• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran yang dilakukan saat ini mengacu pada Kurikulum 2013 yang menekankan pada proses pembelajaran student centered. Dalam mengoptimalkan pembelajaran yang berpusat pada siswa maka dibutuhkan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning). Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa belajar dalam kelompok kecil yang dilakukan secara kolaboratif dengan anggotanya 4-6 orang dengan dibentuk secara heterogen (Isjoni, 2009: 12). Menurut Huda (2011: 144) “Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang sering digunakan untuk mewujudkan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk membuat siswa lebih aktif, siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang egois, dan siswa yang tidak dapat peduli terhadap orang lain”.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda yang menuntut setiap anggota kelompoknya untuk saling bekerja sama. Pembelajaran kooperatif dilakukan untuk memenuhi tujuan tertentu.

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Terdapat beberapa tujuan yang dapat diperoleh dengan pembelajaran kooperatif yang dijelaskan oleh Susanto (2014: 27-28) bahwa “Cooperative

(2)

Learning dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yaitu (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap perbedaan individu, (3) pengembangan keterampilan sosial”. Ketiga tujuan tersebut merupakan tujuan yang dapat dicapai dalam pembelajaran kooperatif. Menurut Rusman (2012: 210) tujuan penting pembelajaran kooperatif yaitu untuk mengajarkan siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dapat mempengaruhi nilai akademik siswa. Selain itu, model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk lebih menghargai orang lain pada saat melakukan kegiatan yang berkelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat unsure serta karakteristk yang harus diperhatikan.

c. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Selain memuliki beberapa tujuan penting, pembelajaran kooperatif juga memiliki unsur yang harus diperhatikan. Menurut Rusman (2012: 41-43) terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu 1) Positive Interdependence, 2) Interaction Face to Face, 3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok. 4) Membutuhkan keluesan, 5) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Pendapat lain menurut Suprijono (2012: 58) mengungkapkan unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu “1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) interaksi promotif, 4) komunikasi antar anggota, 5) pemrosesan kelompok”.

Dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pembelajaran kooperatif yaitu: 1) bekerja secara kelompok, 2) saling ketergantungan positif, 3) tanggung jawab

(3)

secara individu, 4) komunikasi antar siswa, 5) saling berinteraksi dan saling tatap muka. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran kooperatif maka harus memenuhi kelima unsur dasar tersebut. Maka dari itu, kelima unsur dasar tersebut harus dapat dilaksanakan dengan baik pada saat pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, kelima unsur dasar tersebut merupakan pembeda antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran kelompok tradisional/konvensional. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa ciri khusus yang membedakan dengan pembelajaran yang lain.

d. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa ciri-ciri khusus. Isjoni (2009: 62) menyatakan “ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu: 1) setiap anggota memiliki peran, 2) terjadi interaksi langsung antar siswa, 3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara kerjanya”. Menurut Rusman (2012: 207) bahwa

“ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu, 1) pembelajaran secara tim, 2) didasarkan pada manajemen kooperatif, 3) kemauan untuk bekerja sama, 4) keterampilan berkomunikasi”. Adapun penjelasan lengkapnya sebagai berikut:

1) Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok atau tim, kelompok atau tim tersebut diguanakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, kelompok harus mampu membuat setiap anggotanya belajar serta saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen memiliki tiga fungsi yaitu: (a) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

(4)

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai control, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan criteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

3) Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan yang dicapai secara kelompok, oleh karena itu prinsip kerja sama harus ditekankan pada pembelajaran kooperatif. Apabila tidak ada kerja sama yang baik maka pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang maksimal.

4) Keterampilan Berkomunikasi

Kemampuan bekerja sama dilakukan melalui aktivitas dalam kegiatan kelompok. Maka, siswa perlu didorong untuk dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

e. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa macam tidak hanya satu.

Setiap model pembelajaran memiliki sintaks/langkah yang berbeda untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan. Model pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa. Pemilihan suatu model pembelajaran harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti materi pembelajaran, tingkat perkembangan pengetahuan, sarana dan prasarana, jam pelajaran, sehingga pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai (Trianto, 2017: 5). Uno dan

(5)

Mohammad (2013: 79) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya Numbered Head Together, Inside Outside Circle, Example Non Example, Picture and Picture dan sebagainya.

Sesuai dengan pernyataan diatas, maka model pembelajaran yang dapat digunakan sesuai dengan keadaan yang ada dikelas untuk memberikan hasil yang maksimal pada saat pembelajaran yaitu Inside Outside Circle. Penggunaan model pembelajaran ini untuk melihat hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC)

a. Pengertian Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC)

Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran Inside Outside Circle. Model IOC merupakan model pembelajaran menuntut siswa untuk bekerja sama dalam membagikan informasi yang dimiliki. Siswa saling membagi informasi pada waktu bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara singkat (Uno, 2013: 128). Menurut Shoimin (2014: 87) “Inside Outside Circle merupakan model pembelajaran dengan model lingkaran luar dan lingkaran dalam”.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inside Outside Circle merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk saling membagikan informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda melalui model lingkaran luar dan lingkaran dalam. Anggota kelompok lingkaran dalam dan lingkaran dalam saling berpasangan dan berhadapan, setiap siswa membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat. Kemudian, siswa anggota kelompok dalam diam ditempat, sementara

(6)

siswa anggota kelompok luar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam sehingga setiap siswa mendapatkan pasangan berbeda. Model pembelajaran Inside Outside Circle memiliki langkah-langkah pembelajaran agar dapat berjalan secara optimal.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC)

Pembelajaran Inside Outside Circle mempunyai beberapa langkah pembelajaran yang mendukung pembelajaran agar berjalan secara optimal.

