• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL BEA CUKAI DALAM PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN ROKOK VIA TOL LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL BEA CUKAI DALAM PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN ROKOK VIA TOL LAUT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL BEA CUKAI DALAM PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN

ROKOK VIA TOL LAUT

(Jurnal)

Oleh

Rico Nandra Pratama

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL BEA CUKAI DALAM PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN

ROKOK VIA TOL LAUT

Oleh

Rico Nandra Pratama, Gunawan Jatmiko, Damanhuri WN Email: riconandra27@gmail.com.

Tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut merupakan salah satu jenis tindak pidana di bidang kepabeanan yang merugikan pemerintah dari segi pendapatan negara maupun sangat meresahkan masyarakat dari segi stabilitas ekonomi. Sehubungan dengan adanya tindak pidana penyelundupan maka Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai melaksanakan peranan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut (2) Apakah faktor-faktor yang mengambat peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Narasumber penelitian adalah Petugas Pemeriksa pada Subseksi Penyidikan dan Administrasi Barang Hasil Penindakan Kantor Bea dan Cukai Bandar Lampung dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan: (1) Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut termasuk dalam peranan normatif dan faktual. Peran normatif dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P- 53 /BC/2010 tentang Tatalaksana Pengawasan Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Peranan faktual pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut dilaksanakan oleh Unit Penindakan dan Penyidikan dengan menempuh tindakan berupa penyergapan dan penangkapan terhadap pelaku yang menyelundupkan rokok dengan cara mengirimkan rokok ilegal melalui jasa ekspedisi antar pulau melalui tol laut Tanjung Priok–Panjang. (2) Faktor-faktor yang menghambat Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut adalah: a) Faktor aparat penegak hukum, yaitu adanya secara kuantitas masih kurangnya jumlah PPNS Bea Cukai b) Faktor sarana dan prasarana, yaitu masih terbatasnya sarana penyidikan dan gudang penyimpanan barang selundupan. c) Faktor masyarakat, yaitu masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut d) Faktor budaya, yaitu masih adanya terjadinya pergeseran budaya masyarakat Indonesia yang menyukai barang-barang dari luar negeri dan masyarakat telah menjadi masyarakat konsumtif.

(3)

ABSTRACT

THE ROLE OF CIVIL SERVANT CIVIL ENGINEERS IN PREVENTION OF CIGARETTE SMUGGLING CRIMIE

TROUGH SEA TOLL

The criminal act of smuggling of cigarettes trough sea tollis one type of criminal offense in the field of customs that harms the government in terms of state revenues and very disturbing the community in terms of economic stability. In connection with the existence of smuggling crime, Customs Civil Service Investigator performs role according to its main duty and function. The problems in this research are: (1) What is the role of Customs Civil Servant Investigator in preventing smuggling of cigarette smuggling via sea toll (2) What are the factors that hamper the role of Civil Servant Investigator in preventing smuggling of tobacco smuggling via sea toll. The problem approach used is the normative juridical approach and the empirical juridical approach. The source of the research is the Examining Officer on the Investigation Subsection and the Administration of Goods Result of the Enforcement of the Customs and Excise Office of Bandar Lampung and the Lecturer of the Criminal Law Division of Faculty of Law Unila. Data collection was done by literature study and field study, then the data were analyzed qualitatively. The results of research and discussion show: (1) The role of Civil Service Customs Investigator in preventing smuggling of cigarette smuggling via sea toll is included in the role of normative and factual. The normative role is implemented pursuant to Law Number 17 Year 2006 regarding Customs and Regulation of the Director General of Customs and Excise No. P-53 / BC / 2010 concerning Procedure of Supervision of the Director General of Customs and Excise. The factual role of the prevention of smuggling of tobacco smuggling through toll booths is carried out by the Unit of Investigation and Investigation by taking action in the form of ambush and arrest of perpetrators who smuggle cigarettes by sending illegal cigarettes through inter-island expedition services through the Tanjung Priok-Panjang sea toll. (2) Factors that hamper the role of Customs Investigator in the prevention of smuggling of cigarette smuggling through sea toll are: a) Law enforcement factor factor, that is the existence of quantity is still lack of number of Customs Investigator b) Facilities and infrastructure factors, namely the limited means of investigation and storage of smuggled goods. c) Community factors, namely the lack of public participation in the prevention of criminal smuggling of cigarettes via sea toll d) Cultural factors, namely the existence of cultural shifts of Indonesian society who likes goods from abroad and society has become a consumer society.

(4)

I. PENDAHULUAN

Penyelundupan merupakan jenis tindak pidana dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan cara memasukkan (impor) atau mengeluarkan (ekspor) barang dengan tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, melanggar hukum dan merugikan negara.

Tindak pidana penyelundupan sebagai tindak pidana yang sering kali terjadi di wilayah kepabeanan. Beredarnya produk-produk luar negeri di pasaran domestik yang merupakan produk yang terkena ketentuan larangan dan pembatasan, seperti pakaian bekas, elektronik bekas, rokok produk luar negeri yang tidak dilekati pita cukai Indonesia, minuman keras (minuman yang mengandung etil alkohol) dan produk-produk lainnya.1

Tindak pidana penyelundupan disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya faktor geografis, pasar produksi dan masyarakat. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau, letak Indonesia dipersimpangan jalan dua benua dengan garis pantai yang luas dengan negara-negara yang sudah maju di bidang Industri, memberikan kesempatan atau peluang, bahkan merangsang para pengusaha di luar negeri untuk melakukan perbuatan melawan hukum dengan cara memasukkan barang-barang secara ilegal ke wilayah hukum Republik Indonesia.

1Mochammad Anwar. Segi-Segi Hukum Masalah

Penyelundupan. Penerbit Alumni, Bandung, 2001. hlm. 3

Indonesia dengan jumlah penduduk yang padat, membuat negara-negara di sekitar Indonesia yang maju dalam bidang industri tersebut mendapat kesempatan atau peluang untuk memasarkan hasil industrinya tersebut ke Indonesia dengan melakukan berbagai cara pemasarannya termasuk dengan perbuatan melawan hukum, seperti dengan cara mengekspor barang dari negaranya dengan memberikan data yang tidak benar pada saat membuat dokumen untuk barang-barang yang masuk ke Indonesia atau bahkan melalui penyelundupan murni.

Terjadinya tindak pidana penyelundupan berkaitan dengan faktor kecenderungan masyarakat yang lebih memilih produk luar negeri tersebut menimbulkan kesempatan atau peluang yang merangsang atau kehendak dari para importir di Indonesia maupun eksportir di luar negeri untuk melakukan

perbuatan melawan hukum

menyelundupan barang ke Indonesia. Masyarakat Indonesia yang masih international minded atau lebih memilih produk-produk luar negeri menjadi salah satu pemicu terjadinya tindak pidana penyelundupan.

(5)

Sanksi pidana kepabeanan dapat dikenakan terhadap barang impor yang dibawa oleh sarana pengangkut, apabila pengangkutan barang tersebut tidak dilindungi oleh dokumen manifes (daftar rincian muatan/barang), membongkar barang impor di luar kawasan pabean atau tempat lain tanpa izin kepala kantor pabean, menyembunyikan barang impor secara melawan hukum (termasuk menyembunyikan di dalam sarana pengangkut).

Tindak pidana penyelundupan merupakan salah satu jenis tindak pidana di bidang kepabeanan. Sumber hukum tindak pidana kepabeanan adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Undang-Undang Kepabeanan mulai berlaku 1 April 1996, dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan.

Tindak pidana penyelundupan ini tentu saja sangat merugikan pemerintah dari segi pendapatan negara maupun sangat meresahkan masyarakat dari segi stabilitas ekonomi pada saat sekarang. Mengingat tindak pidana penyelundupan tersebut adakalanya dapat diketahui oleh aparat, akan tetapi pelakunya tidak tertangkap, maka kenyataan ini juga semakin menggelisahkan masyarakat. Perbuatan penyelundupan ini menimbulkan pengaruh yang sangat negatif terhadap beberapa segi dalam kelangsungan hidup bangsa dan negara, baik secara langsung yang mengakibatkan kerugian dalam penerimaan negara dari bea masuk serta pungutan-pungutan lain yang seharusnya diterima oleh pemerintah melalui Dirjen Bea dan Cukai, maupun kerugian yang

tidak langsung yaitu mengakibatkan kemacetan atau hambatan produksi dalam negeri sehingga merugikan pihak pemerintah yang memproduksinya.2

Uraian di atas menunjukkan bahwa fenomena kejahatan di wilayah kepabeanan khususnya penyelundupan barang impor merupakan kejahatan yang harus ditanggulangi dengan serius, khususnya oleh instansi terkait yang dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan membentuk bagian atau unit khusus untuk menangani kasus kejahatan kepabeanan yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas penegakan hukum berkaitan tindak pidana kepabeanan.

Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Bandar Lampung yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan salah satu kantor pelayanan yang berperan penting dalam pemberantasan dan/ atau mencegah terjadinya penyelundupan barang-barang impor yang masuk ke Indonesia melalui perairan Pantai Timur Sumatera, Bea Cukai Bandar Lampung selalu sigap dalam menghalau para penyelundup yang beroperasi di wilayah kerjanya.

Data awal yang melatar belakangi penelitian ini adalah tindak pidana penyelundupan yang berhasil diungkap oleh Kantor Bea Cukai Bandar Lampung adalah penindakan terhadap penyelundupan rokok sebagai barang kena cukai ilegal dalam rangka operasi

2M. Ali Purwito, Kepabenanan dan Cukai Lalu

(6)

gelar Operasi Patuh Ampadan I Tahun 2017 selama periode November 2016 s.d. Juni 2017. Modus penyelundupan rokok adalah dengan cara pengiriman rokok ilegal dalam jumlah kecil menggunakan jasa ekspedisi antar pulau melalui tol laut Tanjung Priok–Panjang, dengan diberitahukan sebagai barang campuran yang disembunyikan di dalam tumpukan karton-karton barang kelontongan, sehingga mempersulit proses pemeriksaan oleh petugas. Penindakan yang dilakukan oleh petugas Bea Cukai Lampung ini merupakan bagian dari komitmen Direktorat jenderal Bea dan Cukai untuk menjadi institusi kepabeanan yang kredibel dan menjadi katalisator kegiatan ekonomi Indonesia yang bersih dan sehat. Saat ini kasus tersebut masih dalam proses pengembangan penyelidikan dan atas barang-barang yang diamankan telah ditetapkan sebagai Barang Milik Negara (BMN), serta menunggu proses penyelesaian lebih lanjut.3

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut? b. Apakah faktor-faktor yang

mengambat peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut?

3

http://www.beacukai.go.id/berita/bea-cukai- lampung-gagalkan-modus-penyelundupan-

rokok-via-tol-laut-tg-priok-bandar-lampung.html. Diakses, Rabu 1 November 2017

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

II. PEMBAHASAN

A. Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam Pencegahan Tindak Pidana Penyelundupan Rokok Via Tol Laut

Peranan merupakan aspek dinamis yang berupa tindakan atau perilaku yang dilaksanakan seseorang yang menempati atau memangku posisi dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai kedudukannya. Peranan terdiri atas :

1) Peran normatif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma atau hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat 2) Peran ideal adalah peran yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya dilakukan sesuai dengan kedudukannya di dalam suatu sistem. 3) Peran faktual adalah peran yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit di lapangan atau kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.4

Berdasarkan teori di atas maka peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana

4 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar.

(7)

penyelundupan rokok via tol laut dapat dikategorikan ke dalam peranan normatif dan peranan faktual. Peran normatif merupakan peran yang dilaksanakan oleh penyidik berdasarkan peraturan perundang-undangan, khususnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabenan. Peranan faktual merupakan peranan yang dilaksanakan penyidik berdasarkan fakta adanya tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam Pencegahan Tindak Pidana Penyelundupan Rokok Via Tol Laut Secara Normatif

Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut secara normatif dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan atau seperangkat norma hukum yang mengatur pelaksanaan tersebut. Adapun secara normatif beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai tersebut di antaranya adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabenan.

Penyelundupan menurut ketentuan Pasal 102 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan adalah setiap orang yang:

a) mengangkut barang impor yang tidak tercantum dalam manifes sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7A Ayat (2);

b) membongkar barang impor di luar kawasan pabean atau tempat

lain tanpa izin kepala kantor pabean;

c) membongkar barang impor yang tidak tercantum dalam

pemberitahuan pabean

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7A Ayat (3);

d) membongkar atau menimbun barang impor yang masih dalam pengawasan pabean di tempat selain tempat tujuan yang ditentukan dan/atau diizinkan; e) menyembunyikan barang impor

secara melawan hukum;

f) mengeluarkan barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya dari kawasan pabean atau dari tempat penimbunan berikat atau dari tempat lain di bawah pengawasan pabean tanpa persetujuan pejabat bea dan cukai yang mengakibatkan tidak terpenuhinya pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini; g) mengangkut barang impor dari tempat penimbunan sementara atau tempat penimbunan berikat yang tidak sampai ke kantor pabean tujuan dan tidak dapat membuktikan bahwa hal tersebut di luar kemampuannya; atau h) dengan sengaja memberitahukan

jenis dan/atau jumlah barang impor dalam pemberitahuan pabean secara salah,

(8)

luar daerah pabean ke dalam daerah pabean dan pada Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Kepabeanan dipertegas lagi, bahwa barang yang masuk ke dalam daerah pabean diperlakukan sebagai barang impor dan terutang bea masuknya.

