7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian dari Fitri (2020) dengal judul Efisiensi Pemasaran Komoditas Mangga Gedong Gincu di Kabupaten Cirebon. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis saluran pemasaran mangga, margin pemasaran, profit marjin farmer’s share dan efisiensi pemasaran pada saluran pemasaran mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik snowball sampling, teknik pengambilan data menggunakan metode wawancara dan focus group discussion . Terdapat duabelas saluran pemasaran mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon yaitu :
a) Saluran I :
Petani → pedagang pengumpul → kios → pengecer → konsumen b) Saluran II :
Petani → pedagang pengumpul → pasar induk → konsumen c) Saluran III :
Petani → pedagang pengumpul → pedagang besar → kios pengecer
→ konsumen d) Saluran IV
Petani → pedagang pengumpul → pedagang besar → pasar luar pulau → konsumen
e) Saluran V
Petani → pedagang pengumpul → pedagang besar → pasar
induksi → konsumen f) Saluran VI
Petani → pedagang pengumpul → pedagang besar → pasar retail modern → konsumen
g) Saluran VII
Petani → pedagang pengumpul → pedagang besar → eksporir → konsumen
h) Saluran VIII
Petani → pedagang besar → pasar luar pulau → konsumen i) Saluran IX
Petani → pedagang besar → pasar induk → konsumen j) Saluran X
Petani → pedagang besar → retail modern → konsumen k) Saluran XI
Petani → pedagang besar → eksporir → konsumen l) Saluran XII
Petani → eksporir → konsumen
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat 12 saluran pemasaran mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon. Marjin pemasaran dan profit marjin pemasaran tertinggi terjadi pada saluran pemasaran ekspor. Nilai farmer’s share tertinggi berada pada saluran pemasaran yang melewati pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Semua saluran pemasaran memiliki kategori efisien, namun saluran pemasaran yang paling efisien terjadi
pada saluran pemasaran pemasaran yang melewati pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah komoditas yang diambil, dan lokasi penelitian sedangkan persamaannya adalah metode analisis data yang dipakai, metode dan tujuan yang sama yaitu menganalisis saluran dan margin pemasaran.
Penelitian dari Fatimah (2021) dengan judul Analisis Saluran Pemasaran Belimbing Dewa di Kecamatan Pancoran mas Kota Depok. Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pola alur pemasaran, fungsi pemasaran dari tiap lembaga pemasaran, besar biaya pemasaran, farmer's share, dan marjin pemasaran juga untuk mengetahui seberapa efisiensi pemasaran dari tiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran belimbing di Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi metode kualitatif deskriptif, Penentuan sampel secara purposive dengan 30 petani sebagai responden yang tersebar di Kelurahan Rangkapan Jaya dan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Terdapat lima saluran pemasaran Belimbing Dewa di Kecamatan Pancoran mas Kota Depok yaitu :
a) Saluran I :
Petani → konsumen b) Saluran II :
Petani → pedagang pengecer (toko buah) →konsumen c) Saluran III :
Petani → tengkulak → pedagang besar → pedagang pengecer (pasar tradisional) → konsumen
d) Saluran IV :
Petani → tengkulak → pedagang besar → supplier → pedagang pengecer (swalayan) → konsumen
e) Saluran V :
Petani → supplier → pedagang pengecer (swalayan) → konsumen Hasil penelitian berdasarkan ke lima pola saluran pemasaran tersebut dari hasil perhitungan dari total marjin pemasaran dan farmer’s share maka saluran pertama merupakan saluran pemasaran yang paling efisien 100%, begitu juga saluran dua dan tiga berurutan sebesar 84% dan 51%. Saluran pemasaran pertama yaitu 100%, artinya produsen atau petani menerima 100% dari harga yang dibayarkan konsumen. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah komoditas yang diambil, sampel, dan lokasi penelitian sedangkan persamaannya adalah sampel, metode analisis data yang dipakai, dan tujuan yang sama yaitu menganalisis saluran, margin pemasaran dan efisiensi pemasaran.
