan kemanusiaan yang serius yang diakui oleh Uni Eropa, untuk itu Uni Eropa berupaya memerangi permasalahan kejahatan manusia yang berkaitan dengan perdagangan terhadap anak untuk tujuan eksploitasi seksual. Regulasi untuk memerangi permasalahan terkait perdagangan manusia sendiri diatur oleh Directive 2011/36/EU of The European Parliament and of The Council pada pasal 1 bahwa perdagangan manusia menjadi kejahatan serius, dan merupakan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia,

52 UNHR, 1996, Convention on the Rights of the Child – Diakses dalam https://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/crc.pdf (09/07/2021 10.47)

53 High Commision for Human Rights, 2000, 25 YEARS OF FIGHTING THE SALE AND SEXUAL EXPLOITATION OF CHILDREN ADDRESSING NEW CHALLENGES, Genewa, - Diakses dari www.ohchr.org/EN/Issues/Children/Pages/ChildrenIndex.aspx (09/07/202111.03)

(3)

48

mencegah serta memberantas perdagangan orang menjadi prioritas bagi persatuan negara anggota.54

Kasus kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak di Kawasan Eropa menjadi hal yang krusial untuk dihadapi, mengingat ada banyak pengaruh yang menjadi peluang untuk pelaku kejahatan melakukan tindak kriminalitasnya.

Dibawah ini penulis menampilkan data terkait jumlah kasus kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak di Kawasan Eropa dalam jangka waktu dari 2010 – 2019.55

Tabel 2.1 Jumlah Kasus Kejahatan Seksual di Kawasan Uni Eropa (Berdasarkan bentuk kejahatan: kekerasan seksual, pemerkosaan, dan

pelecehan seksual)

No. Tahun Jumlah Kasus (Dewasa) Kasus (Anak)

1. 2010 152.992 73.601 78.391

2. 2011 153.860 73.977 79.883

3. 2012 153.323 80.346 72.977

4. 2013 154.055 78.376 75.679

5. 2014 156.181 77.936 78.235

6. 2015 158.887 76.319 82.568

7. 2016 173.075 72.708 100.367

8. 2017 175.837 70.151 105.686

54 European Council, 2011, Directive 2011/36/eu of the European Parliament of the Council of 05 April 2011 on Preventing and combating trafficking in Human beings and protecting its victims, and replacing Council Framework Decision 2002/629/JHA – Dokumen diakses dari https://www.refworld.org/docid/50ec1e172.html (17/09/2021 17.40)

(4)

49

9. 2018 177.345 69.455 107.890

10. 2019 207.654 76.746 118.908

*) Data diolah oleh penulis dari berbagai sumber

Grafik 2.1 Peningkatan Kasus Kejahatan Seksual terhadap Anak di Kawasan Uni Eropa tahun 2010 – 2019

*) Kategori usia anak : <18 tahun *) Kategori usia dewasa >18 tahun

Berdasarkan grafik yang ditampilkan diatas, bahwa jumlah kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak di kawasan Eropa mengalami peningkatan dari tahun 2012 hingga tahun 2019. Peningkatan jumlah kasus yang terjadi di kawasan Eropa menunjukkan jumlah peningkatan identifikasi terhadap korban oleh otoritas polisi nasional serta lembaga penegak keamanan dengan lebih memfokuskan penanganannya terhadap kasus kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak.

Sementara itu, perbedaan usia pada kasus yang dilaporkan pada otoritas polisi

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Kasus Kejahatan Seksual Terhadap Anak di Eropa 2010-2019

Dewasa Anak

(5)

50

nasional, dipengaruhi oleh kerentanan yang dimiliki oleh korban, dimana kasus anak – anak mengalami jumlah angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kasus usia dewasa yang dilaporkan. Pelaku kejahatan seksual cenderung memilih korban dengan tingkat kerentanan yang lebih tinggi, sebab hal tersebut menjadi peluang yang lebih mudah dimanfaatkan untuk si pelaku kejahatan.56

Berdasarkan laporan dari WHO 2013, pada tahun 2011 studi yang dilakukan National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC) memperkirakan bahwa sekitar 3,9% dari anak usia 0-18 tahun di Inggris mengalami satu atau lebih kasus pelecehan fisik. Sementara itu di Jerman studi juga dilakukan dengan mengambil sampel anak remaja dan memperkirakan 1,9%

anak – anak melakukan hubungan seksual yang sudah sampai terlibat pada ranah pelacuran serta prostitusi. Statistik yang ada mengungkapkan jumlah kasus yang relatif kecil yang sampai pada tahap penuntutan. Kasus kejahatan seksual terhadap anak yang telah teridentifikasi faktanya hanya sebagian kecil proporsi korban yang mengajukan pengaduan resmi atau membawa kasus ke pengadilan. Banyak korban kejahatan seksual anak mengungkapkan permasalahan yang mereka alami setelah bertahun – tahun pelecehan itu terjadi.57 Secara keseluruhan terdapat penemuan tambahan terkait identifikasi kasus kejahatan seksual berdasarkan statistik kejahatan dimana :