Perbuatan yang termasuk dalam kategori tanpa mengindahkan ketentuan Undang-Undang Kepabeanan, dalam penjelasan pada Pasal 102 Undang-Undang Kepabeanan, disebutkan bahwa tanpa mengindahkan ketentuan atau prosedur undang-undang ini, yaitu tidak mengindahkan undang-undang ini sama sekali. Apabila telah memenuhi sebagian dari ketentuan, tidak seluruhnya, yaitu sebagian saja dari undang-undang ini, maka tidak dapat dipersalahkan telah melakukan tindak pidana penyelundupan yang diatur Pasal 102 Undang-Undang Kepabeanan.

B. Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam Pencegahan Tindak Pidana Penyelundupan Rokok Via Tol Laut Secara Faktual

Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut secara faktual dilaksanakan berdasarkan fakta atau kenyataan yang terjadi secra nyata. Peran faktual ini dilaksanakan oleh Kantor Bea dan Cukai dalam

pencegahan tindak pidana

penyelundupan rokok via tol laut memiliki seksi khusus yaitu Seksi Penindakan dan Penyidikan yang melaksanakan tugas dan berkenan dengan kegiatan intelijen, penindakan, penanganan perkara, intelijen dan penindakan dan pengelolaan sarana

operasi, sehingga seluruh sarana dan prasarana penunjang kinerja Bea Cukai dalam menanggulangi atau memberantas penyelundupan tersebut berada atau dikendalikan di bawah Unit Penindakan dan Penyidikan.

Unit Penindakan dan Penyidikan dalam melaksanakan peran faktual pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut, menempuh tindakan berupa penyergapan dan penangkapan terhadap pelaku yang menyelundupkan rokok dengan cara mengirimkan rokok ilegal melalui jasa ekspedisi antar pulau melalui tol laut Tanjung Priok–Panjang.

Menurut Dhika Pratama5 upaya

mencegah tindak pidana penyelundupan maka untuk keluar masuknya barang melalui suatu pelabuhan harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang sah melalui kerjasama antara Bea dan Cukai dengan instansi lain pengelola pelabuhan yang mengelolanya, memelihara, menjaga keamanan dan kelancaran arus lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean,

dengan maksud mencegah

penyelundupan yang merugikan negara.

Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut dalam penelitian ini dilaksanakan melalui proses penyelidikan dan penyidikan terhadap penyelundupan rokok via tol laut. Pada Bea dan Cukai Pelabuhan Panjang terdapat Penyidik

5Hasil wawancara dengan Dhika Pratama, selaku

(9)

Pengawai Negeri Sipil (PPNS) Bea dan Cukai yang melakukan penyidikan terhadap tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut. Mekanisme tata kerja dan koordinasi bagi para penyidik PPNS Bea dan Cukai sesuai dengan Undang-Undang Kepabeanan dapat langsung ke Jaksa Penuntut Umum. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme dan tata kerja penyidikan antara Penyidik Polri dan PPNS Bea dan Cukai tidak menganut system satu pintu karena tidak harus melalui kerja sama dan koordinasi dengan pejabat penyidik Polri, namun dapat langsung melimpahkan berkas perkara penyidikannya ke penuntut umum.

Menurut Dhika Pratama6 peranan PPNS Bea dan Cuka dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut didasarkan pada semakin pesatnya perkembangan industri dan perdagangan menimbulkan tuntutan masyarakat agar pemerintah dapat memberikan kepastian hukum dalam dunia usaha. Pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang berfungsi sebagai fasilitasi perdagangan harus dapat membuat suatu hukum kepabeanan yang dapat mengantisipasi perkembangan dalam masyarakat dalam rangka memberikan pelayanan dan pengawasan yang lebih cepat, lebih baik, dan lebih murah.

Pengawasan pengangkutan barang tertentu dalam daerah pabean merupakan perpanjangan kewenangan atau bagian yang tidak terpisahkan dari kewenangan

6Hasil wawancara dengan Dhika Pratama, selaku

Petugas Pemeriksa pada Subseksi Penyidikan dan Administrasi Barang Hasil Penindakan Kantor Bea dan Cukai Bandar Lampung, Jumat 20 April 2018.

pabean sebagai salah satu instansi pengawas perbatasan. Sehubungan dengan hal tersebut masyarakat memandang perlu untuk memberikan kewenangan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk mengawasi pengangkutan barang.

