• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis cemaran Sulfat dan Sulfida Pada Air Baku PDAM Tirtanadi Deli Tua Secara Spektrofotometri Visible

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis cemaran Sulfat dan Sulfida Pada Air Baku PDAM Tirtanadi Deli Tua Secara Spektrofotometri Visible"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1.Perhitungan kadar sulfat dan sulfida

1. Hasil identifikasi sulfat pada air baku dengan metode Spektrofotometri DR 2010

No. Sampel Absorbansi Konsentrasi

1 2 3 4 5

1 Air baku 0,604 0,604 0,604 0,604 0,604 33,30 mg/L

Perhitungan :

y =� − ,,

y = , ,− ,

y = ,,

x = 33,30

2. Hasil identifikasi sulfida pada air baku dengan metode Spektrofotometri DR 2010

No. Sampel Absorbansi Konsentrsai

1 2 3 4 5

(2)

Lampiran 3.Peraturan pemerintah No.82 Tanggal 14 Desember 2001 standar kualitas baku mutu air baku.

Tabel 1. Baku Mutu Air Baku

No. Parameter Satuan Kadar maksimum

(3)

Lampiran 4.Gambar Alat dan Bahan

Gambar 1. Spektrofotmetri DR 2010 Gambar 2. sulfaver 4

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkinson. 1989, Kimia Anorganik Dasar. Cetakan Pertama. Jakarta: UI-Press

Darmono. 2001. Logam dan Sisitem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia.

Day dan Underwood. 1994. Analisis Kimia Kualitatif. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Day dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Effendy, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.

Gabriel, J. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-02/MENKLH/1998. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan Hidup.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 907/Menkes/SK/VII/2002. Tentang Standar Baku Mutu Air Minum.

Khopkar,S.M.2003. Konsep Dasar Analitik. Jakarta : UI-Press

Letterman,S.m.1999. Wather Quality And Treatment. Fith Edition New York : Mc Graw Hill.Inc

Mahan,B.M dan Mywers,R.J.1987.University chemistry.Forth

Edition..California: The Benjamin/Cummings Publishing Company,Inc. Mahida, U.N.1984. Pencemaran Air dan Pemamfaatan Limbah Industri. Jkarta:

Penerbit Rajawali

Situmorang, M. 2007. Kesehatan Lingkungan. Medan: Universitas Negeri Medan.

Slamet, J. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.

Sunarya, Yayan. 2001. Pencemaran Air, Udara, dan Tanah. Bandung: Grafindo Media Pratama.

(5)
(6)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Tempat Pengujian

Penetapan kadar dalam analisis cemaran sulfat dan sulfida di Perusahaan Daerah Air (PDAM) Tirtanadi Provinsi Sumatra Utara, bagian Labotatorium Pengujian Kualitas Air yang bertempat di jln. Sisingamangaraja No.1 Medan.

3.2 Sampel

Air baku yang digunakan sebagai sampel uji dalam analisis cemaran sulfat dan hidrogensulfida secara spektrofotometri visible di ambil dari air baku PDAM Tirtanadi Deli Tua.

3.3 Analisis Sulfat

3.3.1 Alat

Spekrofotometer DR 2010, Batang Pengaduk, Kuvet, Baeker Glass 500 ml, Pipet Volume 25 ml, Pipet Tensette, Gelas ukur 250ml.

3.3.2 Bahan

Sulfaver 4 reagen powder pillow, Larutan standard sulfate voluete ampule 2500 mg/L, Akuades dan air demineralisasi, Sampel air dan aquadest.

(7)

 Pastikan analis telah memakai masker dan sarung tangan

 Tekan power pada spektrofotometer DR 2010

 Tekan nomor program 951 atau 9 ( sesuai nomor program untuk

kalibrasi instrument untuk reagen sulfaver. Lihat poin 11. Penggunaan kalibrasi) enter, layar akan menunjukkan dial nm to 450.

 Putar putaran panjang gelombang hingga pada layar menunjukkan

450nm. Untuk akurasi yang lebih baik siapkan kalibrasi instrument untuk setiap reagen sulfaver 4 reagen yang baru. Lihat instruksi kalibrasi pada poin 11. Penggunaan kalibrasi.