Penelitian Sohidal (2017) dengan judul Analisis Saluran Pemasaran Ubi Jalar (Suatu Kasus di Desa Mertajaya Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Saluran pemasaran, biaya, marjin dan keuntungan pemasaran, Farmer’s Share, Besarnya efisiensi pemasaran ubi jalar di Desa Mertajaya Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode survey. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Dua puluh orang petani, tujuh orang pedagang pengumpul dan tiga orang pedagang pengecer. Terdapat dua saluran pemasaran ubi
jalar di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya yaitu : a) Saluran I :
Petani → Pedagang Pengumpul → Konsumen Industri b) Saluran II :
Petani → Pedagang Pengumpul → Pedagang Pengecer → Konsumen
Pada saluran pemasaran I pemasaran ubi jalar melibatkan satu lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul. Besarnya total marjin pemasaran adalah Rp 1.500 per kilogram dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 240 per kilogram sehingga total keuntungan pemasaran sebesar Rp 1.260 per kilogram. Sedangkan pada saluran pemasaran II pemasaran ubi jalar melibatkan dua lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Besarnya total marjin pemasaran adalah Rp 2.000 per kilogram dengan total biaya pemasaran sebesar Rp 762 per kilogram sehingga total keuntungan pemasaran sebesar Rp 1.638 per kilogram. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah komoditas yang diambil, dan lokasi penelitian sedangkan persamaannya adalah metode analisis data yang dipakai, dan tujuan yang sama yaitu menganalisis Saluran Pemasaran, Biaya, Marjin dan Keuntungan Pemasaran, Farmer’s Share, Besarnya Efisiensi pemasaran Ubi Jalar.
Penelitian Adrika et al., (2016) dengan judul Analisis Pemasaran Kubis (Brassica oleracea L.) (Studi Kasus Di Kelompok Tani Bumi Jaya 01 Desa Kaponan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui saluran pemasaran, margin , farmer’s share, dan rasio keuntungan, dan
efisiensi saluran pemasaran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Penentuan responden petani menggunakan metode sensus dan penentuan responden pedagang sampai konsumen menggunakan metode snowball sampling. Terdapat empat saluran pemasaran Durian di Kecamatan Kandang Kabupaten Kediri yaitu :
a) Saluran I :
Petani → konsumen.
b) Saluran II :
Petani → pedagang pengecer→ konsumen c) Saluran III :
Petani → pedagang pengumpul → konsumen c) Saluran III :
Petani → pedagang pengumpul → pedagang besar → pedagang besar → pedagang pengecer → konsumen
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat empat saluran pemasaran kubis di Kelompok Tani Bumi Jaya 01 Desa Kaponan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, yaitu (petani-konsumen), (petani-pengecer-konsumen), (petani- pengumpul-pengecer- konsumen), dan (petani-pengumpul-pedagang besar- pengecer- konsumen). Margin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pada tiap saluran yaitu untuk saluran pemasaran tingkat 0 sebesar Rp. 0/kg, 100%, dan Rp. 4,16/kg, saluran tingkat 1 sebesar Rp. 400/kg, 77,14%, dan Rp. 5,29/kg. Saluran tingkat 2 sebesar Rp. 1.225/kg, 36,25%, dan Rp. 2,26/kg, saluran tingkat 3 sebesar Rp. 2.825/kg, 19,29%, dan Rp. 5,21/kg. Pada saluran
pemasaran tingkat nol dan tingkat satu nilai efisiensi pemasarannya efisien berdasarkan pada perhitungan margin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah komoditas yang diambil, lokasi penelitian dan metode analisis data yang dipakai sedangkan persamaannya adalah tujuan yang sama yaitu menganalisis saluran dan margin pemasaran.
Penelitian Eldi et al., (2018) dengan judul Analisis Pemasaran Kentang di Desa Pulau Tengah Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola/saluran pemasaran tanaman kentang di Desa Pulau Tengah Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin dan untuk mengetahui tingkat efisiensi yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran tanaman kentang. Penelitian dilaksanakan di Desa Pulau Tengah Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin yang dipilih secara sengaja purposive sampling. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Survei. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 20 % dari 167 populasi petani kentang Didesa Pulau Tengah, sehingga responden dalam penelitian ini berjumlah 34 orang petani kentang. Terdapat dua saluran pemasaran Kentang di Desa Pulau Tengah Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin yaitu :
a) Saluran I :
Petani → pedagang pengumpul → pedagang pengecer → konsumen b) Saluran II :
Petani → pedagang pengumpul → konsumen
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 2 Pola/saluran pemasaran
tanaman kentang di Desa Pulau Tengah Kecamatan Jangkat Kabupaten Merangin, yaitu : Saluran I : Petani Kentang, Pedagang Pengumpul, Pedagang Pengecer dan Konsumen dan Saluran II : Petani Kentang, Pedagang Pengumpul dan Konsumen, Dengan nilai margin pemasaran sebesar Rp 3.608/kg pada saluran I dan Rp 2.888/kg pada saluran II dan Efesiensi pemasaran di Desa Pulau Tengah sudah efesien dengan tingkat efisiensi pemasaran yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran tanaman kentang sebesar 5,9 % pada saluran I dan 5,3 % pada saluran II. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah komoditas yang diambil, dan lokasi penelitian sedangkan persamaannya adalah metode analisis data yang dipakai, dan tujuan yang sama yaitu menganalisis saluran dan margin pemasaran.