Tindakan penyidikan sampai pada putusan penerapan sanksi pidana merupakan rangkaian hasil kegiatan pengawasan pabean. Tujuan pengawasan pabean adalah memastikan semua pergerakan barang, kapal, pesawat terbang, kendaraan dan orang-orang yang melintas perbatasan negara berjalan dalam kerangka hukum, peraturan dan prosedur pabean yang ditetapkan. Untuk menjaga dan memastikan agar semua barang, kapal dan orang yang keluar/masuk dari dan ke suatu Negara mematuhi semua ketentuan kepabeanan. Setiap administrasi pabean harus melakukan kegiatan pengawasan. Pengawasan pabean adalah salah satu model untuk mencegah dan mendeteksi pelanggaran kepabeanan. Pengawasan Bea Cukai yang mampu mendukung pendeteksian dan pencegahan penyelundupan paling tidak harus mencakup kegiatan: penelitian dokumen, pemeriksaan fisik, dan audit pasca impor. Di samping tiga kegiatan itu menurut hemat penulis patroli juga merupakan pengawasan Bea dan Cukai untuk mencegah penyelundupan.

Menurut Dhika Pratama7 penyidikan oleh PPNS Bea dan Cukai merupakan

7 Hasil wawancara dengan Dhika Pratama,

(10)

serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang Hukum Acara Pidana, untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Tugas penyidik mencari bukti dan menemukan tersangkanya dan langkah selanjutnya adalah menyampaikan atau menyerahkan hasil penyidikannya kepada Jaksa selaku Penuntut Umum. Jaksa selaku Penuntut Umum yang mewakili publik, meneruskan suatu tindak pidana dalam hal ini tindak pidana di dalam bidang cukai, kepada Pengadilan Negeri. Sedangkan Hakim selaku pelaksana kewenangan Pengadilan Negeri yang melalui Majelis Hakim yang memutuskan perkara tindak pidana di bidang Cukai. Jadi jelaslah keputusan akhir suatu tindak pidana di bidang cukai berada ditangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri

Proses penyidikan yang sedang berjalan, dapat dihentikan oleh penyidik yang bersangkutan, dikarenakan tidak cukup bukti, bukan merupakan tindak pidana yang dituduhkan dan demi hukum. Penghentian penyidikan adalah kewenangan Jaksa Agung atas permintaan Menteri Keuangan, untuk kepentingan penerimaan negara. Penghentian penyidikan ini hanya dilakukan setelah yang bersangkutan melunasi cukai yang tidak dan/atau kurang dibayar ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali nilai cukai yang tidak dan/atau kurang dibayar.

Praktik di lapangan secara teknis peranan penyidik PPNS diatur oleh Peraturan Direktur Jenderal Bea dan

Cukai Nomor P- 53 /BC/2010 tentang Tatalaksana Pengawasan Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Menurut Pasal 1 huruf (e) Unit Penyidikan adalah unit pengawasan di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang melaksanakan tugas dan mempunyai fungsi penanganan perkara berupa penelitian/penyelidikan, penyidikan, penanganan barang hasil penindakan dan barang bukti, penerbitan rekomendasi untuk pengenaan sanksi administrasi, dan kegiatan lainnya berkaitan dengan penanganan perkara kepabeanan dan cukai.

Penegakan hukum yang diterapkan terhadap penyelundupan barang impor oleh Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Bandar Lampung dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P- 53 /BC/2010 tentang Tatalaksana Pengawasan Direktur Jenderal Bea dan Cukai adalah:

1. Pemusnahan

Pasal 99 Ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P- 53 /BC/2010 menyatakan bahwa terhadap barang hasil penindakan dilaksanakan pemusnahan, dalam hal:

(11)

yang tinggi dan telah diperoleh izin dari ketua pengadilan; c. atas barang milik negara yang

telah mendapat penetapan peruntukan untuk dimusnahkan dari Menteri Keuangan.

2. Pelelangan

Pasal 100 Ayat (1) Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P- 53 /BC/2010 menyatakan bahwa pelelangan terhadap barang hasil penindakan dapat dilakukan, dalam hal:

a. Pada tahap penyidikan, atas barang yang mudah rusak, berbahaya dan/atau memerlukan biaya penyimpanan yang tinggi dengan izin ketua pengadilan dan sedapat mungkin dengan persetujuan pemilik barang; atau b. atas barang milik negara yang

telah mendapat penetapan peruntukan untuk dilelang dari Menteri Keuangan.

3. Hibah

Berdasarkan Petunjuk Pengisian Lembar Monitoring Barang dalam Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P- 53 /BC/2010 disebutkan bahwa terhadap barang hasil penindakan dapat dilakukan penghibahan dalam hal barang tersebut dinilai memiliki kegunaan/manfaat bagi institusi atau masyarakat yang membutuhkan.