 Tekan enter layar akan menunjukkan mg/ L SO42-.

 Isi beaker glass 500 ml dengan sampel air.

 Pipet 25 ml sampel air dan masukkan kedalam kuvet pertama ( sebagai

blanko). Jika sampel keruh atau berwarna, maka sampel harus di saring, ini untuk sampel dan blanko.

 Pipet 25 ml sampel air masukkan ke dalam kuvet kedua ( sebagai

sampel).

 Tambahkan satu kandungan sulfaver 4 reagen powder pillow kedalm

kuvet kedua, tutup tapat dan kocok hingga larut.Warna putih keruh akan terbentuk jika sulfat ada dalam sampel. Akurasi tidak di pengaruhi oleh reagen powder yang tidak larut.

 Tekan sift timer, 5 menit masa reaksi akan di mulai.

 Setelah waktunaya tercapai, letakkan balnko pada dudukan kuvet

(8)

 Tekan zero pada layar, akan menunjukkan 0 mg/L SO42-.

 Dalam waktu 5 menit setelah waktunaya berbunyi, letakkan sampel

pada dudukan kuvet, tutup.

 Tekan read, catat hasil analisa SO42– yang ditunjukkan pada layar.

 Bersihakan kuvet dengan sabun dan sikat.Lakukan pengenceran jika

hasil uji yang di peroleh melebihi batas hasil pemeriksaan.

3.4 Analisis Sulfida

3.4.1 Alat

Spekrofotometer DR 2010, Batang Pengaduk, Kuvet, Baeker Glass 500 ml, Pipet Volume 25 ml, Pipet Tensette.

3.4.2 Bahan

Larutan sulfide 1 dan larutan sulfide 2,Akuades dan air demineralisasi, Sampel air.

3.4.2 Prosedur Kerja Analisis Sulfida

 Pastikan analis telah memakai masker dan sarung tangan

 Tekan power spektrofotometer DR 2010

 Tekan no.program 690 enter, layar akan menunjukkan dial nm to 665

 Putar putaran panjang gelombang hingga pada layar menunjukkan 665

nm.

(9)

 Isi beaker glass 500 ml dengan sampel air

 Pipet 25 ml aquadest dan masukkan kedalam kuvet pertama (sebagai

blanko)

 Pipet 25 ml sampel air dan masukkan kedalam kuvet kedua (sebagai

sampel)

 Untuk sampel keruh, lihat gangguan untuk instruksi perlakuan awal.

Pengadukan yang berlebihan akan menyebabkan hilangnya sulfida. Gunakan pipet untuk meminimalkan kehilangan sulfida.

 Tambahkan 1 ml larutan sulfide 1 kedalam masing-masing kuvet, tutup

hingga homogen

 Tambahkan 1 ml larutan sulfide 2 kedalam masing-masing kuvet,

kocok hingga homogen. Warna merah muda akan terbentuk, kemudian larutan akan berubah menjadi biru jika sulfide ada di dalam sampel air

 Tekan sift taimer, 5 menit masa reaksi akan dimulai

 Setelah waktunya tercapai, layar menunjukkan mg/L S2

 Letakkan blanko pada dudukan kuvet. Tutup

 Tekan Zero, pada layar akan menunjukan wait, kemudian 0,000 mg/L

S2

 Dengan segera letakkan sampel kedalam dudukan kuvet, tutup

kemudian tekan Red

 Catat hasil analisa S2 yang di tunjukkan pada layar,lakukan

(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari analisis pengujian sulfat dan sulfida dengan menggunakan dengan menggunakan alat spektrofotometer DR 2010 di dapatkan hasil sebagai berikut.