Hasil penelitian terdahulu dapat dirangkum dalam tabel berikut :
Table 2. Penelitian Terdahulu
No Peneliti/Tahun/ Judul Variabel
Penelitian Alat analisis Perbedaan 1 Fitri Alawiyah, et al.,
(2020)
“Efisiensi Pemasaran Komoditas Mangga Gedong Gincu di Kabupaten Cirebon”
-Saluran Pemasaran - Marjin -Efesiensi pemasaran
Kualitatif Deskriptif
Perbedaan penelitian pada pegambilan sampel, yaitu menggunakan
Snowball sampling 2 Fatimah (2021)
“Analisis Saluran Pemasaran
Belimbing Dewa di Kecamatan Pancoran mas Kota Depok”
-Biaya Pemasaran -Margin Pemasaran -Efesiensi Pemasaran
Deskriptif
Analitis Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini adalah komoditas yang diambil, sampel, dan lokasi penelitian 3 Sohidal (2017) “
Analisis Saluran Pemasaran Ubi Jalar (Suatu Kasus di Desa Mertajaya
Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya)”
Saluran Pemasaran
Snowball sampling
Penelitian terdahulu focus menggunakan metode survei, yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta- fakta dari gejala- gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual.
4 Adrika (2020) “ Analisis Pemasaran Kubis (Brassica oleracea L.) (Studi Kasus Di Kelompok Tani Bumi Jaya 01 Desa Kaponan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelan”
- Margin - Farmer’s - Rasio - Efesiensi
Deskriptif Analitis
Perbedaan penelitian pada pegambilan sampel dan jumlah
sampel yang
digunakan, yaitu menggunakan Sensus
dan Snowball
sampling 5 Eldi Abhar (2018)
“Analisis Pemasaran Kentang di Desa Pulau Tengah Kecamatan Jangkat Kabupaten
Merangin”
- Margin - Farmer’s - Efesiensi
Deskriptif Analitis
Perbedaan penelitian pada komoditas dan lokasi penelitian
2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Ubikayu
Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta crantz atau Maniot utilissima phol) merupakan makanan pokok bagi seluruh penduduk, selain sebagai makanan
pokok, singkong juga dimanfaatkan sebagai bahan baku modern dan pakan ternak.
Singkong dikenang sebagai famili Euphorbiaceae atau marga jarak pagar. Singkong memiliki banyak nama lokal, antara lain singkong, singkong, pohung, kasbi, sepe, boled, budin (Jawa), Sampu (Sunda), Kaspe (Papua), (Inggris) Singkong, tanaman custard (Filipina) Kamoteng kahoy, dan sebagainya. Secara umum klasifikasi singkong adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz
Ubi Kayu merupakan makanan pokok yang dapat mengisi tanah yang kering dan tandus, tahan terhadap berbagai gangguan dan penyakit, serta dapat ditunda masa panennya, yaitu dibiarkan diatur dalam jangka waktu tertentu, daun dan umbinya dapat dipanen. diolah menjadi hidangan utama atau lauk pauk yang berbeda. Demikian pula singkong memiliki kelenturan yang benar-benar tinggi dan budidayanya umumnya sederhana, serta memiliki keunggulan yang berbeda-beda,
baik untuk pangan, pakan, maupun untuk komponen rafinasi modern.
2.2.2 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah suatu jalur atau hubungan yang dilewati, oleh arus barang/jasa dari produsen sampai kepada konsumen yang melibatkan beberapa organisasi atau lembaga pemasaran. Saluran Pemasaran adalah cara atau hubungan yang melaluinya perkembangan barang dagangan/administrasi dari pembuat ke pembeli mencakup beberapa asosiasi atau organisasi periklanan. Saluran pamer untuk barang-barang pertanian bisa menjadi jalur yang panjang, sangat membingungkan, atau langsung (Wuryantoro, 2021).
Menurut Eldi et al., (2018), iklan barang hortikultura termasuk singkong, berapa biaya pemasaran , manfaat yang diambil dan panjang saluran promosi akan mempengaruhi kontras nilai antara petani dan pelanggan terakhir, yang dikenal sebagai showcasing edge. Masalah yang sering terlihat dalam mengakui promosi singkong produktif adalah rendahnya tingkat biaya yang didapat oleh petani yang erat kaitannya dengan bentuk desain pamer dan ukuran iklannya, sehingga perluasan promosi petani singkong dapat terlaksana. dengan asumsi desain promosi dan alasan keunggulan promosi tinggi diketahui. Selain itu, besarnya penawaran yang diterima oleh petani (Farfmer’s share) akan menunjukkan apakah suatu sistem promosi berjalan dengan baik. Saluran pemasaran seharusnya efektif jika mereka dapat mengedarkan ciptaan kepada pembeli dengan biaya seminimal mungkin dan dapat membagikan manfaat secara wajar kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pemasaran dan periklanan.
2.2.3 Biaya Pemasaran
Menurut Yusup (2017), biaya pemasaran dibagi menjadi dua, dari perspektif
yang tipis dan dari perspektif yang luas. Dari sudut pandang tipis, biaya kreasi akan menjadi biaya yang dikeluarkan untuk menawarkan produk kreasi ke pasar. Dari perspektif yang luas, menggabungkan semua biaya yang timbul saat barang dikirim dan disimpan di ruang penyimpanan sampai barang dikembalikan sebagai uang.
Menurut Yusdiana (2021), biaya promosi adalah sebagian besar biaya yang dikeluarkan untuk bekerja dengan cara yang paling umum dari barang dan administrasi periklanan, di mana biaya ini muncul ketika barang tersebut layak untuk dijual sampai pembuatnya mendapatkan pengembalian dari kesepakatan.
Biaya penjualan meliputi biaya transportasi, biaya transportasi, biaya penumpukan dan pembuangan, biaya bundling, biaya penimbunan, biaya pengepresan, biaya pengaturan dan biaya lain yang terkait dengan biaya barang iklan atau administrasi.
Menurut Arbi et al., (2018) Biaya promosi akan menjadi biaya yang dikeluarkan untuk menampilkan item yang mencakup biaya transportasi, biaya kerja, dan biaya lain yang diharapkan dalam saluran periklanan. Biaya iklan terjadi sebagai akibat dari jarak antara pembuat dan pembeli. Dengan asumsi jarak antara pembuat dan pelanggan pendek, biaya transportasi dapat dikurangi. Semakin diperpanjang pemisahan dari pembuat atau dari dealer ke pembeli, semakin banyak perantara (Lembaga pemasaran) yang terlibat, semakin tinggi biaya promosi.
Besaran biaya pamer dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti jarak, ukuran usaha pedagang, jumlah tenaga kerja, dan sifat singkong. Berapa biaya iklan akan mempengaruhi biaya pada tingkat pembeli terakhir dan porsi peternak. Biaya promosi juga mempengaruhi penilaian produktivitas atau tidaknya sebuah kantor periklanan dalam mendistribusikan produknya.
Besarnya biaya pemasaran dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti jarak, skala usaha pedagang, jumlah tenaga kerja, dan kualitas dari Ubikayu tersebut.
Besarnya biaya pemasaran akan mempengaruhi harga pada tingkat konsumen akhir dan farmer’s share. Biaya pemasaran juga mempengaruhi penilaian efisien atau tidaknya suatu lembaga pemasaran dalam menyalurkan barangnya.
2.2.4 Margin Pemasaran
Menurut Wuryantoro (2021), margin pemasaran adalah perbedaan antara biaya yang diikuti oleh pembeli dan biaya yang didapat oleh petani atau merupakan biaya administrasi periklanan yang diperlukan karena administrasi bunga dan promosi. Semakin menonjol perbedaan nilai antara perusahaan perdagangan yang termasuk, terutama antara biaya yang terjadi di tingkat pengecer dan biaya yang didapat oleh petani, semakin penting tepi kerangka kerja perdagangan barang yang bersangkutan, dan semakin boros pemasarannya. Nur (2018) juga berpendapat bahwa keunggulan margin pemasaran adalah harga dari semua nilai pemanfaatan, nilai tambah dari penanganan latihan kerja yang dilakukan oleh organisasi (Lembaga pemasaran) dalam mempromosikan produk agribisnis (pertanian).
Pembeli membahas dua jenis biaya untuk makanan (agribisnis) yaitu harga produk dan "harga" atau keunggulan promosi. Biaya yang dibayarkan oleh pelanggan adalah angsuran untuk barang-barang agribisnis dan kualitas yang ditambahkan pada barang-barang tersebut. Misalnya pengemasan, distribusi dan fasilitas lainnya.
2.2.5 Efisiensi Saluran Pemasaran
Menurut Nike (2019) efisiensi pemasaran dapat terjadi yaitu pertama, jika biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran menjadi lebih
tinggi; kedua, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi; ketiga, tersedia fasilitas fisik pemasaran; keempat, adanya kompetisi pasar yang sehat. Saluran pemasaran dikatakan efisien bila mampu mendistribusikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah- murahnya dan mampu membagi keuntungan yang adil kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan pemasaran menampilkan petunjuk efektivitas adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi operasional yaitu teknis untuk mengukur aktivitas pemasaran menggunakan analisis marjin pemasaran dan farmer’s share. Melalui analisis tersebut dapat diketahui frekuensi produktivitas dari input-input pemasaran terhadap keuntungan pemasaran yang diperoleh oleh lembaga-lembaga pemasaran.
2. Efisiensi harga yaitu teknis dalam mengalokasikan sumber daya dan mengatur seluruh produksi pertanian hingga proses pemasaran sehingga dapat menghasilkan harga yang menguntungkan bagi produsen dan juga memuaskan.
2.2.6 Elastisitas Transmisi Harga
Menurut Tiara (2018) untuk menganalisis transmisi harga antara petani dan Lembaga peemasaran dilakukan dengan menggunakan Analisis elastisitas transmisi harga. Analisis elastisitas transmisi harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang di satu tempat atau tingkatan terhadap perubahan harga barang itu di tempat atau tingkatan lain. Untuk mengetahui besarnya elastisitas transmisi harga (Eth) digunakan persamaan dengan
menghubungkan antara harga di tingkat produsen (Pf) dan harga ditingkat pengecer (Pr). Transmisi harga mencerminkan efisien dan tidak efisien pemasaran karna hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan harga yang terjadi di tingkat konsumen akhir. Pola transmisi harga ini tidak menguntungkan bagi petani karena kenaikan harga yang terjadi ditingkat konsumen akhir tidak sepenuhnya dapat dinikmati petani ubi kayu.
2.2.7 Tataniaga Pertanian
Menurut Limbong (2005), tata niaga pertanian adalah segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang- barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari produsen ke tangan konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan- kegiatan tertentu yang manghasilkan perubahan bentuk dari barang yang dimaksud untuk lebih memudahkan penyalurannya dan memberikan kepuasan lainnya kepada konsumennya. Dikaji dari segi ekonomi, tataniaga merupakan kegiatan yang produktif karena memberikan kegunaan benda, waktu, tempat, dan hak milik. Tataniaga memiliki banyak saluran yang dapat dimanfaatkan oleh produsen dalam mendistribusikan produknya.
Tataniaga merupakan salah satu cabang aspek tataniaga yang menekankan bagaimana suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen (distribusi). Tataniaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga. Analisis saluran tataniaga ubi kayu di Desa Jaba’an, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep
dapat dilakukan dengan mengamati lembaga- lembaga tataniaga yang membentuk saluran tataniaga. Pengamatan dilakukan mulai dari petani produsen hingga ke konsumen akhir komoditi ubi kayu. Menurut Elpawati et al., (2014) Perbedaan saluran tataniaga dari masing-masing responden akan berpengaruh pada pembagian pendapatan yang diterima oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat di dalamnya. Semakin panjang rantai saluran tataniaga semakin tidak efisien.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu diagram yang menjelaskan alur logika penelitian. Terbentuknya saluran pemasaran yang baik dan efisien tidak terlepas dari lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya. Lembaga pemasaran yang terlibat berperan menyalurkan produk dari petani ke konsumen sehingga membentuk suatu saluran pemasaran. Efisiensi saluran pemasaran Ubi kayu dilihat menggunakan analisis margin pemasaran, distribusi margin dan share. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran berbeda-beda tergantung pada jenis perlakuan yang diterima produk selama proses pemasaran oleh Lembaga pemasaran tersebut. Adapun kerangka pemikiran dilihat pada Bagan 1 di bawah ini :
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikirian diatas, maka hipotesis yang dapat disusun dalam penelitian saluran pemasaran di di Desa Jaba’an Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep. Hipotesis tersebut dapat diduga sebagai berikut :
1. Terdapat lebih dari satu saluran pemasaran Ubi kayu di Desa Jaba’an 2. Semakin Panjang saluran pemasaran yang terlibat, maka akan
menyebabkan pemasaran ubi kayu di Desa Jaba’an menjadi tidak efisien.
Petani Ubi Kayu
PemasaranUbi Kayu
a. Margin Pemasaran b. Distribusi Margin c. Share
a. Saluran Pemasaran ke 1 b. Saluran Pemasaran ke 2 c. Saluran Pemasaran ke 3 d. Saluran Pemasaran ke n
Produksi
Efisiensi