56 Lori Haskell, 2019, The Impact on Adult Sexual Assault Victims, Justice Canada, hlm 10

57 Amandine Scherrer & Wouter van Ballegooij, 2017, Combatin sexual abuse of Children Directive 2011/93/EU, European Parliamentary Research Service, hlm 12 – Dokumen diakses dari

https://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/STUD/2017/598614/EPRS_STU%282017%2959 8614_EN.pdf (02/08/2021 12.30)

(6)

51

1. Wilayah Uni Eropa terkait tempat terjadinya kasus kejahatan seksual yang dialami oleh anak terjadi dilingkungan terdekat mereka,

2. Anak – anak yang mengalami kerentanan kejahatan seksual juga cenderung diminta dan terkadang diperdagangkan untuk tujuan eksploitasi seksual,

3. Dampak meluasnya penggunaan internet serta teknologi baru menyebabkan kesempatan untuk pelaku melakukan kejahatan seksualnya terhadap anak.58

Tabel 2.2 Jumlah korban Kejahatan Seksual terhadap Anak di Kawasan Uni Eropa (Berdasarkan bentuk kejahatan: perdagangan manusia (tujuan

eksploitasi), prostitusi dan pelacuran, pornografi online)

No. Tahun Jumlah Korban Dewasa Anak

1. 2010 9.345 7.904 1.401

2. 2011 10.236 8.189 2.047

3. 2012 11.345 8.963 2.382

4. 2013 12.756 9.950 2.806

5. 2014 14.589 11.380 3.209

6. 2015 18.532 13.399 5.133

7. 2016 22.890 17.166 5.724

8. 2017 24.876 18.964 5.912

9. 2018 25.678 21.324 6.354

10. 2019 27.745 21.134 6.611

58 Ibid, hlm 14

(7)

52

11. 2020 29.280 22.084 7.196

*) Dikutip berdasarkan sumber Laporan Eurostaat

Grafik 2.2 Jumlah Korban Kejahatan Seksual yang terjadi terhadap Anak di Kawasan Uni Eropa (Berdasarkan bentuk kejahatan: perdagangan manusia

(tujuan eksploitasi), prostitusi dan pelacuran, pornografi online)

*) Kategori usia anak: <18 tahun *) Kategori usia dewasa >18tahun

Berdasarkan data statistik diatas, korban perdagangan manusia secara keseluruhan yang ada di Eropa menjukkan prosentase yang cukup signifikan.

Rata – rata setiap tahun, perdagangan manusia yang melibatkan anak dari 100%

kasus perdagangan sebesar 62% diperdagangkan untuk tujuan eksploitasi seksual, 25% dipertujuankan untuk kerja paksa, dan sisanya sebesar 14% untuk mengemis dan diperdagangkan untuk dijual organ-orannya. 59 Anak – anak yang mengalami kerentanan kejahatan berbentuk perdagangan manusia untuk tujuan eksploitasi

59 Donna M. Hughes, 2014, Trafficking in Human Beings in the European Union: Gender, Sexual, Exploitation, adn Digital Communication, hlm 2-8

0 5000 10000 15000 20000 25000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Korban Kejahatan Seksual yang terjadi di Kawasan Eropa 2010- 2019

Dewasa Anak

(8)

53

cenderung menjadi korban untuk kejahatan prostitusi pelacuran serta pornografi online.

Prosentase perdagangan anak di Eropa untuk tujuan eksploitasi seksual terus meningkat setiap tahunnya. Perdagangan anak untuk tujuan eksploitasi seksual mendominasi perdagangan terhadap anak yang terjadi di kawasan Eropa. Selain itu, data ini juga diperkuat oleh temuan UNODC pada tahun 2012 bahwa perdagangan manusia untuk kegiatan eksplotasi seksual ini menyumbang sebanyak 58% dari kasus perdagangan secara global. Sementara Eropa memiliki prosentasi tertinggi sebesar 62% dibandingkan dengan negara atau kawasan lain di dunia. Data dari Uni Eropa juga menemukan bahwa mayoritas korban yang mengalami eksploitasi seksual didominasi oleh anak perempuan dan permpuan muda. Dari jumlah total yang teridentifikasi 80% adalah perempuan dengan prosentase sekitar 68% anak perempuan dengan 12% adalah perempuan. Laki – laki juga menyumbang angka dalam kasus perdagangan manusia untuk tujuan eksploitasi seksual, yakni sebesar 20% dimana 17% merupakan laki – laki dan 3%

merupakan anak laki – laki. Negara dengan laporan jumlah korban terbanyak menurut data dari eurostat pada tahun 2015 - 2016 dilaporkan oleh United Kingdom, Rumania, Italia, Hungaria, serta Prancis.60 Sementara itu ditahun 2017 – 2018 data eurostat memperbarui terkait kejahatan perdagangan manusia.

Perdagangan manusia untuk tujuan eksploitasi seksual masih berada diprosentase tinggi sekitar 60% dimana korban anak – anak terus meningkat setiap tahun.

Korban yang berasal dari anak – anak, anak perempuan menempati sekitar 78%

60 Eurostat, 2013, Trafficking in Human Beings, European Commission – Diakses dari http://ec.europa.eu/dgs/home-affairs/what-is-

new/news/news/2013/docs/20130415_thb_stats_report_en.pdf (09/07/2021 12.09)

(9)

54

dan 21% ditempati oleh anak laki-laki. Perdagangan manusia yang melibatkan anak di kawasan Eropa juga bertujuan sebagai ‘wisata seks’ mengirim anak – anak ke negara – negara di Kawasan Eropa. Eropa Barat dikenal sebagai negara

‘sumber’ pengekspor dari perdagangan anak untuk wisata seks, tetapi beberapa negara Eropa Barat juga menjadi negara destinasi dari wisata seks anak.

Sementara negara Eropa Timur, Tengah, serta Utara menjadi negara tujuan dari perdagangan ana tersebut.61 Sementara dalam kasus penyebaran materi video pornografi anak, baik secara offline ataupun online berdasarkan data laporan dari IWF (Internet Watch Foundation) sampai pada tahun 2019 menemukan tren yang terjadi terkait kejahatan seksual anak dalam hal pornografi anak. Faktanya, sekitar 89% materi pelecehan seksual anak yang tersebar di internet di hosting di Eropa.

Prosentase ini kemudian diikuti oleh Amerika Utara yang menampung prosentase 9% dari semua materi pelecehan seksual anak yang tersebar di internet.62

Resiko anak – anak yang mengalami korban kejahatan seksual ini diperkuat dengan kehadiran teknologi internet sebagai bentuk dari kemajuan zaman. Sejak berkembanganya teknologi yang semakin maju, kehadiran teknologi internet menjadi salah satu faktor terjadinya tindak kejahatan eksploitasi seksual. Baik itu perdagangan manusia dimana perekrutan sampai dengan pengirman yang membutuhkan internet sebagai media komunikasi serta perekrutan korban dalam perdagangan manusia yang juga cenderung melibatkan media internet untuk

61 European Union, 2019, Data Collection on Trafficking Human Beings in EU – Diakses dari https://ec.europa.eu/home-affairs/sites/default/files/what-we-do/policies/european-agenda-

security/20181204_data-collection-study.pdf (12/07/2021 14.41)

62 IWF, 2019, THE HOW THE WHO AND THE RESULTS – Diakses dari https://ec.europa.eu/home-affairs/news/increased-amount-child-sexual-abuse-material-detected- europe-2020-04-28_en ( 20/09/2021 06.02)

(10)

55

mencari korbannya seperti pemasangan iklan lowongan pekerjaan. Internet juga menjadi media yang memfasilitasi terjadinya bentuk kejahatan seksual ‘webcam sex’. Sampai dengan 2019 menemukan laporan terdapat sekitar 750.000 predator online yang tersebar dalam 40.000 ruang obrolan publik, dimana 20.000 pengguna internet memberikan tawaran untuk membayar pertunjukan seksual webcam.63

Sejak tahun 2011 data Eurostaat menyebutkan bahwa 59% anak anak – di Eropa mulai usia 9 hingga 15 tahun sudah terhubung dengan akses internet dan memiliki profil jejaring sosial. Peningkatan penggunaan teknologi internet juga turut menjadi pendukung terjadinya pelanggaran serta privasi terhadap penggunanya. Anak – anak sebagai individu yang rentan menjadi korban cenderung tidak memahami ancaman yang terjadi dalam dunia teknologi yang semakin canggih ini. Penelitian di Eropa juga menyebutkan, sejak tahun 2011 sekitar 49% anak – anak mengakses internet dari tempat tidur mereka, dimana sekitar 33% mengakses menggunakan perangkat selular.64 Menurut data dari Eurostat hingga tahun 2019 sekitar 9 dari 10 rumah di kawasan uni Eropa memiliki akses untuk internet. Data dari Eurostat juga menyebutkan prosentase anak dalam penggunaan internet lebih tinggi dibandingkan orang dewasa dan hal ini terus mengalami peningkatan dari tahun 2011 – 2019.65

63 IWF, 2019, THE HOW THE WHO AND THE RESULTS – Diakses dari https://ec.europa.eu/home-affairs/news/increased-amount-child-sexual-abuse-material-detected- europe-2020-04-28_en ( 20/09/2021 06.02)

64 David Smahel, 2020, EU Kids Online 2020, Czech Science Foundation

65 Eurostat, 2020, Being young in Europe today – dgital world – Diakses dari https://ec.europa.eu/eurostat/statistics-explained/index.php?title=Being_young_in_Europe_today_- _digital_world#A_digital_age_divide (04/09/2021 17.08)

(11)

56

Grafik 2.3 Penggunaan internet di Kawasan Uni Eropa dalam bentuk prosentase

Sumber: Data Eurostat

Kehadiran internet membawa dampak positif pada anak – anak dengan beragam akses yang bisa dilakukan untuk memperluas ilmu pengetahuan serta informasi yang ada didalamnya. Selain itu, internet digunakan anak – anak sebagai cara untuk individu saling terhubung satu sama lain di dunia. Akan tetapi, setiap hal positif selalu membawa pada dampak negatif yang lain, kehadiran internet juga bisa membawa anak untuk masuk ke situs – situs gelap yang bisa membawa anak tersebut terlibat sebagai koban dalam kejahatan seksual. Situs – situ gelap banyak yang menyediakan secara terbuka seperti fitur – fitur obrolan, forum, yang menghubungkannya dengan para pelaku kejahatan seksual, serta situs – situs yang menyediakan gambar maupun video pornografi anak secara online, salah satunya situs seperti alt.bin.pictures.child.pornography yang menjadi salah

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Penggunaan internet di Kawasan Eropa dalam bentuk prosentase (%)

Anak-anak Dewasa

(12)

57

situs untuk mengirimkan pornografi dan materi terkait pelecehan seksual terhadap anak, yang bisa disebut sebagai pornografi anak. Forum ini juga digunakan untuk mengirimkan informasi terkait tempat – tempat yang bisa digunakan untuk seks komersial dan wisata seks. Melalui iklan yang berkembang di internet, mempermudah pelaku kejahatan seksual untuk mempromosikan fiturnya dalam penjualan pornografi, menukar atau membeli seks anak. Sebagai tempat eksploitasi seksual, predator seksual diuntungkan dengan menggunakan platform ini untuk mencari korbannya.66

Teridentifikasi oleh laporan EUROPOL pada 2015 dan 2016, perkembangan teknologi terkait ‘web streaming’ juga turut menciptakan praktik untuk terjadinya pelanggaran seksual terhadap anak. Peningkatan penggunaan smartphone dan webcam oleh anak – anak menyebabkan produksi apa yang disebut sebagai ‘konten dan materi seksual yang dibuat sendiri’. Kegiatan ini biasanya cenderung dilakukan atas dasar suka sama suka antara teman sebaya, dan karena produksi konten seksual yang dihasilkan dapat menjadi masalah ketika diedarkan dan disebarluaskan tanpa persetujuan korban. Dampak dari kondisi ini diilustrasikan pada satu kasus di Swedia pada 2015, dimana remaja bunuh diri setelah konten seksual yang dihasilkan dirinya diedarkan tanpa persetujuannya.67

Platform – platform mengedarkan konten seksual anak yang ada di internet juga terus tumbuh dan menjadi situs pedagang dalam menghubungi serta merekrut korbannya. Beberapa kasus yang ditemukan terjadi di wilayah Eropa terkait kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak:

66 Beatriz Benavente & Diego A. Diaz-Faes, 2021, Commercal Sexual Exploitation of Children and Adolescents in Europe: A Systematic Review, Sage Journals, hlm 2-14

67 Ibid, hlm 16

(13)

58

1. Kasus di Inggris Raya pada tahun 2011: Polisi menangkap tiga pria dan seorang wanita yang memperdagangkan anak dan wanita dari Thailand. Motif yang mereka gunakan dalam membawa pelaku dengan berkedok situs agen pengawal. Dari penangkapan tersebut tiga puluh anak perempuan dipulihkan serta dibawa ke pusat dukungan korban. Kepada para pelanggar didakwa dengan pengendalian prostitusi untuk keuntungan, perdagangan manusia, serta pencucian uang.68

2. Kasus di Republik Ceko pada tahun 2010, menggunakan internet untuk mengiklankan gadis di bawah umur untuk prostitusi. Para pelaku dihukum dengan tuduhan perdagangan manusia.69

3. Kasus di Jerman pada tahun 2011, dimana seorang gadis Polandia yang berusia 16 tahun diangkut dan dibawa ke Jerman untuk dipergunakan dalam bisnis prostitusi. Salah satu pelaku mengambil foto dirinya dan dijadikan salah satu iklan di Internet dengan komentar “gadis untuk dijual”.70

4. Kasus Rumania pada tahun 2013 – 2015, seorang penyelundup menghubungi gadis sekolah yang berumur 14-17 tahun. Tempat tinggalnya dilengkapi dengan komputer, kamera, serta perekam video yang digunakan untuk memproduksi pornografi. Pelaku

68 Ibid., hlm 7

69 UNODC Case Law Database, Czech Republic No. CZE020 – Diakses dari http://www.unodc.org/cld/case-law-

doc/traffickingpersonscrimetype/cze/2011/48_t_32010.html?tmpl=old (09/07/2021 18.54)

70 UNODC Case Law Database, Poland, No. POL007, Diakses dari - http://www.unodc.org/cld/case-law-

doc/traffickingpersonscrimetype/pol/2007/ii_aka_32505_.html?tmpl=old (09/07/2021 19.00)

(14)

59

menggunakan gambar sebagai ancaman untuk disebarkan video – videonya kepada orang tua atau teman – teman sekitarnya apabila tidak menuruti perintah eksploitasnya.71

5. Kasus di Swedia pada 2016, dimana pelaku kejahatan menemui anak perempuan yang memiliki cacat mental di internet. Pelaku menggunakan kerentanan hidup si anak perempuan untuk memaksa dan mengontrol korban.72

6. Kasus di Swedia pada tahun 2010, para anak perempuan di Kamerun di paksa untuk menjadi wanita malam oleh para wanita dari Rwanda, Nigeria, dan Uganda. Para pelaku ini menempelkan iklan di nternet untuk Wanita Swedia. Mereka yang telah direkrut, dibekali telepon genggam dan harus menanggap pelanggan yang membeli pelayannyan.73

Dampak dari ‘konten materi seksual yang dibuat sendiri’ menimbulkan bebarapa dampak yang mengarahkan mereka ‘si korban’ untuk masuk kedalam ranah perdagangan manusia untuk tujuan eksploitasi seksual. Fenomena ‘sexting’

sebagai bentuk produksi seksual sendiri cenderung tidak dikategorikan sebagai kegiatan ilegal. Tetapi, hal ini mengarahkan pada kondisi ‘sextortion’ dimana pelaku kejahatan melakukan pemerasan terhadap informasi atau gambar seksual

71 UNODC Case Law Database, Romania, No. ROU003 Diakses dari https://sherloc.unodc.org/cld/case-law-

doc/traffickingpersonscrimetype/rou/2010/3809892007.html?lng=en&tmpl=sherloc (09/07/2021 18.38)

72 UNODC Case Law Database, Sweden, No. SWE021 Diakses dari http://www.unodc.org/cld/case-law-doc/traffickingpersonscrimetype/swe/2008/case_no_b_5886- 08.html?tmpl=old (09/07/2021 18.45)

73 UNODC Case Law Database, Sweden, 2010, No. SWE014 – Diakses dari https://sherloc.unodc.org/cld/case-law-doc/traffickingpersonscrimetype/swe/2011/case_no_b_87- 11.html?lng=en&tmpl=sherloc (09/07/2021 18.43)

(15)

60

yang digunakan untuk memeras korbannya untuk tujuan mengambil keuntungan dari si korban entah itu dalam bentuk uang atau keinginan yang lain.

2.2 Kasus Kejahatan Anak di Swedia

Setiap hari disuatu tempat yang ada di seluruh dunia, anak – anak menjadi individu yang rawan akan terjadinya korban pelanggaran serta pelecehan seksual.

Ketika pelanggaran menajdi sebuah tindak kejahatan yang dilakukan pada anak – anak, hal ini akan menghancurkan mimpi serta semangat alami seorang anak untuk hidup, kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak meninggalkan bekas luka yang akan dibawa anak – anak hinga dewasa sampai sepanjang hidup mereka.74 Swedia menjadi negara dengan tingkat kejahatan seksual yang cukup tinggi dikawasan Eropa.

Berdasarkan Konsep Human Security yang digunakan dalam penelitian ini mengimplementasikan bahwa terdapat kategori yang seharusnya melekat dalam diri manusia berdasarkan laporan UNDP 1994 terkait pembangunan manusia yang belum terimplementasi secara sempurna. Terkait kategori economic security Swedia menjadi negara yang makmur dalam tingkat perekonomian yang dapat diraih oleh masyaraktnya. Kategori Health Security dimana Swedia menjadi negara dengan fasilitas akses yang mudah didapat untuk publik. Akan tetapi dalam kategori yang lain seperti, kategori personal security yang mengindikasikan terwujudnya manusia untuk terlindungi atas berbagai ancaman yang secara langsung menyentuh individu manusia tersebut masih lemah. Hal ini

74 UNDP, 2020, Human Development Index (HDI) - Diakses dari http://hdr.undp.org/en/indicators/137506# (10/07/2021 10.31)

(16)

61

terlihat dari tingginya kasus kejahatan seksual yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, konsep Human Security yang dikemukakan oleh Allan Collins menjelaskan keamanan manusia sebagai bentuk masyarakat yang diberikan bantuan dari segala macam kecemasan yang mengganggu perkembangan masyarakat, hal ini diimplementasikan dalam perannya dari EUROPOL dalam memerangi kejahatan seksual terhadap anak yang ada di Swedia yang akan dijelaskan dalam Bab IV.

Swedia sebagai negara yang memiliki perekonomian yang kuat di Asia - Eropa, secara keseluruhan pemerintahnya berusaha untuk mempertahankan sistem kesejahteraan sosialnya tidak hanya untuk orang dewasa tapi prioritas mereka juga diperuntukkan untuk anak – anak. Meskipun dikategorikan sebagai negara dengan pembangunan yang tinggi perekonomian yang maju, tetapi tingkat eksploitasi seksual tetap tinggi dan menjadi masalah utama.

Tabel 2.3 Jumlah kasus kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak di Negara Swedia berdasarkan (bentuk kejahatan: kekerasan seksual,

pemerkosaan, dan pelecehan seksual)

No. Jumlah Kasus (Dewasa) Kasus (Anak)

2010 17.167 10.262 6.905

2011 17.077 9.854 7.223

2012 16.923 9.555 7.368

2013 17.891 9.768 8.123

2014 19.910 10.612 9.298

2015 18.237 7.870 10.367

(17)

62

2016 20.681 9.791 10.890

2017 21.874 10.039 11.835

2018 22.109 10.142 11.967

2019 23.782 11.416 12.366

*) Data diolah oleh penulis dari berbagai sumber

Grafik 2.4 Jumlah kasus Kejahatan Seksual yang terjadi terhadap anak di Negara Swedia pada tahun 2010 – 2019

*) Kategori usia anak <18 tahun *) Kategori usia dewasa

>18tahun

Berdasarkan data grafik yang telah ditampilkan diatas, terlihat peningkatan terhadap kasus kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak dalam bentuk kekerasan seksual, pemerkosaan, serta pelecehan seksual. Swedia sendiri memiliki angka kejahatan seksual yang cukup tinggi sebab dipengaruhi oleh beberapa hal seperti: kecanggihan teknologi internet serta mudahnya akses mobilitas ke negara Swedia. Menurut catatan otoritas polisi Swedia angka ini

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Kasus Kejahatan Seksual terhadap anak di Swedia tahun 2010- 2019

Dewasa Anak - anak

(18)

63

masih belum menunjukkan angka yang sebenanrnya, sebab kecenderungan melaporkan terkait pengalaman mendapatkan kejahatan seksual masih sukar dilakukan oleh masyarakat. Dukungan untuk melaporkan terkait kejahatan seksual yang dialami sifatnya masih lemah diantara masyarakat. Berdasarkan National Security Survey di Swedia dominasi remaja yang melaporkan bahwa mereka mengalami apa yang disebut sebagai kejahatan seksual sekitar 80% rentan usia ini berkisar diantara mereka yang usianya 14 hingga 20 tahun. Kelompok yang paling rentan menurut laporan otoritas polisi Swedia menyebutkan perempuan lajang tanpa anak, perempuan kelahiran Swedia dengan orang tua asing, dan remaja perempuan yang ada di kota besar di wilayah Swedia.75

Tabel 2.4 Jumlah Korban Kejahatan Seksual yang terjadi terhadap Anak di Negara Swedia (Berdasarkan bentuk kejahatan: perdagangan manusia (tujuan

eksploitasi), prostitusi dan pelacuran, pornografi online)

Tahun Jumlah Korban Dewasa Anak – anak

2010 314 221 93

2011 342 237 105

2012 346 249 97

2013 366 251 115

2014 389 271 118

2015 407 277 130

2016 464 317 147

75 BRA, 2018, Pemerkosaan dan Pelanggaran Seksual Diakses dari https://www.bra.se/statistik/statistik-utifran-brottstyper/valdtakt-och-sexualbrott.html (02/08/2021 13.34)

(19)

64

2017 438 288 150

2018 462 303 159

2019 463 298 165

*) Dikutip berdasarkan sumber Laporan Eurostaat

Grafik 2.5 Jumlah Korban Kejahatan Seksual yang terjadi terhadap Anak di Negara Swedia (Berdasarkan bentuk kejahatan: perdagangan manusia (tujuan

eksploitasi), prostitusi dan pelacuran, pornografi online)

Berdasarkan grafik diatas, ditemukan fakta terkait kasus kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak di Swedia dimana tahun 2010 - 2014, Dewan Kesehatan Nasional dan Kesejahteraan menjelaskan bahwa anak – anak di bawah umur yang melaporkan terkait keterlibatannya dalam ranah eksploitasi seksual bisa dikatakan mencapai prosentase 34%. Sebagian besar dari merupakan penduduk yang tinggal di Kota Swedia. Eksploitasi seksual yang dialami anak –

0 50 100 150 200 250 300 350

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Jumlah Korban Kejahatan Seksual terhadap Anak di Swedia

Dewasa Anak - anak

(20)

65

anak disini hadir dalam berbagai bentuk mulai dari perdagangan manusia, pelacuran/protitusi, bahkan sampai pada ranah pornografi. 76

Pada bagian kejahatan perdagangan manusia yang melibatkan anak misalnya di tahun 2010 – 2011 perdagangan yang melibatkan anak untuk tujuan eksploitasi seksual yang diperdagangkan ke Swedia kebanyakan adalah perempuan yang dibawa langsung dari negara – negara yang memiliki tingkat kemiskinan yang meluas, tingkat pengangguran yang tinggi, diskriminasi yang terjadi terhadap perempuan dan minoritas, serta negara dengan kurangnya jaminan kesejahteraan sosial.77 Kebanyakan anak – anak yang diperdagangkan ke Swedia merupakan anak perempuan yang berusia antara 15 dan 17 tahun. Korban perdagangan anak yang yang dipertujuankan untuk prostitusi di Swedia berasal dari Eropa Timur, Afrika, dan Asia.78 Negara – negara Eropa Timur seperti Rumania, Lithuania, Estonia, Slovakia, serta Polandia. Sementara untuk Afrika seperti Nigeria dan Asia dari Thailand ataupun China.79

Pada bentuk pelacuran atau prostitusi yang melibatkan anak di Swedia menghasilkan data laporan terkait pengiriman ‘sex tourism’ anak yang diterima di negara Swedia pada 2012 - 2017, sekitar 4000 hingga 5000 pembelian terkait layanan seksual anak di bawah umur dikirim setiap tahun ke luar negeri.80 Swedia

76 Quayle, Ethel, 2008, Pornografi Anak dan Eksploitasi Seksual Anak Online, ECPAT Internasional – Dokumen dari http://www.ecpat.net/WorldCongressIII/PDF/Publikasi / ICT_Psychosocial /Thematic_Paper_ICTPsy_ENG.pdf. (15/06/2020 12.15)

77 RPS Rapport, 2012, Trafficking in human beings for sexual and other purposes – Diakses dari https://www.justice.gov.il/Units/Trafficking/MainDocs/swedishnatiolpolice2012trafficking%20rep ort.pdf (11/10/2021 10.39)

78 Ibid.,

79 The Swedish National Council for Crime Prevention, 2019, Swedish Crime Survey, Stockholm, hlm 5-30

80 Mark Capaldi, 2017, Online Child Sexual Exploitation, ECPAT International Journal, Issue 12, hlm 4-9.

(21)

66

sendiri dianggap sebagai salah satu negara tujuan favorit dengan akses yang mudah dalam pengiriman/penerimaan ‘sex tourism’ anak. Pengiriman ‘sex tourism’ anak dikrim ke luar negeri ke negara – negara seperti Brazil, Kamboja, dan Thailand, atau dengan negara tetangganya seperti Estonia, Finlandia, Norwegia, dan Rusia.81

Selain itu pada tahun 2016, Dewan Administratif Bagian Stockholm menerbitkan laporan terkait fakta banyak anak hilang yang mengalami kerentanan kejahatan seksual. Pada tahun 2016 dihasilkan jumlah individu yang melakukan migrasi pencari suaka sebanyak 163.000 jiwa dengan 40.000 jiwa merupkan anak – anak. Anak – anak yang datang ke Swedia sebagian besar datang tanpa pendamping yang belum ditugaskan ke sebuah kotamadya, kondisi inilah yang beresiko untuk anak - anak mengalami kejahatan seksual. Sebab, anak tersebut belum mendapatkan naungan yang jelas dimana harus menetap dan tinggal, sehingga staf juga kesulitan untuk memperhatikan faktor ketika anak tersebut tiba – tiba hilang. Informasi yang masih terbatas terhadap anak – anak yang mengalami kerentanan dijalanan yang menyebabkan kesulitan dalam memetakan berapa banyak dari mereka yang mengalami kondisi diperdagangkan atau mengalami eksploitasi seksual.82

Kejahatan seksual pada bagian lain seperti pornografi anak misalnya,

‘pornografi’ sendiri didefinisikan sebagai memproduksi, memiliki, melihat atau

81 Ibid.,

82 David Shannon, 2008, Online Sexual Grooming in Sweden—Online and Offline Sex Offences against Children as Described in Swedish Police Data, Journal of Scandinavian Studies in Criminology and Crime Prevention, hlm 160-179.

(22)

67

mendistribusikan materi tindakan seksual. 83 Pornografi sendiri di Swedia dikategorikan sebagai kejahatan serius yang diatur dalam Swedish Criminaal Code Chapter 16 pasal 10a dimana ilegal untuk melihat, memproduksi dan menyebarkan pornografi anak, ketentuan ini mencakup menggambarkan anak dalam gambar pornografi adalah ilegal, serta untuk menyebarkan, mentransfer atau membuat gambar tersebut tersedia untuk orang lain, penggambaran anak – anak disini ilegal tidak hanya untuk gambar tapi juga berlaku untuk lukisan.

Ketentuan dari pasal ini menyebutkan definisi anak dimana ‘anak’ berarti seseorang yang perkembangan pubertasnya tidak lengkap atau yang berusia di bawah delapan belas tahun.84 Kasus kejahatan seksual yang berkaitan dengan pornografi anak tahun 2010 dilaporkan pada kepolisian Swedia sekitar 6903 kasus, dengan 2587 di antaranya berasal dari internet dan hanya sekitar 1023 yang bisa diadili. Sementara itu menurut databese interpol (ICSE) ditemukan kasus terkait korban kejahatan seksual pada bagian eksploitasi seksual online seperti ‘sex webcam’ yang terjadi pada anak pada tahun 2011 – 2012 tercatat sebanyak 145 anak. Pada tahun 2012 – 2013 teridintefikasi korban 152 anak, mengalami peningkatan sebesar 4,8%. Pada tahun 2013 – 2014 angka ini mengalami kenaikan sebesar 19,7% dengan teridentifikasi korban sebanyak 182.

Pada tahun 2014-2015 teridentifikasi korban sebanyak 238 anak, peningkatan hingga mencapai 30,7%.