4.1.1 Analisi Sulfat

Berdasarkan hasil pengujian yang telah di lakukan terhadap air baku di PDAM Tirtanadi Deli Tua menggunakan alat Spektrofotometer DR 2010 diperoleh hasil absorbansi dan konsentrasi dari analisis sulfat bedasarkan. Tabel 4.1 di bawah ini:

Table 4.1Hasil identifikasi air baku di PDAM Tirtanadi Deli Tua pada analisis sulfat dengan metode Spektrofotometri 2010

No. Sampel Absorbansi Konsentrasi

1 2 3 4 5

1 Air baku 0,604 0,604 0,604 0,604 0,604 33,30 mg/L

4.1.2 Analisis Sulfida

(11)

diperoleh hasil absorbansi dan konsentrasi dari analisis sulfida bedasarkan. Tabel 4.2 di bawah ini:

Table 4.2Hasil identifikasi air baku di PDAM Tirtanadi Deli Tua pada analisis sulfida dengan metode Spektrofotometri 2010

No. Sampel Absorbansi Konsenrsai

1 2 3 4 5

1 Air baku 0.065 0.065 0.065 0.065 0.065 0.031 mg/L

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap sampel air baku di PDAM Tirtandi Deli Tua menggunakan alat spektrofotometri DR 2010 pada analisis cemaran sulfat di dapatkan kadar sulfat sebesar 33,30 mg/L. Jika kita bandingkan dengan kadar hasil uji pada analisis sulfat dengan Peratuan Pemerintah No.82 Tangal 14 Desember 2001 dapat dinyatakan bahwa air baku tersebut layak digunakan sebagai proses pengelolaan air minum selanjutnya untuk disalurkan kepada konsumen karena tidak melewati ambang batas air yang telah di tetapkan yaitu 400 mg/L.

(12)
(13)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan penetapan kadar sulfat pada air Sungai Deli menggunakan metode Spektrofotometri diketahui bahwa air Sungai Deli mengandung sulfat dengan kadar sebesar 33.30 mg/L dimana air Sungai Deli yang diuji memenuhi persyaratan yang ditetapkan Peratutan Pemerintah Republik Indonesi NO.82/2001 sebagai air baku, yaitu tidak lebih dari 400 mg/L. Dan pada analisis sulfida dengan metode yang sama diketahui bahwa air Sungai Deli mengandung sulfida dengan kdar 0,031 mg/L dimana air Sungai Deli melebihi ambang batas yang telah di tetapkan oleh Peratutan Pemerintah Republik Indonesi NO.82/2001 sebagai air baku yaitu tidak lebih dari 0,002 mg/L.

5.2 Saran

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan sumber kehidupan dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Didalam tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, tubuh orang dewasa sekitar 55-60% dari berat badan merupakan air, sedangkan anak-anak sekitar 65 % dan bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks, antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Dengan demikian untuk kelangsungan hidup, air harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan berkualitas yang memadai (Yayan Sunarya, 2001).

Air sangat penting bagi kehidupan, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seluruh proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam media air. air dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk berbagai keperluan seperti keperluan rumah tangga, pertanian, transportasi bahkan sampai industri (Darmono, 2001).

(15)

berbagai zat sudah melebihi ambang batas. Ambang batas kadar zat dalam air berbeda-beda untuk jenis air sesuai perutukkannya. Misalnya kadar zat untuk air minum berbeda ambang batasnya dengan kadar suatu zat untuk industri. Hal ini telah diputuskan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin. Penurunan penyakit perut ini didasarkan atas pertimbangan bahwa air merupakan salah satu mata rantai penularan penyakit perut. Agar seseorang menjadi tetap sehat sangat dipengaruhi oleh adanya kontak manusia tersebut dengan makanan dan minuman. Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk kedalam baik berupa minuman maupun makanan tidak menyebabkan atau merupakan pembawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan (Sutrisno, 2004).

(16)

di dalam air secara umum untuk mengetahui kehadiran senyawa spesifik yang menyebabkan bahaya di dalam air (Situmorang, 2007).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, menyatakan bahwa suhu air yang layak untuk dikonsumsi adalah suhu udara ± 3ºC, maksudnya adalah suhu air harus lebih besar dari suhu udara sekitar 1-3 ºC. Suhu udara air sampel yang diuji sekitar 27-28 ºC, sedangkan suhu udara saat pengukuran sekitar 25-26 ºC. Nilai suhu tersebut, sesuai dengan standar baku mutu Menteri Kesehatan.