Kebijakan dalam hal barang yang diangkut merupakan barang larangan dan atau pembatasan tetapi diberitahukan di dalam manifes sarana pengangkut, akan menjadi suatu "dilema" bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai untuk memproses tindak

pidana yang akan disangkakan. Paling mudah bagi Penyidik yaitu dengan menyerahkan pelaku dan barang bukti berupa barang yang dibawanya dan sarana pengangkut kepada pihak Kepolisian atau instansi terkait yang mengatur regulasi terhadap jenis barang impor selundupan tersebut.

Pemberlakuan Undang-Undang Kepabeanan memberikan konsekuensi logis bagi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berupa kewenangan yang semakin besar sebagai institusi Pemerintah untuk dapat memainkan perannya sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi yang diemban, di mana kewenangan yang semakin besar ini pada dasarnya adalah keinginan dari para pengguna jasa. Bea dan cukai mempunyai wewenang dalam memeriksa barang dalam perdagangan nasional dan internasional. Pemeriksaan barang meliputi kelengkapan surat dokumen tentang asal usul barang, pemilik asal barang dan tujuan pemilik baru atas barang. Bea dan cukai sebagai pengawas lalu lintas barang sangat erat kaitannya dengan pelaksana dalam memberantas penyelundupan baik barang yang berasal dari luar maupun dalam negeri. Bea dan cukai mempunyai wewenang untuk menangkap pelaku penyelundupan, menyita barang selundupan sebagai barang bukti untuk ditindaklanjuti sebagai tindak pidana.

(12)

Pengadilan Negeri, terlebih dahulu harus ada penyerahan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari pihak penyidik.

Selanjutnya apabila BAP dari penyidik telah lengkap menurut Jaksa Penuntut Umum, barulah Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan, di mana surat dakwaan tersebut haruslah berjalan selaras dengan BAP tersebut. Apabila BAP tersebut menurut penyidik telah lengkap yang disertai dengan alat-alat bukti dan keterangan para saksi yang dianggap telah sah menurut hukum, serta BAP tersebut telah berjalan sesuai dengan dakwaan yang dibuat oleh Penuntut Umum.

Kegunaan Penyidikan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut bagi Pengadilan dalam Proses Persidangan adalah sebagai bahan pertimbangan atau alat bukti yang dapat membantu Hakim dalam menjatuhkan pidana. Menurut Pasal 183 KUHAP, hakim dalam menjatuhkan pidana kepada terdakwa, harus dibuktikan dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya. Pasal 184 menyebutkan bahwa alat bukti sah yang dimaksud adalah: (a). Keterangan Saksi; (b). Keterangan Ahli; (c). Surat; (d). Petunjuk; (e). Keterangan Terdakwa atau hal yang secara umum sudah diketahui sehingga tidak perlu dibuktikan.

Semua berkas penyidikan yang dilakukan Penyidik ini kemudian dilimpahkan kepada pihak kejaksaan untuk proses hukum lebih lanjut kepada pelaku tindak pidana. BAP dalam hal ini dapat berguna sebagai salah satu alat

bukti dan acuan bagi institusi penegak hukum yang akan memproses tindak pidana selanjutnya setelah penanganan kasus di pihak kepolisian selesai, yaitu pihak kejaksaan dan pengadilan untuk diproses hukum lebih lanjut.

Peranan faktual pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut dilaksanakan oleh Unit Penindakan dan Penyidikan dengan menempuh tindakan berupa penyergapan dan penangkapan terhadap pelaku yang menyelundupkan rokok dengan cara mengirimkan rokok ilegal melalui jasa ekspedisi antar pulau melalui tol laut Tanjung Priok–Panjang.

C. Faktor-Faktor yang Mengambat Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam Pencegahan Tindak Pidana Penyelundupan Rokok Via Tol Laut

Faktor- faktor yang menghambat penegakan hukum dengan teori yang dikemukakan Soerjono Soekanto terdiri atas faktor substansi hukum faktor penegak hukum, faktor sarana dan prasarana, faktor masyarakat, dan faktor budaya. 8

Dalam penelitian ini faktor substansi hukum tidak termasuk sebagai faktor penghambat karena peraturan perundang-undangan telah mendukung peranan penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut, khususnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995

8Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor Yang

(13)

tentang Kepabeanan dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P- 53 /BC/2010 tentang Tatalaksana Pengawasan Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Uraian mengenai faktor-faktor yang menghambat Bea dan Cukai Pelabuhan Panjang dalam upaya pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut adalah sebagai berikut:

1. Faktor Aparat Penegak Hukum

Menurut Dhika Pratama9 faktor aparat

penegak hukum yang menghambat peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut adalah secara kuantitas masih terbatasnya personil PPNS Bea Cukai yang khusus melakukan penyidikan

terhadap penanggulangan

penyelundupan, sehingga perlu ditambah agar penyidik tidak dihadapkan pada beban pekerjaan yang menumpuk. Jumlah penyidik PPNS Bea Cukai yang khusus melakukan penyidikan terhadap penanggulangan penyelundupan pada saat ini adalah 4 orang, sedangkan pelaku merupakan sindikat penyelundup yang jumlahnya terus meningkat

Menurut Erna Dewi10 faktor aparat penegak hukum secara kualitas yang menghambat peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam

9Hasil wawancara dengan Dhika Pratama, selaku

Petugas Pemeriksa pada Subseksi Penyidikan dan Administrasi Barang Hasil Penindakan Kantor Bea dan Cukai Bandar Lampung, Jumat 20 April 2018.

10Hasil Wawancara dengan Erna Dewi, Dosen

Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Senin 2 Juli 2018.

pencegahan tindak pidana

penyelundupan rokok via tol laut adalah masih terbatasnya profesionalime kerja petugas di bidang penyidikan, sehingga perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis penyidikan.

Menurut penulis kualitas dan kuantitas penyidik dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut merupakan faktor yang sangat penting dan signifikan. Kuantitias diitinjau dari jumlah PPNS yang memadai sehingga dapat menangani perkara yang ada, sedangkan secara kualitas pengetahuan dan keterampilan teknis penyidikan bidang kepabeanan perlu ditingkatkan sehingga pelaksanaan penyidikan menjadi lebih baik.

2. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak mungkin menjalankan peranan semestinya.

Menurut Dhika Pratama11 faktor sarana dan prasarana yang menghambat peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut adalah keterbatasan sarana prasarana

11Hasil wawancara dengan Dhika Pratama,

(14)

penyidikan, sehingga penyidikan terkadang mengalami hambatan. Selain itu kurangnya alat penyadapan yang dibutuhkan penyidik ada saat melaksanan tugasnya dapat menghambat tugas penyidik. Selain itu masih terbatasnya gudang khusus pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Bandar Lampung untuk menyimpan barang bukti yang disita dari tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut.

Menurut Erna Dewi12 ketersedian sarana dan prasarana sangat mendukung keberhasilan peran PPNS Bea dan Cukai dalam mencegah penyelundupan rokok via tol laut, baik itu berupa kendaraan patroli maupun sarana komunikasi yang memudahkan para PPNS untuk berkomunikasi dan bertukar informasi pada saat melaksanakan penyidikan.

Ditjen Bea dan Cukai juga akan meningkatkan audit terhadap perusahaan-perusahaan yang menerima fasilitas kemudahan impor untuk tujuan ekspor. Pemerintah akan menertibkan izin fasilitas itu serta memberi sanksi bagi yang menyalahgunakan fasilitas berupa denda dan pencabutan izin bagi yang terlibat dalam penyelundupan. Tindak pidana penyelundupan baik fisik maupun administrasi sudah sejak lama berlangsung. Penyelundupan terjadi karena luasnya wilayah, kemampuan dan kemauan aparatur pemerintah dalam memberantasnya, serta rendahnya partisipasi masyarakat untuk bekerja sama dengan aparatur pemerintah.

12Hasil Wawancara dengan Erna Dewi, Dosen

Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Senin 2 Juli 2018.

3. Faktor Masyarakat

Menurut Erna Dewi13 keenggan dan ketakutan masyarakat dalam penegakan hukum dapat disebabkan oleh adanya ancaman dari para pelaku tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut yang tidak segan-segan melakukan kekerasan terhadap masyarakat yang menyaksikan perbuatan mereka, terlebih para pelaku ini umumnya adalah sindikat.

Penulis berpendapat bahwa peran serta masyarakat dalam penegakan huku sangat diperlukan, khususnya dalam membantu proses penyidikan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut. Apabila masyarakat tidak melaporkan adanya tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut ini kepada aparat penegak hukum, sehingga dapat menghambat proses penyidikan terhadap pelaku tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut.

4. Faktor Budaya

Menurut Erna Dewi14 kebudayaan masyarakat Indonesia yang mulai bergeser menjadi kebarat-baratan menjadi potensi penghambat upaya

pencegahan tindak pidana

penyelundupan rokok via tol laut. Pelaku kejahatan memanfaatkan pergeseran budaya ini dengan cara mendatangkan barang-barang selundupan dari luar negeri.

13Hasil Wawancara dengan Erna Dewi, Dosen

Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Senin 2 Juli 2018.

14 Hasil Wawancara dengan Erna Dewi, Dosen

(15)

Dhika Pratama15 menyatakan faktor

budaya yang dapat menghambat peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut adalah terjadinya pergeseran budaya masyarakat Indonesia yang menyukai barang-barang dari luar negeri dan masyarakat telah menjadi masyarakat konsumtif sehingga memberikan peluang bagi pelaku untuk menyelundupkan barang dari luar negeri ke Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas maka diketahui bahwa faktor penghambat yang paling dominan menghambat Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut adalah faktor aparat penegak hukum, yaitu adanya secara kuantitas masih kurangnya jumlah PPNS Bea Cukai dibandingkan dengan pelaku tindak pidana kepabeanan, dan secara kualitas masih terbatasnya kemampuan petugas pelaksanaan teknis penyidikan. PPNS dalam hal ini memiliki peranan yang penting dalam melaksanakan penyidikan di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang melaksanakan tugas dan mempunyai fungsi penanganan perkara berupa penelitian/ penyelidikan, penyidikan, penanganan barang hasil penindakan dan barang bukti, penerbitan rekomendasi untuk pengenaan sanksi administrasi, dan kegiatan lainnya berkaitan dengan penanganan perkara kepabeanan dan cukai.

15Hasil wawancara dengan Dhika Pratama,

selaku Petugas Pemeriksa pada Subseksi Penyidikan dan Administrasi Barang Hasil Penindakan Kantor Bea dan Cukai Bandar Lampung, Jumat 20 April 2018.

III. PENUTUP

A. Simpulan

1. Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut termasuk dalam peranan normatif dan faktual. Peran normatif dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P- 53 /BC/2010 tentang Tatalaksana Pengawasan Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Peranan faktual pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut dilaksanakan oleh Unit Penindakan dan Penyidikan dengan menempuh tindakan berupa penyergapan dan penangkapan terhadap pelaku yang menyelundupkan rokok dengan cara mengirimkan rokok ilegal melalui jasa ekspedisi antar pulau melalui tol laut Tanjung Priok–Panjang.

2. Faktor-faktor yang menghambat Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai dalam pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut adalah:

(a) Faktor penegak hukum, yaitu adanya secara kuantitas masih kurangnya jumlah PPNS Bea Cukai

(16)

(d) Faktor budaya, yaitu masih adanya terjadinya pergeseran budaya masyarakat Indonesia yang menyukai barang-barang dari luar negeri dan masyarakat telah menjadi masyarakat konsumtif

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. PPNS Bea dan Cukai hendaknya meningkatkan kuantitas dan kualitas penyidikan dalam rangka pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut. Selain itu sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelaksanaan penyidikan hendaknya dilengkapi. 2. PPNS Bea dan Cukai hendaknya

meningkatkan kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak dalam upaya pencegahan tindak pidana penyelundupan rokok via tol laut yang merugikan negara karena barang dari luar negeri yang masuk ke Indonesia tidak terkena bea masuk dan cukai.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Mochammad. 2001. Segi-Segi

Hukum Masalah

Penyelundupan. Penerbit Alumni, Bandung

Purwito, M. Ali. 2010. Kepabenanan dan Cukai Lalu Lintas Barang, Konsep dan Aplikasinya, Cetakan Keempat, Kajian Hukum Fiskal FHUI, Jakarta

Soekanto, Soerjono. 1983. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penegakan Hukum. Rineka Cipta. Jakarta.

---. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Koordinasi antara Penyidik Pegawai Negeri Sipil Balai Karantina Ikan dan Kepolisian dalam menanggulangi tindak pidana penyelundupan

ANALISIS HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL BEA DAN CUKAI.. (Studi Putusan

Kepada pemerintah, khususnya Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Mataram, untuk lebih mengoptimalkan peran penyidik pegawai negeri

Belum optimalnya Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam penanggulangan tindak pidana penyelundupan narkotika jalur laut dikarenakan hambatan paling besar yang menjadi

Peran PPNS Bea dan Cukai dalam menangani tindak pidana penyelundupan MMEA, telah dilakukan dengan maksimal, terbukti banyaknya kasus penyelundupan MMEA yang

Bertolak dari uraian di atas, penulis tertarik mengangkat permasalahan tersebut terutama untuk mengetahui koordinasi PPNS Bea dan Cukai dengan penyidik Polri

Sedangkan informan (narasumber) dalam penelitian ini yaitu semua pegawai KPPBC Kota Jambi. Hasil penelitian ini adalah proses penanganan rokok hasil penyelundupan dari luar

Hal ini akan merugikan negara, untuk itu tugas dan fungsi Dirjen Bea dan Cukai sebagai pemegang kewenangan atau institusi guna mencegah terjadinya penyelundupan