Pelanggaran terkait kejahatan seksual berbentuk pornografi terhadap anak digambarkan dan dijadikan film yang mana kemudian menjadi bahan konsumsi di

83 Council of Europe, 2018, Report concerning the implementation of the Council of Europe Convention on Action gainst Trafficking in Human Beings by Sweden, France, hlm 7

84 Joama Sanchez Sundqvist, 2020, THE PROBLEM OF CHILD PORNOGRAPHY, hlm 21

(23)

68

internet. Pelanggaran bisa terjadi di mana saja, di panti asuhan, tempat penitipan anak, dan tempat – tempat kegiatan yang melibatkan anak – anak. Para pelaku pelanggar seks memanfaatkan waktu ketika anak – anak dalam keadaan sendirian.85 Hal ini hampir sama dengan yang dimaksud sebagai pedofil, ia hadir dan secara tersembunyi berada di balik layar internet. Para pelaku pedofil secara sistematis memanfaatkan serta menyusun rencananya, para pelanggar kejahatan seksual terhadap anak bahkan seringkali tercatat sebagai pelanggar dikawasan tempat tinggal mereka. Internet lagi – lagi menjadi instrumen yang memainkan peran penting dalam memfasilitasi adanya pelayanan seks terhadap anak dan penyebaran materi pelecehan seksual.86

Tingginya tingkat kejahatan seksual yang terjadi terhadap anak di Swedia disebabkan dengan adanya teknologi internet yang semakin canggih sebagai media komunikasi yang turut memfasilitasi pelacuran untuk anak laki-laki ataupun anak perempuan. Hasil penelitian yang telah digambarkan menunjukkan bahwa rata-rata usia pemuda yang melaporkan telah menjual layanan seks di usia sekitar 14 tahun. Tujuan dari apa yang dilakukan didasarkan atas motif ekonomi, seperti barter dengan uang atau yang sejenis lainnya. Dalam hal kasus kejahatan seksual terhadap anak terkait perdagangan anak, Swedia dianggap sebagai tujuan negara terkait perdagangan anak sebab Swedia dikenal sebagai negara termudah dalam akses berdagang dan berbisnis.87

85 Ibid, hlm 167

86 Ibid,.

87 ECPAT International, 2018, TOWARDS A GLOBAL INDICATOR ON UNIDENTIFIED VICTIMS IN CHILD SEXUAL EXPLOITATION MATERIAL Diakses dari https://www.interpol.int/content/download/9365/file/Technical%20report%20-

(24)

69

Kejahatan seksual terhadap anak yang ada di Swedia memiliki beragam bentuk, mulai dari pelacuran, kekerasan pemerkosaan, sampai hadirnya pornografi terhadap anak – anak. Semakin canggihnya zaman menjadikan perluasan tersendiri terkait teknologi online, internet telah terbukti menjadi cara paling mudah yang bisa digunakan oleh pelaku utnuk mengakses pornografi anak.

Kehadiran internet di negara Swedia juga turut menjadi salah satu faktor pendukung dalam terjadinya tindak kejahatan seksual terhadap anak. Menurut data dari Eurostat, Swedia dalam rentang waktu dari 2011-2019 memiliki prosentase yang tinggi dalam penggunaan internet dimana sekitar 91%

masyarakatnya menggunakan internet. Swedia sendiri termasuk dalam 10 negara tertinggi yang masyarakatnya menggunakan akses internet. Negara – negara tersebut yakni Islandia, Denmark, Norwegia, Luksemburg, Belanda, Swedia, Finlandia, Inggris, Jerman, serta Esthonia.88

%20Towards%20a%20Global%20Indicator%20on%20Unidentified%20Victims%2 (10/07/2021 13.44)

88 Eurostat, 2021, Individuals – frequency of internet use – Diakses dari https://ec.europa.eu/eurostat/databrowser/view/isoc_ci_ifp_fu/default/table?lang=en (04/09/2021 18.14)

Referensi

Dokumen terkait

Identitas politik yang melekat pada Masjid Pathok Negoro Plosokuning yang membentuk identitas komunitasnya, tidak saja mencerminkan ikatan sosial yang lahir dari sistem

Abstrak ² Sepeda motor merupakan salah satu alat transportasi yang diminati oleh masyarakat di Indonesia. Populasi sepeda motor paling banyak berada di wilayah Jawa

Kompetensi kepribadian guru memang harus selalu dan senantiasa ditingkatkan (improve) secara terus menerus melalui bimbingan atau pembinaan secara berkala dari dinas

Pada skripsi ini akan dipaparkan simulasi sistem keamanan palang pintu kereta api menggunakan LabVIEW beserta analisis pengaruh jarak sensor infra merah, untuk

Untuk program software /non fisik, yang termasuk dalam entitas kawasan antara

Dengan kata lain, sebagian besar produk (domestik) yang dihasilkan di wilayah Kota Bandung maupun produk (impor) yang didatangkan dari luar wilayah atau luar negeri akan digunakan

Peningkatan Kualitas Telur Itik Pitalah dengan Pemberian Pakan Tepung Daun Lamtoro ( Leucaena leucochepala ) yang Difermentasi dengan Bacillus laterosporus dan..

I Nyoman Puriska (2009: dalam http://www.undiksha.ac.id) menyatakan, jika dianalisis, semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berasal dari bahasa Sansekerta itu terdiri dari