Berdasarkan Keputuasan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 Tentang syart-syarat dan pengawasan kualitas air minum, menyatakan bahwa pH air yang layak untuk dikonsumsi adalah sekitar pH 6,5-8,5. Nilai pH yang sedikit asam ini bisa disebabkan jenis tanah dan batuan di lokasi batuan banyak mengandung kapur dan batuan karbonat, sehingga akan menyebabkan terbentuknya asam karbonat sehingga pH tanah dan air sumber bersifat asam.

2.1.1 Pembagian Air Berdasarkan Analisis

Berdasarkan analisis air maka air digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu:

a. Air kotor/air tercemar

(17)

b. Air bersih

Air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologinya belum terpenuhi. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air sumber yang dari mata air.

c. Air minum

Air minum ialah air yang sudah terpenuhi sifat fisik, kimia, maupun bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM). Level kontaminasi maksimum meliputi kekeruhan, kandungan zat kimia organik/anorganik, dan jumlah bakteri coliform.

2.1.2 Pencemaran Air

Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/98 tentang penetapan baku mutu lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (pasal 1).Dalam pasal 2 air pada sumber air menurut kegunaan dan peruntukkannya digolongkan 4 menjadi:

(18)

2. Golongan B, air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.

3. GolonganC, air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

4. GolonganD, air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara.

Menurut definisi pencemaran air tersebut diatas bila suatu sumber air yang termasuk dalam kategori golongan A, misalnya sebuah sumur penduduk yang kemudian mengalami pencemaran dalam bentuk rembesan limbah cair dari suatu industri maka kategori sumur tadi bukan golongan A lagi, tapi sudah turun menjadi golongan B, karena air sudah tidak dapat digunakan langsung sebagai air minum tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian air sumur tersebut menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

(19)

Air yang telah tercemar, baik oleh senyawa organik maupun anorganik akan mudah sekali menjadi media berkembangnya berbagai macam penyakit. Air yang tercemar oleh limbah organik, terutama limbah yang berasal dari industri olahan bahan makanan, merupakan tempat yang subur untuk berkembang biaknya mikroorganisme, termasuk mikroba patogen. Mikroba patogen yang berkembang biak dalam air tercemar yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit (Wardhana, 1999).

Pencemaran air juga dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan udara serta penggunaan lahan tanah dan daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air ke daerah sekitarnya sehingga mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan. Banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air, yang akhirnya bermuara ke lautan yang menyebabkan pencemaran pantai dan air laut sekitarnya (Darmono, 2001).

2.1.3 Dampak dari Pencemaran Air

Menurut Gabriel (2001) akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air adalah;

(20)

banjir akibat tersumbatnya saluran air, maka air yang sudah tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia, berdasarkan garis besarnya pencemaran air dapat mengakibatkan dua hal yaitu:

1. Air menjadi tidak bermanfaat lagi

Air yang sudah tercemar tidak dapat dimanfaatkan lagi untuk berbagai keperluan seperti keperluan rumah tangga, keperluan industri, dan untuk keperluan pertanian. Hal ini dikarenakan air tersebut sudah tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan, tentu saja hal ini juga menimbulkan dampak sosial bagi masyarakat.

2. Air menjadi penyebab penyakit

Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai macam komponen dan dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi yaitu kematian. Kematian dapat terjadi akibat pencemaran yang terlalu parah sehingga air menjadi penyebab berbagai macam penyakit (Wardhana, 1999).

(21)

buangan. Air buangan inilah yang merupakan sumber pengotor perairan (Slamet, 2002).

2.2 Sulfat

Ion Sulfat adalah salah satu anion yang banyak terjadi pada air alam, ia merupakan sesuatu yang penting dalam penyediaan air untuk umum karena pengaruh pencucian perut yang bias terjadi pada manusia apabila ada dalam konsentrasi yang cukup besar. Sulfat penting dalam penyediaan air untuk uum maupun industri, karena kecendrungan air untuk untuk mengandungnya dalam jumlah yang cukup besar untuk kerak air yang keras pada ketel dan alat pengubah panas.Konsentrasi standar maksimal yang ditetapkan oleh Dep.Kes. R.I. untuk SO4 dalam air minum adalah sebesar 200-400 mg/l. (Sutrisno.T,2006)

Ion sulfat yang telah di resap oleh tumbuhan mengalami reduksi hingga menjadi sulfidril di dalam protein. Sulfur anorganik terutama terdapat dalam bentuk sulfat (SO4), yang merupakan bentuk sulfur utama di perairan dan tanah. Ion Sulfat yang bersifat larut dan merupakan bentuk oksidasi utama sulfur adalah slah satu anion terutama di perairan, menempati urutan kedua setelah bikarbonat. Sulfat yang berikatan dengan hidrogen membentuk asam sulfat dan sulfat yang berikatan dengan logam alkali merupakan bentuk sulfur yang paling banyak ditemukan di danau dan sungai.

(22)

dan meningkatkan korosivitas logam. Proses reduksi bakteri heterotrop ini banyak terjadi di dasar laut.(Effendi,2003)

Sulfat adalah anion yang terjadi secara alami. Kandungan konsentrasi yang tinggi dalam air minum dapat menyebabkan perpindahan diare. Dalam studi pada orang-orang dewasa ditemukan laxative yang sangat tinggi di atas 1000 mg/L. dimana dilaporkan dalam kasus kesehatan mengindikasikan bahwa botol untuk minum bayi berkembang diare pada sulfat di atas level 600 mg/L. diare yang akut dapat menyebabkan dehidrasi, terutama pada bayi dan anka kecil yang sudah mempunyai mengidap mikroba diare dalam tubuh.(Letteman.R,1999)

2.3 Sulfida

Sulfida merupakan asam belerang. Pada air limbah sulfida merupakan hasil pembusukan zat organik berupa hidrogen sulfida (H2S). Hidrogen sulfida yang diproduksi oleh mikroorganisme pembusukdari zat-zat organik bersifat racun terhadap ganggang dan mikroorganisme lainnya, tetapi sebaliknya hidrogen sulfida dapat digunakan oleh bakteri fotosintetik sebagai donor elektron/hidrogen untukmereduksi karbondioksida (CO2). Hasil pembusukan zat-zat organik tersebut menimbulkan bau busuk yang tidak menyenangkan pada lingkungan sekitarnya.

(23)

bertujuan untuk menganalisis gas asam belerang dalam air limbah yang terjadi dari proses penguraian zat-zat organik (senyawa belerang) penyebab timbulnya bau busuk pada perairan (Mahida, 1984).

Sulfur terdapat secara luar di alam sebagai unsur, sebagai H2S dan SO2, dalm bijih sulfida logam dan sebagai sulfat. Sulfur diperoleh dalam skala vesar dari gas hidrokarbon alamiah seperti yang ada di Alberta, Kanada yang diperoleh dari pembakaran sulfur dalam udara. Sulfurdioksida adalah gas dengan bau yang tajam. Molekulnya angular. Cairan SO2 melarutkan banyak senyawa organik dan anorganik dan digunakan sebafai pelarut dalam reaksi pembuatan (Cotton dan Wilkinson, 1989).

(24)

2.3 Metode Spektrofotometri

Spectrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan fotometer.Spectrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.Jadi spectrophotometer digunakan untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai pungsi dari panjang gelombang.Kelebihan spectrophotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.

Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang di inginkan di peroleh dengan berbagai filter dengan berbagai warna yang mempunyai spesipikasi melewatkan trayek panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangka pada spekrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat di peroleh dengan bantuan alat pengurai cahaya yang seperti prisma.Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau balnko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan sampel dan blanko ataupun pembanding. (Khopkar,1990)

(25)

dieksitasikan ke tingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang dimana absorpsi itu terjadi, bergantung pada berapa kuat elektron itu terikat dalam molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat, dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek, untuk eksitasinya. Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas dari pada dalam daerah inframerah. Ini karena pita absorpsi terlalu lebar dan kurang terinci. Tetapi gugus-gugus fungsional tertentu seperti karbonil, nitro, dan sistem terkonjugasi benar-benar menunjukkan puncak karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi yang berguna mengenai ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul tersebut (Day dan Underwood, 2002).

2.4 Instrumentasi Spektrofotometri

Sebuah spektrofotometri adalah suatu instrumen untuk mengukur transnitans atau absorbans sautu sampel sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal dapat pula dilakukan ( Day and Underwood, 1998).

(26)

Keterangan Gambar:

Sumber

Sumber tenaga radiasi yang stabil, sistem yang terdiri atas lensa-lensa, cermin, dan celah-celah. Sumber tenaga radiasi terdiri dari benda yang tereksitasi hingga ke tingkat tenaga yang tinggi oleh sumber listrik bertegangan tinggi atau pemanasan listrik.

Monokromator

Monokromator adalah serangkaian alat optic yang menguraikan radiasi polikromatik menjadi jalur-jalur yang efektif/panjang gelombang-gelombang tunggalnya dan memisahkan panjang gelombanggelombang tersebut menjadi jalur-jalur yang sangat sempit.

Tempat Cuplikan

Cuplikan pada daerah terlihat/tampak biasanya berupa larutan yang ditempatkan dalam sel atau kuvet. Untuk daerah terlihat digunakan gelas biasa atau quartza. Sel yang digunakan untuk cuplikan berupa larutan mempunyai panjang lintasan tertentu dari 1 hingga 10cm.

Detektor

(27)
(28)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dalam kehidupan sehari-hari akan selalu membutuhkan air namun ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor. Hampir 97% air dimuka ini merupakan air laut dan tidak dapat digunakan oleh manusia secara langsung. Dari 3% yang tersisa, 2% diantaranya tersimpan sebagai gunung es (glacier) di kutub yang juga tidak dapat dimanfaatkan secara langsung. Air yang benar-benar tersedia bagi keperluan manusia hanya 0,62%, meliputi air yang terdapat di danau, sungai, dan air tanah. Jika ditinjau dari segi kualitas air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya sekitar 0,03% (Effendy, 2003).

(29)

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus menerus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air.Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

Air bersih harus memenuhi syarat yang dijadikan standar kualitas air bersih. Air bersih yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak bersa dan tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya tidak mengandung kuman patogen, segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Salh satu parameter yang dijadikan persyaratan adalah sulfat dan sulfida yaitu persyaratan sulfat 400mg/L dan persyaratan sulfida 0,002 mg/l sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan olaeh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 tanggal 14 Desember 2001.

(30)

Spektrofometometri adalah metode yang digunakan untuk mengukur jumlah atau konsentrasi suatu zat berdasarkan panjang gelombangnya, kelebihan dari metode ini adalah alatnya telah dilengkapi dengan sistem komputer sehingga mudah dioperasikan, sederhana dan memiliki nilai yang akurat dalam hasil analisis (Day dan Underwood, 2002).

Berdasarkan hal tersebut di atas penulis mengambil sampel dari PDAM Tirtanadi Deli Tua melakukan pemeriksaan “ Analisis Cemaran Sulfat dan Sulfida Pada Air Baku PDAM Tirtanadi Deli Tua Secara Spektrofotometri

Visible”. Air Sungai Deli merupakan salah satu sungai terbesar di kota medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan pernyataan sebagai berikut:

a. Apakah air Baku di PDAM Tirtanadi Deli Tua terdapat cemaran Sulfat dan Sulfida?

b. Apakah kadar sulfat dan Sulfida pada air baku di PDAM Tirtanadi Deli Tua melebihi batas persyaratan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tanggal 14 Desember 2001?

1.3 Hipotesa

(31)

b. Diduga kadar Sulfat dan Sulfida pada air baku di PDAM Tirtanadi Deli Tua melebihi batas persyaratan Peraturan Pemerintah Republik Indpnesia No. 82 Tanggal 14 Desember 2001.

1.4 Tujuan

a. Untuk mengetahui kadar Sulfat dan Sulfida pada air baku di PDAM Tirtanadi Deli Tua.

b. Untuk mengetahui apakah air baku di PDAM Tirtanadi Deli Tua memenui persyaratan yang telah di tetapkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tanggal 14 Desember 2001.

1.5 Manfaat

a. Mahasiswa dapat mengaplikasikan kemampuan dalam menganalisis kadar Sulfat dan Sulfida yang dilakukan secara spektrofotometri.

(32)

ANALISIS CEMARAN SULFAT DAN SULFIDA PADA AIR BAKUDI PDAM TIRTANADI DELI TUA SECARA SPEKTROFOTOMETRI

VISBLE

Abstrak

Air merupakan sumber kehidupan dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Air yang tersedia tidak terlepas dari pengaruh pencemaran karena fenomena alam ataupun yang diakibatkan oleh ulah manusia. Beberapa bahan pencemar seperti bahan organik (pestisida), dan beberapa bahan anorganik (garam, asam, logam), serta beberapa bahan kimia lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan (sulfat dan sulfida). Sulfat dan sulfida merupakan suatu senyawa yang bersifat toksik terhadap lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap sulfat dan sulfida dengan menggunakan metode Spectrofotometer yaitu dengan alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Alasannya digunakan metode ini sebagai penentuan kadar sulfat dan sulfida karena pelaksanaannya yang mudah dan cepat serta memiliki ketepatan dan kecepatan yang tinggi, juga dapat digunakan untuk menetukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari hasil percobaan penetapan kadar sulfat pada air baku menggunakan metode Spektrofotometri diketahui bahwa air baku mengandung sulfat dengan kadar sebesar 33,30 mg/L dimana kadar sulfat yang diuji memenuhi persyaratan yang ditetapkan Peraturan Pemerinta Republik Indonesia No.82/2001. sebagai air baku, yaitu tidak lebih dari 400 mg/L. Dan pada analisis sulfida dengan metode yang sama diketahui bahwa air baku mengandung sulfida dengan kadar 0,031 mg/L dimana kadar sulfida melebihi ambang batas yang telah di tetapkan oleh Peraturan Pemerinta Republik Indonesia No.82/2001. sebagai air baku yaitu tidak lebih dari 0,002 mg/L.

(33)

ANALISIS CEMARAN SULFAT DAN SULFIDA PADA AIR

BAKU PDAM TIRTANADI DELI TUA SECARA

SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

TUGAS AKHIR

OLEH:

MUHAMMAD IMAN

NIM 122410040

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(34)
(35)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul Analisis cemaran Sulfat dan Sulfida Pada Air Baku PDAM Tirtanadi Deli Tua Secara Spektrofotometri Visible.

Pada dasarnya Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh di labotatorium PDAM Tirtanadi Pusat di Medan.

Selama penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahanda Bahder NST, S,Pd. dan Ibunda Sofyani, S,Pd. dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU. 3. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas

Farmasi Universitas Sumatra Utara.

(36)

5. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

6. Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik selama melaksanakan pendidikan pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

7. Ibu Ir. Syafrita Oktalina Siregar, S.T., M.M., selaku Kepala Laboratorium PDAM Tirtanadi Pusat yang telah memberi izin di Laboratorium PDAM Tirtanadi Pusat.

8. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU. Dalam menulis Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini.

Medan, Februari 2016 Penulis,

(37)

ANALISIS CEMARAN SULFAT DAN SULFIDA PADA AIR BAKUDI PDAM TIRTANADI DELI TUA SECARA SPEKTROFOTOMETRI

VISBLE

Abstrak

Air merupakan sumber kehidupan dan sangat penting bagi kehidupan manusia. Air yang tersedia tidak terlepas dari pengaruh pencemaran karena fenomena alam ataupun yang diakibatkan oleh ulah manusia. Beberapa bahan pencemar seperti bahan organik (pestisida), dan beberapa bahan anorganik (garam, asam, logam), serta beberapa bahan kimia lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan (sulfat dan sulfida). Sulfat dan sulfida merupakan suatu senyawa yang bersifat toksik terhadap lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap sulfat dan sulfida dengan menggunakan metode Spectrofotometer yaitu dengan alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Alasannya digunakan metode ini sebagai penentuan kadar sulfat dan sulfida karena pelaksanaannya yang mudah dan cepat serta memiliki ketepatan dan kecepatan yang tinggi, juga dapat digunakan untuk menetukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari hasil percobaan penetapan kadar sulfat pada air baku menggunakan metode Spektrofotometri diketahui bahwa air baku mengandung sulfat dengan kadar sebesar 33,30 mg/L dimana kadar sulfat yang diuji memenuhi persyaratan yang ditetapkan Peraturan Pemerinta Republik Indonesia No.82/2001. sebagai air baku, yaitu tidak lebih dari 400 mg/L. Dan pada analisis sulfida dengan metode yang sama diketahui bahwa air baku mengandung sulfida dengan kadar 0,031 mg/L dimana kadar sulfida melebihi ambang batas yang telah di tetapkan oleh Peraturan Pemerinta Republik Indonesia No.82/2001. sebagai air baku yaitu tidak lebih dari 0,002 mg/L.

(38)

DAFTAR ISI

2.1.1 Pembagian Air Berdasarkan Analisis ... 7

2.1.2 Pencemaran Air ... 8

2.1.3 Dampak Dari Pencemaran Air ... 10

2.2 Sulfat ... 11

2.3 Sulfida ... 13

2.4 Metode Spektrofotometri ... 14

(39)

BAB III METODE PERCOBAAN ... 18

3.1 Tempat Pengujian ...18

3.1 Sampel ...18

3.3 Analisis sulfat ...18

3.3.1 Alat ...18

3.3.2 Bahan ...18

3.3.3 Prosedur Kerja ...18

3.4 Analisis sulfida ... 20

3.4.1 Alat ... 20

3.4.2 Bahan ... 20

3.4.3 Prosedur Kerja ... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil ... 22

4.1.1 Analisis Sulfat ...22

4.1.2 Analisis Sulfida ... 22

4.2 Pembahasan ...23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...24

5.1 Kesimpulan ...24

(40)
(41)

LAMPIRAN Halamn

1.Perhitungan kadar Sulfat dan Sulfida ...27

3. Baku Mutu Air Baku ...28

Gambar

Tabel 1. Baku Mutu Air Baku
Gambar 2. sulfaver 4
Table 4.1Hasil identifikasi air baku di PDAM Tirtanadi Deli Tua pada analisis
Table 4.2Hasil identifikasi air baku di PDAM Tirtanadi Deli Tua pada analisis
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar nitrat dan nitrit yang terkandung pada air sungai Deli memenuhi baku mutu atau tidak.. Analisis kadar nitrat dan

Dari hasil uji yang dilakukan terhadap analisis cemaran kromium dan zinkum dalam air baku dari sungai Deli dapat disimpulkan bahwa kadar kromium yang dihasilkan sebesar 0,0539

dalam air baku dari sungai Deli dapat disimpulkan bahwa kadar fluorida yang. dihasilkan sebesar 0, 231 mg/L dan kadar sianida sebesar 0,001 mg/L dan

Dapat mengetahui kadar Besi (Fe) yang terkandung dalam air reservoir,.. maka kita dapat mengetahui kualitas air tersebut dan hasil yang

Tabel 4.2: Hasil Pemeriksaan Kadar Seng (Zn) Air Baku dan Air Reservoir Sungai Deli di Laboratorium Instalasi PDAM Tirtanadi Deli Tua. No

Hasil penelitian menunjukkan bahwa air sungai Deli yang diperiksa mengandung kadar timbal (Pb) dengan dua kali pembacaan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pada bagian Hulu

Prihatiningsih : Penetapan Kadar Tembaga (Cu) Pada Sampel Air Dengan Metode Spektrofotometri Di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan, 2007.. USU Repository

Penentuan kadar sulfat ini dilakukan dengan metode Spektrofotometri UV-Visible pada panjang gelombang 370 nm.Berdasarkan analisa yang telah dilakukan diperoleh bahwa kadar