Langkah-langkah model pembelajaran IOC menurut Uno (2013: 128) yaitu:

1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil menghadap keluar.

2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama menghadap ke dalam.

3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar saling berbagi informasi. Pertukaran informasi ini dapat dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu bersamaan.

4. Kemudian, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergesar satu atau dua langkah searah jarum jam. Lalu, siswa berbagi informasi pada pasangan yang berbeda. Demikian seterusnya.

Model pembelajaran Inside Outside Circle juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran IOC

Adapun kelebihan model pembelajaran Inside Outside Circle menurut Shoimin (2014: 90) yaitu 1) Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi sehingga dapat dengan mudah dimasukkan dalam proses pembelajaran,

(7)

2) membangun sifat kerja sama antarsiswa, 3) mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan. Sedangkan kekurangan model pembelajaran Insisde Outside Circle menurut Shoimin (2014: 90) yaitu 1) Membutuhkan ruang kelas yang besar, 2) Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau. 3) Rumit untuk dilakukan.

3. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diterapkan pada kurikulum 2013 yang berbasis pendekatan saintifik. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang dirancang berdsarkan tema tertentu, yang mana dalam suatu tema terdapat beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan (Trianto, 2011: 147).

Menurut Sujati dkk, (2015: 3) pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif, agar siswa dapat memperoleh pengalaman dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.

Disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang saling berkaitan dan diikat dengan suatu tema tertentu. Setiap mata pelajaran yang terdapat dalam pembelajaran tematik memiliki hubungan yang saling berkaitan dengan mmateri yang disampaikan sehingga pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman bermaksan pada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajari. Pembelajaran tematik memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan pembelajaran yang lain.

(8)

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Karakteristik pembelajaran tematik dapat membedakan pembelajaran tematik dengan pembelajaran yang lain. Majid (2014: 89-90) menyatakan “karakteristik pembelajaran tematik yaitu: 1) berpusat pada siswa, 2) memberikan pengalaman langsung pada siswa, 3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, 4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, 5) bersifat fleksibel”. Menurut Yuniasih ,dkk (2014: 149) terdapat beberapa karakteristik dari pembelajaran tematik, yaitu 1) berpusat pada siswa (student centered 2) dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences), 3) pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, 4) menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran 5) bersifat luwes (fleksibel), 6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik yaitu siswa berperan lebih aktif daripada guru. Sebagian kegiatan pembelajaran dilakukan oleh siswa guru hanya berperan sebagai fasilitator. Selain itu, dalam pembelajaran tematik beberapa mata pelajaran diintegrasikan menjadi satu tema tertentu. Pembelajaran tematik memiliki beberapa tahapan atau langkah-langkah.

c. Tahapan Pembelajaran Tematik

Menurut Indriani (2015: 45) pembelajaran tematik Kurikulum 2013 dilakukan dengan beberapa tahapan seperti penyusunan, perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Tahap-tahap ini yaitu 1) perencanaan pembelajaran tematik, 2) penerapan pembelajaran tematik, 3) evaluasi pembelajaran tematik. Adapun tahapan tersebut diuraikan secara singkat sebagai berikut:

(9)

1) Perencanaan Pembelajaran Tematik

Langkah-langkah dalam tahap perencanaan yaitu: 1) Mempelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajarn, 2) memilih tema yang dapat menyatukan kompetensi-kompetensi pada setia[ kelas dan semester, 3) Membuat matriks hubungan kompetensi dasar dengan tema, 4) Membuat pemetaan pembelajaran tematik yang dapat berupa matriks atau jaringan topik, 5) Menyusun silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan topik.

2) Penerapan Pembelajaran Tematik

Pada tahap ini guru melakukan perencanaan pembelajarn yang telah dibuat sebelumnya. Pembelajaran Tematik K13 ini akan dilakukan untuk menuntut siswa lebih aktif. Sehingga guru hanya sebagai fasilitator agar pembelajaran tematik lebih menyenangkan.

3) Evaluasi Pembelajaran Tematik

Evaluasi pembelajaran tematik focus pada evaluasi proses dan hasil.

Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keikutsertaan, minat dan antusias siswa pada proses pembelajaran. Sedangkan evaluasi hasil lebih mengarah pada tingkat pemahaman dan penyikapan peserta didik terhadap materi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya siswa selama proses pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu pameran.

4. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Selvia (2015: 173-174) hasil belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh suatu mata pelajaran

(10)

yang biasanya ditunjukkan dengan angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut pendapat Sudjana (2013: 34) hasil belajar sebagai objek penilaian dapat dibedakan ke dalam kategori, antara lain keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita, kategori yang banyak digunakan dibagi menjadi tiga ranah yaitu (a) kognitif (b) afektif (c) psikomotor.

Disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian prestasi belajar yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang mencakup 3 ranah kemampuan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar kognitif yaitu hasil belajar akademik siswa. Hasil belajar afektif yaitu hasil belajar yang berkaitan dengan sikap siswa pada saat pembelajaran. Sedangkan hasil belajar psikomotor yaitu hasil belajar pda ranah keterampilan yang dimiliki siswa.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inside Outside Circle Terhadap Hasil Belajar IPA yang disusun oleh Ni Made Sepria Utami, dan Ndara Tanggu Renda yang dilakukan pada kelas V di SD Gugus III Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata- rata skor hasil belajar kognitif IPA siswa kelompok eksperimen yaitu 19,35 lebih besar dibandingkan dengan hasil belajar kognitif IPA siswa kelompok kontrol yang hanya 15,32. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajarn Inside Outside Circle berpengaruh terhadap hasil belajar IPA kelas V di SD Gugus III Kecamatan Jembrana Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2017/2018. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu keduanya

(11)

menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle. Perbedaan dari penelitian ini yaitu penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPA sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan pada mata pelajaran tematik. Selain itu, pada penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V. Penelitian yang akan dilakukan pada siswa kelas IV.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini yaitu Pengaruh Model Inside Outside Circle terhadap Hasil Belajar IPS Siswa kelas V. Penelitian ini dilakukan oleh Km Trisnha Diantari, I Md Citra Wibawa, dan Pt Aditya Antara yang dilaksanakan di SD Gugus III Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen yaitu 23,31 lebih besar daripada rata-rata hasil belajar IPS siswa kelompok kontrol sebesar 16,88. Perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajaran Inside Outside Circle berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V di SD Gugus III Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Tahun Ajaran 2017/2018. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu keduanya menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle. Perbedaan dari penelitian ini yaitu penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPS sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan pada mata pelajaran tematik. Selain itu, pada penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V. Penelitian yang akan dilakukan pada siswa kelas IV.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS siswa kelas 5 SDN Ketawanggede 2 Kota Malang yang disusun oleh Rizky Hanifudin. Berdasarkan hasil penelitian mengapresiasikan dongeng

(12)

dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Inside Outside Circle pada siswa kelas V SDN Ketawanggede 2 Kota malang, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif Inside Outside Circle dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS dengan penerapan model pembelajaran IOC dapat dilihat dari peningkatan persentase pada tiap-tiap indikator penilaian aktivitas siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu keduanya menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle. Perbedaan dari penelitian ini yaitu jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas sedangkan penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian eksperimen.perbedaan yang lain yaitu penelitian tersebut dilakukan pada mata pelajaran IPS sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan pada mata pelajaran tematik. Selain itu, pada penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V. Penelitian yang akan dilakukan pada siswa kelas IV.

(13)

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran tematik Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku Subtema 2 Indahnya Keragaman Budaya Negeriku

Pengaruh Model Inside Outside Circle terhadap Hasil

Belajar Tematik Siswa kelas IV SDN Kedawung Wetan III

Pasuruan

Siswa Guru

Mengetahui pengaruh model pembelajaran Inside Outside Circle terhadap hasil belajar tematik siswa.

Ho : Tidak ada pengaruh model pembelajaran Inside Outside Circle terhadap hasil belajar tematik 7 Indahnya Keragaman di Negeriku Subtema 2 Indahnya Keragaman Budaya Negeriku.

H1 : Ada pengaruh model pembelajaran Inside Outside Circle terhadap hasil belajar tematik Tema 7 Indahnya Keragaman di Negeriku Subtema 2 Indahnya

Keragaman Budaya Negeriku.

Jenis Penelitian : Kuantitatif

Metode Penelitian : Pre-Eksperimental (One Group Pretest-Posttest) Lokasi Penelitian : SDN Kedawung Wetan III

Subjek Penelitian : Kelas IV dengan jumlah 21 siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak dibenarkan mengeluar ulang mana-mana bahagian artikel, ilustrasi dan isi kandungan buku ini dalam apa juga bentuk dan dengan cara apa jua sama ada secara elektronik,

Temuan dari penelitian ini menunjukkan bagaimana penggunaan konsep customer lifetime value pada operator telekomunikasi seluler di Indonesia yang dikelola oleh perusahaan publik

REHAB BERAT KANTORPRAMUKA KECAMATAN SEKAYU KECAMATAN SEKAYU. Rp

Kita akan membahas tentang penanganan exception pada bab selanjutnya dari pembahasan ini, tetapi untuk sekarang, Anda cukup mencatat bahwa Anda perlu menambahkan kode ini

Tulisan ini memperlihatkan suatu usulan model yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kematangan tersebut, dengan harapan dapat dipergunakan oleh setiap institusi

KAEUPATEN MUSI BANYUASIN KELOMPOK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membangun sebuah e – Business berbasis website yang bertujuan untuk mempermudah proses promosi dan

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •